Analisis Determinan Tunggakan Pembayaran Cicilan Kredit

advertisement
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
FAKULTAS EKONOMI
MEDAN
Analisis Determinan Tunggakan Pembayaran Cicilan
Kredit Pemilikan Rumah (KPR) pada
P.T. Bank Tabungan Negara Cabang Medan
SKRIPSI
Diajukan Oleh :
ANDRIANI SYAFITRI
050501036
DEPARTEMEN EKONOMI PEMBANGUNAN
Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk
Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi
MEDAN
2009
Andriani Syafitri : Analisis Determinan Tunggakan Pembayaran Cicilan Kredit Pemilikan Rumah (KPR) pada P.T.
Bank Tabungan Negara Cabang Medan, 2009.
USU Repository © 2009
“Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang menciptakan.
Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah.
Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Paling Pemurah, yang mengajar
(manusia) dengan perantara kalam. Dia mengajarkan kepada
Manusia apa yang tidak diketahuinya”.
(Al Qur’an, Surat ke 96:1-5)
“Nabi Muhammad S.A.W bersabda: tidak boleh ada rasa iri kecuali terhadap dua
perkara (perlombaan), yaitu orang yang diberi Allah harta serta kekuasaan
untuk membelanjakannya di jalan kebenaran; dan orang yang
dianugerahi Allah ilmu dari berbagai perkara, lalu ia
mempertimbangkan dengan itu dan mengajarkannya
kepada orang lain”.
(Maulana Muhammad Ali, Kitab Hadits Pegangan, 1992:34)
“Pelajarilah ilmu.
Maka mempelajarinya karena Allah, itu taqwa.
Menuntutnya, itu ibadah.
Mengulang-ngulangnya, itu tasbih.
Membahasnya, itu jihad.
Mengajarkan orang yang tidak tahu, itu sedekah.
Memberikannya kepada ahlinya, itu mendekatkan diri kepada Tuhan”.
(Abusy Syaikh Ibnu Hibban dan Ibnu Abdil Barr,
Ihya’ Al-Ghozali, 1986)
Andriani Syafitri : Analisis Determinan Tunggakan Pembayaran Cicilan Kredit Pemilikan Rumah (KPR) pada P.T.
Bank Tabungan Negara Cabang Medan, 2009.
USU Repository © 2009
ABSTRAK
ANDRIANI SYAFITRI. 050501036. Analisis Determinan Tunggakan Pembayaran
Cicilan Kredit Pemilikan Rumah (KPR) pada P.T. Bank Tabungan Negara Cabang
Medan. (Pembimbing: DR.MURNI DAULAY, S.E., M.Si.).
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah non performing loan bulan
sebelumnya (X1); inflasi (X2); dan kurs Rupiah terhadap Dollar AS bulan sebelumnya
(X3); berpengaruh terhadap non performing loan Kredit Pemilikan Rumah (KPR)
pada P.T. Bank Tabungan Negara Cabang Medan (Y). Data yang dipergunakan
dalam penelitian ini adalah data time series dalam bulanan dengan kurun waktu
Januari 2005 sampai Agustus 2008. Data diperoleh dari statistik P.T. Bank Tabungan
Negara Cabang Medan dan Bank Indonesia Cabang Medan, serta dari berbagai bahan
bacaan dan jurnal yang berkaitan dengan penelitian.
Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan progran komputer E-views
4.1, dengan model regresi linear berganda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
ketiga variabel bebas secara bersama-sama mempengaruhi variabel terikat sebesar
62,8529%, sementara sisanya 37,1471% dijelaskan oleh variabel yang tidak
disertakan dalam penelitian. Apabila terjadi kenaikan NPL KPR bulan sebelumnya
sebesar 1%, maka NPL KPR bulan berjalan akan mengalami kenaikan sebesar
0,544%. Begitu pula apabila terjadi penurunan nilai tukar Rupiah terhadap Dollar AS
sebesar Rp 1000,- maka NPL KPR bulan berjalan akan meningkat sebesar 1,710%.
Sebaliknya, peningkatan inflasi bulanan kota Medan sebesar 1%, justru akan
menurunkan NPL KPR BTN sebesar 0,176%.
Kata kunci: NPL, KPR, inflasi, kurs.
Andriani Syafitri : Analisis Determinan Tunggakan Pembayaran Cicilan Kredit Pemilikan Rumah (KPR) pada P.T.
Bank Tabungan Negara Cabang Medan, 2009.
USU Repository © 2009
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat
dan hidayah-nya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Analisis
Determinan Tunggakan Pembayaran Cicilan Kredit Pemilikan Rumah (KPR)
pada P.T. Bank Tabungan Negara Cabang Medan”. Tak lupa pula shalawat
beriring salam penulis panjatkan kepada Nabi Muhammad SAW, yang telah
membawa kita keluar dari zaman kebodohan.
Skripsi ini penulis persembahkan kepada Mama, Syafwiza Djohan, dan Papa,
Alyandri, yang terus memberikan kasih sayang yang tak akan tergambarkan lewat
kata. Sebagai balas jasa pengorbanan mereka yang tak mungkin lunas terbayar
dengan apapun seumur hidup. Hanya do’a, harapan dan mimpi mereka yang menjadi
motivasi penulis. Juga kepada Shindy dan Om Moch. Irzul, serta seluruh keluarga
besar Mama dan Papa, yang selalu memberikan do’a, perhatian, serta dorongan moril
maupun materil selama ini.
Penulis juga menyampaikan rasa terima kasih kepada pihak-pihak yang telah
mendukung dan membantu menyelesaikan skripsi ini. Secara khusus, penulis
mengucapkan terimakasih kepada :
1. Bapak Drs. John Tafbu Ritonga, M.Ec., Dekan Fakultas Ekonomi Universitas
Sumatera Utara.
2. Bapak Wahyu Ario Pratomo, S.E., M.Ec., selaku Ketua Departemen Ekonomi
Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara
Andriani Syafitri : Analisis Determinan Tunggakan Pembayaran Cicilan Kredit Pemilikan Rumah (KPR) pada P.T.
Bank Tabungan Negara Cabang Medan, 2009.
USU Repository © 2009
3. Ibu Dr. Murni Daulay, M.Si., selaku dosen pembimbing penulis, yang telah
memberikan bimbingan dan pengarahan kepada penulis sehingga skripsi ini
dapat penulis selesaikan.
4. Bapak Drs. Rujiman, M.Si., selaku dosen pembanding I.
5. Bapak Paidi Hidayat, S.E., M.Si., selaku dosen pembanding II.
6. Bapak Prof. Dr. Ramli, M.Si., selaku dosen wali dan pembimbing akademis
selama penulis menjadi mahasiswa Ekonomi Pembangunan serta Staff
Pengajar dan Staff Pegawai di Fakultas Ekonomi terkhusus Departemen
Ekonomi Pembangungan atas pengajaran, bimbingan dan bantuannya pada
penulis selama mengikuti perkuliahan.
7. Bapak Tengku Ikhsan dan seluruh staff/pegawai kantor Bank Tabungan
Negara Cabang Medan dan Bank Indonesia Kota Medan, atas bantuannya
dalam memberikan data dan berbagai diskusi yang sangat membantu penulis.
8. Kepada teman-teman terdekat selama perkuliahan: Indie, Wenny, Ade Ce’,
Marina, Dina, Tiwi, Nia, Ade Co’, Isan, Aidil, dan Pole’, yang memberikan
warna berbeda selama masa kuliah. Juga teman-teman seperjuangan di
Departemen Ekonomi Pembangunan stambuk 2005, junior dan senior yang
namanya tidak dapat disebutkan satu per satu, yang telah banyak membantu
melalui bimbingan, dukungan moril dan juga do’a selama penulis mengikuti
perkuliahan hingga penyelesaian skripsi ini.
Andriani Syafitri : Analisis Determinan Tunggakan Pembayaran Cicilan Kredit Pemilikan Rumah (KPR) pada P.T.
Bank Tabungan Negara Cabang Medan, 2009.
USU Repository © 2009
9. Kepada semua teman-teman SMA Negeri 5 Medan, juga Umie, Bowbob,
Cungor, Kakak, Penden, B’Suprie, B’Andika dan khususnya Hendra untuk
semua motivasi, perhatian dan do’a yang sudah diberikan pada penulis. Maaf
atas waktu yang sedikit berkurang untuk kalian karena penulisan skripsi ini.
10. Kepada adik-adik teens, ayah dan bunda, terutama semua saudara-saudaraku
di Kampunk 165, atas do’a, perhatian, dan semangat 165 yang ditularkan.
11. Kepada teman-teman serta berbagai pihak lain, yang tidak dapat penulis
sebutkan satu persatu, yang terlibat dalam proses penyelesaian skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh
karena itu, kepada para pembaca terutama kepada para pakar dalam bidang ini, kritik
dan sarannya sangat penulis butuhkan agar dapat menyempurnakan skripsi ini.
Akhirnya, atas keluangan waktu dan keikhlasan hati semua pihak untuk
membantu penulis menyelesaikan skripsi ini, kembali penulis sampaikan ucapan
terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya dengan penuh ketulusan hati.
Semoga Allah Yang Maha Rahman memberikan balasan setimpal atas segala
kebaikan tersebut. Demikian pula dengan skripsi ini, semoga menjadi amal jariah dari
jerih payah seorang hamba-Nya.
Medan, Maret 2009
Andriani Syafitri : Analisis Determinan Tunggakan Pembayaran Cicilan Kredit Pemilikan Rumah (KPR) pada P.T.
Bank Tabungan Negara Cabang Medan, 2009.
USU Repository © 2009
(Andriani Syafitri)
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK ............................................................................................................... i
KATA PENGANTAR ........................................................................................... ii
DAFTAR ISI .......................................................................................................... v
DAFTAR TABEL ................................................................................................. ix
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................... x
DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................................... xi
DAFTAR SINGKATAN ...................................................................................... xii
BAB I
PENDAHULUAN ..................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang .................................................................................. 1
1.2 Perumusan Masalah .......................................................................... 6
1.3 Hipotesis ........................................................................................... 7
1.4 Tujuan dan Manfaat Penelitian .......................................................... 7
BAB II URAIAN TEORITIS ............................................................................... 8
2.1 Bank
.............................................................................................. 8
2.1.1 Pengertian Bank .................................................................... 8
2.1.2 Fungsi Bank .......................................................................... 9
2.1.3 Jenis-jenis Bank .................................................................. 11
2.1.4 Sumber-sumber Dana Bank ................................................. 17
Andriani Syafitri : Analisis Determinan Tunggakan Pembayaran Cicilan Kredit Pemilikan Rumah (KPR) pada P.T.
Bank Tabungan Negara Cabang Medan, 2009.
USU Repository © 2009
2.2 Kredit ............................................................................................ 21
2.2.1 Pengertian Kredit ................................................................ 21
2.2.2 Tujuan dan Fungsi Kredit .................................................... 22
2.2.3 Jenis-jenis Kredit ................................................................. 23
2.2.4 Unsur-unsur Kredit .............................................................. 26
2.2.5 Penilaian Kredit ................................................................... 27
2.2.6 Aspek-aspek Dalam Penilaian Kredit ................................... 29
2.2.7 Pengawasan Kredit .............................................................. 31
2.2.8 Kredit Bermasalah ............................................................... 32
2.2.9 Penyelamatan Kredit Bermasalah ........................................ 34
2.3 Inflasi ............................................................................................ 36
2.3.1 Pengertian Inflasi ................................................................ 36
2.3.2 Jenis-jenis Inflasi ................................................................. 37
2.3.3 Cara Mengukur Inflasi ......................................................... 41
2.3.4 Teori-teori Inflasi ................................................................ 46
2.3.5 Dampak Inflasi .................................................................... 51
2.4 Kurs
............................................................................................ 53
2.4.1 Pengertian Kurs ................................................................... 54
2.4.2 Sistem Nilai Tukar Kurs ...................................................... 55
Andriani Syafitri : Analisis Determinan Tunggakan Pembayaran Cicilan Kredit Pemilikan Rumah (KPR) pada P.T.
Bank Tabungan Negara Cabang Medan, 2009.
USU Repository © 2009
2.4.3 Penentuan Kurs Valuta Asing .............................................. 57
2.4.4 Perubahan Kurs Valuta Asing .............................................. 64
2.4.5 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Nilai Tukar ................... 65
BAB III METODE PENELITIAN ...................................................................... 69
3.1 Ruang Lingkup Penelitian ............................................................... 69
3.2 Jenis dan Sumber Data .................................................................... 69
3.3 Teknik Pengumpulan Data .............................................................. 70
3.4 Pengolahan Data ............................................................................. 70
3.5 Model Analisis Data ....................................................................... 70
3.6 Test Of Goodness Of Fit (Uji Kesesuaian) ...................................... 72
3.6.1 Koefisien Determinasi (R-Square) ....................................... 72
3.6.2 Uji t-Statistik (Uji Parsial) ................................................... 72
3.6.3 Uji F-Statistik (Uji Keseluruhan) ......................................... 73
3.7 Uji Penyimpangan Asumsi Klasik ................................................... 75
3.7.1 Multikolinearitas (Multicollinearity) .................................... 75
3.7.2 Autokorelasi (Autocorrelation) ............................................ 75
3.8 Definisi Operasional ....................................................................... 76
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ..................................... 78
4.1 Gambaran Umum P.T. Bank Tabungan Negara Cabang Medan ....... 78
4.1.1 Sejarah Singkat Perusahaan ................................................. 78
4.1.2 Sejarah Singkat Lahirnya Kredit Pemilikan Rumah BTN ..... 81
Andriani Syafitri : Analisis Determinan Tunggakan Pembayaran Cicilan Kredit Pemilikan Rumah (KPR) pada P.T.
Bank Tabungan Negara Cabang Medan, 2009.
USU Repository © 2009
4.1.3 Struktur Organisasi .............................................................. 85
4.1.4 Uraian Tugas (Job Description) ........................................... 88
4.2 Perkembangan Tingkat Non Performing Loan P.T. Bank Tabungan
Negara Cabang Medan .................................................................... 97
4.3 Perkembangan Inflasi Di Kota Medan ............................................. 99
4.4 Perkembangan Kurs Rupiah Terhadap Dollar AS di Kota Medan .. 101
4.5 Hasil Penelitian ............................................................................. 103
4.5.1 Interpretasi Model ............................................................. 103
4.5.2 Uji Kesesuaian (Test Of Goodness Of Fit) ......................... 105
4.6 Uji Penyimpangan Asumsi Klasik ................................................. 111
4.6.1 Multikolinearitas (Multicollinearity) .................................. 111
4.6.2 Autokorelasi (Autocorrelation) .......................................... 111
BAB V ............................................................................................................... 112
5.1 Kesimpulan ................................................................................... 112
5.2 Saran ............................................................................................ 113
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 115
LAMPIRAN ..................................................................................................... 117
Andriani Syafitri : Analisis Determinan Tunggakan Pembayaran Cicilan Kredit Pemilikan Rumah (KPR) pada P.T.
Bank Tabungan Negara Cabang Medan, 2009.
USU Repository © 2009
DAFTAR TABEL
Tabel
1.1
1.2
Halaman
Target dan Realisasi KPR P.T. Bank Tabungan Negara Cabang
Medan ...........................................................................................
2
Neraca Bank Umum (% dari Total) ...............................................
4
Andriani Syafitri : Analisis Determinan Tunggakan Pembayaran Cicilan Kredit Pemilikan Rumah (KPR) pada P.T.
Bank Tabungan Negara Cabang Medan, 2009.
USU Repository © 2009
DAFTAR GAMBAR
Gambar
Halaman
2.1
Kurva Demand Pull Inflation .........................................................
38
2.2
Kurva Cost Push Inflation ..............................................................
39
2.3
Kurva Combination Inflation .........................................................
40
2.4
Penentuan Kurs dalam Pendekatan Neraca Pembayaran ................
58
2.5
Dampak Kenaikan Jumlah Valas yang Diminta .............................
59
2.6
Dampak Kenaikan Jumlah Valas yang Ditawarkan ........................
60
3.1
Kurva Normal ...............................................................................
73
3.2
Uji F-Statistik ................................................................................
74
4.1
Grafik Perkembangan Rasio NPL KPR P.T. Bank Tabungan Negara Cabang Medan ..........................................................................
98
4.2
Grafik Perkembangan Inflasi di Kota Medan .................................
100
4.3
Grafik Perkembangan Nilai Tukar Rupiah terhadap Dollar AS di
Kota Medan ...................................................................................
102
4.4
Kurva Uji t-Statistik Variabel X1 ..................................................
106
4.5
Kurva Uji t-Statistik Variabel X2 ..................................................
107
4.6
Kurva Uji t-Statistik Variabel X3 ..................................................
109
4.7
Kurva Uji F-Statistik .....................................................................
110
Andriani Syafitri : Analisis Determinan Tunggakan Pembayaran Cicilan Kredit Pemilikan Rumah (KPR) pada P.T.
Bank Tabungan Negara Cabang Medan, 2009.
USU Repository © 2009
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran
Halaman
1
Struktur Organisasi Bank Tabungan Negara Kantor Cabang Medan
118
2
Perkembangan Rasio Non Performing Loan Kredit Pemilikan Rumah
P.T. Bank Tabungan Negara Cabang Medan Dalam Persen (%) ....
119
3
Perkembangan Inflasi Bulanan di Kota Medan Dalam Persen (%) .
120
4
Perkembangan Kurs Rupiah terhadap Dollar AS di Kota Medan Dalam Rupiah ....................................................................................
121
5
Hasil Regresi Data Menggunakan E-views 4.1 ...............................
122
6
Hasil Regresi Variabel Non Performing Loan KPR Bulan Sebelumnya (X1) terhadap Inflasi (X2) dan Kurs Rupiah terhadap Dollar AS
Pada Bulan Sebelumnya (X3) ........................................................
123
Hasil Regresi Variabel Inflasi (X2) terhadap Non Performing Loan
KPRBulan Sebelumnya (X1) dan Kurs Rupiah terhadap Dollar AS
Pada Bulan Sebelumnya (X3) ........................................................
124
Hasil Regresi Variabel Kurs Rupiah terhadap Dollar AS Pada Bulan
Sebelumnya (X3) terhadap Non Performing Loan KPRBulan Sebelumnya (X1) dan Inflasi (X2) .........................................................
124
Hasil Uji LM-Test .........................................................................
126
7
8
9
Andriani Syafitri : Analisis Determinan Tunggakan Pembayaran Cicilan Kredit Pemilikan Rumah (KPR) pada P.T.
Bank Tabungan Negara Cabang Medan, 2009.
USU Repository © 2009
DAFTAR SINGKATAN
BDR
: Bad Debt Ratio
BOP
: Balance Of Payment
BTN
: Bank Tabungan Negara
CAR
: Capital Adequacy Ratio
GNPSR
: Gerakan Nasional Pengembangan Sejuta Rumah
IHK
: Indeks Harga Konsumen
KLBI
: Kredit Likuiditas Bank Indonesia
KPR
: Kredit Pemilikan Rumah
NPL
: Non Performing Loan
PMP
: Penyertaan Modal Pemerintah
PNB
: Produk Nasional Bruto
PSAK
: Pernyataan Standard Akuntansi Keuangan
ROA
: Return On Asset
RPJM
: Rencana Pembangunan Jangka Menengah
RS
: Rumah Sederhana
RSH
: Rumah Sangat Sederhana
Andriani Syafitri : Analisis Determinan Tunggakan Pembayaran Cicilan Kredit Pemilikan Rumah (KPR) pada P.T.
Bank Tabungan Negara Cabang Medan, 2009.
USU Repository © 2009
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Kebutuhan perumahan rakyat di Indonesia cukup besar. Dengan jumlah
penduduknya yang mencapai lebih dari 220 juta jiwa, akumulasi kebutuhan rumah
yang belum terpenuhi sampai dengan tahun 2005 adalah sekitar 7,2 juta unit. Di
samping itu, tambahan kebutuhan rumah mencapai 800 ribu unit/tahun. Sementara
pembangunan perumahan bagi masyarakat berpenghasilan rendah hanya terserap
rata-rata 80 ribu unit/tahun.
Kondisi ini menunjukkan bahwa pemenuhan kebutuhan akan perumahan
rakyat masih sangat jauh dari memadai, dan daya beli ataupun kemampuan
masyarakat untuk memiliki rumah secara kontan masih rendah.
Salah satu alternatif untuk dapat membantu memenuhi kebutuhan akan
perumahan sederhana layak huni dan terjangkau oleh masyarakat, terutama golongan
bawah, adalah dengan penyediaan Kredit Pemilikan Rumah (KPR) bagi masyarakat.
Disinilah bank dapat menjalankan salah satu peran pentingnya dalam meningkatkan
kesejahteraan masyarakat dan memajukan perekonomian suatu negara.
P.T. Bank Tabungan Negara (Persero) Cabang Medan sendiri, sebagai bank
pertama dan salah satu bank yang menyalurkan fasilitas pemberian kredit KPR, telah
Andriani Syafitri : Analisis Determinan Tunggakan Pembayaran Cicilan Kredit Pemilikan Rumah (KPR) pada P.T.
Bank Tabungan Negara Cabang Medan, 2009.
USU Repository © 2009
banyak membantu masyarakat golongan menengah ke bawah, untuk memiliki rumah
layak huni.
Tabel 1.1
Target dan Realisai KPR P.T. Bank Tabungan Negara Cabang Medan
Tahun 2005 – 2008 Dalam Milyar Rupiah
Tahun
Target Kredit KPR
Realisasi Kredit KPR
2005
81
109,800
2006
127,180
90,57
2007
131,400
109,687
2008
144,562
231,692
(Sumber : Accounting BTN Cabang Medan 2005)
Pada akhir tahun 2003, Pemerintah mencanangkan kebijakan Gerakan
Nasional Pengembangan Sejuta Rumah (GNPSR) yang mulai dilaksanakan dalam
tahun 2004. Target pembangunan perumahan rakyat dalam RPJM Nasional 2005 2009 sebanyak 1.350.000 unit terdiri dari RS/RSH 1.265.000 unit, Rumah Susun
Sederhana Sewa (Rusunawa) 60.000 rusun, Rumah Susun Sederhana Milik
(Rusunami) 25.000 rusun. Untuk menghasilkan pencapaian yang optimal, pemerintah
melaksanakan program bantuan perumahan dalam bentuk KPR bersubsidi yang
dimulai sejak tahun 1976.
Melalui program ini, sampai saat ini lebih dari 1,88 juta masyarakat telah
mempunyai rumah melalui KPR Bersubsidi. Pada awalnya skim KPR Bersubsidi
Andriani Syafitri : Analisis Determinan Tunggakan Pembayaran Cicilan Kredit Pemilikan Rumah (KPR) pada P.T.
Bank Tabungan Negara Cabang Medan, 2009.
USU Repository © 2009
adalah dengan menggunakan pola dimana Pemerintah memberikan pinjaman dana
jangka panjang, dengan bunga yang cukup rendah (0 - 9%) kepada bank pelaksana
KPR bersubsidi. Pinjaman Pemerintah tersebut diberikan melalui berbagai skim
antara lain Penyertaan Modal Pemerintah/PMP (1976 -1991), Kredit Likuiditas Bank
Indonesia/KLBI (1976 - 1999), Bank Dunia melalui two step loan (1986 1991) dan
Rekening Dana Investasi/RDI (1991 2001). Dana tersebut dicampur dengan sebagian
dana pihak III yang komposisinya sesuai dengan yang telah ditetapkan oleh
Pemerintah. Dalam perjalanannya dari tahun 1976 sampai sekarang baik sumber
maupun pangsa dana murah mengalami beberapa perubahan sesuai dengan kebijakan
Pemerintah.
Tahun 2002 sampai saat ini, untuk menghindari penyediaan dana yang besar
karena keterbatasan kemampuan keuangan negara, Pemerintah mengganti pola KPR
bersubsidi dengan pola subsidi selisih bunga (interest buy down subsidy). Pada pola
ini, Pemerintah hanya memberikan subsidi senilai selisih antara angsuran dengan
bunga pasar dengan angsuran dengan bunga subsidi yang diberikan kepada debitur
dalam jangka waktu tertentu (4 s/d 10 tahun).
Pertumbuhan KPR yang pesat menciptakan peluang bagi dunia perbankan
untuk membiayainya. Namun di lain pihak juga dapat mengakibatkan ancaman
apabila terus memperbesar komposisi kredit yang berkaitan dengan perumahan yang
berjangka panjang di dalam portofolio asetnya. Ancaman ini pada dasarnya
disebabkan oleh sebagian besar komposisi portofolio sumber dana yang diperoleh
Andriani Syafitri : Analisis Determinan Tunggakan Pembayaran Cicilan Kredit Pemilikan Rumah (KPR) pada P.T.
Bank Tabungan Negara Cabang Medan, 2009.
USU Repository © 2009
industri perbankan di Indonesia untuk membiayai KPR saat ini yaitu berasal dari dana
pihak ketiga yang berjangka waktu pendek dan relatif berfluktuasi tingkat bunganya.
Penyaluran
kredit
merupakan
kegiatan
usaha
yang
mendominasi
pengalokasian dana bank. Penggunaan dana untuk penyaluran kredit mencapai 70% 80% dari volume usaha bank. Seperti yang terlihat pada tabel di bawah ini.
Tabel 1.2
Neraca Bank Umum (% dari total)
POS AKTIVA
(%)
POS KEWAJIBAN DAN
(%)
EKUITAS
Kas
0,5
Giro
7,8
Giro pada BI
4,0
Kewajiban segera lainnya
15,2
Giro pada bank lain
0,5
Tabungan
8,4
13,9
Deposito berjangka
44,6
Surat-surat berharga
3,8
Sertifikat deposito
10,3
Kredit yang diberikan
70,0
Surat berharga yg diterbitkan
-
Penyertaan
3,7
Pinjaman yang diterima
6,4
Biaya dibayar di muka
0,8
Pinjaman subordinasi
-
Aktiva tetap
1,4
Kewajiban lain
0,8
Aktiva sewa guna usaha
0,2
Ekuitas
6,5
Aktiva lain-lain
1,2
JUMLAH
100
JUMLAH
100
Penempatan pada bank
lain
(Sumber : Lukman Dendawijaya 2005 )
Andriani Syafitri : Analisis Determinan Tunggakan Pembayaran Cicilan Kredit Pemilikan Rumah (KPR) pada P.T.
Bank Tabungan Negara Cabang Medan, 2009.
USU Repository © 2009
Oleh karena itu sumber utama pendapatan bank berasal dari
kegiatan
penyaluran kredit. Pendapatan tersebut diperoleh melalui spread yang merupakan
selisih antara bunga pinjaman dan bunga simpanan.
Akan tetapi, dalam pelaksanaannya tidak semua dana yang dihimpun dari
masyarakat bisa tersalurkan dengan baik sesuai dengan tolok ukur yang telah
ditetapkan dan penyaluran kredit kepada masyarakat kerap kali mengalami hambatan
dalam hal pengembalian pinjaman kepada pihak bank yang biasa disebut dengan
kredit bermasalah atau Non Performing Loan (NPL).
NPL selalu ada dalam kegiatan perkreditan bank, karena bank tidak mungkin
menghindari kredit bermasalah. Bank hanya dapat berusaha menekan seminimal
mungkin besarnya kredit bermasalah agar tidak melebihi ketentuan Bank Indonesia
sebagai pengawas perbankan.
Bank Indonesia melalui Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia nomor
31/147/KEP/DIR tanggal 12 November 1998, memberikan penggolongan mengenai
kualitas kredit apakah kredit yang diberikan bank termasuk kredit tidak bermasalah
(performing loan) atau kredit bermasalah (non performing loan). Kualitas dapat
digolongkan sebagai; Lancar, Dalam Perhatian Khusus, Kurang Lancar, Diragukan,
dan Macet (Sutarno, 2003:263).
NPL akan menurunkan pendapatan bunga yang akan diperoleh bank.
Sementara, bank tetap harus membayar bunga simpanan kepada penabung/deposan
yang telah menitipkan dananya kepada bank. Praktis, hal ini akan menurunkan
Andriani Syafitri : Analisis Determinan Tunggakan Pembayaran Cicilan Kredit Pemilikan Rumah (KPR) pada P.T.
Bank Tabungan Negara Cabang Medan, 2009.
USU Repository © 2009
pendapatan yang akan diperoleh bank. NPL yang tidak tertagih pada bulan
sebelumnya, akan dimasukkan ke dalam NPL bulan berjalan. Oleh karena itu, NPL
merupakan suatu hal berbahaya yang dapat menyebabkan lumpuhnya suatu bank
apabila terjadi dalam skala yang cukup besar.
Faktor lain yang menentukan besarnya NPL suatu bank, adalah keadaan
perekonomian. Inflasi dan tingkat nilai tukar Rupiah terhadap mata uang asing lain,
terutama Dollar, juga dapat mempengaruhi NPL. Karena keduanya mempengaruhi
secara langsung aktivitas perekonomian masyarakat.
Berdasarkan uraian - uraian di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan
penelitian guna penyelesaian skripsi dengan judul “Analisis Determinan
Tunggakan Pembayaran Cicilan Kredit Pemilikan Rumah (KPR) pada P.T.
Bank Tabungan Negara Cabang Medan”.
1.2
Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang, maka dapat ditarik perumusan masalah. Hal ini
bertujuan untuk mempermudah penulis dalam penulisan skripsi ini, dan sebagai suatu
cara untuk mengambil keputusan akhir penulisan skripsi.
Adapun rumusan masalah yang penulis ambil adalah,
”Apakah non
performing loan bulan sebelumnya; inflasi; dan kurs Rupiah terhadap Dollar AS
bulan sebelumnya; berpengaruh terhadap non performing loan Kredit Pemilikan
Rumah (KPR) pada P.T. Bank Tabungan Negara Cabang Medan”.
Andriani Syafitri : Analisis Determinan Tunggakan Pembayaran Cicilan Kredit Pemilikan Rumah (KPR) pada P.T.
Bank Tabungan Negara Cabang Medan, 2009.
USU Repository © 2009
1.3
Hipotesis
Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap permasalahan yang ada,
dimana kebenarannya masih perlu dikaji dan diteliti melalui data yang terkumpul.
Berdasarkan perumusan masalah di atas, maka penulis membuat hipotesis sebagai
berikut, non performing loan bulan sebelumnya; inflasi; dan kurs Rupiah terhadap
Dollar AS bulan sebelumnya; berpengaruh positif terhadap non performing loan
Kredit Pemilikan Rumah (KPR) pada P.T. Bank Tabungan Negara Cabang Medan”.
1.4
Tujuan dan Manfaat Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah non performing
loan bulan sebelumnya; inflasi; dan kurs Rupiah terhadap Dollar AS bulan
sebelumnya; berpengaruh terhadap non performing loan Kredit Pemilikan Rumah
(KPR) pada P.T. Bank Tabungan Negara Cabang Medan.
Sedangkan manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1.
Dapat digunakan sebagai bahan studi atau tambahan literatur bagi
mahasiswa/i
Fakultas
Ekonomi
khususnya
Departemen
Ekonomi
Pembangunan.
2.
Sebagai bahan referensi dan informasi bagi masyarakat dan mahasiswa/i yang
ingin melakukan penelitian selanjutnya.
Andriani Syafitri : Analisis Determinan Tunggakan Pembayaran Cicilan Kredit Pemilikan Rumah (KPR) pada P.T.
Bank Tabungan Negara Cabang Medan, 2009.
USU Repository © 2009
3.
Untuk menambah dan memperkaya wawasan ilmiah penulis dalam disiplin
ilmu yang penulis tekuni.
BAB II
URAIAN TEORITIS
2.1
Bank
2.1.1 Pengertian Bank
Pada umumnya, masyarakat mendefinisikan Bank sebagai tempat menyimpan
uang dan memperoleh pinjaman kredit. Namun, terdapat beberapa definisi yang lebih
jelas dan terperinci mengenai bank.
Menurut Undang-undang RI No. 10 Tahun 1998 tanggal 10 November 1998
tentang perbankan, yang dimaksud dengan bank adalah ”badan usaha yang
menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan, dan menyalurkannya
kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka
meningkatkan taraf hidup masyarakat banyak” (Kasmir 2007:23).
Pengertian secara teknis dapat ditemukan pada Pernyataan Standard
Akuntansi Keuangan (PSAK) dan Surat Keputusan Menteri keuangan RI Nomor 792
tahun 1990. Pengertian Bank menurut PSAK Nomor 31 adalah ”suatu lembaga yang
berperan sebagai perantara keuangan antara pihak-pihak yang memiliki kelebihan
Andriani Syafitri : Analisis Determinan Tunggakan Pembayaran Cicilan Kredit Pemilikan Rumah (KPR) pada P.T.
Bank Tabungan Negara Cabang Medan, 2009.
USU Repository © 2009
dana dan pihak-pihak yang memerlukan dana, serta sebagai lembaga yang berfungsi
memperlancar lalu lintas pembayaran”.
Sedangkan berdasarkan SK Menteri Keuangan RI Nomor 792 tahun 1990
pengertian bank adalah ”bank merupakan suatu badan yang kegiatannya dibidang
keuangan melakukan penghimpunan dan penyaluran dana kepada masyarakat
terutama guna membiayai investasi perusahaan”.
Berdasarkan definisi-definisi di atas maka dapat disimpulkan bahwa bank
adalah lembaga keuangan yang kegiatannya menghimpun dan menyalurkan dana dari
dan kepada masyarakat yang memiliki fungsi memperlancar lalu lintas pembayaran.
Jadi dapat disimpulkan bahwa usaha perbankan meliputi tiga kegiatan utama yaitu :
a.
Menghimpun dana ( funding )
b.
Menyalurkan dana ( lending )
c.
Memberikan jasa – jasa bank lainnya ( services )
Dari ketiga kegiatan tersebut, kegiatan utama perbankan adalah menghimpun
dana ( funding), dan menyalurkan dana (lending).
2.1.2 Fungsi Bank
Secara umum, fungsi utama bank adalah menghimpun dana dari masyarakat
dan menyalurkannya kembali kepada masyarakat, dan secara lebih spesifik fungsi
bank sebagai agent of trust, agent of development, dan agent of services.
a.
Agent Of Trust
Andriani Syafitri : Analisis Determinan Tunggakan Pembayaran Cicilan Kredit Pemilikan Rumah (KPR) pada P.T.
Bank Tabungan Negara Cabang Medan, 2009.
USU Repository © 2009
Dasar utama kegiatan perbankan adalah trust atau kepercayaan, baik
dalam hal menghimpun dana maupun menyalurkan dana. Masyarakat akan
mau menitipkan dananya di bank apabila dilandasi oleh unsur kepercayaan.
Masyarakat percaya bahwa uangnya tidak akan disalahgunakan oleh bank,
uangnya akan dikelola dengan baik, dan juga percaya bahwa pada saat yang
telah dijanjikan masyarakat dapat menarik lagi simpanannya di bank. Pihak
bank sendiri akan mau menempatkan atau menyalurkan dananya kepada
debitur atau masyarakat apabila dilandasi oleh unsur kepercayaan.
Pihak bank percaya bahwa debitur tidak akan menyalahgunakan
pinjamannya, debitur akan mengelola dana pinjaman dengan baik, debitur
akan mempunyai kemauan untuk membayar pada saat jatuh tempo, dan juga
bank percaya bahwa debitur mempunyai niat baik untuk mengembalikan
pinjaman beserta kewajiban lainnya pada saat jatuh tempo.
b.
Agent Of Development
Sektor dalam perekonomian masyarakat yaitu sektor moneter dan
sektor riil tidak dapat dipisahkan. Kedua sektor tersebut berintegrasi saling
mempengaruhi satu dengan yang lain. Sektor riil tidak akan dapat berkinerja
dengan baik apabila sector moneter juga tidak bekerja dengan baik. Tugas
bank sebagai penghimpun dan penyalur dana sangat diperlukan untuk
kelancaran kegiatan perekonomian sector riil. Kegiatan bank tersebut
Andriani Syafitri : Analisis Determinan Tunggakan Pembayaran Cicilan Kredit Pemilikan Rumah (KPR) pada P.T.
Bank Tabungan Negara Cabang Medan, 2009.
USU Repository © 2009
memungkinkan masyarakat menanamkan investasi, distribusi, konsumsi, yang
selalu berkaitan dengan penggunaan uang.
Kelancaran kegiatan investasi, distribusi, konsumsi, ini tidak lain
adalah kegiatan pembangunan ekonomi masyarakat.
c.
Agent Of Services
Di samping melakukan kegiatan penghimpunan dan penyaluran dana,
bank juga memberikan penawaran jasa-jasa perbankan yang lain kepada
masyarakat. Jasa bank ini erat kaitannya dengan kegiatan perekonomian
masyarakat secara umum. Jasa-jasa bank ini antara lain dapat berupa
pengiriman uang, jasa penitipan barang berharga, jasa pemberian jaminan
bank dan jasa menyelesaikan tagihan.
Ketiga fungsi bank di atas diharapkan dapat memberikan gambaran
yang menyeluruh dan lengkap mengenai fungsi bank dalam perekonomian,
sehingga bank tidak hanya dapat diartikan sebagai lembaga perantara
keuangan atau financial intermediary institution.
2.1.3 Jenis-jenis Bank
Menurut Kasmir (2007:32), jenis-jenis bank dapat dibedakan atas :
a.
Dilihat dari segi fungsinya
Menurut Undang-undang Pokok Perbankan No 14 tahun 1967, jenis
perbankan menurut fungsinya, terdiri dari :
Andriani Syafitri : Analisis Determinan Tunggakan Pembayaran Cicilan Kredit Pemilikan Rumah (KPR) pada P.T.
Bank Tabungan Negara Cabang Medan, 2009.
USU Repository © 2009
1)
Bank Umum
2)
Bank Pembangunan
3)
Bank Tabungan
4)
Bank Pasar
5)
Bank Desa
6)
Lumbung Desa
7)
Bank Pegawai
8)
dan bank lainnya
Namun setelah keluar UU Pokok Perbankan Nomor 7 tahun 1992 dan
ditegaskan lagi dengan Undang-Undang RI Nomor 10 tahun 1998, maka jenis
perbankan dari segi fungsinya terdiri dari :
1)
Bank Umum
Bank umum adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara
konvensional dan atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya
memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. Sifat jasa yang diberikan
adalah umum, dalam arti dapat memberikan seluruh jasa perbankan dalam
seluruh wilayah kerjanya. Bank umum sering disebut dengan bank komersil
(commercial bank). Pada UU RI Nomor 10 ini ditetapkan bahwa Bank
Pembangunan dan Bank Tabungan berubah fungsinya menjadi Bank Umum.
2)
Bank Perkreditan Rakyat (BPR)
Andriani Syafitri : Analisis Determinan Tunggakan Pembayaran Cicilan Kredit Pemilikan Rumah (KPR) pada P.T.
Bank Tabungan Negara Cabang Medan, 2009.
USU Repository © 2009
Bank Perkreditan Rakyat (BPR) adalah bank yang melaksanakan
kegiatan usaha secara konvensional dan atau berdasarkan prinsip syariah yang
dalam kegiatannya tidak memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran.
Berdasarkan UU RI tersebut di atas juga ditetapkan bahwa Bank Desa, Bank
Pasar, Lumbung Desa dan Bank Pegawai diubah fungsinya menjadi Bank
Perkreditan Rakyat (BPR).
b.
Dilihat dari segi kepemilikannya
Maksudnya adalah siapa saja yang memiliki bank tersebut.
Berdasarkan kepemilikannya jenis bank terdiri dari :
1)
Bank Milik Pemerintah
Bank ini didirikan dan diberi modal oleh pemerintah, sehingga seluruh
keuntungan bank ini dimiliki oleh pemerintah pula. Contoh bank jenis ini
adalah : Bank Negara Indonesia (BNI), Bank Rakyat Indonesia (BRI), Bank
MANDIRI dan Bank
Tabungan Negara (BTN). Bank milik pemerintah
daerah (Pemda) atau BPD terdapat di daerah tingkat I dan tingkat II masingmasing provinsi.
2)
Bank Milik Swasta Nasional
Bank jenis ini seluruh atau sebagian besarnya dimiliki oleh swasta
nasional serta akte pendiriannya pun didirikan oleh swasta, begitu pula
pembagian keuntungannnya untuk pihak swasta pula.
Andriani Syafitri : Analisis Determinan Tunggakan Pembayaran Cicilan Kredit Pemilikan Rumah (KPR) pada P.T.
Bank Tabungan Negara Cabang Medan, 2009.
USU Repository © 2009
Contoh bank jenis ini adalah : Bank Muamalat, Bank Central Asia (BCA),
Bank Danamon, Bank Lippo, Bank Niaga, dan bank- bank swasta nasional
lainnya.
3)
Bank Milik Koperasi
Pada bank jenis ini, kepemilikan saham-saham bank dimiliki oleh
perusahaan yang berbadan hukum koperasi. Sebagai contohnya adalah Bank
Umum Koperasi Indonesia (BUKOPIN).
4)
Bank Milik Asing
Bank jenis ini merupakan cabang dari bank yang ada di luar negeri,
baik milik swasta asing atau pemerintah asing. Jelas kepemilikannya dimiliki
oleh pihak luar negeri. Contoh bank asing antara lain : ABN AMRO Bank,
American, European Asian Bank Express Bank, Bank of America, Bank of
Tokyo, dan bank swasta asing lainnya.
5)
Bank Milik Campuran
Pada bank campuran, kepemilikan sahamnya secara mayoritas
dipegang oleh warga negara Indonesia. Contoh bank campuran adalah : Bank
Finconesia, Bank UJF Indonesia, Bank Sumitomo Mitsui Indonesia, Bank
ANZ Panin, Rabobank International Indonesia, Bank Multicor, Bank Mizuho
Indonesia, dan bank campuran lainnya.
c.
Dilihat dari segi status
Andriani Syafitri : Analisis Determinan Tunggakan Pembayaran Cicilan Kredit Pemilikan Rumah (KPR) pada P.T.
Bank Tabungan Negara Cabang Medan, 2009.
USU Repository © 2009
Dilihat dari kemampuan melayani masyarakat bank umum dibagi
menjadi 2 jenis, yaitu :
1)
Bank Devisa
Bank devisa merupakan bank yang dapat melaksanakan
transaksi ke luar negeri atau yang berhubungan dengan mata uang
asing secara keseluruhan, misalnya transfer ke luar negeri, inkaso ke
luar negeri, travelers cheque, pembukaan dan pembayaran letter of
credit dan transaksi lainnya. Persyaratan untuk menjadi bank devisa
ini ditentukan oleh Bank Indonesia.
2)
Bank Non devisa
Bank non devisa merupakan bank yang belum mempunyai izin
untuk melaksanakan transaksi sebagai bank devisa, sehingga tidak
dapat melaksanakan transaksi seperti halnya bank devisa. Jadi, bank
non devisa merupakan kebalikan dari bank devisa, dimana transaksi
yang dilakukan masih dalam batas-batas negara.
d.
Dilihat dari segi pembagian hasil atau pembayaran bunga
Berdasarkan cara menentukan harga baik harga jual maupun harga beli
jenis bank adalah sebagai berikut :
1)
Bank Berdasarkan Prinsip Konvensional
Mayoritas bank yang berkembang di Indonesia dewasa ini
adalah bank yang berorientasi pada prinsip konvensional. Hal ini tidak
Andriani Syafitri : Analisis Determinan Tunggakan Pembayaran Cicilan Kredit Pemilikan Rumah (KPR) pada P.T.
Bank Tabungan Negara Cabang Medan, 2009.
USU Repository © 2009
terlepas dari sejarah bangsa Indonesia dimana asal mulanya bank di
Indonesia dibawa oleh kolonial Belanda.
Dalam mencari keuntungan dan menentukan harga kepada para
nasabahnya, bank yang berdasarkan kepada prinsip konvensional
menggunakan dua metode yaitu :
(a)
Menetapkan bunga sebagai harga, baik untuk produk simpanan
seperti giro, tabungan, maupun deposito. Demikian pula harga
untuk
produk
pinjamannya
(kredit)
juga
ditentukan
berdasarkan tingkat suku bunga tertentu. Penentuan harga ini
dikenal dengan istilah spread based.
(b)
Untuk
jasa-jasa
bank
lainnya,
pihak
perbankan
barat
menggunakan atau menerapkan berbagai biaya-biaya dalam
nominal atau persentase tertentu. Sistem pengenaan biaya ini
dikenal dengan istilah fee based.
2)
Bank Berdasarkan Prinsip Syariah
Bank
yang
berdasarkan
prinsip
syariah
belum
lama
berkembang di Indonesia. Namun di luar negeri terutama di Negaranegara Timur Tengah, jenis bank ini sudah cukup lama berkembang
pesat. Bank yang berdasarkan prinsip syariah dalam penentuan harga
produknya sangat berbeda dengan bank yang berdasarkan prinsip
konvensional. Bank berdasarkan prinsip syariah adalah aturan
Andriani Syafitri : Analisis Determinan Tunggakan Pembayaran Cicilan Kredit Pemilikan Rumah (KPR) pada P.T.
Bank Tabungan Negara Cabang Medan, 2009.
USU Repository © 2009
perjanjian berdasarkan hukum Islam antara bank dengan pihak lain
untuk menyimpan dana atau pembiayaan usaha atau kegiatan
perbankan lainnya.
Dalam menentukan harga atau mencari keuntungan bagi bank
yang berdasarkan prinsip syariah adalah sebagai berikut:
(a)
Pembiayaan berdasarkan prinsip bagi hasil (mudharabah)
(b)
Pembiayaan
berdasarkan
prinsip
penyertaan
modal
(musharakah)
(c)
Prinsip jual beli dengan memperoleh keuntungan (murabahah)
(d)
Pembiayaan barang modal berdasarkan sewa murni tanpa
pilihan (ijarah)
(e)
Atau
pembiayaan
dengan
adanya
pilihan
pemindahan
kepemilikan atas barang yang disewa dari pihak bank atau
pihak lain (ijahwaraiqtina)
Sumber penentuan harga atau pelaksanaan kegiatan bank
prinsip syariah dasar hukumnya adalah Al-qur’an dan Sunnah Rasul.
Bank berdasarkan prinsip syariah mengharamkan penggunaan harga
produknya dengan bunga tertentu. Bagi bank yang berdasarkan prinsip
syariah, bunga adalah riba.
2.1.4 Sumber-sumber Dana Bank
Andriani Syafitri : Analisis Determinan Tunggakan Pembayaran Cicilan Kredit Pemilikan Rumah (KPR) pada P.T.
Bank Tabungan Negara Cabang Medan, 2009.
USU Repository © 2009
Yang dimaksud dengan sumber-sumber dana bank adalah usaha bank dalam
menghimpun dana untuk membiayai operasinya. Hal ini sesuai dengan fungsinya
bahwa bank adalah lembaga keuangan di mana kegiatan sehari-harinya adalah dalam
bidang jual beli uang. Tentu saja sebelum menjual uang (memberikan pinjaman) bank
harus terlebih dahulu membeli uang (menghimpun dana), sehingga dari selisih bunga
tersebut bank mencari keuntungan.
Menurut Kasmir (2007:62), sumber-sumber dana bank tersebut adalah sebagai
berikut:
a.
Dana yang bersumber dari bank itu sendiri
Sumber dana ini merupakan sumber dana dari modal sendiri. Modal
sendiri maksudnya adalah modal setoran dan para pemegang sahamnya.
Secara garis besar, dapat disimpulkan pencarian dana sendiri terdiri dari:
1)
Setoran modal dari pemegang saham
2)
Cadangan-cadangan bank, maksudnya adalah cadangan-cadangan laba
pada tahun lalu yang tidak dibagi kepada para pemegang sahamnya.
Cadangan ini sengaja disediakan untuk mengantisipasi laba tahun yang
akan datang.
3)
Laba bank yang belum dibagi, merupakan laba yang memang belum
dibagikan
pada
tahun
yang
bersangkutan,
sehingga
dapat
dimanfaatkan sebagai modal untuk sementara waktu.
b.
Dana yang berasal dari masyarakat luas
Andriani Syafitri : Analisis Determinan Tunggakan Pembayaran Cicilan Kredit Pemilikan Rumah (KPR) pada P.T.
Bank Tabungan Negara Cabang Medan, 2009.
USU Repository © 2009
Sumber dana ini merupakan sumber dana terpenting bagi kegiatan
operasi bank dan merupakan ukuran keberhasilan bank jika mampu
membiayai operasinya dari sumber dana ini. Pencarian dana dari sumber ini
relatif paling mudah jika dibandingkan dengan sumber lainnya dan pencarian
dana dari sumber dana ini paling dominan, asal dapat memberikan bungan dan
fasilitas menarik lainnya.
Adapun sumber dana dari masyarakat luas dapat dilakukan dalam
bentuk:
1)
Simpanan giro (demand deposit)
Simpanan giro merupakan simpanan yang dipercayakan oleh
nasabah kepada bank, yang penarikannya dapat dilakukan sewaktuwaktu oleh nasabah dengan menggunakan cek, bilyet giro, ataupun
pemindahbukuan. Nasabah yang menyimpan dananya pada bank akan
memperoleh balas jasa yang disebut dengan jasa giro. Jasa giro lebih
kecil nilainya bila dibandingkan dengan bunga tabungan dan depsito.
Dan besarnya juga berbeda untuk setiap bank, tergantung kepada bank
yang bersangkutan.
2)
Simpanan tabungan(saving deposit)
Simpanan tabungan adalah simpanan yang penarikannya
menggunakan alat-alat penarikan tertentu, yang berbeda dengan
simpanan giro, sesuai dengan perjanjian yang telah disepakati antara
Andriani Syafitri : Analisis Determinan Tunggakan Pembayaran Cicilan Kredit Pemilikan Rumah (KPR) pada P.T.
Bank Tabungan Negara Cabang Medan, 2009.
USU Repository © 2009
nasabah dan bank. Pada umumnya alat-alat penarikan yang biasa
digunakan dalam simpanan tabungan adalah buku tabungan, slip
penarikan, kuitansi, dan ATM. Balas jasa bank yang diberikan kepada
nasabah untuk simpanan tabungan disebut dengan bunga tabungan.
3)
Simpanan deposito (time deposit)
Simpanan deposito adalah simpanan yang dipercayakan oleh nasabah
kepada bank dalam jangka waktu yang telah disepakati, dan penarikannya
hanya dapat dilakukan pada waktu yang juga telah disepakati keduanya.
Beberapa jenis deposito diantaranya yaitu, deposito berjangka, setifikat
deposito, dan deposito on call. Balas jasa yang diberikan oleh bank atas
deposito disebut bunga deposito, dan umumnya lebih besar bila dibandingkan
jasa giro dan bunga tabungan.
c.
Dana yang bersumber dari lembaga lainnya
Sumber dana yang ketiga ini merupakan tambahan jika bank
mengalami kesulitan dalam pencarian sumber dana pertama dan kedua di atas.
Pencarian dana dari sumber ini antara lain dapat diperoleh dari:
1)
Kredit likuiditas dari Bank Indonesia, merupakan kredit yang
diberikan Bank Indonesia kepada bank-bank yang mengalami
kesulitan likuiditasnya. Kredit likuisitas ini juga diberikan kepada
pembiayaan sektor-sektor tertentu.
Andriani Syafitri : Analisis Determinan Tunggakan Pembayaran Cicilan Kredit Pemilikan Rumah (KPR) pada P.T.
Bank Tabungan Negara Cabang Medan, 2009.
USU Repository © 2009
2)
Pinjaman antarbank (call money), pada umumnya diberikan kepada
bank-bank yang mengalami kalah kliring di dalam lembaga klirin.
Pinjaman ini bersifat jangka pendek dengan bunga yang relatif tinggi.
3)
Pinjaman dari bank-bank luar negeri, merupakan pinjaman yang
diperoleh oleh perbankan dari pihak luar negeri.
4)
Surat Berharga Pasar Uang (SBPU). Dalam hal ini pihak perbankan
menerbitkan SBPU kemudian diperjualbelikan kepada pihak yang
berminat, baik perusahaan keuangan maupun non keuangan.
2.2
Kredit
2.2.1 Pengertian Kredit
Kredit berasal dari bahasa Yunani, credere, yang berarti kepercayaan.
Defenisi kredit dalam arti ekonomi adalah suatu penundaan pembayaran dari prestasi
yang diberikan seseorang, baik dalam bentuk barang, uang maupun jasa.
Dengan demikian istilah kredit memiliki arti khusus, yaitu meminjamkan
uang atau penundaan pembayaran. Apabila orang mengatakan membeli secara kredit,
maka hal itu berarti si pembeli tidak harus membayarnya pada saat itu juga (Budi
Untung 2005:1). Artinya, uang atau barang yang diterima sekarang akan
dikembalikan atau dibayar pada masa yang akan datang.
Andriani Syafitri : Analisis Determinan Tunggakan Pembayaran Cicilan Kredit Pemilikan Rumah (KPR) pada P.T.
Bank Tabungan Negara Cabang Medan, 2009.
USU Repository © 2009
Defenisi kredit menurut undang-undang nomor 10 tahun 1998 pasal 1 butir 11
tentang perbankan adalah: “ kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat
dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam
meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk
melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan jumlah bunga, imbalan atau
pembagian keuntungan”.
Berdasarkan pengertian di atas, dapat dilihat bahwa unsur kredit yang utama
adalah kepercayaan dan waktu. Kepercayaan dalam hal ini adalah bahwa pemberi
kredit berkeyakinan bahwa prestasi (uang, jasa, atau barang) yang diberikan kepada
debitur akan benar-benar diterimanya dimasa yang akan datang. Unsur waktu adalah
bahwa antara pemberian kredit dan pengembaliannya dibatasi oleh waktu tertentu.
2.2.2 Tujuan dan Fungsi Kredit
Kredit erat kaitannya dengan pengadaan modal suatu badan usaha, dimana
dalam menjalankan usahanya pihak manajemen berusaha untuk memperoleh
tambahan modal dari berbagai sumber, termasuk diantaranya melalui kredit.
Tujuan pemberian fasilitas kredit oleh bank kepada nasabah tidak akan
terlepas dari misi bank tersebut didirikan. Pada umumnya, tujuan utama pemberian
fasilitas kredit tersebut, yaitu:
a.
Mencari keuntungan
Andriani Syafitri : Analisis Determinan Tunggakan Pembayaran Cicilan Kredit Pemilikan Rumah (KPR) pada P.T.
Bank Tabungan Negara Cabang Medan, 2009.
USU Repository © 2009
b.
Membantu usaha nasabah
c.
Membantu pemerintah
Selain itu, kredit juga turut berperan dalam perekonomian dan kehidupan
masyarakat. Beberapa fungsi kredit, yaitu:
a.
Kredit meningkatkan daya guna uang
b.
Kredit meningkatkan peredaran dan lalu lintas uang
c.
Kredit meningkatkan daya guna barang
d.
Kredit meningkatkan peredaran barang
e.
Kredit sebagai salah satu alat stabilitas ekonomi
f.
Kredit mampu meningkatkan kegairahan usaha.
g.
Kredit mampu meningkatkan pemerataan pendapatan
h.
Kredit dapat meningkatkan hubungan internasional
2.2.3 Jenis-jenis Kredit
Kredit yang disalurkan bank kepada nasabah, terdiri dari beberapa jenis.
Secara umum, kredit dapat digolongkan berdasarkan beberapa jenis. Penggolongan
ini dapat dibedakan lagi atas beberapa segi, antara lain:
a.
Dilihat dari segi kegunaan
1)
Kredit investasi, yaitu kredit yang digunakan untuk melakukan
perluasan usaha, atau keperluan rehabilitasi. Contohnya adalah kredit
Andriani Syafitri : Analisis Determinan Tunggakan Pembayaran Cicilan Kredit Pemilikan Rumah (KPR) pada P.T.
Bank Tabungan Negara Cabang Medan, 2009.
USU Repository © 2009
yang digunakan untuk membangun pabrik baru atau membeli mesinmesin baru.
2)
Kredit modal kerja, yaitu kredit yang digunakan untuk operasional
usaha dan mampu meningkat produksi usaha. Contohnya kredit yang
digunakan untuk membeli bahan baku, membayar gaji pegawai, atau
biaya lainnya yang berkaitan dengan operasional usaha.
b. Dilihat dari segi tujuan kredit
1)
Kredit produktif, adalah kredit yang diberikan untuk menghasilkan
barang atau jasa. Pada umumnya kredit jenis ini dipergunakan untuk
produksi dan investasi.
2)
Kredit konsumtif, adalah kredit yang digunakan untuk keperluan
konsumsi pribadi debitur. Contohnya adalah kredit pemilikan rumah
dan kredit mobil.
3)
Kredit perdagangan, adalah kredit yang diberikan untuk keperluan
perdagangan, yang pembayarannya dilakukan dari hasil perdagangan
barang dan jasa tersebut. Salah satu contohnya adalah kredit yang
diberikan kepada pedagang-pedagang besar.
c.
Dilihat dari segi jangka waktu
1)
Kredit
jangka
pendek,
yaitu
kredit
yang
jangka
waktu
pengembaliannya kurang dari satu tahun. Contohnya kredit untuk
tanaman palawija.
Andriani Syafitri : Analisis Determinan Tunggakan Pembayaran Cicilan Kredit Pemilikan Rumah (KPR) pada P.T.
Bank Tabungan Negara Cabang Medan, 2009.
USU Repository © 2009
2)
Kredit
jangka
panjang,
yaitu
kredit
yang
jangka
waktu
pengembaliannya antara 1 sampai dengan 3 tahun. Contohnya kredit
untuk pertanian.
3)
Kredit jangka panjang, yaitu kredit yang memiliki jangka waktu
pengembalian lebih dari 5 tahun. Pada umumnya kredit ini diberikan
untuk kegiatan investasi jangka panjang ataupun untuk kredit
konsumtif. Contohnya, kredit untuk perkebunan karet dan kredit
kepemilikan rumah.
d.
Dilihat dari segi jaminan
1)
Kredit dengan jaminan
Kredit yang diberikan oleh bank dengan jaminan dari nasabah.
Jaminan ini bisa berupa benda berwujud berupa barang-barang yang
tidak mudah menyusut nilainya, eperti tanah, bangunan, ataupun
kendaraan bermotor. Jaminan tersebut dapat pula berupa benda tidak
berwujud seperti sertifikat saham, sertifikat deposito, wesel dan suratsurat berharga lainnya.
2)
Kredit tanpa jaminan
Kredit yang diberikan oleh bank tanpa adanya jaminan dari
nasabah, dengan melihat prospek usaha dan loyalitas nasabah. Pada
umumnya, kredit ini diberikan kepada perusahaan profesional atau
dengan pertimbangan untuk pengusaha-pengusaha lemah.
Andriani Syafitri : Analisis Determinan Tunggakan Pembayaran Cicilan Kredit Pemilikan Rumah (KPR) pada P.T.
Bank Tabungan Negara Cabang Medan, 2009.
USU Repository © 2009
e.
Dilihat dari segi sektor usaha
1)
Kredit pertanian, merupakan kredit yang dibiayai untuk sektor
perkebunan atau pertanian rakyat.
2)
Kredit peternakan, dalam jangka pendek misalnya untuk peternakan
ayam dan dalam jangka seperti untuk peternakan kambing.
3)
Kredit industri, yaitu kredit yang digunakan untuk membiayai industri
kecil, menengah ataupun besar.
4)
Kredit pertambangan, pada umumnya kredit dierikan untuk jenis usaha
tambang jangka panjang.
5)
Kredit
pendidikan,
merupakan
kresit
yang
diberikan
untuk
membangun sarana dan prasarana pendidikan atau dapat pula berupa
kredit yang diberikan untuk mahasiswa.
6)
Kredit profesi, diberikan kepada para profesional seperti dosen, dokter
atau pengacara.
7)
Kredit perumahan, yaitu kredit yang digunakan untuk membiayai
pembangunan atau pembelian perumahan.
8)
Kredit untuk sektor-sektor lainnya.
2.2.4 Unsur-unsur Kredit
Andriani Syafitri : Analisis Determinan Tunggakan Pembayaran Cicilan Kredit Pemilikan Rumah (KPR) pada P.T.
Bank Tabungan Negara Cabang Medan, 2009.
USU Repository © 2009
Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, unsur kredit yang utama adalah
kepercayaan dan waktu. Namun, jika kita berbicara mengenai kredit secara
keseluruhan, maka kita juga akan berbicara menganai unsur-unsur yang yeng
terkandung di dalamnya secara keseluruhan. Unsur-unsur yang terkandung dalam
suatu fasilitas kredit tidak hanya unsur kepercayaan dan waktu, tetapi terdapat
beberapa unsur lainnya.
Adapun unsur-unsur kredit yang terkandung dalam pemberian suatu fasilitas
kredit adalah sebagai berikut:
a.
Kepercayaan, yaitu suatu keyakinan pemberi kredit bahwa kredit yang
diberikan akan benar-benar diterima kembali pada masa yang akan datang.
Kepercayaan ini dapat diperoleh melalui peyelidikan mengenai kepribadian,
kondisi usaha dan loyalitas nasabah, baik dari interen ataupun eksteren.
b.
Kesepakatan, yaitu kesepakatan mengenai segala sesuatu yang berhubungan
dengan kredit, yang dituangkan dalam suatu perjanjian kredit sesuai dengan
kesepakatan pihak bank dan nasabah.
c.
Jangka waktu, yaitu mengenai jangka waktu pengembalian kredit yang
diberikan oleh bank. Jangka waktu ini bisa berbentuk jangka pendek, jangka
menengah atau jangka panjang.
d.
Resiko, yaitu kemungkinan tidak kembalinya kredit yang bisa saja disebabkan
oleh berbagai faktor, baik yang disengaja ataupun tidak. Semakin panjang
jangka waktu pengembalian kredit, maka akan semakin besar tingkat resiko
Andriani Syafitri : Analisis Determinan Tunggakan Pembayaran Cicilan Kredit Pemilikan Rumah (KPR) pada P.T.
Bank Tabungan Negara Cabang Medan, 2009.
USU Repository © 2009
kredit. Sebaliknya, semakin pendek jangka waktu pengembalian kredit, maka
akan semakin kecil tingkat resiko pengembalian kredit.
e.
Balas jasa, merupakan bunga yang harus dibayarkan oleh nasabah kepada
bank atas peminjaman sejumlah dana, yang lebih dikenal dengan istilah bunga
kredit. Bunga kredit merupakan keuntungan yang berhak diperoleh bank atas
pemberian fasilitas kredit.
2.2.5 Penilaian Kredit
Dalam melaksanakan tugasnya untuk menyalurkan dana kepada masyarakat,
bank tidak dapat memberikan fasilitas kredit begitu saja. Sebelum memberikan kredit,
suatu tim atau organisasi perkreditan melakukan analisis kredit yang disebut dengan
penilaian kredit. Penilaian kredit ini dimaksudkan agar pemberian kredit tersebut
mencapai sasaran yang tepat, lebih terarah, memberikan hasil dan aman. Dalam
melakukan penilaian kredit, aspek-aspek dan kriteria-kriteria yang dinilai oleh setiap
bank adalah sama. Pada umumnya, bank melakukan pernilaian kredit dengan analisis
5C dan 7P.
Penilaian kredit menggunakan 5C, meliputi:
a.
Character, merupakan penilaian terhadap kepribadian dan watak nasabah
untuk mengetahui apakah nasabah yang akan diberikan dapat dipercaya,
sehingga pengembalian kredit dapat berjalan lancar.
Andriani Syafitri : Analisis Determinan Tunggakan Pembayaran Cicilan Kredit Pemilikan Rumah (KPR) pada P.T.
Bank Tabungan Negara Cabang Medan, 2009.
USU Repository © 2009
b.
Capacity, merupakan penilaian terhadap kemampuan nasabah untuk
mengelola usahanya, sehingga bank dapat mengetahui kemampuan nasabah
dalam mempergunakan kredit yang diberikan. Penilaian ini akan membantu
bank dalam memperkirakan kemampuan nasabah untuk mengembalikan
kredit.
c.
Capital, bertujuan mengetahui apakah penggunaan modal usaha oleh nasabah
cukup efektif. Hal ini dapat terlihat dari laporan keuangan usaha.
d.
Colleteral, merupakan jaminan yang diberikan oleh nasabah dalam
memperoleh kredit guna mengantisipasi pengembalian kredit yang bermasalah
oleh nasabah. Jaminan yang diagunkan oleh nasabah merupakan jaminan yang
nilainya tidak mudah terdepresiasi dalam jangka waktu panjang, dan terjamin
keabsahannya. Selain itu, nilai jaminan haruslah lebih besar daripada nilai
fasilitas kredit yang disalurkan.
e.
Condition, merupakan penilaian terhadap berbagai keadaan, baik keadaan
ekonomi maupun politik saat ini atau pada masa yang akan datang, terutama
keadaan sektor usaha yang dijalankan nasabah, sehingga bank dapat
meramalkan prospek nasabah.
Selain menggunakan penilaian 5C, penilaian lain yang juga sering digunakan
oleh bank dalam melakukan analisis penilaia kredit adalah metode analisis 7P, yaitu:
Andriani Syafitri : Analisis Determinan Tunggakan Pembayaran Cicilan Kredit Pemilikan Rumah (KPR) pada P.T.
Bank Tabungan Negara Cabang Medan, 2009.
USU Repository © 2009
a.
Personality, yaitu melakukan penilaian terhadap kepribadian, emosi ataupun
perilaku sehari-hari ataupun masa lalu nasabah.
b.
Party, yaitu pengklasifikasian nasabah ke dalam golongan-golongan tertentu
berdasarkan modal, loyalitas dan karakternya. Sehingga setiap golongan
nasabah mendapatkan fasilitas yang berbeda dari bank.
c.
Purpose, yaitu untuk mengetahui tujuan dan jenis kredit yang diajukan oleh
nasabah.
d.
Prospect, yaitu melakukan penilaian terhadap keberhasilan kelangsungan
usaha nasabah, sehingga bank dapat mengetahui peluang keberhasilan usaha
nasabah di kemudian hari.
e.
Payment, yaitu penilaian yang berkaitan dengan cara dan sumber pembayaran
kembali fasilitas kredit yang telah disalurkan oleh bank.
f.
Profitability, yaitu penilaian terhadap kemampuan nasabah untuk memperoleh
keuntungan dalam menjalankan usahanya, terlebih dengan tambahan modal
usaha melalui kredit yang disalurkan.
g.
Protection, bertujuan untuk mejaga agar usaha dan jaminan dapat terlindungi.
Bentuk perlindungan ini dapat berupa jaminan asuransi.
2.2.6 Aspek-aspek Dalam Penilaian Kredit
Andriani Syafitri : Analisis Determinan Tunggakan Pembayaran Cicilan Kredit Pemilikan Rumah (KPR) pada P.T.
Bank Tabungan Negara Cabang Medan, 2009.
USU Repository © 2009
Disamping melakukan penilaian kredit untuk mengetahui apakah nasabah
layak untuk memperoleh fasilitas kredit, bank juga harus mempertimbangkan
beberapa aspek dalam memberikan fasilitas kredit
Aspek-aspek yang juga turut menjadi pertimbangan bank dalam penyaluran
kredit, yaitu:
a.
Aspek pemasaran
Yaitu aspek yang mempertimbangkan permintaan efektif dari produk
barang/jasa yang direncanakan oleh calon debitur dengan tujuan untuk melihat
apakah produk yang direncanakan dapat diserap pasar, sehingga hasil
penjualan dapat mengembalikan pinjamannya.
b.
Aspek teknis produksi
Penilaian terhadap aspek ini meliputi kelancaran produksi, kapasitas
produksi, mesin-mesin dan peralatan, ketersediaan dan kontiunitas bahan baku
serta kualitas tenaga kerja yang dimiliki.
c.
Aspek manajemen
Perlu
diperhatikan
struktur
organisasi
dan
anggota-anggota
manajemen termasuk kemampuan dan pengalamannya serta pola-pola
kepemimpinan yang diterapkan oleh top manajemen.
d.
Aspek finansial
Andriani Syafitri : Analisis Determinan Tunggakan Pembayaran Cicilan Kredit Pemilikan Rumah (KPR) pada P.T.
Bank Tabungan Negara Cabang Medan, 2009.
USU Repository © 2009
Meliputi keadaan keuangan perusahaan debitur yang akan dibiayai.
Untuk itu perlu diperoleh data-data laporan keuangan, arus dana, realisasi,
produksi, pembelian dan penjualan.
e.
Aspek yuridis
Meliputi status hukum badan usaha misalnya akte pendirian yang telah
disahkan oleh yang berwenang, legalitas usaha meliputi kelengkapan izin
usaha dan legalitas barang-barang jaminan
f.
Aspek sosial ekonomi
Penilaian ini untuk mengetahui apakah usaha yang akan dibiayai
dengan kredit bank tersebut diterima atau memberi dampak positif atau
negatif terhadap lingkungan masyarakat setempat.
2.2.7 Pengawasan Kredit
Pengawasan kredit yang dilakukan oleh bank setelah kredit dicairkan,
merupakan salah satu kunci utama dari keberhasilan pemberian kredit, selain
ketajaman dan ketelitian yang dilakukan sewaktu melakukan analisis kredit.
Pengawasan ini dimaksudkan untuk memperkecil kemungkinan terjadinya kredit
macet, khususnya kegagalan pengembalian kredit oleh debitur. Terjadinya kredit
bermasalah, terutama disebabkan oleh kelalaian bank dalam melakukan pengawasan
kredit.
Pengawasan kredit meliputi berbaga aspek kegiatan, diantaranya:
Andriani Syafitri : Analisis Determinan Tunggakan Pembayaran Cicilan Kredit Pemilikan Rumah (KPR) pada P.T.
Bank Tabungan Negara Cabang Medan, 2009.
USU Repository © 2009
a.
Adanya administrasi kredit yang memadai dan menggunakan cara mutakhir
seperti online system.
b.
Keharusan bagi nasabah untuk menyampaikan laporan berkala atas jenis-jenis
laporan yang telah dituangkan dalam perjanjian kredit.
c.
Keharusan bagi account officer bank untuk melakukan kunjungan ke debitur,
untuk melihat perkembangan usaha yang dibiayai oleh proyek tersebut.
d.
Adanya konsultasi yang terstruktur antara pihak bank dan debitur, terutama
apabila debitur mengalami masalah pada uisahanya atau mulai menunjukkan
kemungkinan terjadinya kemacetan pembayaran.
e.
Adanya suatu sistem peringatan pada administrasi bank,
misalnya
perbandingan nilai agunan dengan sisa pinjaman kredit, dan posisi nasabah
berdasarkan kolektibilitas kreditnya pada setiap waktu apakah masih
tergolong lancar atau kurang lancar bahkan macet.
2.2.8 Kredit Bermasalah
Perkembangan pemberian kredit yang paling tidak menggembirakan bagi
pihak bank adalah apabila kredit yang disalurkannya ternyata menjadi kredit
bermasalah atau Non Performing Loan (NPL). NPL terutama disebabkan oleh
kegagalan pihak debitur memenuhi kewajibannya untuk membayar angsuran pokok
kredit beserta bunga yang telah disepakati oleh kedua belah pihak dalam perjanjian
Andriani Syafitri : Analisis Determinan Tunggakan Pembayaran Cicilan Kredit Pemilikan Rumah (KPR) pada P.T.
Bank Tabungan Negara Cabang Medan, 2009.
USU Repository © 2009
kredit, namun dapat pula disebabkan oleh kesalahan bank terutama pada waktu proses
penilaian kredit.
Penggolongan suatu kredit untuk dinyatakan sebagai kredit bermasalah,
berkaitan dengan tingkat kolektibilitas kredit yang ditentukan oleh Bank Indonesia,
sebagai berikut:
a.
Kredit lancar adalah kredit yang tidak mengalami penundaan dan
pengembalian pokok pinjaman maupun pembayaran bunga.
b.
Kredit dengan perhatian khusus adalah kredit yang pengembalian pokok
pinjaman dan pembayaran bunganya mengalami penundaan selama 1 hari
sampai 90 hari.
c.
Kredit kurang lancar adalah kredit yang pengembalian pokok pinjaman dan
pembayaran bunganya mengalami penundaan selama 91 hari sampai 180 hari.
d.
Kredit diragukan adalah kredit yang pengembalian pokok pinjaman dan
pembayaran bunganya telah mengalami penundaan selama 181 hari sampai
270 hari.
e.
Kredit macet adalah kredit yang pengembalian pokok pinjaman dan
pembayaran bunganya telah mengalami penundaan yang telah melampaui 271
hari.
Andriani Syafitri : Analisis Determinan Tunggakan Pembayaran Cicilan Kredit Pemilikan Rumah (KPR) pada P.T.
Bank Tabungan Negara Cabang Medan, 2009.
USU Repository © 2009
Berdasarkan
Surat
Keputusan
Direksi
Bank
Indonesia
nomor
31/147/KEP/DIR tanggal 12 November 1998, yang digolongkan kepada kredit macet
adalah kredit dengan kolektibilitas kurang lancar, diragukan, dan macet.
Beberapa dampak dari NPL bagi pihak bank adalah:
a.
Hilangnya kesempatan untuk memperoleh pendapatan dari kredit yang telah
disalurkan.
b.
Rasio kualitas aktiva produktif atau yang dikenal dengan BDR (Bad Debt
Ratio) menjadi semakin besar, menunjukkan situasi yang semakin memburuk.
c.
Bank harus menyisihkan modalnya untuk cadangan aktiva produktif, dan akan
berdampak pada CAR (Capital Adequacy Ratio).
d.
ROA (Return On Asset) akan mengalami penurunan.
e.
BDR, CAR dan ROA yang memburuk akan berpengaruh pada menurunnya
tingkat kesehatan bank berdasarkan metode CAMEL.
2.2.9 Penyelamatan Kredit Bermasalah
Penyelamatan kredit merupakan usaha yang dilakukan oleh bank terhadap
kredit yang digolongkan sebagai kredit bermasalah. Penyelamatan kredit dimaksud
sebagai upaya menyelesaikan kredit yang tergolong kedalam NPL setelah semua
upaya pembinaan kredit dilakukan.
Beberapa cara pendekatan yang dapat dipertimbangkan dalam upaya
penyelamatan kredit bermasalah adalah sebagai berikut:
Andriani Syafitri : Analisis Determinan Tunggakan Pembayaran Cicilan Kredit Pemilikan Rumah (KPR) pada P.T.
Bank Tabungan Negara Cabang Medan, 2009.
USU Repository © 2009
a.
Rescheduling (Penjadwalan ulang)
Yaitu pengubahan persyaratan kredit yang hanya menyangkut jadwal
pembayaran kredit dan atau jangka waktu kredit. Dalam proses ini tunggakan
pokok
dan
bunga
dijumlahkan
untuk
kemudian
dijadwal
ulang
pembayarannya dan disesuaikan dengan kemampuan membayar debitur.
b.
Reconditioning (Persyaratan ulang)
Yaitu pengubahan sebagian atau seluruh syarat-syarat kredit yang
semula disepakati seperti di dalam surat perjanjian kredit, dengan
memperhatikan
masalah-masalah
yang
dihadapi oleh debitur dalam
pelaksanaan usahanya.
c.
Restructurining (Penataan ulang)
Yaitu pengubahan komposisi pembiayaan usaha debitur yang
mendasari pemberian kredit. Bisa saja berupa penambahan dana dari bank
atau justru pengurangan porsi pinjaman.
d.
Kombinasi 3R
Bila dianggap perlu, bank dapat melakukan berbagai kombinasi dari
tindakan rescheduling, reconditioning, dan restructuring tersebut, yakni:
1)
Rescheduling dan reconditioning
2)
Rescheduling dan restructuring
3)
Restructuring dan reconditioning
4)
Rescheduling, reconditioning dan restructuring sekaligus
Andriani Syafitri : Analisis Determinan Tunggakan Pembayaran Cicilan Kredit Pemilikan Rumah (KPR) pada P.T.
Bank Tabungan Negara Cabang Medan, 2009.
USU Repository © 2009
e.
Eksekusi barang jaminan
Jika semua usaha penyelamatan di atas telah diupayakan, namun tidak
juga mampu menyelesaikan kewajibannya kepada bank, maka jalan terakhir
adalah bank melakukan eksekusi terhadap agunan nasabah.
2.3
Inflasi
2.3.1 Pengertian Inflasi
Inflasi adalah keadaan yang menyebabkan harga barang dan jasa tersu
mengalami kenaikan dalam jangka waktu panjang. Kenaikan harga bahan mentah
yang diimpor, kenaikan harga bahan bakar, defisit dalam anggaran pemerintah,
pinjaman sistem bank yang berlebihan, dan kegiatan investasi yang sangat pesat
perkembangannya merupakan beberapa contoh dari keadaan-keadaan dalam
perekonomian yang dapat menimbulkan inflasi.
Beberapa
Diantaranya
ahli
adalah
memberikan
Boediono
pendapatnya
(2001),
yang
mengenai
menyebutkan
definisi
inflasi.
inflasi
adalah
kecenderungan kenaikan harga barang dan jasa secara umum, yang berlangsung terus
menerus. Kenaikan harga satu atau dua barang saja tidak dapat disebut inflasi,
terkecuali kenaikan harga tersebut meluas kemana-mana.
Andriani Syafitri : Analisis Determinan Tunggakan Pembayaran Cicilan Kredit Pemilikan Rumah (KPR) pada P.T.
Bank Tabungan Negara Cabang Medan, 2009.
USU Repository © 2009
Definisi lain mengenai inflasi adalah suatu keadaan yang mengindikasikan
semakin melemahnya daya beli yang diikuti dengan semakin merosotnya nilai riil
(intrinsik) mata uang suatu negara (Tajul Khalwaty, 2000:5).
Dengan demikian, Secara umum, inflasi dapat diartikan sebagai penurunan
daya beli masyarakat sebagai akibat terjadinya kenaikan harga barang dan jasa secara
terus menerus.
2.3.2 Jenis-jenis Inflasi
Dalam ilmu ekonomi, inflasi dapat dibedakan menjadi beberapa jenis dalam
berbagai kategori, yang ditentukan berdasarkan beberapa hal, yaitu:
a.
Menurut derajat atau bobotnya
1)
Inflasi ringan, adalah inflasi dengan laju pertumbuhan yang
berlangsung dengan perlahan dan berada pada posisi satu digit atau di
bawah 10% per tahun (single digit).
2)
Inflasi sedang, adalah inflasi dengan tingkat laju pertumbuhan berada
di antara 10% sampai 30% per tahun atau melebihi dua digit dan
sangat mengancam struktur perekonomian suatu negara.
3)
Inflasi berat, adalah inflasi dengan laju pertumbuhan 30% sampai
100% per tahun. Dengan kondisi demikian, sektor-sektor produksi
hampir lumpuh total, kecuali sektor yang dikuasai oleh negara.
Andriani Syafitri : Analisis Determinan Tunggakan Pembayaran Cicilan Kredit Pemilikan Rumah (KPR) pada P.T.
Bank Tabungan Negara Cabang Medan, 2009.
USU Repository © 2009
4)
Inflasi sangat berat, disebut juga hyper inflation, adalah inflasi dengan
laju pertumbuhan melampaui 100% per tahun, sebagaimana terjadi
pada masa Perang Dnia II. Untuk keperluan perang terpaksa harus
dibiayai dengan cara mencetak uang secara berlebihan.
b.
Menurut penyebabnya
1)
Demand Pull Inflation, inflasi ini terjadi karena permintaan dalam
negeri (baik masyarakat maupun pemerintah) terhadap berbagai
barang sangat kuat serta melebihi out put yang ada dalam
perekonomian tersebut. Akibatnya, akan menarik (pull) kurva
permintaan agregat ke arah kanan atas, sehingga terjadi excess
demand, yang merupakan inflationary gap. Adapun bentuk kurva dari
Demand Pull Inflation terdapat pada gambar 2.1 berikut ini.
P
AS
AD1
AD
E1
P1
E0
P0
AS
AD1
AD
Andriani Syafitri : Analisis Determinan Tunggakan Pembayaran Cicilan Kredit Pemilikan Rumah (KPR) pada P.T.
Bank Tabungan Negara Cabang Medan, 2009.
USU Repository © 2009
0
Y0
Y1
Y
Gambar 2.1
Kurva Demand Pull Inflation
Dimana:
2)
AD
= Permintaan agregat (Agregate Demand)
AS
= Penawaran agregat (Agregate Supply)
E
= Titik keseimbangan (Equilibrium)
P
= Harga (Price)
Y
= Out put
Cost push inflation, pada jenis inflasi ini, kenaikan harga terjadi
karena adanya kenaikan biaya produksi (cost push inflation), atau
dapat pula terjadi karena buruh menuntut kenaikan upah (wage push
inflation). Hal ini menyebabkan bergesernya aggregate supply curve
ke arah kiri atas, seperti yang terlihat pada gambar 2.2 berikut ini.
P
AD
AS1
AS
P0
E2
P1
E1
AS1
AD
Andriani Syafitri : Analisis Determinan Tunggakan Pembayaran Cicilan Kredit Pemilikan Rumah (KPR) pada P.T.
Bank Tabungan Negara Cabang Medan, 2009.
USU Repository © 2009
AS
0
Yo
Y1
Y
Gambar 2.2
Kurva Cost Push Inflation
3)
Combined inflation, yaitu inflasi yang timbul karena pengaruh
pergeseran permintaan dan penawaran masyarakat. Dengan demikian
harga yang timbul disebabkan oleh permintaan masyarakat yang kuat
dan juga adanya tuntutan dari buruh atau pengusaha yang
menyebabkan kenaikan ongkos. Dapat dilihat pada gambar 2.3 di
bawah ini.
P
AD
AD1
AS
AS1
E2
P1
P0
E1
AS
0
AS1
Y0
AD
Y1
AD1
Y
Gambar 2.3
Kurva Combination Inflation
Andriani Syafitri : Analisis Determinan Tunggakan Pembayaran Cicilan Kredit Pemilikan Rumah (KPR) pada P.T.
Bank Tabungan Negara Cabang Medan, 2009.
USU Repository © 2009
c.
Menurut asalnya
1)
Domestic inflation, inflasi yang berasal dari dalam negeri. Kenaikan
harga-harga disebabkan karena adanya kejutan (shock)dari dalam
negeri.
2)
Imported inflation, inflasi yang terjadi di dalam negeri karena adnya
pengaruh kenaikan harga dari luar negeri, yang memiliki hubungan
perdagangan dengan negara bersangkutan.
d.
Menurut intensitas inflasi
1)
Creeping inflation atau mild inflation atau inflasi merayap, adalah
inflasi yang terjadi dengan laju pertumbuhan berlangsung lamabt
(merayap). Jenis inflasi ini biasanya terjadi di negara-negara sedang
berkembang karena terjadinya melekat dengan pembangunan itu
sendiri.
2)
Hyper inflation atau galloping inflation adalah inflasi yang sangat
berat yang timbul akibat adanya kenaikan harga-harga umum yang
berlangsung sangat cepat. Hyper inflation sangat berbahaya karena
dapat merusak struktur perekonomian negara.
Andriani Syafitri : Analisis Determinan Tunggakan Pembayaran Cicilan Kredit Pemilikan Rumah (KPR) pada P.T.
Bank Tabungan Negara Cabang Medan, 2009.
USU Repository © 2009
2.3.3 Cara mengukur inflasi
Terdapat banyak cara untuk mengukur laju pertumbuhan inflasi. Beberapa
diantaranya adalah:
a.
Angka harga umum (general price)
Cara umum yang digunakan untuk mengukur inflasi adalah dengan
menggunakan angka harga umum (general price). Formulasi umum yang
digunakan adalah sebagai berikut:
HUt – HUt-1
LIt =
HUt-1
Dimana :
LIt
= Laju inflasi pada periode t
HUt
= Harga umum pada periode t
HUt-1 = Harga umum pada periode t-1
Dalam banyak penelitian empiris, khususnya di negara sedang
berkembang, pengamat atau peneliti ekonomi sering dihadapkan pada suatu
kesulitan untuk mendapatkan angka-angka harga umum. Berbagai cara untuk
mendapatkan taksiran harga umum dan laju inflasi telah banyak dicoba,
Andriani Syafitri : Analisis Determinan Tunggakan Pembayaran Cicilan Kredit Pemilikan Rumah (KPR) pada P.T.
Bank Tabungan Negara Cabang Medan, 2009.
USU Repository © 2009
walaupun terkadang antara penaksir yang satu dengan dengan yang lain
menghasilkan angka dan pengaruh yang berbeda.
b.
Angka deflator PNB (Produk Nasional Bruto)
Besaran ini dapat diformulasikan sebagai berikut:
Yb
AD
=
Yk
Dimana:
AD
= Angka deflator Produk Nasional Bruto
Yb
= Produk Nasional Bruto menurut harga berlaku
Yk
= Produk Nasional Bruto menurut harga konstan
Kemudian, inflasi dihitung dengan cara:
ADt - ADt-1
LIt
=
ADt-1
Dimana:
LIt
= Laju inflasi pada periode t
ADt
= Angka deflasi PNB pada periode t
Adt-1
= Angka deflator PNB pada periode t-1
Andriani Syafitri : Analisis Determinan Tunggakan Pembayaran Cicilan Kredit Pemilikan Rumah (KPR) pada P.T.
Bank Tabungan Negara Cabang Medan, 2009.
USU Repository © 2009
Kelemahan dari cara ini adalah sulitnya diperoleh angka deflator PNB
bulanan, triwulan atau semester sehingga kita hanya mempunyai angka
deflator dari laju inflasi tahunan.
c.
Indeks Harga Konsumen (IHK)
Pendekatan ini paling banyak dipergunakan dalam menghitung inflasi,
hal ini disebabkan data Indeks Harga Konsumen dapat diperoleh dalam
bentuk bulanan, triwulan, ataupun tahunan.
Model dari bentuk Indeks Harga Konsumen adalah sebagai berikut:
LIt
=
IHKt – IHKt - 1
x 100 %
IHKt - 1
Dimana:
LIt
= Laju inflasi pada periode t
IHKt
= Indeks Harga Konsumen pada periode t
IHKt-1 = Indeks Harga Konsumen pada periode t-1
Kelenahan dari indeks ini yaitu karena sangat dipengaruhi oleh
fluktuasi harga-harga barang yang mempengaruhi indeks biaya hidup
konsumen, terutama harga kebutuhan barang-barang pokok.
d.
Atas harga barang yang diharapkan
Andriani Syafitri : Analisis Determinan Tunggakan Pembayaran Cicilan Kredit Pemilikan Rumah (KPR) pada P.T.
Bank Tabungan Negara Cabang Medan, 2009.
USU Repository © 2009
Sejak berkembangnya teori rational expectation, cara ini sering
ditunjukkan. Cara ini menitikberatkan pada perhitungan harga dan laju inflasi
pada periode yang berlaku, dan yang ditonjolkan adalah peranan harga yang
diharapkan pada periode yang akan datang untuk menghitung laju inflasi.
Rumus yang dipergunakan yaitu :
e
LI
t
Ht
=
LI
e
t+1-
x 100 %
Ht
Dimana:
e
LI t
LI
Ht
e
t-1
= Laju inflasi yang diharapkan pada tahun t
= Atas harga pengharapan pada tahun t-1
= Atas harga yang berlaku pada tahun t
Gurley telah mencoba menghitung harga pengharapan dengan laju
inflasi di Indonesia. Masalah yang dihadapkan dalam penentuan atas harga
pengharapan adalah kesulitan untuk mengamati perilaku masyarakat dan
pemerintah dalam perekonomian.
e.
Indeks harga dalam negeri dan luar negeri
Andriani Syafitri : Analisis Determinan Tunggakan Pembayaran Cicilan Kredit Pemilikan Rumah (KPR) pada P.T.
Bank Tabungan Negara Cabang Medan, 2009.
USU Repository © 2009
Untuk negara-negara dengan sistem perekonomian terbuka, pengaruh
harga luar negeri (sebagai cerminan dari inflasi luar negeri) akan nampak pula
pada angka indeks harga umum. Degravme merumuskan besaran tersebut
dengan:
IHU
= 2 IHDN + (1-α) IHLN
Dimana:
IHU
= Indeks harga umum
IHDN = Indeks harga dalam negeri
IHLN = Indeks harga luar negeri
α
= Besarnya sumbangan pengaruh indeks harga dalam negeri
terhadap indeks harga umum
Selanjutnya, hasil perhitungan IHU digunakan untuk menghitung laju
pertumbuhan inflasi dengan menggunakan rumus (formula) berikut:
IHUt - IHUt - 1
LIt
=
x 100 %
IHUt - 1
Dimana:
LIt
= Laju inflasi pada tahun t
IHUt = Indeks Harga Umum pada tahun t
IHUt-1 = Indeks Harga Umum pada tahun t-1
Andriani Syafitri : Analisis Determinan Tunggakan Pembayaran Cicilan Kredit Pemilikan Rumah (KPR) pada P.T.
Bank Tabungan Negara Cabang Medan, 2009.
USU Repository © 2009
Kesulitan yang dihadapi dalam hal ini adalah menentukan indeks
harga dalam negeri dan proporsinya terhadap indeks harga umum. Sejauh ini
biasanya indeks harga ekspor dipakai sebagai pendekatan terhadap indeks
harga luar negeri.
2.3.4 Teori-teori Inflasi
Terdapat beberapa teori yang membahas tentang inflasi, yaitu:
a.
Teori Kuantitas Uang (Quantity Theory of Money)
Teori ini merupakan teori yang paling tua dan merupakan teori yang
mendekati inflasi dari segi permintaan. Teori kaum klasik ini kemudian
dikembangkan lebih lanjut oleh kelompok moneteris.
Menurut Irving Fisher (Transaction Equation) adalah:
P.T = M.V
Dimana:
M
= Jumlah uang beredar (Penawaran Uang)
P
= Tingkat harga umum
T
= Volume transaksi
V
= Kecepatan perputaran uang
Dari persamaan ini dapat dikemukakan bahwa nilai seluruh transaksi
penjualan sama dengan seluruh nilai pembelian. Nilai transaksi dikalikan
Andriani Syafitri : Analisis Determinan Tunggakan Pembayaran Cicilan Kredit Pemilikan Rumah (KPR) pada P.T.
Bank Tabungan Negara Cabang Medan, 2009.
USU Repository © 2009
dengan harga, sedangkan nilai transaksi pembelian sama dengan jumlah uang
beredar dikali dengan kecepatan beredar rata-rata perputaran uang.
Pendapat teori kuantitas ini menyatakan bahwa terjadinya inflasi
disebabkan oleh:
1)
Volume uang beredar
Inflasi ini hanya bisa terjadi kalau ada penambahan volume
uang beredar dalam masyarakat (uang giral dan uang kartal).
Penambahan jumlah uang yang beredar ini merupakan sumber utama
penyebab inflasi, karena volume uang beredar lebih besar dari
kesanggupan out put untuk menyerapnya (volume uang lebih besar
dari pendapatan nasional). Bila jumlah uang yang beredar tidak
ditambah (dikurangi), maka inflasi akan berhenti secara otomatis
apapun penyebab kenaikan harga-harga dalam perekonomian tersebut.
2)
Adanya perkiraan kenaikan harga oleh masyarakat
Masyarakat memperkirakan bahwa akan ada perubahan harga,
akan tetapi penambahan uang (tidak besar) tidak akan menyebabkan
inflasi karena perubahan harga yang terjadi masih kecil. Apabila akan
ada perubahan harga yang cukup besar dan penambahan uang yang
beredar, maka penambahan uang yang beredar tersebut akan
Andriani Syafitri : Analisis Determinan Tunggakan Pembayaran Cicilan Kredit Pemilikan Rumah (KPR) pada P.T.
Bank Tabungan Negara Cabang Medan, 2009.
USU Repository © 2009
dibelanjakan masyarakat, karena masyarakat ingin menghindari
kerugian yang timbul seandainya mereka memegang uang tunai. Hal
ini akan menyebabkan terjadinya inflasi dengan meningkatnya harga,
juga diiringi dengan penambahan uang yang beredar. Bila masyarakat
mengharapkan harga-harga naik di masa yang akan datang, maka
penambahan uang yang beredar akan sepenuhnya diwujudkan dalam
permintaan efektif di pasar. Sehingga laju volume uang yang beredar
diikuti
dengan
kenaikan
permintaan
barang-barang
akan
mengakibatkan terjadinya kenaikan harga atau inflasi.
b.
Teori Keynes dan teori tekanan biaya (cost push theory)
Keynes menyoroti faktor inflasi melalui pendekatan teori ekonomi
makronya. Menurut teori yang dikeluarkan Keynes, inflasi akan terjadi karena
masyarakat ingin hidup di luar batas kemampuan pendapatannya (aktivitas
ekonominya), sehingga proses inflasi merupakan proses tarik-menarik antara
golongan masyarakat untuk memperoleh bagian yang lebih besar daripada
yang mampu disediakan oleh masyarakat itu sendiri.
Terjadinya inflasi melalui proses kelompok masyarakat yang ingin
bersaing untuk merebut pendapatan nasional yang lebih besar daripada
kemampuan kelompok ini untuk mendapatkan pendapatan nasional (kekuatan
monopolis, tuntutan kenaikan upah oleh pekerja).
Andriani Syafitri : Analisis Determinan Tunggakan Pembayaran Cicilan Kredit Pemilikan Rumah (KPR) pada P.T.
Bank Tabungan Negara Cabang Medan, 2009.
USU Repository © 2009
Proses perebutan ini akhirnya diwujudkan dalam permintaan efektif,
sehingga menyebabkan permintaan masyarakat akan barang-barang lebih
besar dari barang-barang yang sanggup disediakan oleh kapasitas yang
tersedia (pendapatan nasional). Hal ini akan menimbublkan inflationary gap
yang timbul akibat golongan masyarakat yang berhasil merebut bagian
pendapatan nasional (lebih besar) secara nyata diwujudkan dalam permintaan
di pasar barang-barang. Dengan demikian akan menyebabkan naiknya hargaharga, sehingga menimbulkan inflasi.
c.
Teori Strukturalis
Teori ini memberi tekanan pada ketegaran (inflexibility) dari struktur
perekonomian negara-negara yang sedang berkembang, karena inflasi
dikaitkan dengan faktor-faktor struktural dari perekonomian. Merupakan teori
inflasi yang didasarkan pada pengalaman di negara-negara Amerika Latin.
Karenanya pula sering disebut inflasi jangka panjang. Pada umumnya negaranegara berkembang adalah eksportit bahan baku mentah yang merupakan
masukan industri negara-negara maju, secara teoritis mereka berharap bahwa
ekspor mereka dapat meningkat apabila mereka mengadakan perdagangan
internasional. Kenaikan ekspor ini dengan sendirinya dapat digunakan untuk
membiayai program pembangunan dan juga impor barang-barang yang
mereka butuhkan. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor antara lain: harga
barang ekspor di pasar dunia yang tidak menguntungkan; elastisitas kurva
Andriani Syafitri : Analisis Determinan Tunggakan Pembayaran Cicilan Kredit Pemilikan Rumah (KPR) pada P.T.
Bank Tabungan Negara Cabang Medan, 2009.
USU Repository © 2009
penawaran barang-barang ekspor yang umumnya tidak elastis; dan batasan
yang dibutuhkan oleh negara-negara industri. Akibatnya ekspor mereka tidak
cukup kuat untuk mendukung program-program pembangunan yang terlalu
ditargetkan dan juga impor. Permasalahannya adalah komponen barangbarang subtitusi impor tersebut masih juga diimpor dan ongkos produksinya
relatif lebih tinggi. Jelaslah bahwa dengan tingginya ongkos akan
mengakibatkan harga barang-barang tersebut menjadi lebih menjadi mahal.
Dengan sendirinya proses ini akan saling berkaitan dengan sektor lainyang
menggunakan barang-barang substitusi impor tersebut, sehingga harga
terpengaruh untuk naik. Disamping faktor di atas, kenaikan harga juga terjadi
dikarenakan
adanya
ketidakselarasan
antara
produksi
barang-barang
kebutuhan pokok pangan dengan pertumbuhan penduduk. Jika pertumbuhan
produksi pangan tersebut lebih kecil daripada pertumbuhan penduduk, berart
penawaran pangan lebih kecil daripada permintaan pangan, akibatnya
cenderung naik dan inflasi terjadi.
d.
Teori Inflasi Model Kurva Philips
Penelitian lain yang terkenal mengenai inflasi adalah dari teori
A.W.Philips yang menghasilkan hubungan dalam suatu kurva yang dikenal
dengan kurva Philips. Penelitian yang berjudul “the relation between
unemployment there are change of money wages rates in the united kingdom”
(1861:1957). Full employment adalah suatu keadaan di mana setiap orang mau
Andriani Syafitri : Analisis Determinan Tunggakan Pembayaran Cicilan Kredit Pemilikan Rumah (KPR) pada P.T.
Bank Tabungan Negara Cabang Medan, 2009.
USU Repository © 2009
bekerja pada tingkat upah yang berlaku untuk memperoleh pekerjaan. Pada
kenyataannya, keadaan full employment sebagaimana yang dikatakan di atas
tidak mungkin terjadi, sebab adanya ketidaksempurnaan dalam perekonomian.
Sebagai contoh, ketidaksempurnaan informasi mengenai tersedianya lapangan
kerja, ketidaksempurnaan dalam pasar barang dan pasar tenaga kerja, dan
adanya
pengangguran
friksional.
Sebagai
kesimpulan
teori
ini
mengungkapkan adanya hubungan timbal balik antara tingkat pengangguran
dan tingkat inflasi, yaitu apabila pemerintah ingin menetapkan tingkat
pengangguran yang rendah, maka hal ini dapat dicapai dengan negatif maupun
dengan tingkat inflasi yang tinggi, dan begitu sebaliknya.
2.3.5 Dampak Inflasi
Inflasi pada umumnya memberikan dampak yang kurang baik terhadap
perekonomian. Sebagaimana dalam salah satu prinsip ekonomi bahwa dalam jangka
pendek, terdapat trade off antara inflasi dan pengangguran yang menunjukkan bahwa
inflasi dapat menurunkan tingkat pengangguran, atau inflasi dapat dijadikan sebagai
suatu cara untuk menyeimbangkan perekonomian negara, dan sebagainya.
Secara khusus dapat diketahui beberapa dampak negatif maupun positif dari
inflasi adalah sebagai berikut:
a.
Bila harga barang naik secara umum dan terus menerus, maka masyarakat
akan panik sehingga perekonomian tidak berjalan normal, karena di satu sisi
Andriani Syafitri : Analisis Determinan Tunggakan Pembayaran Cicilan Kredit Pemilikan Rumah (KPR) pada P.T.
Bank Tabungan Negara Cabang Medan, 2009.
USU Repository © 2009
ada masyarakat yang berlebihan uang dapat membeli barang dalam jumlah
besar, sementara masyarakat yang kekurangan uang tidak dapat membeli
barang. Akibatnya,
negara rentan terhadap
segala kekacauan yang
ditimbulkannya.
b.
Sebagai akibat dari kepanikan tersebut, maka masyarakat cenderung untuk
menarik tabungan guna membeli dan menumpuk barang sehingga banyak
bank yang rush, akibatnya bank kekurangan dana dan berdampak apda tutup
atau bangkrutnya bank, atau menurunnya dana investasi yang tersedia.
c.
Produsen cenderung memanfaatkan kenaikan harga untuk memperbesar
keuntungan dengan cara mempermainkan harga di pasar sehingga harga akan
terus menerus naik.
d.
Distribusi barang relatif tidak adil karena adanya penumpukan dan konsentrasi
prosuk pada daerah yang masyarakatnya dekat dengan sumber produksi dan
yang masyarakatnya memiliki banyak uang.
e.
Bila inflasi berkepanjangan, maka produsen banyak yang bangkrut karena
produknya akan semakin relatif mahal sehingga tidak ada yang mampu
membeli.
f.
Jurang antara kemiskinan dan kekayaan masyarakat semakin nyata yang
mengarah kepada sentimen kecemburuan ekonomi yang dapat berakhir pada
tindak kriminal.
Andriani Syafitri : Analisis Determinan Tunggakan Pembayaran Cicilan Kredit Pemilikan Rumah (KPR) pada P.T.
Bank Tabungan Negara Cabang Medan, 2009.
USU Repository © 2009
g.
Dampak positif dari inflasi adalah bagi pengusaha barang-barang mewah
(high end) yang harganya semakin tinggi (masalah prestise).
h.
Masyarakat akan semakin selektif dalam mengkonsumsi, produksi akan
diusahakan sedemikian efisien dan sifat konsumtifisme dapat ditekan.
i.
Inflasi yang berkepanjangan dapat menumbuhkan industri kecil dalam negeri
menjadi semakin dipercaya dan tangguh.
j.
Tingkat pengangguran cenderung akan semakin menurun karena masyarakat
akan tergerak untuk melakukan kegiatan produksi dengan cara mendirikan
atau membuka usaha.
2.4
Kurs
2.4.1 Pengertian Kurs
Kurs adalah harga relatif mata uang suatu negara terhadap mata uang negara
lain atau perbandingan nilai tukar valuta antarnegara. Oleh karena itu, kurs sering
juga disebut sebagai nilai tukar (exchange rate).
Kurs adalah sesuatu yang penting karena :
a.
Dengan adanya kurs maka perdagangan internasional (ekspor-impor) dapat
dilakukan.
b.
Dengan adanya kurs maka pembayaran transaksi komersial dan finansial
antarnegara dapat terlaksana.
Andriani Syafitri : Analisis Determinan Tunggakan Pembayaran Cicilan Kredit Pemilikan Rumah (KPR) pada P.T.
Bank Tabungan Negara Cabang Medan, 2009.
USU Repository © 2009
c.
Dengan adanya kurs maka kerja sama Lalu Lintas Pembayaran (LLP)
antarbank devisa di dunia dapat terlaksana.
d.
Dengan adanya kurs maka transaksi jual beli valuta asing (valas) dapat
dilakukan.
e.
Dengan adanya kurs maka uang kartal berfungsi juga sebagai barang
komoditi yang dapat diperjualbelikan.
f.
Karena adanya kurs maka cek perjalanan (traveller cheque) valas dapat
diterbitkan dan diedarkan oleh bank-bank devisa di dunia.
g.
Dengan adanya kurs, orang dapat berpergian antarnegara.
Yang perlu diperhatikan adalah bahwa uang kartal negara asing (seperti USD)
termasuk uang giral di negara asing seperti Indonesia. Jadi, tidak berlaku mutlak
sebagai alat tukar atau alat pembayaran yang dapat ditolak tanpa adanya sanksi
hukum.
Terdapat dua cara untuk menyatakan kurs, yaitu :
a.
Model Eropa, sering disebut dengan Indirrect Quote.
Model ini merupakan cara yang paling umum dipakai dalam
perdagangan valuta asing atau antarbank di seluruh dunia. Penetapan kursnya
dilakukan berdasarkan pada beberapa unti mata uang asing yang dibutuhkan
untuk membeli satu unit mata uang dalam negeri. Contohnya, kurs Dollar AS
terhadap Rupiah pada tanggal 16 Maret 2004 adalah 0,0000116 Dollar AS per
Andriani Syafitri : Analisis Determinan Tunggakan Pembayaran Cicilan Kredit Pemilikan Rumah (KPR) pada P.T.
Bank Tabungan Negara Cabang Medan, 2009.
USU Repository © 2009
1 Rupiah. Kurs ini biasa disebut sebagai harga satu unit mata uang domestik
dalam mata uang asing.
b.
Model Amerika yang sering disebut Direct Quote.
Model ini disebut sebagai harga satu unit mata uang asing dalam mata
uang domestik. Contohnya, kurs Rupiah terhadap Dollar AS pada tanggal 16
Maret 2004 adalah Rp 8.610,00 per 1 Dollar AS. Dengan kata lain, model ini
menjelaskan berapa unit Rupiah yang dibutuhkan untuk membeli satu unit
Dollar AS. Kurs ini merupakan kurs yang biasa dipakai di Indonesia.
Kurs yang di-quote menunjukkan kesediaan untuk membeli atau menjual
mata uang asing pada harga atau rate yang ditetapkan. Secara umum, terdapat 2
macam kurs, yaitu kurs beli (bid) dan kurs jual (offer).
Kurs beli adalah harga dimana dealer yang terdiri dari bank dan money
changer bersedia membeli mata uang asing.
Kurs jual adalah harga dimana dealer bersedia menjual mata uang asing.
Selisih antara kurs jual dan kurs beli merupakan keuntungan dealer tersebut.
Kurs beli suatu mata uang asing, otomatis, merupakan kurs jual mata uang
yang lainnya. Misalnya, kurs beli Rupiah terhadap Dollar AS adalah Rp 8.579,- per
Dollar AS. Nilai ini merupakan kurs jual Dollar AS terhadap Rupiah. Sedangkan kurs
jual Rupiah terhadap Dollar AS sebesar Rp 8.665 per Dollar AS, otomatis merupakan
kurs beli Dollar AS terhadap Rupiah.
Andriani Syafitri : Analisis Determinan Tunggakan Pembayaran Cicilan Kredit Pemilikan Rumah (KPR) pada P.T.
Bank Tabungan Negara Cabang Medan, 2009.
USU Repository © 2009
2.4.2 Sistem Nilai Tukar Kurs
Sistem pokok nilai tukar valuta asing dapat dibedakan menjadi dua, yaitu
sisten nilai tukar tetap (fixed exchange rate) dan sistem nilai tukar mengambang
(flexible exchange rate). Pembedaan ini berdasarkan pada besar cadangan devisa dan
intervensi bank sentral yang diperlukan untuk mempertahankan kurs pada sistem
tersebut. Sistem nilai tukar tetap membutuhkan cadangan devisa yang sangat besar.
Selain itu, bank sentral harus berulang kali mengintervensi pasar agar nilai tukar tetap
berada pada posisi yang dikehendaki. Sebaliknya, sistem nilai tukar mengambang
tidak membutuhkan cadangan devisa. Bank sentral juga tidak perlu mengintervensi
pasar karena kurs valuta asing ditetapkan oleh interaksi antara permintaan dan
penawaran mata uang yang bersangkutan.
Tidak semua negara di dunia menganut salah satu sistem nilai tukar di atas.
Kenyataannya, banyak negara yang menganut varians dari kedua sistem tersebut.
Berdasarkan besarnya intervensi bank sentral dan cadangan devisa yang diperlukan
untuk mempertahankan berbagai sistem tersebut, terdapat enam sistem nilai tukar
yang dipakai oleh banyak negara di dunia, yaitu :
1.
Sistem fixed (pegged), di mana otoritas moneter selalu mengintervensi pasar
untuk mempertahankan nilai tukar mata uang sendiri terhadap satu mata uang
tertentu.
Andriani Syafitri : Analisis Determinan Tunggakan Pembayaran Cicilan Kredit Pemilikan Rumah (KPR) pada P.T.
Bank Tabungan Negara Cabang Medan, 2009.
USU Repository © 2009
2.
Sistem
adjustable
peg,
di
mana
otoritas
moneter
terikat
untuk
mempertahankan nilai tukar valuta asing. Namun, otoritas moneter berhak
mengubah kurs apabila terjadi perubahan kebijakan.
3.
Sistem crawling peg, di mana otoritas moneter mengaitkan mata uang dalam
negeri terhadap satu atau beberapa mata uang asing. Nilai tukar valuta asing
dalam sistem ini dirubah secara periodeik dan berangsur-angsur dalam
persentase yang kecil.
4.
Sistem managed float, di mana otoritas moneter tidak terikat untuk
mempertahankan nilai tukar valuta asing tertentu. Namun, otoritas moneter
secara
kontinyu
mengintervensi
pasar
berdasarkan
pertimbangan-
pertimbangan tertentu, misalnya, karena cadangan devisa yang menipis.
Contoh lain, otoritas moneter dapat mengintervensi pasar agar nilai mata uang
Rupiah melemah untuk mendorong peningkatan ekspor.
5.
Sistem Widerband, dimana otoritas moneter membiarkan nilai tukar valuta
asing mengambang atau berfluktuasi di antara dua titik tertinggi dan terendah.
Jika keadaan perekonomian menyebabkan kurs bergerak melampaui kedua
titik tersebut, otoritas moneter akan mengintervensi pasar dengan cara
membeli atau menjual Rupiah atau Dollar AS sesuai dengan kebutuhan
keadaan untuk menjaga nilai tukar Rupiah tetap berada di antara kedua titik
tersebut.
Andriani Syafitri : Analisis Determinan Tunggakan Pembayaran Cicilan Kredit Pemilikan Rumah (KPR) pada P.T.
Bank Tabungan Negara Cabang Medan, 2009.
USU Repository © 2009
6.
Sistem free floating berada pada kutub yang bertentangan dengan sistem
fixed. Dalam sistem ini, otoritas moneter secara teoritis tidak perlu
mengintervensi pasar sehingga sistem ini tidak memerlukan cadangan devisa.
2.4.3 Penentuan Kurs Valuta Asing
Faktor-faktor fundamental yang diduga keras paling mempengaruhi kurs valas
adalah jumlah uang beredar, pendapatan riil relatif, harga relatif, perbedaan inflasi,
perbedaan suku bunga, dan permintaan serta penawaran aset di kedua negara. Faktorfaktor penjelas ini dirangkum dalam tiga teori dalam analisis penentuan kurs valas,
yaitu:
a.
Pendekatan Neraca Pembayaran (Balance of Payments Approach)
Pendekatan neraca pembayaran menekankan pada konsep aliran (flow
consept). Menurut pendekatan ini, kurs valas ditentukan oleh aliran
penawaran dan kondisi permintaan dalam pasar valas. Permintaan terhadap
valas datang dari individu atau pedagang yang melakukan pembayaran kepada
orang asing dalam mata uang asing. Transaksi yang dilakukan dapat berupa
impor atau pembelian surat berharga milik asing, yang dilakukan pada kolom
debit neraca pembayaran seperti pada Gambar 2.4 berikut ini.
Andriani Syafitri : Analisis Determinan Tunggakan Pembayaran Cicilan Kredit Pemilikan Rumah (KPR) pada P.T.
Bank Tabungan Negara Cabang Medan, 2009.
USU Repository © 2009
S (Rp/$)
D
S
S0 (RP/$)
S
0
D
$0
$
Gambar 2.4
Penentuan Kurs dalam Pendekatan Neraca Pembayaran
Permintaan valas yang ditunjukkan oleh kurva DD, berlereng negatif
karena semakin tinggi kurs valas akan membuat barang dan jasa yang diimpor
serta surat berharga menjadi lebih mahal bagi pembeli dalam negeri (karena
mereka harus membayar mata uang domestik lebih banyak untuk memperoleh
Andriani Syafitri : Analisis Determinan Tunggakan Pembayaran Cicilan Kredit Pemilikan Rumah (KPR) pada P.T.
Bank Tabungan Negara Cabang Medan, 2009.
USU Repository © 2009
satu unit mata uang asing). Akibatnya, permintaan volume impor, dan pada
gilirannya, jumlah valas yang diminta oleh penduduk dalam negeri menjadi
berkurang jumlahnya.
Sedangkan penawaran valas berasal dari penerimaan valas yang
diperoleh dari ekspor barang dan jasa serta penjualan surat berharga finansial
kepada orang asing, yang dicatat pada kolom kredit neraca pembayaran.
Secara grafis dalam Gambar 2.5, penawaran valas yang ditunjukkan kurva SS
mempunyai lereng negatif. Artinya, semakin tinggi kurs valas, membuat
ekspor kita relatif menjadi lebih murah di mata pembeli luar negeri karena
setiap unit biaya mata uang domestik menjadi lebih rendah valas. Akibat kurs
valas yang lebih tinggi mendorong permintaan volume ekspor kita, dan pada
gilirannya meningkatkan suplai valas.
S (Rp/$)
D
S
D1
S1 (Rp/$)
S2 (Rp/$)
S
D
D1
Andriani Syafitri : Analisis Determinan Tunggakan Pembayaran Cicilan Kredit Pemilikan Rumah (KPR) pada P.T.
Bank Tabungan Negara Cabang Medan, 2009.
USU Repository © 2009
0
$0
$1
$
Gambar 2.5
Dampak Kenaikan Jumlah Valas yang Diminta
Ekuilibrium kurs valas ($0) ditentukan oleh perpotongan kurva
permmintaan dan penawarannya. Perubahan dalam harga-harga domestik,
pendapatan riil, selera, dan faktor-faktor lain menyebabkan pergeseran kurva
permintaan valas. Misalnya, pertumbuhan pendapatan riil domestik yang
cepat akan meningkatkan permintaan impor, sehingga menggeser seluruh
kurva permintaan ke kanan dan menciptakan kurva DD1. ekuilibrium kurs
yang baru di titik S1, menunjukkan adanya depresiasi Rupiah.
Demikian juga perubahan dalam harga-harga, pendapatan riil, dan
selera di negara lain dapat mengakibatkan pergeseran kurva penawaran.
Misalnya, bila inflasi yang lebih tinggi terjadi di Amerika Serikat, maka
inflasi ini akan mendorong penduduk Inggris untuk membeli lebih banyak
ekspor kita dan akan menaikkan suplai Dollar AS. Perubahan ini menggeser
kurva penawaran SS dan menciptakan kurva penawaran baru yaitu SS1 seperti
yang ditunjukkan dalam Gambar 2.6. Akibatnya, Rupiah mengalami apresiasi
dan ekuilibrium kurs valas yang baru berada pada titik S2.
S (Rp/$)
D
S
S1
Andriani Syafitri : Analisis Determinan Tunggakan Pembayaran Cicilan Kredit Pemilikan Rumah (KPR) pada P.T.
Bank Tabungan Negara Cabang Medan, 2009.
USU Repository © 2009
S0 (Rp/$)
S1 (Rp/$)
S
S1
0
$0
D
$1
$
Gambar 2.6
Dampak Kenaikan Jumlah Valas yang Ditawarkan
b.
Pendekatan Moneter (Monetary Approach)
Pendekatan moneter tidak menekankan aliran perdagangan dan
pergerakan modal sebagai faktor kunci penentu kurs valas. Pendekatan
moneter berkeyakinan bahwa faktor-faktor moneter, yang melandasi fungsi
permintaan dan penawaran uang, merupakan penjelas utama pergerakan kurs
valas. Karena itu, ekuilibrium kurs valas akan ditentukan oleh permintaan dan
penawaran uang, serta faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan dan
penawaran uang, yaitu jumlah uang beredar relatif; pendapatan riil relatif;
perbedaan suku bunga dan perbedaan inflasi di kedua negara.
Ada dua versi pendekatan moneter, yaitu:
1)
Versi harga fleksibel
Pada dasarnya menggabungkan teori kuantitas uang dan teori
paritas daya beli (purchasing power parity). Diasumsikan bahwa
permintaan dan penawaran uang di masing-masing negara ditentukan
Andriani Syafitri : Analisis Determinan Tunggakan Pembayaran Cicilan Kredit Pemilikan Rumah (KPR) pada P.T.
Bank Tabungan Negara Cabang Medan, 2009.
USU Repository © 2009
oleh harganya sendiri; harga di kedua negara ini dihubungkan oleh
kurs valas. Pendekatan moneter menganggap bahwa kenaikan suplai
uang domestik menyebabkan kenaikan harga domestik secara
proposional, dan oleh karena itu lewat paritas daya beli akan
mendorong terjadinya depresiasi mata uang domestik. Sementara
hubungan antara kurs valas dan pendapatan riil relatif adalah negatif.
Alasannya, kenaikan pendapatan riil domestik menyebabkan kelebihan
permintaan akan keseimbangan uang, yang tanpa perubahan suplai
uang, hanya dapat dipenuhi dengan penurunan harga-harga domestik.
Lewat paritas daya beli, penurunan harga akan menyebabkan apresiasi
mata uang domestik. Versi ini juga memperediksi bahwa semakin
tinggi perbedaan suku bunga akan menyebabkan menurunnya
permintaan uang domestik, yang pada gilirannya akan menyebabkan
terjadinya depresiasi mata uang domestik. Karena itu koefisien
perbedaan suku bunga bertanda positif.
2)
Versi ketegaran harga
Versi ketegaran harga yang dikemukakan oleh Keynesian,
merevisi dua hal yang dikemukakan pada versi harga fleksibel.
Pertama, suplai uang di masing-masing negara adalah bersifat
endogen, artinya terdapat hubungan positif antara suplai uang dan
suku bunga pasar. Kedua, asumsi harga fleksibel diganti dengan
Andriani Syafitri : Analisis Determinan Tunggakan Pembayaran Cicilan Kredit Pemilikan Rumah (KPR) pada P.T.
Bank Tabungan Negara Cabang Medan, 2009.
USU Repository © 2009
ketegaran harga. Jadi, paritas daya beli hanya dapat dipegang dalam
jangka panjang. Bila kurs spot di bawah tingkat ekuilibrium jangka
panjang,
c.
Pendekatan Keseimbangan Portofolio (Portofolio Balance Approach)
Pendekatan keseimbangan portofolio menggarisbawahi peranan stok
permintaan dan penawaran aset finansial yang diperdagangkan dalam pasar
internasional. Menurut pendekatan ini, kurs valas ditentukan oleh penawaran
dan permintaan aset finansial relatif yang dimasukkan dalam portofolio.
Portofolio finansial merupakan total kekayaan, yang terdiri atas tiga
jenis aset, yaitu suplai uang domestik; obligasi domestik; dan obligasi luar
negeri. Dari waktu ke waktu, stok tiga jenis aset ini relatif tetap, sedangkan
suku bunga domestik dan kurs valas selalu disesuaikan sehingga aset tersebut
tetap diinginkan oleh para investor. Meskipun demikian, kenyataannya, stok
aset finansial dapat berubah setiap saat. Defisit anggaran pemerintah yang
dibiayai dengan obligasi akan meningkatkan suplai obligasi domestik yang
dikeluarkan oleh pemerintah. Pertumbuhan suplai uang atau monetisasi utang
pemerintah akan meningkatkan stok keseimbangan uang. Surplus transaksi
berjalan akan meningkatkan pemegangan obligasi luar negeri.
Dampak perubahan stok aset terhadap kurs adalah sebagai berikut:
1)
Suatu kebijakan moneter ekspansif, yang menyebabkan
kenaikan jumlah uang beredar, akan mengakibatkan naiknya
Andriani Syafitri : Analisis Determinan Tunggakan Pembayaran Cicilan Kredit Pemilikan Rumah (KPR) pada P.T.
Bank Tabungan Negara Cabang Medan, 2009.
USU Repository © 2009
kekayaan. Dampak kekayaan akan mendorong kelebihan permintaan
bagi obligasi domestik maupun bagi obligasi luar negeri. Bila suku
bunga luar negeri tetap, kelebihan permintaan akan obligasi domestik
akan menaikkan harganya dan menurunkan suku bunga domestik.
Kelebihan permintaan akan obligasi luar negeri akan meningkatkan
permintaan valas, dan pada gilirannya mata uang domestik mengalami
depresiasi.
2)
Dampak perubahan obligasi domestik terhadap kurs valas
adalah ambivalen. Kenaikan obligasi pemerintah domestik, melalui
dampak kekayaan, akan meningkatkan kelebihan permintaan terhadap
obligasi luar negeri dan valas, sehingga terjadi depresiasi mata uang
domestik. Di lain pihak, suku bunga yang lebih tinggi karena kenaikan
obligasi pemerintah, akan membuat obligasi luar negeri menjadi
kurang menarik. Bila dampak substitusi mendominasi dampak
kekayaan, maka mata uang domestik mengalami apresiasi.
3)
Kenaikan pemegangan obligasi luar negeri yang didorong oleh
surplus transaksi berjalan akan meningkatkan permintaan akan aset
domestik melalui dampak kekayaan. Hasilnya akan menurunkan suku
bunga domestik dan depresiasi kurs valas.
Andriani Syafitri : Analisis Determinan Tunggakan Pembayaran Cicilan Kredit Pemilikan Rumah (KPR) pada P.T.
Bank Tabungan Negara Cabang Medan, 2009.
USU Repository © 2009
2.4.4 Perubahan Kurs Valuta Asing
Terdapat beberapa macam perubahan kurs valuta asing yaitu devaluasi,
revaluasi, depresiasi, dan apresiasi. Perubahan ini dapat disebabkan oleh mekanisme
penawaran dan permintaan pasar, maupun disebabkan oleh kebijakan pemerintah.
Devaluasi merupakan penurunan nilai tukar suatu mata uang domestik,
misalnya Rupiah, relatif terhadap mata uang asing tertentu, misalnya Dollar AS, yang
disebabkan oleh kebijakan pemerintah. Dengan demikian, istilah devaluasi hanya
berlaku dalam sistem nilai tukar tetap di mana suatu mata uang domestik dikaitkan
dengan mata uang asing tertentu.
Lawan dari devaluasi adalah revaluasi. Revaluasi merupakan kenaikan nilai
tukar satu mata uang domestik terhadap mata uang asing tertentuyang juga
disebabkan oleh kebijakan pemerintah.
Perubahan kurs valuta asing juga dapat disebabkan oleh mekanisme
penawaran dan permintaan di pasar. Depresiasi adalah penurunan nilai tukar suatu
mata uang domestik, misalnya Rupiah, relatif terhadap mata uang asing, misalnya
Dollar AS, yang disebabkan gerakan permintaan dan penawaran terhadap Rupiah dan
Dollar AS di pasar valuta asing. Istilah depresiasi ini berlaku dalam sistem nilai tukar
mengambang, di mana pemerintah tidak mengaitkan mata uang domestik dengan
mata uang asing tertentu. Pemerintah juga tidak dapat mengubah nilai relatif mata
uang domestik terhadap mata uang asing tertentu.
Andriani Syafitri : Analisis Determinan Tunggakan Pembayaran Cicilan Kredit Pemilikan Rumah (KPR) pada P.T.
Bank Tabungan Negara Cabang Medan, 2009.
USU Repository © 2009
Apresiasi merupakan lawan dari depresiasi. Apresiasi merupakan kenaikan
nilai tukar satu mata uang domestik relatif terhadap mata uang asing tertentu yang
juga merupakan akibat dari mekanisme penawaran dan permintaan di pasar.
2.4.5 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Nilai Tukar
Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi pergerakan nilai tukar mata
uang di suatu negara, diantaranya adalah:
a.
Balance of Payment (BOP) atau Neraca Pembayaran
Komponen utama neraca pembayaran, terdiri atas tiga yaitu:
1)
Neraca Transaksi Berjalan (Current Account)
2)
Neraca Modal (Capital Account), dan
3)
Neraca Cadangan Devisa (Official Reserve Account)
Balance of Payment (BOP) disusun berdasarkan double entry book
keeping, dimana suatu transaksi yang dicatat sebagai kredit menyebabkan
terjadinya transaksi lain didebet dengan jumlah yang sama. BOP yang defisit,
ada kaitannya dengan penurunan cadangan devisa negara.
Jika BOP surplus, maka akan berakibat naik atau menguatnya nilai
tukar mata uang negara yang bersangkutan. Karena dengan surplusnya BOP
negara tersebut berarti akan meningkatkan permintaan terhadap mata uang
negara tersebut atau bertambahnya devisa atau valuta asing yang masuk
sehingga menambah penawaran di negara yang neraca pembayarannya
Andriani Syafitri : Analisis Determinan Tunggakan Pembayaran Cicilan Kredit Pemilikan Rumah (KPR) pada P.T.
Bank Tabungan Negara Cabang Medan, 2009.
USU Repository © 2009
mengalami surplus. Demikian pula sebaliknya jika terjadi defisit, maka akan
mengakibatkan melemahnya nilai tukar mata uang yang bersangkutan.
b.
Tingkat Bunga (Diskonto)
Apabila
tingkat
bunga
cenderung
naik,
maka
dampaknya
mengakibatkan banyaknya investor yang akan menginvestasikan dananya
pada mata uang tersebut, berarti permintaan terhadap mata uang meningkat
dan pengaruhnya terhadap kurs mata uang tersebut akan menguat atau naik.
Contohnya pada bulan Mei 2000, The Fed menaikkan Fed Fund Rate dari 6%
menjadi 6,5%, maka dampaknya adalah Dollar AS menguat terhadap mata
uang lainnya. Demikian halnya jika suku bunga mata uang tersebut
berkecendrungan menurun maka kurs mata uangnya akan melemah.
Di Indonesia, tingkat bunga yang dimaksud adalat tingkat suku bunga
Sertifikat Bank Indonesia (SBI). Bila tingkat bunga dinaikkan, maka mata
uang Rupiah akan menguat, tetapi jika diskonto diturunkan maka Rupiah akan
melemah terhadap mata uang lainnya.
c.
Governmnet Policy (Kebijakan Pemerintah)
Bank sentral dapat melakukan intervensi untuk menstabilkan nilai
tukar mata uangnya (Local Currency) dengan cara membeli atau menjual
devisa atau valuta asing yang dimilikinya. Sebagai contoh, misalnya The Fed
melakukan intervensi dengan cara membeli Dollar AS, maka dampaknya
Andriani Syafitri : Analisis Determinan Tunggakan Pembayaran Cicilan Kredit Pemilikan Rumah (KPR) pada P.T.
Bank Tabungan Negara Cabang Medan, 2009.
USU Repository © 2009
adalah Dollar AS menguat, demikian sebaliknya jika The Fed melakukan
penjualan Dollar AS-nya.
Di Indonesia misalnya, Bank Indonesia menghendaki nilai Rupiah
stabil atau menguat, maka tindakan yang dilakukan Bank Indonesia adalah
dengan cara menjual Dollar AS-nya di pasar, sehingga penawaran Dollar AS
bertambah dan akibatnya Rupiah dapat menguat.
d.
Political Development (Perkembangan Keadaan Politik)
Kondisi politik di suatu negara juga akan mempengaruhi nilai tukar
mata uangnya, suatu negara yang kondisi politiknya stabil maka nilai tukar
mata uangnya akan cenderung stabil, tetapi bila terjadi ketidakstabilan di
bidang politik maka nilai tukar uangnya akan fluktuatif. Jadi nilai tukar juga
dapat mencerminkan keadaan politik suatu negara.
e.
Speculations (spekulasi)
Kegiatan untuk kepentingan spekulasi yang dilakukan oleh para dealer
atau banker juga dapat mempengaruhi naik turunnya nilai tukar mata uang
suatu negara. Berarti, pada hakikatnya kegiatan spekulasi dapat menjernihkan
nilai tukar pada kondisi sesungguhnya, yaitu clear market.
f.
Unemployment (Tingkat Pengangguran)
Tingkat pengangguran di suatu negara juga akan mempengaruhi nilai
tukar
mata
uang
negaranya.
Meningkatnya
jumlah
pengangguran
Andriani Syafitri : Analisis Determinan Tunggakan Pembayaran Cicilan Kredit Pemilikan Rumah (KPR) pada P.T.
Bank Tabungan Negara Cabang Medan, 2009.
USU Repository © 2009
mengakibatkan menurunnya nilai tukar mata uang negara yang bersangkutan.
Karena dengan jumlah pengangguran yang meningkat berarti mengurangi
tingkat produktivitas yang dapat mengakibatkan turunnya surplus atau
menambah defisit neraca pembayarannya. Begitu pula sebaliknya.
g.
Market Sentiment (Sentimen Pasar)
Sentimen pasar ini sangat dipengaruhi oleh ekspektasi para pelaku
pasar terhadap kondisi atau kebijakan yang ditempuh oleh pemerintah
setempat. Dan ini sangat dipengaruhi oleh persepsi masing-masing individu di
pasar, sehingga tidak selalu mengikuti logika pola-pola yang ada. Jika terjadi
sentimen yang negatif artinya bahwa nilai tukar akan mengalami penurunan,
tetapi bila sentimen pasarnya positif maka nilai tukarnya akan menguat.
Sentimen pasar juga dapat mencerminkan kondisi atau kebijakan yang
ditempuh apakah sesuai atau tidak dengan harapan masyarkat secara umum,
terutama para pelaku pasar.
BAB III
METODE PENELITIAN
Metode penelitian adalah langkah dan prosedur yang akan dilakukan dalam
pengumpulan data atau informasi empiris guna memecahkan permasalahan dan
menguji hipotesis penelitian. Dalam mengumpulkan data yang diperlukan dalam
penyusunan skripsi ini, penulis menggunakan cara sebagai berikut :
Andriani Syafitri : Analisis Determinan Tunggakan Pembayaran Cicilan Kredit Pemilikan Rumah (KPR) pada P.T.
Bank Tabungan Negara Cabang Medan, 2009.
USU Repository © 2009
3.1
Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini memfokuskan kajian pada tiga variabel utama yaitu, non
performing loan bulan sebelumnya; inflasi; dan kurs Rupiah terhadap Dollar AS
bulan sebelumnya; yang dianggap berpengaruh terhadap non performing loan Kredit
Pemilikan Rumah (KPR) pada P.T. Bank Tabungan Negara Cabang Medan.
3.2
Jenis dan Sumber Data
Jenis data yang dikumpulkan dan digunakan serta diolah dalam rangka
penulisan skripsi ini adalah data sekunder. Data sekunder diperoleh dalam bentuk
time series dalam kurun waktu Januari 2005 - Agustus 2008 (bulanan, 44 observasi).
Sumber data adalah dari P.T. Bank Tabungan Negara Cabang Medan dan
Kantor Bank Indonesia (KBI) Kota Medan. Di samping itu, data lainnya yang
mendukung penelitian ini diperoleh dari sumber bacaan seperti, buletin penelitian,
jurnal, majalah, dan buku bacaan.
3.3
Teknik Pengumpulan Data
Dalam penyusunan skripsi ini penulis menggunakan teknik pengumpulan data
sekunder yang diperoleh dari instansi-instansi yang terkait dengan menggunakan
metode penelitian kepustakaan (library research) yang diperoleh dari publikasi resmi
yang berhubungan dengan penelitian. Teknik pengumpulan data yang digunakan
Andriani Syafitri : Analisis Determinan Tunggakan Pembayaran Cicilan Kredit Pemilikan Rumah (KPR) pada P.T.
Bank Tabungan Negara Cabang Medan, 2009.
USU Repository © 2009
adalah dengan menggunakan pencatatan data yang diperoleh dari berbagai sumber
yang telah disebutkan di atas.
3.4
Pengolahan Data
Penulis menggunakan program komputer E-Views 4.1 untuk mengolah data
dalam skripsi ini.
3.5
Model Analisis Data
Model analisis yang digunakan dalam menganalisis data adalah fungsi linier
berganda, dengan menggunakan metode Ordinary Least Square (OLS) untuk
meregresikan variabel - variabel yang ada. Fungsi yang digunakan dalam penelitian
ini adalah:
Y = f (X1,X2,X3,)
Kemudian dari fungsi tersebut ditransformasikan ke dalam model persamaan
regresi linear dengan spesifikasi model, yakni:
Y= α + β1X1 + β2X2 + β3X3 + µ
Dimana:
Y
: Non performing loan KPR (%)
X1
: Non performing loan KPR sebelumnya (%)
Andriani Syafitri : Analisis Determinan Tunggakan Pembayaran Cicilan Kredit Pemilikan Rumah (KPR) pada P.T.
Bank Tabungan Negara Cabang Medan, 2009.
USU Repository © 2009
X2
: Inflasi (%)
X3
: Kurs sebelumnya (Rp/Dollar AS)
β1 β2 β3
: Koefisien Regresi
α
: Intercept
µ
: Tingkat Kesalahan (Term of Error)
Bentuk Hipotesisnya secara matematis adalah sebagai berikut :
∂Υ
⟩ Ο,
∂Χ1
artinya jika terjadi kenaikan pada X1 (non performing loan KPR
sebelumnya), maka Y (non performing loan KPR) mengalami
kenaikan, ceteris paribus.
∂Υ
⟩ Ο, artinya jika terjadi kenaikan pada X2 (inflasi), maka Y (non
∂Χ 2
performing loan KPR) mengalami kenaikan, ceteris paribus.
∂Υ
⟩ Ο, artinya jika terjadi kenaikan pada X3 (kurs sebelumnya), maka Y (non
∂Χ 3
performing loan KPR) mengalami kenaikan, ceteris paribus.
3.6
Test Of Goodness Of Fit (Uji Kesesuaian)
3.6.1 Koefisien Determinasi (R-square)
Andriani Syafitri : Analisis Determinan Tunggakan Pembayaran Cicilan Kredit Pemilikan Rumah (KPR) pada P.T.
Bank Tabungan Negara Cabang Medan, 2009.
USU Repository © 2009
Koefisien determinasi dilakukan umtuk melihat seberapa besar kemampuan
variabel bebas secara bersama mampu memberi penjelasan terhadap variabel terikat.
2
2
Nilai R berkisar antara 0 sampai 1 (0< R <1).
3.6.2 Uji t-Statistik (Uji Parsial)
Uji t merupakan suatu penngujian yag bertujuan untuk mengetahui apakah
masing-masing koefisien regresi signifikan atau tidak tehadap variabel terikat dengan
menganggap variabel bebas lainnya konstan.dalam hal ini digunakan hipotesis
sebagai berikut :
Ho : bi = 0
Ha : bi ≠ 0
Dimana bi adalah koefisien variabel bebas ke-i nilai parameter hipotesis. Bila
niali t-statistik > t-tabel, maka pada tingkat kepercayaan tertentu Ha diterima. Hal ini
berarti bahwa variabel bebas yang diuji berpengaruh secara nyata (signifikan)
terhadap variabel terikat. Nilai t-statistik diperoleh dengan rumus :
t=
(bi )
Sbi
Dimana :
bi
= Koefisien variabel ke-i
Sbi
= Simpangan baku dari variabel bebas ke-i
Ho diterima
Ho diterima
Andriani Syafitri : Analisis Determinan Tunggakan Pembayaran Cicilan Kredit Pemilikan Rumah (KPR) pada P.T.
Bank Tabungan Negara Cabang Medan, 2009.
USU Repository © 2009
Ho diterima
Gambar 3.1
Kurva Normal
3.6.3 Uji F-Statistik (Uji Keseluruhan)
Uji F-Statistik dilakukan untuk melihat pengaruh variabel bebas secara
keseluruhan atau bersama-sama terhadap variabel terikat. Untuk pengujian ini
digunakan hipotesis sebagai berikut :
Ho : bi = 0.............................bk = 0 (tidak signifikan)
Ha : bi ≠ 0................................i = 1 (signifikan)
Pengujian ini dilakukan untuk membandingkan nilai F-hitung dengan F-tabel.
Jika F-hitung > F-Tabel, maka Ho ditolak, yang artinya variabel bebas secara
bersama-sama mempengaruhi variabel terikat. Nilai F-hitung dapat diperoleh dengan
rumus :
F=
R 2 (k − 1)
1 − R 2 (n − k )
(
)
Dimana :
R2
= Koefisien Determinasi
Andriani Syafitri : Analisis Determinan Tunggakan Pembayaran Cicilan Kredit Pemilikan Rumah (KPR) pada P.T.
Bank Tabungan Negara Cabang Medan, 2009.
USU Repository © 2009
k
= Jumlah variabel bebas ditambah intercept dari suatu
model persamaan
n
= Jumlah sampel
Dengan kriteria pengambilan keputusan :
Ho diterima jika F hitung < Fα
Ha diterima jika F hitung > Fα
Ha diterima
Ho diterima
0
Gambar 3.2
Kurva Uji F-Statistik
3.7 Uji Penyimpangan Asumsi Klasik
3.7.1 Multikolinearitas (Multicollinearity)
Andriani Syafitri : Analisis Determinan Tunggakan Pembayaran Cicilan Kredit Pemilikan Rumah (KPR) pada P.T.
Bank Tabungan Negara Cabang Medan, 2009.
USU Repository © 2009
Multicollinearity adalah alat untuk mengetahui suatu kondisi, apakah terdapat
korelasi independen diantara satu sama lain. Untuk mengetahui ada tidaknya
Multicollinearity dapat dilihat dari R-square, F-hitung, t-statistik, serta standard
error.
Adanya multicollinearity ditandai dengan adanya :
a.
Standard error tidak terhingga
b.
Tidak satu pun t-statistik yang signifikan pada α=10%, α=5%, α=1%
c.
Terjadi perubahan tanda atau tidak sesuai dengan teori
d.
R 2 sangat tinggi
3.7.2 Autokorelasi (Autocorrelation)
Autokorelasi terjadi apabila error term (µ) dari periode waktu yang berbeda
berkorelasi. Dikatakan bahwa error term berkorelasi atau mengalami korelasi serial
apabila : Variabel (ei,ej)≠ 0 untuk i = j, dalam hal ini dapat dikatakan memiliki
masalah autokorelasi. Adapun salah satu cara yang digunakan untuk mengetahi
keberadaan autokorelasi dalam model regresi yang variabel bebasnya mengandung
lagged dependent variable (time lagged), yaitu dengan menggunakan uji Lagrage
Multiple (LM-Test).
Dalam metode LM-Test kita membandingkan nilai X2 hitung dengan X2 tabel
(chi square), dengan kriteria penilaian sebagai berikut:
Andriani Syafitri : Analisis Determinan Tunggakan Pembayaran Cicilan Kredit Pemilikan Rumah (KPR) pada P.T.
Bank Tabungan Negara Cabang Medan, 2009.
USU Repository © 2009
a.
Jika nilai X2 hitung > X2 tabel, maka hipotesis yang menyatakan bahwa tidak
ada autokorelasi dalam model empiris yang dipergunakan ditolak.
b.
Jika nilai X2 hitung < X2 tabel, maka hipotesis yang menyatakan bahwa tidak
ada autokorelasi dalam model empiris yang dipergunakan tidak dapat ditolak.
3.8
Definisi Operasional
a.
Non Performing Loan adalah besarnya rasio bulanan tunggakan pembayaran
cicilan kredit KPR nasabah BTN dalam kurun waktu Januari 2005 sampai
dengan Agustus 2008, yang merupakan jumlah keseluruhan dari kredit
Kurang Lancar, Diragukan, Macet, yang dinyatakan dalam persen. Nilai rasio
non performing loan, diperoleh dari perbandingan Jumlah Kredit Diragukan;
Kredit Kurang Lancar; dan Kredit macet; dengan jumlah kredit KPR yang
disalurkan oleh P.T. Bank Tabungan Negara Cabang Medan.
b.
Non Performing Loan sebelumnya, adalah besarnya rasio bulanan
tunggakan pembayaran cicilan kredit KPR nasabah BTN untuk satu bulan
sebelumnya, dengan kurun waktu Januari 2005 sampai dengan Agustus 2008,
yang merupakan jumlah keseluruhan dari kredit Kurang Lancar, Diragukan,
Macet, yang dinyatakan dalam persen.
Andriani Syafitri : Analisis Determinan Tunggakan Pembayaran Cicilan Kredit Pemilikan Rumah (KPR) pada P.T.
Bank Tabungan Negara Cabang Medan, 2009.
USU Repository © 2009
c.
Inflasi, adalah suatu keadaan dimana barang dan jasa mengalami kenaikan
harga secara terus menerus, yang dihitung bulanan dan dinyatakan dalam
persen.
d.
Kurs sebelumnya, adalah perbandingan nilai tukar mata uang dalam negeri
(Rupiah) terhadap mata uang luar negeri (Dollar AS) pada bulan sebelumnya,
yang dinyatakan dalam satuan ribu Rupiah, dalam kurun waktu Januari 2005
sampai Agustus 2008.
Andriani Syafitri : Analisis Determinan Tunggakan Pembayaran Cicilan Kredit Pemilikan Rumah (KPR) pada P.T.
Bank Tabungan Negara Cabang Medan, 2009.
USU Repository © 2009
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1
Gambaran Umum P.T. Bank Tabungan Negara Medan
4.1.1 Sejarah Singkat Perusahaan
Dengan maksud mendidik masyarakat agar genar menabung, Pemerintah
Hindia Belanda melalui Koninklijk Besluit No. 27 tanggal 16 Oktober 1897,
mendirikan ‘Postpaarbank’, yang kemudian terus hidup dan berkembang serta
tercatat hingga tahun 1939 telah memiliki 4 (empat) cabang, yaitu Jakarta, Medan,
Surabay dan Makasar. Pada tahun 1940, kegiatannya terganggu sebagai akibat
penyerbuan Jerman atas Netherland yang mengakibatkan penarikan tabungan secara
besar-besaran dalam waktu yang relatif singkat. Namun demikian, keadaan keuangan
Postpaarbank pulih kembali pada tahun 1941.
Tahun 1942, Hindia Belanda menyerah tanpa syarat kepada Pemrintahan
Jepang. Jepang membekukan kegiatan ‘Postpaarbank’ dan mendirikan ‘Tyokin
Kyoku’. Sebuah bank yang bertujuan untuk menarik dana masyarakat melalui
tabungan. Usaha Pemerintah Jepang ini tidak sukses karena dilakukan dengan
paksaan. Tyokin Kyoku hanya mendirikan satu cabang, yaitu di Yogyakarta.
Proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945,
telah memberikan inspirasi kepada Bapak Darmosoetanto, untuk memprakarsai
pengambilalihan Tyokin Kyoku dari Pemerintah Jepang ke Pemerintah Republik
Andriani Syafitri : Analisis Determinan Tunggakan Pembayaran Cicilan Kredit Pemilikan Rumah (KPR) pada P.T.
Bank Tabungan Negara Cabang Medan, 2009.
USU Repository © 2009
Indonesia dan terjadilah penggantian nama menjadi ‘ Kantor Tabungan Pos’. Bapak
Darmosoetanto ditetapkan oleh Pemerintah Republik Indonesia menjadi direktur yang
pertama. Tugas pertama Kantor Tabungan Pos adalah melakukan penukaran uang
Jepang dengan Oeang Republik Indonesia (ORI). Tetapi kegiatan Kantor Tabungan
Pos tidak berumur panjang, karena agresi Belanda (Desember 1946) mengakibatkan
didudukinya semua kantor, termasuk kantor cabang, dari Kantor Tabungan Pos
hingga tahun 1949. Saat Kantor Tabungan Pos dibuka kembali (1949), nama Kantor
Tabungan Pos diganti menjadi ‘Bank Tabungan RI’. Sejak kelahirannya dan sampai
berubah nama Bank Tabungan Pos RI, lembaga ini bernaung di bawah Kementerian
Perhubungan.
Banyak kejadian bernilai sejarah sejak tahun 1950. Tetapi, yang substantif
bagi sejarah BTN adalah dikeluarkannya UU Darurat No.9 Tahun 1950 tanggal 9
Februari 1950, yang mengubah nama ‘Postpaarbank In Indonesia’ berdasarkan
staatsblat No. 295 tahun 1941 menjadi Bank Tabungan Pos dan memindahkan induk
kementrian dari Kementrian Perhubungan ke Kementrian Keuangan di bawah
Menteri Urusan Bank Sentral. Walaupun dengan UU Darurat tersebut masih bernama
Bank Tabungan Pos, tetapi tanggal 9 Februari 1950ditetapkan sebagai hari dan
tanggal lahir Bank Tabungan Negara. Nama Bank Tabungan Pos menurut UU
Darurat tersebut, dikukuhkan dengan UU No. 36 tahun 1953 tanggal 18 Desember
1953. Perubahan nama dari Bank Tabungan Pos menjadi Bank Tabungan Negara
Andriani Syafitri : Analisis Determinan Tunggakan Pembayaran Cicilan Kredit Pemilikan Rumah (KPR) pada P.T.
Bank Tabungan Negara Cabang Medan, 2009.
USU Repository © 2009
didasarkan pada PERPU No. 4 tahun 1963 tanggal 22 Juni 1963, yang kemudian
dikuatkan dengan UU No. 2 tahun 1964 tanggal 25 Mei 1964.
Penegasan status BankTabungan Negara sebagai bank milik negra, ditetapkan
dengan UU No. 20 tahun 1968 tanggal 19 Desember 1968, yang sebelumnya (sejak
tahun 1964) Bank Tabungan Negara menjadi unit V, jika tugas utama saat pendirian
Postpaarbank (1897) sampai dengan Bank Tabungan Negara (1968) adalah bergerak
dalam lingkup penghimpunan dana msyarakat melalui tabungan, maka sejak tahun
1974 Bank Tabungan Negara ditambah tugasnya, yaitu memberikan pelayanan KPR
dan untuk pertama kalinya penyaluran KPR terjadi pada tanggal 10 Desember 1976.
Karena itulah, tanggal 10 Desember diperingati sebagai hari KPR bagi BTN.
Bentuk hukum BTN mengalami perubahan lagi pada tahun 1992, yaitu
dengan dikeluarkannya PP No. 24 tahun 1992 tanggal 29 April 1992, yang
merupakan pelaksanaan dari UU No. 7 tahun 1992. Bentuk hukum BTN berubah
menjadi perusahaan perseroan. Sejak saat itu nama BTN menjadi P.T. Bank Tabuang
Negara (Persero), dengan call name BTN. Berdasakan kajian konsultan independen,
Price Waterhouse Coopers, Pemerintah melalui Menteri BUMN dalam surat nomor
S-554/M-MBU/2002 tanggal 21 Agustus 2002 memutuskan Bank BTN sebagai bank
umum dengan fokus bisnis pembiayaan perumahan tanpa subsidi.
Dewasa ini, BTN terus memberikan berbagai pelayanan untuk memfasilitasi
masyarakat, terutama golongan menengah ke bawah agar dapat memiliki rumah layak
huni.Untuk menunjang sasaran dan strategi yang tepat serta tindakan dan arah yang
Andriani Syafitri : Analisis Determinan Tunggakan Pembayaran Cicilan Kredit Pemilikan Rumah (KPR) pada P.T.
Bank Tabungan Negara Cabang Medan, 2009.
USU Repository © 2009
akan dicapai tersebut, maka pada tahun 1989 dikembangkan dua motto yang menjadi
landasan operasional BTN, yaitu:
a.
Paras (Pelanggan adalah raja selalu)
b.
3S (Senyum, salam, sapa)
Melalui tindakan tersebut akan dibangun suatu BTN yang handal. Oleh karena
itu, pembinaan karyawan dalam arah sasaran dan strategi sebagai misi menjadi
perhatian yang utama.
Saat ini P.T. Bank Tabungan Negara Persero telah mempunyai 37 kantor
cabang, 35 Kantor Cabang Pembantu, 95 Kantor Kas, yang tersebar di seluruh
Indonesia.
4.1.2 Sejarah Singkat Lahirnya Kredit Pemilikan Rumah BTN
Mulanya adalah sepucuk surat Menteri Keuangan No. B-49/MK/IV/I/1974
tanggal 29 Januari 1974 yang ditunjukkan kepada Bank Tabungan Negara, maka
lahirlah KPR (Kredit Pemilikan Rumah), sebuah nama yang kini sudah sangat dikenal
masyarakat.
Surat itulah yang ‘memproklamirkan’ Bank Tabungan Negara sebagai
lembaga yang untuk pertama kalinya menerapkan KPR. BTN saat itu, dibantu oleh
Perumnas sebagai mitra kerja. Untuk pertama kalinya Perumnas bertugas sebagai
Andriani Syafitri : Analisis Determinan Tunggakan Pembayaran Cicilan Kredit Pemilikan Rumah (KPR) pada P.T.
Bank Tabungan Negara Cabang Medan, 2009.
USU Repository © 2009
developer atau pembangun rumah sederhana dengan program penghunian secara
sewa tercatat.
Selama dua tahunBTN mempersiapkan untuk melaksanakan tugas tersebut.
Tahun 1976, surat keputusan itu mulai direalisir dalam bentuk pemberian KPR BTN.
Ketika itu hanya 17 orang debitur yang dapat dilayani. Yaitu di Semarang sebanyak 9
unit rumah, dan di Surabaya 8 unit rumah. Pada tahun 1977, KPR yang mampu
diberikan melonjak tajam menjadi 543 unit, dan di tahun-tahun berikutnya angka
tersebut terus bertambah. Hingga akhir September 1974, jumlah total debitur yang
telah dilayani mencapai angka 931.249 orang dengan nilai kredit seluruhnya
mencapai Rp 5.055.454.968,-.
Meskipun demikian, ternyata lonjakan permintaan dengan jumlah KPR yang
berhasil direalisasikan masih terjadi kesenjangan dari tahun ke tahun. Permintaan
akan rumah terus meningkat melebihi kemampuan membangun yang bisa dilakukan
pemerintah. Dengan denikian, KPR pun masih jauh dari pemenuhan kebutuhan
sebagian besar masyarakat Indonesia.
Melihat peluang yang cukup potensial dan sangat aman ini, beberapa bank
swasta di tahun-tahun terakhir ini ikut memberikan KPR kepada masyarakat luas.
Oleh sebab itu, kini BTN tidak lagi sendiri di ladang KPR. Persaingan pun semakin
tajam sejalan dengan perkembangan kebutuhan masyarakat akan perumahan.
Andriani Syafitri : Analisis Determinan Tunggakan Pembayaran Cicilan Kredit Pemilikan Rumah (KPR) pada P.T.
Bank Tabungan Negara Cabang Medan, 2009.
USU Repository © 2009
Menghadapi persaingan yang semakin tajam, mau atau tidak, BTN juga harus
melakukan berbagai antisipasi dan diversifikasi kredit. Misalnya selain kredit
pemilikan rumah, juga diluncurkan kredit non perumahan yang lebih dikomersilkan.
Untuk KPR, kita mengenal khusus untuk perorangan:
a.
KPR PAKET A-1
1)
KPR Paket A-1 adalah Kredit Pemilikan Rumah Sangat Sederhana
(KP-RSS) atau disebut juga Griya Pemula yang diberikan oleh BTN
kepada golongan masyarakat berpenghasilan rendah yang ingin
membeli rumah sangat sederhana dengan bantuan subsidi berupa
bunga yang relatif rendah.
2)
Diperuntukkan kepada masyarakat yang berpenghasilan antara Rp
300.000,- s.d. Rp 450.000,-.
3)
b.
Kategori Griya Pemula (KP-RSS) terdiri dari T21, T27, T36.
KPR PAKET A-2
1)
KPR Paket A-2 atau disebut juga KPR Griya Inti, merupakan suatu
paket kredit pembiayaan pembelian rumah yang diberikan BTN
kepada masyarakat yang ingin membeli rumah inti berikut tanah
dengan luas bangunan tidak melebihi 21 m2, dengan syarat
penghasilan pemohon antara 750.000,- s.d. 1.000.000,-.
Andriani Syafitri : Analisis Determinan Tunggakan Pembayaran Cicilan Kredit Pemilikan Rumah (KPR) pada P.T.
Bank Tabungan Negara Cabang Medan, 2009.
USU Repository © 2009
2)
Kategori rumah yang termasuk KPR Griya Inti (KPR Paket A-2)
adalah KPR yang hanya dapat digunakan untuk membeli Rumah Inti
dan Sub Inti yaitu Tipe Rumah T 21 ke bawah.
3)
Harga jual, maksimum kredit, uang muka dan mutu bangunan KPR
Paket A-2 (RS), kondisinya di atas KPR Paket A-1 (RSS).
c.
KPR PAKET-B (KPR GRIYA MADYA)
1)
KPR Paket-B disebut juga KPR Griya Madya, adalah fasilitas kredit
BTN untuk pembelian rumah berikut tanah dengan luas bangunan
27m2 s.d. 70 m2.
2)
Diperuntukkan bagi masyarakat yang berpenghasilan Rp 1.300.000,s.d. Rp 1.725.000,-/bulan untuk pembelian rumah dengan kategori T
27.
3)
d.
Rumah-rumah yang termasuk KPR Gruya Madya yaitu T 27, T36.
KPR PAKET–C (KPR GRIYA UTAMA)
1)
KPR Paket-C atau disebut juga dengan KPR Griya Utama adalah
fasilitas kredit yang diberikan BTN untuk pembelian rumah berikut
tanah dengan standar bangunan ketentuan rumah sederhana (RS).
2)
KPR Paket-C merupakan Kredit Pemilikan Rumah komersial BTN,
dimana penggunaan dananya berasal dari BTN sendiri. Tidak sama
halnya dengan KPR Paket-Adan KPR Paket-B, dimana dananya
Andriani Syafitri : Analisis Determinan Tunggakan Pembayaran Cicilan Kredit Pemilikan Rumah (KPR) pada P.T.
Bank Tabungan Negara Cabang Medan, 2009.
USU Repository © 2009
merupakan subsidi dari pemerintah, sehingga ketentuan suku bunga
KPR Paket-C sesuai dengan perkembangan pasar.
e.
KPR GRIYA MULTI
1)
KPR Griya Multi adalah KPR non subsidi yang diberikan BTN untuk
pembelian rumah berikut tanah dengan standar bangunan di atas
ketentuan rumah sederhana.
2)
Sistem perhitungan bunga adalah anuitas dan suku bunga dapat
berubah sewaktu-waktu.
3)
Harga jual dan maksimal kredit tergantung pada kebijaksanaan bank,
dengan pembiayaan menggunakan dana dari P.T. Bank Tabungan
Negara (Persero).
f.
KREDIT PERUMAHAN–RUMAH USAHA (KP-RUHA)
Disebut KP-Ruha, yaitu kredit yang disediakan untuk perorangan yang ingin
membeli rumah usaha berupa bangunan yangs sekaligus digunakan sebagai rumah
tinggal dan menjalankan usaha toko. KP–RUHA, terdiri dari:
1)
KP-Kios/Ruko Sederhana
2)
KP-Ruko Madya/Ruko Elok
3)
KP-Ruko Tama/Super
4.1.3 Struktur Organisasi
Andriani Syafitri : Analisis Determinan Tunggakan Pembayaran Cicilan Kredit Pemilikan Rumah (KPR) pada P.T.
Bank Tabungan Negara Cabang Medan, 2009.
USU Repository © 2009
Penyusunan struktur organisasi dalam suatu organisasi perusahaan adalah
sangat penting. Hal ini dilakukan untuk mempermudah pelaksanaan tugas yang
diemban oleh masing-masing pihak di dalam organisasi agar tugas tersebut dapat
dijalankan secara rasional, efektif dan efisien artinya dengan penuh tanggung jawab
tanpa adanya pengecualian.
Struktur organisasi yang diciptakan merupakan pembagian atau alokasi
seluruh pekerjaan yang harus dilaksanakan diantara kelompok kerja, dan juga struktur
organisasi merupakan penyediaan lingkungan kerja yang sesuai dengan keahlian dan
kecakapan masing-masing karyawan. Suatu struktur organisasi haruslah sesuai jelas
(dikaitkan dengan tujuan yang hendak dicapai) dan mudah dimengerti oleh semua
pihak yang terlibat di dalam organisasi itu.
Untuk melaksanakan tugasnya, P.T. Bank Tabungan Negara (Persero)
membentuk beberapa kantor cabang Bank Tabungan Negara dan kantor kas Bank
Tabungan Negara yang tersebar di seluruh Indonesia. Pembentukan dan pembukaan
kantor cabang Bank Tabungan Negara di berbagai tempat ditetapkan oleh direksi
berdasarkan dan setelah mendapatkan izin/persetujuan dari pihak yang berwenang
(Bank Indonesia dan Departemen Keuangan).
Kantor cabang dalam kegiatannya mempunyai fungsi sebagai berikut:
a.
Penyelenggaraan kegiatan usaha Bank Tabungan Negara di dalam wilayah
kerja kantor cabang yang bersangkutan dalam batas wewenang yang telah
ditetapkan oleh direksi.
Andriani Syafitri : Analisis Determinan Tunggakan Pembayaran Cicilan Kredit Pemilikan Rumah (KPR) pada P.T.
Bank Tabungan Negara Cabang Medan, 2009.
USU Repository © 2009
b.
Mewakili kepentingan Bank Tabungan Negara di dalam wilayah kerja kantor
cabang dalam batas wewenang yang ditetapkan oleh direksi.
Dalam rangka memberikan pelayanan yang lebih baik kepada masyarakat di
bawah pimpinan cabang wilayah kantor cabang, dapat dibuka kantor kas, kantor
proyek, Tempat Pembayaran Angsuran (TPA), atau kas mobil sesuai dengan
keperluan berdasarkan ketentuan direksi.
Kantor kas adalah unit yang diklasifikasinya di bawah kantor cabang dan
tidak memiliki unit kerja (seksi) sebagaiman kantor-kantor cabang yang ada dan
bertanggung jawab kepada kantor cabang yang membawahi kerja kantor kas tersebut.
Kantor proyek adalah suatu unit kerja yang merupakan perpanjangan loket
kantor cabang yang hanya menerima pembayaran angsuran dan tidak memiliki unit
kerja (seksi).
Secara struktural, organisasi P.T. Bank Tabungan Negara (Persero) Cabang
Medan dapat dilihat pada skema yang terlampir pada lampiran 1. Berdasarkan
lampiran struktur organisasi tersebut, terlihat bahwa P.T. Bank Tabungan Negara
Cabang Medan dipimpin oleh seorang Kepala Cabang atau Branch Manager, yang
membawahi 1 (satu) orang Deputy Branch Manager (DBM) atau Wakil Kepala
Cabang dan 3 (tiga) orang Asistant Baranch Manager (ABM) atau Pembantu
Pimpinan Cabang. Dalam hal ini, salah seorang dari ABM tersebut bertugas untuk
Andriani Syafitri : Analisis Determinan Tunggakan Pembayaran Cicilan Kredit Pemilikan Rumah (KPR) pada P.T.
Bank Tabungan Negara Cabang Medan, 2009.
USU Repository © 2009
mempin Kantor Cabang Pembantu (Kacapem) sebagai Kepala Kantor Cabang
Pembantu.
Untuk kelancaran dan ketertiban administrasi pelaksanaan tugas-tugasnya,
Kepala Cabang didukung oleh Sekretaris dan Staf Pembantu tugas-tugas
kesekretariatan.
Deputy Branch Manager (DBM) atau sering disebut sebagai Wakil Kepala
Cabang, membawahi unit-unit kerja yang termasuk dalam kelompok operasional,
yaitu:
a.
Seksi Transaction and Processing (TP)
b.
Seksi Loan Administration (LA)
c.
Seksi Umum (General Branch Administration/GBA)
Asistant Branch Manager (ABM) Retail Service membawahi unit kerja yang
termasuk dalam kelompok retail service yaitu:
a.
Seksi Loan Service (LS) atau Pelayanan Kredit;
b.
Seksi Teller Service (TS);
c.
Seksi/unit kerja Customer Service (CS) atau Pelayanan Nasabah
Sedangkan ABM Loan Recovery membawahi satu unit kerja yaitu Seksi Loan
Recovery (LR) atau pembinaan kredit. Adapun unit kerja Accounting and Control,
dan Kantor Cabang Pembantu (Kacapem) serta Kantor Kas (Kankas) langsung
dibawahi oleh Kepala Cabang (Branch Manager).
Andriani Syafitri : Analisis Determinan Tunggakan Pembayaran Cicilan Kredit Pemilikan Rumah (KPR) pada P.T.
Bank Tabungan Negara Cabang Medan, 2009.
USU Repository © 2009
4.1.4 Uraian Tugas (Job Description)
Setiap unit kerja yang ada di P.T, Bank Tabungan Negara (Persero) Cabang
Medan mengemban tugas yang berbeda-beda. Namun, membentuk suatu mata rantai
alur pekerjaan, yang bermuara pada pemberian pelayanan kepada nasabah dengan
kualitas pelayanan sesuai standar yang ditetapkan.
Semua unit kerja tersebut, secara umum terbagi menjadi dua bagian besar,
yaitu front office dan back office. Kelompok front office adalah unit-unit kerja yang
langsung berhubungan dengan nasabah, yaitu unit kerja Customer Service, Teller
Service, dan Loan Service. Sedangkan back office adalah unit kerja yang dalam
melakukan tugasnya tidak berhubungan secara langsung dengan nasabah, yaitu unit
kerja Transaction Processing, Accounting and Control, Loan Administration, Loan
Recovery, dan Seksi Umum (GBA). Adapun unit kerja Kacapem dan Kankas di
dalamnya terdapat unsur-unsur front office dan back office secara bersama-sama.
Secara singkat, pembagian tugas setiap unit kerja adalah sebagai berikut:
a.
Unit Kerja Transaction Processing (TP)
Tugas unit TP secara umum adalah menangani transaksi pemindahbukuan,
transaksi dan proses kliring, pemeliharaan likuiditas, pemrosesan transaksi,
pemeliharaan sistem komputer (hardware dan software), administrasi transaksi
Andriani Syafitri : Analisis Determinan Tunggakan Pembayaran Cicilan Kredit Pemilikan Rumah (KPR) pada P.T.
Bank Tabungan Negara Cabang Medan, 2009.
USU Repository © 2009
tabungan kantor pos, pemeliharaan ATM, dan transaksi pemindahbukuan lainnya.
Rincian tugasnya adalah sebagai berikut:
1)
Melakukan proses kliring
2)
Memproses transaksi angsuran KPR dan entry data, penelusuran
dummy, koreksi klaim, dan pemutakhiran master debitur.
3)
Mengadministrasikan transaksi tabungan kantor pos
4)
Administrasi dan pemrosesan Nota Pembukuan Khusus (NPK) dan
Nota Pembukuan Umum (NPU)
5)
Pemrosesan transaksi pemindahbukuan dana, kredit, dan umum
6)
Pemeliharaan likuiditas dan administrasi perpajakan
7)
Pembuatan laporan likuiditas BI, Rekening Antar Kantor (RAK),
pajak dan surplus minus tabungan kantor pos
b.
8)
Pemrosesan data transaksi melalui sistem komputer
9)
Perawatan dan pemeliharaan mesin ATM
10)
Melakukan rekonsiliasi SL dan GL
Unit Kerja Accounting and Control (ACC)
Unit kerja ini secara umum bertugas mengontrol data harian, mengelola buku
besar (GL) Kantor Cabang, mengelola dan mengarsipkan bukti transaksi, membuat
Andriani Syafitri : Analisis Determinan Tunggakan Pembayaran Cicilan Kredit Pemilikan Rumah (KPR) pada P.T.
Bank Tabungan Negara Cabang Medan, 2009.
USU Repository © 2009
nota jurnal, dan mengkoordinasikan rekonsiliasi SL dan GL setiap unit kerja yang
memegang SL. Tugas-tugas tersebut dapat diuraikan sebagai berikut:
1)
Memeriksa kas besar dan kas ATM
2)
Memeriksa sandi jurnal/sandi pemindahbukuan dan validasinya
3)
Memeriksa/rekonsiliasi rekening milik BTN di bank lain
4)
Memeriksa laporan likuiditas
5)
Membuat laporan dana harian
6)
Membuat Laporan Mingguan Bank (LMB), Laporan Bulanan Bank
Umum (LBBU), dan Sistem Informasi Keuangan (SIK) ke Bank
Indonesia
7)
Menyelenggarakan dan menindaklanjuti audit intern dan audit
koordinasi
8)
Memeriksa neraca harian dan bulanan
9)
Mengelola buku besar cabang, dari mulai entry bukti transaksi sampai
cetak GL dan mencocokkan dengan listing-nya
10)
Mengelola bukti transaksi
11)
Membuat nota jurnal transaksi serta periksa bukti dasar
12)
Mengkoordinasikan pencocokan GL dengan SL tiap unit pemegang
SL

Financial Reporting and Analysis
1)
Membuat laporan cabang
Andriani Syafitri : Analisis Determinan Tunggakan Pembayaran Cicilan Kredit Pemilikan Rumah (KPR) pada P.T.
Bank Tabungan Negara Cabang Medan, 2009.
USU Repository © 2009
c.
2)
Membuat LMB dan LBBU ke Kantor Pusat
3)
Membuat Laporan SIK ke Bank Indonesia
4)
Membuat laporan arus kas dan laporan penerimaan angsuran
5)
Menerima dan memeriksa laporan manual
6)
Sistem informasi manajemen cabang
7)
Mengadministrasikan pelaporan cabang
Unit Kerja Loan Administration (LA)
1)
Memproses permohonan kredit ritel:
(a)
Melakukan penilaian agunan
(b)
Melakukan pemeriksaan dan pembuatan LPA
(c)
Membuat DUP
(d)
Membuat surat persetujuan kredit, menghitung biaya realisasi
(e)
Mempersiapkan realisasi dan membuat master debitur
(f)
Pencairan dan realisasi, dana notaris dan biaya appraiser
(g)
Membuat SPA2
(h)
Mengadministrasikan dana jaminan tahanan
(i)
Mengadministrasikan uang PNS
(j)
Mengadministrasikan dosier debitur
(k)
Memproses KPR Paket-A/B mulai UM ASABRI, memproses
pengambilan Tapetum Taspen
(l)
Mengadministrasikan dan memelihara dokumentasi kredit ritel
Andriani Syafitri : Analisis Determinan Tunggakan Pembayaran Cicilan Kredit Pemilikan Rumah (KPR) pada P.T.
Bank Tabungan Negara Cabang Medan, 2009.
USU Repository © 2009
(m)
Menyampaikan surat peringatan dan melakukan penagihan
untuk debitur yang menunggak
2)
Mengadministrasikan kredit umum
(a)
Menerima formulir aplikasi kredit umum, melakukan OTS
awal dan analisis kredit
(b)
Membuat SP2K
(c)
Mempersiapkan dan melakukan realisasi kredit umum
(d)
Menerima akta SPH, melakukan pencairan KYG lahan dan
menilai prestasi proyek
(e)
Menghitung, mengkonfirmasi, dan adminitrasi pembayaran
bunga, denda dan pokok
(f)
Memo kelonggaran tarif
(g)
Mengadministrasikan dokumen pokok kredit umum
(h)
Memproses
pelepasan
dan
pemecahan
sertifikat
hak
tanggungan
3)
(i)
Melakukan pembinaan kredit umum yang menunggak
(j)
Memantau kewajiban pembayaran bunga pokok umum
Dokumentasi kredit
(a)
Mengadministrasikan dosier masuk dan keluar
(b)
Mengadministrasikan dokumen pokok
Andriani Syafitri : Analisis Determinan Tunggakan Pembayaran Cicilan Kredit Pemilikan Rumah (KPR) pada P.T.
Bank Tabungan Negara Cabang Medan, 2009.
USU Repository © 2009
(c)
Melakukan konfirmasi dan pemantauan penyelesaian dokumen
kepada notaris
d.
(d)
Memproses permohonan fotocopy dan dokumen pokok
(e)
Memproses permohonan pinjaman dokumen pokok
(f)
Memproses pembebanan hak tanggungan
(g)
Memproses balik nama sertifikat
(h)
Mempersiapkan dokumen untuk proses penyelesaian kredit
(i)
Melaporkan penyelesaian dokumen pokok ke Kantor Pusat
(j)
Memproses pelunasan kredit (pengelolaan dokumen pokok)
(k)
Melakukan rekonsiliasi dengan unit pembukuan dan kontrol
Unit Kerja Loan Recovery
1)
Mencetak DDM, R/K, mengirim surat konfirmasi dan surat peringatan
2)
Menelepon dan mengunjungi debitur untuk menagih, membuat bukti
angsuran kolektif per debitur tunggakan
3)
Mengidentifikasi penyebab terjadinya tunggakan dan memberikan
alternatif penyelamatan
4)
Menyerahkan debitur yang sudah tidak dapat dibina lagi ke petugas
hukum untuk penyelesaiannya
5)
Melakukan penjualan tunai agunan
6)
Menyelesaikan permasalahan hukum yang timbul
7)
Melakukan rekonsiliasi dengan Unit Pembukuan dan Kontrol
Andriani Syafitri : Analisis Determinan Tunggakan Pembayaran Cicilan Kredit Pemilikan Rumah (KPR) pada P.T.
Bank Tabungan Negara Cabang Medan, 2009.
USU Repository © 2009
8)
Mengadministrasikan angsuran kolektif
9)
Memeriksa
angsuran
kolektif
dan
kolektor,
konfirmasi
bila
pembayaran kurang
e.
10)
Membuat master debitur kolektif
11)
Melayani kalim kolektor
Unit Kerja General Branch Manager ADM
1)
Melakukan administrasi kepegawaian (absensi, SPD, dll)
2)
Melakukan proses pembayran hak pegawai
3)
Mengalokasikan biaya uang muka
4)
Menghitung pajak bulanan pegawai dan potongan lain-lain
5)
Mengadministrasikan absensi pegawai dan SPD
6)
Menyelenggarakan kegiatan protokoler
7)
Membuat laporan kepegawaian
8)
Bidang logistik
9)
Menyelenggarakan belanja modal
10)
Memenuhi kebutuhan, dan mengadministrasikan belanja modal dan
ATK
11)
Mengatur pemakaian mobil dinas
12)
Melayani kebutuhan ATK seksi lain
13)
Menghitung penyusunan aktiva tetap
14)
Pemeliharaan/perawatan aktiva tetap, hardware
Andriani Syafitri : Analisis Determinan Tunggakan Pembayaran Cicilan Kredit Pemilikan Rumah (KPR) pada P.T.
Bank Tabungan Negara Cabang Medan, 2009.
USU Repository © 2009
15)
Menghitung asuransi aktiva tetap
16)
Mengkoordinasikan kearsipan kantor untuk digudangkan
17)
Memproses permohonan tambahan stok persediaan ATK
18)
Melakukan rekonsiliasi dengan GL
19)
Bidang keamanan
20)
Menjaga aktiva tetap dan barang berharga milik Kantor Cabang
21)
Menyediakan keamanan untuk setiap unit kerja di Cabang dan untuk
pengiriman uang dan mobil kas
22)
Menyediakan keamanan untuk setiap unit kerja di cabang
23)
Mengadministrasikan pelaporan Satpam
24)
Bidang anggaran
25)
Membuat dan mengadministrasikan pelaporan SPM dan bukti setor
26)
Mencatat transaksi KPA
27)
Membuat laporan realisasi anggaran biaya
28)
Membuat SSP Wapu
29)
Melakukan rekonsiliasi dengan GL
30)
Bidang kesekretariatan
31)
Mengadministrasikan persediaan materai/benda pos
32)
Mengadministrasikan, mengirim/mendistribusikan surat-surat dan
surat kabar, NPK/NPU
33)
Melaporkan cash in transit
Andriani Syafitri : Analisis Determinan Tunggakan Pembayaran Cicilan Kredit Pemilikan Rumah (KPR) pada P.T.
Bank Tabungan Negara Cabang Medan, 2009.
USU Repository © 2009
34)
Mendokumentasikan dokumen asli dari semua petunkuk kerja kantor
35)
Memelihara rekening SL (melakukan rekonsiliasi dengan unit
pembukuan kontrol)
f.
g.
h.
Unit Kerja Teller Service
1)
Menerima penyetoran dan penarikan tunai
2)
Melakukan administrasi kas
3)
Melakukan transaksi valuta asing
Unit Kerja Customer Service
1)
Informasi ke nasabah
2)
Pembukaan/penutupan rekening nasabah
3)
Transfer rekening
4)
Membantu klaim nasabah
5)
Memproses kartu ATM
6)
Penjualan produk
Unit Kerja Loan Service (LS)
1)
Permohonan kredit ritel
2)
Wawancara kredit ritel
3)
Akad kredit ritel
4)
Klaim debitur kredit ritel
Andriani Syafitri : Analisis Determinan Tunggakan Pembayaran Cicilan Kredit Pemilikan Rumah (KPR) pada P.T.
Bank Tabungan Negara Cabang Medan, 2009.
USU Repository © 2009
4.2
Perkembangan Rasio Non Performing Loan P.T. Bank Tabungan Negara
Cabang Medan
Pada awal tahun 2005, rasio bulanan NPL Kredit Pemilikan Rumah P.T. Bank
Tabungan Negara adalah sebesar 6,68 %. Untuk bulan berikutnya rasio kenaikan NPL
bertambah sebesar 0.30 % menjadi 6,98 %. Pada bulan Maret, rasio NPL turun
menjadi 5,70 %. Tetapi kembali meningkat hingga 7,15 % sampai akhirnya rasio
NPL berada pada kisaran 7 % - 7,8 % hingga bulan September. Memasuki triwulan
akhir 2005, rasio NPL KPR mengalami peningkatan menjadi 8,44 % untuk bulan
Oktober, dan 8,84 % di bulan November. Di akhir tahun, BTN menunjukkan kinerja
yang sangat baik sehingga rasio NPL menukik tajam hingga ke angka 4,35 %.
Prestasi kerja yang sangat baik di akhir tahun, ternyata tidak mempengaruhi
rasio NPL untuk awal tahun 2006. Rasio NPL untuk Januari kembali naik menjadi
6,47 %, dan meningkat hampir 1 % menjadi 7,32 % untuk bulan berikutnya.
Memasuki bulan ketiga kinerja BTN kembali membaik, tercermin dari rasio NPL
yang terus menurun hingga akhir tahun. Walaupun pada bulan Juni dan November
rasio KPR BTN kembali meningkat, BTN kembali mengulang prestasi kerja dengan
menekan rasio NPL menjadi 3,89 % pada akhir tahun 2006.
Andriani Syafitri : Analisis Determinan Tunggakan Pembayaran Cicilan Kredit Pemilikan Rumah (KPR) pada P.T.
Bank Tabungan Negara Cabang Medan, 2009.
USU Repository © 2009
Sepanjang tahun 2007, rasio NPL KPR BTN sangat fluktuatif. Dengan rasio
NPL sebesar 5,43 % di bulan Januari, meningkat menjadi 6,11 % pada bulan
berikutnya, dan terus berada pada angka 6 % - 6,7 % hingga bulan Agustus. BTN
kembali berhasil menekan rasio NPL menjadi 4,88 % untuk bulan September, dan
terus menunjukkan tren penurunan dengan rasio NPL 4,63 % di akhir tahun.
Memasuki 2008, BTN semakin memperlihatkan prestasi kerja yang
cemerlang. Tidak seperti tahun-tahun sebelumnya yang cenderung fluktuatif, rasio
NPL KPR BTN terus menunjukkan tren penurunan. Meskipun sempat mengalami
kenaikan rasio NPL di awal tahun, yaitu dari 5,75 % di bulan Januari; menjadi 6,12 %
pada bulan Februari dan Maret; secara perlahan tapi pasti, BTN terus menekan rasio
NPL KPR setiap bulannya.
Berikut adalah grafik perkembangan rasio NPL KPR P.T. Bank Tabungan
Negara Cabang Medan:
Rasio NPL ( % )
10
9
8
7
6
5
4
3
2
1
0
2005
2006
2007
2008
l
A
gs
Se
p
O
kt
N
ov
D
es
Ju
Fe
b
M
ar
A
pr
M
ei
Ju
n
Ja
n
Andriani Syafitri : Analisis Determinan Tunggakan Pembayaran Cicilan Kredit Pemilikan Rumah (KPR) pada P.T.
Bank Tabungan Negara Cabang Medan, 2009.
USU Repository © 2009
Bulan
Gambar 4.1
Grafik Perkembangan Rasio NPL KPR
P.T.Bank Tabungan Negara Cabang Medan
4.3
Perkembangan Inflasi Di Kota Medan
Laju inflasi kota Medan untuk Januari 2005 adalah 2,82 %, dan mengalami
deflasi pada bulan berikutnya sebesar 1,39 %. Hingga bulan September 2005, inflasi
terus berfluktuasi pada kisaran 0,22 % - 1,59 %. Namun terjadi lonjakan inflasi yang
sangat signifikan pada bulan Oktober, dimana inflasi sebesar 0,46 % pada bulan
November melonjak tajam hingga 11,55 %. Namun kembali menurun menjadi 1,95
%, untuk kemudian kembali meroket ke posisi 23,84 %. Kenaikan yang sangat drastis
ini berkaitan dengan kebijakan pemerintah untuk menaikkan harga bahan bakar
minyak pada saat itu, sehingga perekonomian berada pada kondisi yang labil dimana
harga barang-barang dalam negeri khususnya kebutuhan pokok terus mengalami
kenaikan. Tingkat kesejahteraan masyarakat sangatlah minim pada saat itu, karena
tingginya kenaikan laju inflasi yang dirasakan.
Tahun berikutnya, tingkat inflasi bulanan juga terus berubah-ubah pada
kisaran 0,80 % - 0,95 %. Akan tetapi, kota Medan juga beberapa kali mengalami
deflasi pada awal tahun sebesar 0,12 %, bulan April sebesar 0,47 %, dan pada bulan
Andriani Syafitri : Analisis Determinan Tunggakan Pembayaran Cicilan Kredit Pemilikan Rumah (KPR) pada P.T.
Bank Tabungan Negara Cabang Medan, 2009.
USU Repository © 2009
Agustus sebesar 0,13 %. Inflasi tertinggi sepanjang tahun 2006, terjadi pada akhir
tahun, sebesar 1,92 %.
Pada tahun 2007, inflasi cenderung mengalami penurunan secara perlahan. Di
bulan Januari, inflasi kota Medan adalah 1,11 %, dan terus menurun menjadi 0,48 %,
dan 0,22 % untuk bulan-bulan berikutnya. Bahkan, pada bulan April terjadi deflasi
sebesar 1,09 %. Hal ini terjadi karena kelesuan aktivitas ekonomi masyarakat.
Memasuki bulan Mei perekonomian kembali bergairah, dan mengkoreksi angka
deflasi menjadi 0,30 %. Pada bulan-bulan berikutnya inflasi terus berfluktuatif,
hingga inflasi kembali meningkat menjadi 1,58 % di akhir tahun 2007.
Memasuki tahun 2008, inflasi bulanan kota Medan kembali menjadi sangat
berfluktuatif. Hal ini terjadi karena berbagai pengaruh dari keadaan dan aktivitas
perekonomian yang berkembang. Sepanjang tahun, beberapa kali laju inflasi bulanan
terus mengalami kenaikan dan penurunan. Tingkat inflasi pada bulan April adalah
sebesar 0,21 % dan terus mengalami peningkatan hingga inflasi mencapai 2,18 %
pada bulan Juni. Namun, kembali inflasi mengalami penurunan dan bahkan
menyebabkan deflasi pada bulan Agustus sebesar 0,30 %.
Laju inflasi bulanan kota Medan cenderung fluktuatif seperti yang
digambarkan dalam grafik berikut ini:
Inflasi ( % )
30
25
20 Syafitri : Analisis Determinan Tunggakan Pembayaran Cicilan Kredit Pemilikan Rumah (KPR) pada
Andriani
P.T.
2005
Bank Tabungan Negara Cabang Medan, 2009.
USU Repository © 2009
15
10
2006
2007
2008
5
Bulan
Gambar 4.2
Grafik Perkembangan Inflasi di Kota Medan
4.4
Perkembangan Kurs Rupiah Terhadap Dollar AS di Kota Medan
Kurs adalah perbandingan nilai tukar mata uang suatu negara. Mata uang yang
umum digunakan sebagai pembanding adalah mata uang yang termasuk hard
currency, yaitu Dollar AS.
Perbandingan kurs Rupiah terhadap Dollar AS pada Januari 2005 adalah Rp
9.165,-. Hingga bulan September, nilai tukar Rupiah terhadap Dollar terus melemah
hingga berada di titik terendah pada tahun 2005, yaitu Rp 10.310,-. Sebaliknya,
Rupiah terus menguat hingga mencapai angka Rp 9.830,- pada akhir tahun.
Mengawali tahun 2006, Rupiah berada pada angka Rp 9.395,- dan terus
terapresiasi hingga Rupiah berada pada posisi puncaknya tahun 2006 pada bulan
April, yang mencapai Rp 8.775,-. Rupiah terus jatuh, dan kembali menguat pada
bulan Juli, menjadi Rp 9.070,-. Penurunan ini kembali terulang pada bulan September
dan November, pada angka Rp 9.235,- dan Rp 9.165,-. Namun, di akhir tahun Rupiah
dapat bertahan di posisi Rp 9.020,-.
Andriani Syafitri : Analisis Determinan Tunggakan Pembayaran Cicilan Kredit Pemilikan Rumah (KPR) pada P.T.
Bank Tabungan Negara Cabang Medan, 2009.
USU Repository © 2009
Nilai tukar Rupiah terhadap Dollar AS kembali berfluktuasi di sepanjang
tahun 2007. Rupiah berada pada angka Rp 9.090,- untuk bulan Januari, dan mencapai
puncak tertingginya untuk tahun 2007 di posisi Rp 8.828,- pada bulan Mei. Rupiah
kembali terdepresiasi oleh pasar, hingga mencapai Rp 9.410,- untuk bulan Agustus.
Selama dua bulan berikutnya, Rupiah kembali menguat dan berada pada posisi Rp
9.103,- di bulan Oktober. Namun, Rupiah terus melemah hingga akhir tahun, dan
berada pada level Rp 9.419,- di bulan Desember 2007.
Bila dibandingkan dengan akhir tahun sebelumnya, nilai tukar Rupiah
terhadap Dollar AS pada awal tahun 2008 lebih baik dengan angka Rp 9.291,-.
Rupiah sempat menguat menjadi Rp 9.051,- untuk bulan Februari, namun kembali
melemah hingga bulan Mei, menjadi Rp 9.318,-. Rupiah terus berfluktuasi hingga
akhirnya Rupiah berada pada Rp 9.153,- untuk bulan Agustus 2008.
Berikut ini adalah grafik pergerakan nilai tukar Rupiah terhadap Dollar AS.
Kurs (Rp/$)
10500
10000
2005
2006
2007
2008
9500
9000
8500
Andriani Syafitri : Analisis Determinan Tunggakan Pembayaran Cicilan Kredit Pemilikan Rumah (KPR) pada P.T.
8000
Bank
Tabungan Negara Cabang Medan, 2009.
USU Repository © 2009
Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des
Bulan
Gambar 4.3
Grafik Perkembangan Nilai Tukar Rupiah terhadap
Dollar AS di Kota Medan
4.5
Hasil Penelitian
Analisis pembahasan ini dimaksudkan untuk mengetahui korelasi antara
ketiga variabel bebas dan variabel terikat, apakah besarnya non performing loan KPR
P.T. Bank Tabungan Negara Cabang Medan dipengaruhi oleh non performing loan
bulan sebelumnya (X1); inflasi (X2); dan kurs Rupiah terhadap Dollar AS bulan
sebelumnya (X3).
.Berdasarkan data yang diperoleh dari hasil penelitian dan diolah dengan
menggunakan program komputer Eviews 4.1, maka diperoleh hasil regresi linier
berganda yang dapat dilihat hasilnya pada lampiran 5.
4.5.1
Interpretasi Model
Berdasarkan hasil regresi linier berganda dengan menggunakan program
Eviews 4.1 di atas, maka dapat dibentuk suatu model estimasi sebagai berikut :
Andriani Syafitri : Analisis Determinan Tunggakan Pembayaran Cicilan Kredit Pemilikan Rumah (KPR) pada P.T.
Bank Tabungan Negara Cabang Medan, 2009.
USU Repository © 2009
Y
=
standard errors
-12.912 + 0.544 X1 - 0.176 X2 + 1.710 X3 +
(3,381303) ( 0,119047) (0,032701)
t-statistik
(-3,381303)
R2
=
0,628529
F-statistik
=
21,99596
(4,570668) (-5,386435)
µ
(0,386209)
(4,428122)
Hasil persamaan regresi linier sederhana yang telah diperoleh dapat dijelaskan
sebagai berikut :
a.
Non performing loan (NPL) bulan sebelumnya (X1), berpengaruh positif
terhadap non performing loan KPR P.T. Bank Tabungan Negara Cabang
Medan. Besarnya koefisien 0,544 menunjukkan jika terjadi kenaikkan NPL
KPR bulan sebelumnya sebesar 1 %, maka akan meningkatkan rasio NPL
KPR P.T. Bank Tabungan Negara Cabang Medan sebesar 0,544 %.
b.
Inflasi (X2), berpengaruh negatif terhadap non performing loan KPR P.T.
Bank Tabungan Negara Cabang Medan. Besarnya koefisien 0,176
menunjukkan jika terjadi kenaikkan inflasi di kota Medan sebesar 1 %, maka
akan menurunkan rasio NPL KPR P.T. Bank Tabungan Negara Cabang
Medan sebesar 0,176 %.
c.
Kurs Rupiah terhadap Dollar AS pada bulan sebelumnya (X3), berpengaruh
positif terhadap non performing loan KPR P.T. Bank Tabungan Negara
Andriani Syafitri : Analisis Determinan Tunggakan Pembayaran Cicilan Kredit Pemilikan Rumah (KPR) pada P.T.
Bank Tabungan Negara Cabang Medan, 2009.
USU Repository © 2009
Cabang Medan. Besarnya koefisien 1,710 menunjukkan jika nilai tukar
Rupiah terhadap Dollar menurun sebesar 1000 Rupiah, maka akan
meningkatkan rasio NPL KPR P.T. Bank Tabungan Negara Cabang Medan
sebesar 1,710 %.
4.5.2
a.
Uji Kesesuaian (Test Of Goodness of Fit)
Koefisien Determinasi (R-square)
Dari hasil regresi yang telah diolah, diperoleh nilai R-square sebesar
0,628529. Angka ini menggambarkan bahwa variabel bebas yang diteliti,
secara bersamaan memberikan pengaruhnya terhadap variabel terikat sebesar
62,8529 % sedangkan sisanya 37,1471 % dijelaskan oleh variabel lain yang
tidak termasuk dalam model.
b.
Uji t-Statistik (uji parsial)
Uji t-statistik merupakan suatu pengujian yang bertujuan untuk
mengetahui apakah masing-masing koefisien regresi signifikan atau tidak
terhadap variabel terikat, dengan menganggap variabel bebas lainnya konstan.
1)
Non Performing Loan Bulan Sebelumnya (X1)
(a)
Hipotesa :
Ho : bi = 0.....................bk = 0 (tidak signifikan)
Andriani Syafitri : Analisis Determinan Tunggakan Pembayaran Cicilan Kredit Pemilikan Rumah (KPR) pada P.T.
Bank Tabungan Negara Cabang Medan, 2009.
USU Repository © 2009
Ha : bi ≠ 0.........................i = 1 (signifikan)
(b)
df = n-k-1 = 44-3-1 = 40
(c)
α=5%
(d)
t-tabel = 2,021
(e)
Kriteria Pengambilan Keputusan :
(f)
(1).
Ho ditolak apabila t-statistik > t-tabel (α = 5%)
(2).
Ha ditolak apabila t-statistik < t-tabel (α = 5%)
t-statistik = 4,571
Berdasarkan data di atas, dapat diketahui bahwa t-statistik > t-
tabel (4,571 > 2,021), artinya Ha diterima. Dengan demikian dapat
disimpulkan, bahwa non performing loan KPR bulan sebelumnya,
berpengaruh nyata (signifikan) terhadap non performing loan KPR
P.T. Bank Tabungan Negara Cabang Medan pada tingkat kepercayaan
95% (α = 5%).
Ha diterima
Ha diterima
Ho diterima
- 2,021
0
2,021
4,571
Andriani Syafitri : Analisis Determinan Tunggakan Pembayaran Cicilan Kredit Pemilikan Rumah (KPR) pada P.T.
Bank Tabungan Negara Cabang Medan, 2009.
USU Repository © 2009
Gambar 4.4
Kurva Uji t-statistik Variabel X1
2)
Inflasi (X2)
(a)
Hipotesa : Ho : bi = 0........................bk = 0 (tidak signifikan)
Ha : bi ≠ 0...........................i = 1 (signifikan)
(b)
df = n-k-1 = 44-3-1 = 40
(c)
α=5%
(d)
t-tabel = 2,021
(e)
Kriteria Pengambilan Keputusan :
(f)
(1).
Ho ditolak apabila t-statistik > t-tabel ( α = 5%)
(2).
Ha ditolak apabila t-statistik < t-tabel ( α = 5% )
t-statistik = 5,386
Berdasarkan data di atas dapat diketahui bahwa t-statistik > t-
tabel (5,386 > 2,021), artinya Ha diterima. Dengan demikian dapat
disimpulkan, bahwa inflasi berpengaruh nyata (signifikan) terhadap
non performing loan KPR P.T. Bank Tabungan Negara Cabang
Medan pada tingkat kepercayaan 95% (α = 5%).
Ha diterima
Ha diterima
Andriani Syafitri : Analisis Determinan Tunggakan Pembayaran Cicilan Kredit Pemilikan Rumah (KPR) pada P.T.
Bank Tabungan Negara Cabang Medan, 2009.
USU Repository © 2009
Ho diterima
- 2,021
0
2,021
5,386
Gambar 4.5
Kurva Uji t-statistik Variabel X2
3)
Kurs Rupiah Terhadap Dollar AS Bulan Sebelumnya (X2)
(a)
Hipotesa : Ho : bi = 0........................bk = 0 (tidak signifikan)
Ha : bi ≠ 0...........................i = 1 (signifikan)
(b)
df = n-k-1 = 44-3-1 = 40
(c)
α=5%
(d)
t-tabel = 2,021
(e)
Kriteria Pengambilan Keputusan :
(f)
(1).
Ho ditolak apabila t-statistik > t-tabel ( α = 5%)
(2).
Ha ditolak apabila t-statistik < t-tabel ( α = 5% )
t-statistik = 4,428
Andriani Syafitri : Analisis Determinan Tunggakan Pembayaran Cicilan Kredit Pemilikan Rumah (KPR) pada P.T.
Bank Tabungan Negara Cabang Medan, 2009.
USU Repository © 2009
Berdasarkan data di atas dapat diketahui bahwa t-statistik > ttabel (4,428 > 2,021), artinya Ha diterima. Dengan demikian dapat
disimpulkan, bahwa kurs Rupiah terhadap Dollar AS pada bulan
sebelumnya, berpengaruh nyata (signifikan) terhadap non performing
loan KPR P.T. Bank Tabungan Negara Cabang Medan pada tingkat
kepercayaan 95% (α = 5%).
Ha diterima
Ha diterima
Ho diterima
- 2,021
0
2,021
4,428
Gambar 4.6
Kurva Uji t-statistik Variabel X3
c.
Uji F-Statistik (uji keseluruhan)
Andriani Syafitri : Analisis Determinan Tunggakan Pembayaran Cicilan Kredit Pemilikan Rumah (KPR) pada P.T.
Bank Tabungan Negara Cabang Medan, 2009.
USU Repository © 2009
Uji F-Statistik berguna untuk pengujian signifikansi pengaruh variabel bebas
secara bersama-sama terhadap nilai variabel terikat. Uji ini melihat seberapa besar
pengaruh variabel X1 (non performing loan KPR BTN bulan sebelumnya), X2
(inflasi), X3 (kurs Rupiah terhadap Dollar AS bulan sebelumnya) secara bersamasama terhadap Y (non performing loan KPR P.T. Bank Tabungan Negara Cabang
Medan).
1)
Hipotesa : Ho : bi = 0.......................bk = 0 (tidak signifikan)
Ha : bi ≠ 0 .........................i = 1 (signifikan)
2)
N1 (Numerator) = k = 3
N2 (Denominator) = n-k-1 = 44-3-1 = 40
3)
α=5%
4)
F-tabel = 2,61
5)
Kriteria Pengambilan Keputusan :
6)
(a)
Ho ditolak apabila F-hitung > F-tabel ( α = 5%)
(b)
Ha ditolak apabila F-hitung < F-tabel (α = 5%)
F-hitung = 21,996
Berdasarkan data di atas, dapat diketahui bahwa F-hitung > F-tabel
(21,996 > 2,61), artinya Ho ditolak dan Ha diterima. Dengan demikian, dapat
disimpulkan bahwa secara bersama-sama non performing loan KPR bulan
sebelumnya; inflasi; dan kurs Rupiah terhadap Dollar AS pada bulan
Andriani Syafitri : Analisis Determinan Tunggakan Pembayaran Cicilan Kredit Pemilikan Rumah (KPR) pada P.T.
Bank Tabungan Negara Cabang Medan, 2009.
USU Repository © 2009
sebelumnya; berpengaruh nyata (signifikan) terhadap non performing loan
KPR P.T. Bank Tabungan Negara Cabang Medan pada tingkat kepercayaan
95% ( α = 5%).
Ha diterima
Ho diterima
0
2,61
21,996
Gambar 4.7
Kurva Uji F-Statistik
4.6
Uji Penyimpangan Asumsi Klasik
4.6.1 Multikolinearitas (Multicollinearity)
Untuk
menguji
ada
atau
tidaknya
multikolinearitas,
penulis
menggunakan uji multikolinearitas parsial dengan program E-views 4.1.
Berdasarkan hasil pengujian yang telah dilakukan, tidak terdapat adanya
gejala multikolinearitas pada model yang dipergunakan. Hal ini terbukti
dengan hasil R2 dalam regresi parsial antarvariabel, yang tidak melebihi nilai
R2 regresi persamaan sebenarnya. Secara matematis,dapat dituliskan R2
Andriani Syafitri : Analisis Determinan Tunggakan Pembayaran Cicilan Kredit Pemilikan Rumah (KPR) pada P.T.
Bank Tabungan Negara Cabang Medan, 2009.
USU Repository © 2009
regresi model > R2 regresi parsial. Adapun hasil regresi parsial antarvariabel
bebas terlampir pada lampiran 5-7.
4.6.2 Autokorelasi (Autocorrelation)
Untuk
menguji
ada
atau
tidaknya
autokolinearitas,
penulis
menggunakan uji LM-Test dengan program E-views 4.1. Berdasarkan hasil
pengujian yang telah dilakukan (terlampir pada lampiran 8), diperoleh hasil
sebagai berikut:
1)
Nilai X2 hitung
= 2,1922
2)
Nilai X2 tabel (chi square)
= 20,7065
Berdasarkan data di atas, dapat diketahui bahwa X2 hitung < X2 tabel (
2,1922 < 20,7065. Dengan demikian, menurut uji LM-Test dapat disimpulkan
bahwa tidak terdapat adanya gejala autokolinearitas pada model yang
dipergunakan.
.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1
Kesimpulan
Besar kecilnya non performing loan Kredit Pemilikan Rumah (KPR) P.T.
Bank Tabungan Negara Cabang Medan, tercermin dari besar kecilnya rasio non
performing loan Kredit Pemilikan Rumah (KPR) P.T. Bank Tabungan Negara
Andriani Syafitri : Analisis Determinan Tunggakan Pembayaran Cicilan Kredit Pemilikan Rumah (KPR) pada P.T.
Bank Tabungan Negara Cabang Medan, 2009.
USU Repository © 2009
Cabang Medan. Karen rasio non performing loan diperoleh dari perbandingan kredit
bermasalah dengan jumlah kredit yang disalurkan oleh bank.
Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data berdasarkan hasil regresi model
yang dipergunakan, maka dapat disimpulkan bahwa non performing loan bulan
sebelumnya dan kurs Rupiah terhadap Dollar AS bulan sebelumnya; berpengaruh
positif terhadap non performing loan Kredit Pemilikan Rumah (KPR) pada P.T. Bank
Tabungan Negara Cabang Medan.
Non performing loan KPR pada bulan sebelumnya; inflasi dan kurs Rupiah
terhadap Dollar AS pada bulan sebelumnya; mempengaruhi non performing loan
Kredit Pemilikan Rumah (KPR) pada P.T. Bank Tabungan Negara Cabang
Medansebesar 62,9% dengan tingkat kepercayaan 95%.
Ketika terjadi kenaikan non performing loan KPR pada bulan sebelumnya,
maka rasio non performing loan KPR BTN saat ini juga akan mengalami
peningkatan. Begitu pula jika nilai tukar Rupiah terhadap Dollar AS di bulan
sebelumnya melemah, maka non performing loan KPR BTN saat ini juga akan
mengalami kenaikan.
Sementara itu, inflasi berpengaruh negatif terhadap non performing loan
Kredit Pemilikan Rumah (KPR) pada P.T. Bank Tabungan Negara Cabang Medan.
Artinya, ketika terjadi kenaikan pada inflasi, maka justru rasio non performing loan
KPR BTN mengalami penurunan.
Andriani Syafitri : Analisis Determinan Tunggakan Pembayaran Cicilan Kredit Pemilikan Rumah (KPR) pada P.T.
Bank Tabungan Negara Cabang Medan, 2009.
USU Repository © 2009
5.2
Saran
Berdasarkan analisis dari hasil penelitian serta kesimpulan yang telah
dirumuskan di atas, maka penulis perlu untuk mengajukan saran-saran yang relevan
dan diharapkan dapat berguna sebagai masukan bagi pihak-pihak yang terkait.
Penelitian menunjukkan bahwa kurs memiliki pengaruh yang paling besar
terhadap rasio non performing loan KPR. Artinya, jika bank ingin menekan rasio
NPL-nya serendah mungkin, maka Rupiah tidak boleh terdepresiasi terhadap Dollar
AS. Oleh karena itu, harus dilakukan berbagai kebijakan untuk menjaga nilai tukar
Rupiah pada level yang paling aman, agar tercipta iklim perekonomian yang baik.
Pihak bank juga harus menekan angka non performing loan setiap bulannya,
mengingat kredit bermasalah yang tidak dapat diselesaikan pada bulan ini akan
kembali menjadi beban pada bulan berikutnya. Semakin besar non performing loan
pada bulan sebelumnya, maka akan semakin besar pula non performing loan KPR
bulan berjalan. Pengurangan non performing loan kredit suatu bank sangat berkaitan
dengan kinerja bank tersebut. Dengan demikian, rasio non performing loan yang baik
juga disertai dengan kinerja yang baik dari suatu bank.
Meskipun memberikan pengaruh yang paling kecil, namun besarnya rasio non
performing loan juga tidak dapat lepas dari pengaruh inflasi. Inflasi adalah suatu
kondisi yang tidak dapat dihindari dalam suatu aktivitas perekonomian. Oleh karena
itu, meskipun inflasi memberikan pengaruh negatif terhadap non performing loan,
Andriani Syafitri : Analisis Determinan Tunggakan Pembayaran Cicilan Kredit Pemilikan Rumah (KPR) pada P.T.
Bank Tabungan Negara Cabang Medan, 2009.
USU Repository © 2009
tetap harus diperhatikan bagaimana multiplier effect dari inflasi itu sendiri terhadap
sektor perbankan lainnya.
DAFTAR PUSTAKA
Abimanyu, Yoopi, Memahami Kurs Valuta Asing, Lembaga Penerbit FEUI, Jakarta,
2004.
Arief, Sritua, Metodologi Penelitian, UI Press, Jakarta, 1993.
Andriani Syafitri : Analisis Determinan Tunggakan Pembayaran Cicilan Kredit Pemilikan Rumah (KPR) pada P.T.
Bank Tabungan Negara Cabang Medan, 2009.
USU Repository © 2009
Atmadja, Adwin S., Inflasi Di Indonesia: Sumber-sumber Penyebab dan
Pengendaliannya, Jurnal Akuntansi dan Keuangan Vol.1, No,1 Mei, 1999.
Dendawijaya, Lukman, Manajemen Perbankan Edisi Kedua, Ghalia Indonesia,
Bogor, 2005.
Dwiloka, Bambang dan Rati Riana, Teknik Menulis Karya Ilmiah, P.T. Rineka Cipta,
Jakarta, 2005.
Indrawati, Sri Mulyani, Sumber-sumber Inflasi di Indonesia, Makalah Dalam
Seminar ISEI dan PERHEPI, Jakarta, 1996.
Kasmir, Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya, Raja Grafindo Persada, Jakarta,
2002.
, Dasar-dasar Perbankan, Raja Gafindo Persada, Jakarta, 2002.
, Manajemen Perbankan, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2000.
Khalwaty, Tajul, Inflasi dan Solusinya, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 2000.
Kuncoro, Mudrajad, Manajemen Keuangan Internasional, BPFE Yogyakarta,
Yogyakarta, 1996.
Mahmoeddin, 100 Penyebab Kredit Macet, Pustaka Sinar Harapan, Jakarta, 1995.
Pratomo, Wahyu Ario dan Paidi Hidayat, Pedoman Praktis Penggunaan Eviews
Dalam Ekonometrika, USUpress, Medan, 2007.
Siamat, Dahlan, Manajemen Lembaga Keuangan Edisi Ketiga, Lembaga Penerbit
FE-UI, Jakarta, 2001.
Sutarno, Aspek-aspek Hukum Perkreditan Pada Bank, Alfabeta, Bandung, 2003.
Andriani Syafitri : Analisis Determinan Tunggakan Pembayaran Cicilan Kredit Pemilikan Rumah (KPR) pada P.T.
Bank Tabungan Negara Cabang Medan, 2009.
USU Repository © 2009
Untung, Budi, Kredit Perbankan di Indonesia, Andi, Yogyakarta, 2005.
Wijaya, Faried, Perkreditan, Bank dan Lembaga-lembaga Keuangan, BPFE,
Yogyakarta, 1999.
....................................Statistik Kantor Bank Indonesia, Medan
....................................Statistik Kantor Bank Tabungan Negara Cabang Medan
Andriani Syafitri : Analisis Determinan Tunggakan Pembayaran Cicilan Kredit Pemilikan Rumah (KPR) pada P.T.
Bank Tabungan Negara Cabang Medan, 2009.
USU Repository © 2009
LAMPIRAN
Andriani Syafitri : Analisis Determinan Tunggakan Pembayaran Cicilan Kredit Pemilikan Rumah (KPR) pada P.T.
Bank Tabungan Negara Cabang Medan, 2009.
USU Repository © 2009
Lampiran 1
Andriani Syafitri : Analisis Determinan Tunggakan Pembayaran Cicilan Kredit Pemilikan Rumah (KPR) pada P.T.
Bank Tabungan Negara Cabang Medan, 2009.
USU Repository © 2009
Lampiran 2
Perkembangan Rasio Non Performing Loan Kredit Pemilikan Rumah
P.T. Bank Tabungan Negara Cabang Medan
Andriani Syafitri : Analisis Determinan Tunggakan Pembayaran Cicilan Kredit Pemilikan Rumah (KPR) pada P.T.
Bank Tabungan Negara Cabang Medan, 2009.
USU Repository © 2009
Dalam Persen (%)
2005
6,68
6,98
5,70
7,15
7,71
7,11
7,64
7,50
7,66
8,44
8,84
4,35
2006
6,47
7,32
6,98
6,83
6,49
6,83
6,51
5,77
4,40
4,87
5,59
3,89
2007
5,43
6,11
6,39
6,69
6,50
5,72
6,03
6,01
4,88
4,98
5,62
4,63
Januari
Februari
Maret
April
Mei
Juni
Juli
Agustus
September
Oktober
November
Desember
(Sumber: Accounting BTN Cabang Medan 2008)
2008
5.75
6.12
6.12
6.05
5.85
5.67
5.46
4.80
Andriani Syafitri : Analisis Determinan Tunggakan Pembayaran Cicilan Kredit Pemilikan Rumah (KPR) pada P.T.
Bank Tabungan Negara Cabang Medan, 2009.
USU Repository © 2009
Lampiran 3
Perkembangan Inflasi Bulanan di Kota Medan
Dalam Persen (%)
2005
2,82
-1,39
1,51
1,03
0,22
0,60
1,59
0,83
0,46
11,55
1,95
23,84
2006
-0,12
0,81
0,46
-0,47
0,63
0,18
0,67
-0,13
0,49
0,95
0,58
1,92
Januari
Februari
Maret
April
Mei
Juni
Juli
Agustus
September
Oktober
November
Desember
(Sumber: Statistik BI Cabang Medan 2008)
2007
1,11
0,48
0,22
-1,09
-0,30
0,28
0,88
0,31
0,97
0,59
0,87
1,58
2008
1,14
0,38
0,92
0,21
1,57
2,18
1,35
-0,30
Andriani Syafitri : Analisis Determinan Tunggakan Pembayaran Cicilan Kredit Pemilikan Rumah (KPR) pada P.T.
Bank Tabungan Negara Cabang Medan, 2009.
USU Repository © 2009
Lampiran 4
Perkembangan Kurs
Rupiah terhadap Dollar AS di Kota Medan
Dalam Rupiah (Rp)
2005
2006
9.165
9.395
Januari
6.260
9.230
Februari
9.480
9.075
Maret
9.570
8.775
April
9.495
9.220
Mei
9.713
9.300
Juni
9.819
9.070
Juli
10.240
9.100
Agustus
10.310
9.235
September
10.090
9.110
Oktober
10.035
9.165
November
9.830
9.020
Desember
(Sumber: Statistik BI Cabang Medan 2008)
2007
9.090
9.160
9.118
9.083
8.828
9.054
9.186
9.410
9.137
9.103
9.376
9.419
2008
9.291
9.051
9.217
9.234
9.318
9.225
9.118
9.153
Andriani Syafitri : Analisis Determinan Tunggakan Pembayaran Cicilan Kredit Pemilikan Rumah (KPR) pada P.T.
Bank Tabungan Negara Cabang Medan, 2009.
USU Repository © 2009
Lampiran 5
Hasil Regresi Data Menggunakan E-views 4.1
Dependent Variable: Y
Method: Least Squares
Date: 02/23/09 Time: 08:37
Sample (adjusted): 2005M02 2008M08
Included observations: 43 after adjustments
Variable
Coefficient
Std. Error
C
X1
X2
X3
-12.91219
0.544124
-0.176139
1.710182
3.381303 -3.818703
0.119047 4.570668
0.032701 -5.386435
0.386209 4.428122
R-squared
Adjusted R-squared
S.E. of regression
Sum squared resid
Log likelihood
Durbin-Watson stat
0.628529
0.599954
0.704058
19.33222
-43.82668
2.076768
t-Statistic
Mean dependent var
S.D. dependent var
Akaike info criterion
Schwarz criterion
F-statistic
Prob(F-statistic)
Prob.
0.0005
0.0000
0.0000
0.0001
6.170698
1.113150
2.224497
2.388329
21.99596
0.000000
(Sumber : E-views 4.1 2009)
Andriani Syafitri : Analisis Determinan Tunggakan Pembayaran Cicilan Kredit Pemilikan Rumah (KPR) pada P.T.
Bank Tabungan Negara Cabang Medan, 2009.
USU Repository © 2009
Lampiran 6
Hasil Regresi Variabel
Non Performing Loan KPR Bulan Sebelumnya (X1) terhadap Inflasi (X2 ) dan
Kurs Rupiah terhadap Dollar AS Pada Bulan Sebelumnya (X3)
Dependent Variable: X1
Method: Least Squares
Date: 03/17/09 Time: 12:56
Sample (adjusted): 2005M02 2008M08
Included observations: 43 after adjustments
Variable
Coefficient
Std. Error
t-Statistic
Prob.
C
X2
X3
-4.916251
0.060059
0.001185
4.426694
0.042420
0.000478
-1.110592
1.415796
2.481592
0.2734
0.1646
0.0174
R-squared
Adjusted R-squared
S.E. of regression
Sum squared resid
Log likelihood
Durbin-Watson stat
0.282439
0.246561
0.934398
34.92399
-56.54179
1.157040
Mean dependent var
S.D. dependent var
Akaike info criterion
Schwarz criterion
F-statistic
Prob(F-statistic)
6.226047
1.076485
2.769386
2.892260
7.872205
0.001310
(Sumber : E-views 4.1 2009)
Andriani Syafitri : Analisis Determinan Tunggakan Pembayaran Cicilan Kredit Pemilikan Rumah (KPR) pada P.T.
Bank Tabungan Negara Cabang Medan, 2009.
USU Repository © 2009
Lampiran 7
Hasil Regresi Variabel
Inflasi (X2 ) terhadap Non Performing Loan KPR Bulan Sebelumnya (X1)
dan Kurs Rupiah terhadap Dollar AS Pada Bulan Sebelumnya (X3)
Dependent Variable: X2
Method: Least Squares
Date: 03/17/09 Time: 13:00
Sample (adjusted): 2005M02 2008M08
Included observations: 43 after adjustments
Variable
Coefficient
Std. Error
t-Statistic
Prob.
C
X1
X3
-45.30195
0.794565
0.004481
14.69466
0.561214
0.001726
-3.082884
1.415796
2.595579
0.0037
0.1646
0.0131
R-squared
Adjusted R-squared
S.E. of regression
Sum squared resid
Log likelihood
Durbin-Watson stat
0.291325
0.255891
3.398665
462.0371
-112.0649
2.412348
Mean dependent var
S.D. dependent var
Akaike info criterion
Schwarz criterion
F-statistic
Prob(F-statistic)
1.443256
3.939944
5.351857
5.474731
8.221665
0.001021
(Sumber : E-views 4.1 2009)
Andriani Syafitri : Analisis Determinan Tunggakan Pembayaran Cicilan Kredit Pemilikan Rumah (KPR) pada P.T.
Bank Tabungan Negara Cabang Medan, 2009.
USU Repository © 2009
Lampiran 8
Hasil Regresi Variabel Kurs Rupiah
terhadap Dollar AS Pada Bulan Sebelumnya (X3)
terhadap Non Performing Loan KPR Bulan Sebelumnya (X1) dan Inflasi (X2 )
Dependent Variable: X3
Method: Least Squares
Date: 03/17/09 Time: 13:03
Sample (adjusted): 2005M02 2008M08
Included observations: 43 after adjustments
Variable
Coefficient
Std. Error
t-Statistic
Prob.
C
X1
X2
8581.058
112.5729
32.17034
278.9749
45.36318
12.39428
30.75924
2.481592
2.595579
0.0000
0.0174
0.0131
R-squared
Adjusted R-squared
S.E. of regression
Sum squared resid
Log likelihood
Durbin-Watson stat
0.355099
0.322854
287.9787
3317268.
-302.9636
1.171430
Mean dependent var
S.D. dependent var
Akaike info criterion
Schwarz criterion
F-statistic
Prob(F-statistic)
9328.372
349.9605
14.23086
14.35374
11.01250
0.000155
(Sumber : E-views 4.1 2009)
Andriani Syafitri : Analisis Determinan Tunggakan Pembayaran Cicilan Kredit Pemilikan Rumah (KPR) pada P.T.
Bank Tabungan Negara Cabang Medan, 2009.
USU Repository © 2009
Lampiran 9
Hasil Uji LM-Test
Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test:
F-statistic
Obs*R-squared
0.993858
2.192275
Prob. F(2,37)
Prob. Chi-Square(2)
0.379811
0.334159
Test Equation:
Dependent Variable: RESID
Method: Least Squares
Date: 03/17/09 Time: 08:44
Sample: 2005M02 2008M08
Included observations: 43
Presample missing value lagged residuals set to zero.
Variable
Coefficient
Std. Error
t-Statistic
Prob.
C
X1
X2
X3
RESID(-1)
RESID(-2)
1.342178
0.191406
-0.002197
-0.000269
-0.287966
-0.246379
3.552351
0.192743
0.034873
0.000437
0.260339
0.198003
0.377828
0.993064
-0.063011
-0.616021
-1.106121
-1.244321
0.7077
0.3271
0.9501
0.5417
0.2758
0.2212
R-squared
Adjusted R-squared
S.E. of regression
Sum squared resid
Log likelihood
Durbin-Watson stat
0.050983
-0.077262
0.711462
18.72859
-43.14466
1.803156
Mean dependent var
S.D. dependent var
Akaike info criterion
Schwarz criterion
F-statistic
Prob(F-statistic)
2.88E-15
0.685474
2.285798
2.531547
0.397543
0.847326
(Sumber : E-views 4.1 2009)
Andriani Syafitri : Analisis Determinan Tunggakan Pembayaran Cicilan Kredit Pemilikan Rumah (KPR) pada P.T.
Bank Tabungan Negara Cabang Medan, 2009.
USU Repository © 2009
Download