ABSTRACT ANDY DARMAWAN. Bioecology of Earthworm Pheretima darnleiensis. Supervised by RIKA RAFFIUDIN and TRI HERU WIDARTO. Pheretima darnleiensis is a native earthworm in Southeast Asia, India, Japan, and Indonesia, however there is lack of study on P. darnleiensis. Determining the characteristics of P. darnleiensis and the ecology surrounding its habitat is needed in order to culture the earthworm. Hence, this study was aimed to study the structure of several organs and morphological characters that can be used to identify P. darnleiensis and its habitat condition. Earthworms were collected in a plot of 100 x 100 x 20 cm in 10 locations and were identified. The structure of P. darnleiensis organs was studied histologically using paraffin. Pheretima darnleiensis did not have diverticula and stalked gland on copulatory pouches, nephridia occurred on bithecate spermatheca, and the first spermathecal pores were at segment 4/5. Based on this study, the highest population of P. darnleiensis was found in an area containing abundance of other earthworm species at 15 individuals/m2, plant cover at 25.00%, soil arthropods at 16.32 individuals/kg fresh soil, abiotic component cover at 78.50%, soil temperature at 27.42 ± 1.01 oC, soil pH at 5.77 ± 0.53, soil moisture at 19.83 ± 9.92%, organic carbon at 3.39%, N at 0.29%, P at 286.80 ppm, K at 500.00 ppm, sand at 28.76%, silt at 38.74%, and clay at 32.50%. Silt fraction could be considered as one of factors influencing P. darnleiensis abundance. Keywords: P. darnleiensis, habitat, histology, abundance RINGKASAN ANDY DARMAWAN. Bioekologi Cacing Tanah Pheretima darnleiensis. Dibimbing oleh RIKA RAFFIUDIN dan TRI HERU WIDARTO. Cacing tanah merupakan hewan yang memiliki banyak manfaat, misalnya dapat digunakan sebagai obat, agen dekomposisi, atau bahan makanan. Penelitian mengenai cacing tanah dan cara membudidayakannya di Indonesia selama ini banyak menggunakan cacing Eropa seperti Eisenia dan Lumbricus, sementara itu Pheretima darnleiensis sebagai cacing lokal Indonesia belum banyak diteliti. Untuk membudidayakan P. darnleiensis, perlu diketahui karakter yang menjadi ciri identifikasi dan ekologinya. Oleh karena itu, perlu dilakukan penelitian mengenai bioekologi P. darnleiensis. Aspek yang dipelajari meliputi karakter morfologi yang dapat menjadi ciri identifikasi P. darnleiensis, serta kondisi lingkungan tempat ditemukannya P. darnleiensis. Sampling dilakukan pada sepuluh lokasi di sekitar kampus IPB Darmaga Kabupaten Bogor dan Baranangsiang Kotamadya Bogor. Plot berukuran sekitar 100 x 100 cm dengan kedalaman 20 cm dibuat pada tiap lokasi. Seluruh cacing dikoleksi dengan cara menggali menggunakan sekop. Identifikasi P. darnleiensis dilakukan dengan mengamati karakter eksternal dan internalnya. Karakter eksternal diamati secara langsung ataupun dengan mikroskop stereo. Organ-organ internal yang diamati adalah sekum, spermateka, dan kantong kopulasi. Organ tersebut diamati dengan mikroskop stereo. Pengamatan histologi P. darnleiensis dilakukan dengan metode sayatan menggunakan parafin. Jaringan P. darnleiensis difiksasi dengan FAAC, diwarnai dengan haematoksilin-eosin, lalu ditutup dengan entellan. Identifikasi dan pembuatan preparat jaringan P. darnleiensis dilakukan di Laboratorium Mikroteknik bagian Fungsi dan Perilaku Hewan Departemen Biologi FMIPA IPB. Ekologi P. darnleiensis dipelajari dengan mengamati kondisi biotik maupun abiotik lingkungannya. Kondisi biotik yang dipelajari meliputi jumlah cacing yang ditemukan bersama dengan P. darnleiensis, persen tutupan tumbuhan, dan jumlah artropoda tanah yang ditemukan pada lokasi sampling. Seluruh cacing yang dikoleksi diawetkan dalam alkohol 70% untuk diidentifikasi hingga tingkat genus, kecuali cacing Pheretima diidentifikasi hingga tingkat spesies. Persen tutupan tumbuhan ditentukan dengan menghitung luas lokasi sampling pada tiap lokasi yang tertutup tumbuhan. Seluruh tumbuhan yang terdapat di lokasi pengamatan diidentifikasi hingga tingkat ordo. Jumlah artropoda pada tiap lokasi dihitung dalam 250 gram tanah segar menggunakan saluran Tullgren. Artropoda yang dikoleksi diidentifikasi hingga tingkat ordo. Kondisi abiotik yang dipelajari meliputi persen tutupan komponen abiotik (seperti puing, batu, dan plastik), temperatur, pH, kelembaban tanah, karbon organik, nitrogen, fosfat, kalium, dan tekstur tanah. Persen tutupan komponen abiotik ditentukan dengan menghitung luas lokasi sampling pada tiap lokasi yang tertutup komponen abiotik dengan menggunakan meteran. Rata-rata temperatur tanah pada tiap plot diukur dengan menggunakan termometer tanah pada lima titik, yaitu di empat titik sudut dan satu di titik tengah plot. Pengukuran pH tanah dan kelembaban tanah dilakukan dengan menggunakan soil pH & moisture tester pada lima titik pada tiap plot, yaitu di empat titik sudut dan satu di titik tengah. Analisis karbon organik, nitrogen, fosfat, kalium, dan tekstur tanah dilakukan di Laboratorium Departemen Ilmu Tanah dan Sumber Daya Lahan Fakultas Pertanian IPB. Karbon organik dianalisis dengan metode Walkley-Black, nitrogen dengan metode Kjeldahl, fosfat dan kalium dengan metode spektrofotometri, dan tekstur dengan metode pipet. Analisis komponen utama dilakukan untuk menentukan variabel yang berpengaruh terhadap keberadaan P. darnleiensis. Hubungan antarvariabel dianalisis dengan korelasi Pearson. Analisis data dilakukan dengan program R 2.4.0. Cacing yang dikoleksi dari sepuluh lokasi terdiri atas empat genus, yaitu Amynthas, Metaphire, Pheretima, dan Pontoscolex. Genus Pheretima memiliki tubuh silindris dengan warna keseluruhan tubuh gelap dengan bagian dorsal lebih gelap daripada bagian ventral, banyak seta tersebar per segmen (sekitar 40 pada segmen 13), sekum pada segmen 27, terdapat kantong kopulasi, dan memiliki nefridia pada spermateka. Sementara itu, spesies P. darnleiensis memiliki kantong kopulasi tanpa divertikula dan kelenjar bertangkai, posisi spermateka bithecate, dan lubang spermateka pertama pada segmen 4/5. Klitelum P. darnleiensis memiliki lapisan kelenjar mukus, kelenjar pensekresi kokon, dan kelenjar pensekresi albumin. Faring bagian dalam P. darnleiensis tersusun atas epitel kolumnar bersilia, pada lambungnya terdapat lapisan kutikula yang tebal, dan tiflosol P. darnleiensis berbentuk lurus. Pembuluh darah dorsal P. darnleiensis lebih tebal daripada pembuluh darah ventralnya. Ganglion serebral P. darnleiensis terdiri atas serabut saraf dan sel saraf, pada tali sarafnya terdapat serabut kasar. Sperma dewasa ditemukan pada spermateka P. darnleiensis, sedangkan pada vesikula seminalis ditemukan sperma dewasa dan muda serta Monocystis. Prostat P. darnleiensis berbentuk racemose. Pheretima darnleiensis dikoleksi pada lima dari sepuluh lokasi pengamatan, yaitu di lokasi 3, 4, 5, 8, dan 9 sebanyak masing-masing satu individu kecuali pada lokasi 5 sebanyak tujuh individu. Kondisi lingkungan lokasi yang terdapat P. darnleiensis dibandingkan dengan lokasi tanpa P. darnleiensis (1, 2, 6, 7, dan 10) menggunakan uji t. Nilai-nilai variabel antara lokasi dengan P. darnleiensis dan lokasi tanpa P. darnleiensis tidak berbeda signifikan. Jumlah P. darnleiensis paling banyak pada lokasi 5, yaitu sebanyak tujuh individu. Pada lokasi ini dikoleksi cacing lain sebanyak 15 individu/m2, yaitu Amynthas, Metaphire, Pontoscolex, dan cacing juvenil berturut-turut sebanyak 6, 4, 1, dan 4 individu. Lokasi 5 juga tertutup tumbuhan sebanyak 25.00% (Glumiflorae 22.00% dan Spathiflorae 3.00%). Artropoda yang terdapat pada lokasi 5 dalam tiap kilogram tanah segar antara lain Colembola, Hymenoptera (Fomicidae), Diplura, Isopoda, Parasitiformes, dan Acariformes, masing-masing sebanyak 2.04 individu kecuali Hymenoptera sebanyak 6.12 individu. Tutupan komponen abiotik pada lokasi 5 sebesar 78.50%, temperatur tanah 27.42 ± 1.01 o C, pH tanah 5.77 ± 0.53, kelembaban tanah 19.83 ± 9.92%, C organik = 3.39%, N = 0.29%, P = 286.80 ppm, K = 500.00 ppm, fraksi pasir 28.76%, debu 38.74%, dan liat 32.50%. Seluruh nilai variabel pada lokasi 5 dibandingkan dengan nilai variabel pada lokasi lainnya dengan standar deviasi. Nilai-nilai variabel pada lokasi 5 tidak berbeda dengan lokasi lainnya kecuali pada fraksi debu. Pada lokasi 5 fraksi debu memiliki nilai paling tinggi dibandingkan lokasi lainnya. Biplot analisis komponen utama variabel dan lokasi penelitian menunjukkan P. darnleiensis berada dekat dengan lokasi 5. Hal ini sejalan dengan kelimpahan P. darnleiensis yang paling tinggi pada lokasi 5. Variabel yang terletak dekat dengan lokasi 5 adalah tutupan tumbuhan dan fraksi debu. Tutupan tumbuhan dan kelimpahan P. darnleiensis memiliki nilai korelasi tidak signifikan sebesar 0.14 sedangkan fraksi debu dan kelimpahan P. darnleiensis memiliki nilai korelasi signifikan sebesar 0.82. Berdasarkan hasil penelitian ini, karakter yang dapat menjadi ciri identifikasi P. darnleiensis adalah memiliki tubuh silindris dengan warna keseluruhan tubuh gelap dengan bagian dorsal lebih gelap daripada bagian ventral dan banyak seta tersebar per segmen (sekitar 40 pada segmen 13). Sekum P. darnleiensis terletak pada segmen 27. Pada dasar prostat P. darnleiensis terdapat kantong kopulasi tanpa divertikula dan kelenjar bertangkai. Pada spermateka terdapat nefridia, posisi spermateka bithecate, dan lubang spermateka pertama pada segmen 4/5. Berdasarkan penelitian ini, P. darnleiensis paling banyak dikoleksi pada kondisi lingkungan terdapat 15 individu cacing lain/m2, tutupan tumbuhan 25.00%, artropoda tanah 16.32 individu/kg tanah segar, tutupan komponen abiotik 78.50%, temperatur tanah 27.42 ± 1.01 oC, pH tanah 5.77 ± 0.53, kelembaban tanah 19.83 ± 9.92%, C organik = 3.39%, N = 0.29%, P = 286.80 ppm, K = 500.00 ppm, fraksi pasir 28.76%, debu 38.74%, dan liat 32.50%. Fraksi tanah debu merupakan komponen yang berpengaruh terhadap kelimpahan P. darnleiensis. Kata kunci: P. darnleiensis, habitat, histologi, kelimpahan