arief himawan - UIN Repository

advertisement
TINJAUAN EKONOMI ISLAM TERHADAP TRANSAKSI
FINANSIAL DI PASAR MODAL INDONESIA
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Ekonomi Syariah (S.E.Sy)
Oleh:
ARIEF HIMAWAN
NIM. 106046101598
KONSENTRASI PERBANKAN SYARIAH
PROGRAM STUDI MUAMALAT (EKONOMI ISLAM)
FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM
UIN SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1432 H/2011
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa:
1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi
salah satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 di Universitas Islam Negeri
(UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan
sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN)
Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya saya ini bukan hasil karya asli
saya atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia
menerima sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif
Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 16 Desember 2010
Arief Himawan
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahi robbil ‘alamin washsholaatu wassalaamu 'ala asrofil ambiyaa
wal mursalin wa'ala aalihi wa ashabihii ajma'in. Puji dan syukur kita panjatkan
kehadirat Allah SWT, Tuhan pencipta dan pemilik alam semesta. Shalawat serta
Salam selalu tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW, keluarga, sahabat dan para
pengikutnya atas bimbingan dan panutannya yang telah membawa kita dari zaman
kegelapan hingga zaman kegemilangan, dari zaman kebodohan hingga zaman ilmu
pengetahuan.
Latar belakang dilakukannya penelitian ini didasari pertimbangan bahwa
begitu variatifnya transaksi perdagangan efek di pasar modal, khususnya perdagangan
saham, sedang di satu sisi masih cukup banyak kalangan yang awam terhadap
kesyariahan transaksi-transaksi tersebut. Penelitian ini bertujuan mengungkapkan
beberapa hal yang bertentangan dengan prinsip syariah di pasar modal Indonesia.
Penelitian ini disusun sedemikian rupa secara sederhana namun tidak mengurangi
bobot konteks permasalahan, tujuannya tidak lain agar pembaca awam sekalipun
dapat mudah memahaminya. Penulis menyadari penelitian ini sangat jauh dari
sempurna dan tidak mungkin terwujud tanpa bantuan banyak pihak. Oleh karena itu,
dalam hal ini penulis mengucapkan terima kasih kepada Prof. Dr. H. Muhammad
Amin Suma, SH, MA, MM selaku Dekan, serta Dr. Euis Amalia, M.Ag dan Mu’min
Rauf MA, selaku Ketua dan Sekertaris Program Studi Muamalat Fakultas Syariah dan
Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, dan juga kepada H. Ah. Azharuddin Lathif
M.Ag, MH selaku Dosen Pembimbing Akademik. Penulis juga sangat berterima
kasih kepada Dr. Ir. Yadi Nurhayadi, M.Si dan Dr. H. Umar al Haddad, M.Ag selaku
Dosen Pembimbing Skripsi yang telah meluangkan waktu memberikan arahan dan
koreksi serta saran yang berarti sehingga terselesaikannya skripsi ini.
Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada pihak Bursa Efek Indonesia
(BEI) yang telah memberi kesempatan untuk melakukan penelitian, dan khususnya
i kepada bapak Taufiq Rochman (staf Divisi Pemasaran BEI) sebagai narasumber
perwakilan BEI yang telah memberikan data serta masukan yang dibutuhkan skripsi
ini, dan juga kepada bapak Bambang Himawan (Analis Madya Bank Indonesia) atas
diskusi dan sharing mengenai aktifitas spekulatif berat dan dampaknya terhadap
ekonomi, yang telah memantapkan pandangan penulis terhadap transaksi yang
dilarang syariah. Serta ucapan terima kasih penulis kepada pimpinan perpustakaan
Fakultas Syariah dan Hukum UIN Jakarta dan perpustakaan Universitas Indonesia
yang telah memberikan fasilitas untuk mengadakan studi pustaka.
Dalam hal ini penulis juga mengucapkan terima kasih kepada orang tua dan
adik-adik penulis, juga kepada ’my sweetheart’ Sari Handayani, atas segala do’a,
dukungan, dan kesabaran mereka yang menjadi dorongan moril kepada penulis untuk
terus bersemangat menyelesaikan studi dan skripsi ini. Tak lupa penulis ucapkan
terima kasih kepada teman seperjuangan di Prodi Muamalat Perbankan Syariah B
angkatan 2006 khususnya kepada Hasonangan, Irul, Husein, Bayu, Handri, Ening,
Giska, Arie, the Rangers dan teman-teman lainnya yang tidak penulis sebutkan satu
persatu. Serta penulis ucapkan terima kasih kepada rekan sejawat, khususnya saudara
Rizky Aditama dan Mochammad Rajib atas masukan dan diskusinya, yang telah
memperluas dan memperdalam wawasan penulis mengenai keilmuan yang berkaitan
dengan skripsi ini.
Terakhir penulis berterima kasih kepada para penulis yang karyanya menjadi
rujukan dalam penyusunan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat memberikan
kontribusi bagi pengembangan ekonomi Islam, khususnya investasi pada pasar modal
syariah. Amin
Jakarta, 19 Desember 2010
Penulis
ii ABSTRAK
Prinsip dasar syariah dalam aktifitas ekonomi bukan hanya meniadakan
praktik bunga karena serupa dengan riba, tetapi juga menghindari segala bentuk
transaksi yang mengandung unsur perjudian (maisir) dan ketidakjelasan (gharar). Di
samping itu, setiap unit ekonomi diharuskan mengelola usahanya dengan tidak
berkaitan dengan barang dan jasa yang haram, seperti minuman keras, produk olahan
daging babi dan turunannya, maupun produk yang mengandung material pornografi
dan lainnya yang cenderung membawa kemudharatan. Setidaknya dasar inilah yang
menjadi acuan penulis untuk membuat penelitian yang mengkaji mengenai hal-hal
yang dilarang syariah pada industri pasar modal. Penelitian ini menggunakan metode
pengumpulan data melalui penelitian lapangan dan studi literatur, yaitu dengan
observasi di Bursa Efek Indonesia serta menelusuri dokumen tertulis, baik berupa
peraturan maupun fatwa. Kesimpulan dari skripsi ini adalah bahwa pengembangan
pasar modal syariah tidak cukup dengan melakukan penyaringan terhadap emiten,
tetapi juga pembatasan tegas terhadap transaksi yang bertentangan dengan prinsip
syariah. Beberapa aktifitas yang berbenturan dengan prinsip syariah ini diantaranya
yaitu saham preferen dan margin trading karena menggunakan instrumen bunga
(riba), short selling merupakan manifestasi bai’ al-ma’dum yang mengandung gharar
dan riba, insider trading yang identik dengan praktik talaqqi rukban dalam kajian
fikih klasik, window dressing yang cenderung bertujuan memanipulasi (tadlis), serta
cornering (goreng saham) yang sarat dengan praktik ihtikar (penimbunan) dan bai’
an najsy (rekayasa permintaan). Aktifitas-aktifitas tersebut dapat merusak mekanisme
pasar wajar dan semakin menjauhkan pasar modal dari sektor riil. Di masa depan,
usaha untuk mencapai pasar modal syariah yang ideal akan lebih efektif jika
dibarengi dengan kerjasama dari setiap pihak yang terlibat di pasar modal untuk
melaksanakan fungsi dan tugasnya masing-masing. Serta diperlukan adanya
koordinasi yang baik antara Bapepam-LK, DSN-MUI, dan BEI dalam proses
penegakan prinsip syariah sebagai pendukung stabilitas pasar modal itu sendiri.
Kata Kunci : pasar modal, saham syariah, haram, gharar, maisir, riba, short-selling,
margin trading, ihtikar, talaqqi ar-rukban, bai’ an najsy.
iii DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR .......................................................................................
i
ABSTRAK .........................................................................................................
iii
DAFTAR ISI ......................................................................................................
iv
DAFTAR TABEL DAN GAMBAR ..................................................................
viii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah .............................................................
1
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah .........................................
6
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ...................................................
7
D. Kajian Kepustakaan ....................................................................
7
E. Metode Penelitian
BAB II
1. Kerangka Konsep .................................................................
10
2. Jenis dan Pendekatan Penelitian ...........................................
11
3. Data Penelitian ......................................................................
12
4. Jenis Metodologi Penelitian .................................................
13
5. Teknik Analisis Data ............................................................
14
6. Teknik Penulisan ..................................................................
14
F. Sistematika Penulisan .................................................................
14
LANDASAN TEORI
A. Islam dan Ekonomi .....................................................................
17
B. Sistem Keuangan Islam ...............................................................
22
C. Investasi ......................................................................................
26
D. Tata Aturan Syariah
1. Terhindar dari Hal yang Haram ............................................
30
2. Terbebas dari Unsur Riba .....................................................
32
a. Landasan Hukum Pelarangan Riba
iv 1) Ar Rum (30) ayat 39 (moral denounciation of riba)
33
2) An Nisa ayat 160-161 (riba and the Jews) ...............
34
3) Ali Imran ayat 130 (legal prohibiton of riba) .........
35
4) Al Baqarah ayat 275-279 (al Bay as the alternative to riba) .
37
b. Jenis-jenis Riba
1) Riba al-Buyu’ (Jual Beli)
a) Riba Fadhl ..........................................................
40
b) Riba Nasi’ah (tempo) .........................................
42
2) Riba ad-Duyun (Utang-Piutang)
a) Riba Qard ............................................................
42
b) Riba Jahiliyah .....................................................
42
c. Riba dan Bunga Bank (Usury and Interest) ...................
43
d. Dampak Negatif Bunga ..................................................
45
3. Terhindar dari Unsur Gharar ................................................
46
a. Macam-Macam Gharar ...................................................
47
b. Bentuk Jual Beli Gharar / Taghrir
1) Gharar dalam Kuantitas ............................................
48
2) Gharar dalam Kualitas ..............................................
49
3) Gharar dalam Harga .................................................
49
4) Gharar dalam Waktu Penyerahan .............................
50
4. Terhindar dari Unsur Maisir .................................................
50
Landasan Hukum Pelarangan Maisir ....................................
52
5. Terhindar dari Unsur Tadlis .................................................
53
6. Diharamkan Melakukan Talaqqi al-Rukban ........................
55
7. Diharamkan
BAB III
Melakukan
Bai’
an-Najsy
(Ganngguan
pada
Permintaan) dan Ihtikar (Gangguan pada Penawaran) .........
56
PASAR MODAL DI INDONESIA
A. Pengertian dan Perkembangan Pasar Modal .............................
v 58
B. Struktur Pasar Modal di Indonesia ............................................
64
C. Instrumen Pasar Modal di Indonesia .........................................
66
1. Saham dan Ruang Lingkupnya ...........................................
67
2. Jenis-Jenis Saham
Berdasarkan Cara Penerbitan dan Peralihannya .................
68
Berdasarkan Segi Kemampuan dalam Hak Tagih atau Klaim .....
68
Berdasarkan Kinerja Perdagangan ......................................
70
3. Manfaat Investasi Saham ....................................................
71
4. Resiko Investasi pada Saham ..............................................
72
D. Jenis-Jenis Pasar dalam Pasar Modal
1. Pasar Perdana, Penawaran Umum .......................................
73
2. Pasar Sekunder ....................................................................
75
E. Klasifikasi Pasar, Periode Perdagangan, Jenis Transaksi, Biaya
Transaksi dan Penyelesaian
BAB IV
1. Klasifikasi Pasar ..................................................................
76
2. Periode Perdagagan .............................................................
78
3. Jenis Transaksi ....................................................................
79
4. Biaya-Biaya Transaksi dan Penyelesaian ...........................
82
F. Indeks Harga Saham .................................................................
84
G. Proses Penyaringan Saham Syariah (Shariah Scereening Stock)
87
1. Kriteria Saham Syariah .......................................................
89
2. Kriteria Pemilihan Saham Jakarta Islamic Index ................
91
PASAR MODAL SYARIAH DAN AKTIVITAS YANG DILARANG
DI DALAMNYA
A. Problematika Seputar Pasar Modal Syariah ...............................
93
B. Transaksi yang Dilarang pada Perdagangan Saham ...................
100
1. Larangan
Memperdagangkan
Sekuritas
yang
Haram,
Membawa Kepada Kemaksiatan dan Kemudharatan ...........
vi serta
101
BAB V
2. Larangan Melakukan Manipulasi atau Tadlis ......................
103
3. Larangan pada Transaksi yang Mengandung Riba ..............
105
4. Larangan Menjual Sekuritas yang Belum Dimiliki ..............
107
5. Larangan Merekayasa Permintaan dan Penawaran .............
111
6. Larangan Transaksi Menggunakan Informasi Orang Dalam
115
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan ................................................................................
118
B. Saran ...........................................................................................
121
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................
123
LAMPIRAN
vii DAFTAR TABEL DAN GAMBAR
Gambar 1.1
Kerangka Konsep ......................................................................
11
Gambar 2.1
Kerangka Konseptual Islam Sebagai Jalan Hidup yang Komprehensif .......
18
Gambar 2.2
Islamic Financial Institutional System ......................................
23
Gambar 3.1
Struktur Pasar Modal di Indonesia ............................................
62
Tabel 3.2
Perbedaan Saham Biasa dengan Saham Preferen .....................
70
Tabel 3.3
Fraksi Harga Saham ..................................................................
77
Tabel 3.4
Peiode Perdagangan ..................................................................
78
Tabel 3.5
Ilustrasi Biaya Penjualan dan Pembelian Saham ......................
83
Tabel 3.6
Komposisi Saham Syariah ........................................................
89
viii BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Berbisnis merupakan cara pemilik modal untuk mengembangkan hartanya,
salah satu diantaranya adalah dengan berinvestasi. Dalam hal berinvestasi, pemilik
modal dapat mengelola dananya sendiri maupun menyerahkannya kepada pihak lain
untuk diinvestasikan. Beberapa pemilik modal cenderung memilih menanamkan
dananya pada pasar uang ataupun pasar modal ketimbang menyimpannya di bank
komersial, karena bank komersial memberikan return yang relatif kecil, meskipun
resikonya juga relatif kecil.
Pasar modal adalah tempat bertemunya penjual modal/dana dengan pembeli
modal/dana untuk melakukan transaksi jual beli dengan diperantarai oleh para
anggota bursa selaku pedagang perantara. Sama halnya seperti perbankan, pasar
modal merupakan media yang mampu menjadi jembatan bagi pihak yang kelebihan
dan membutuhkan modal. Di dalamnya terhubungkan begitu banyak pelaku ekonomi
tanpa batas negara.1 Pasar modal adalah lembaga keuangan bukan bank yang
mempunyai kegiatan berupa penawaran dan perdagangan efek. Selain itu juga
merupakan lembaga profesi yang berkaitan dengan transaksi jual beli efek dan
perusahan publik yang berkaitan dengan efek. Dengan demikian pasar modal dikenal
sebagai tempat bertemunya penjual dan pembeli modal.
1
Nadjib Mochammad, Investasi Syariah : Implementasi Konsep Pada Kenyataan Empirik, (Yogyakarta : Kreasi Wacana, 2008), h. 34. 1 2 Selama 20 tahun terakhir pasar modal di Indonesia telah menunjukkan
perkembangan pesat. Hal ini terlihat dari peningkatan permintaan atas instrumeninstrumen utama kegiatan pasar modal, seperti saham, obligasi, valuta asing, dll.2 Di
Indonesia sendiri, per Desember 2010, total kapitalisasi pasar modal tidak kurang dari
3.846,2 trilliun rupiah, dengan didominasi kapitalisasi pasar saham sebesar 3.083,4
trilliun rupiah, diikuti kapitalisasi pasar obligasi pemerintah sebesar 657,8 trilliun
rupiah, dan 105,1 trilliun rupiah kapitalisasi pasar obligasi korporasi.3
Khusus mengenai instrumen syariah, berdasarkan data Organisasi Komisi
Sekuritas Internasional (International Organization of Securites Comissions /
IOSCO), pada tahun 2007 reksadana syariah dunia disalurkan ke instrumen obligasi
syariah (sukuk) sebanyak 6%, sedangkan sebagian besar atau lebih tepatnya 52%
dana diinvestasikan dalam bentuk ekuitas (saham). Lebih dari 18% diinvestasikan
dalam private equity dan real estate, 13% diinvestasikan ke dalam komoditas
murabahah, 8% diinvestasikan ke dalam instrumen campuran termasuk ekuitas, dan
4% sisanya diinvestasikan ke dalam instrumen-instrumen berbasis sewa (leasing
based instrument).4
2
Tedy Fardiansyah, Kiat dan Strategi Menjadi Investor Piawai: Kiat‐kiat Investasi pada Deposito, Saham, Obligasi, Valas, Emas, Reksadana, dan Derivatif (Jakarta: PT. Elex Media Komputindo, 2002), h. 88‐89. 3
BAPEPAM‐LK, “Statistik Pasar Modal”, Minggu Ke‐1 Desember 2010: 29 November ‐ 3 Desember 2010, diakses pada tanggal 18 Desember 2010 dari http://www.bapepam.go.id/pasar_modal/publikasi_pm/statistik_pm/index.htm. 4
OICV‐IOSCO, “Analysis of The Application of IOSCO’s Objectives and Principles of Securities Regulation for Islamic Securities Products”, September 2008, h. 8. 3 Dengan adanya instrumen-instrumen tersebut, pasar modal merupakan
wahana yang menarik sebagai tempat penggalangan dana yang memberikan berbagai
pilihan kepada para pemilik dana dalam berinvestasi. Jumlah dan pilihan ini semakin
banyak mulai dari yang relatif tinggi risikonya sampai pada pilihan yang risikonya
rendah. Pasar modal terdiri dari pasar primer dan pasar sekunder. Pasar primer sangat
penting untuk menaikkan modal baru dan bergantung pada permintaan modal. Pasar
sekunder memiliki kontribusi signifikan dengan memfasilitasi perdagangan sekuritas.
Hingga kini, transaksi pada pasar sekunder sangatlah beragam mulai dari transaksi
yang kontraknya jual beli biasa, hingga transaksi dengan kontrak yang bersifat
turunan (derivatif).
Ada banyak sekali instrumen finansial yang dapat dikategorikan kedalam
transaksi derivatif ini, beberapa contoh diantaranya yang umum dikenal yaitu
transaksi berjangka (futures), option, warrant, right, repurchasing (repo), dsb.
Tujuan utama dari transaksi derivatif ini yaitu untuk mengalihkan risiko ataupun
mengambil suatu risiko tergantung apakah posisinya sebagai pelaku pelindung nilai
(hedger) atau sebagai spekulator. Akan tetapi, umumnya transaksi derivatif lebih
didominasi oleh perdagangan spekulatif dari pada perdagangan lindung nilai dalam
artian yang sesungguhnya.
Salah satu penyebab krisis keuangan Amerika yang kemudian menjalar ke
negara-negara lain adalah produk derivatif yang dilaksanakan oleh perusahaan atau
individu. Transaksi derivatif di dunia dalam waktu tujuh tahun telah meningkat
sebanyak lebih dari tiga kali lipat, yaitu dari 100 trilliun dollar US pada tahun 1998
4 menjadi 330 trilliun dollar US pada tahun 2006. Sudah banyak korban yang
disebabkan oleh transaksi ini baik di luar negeri, seperti Barings, LTCM, Madoff’s,
maupun di Indonesia seperti PT Elnusa (Tbk), dan lainnya.5 Secara teori, transaksi
derivatif ibarat sebuah mata uang yang memiliki dua sisi. Satu sisi berfungsi sebagai
alat lindung atau penjaminan agar suatu usaha dapat produktif dan efisien. Disisi lain,
transaksi derivatif juga merupakan alat spekulasi yang bertujuan mendapatkan
keuntungan dari transaksi itu sendiri.6 Di dalam syariah, aktivitas yang memiliki
unsur-unsur spekulatif dikategorikan sebagai maisir (perjudian/spekulasi).
Ĩ$¨Ζ=Ï9 ßìÏ≈oΨtΒuρ ×Î7Ÿ2 ÖΝøOÎ) !$yϑÎγŠÏù ö≅è% ( ÎÅ£÷yϑø9$#uρ Ìôϑy‚ø9$# Ç∅tã y7tΡθè=t↔ó¡o„
… 3 $yϑÎγÏèø¯Ρ ⎯ÏΒ çt9ò2r& !$yϑßγßϑøOÎ)uρ
“Mereka bertanya kepadamu tentang khamar dan maisir (judi). Katakanlah:
‘Pada keduanya terdapat dosa yang besar dan beberapa manfaat bagi
manusia, tetapi dosa keduanya lebih besar dari manfaatnya’.” (QS. AlBaqarah [2]: 219)
Bahkan maisir dikatakan sebagai perbuatan setan dan disejajarkan dengan perbuatan
dosa besar lainnya seperti syirik dan khamar (hal yang memabukkan).
ô⎯ÏiΒ Ó§ô_Í‘ ãΝ≈s9ø—F{$#uρ Ü>$|ÁΡF{$#uρ çÅ£øŠyϑø9$#uρ ãôϑsƒø:$# $yϑ¯ΡÎ) (#þθãΨtΒ#u™ t⎦⎪Ï%©!$# $pκš‰r'¯≈tƒ
∩®⊃∪ tβθßsÎ=øè? öΝä3ª=yès9 çνθç7Ï⊥tGô_$$sù Ç⎯≈sÜø‹¤±9$# È≅yϑtã
5
Rizqullah, “Transaksi Derivatif”, majalah Sharing edisi 27 (Maret 2009) h. 50. Rizqullah. “Transaksi Derivatif: Apa dan Bagaimana menurut Islam?” Artikel diakses pada tanggal 4 Januari 2010 dari http://rizqullah.niriah.com/ekonomi‐islam/71/. 6
5 “Hai orang-orang yang beriman, Sesungguhnya (meminum) khamar,
berjudi, (berkorban untuk) berhala, mengundi nasib dengan panah,7 adalah
termasuk perbuatan syaitan. Maka jauhilah perbuatan-perbuatan itu agar
kamu mendapat keberuntungan.” (QS. Al-Maidah [5]: 90)
Menurut perspektif ekonomi syariah, penyebab utama krisis yang terjadi saat
ini adalah satanic trinity, yaitu trinitas setan yang terdiri dari riba, maisir dan gharar
(ketidakjelasan). Sistem dan pasar keuangan dan capital market di Amerika telah
didominir oleh setan tiga serangkai atau trinitas setan (satanic trinity) yang terdiri
dari (1) bunga (riba) dalam transaksi keuangan; Praktek riba terlihat jelas pada bisnis
derivatif yang sangat laris di pasar uang dan pasar modal AS. (2) Produk derivatif
yang tak jelas underline-transaction-nya itu disebut juga dengan gharar, karena
ketidakjelasan produk riilnya. Produk gharar ini disamarkan dengan istilah produk
hybrids dan derivatives yang dibungkus dan dikemas dengan mekanisme
securitisation insurance atau guarantee; (3) Perilaku dan praktek spekulatif atau
untung-untungan (maisir) yang juga tanpa dilandasi transaksi riil.8
Di dalam sistem ekonomi konvensional yang menganut paham kapitalisme,
praktek bunga, maisir, dan gharar di pasar uang dan pasar modal menjadi kewajaran.
7
Al Azlaam artinya: anak panah yang belum pakai bulu. Orang Arab Jahiliyah menggunakan anak panah yang belum pakai bulu untuk menentukan apakah mereka akan melakukan suatu perbuatan atau tidak. Caranya ialah: mereka ambil tiga buah anak panah yang belum pakai bulu. Setelah ditulis masing‐masing yaitu dengan: lakukanlah, jangan lakukan, sedang yang ketiga tidak ditulis apa‐apa, diletakkan dalam sebuah tempat dan disimpan dalam Ka'bah. Bila mereka hendak melakukan sesuatu, maka mereka meminta supaya juru kunci Ka'bah mengambil sebuah anak panah itu. Terserahlah nanti apakah mereka akan melakukan atau tidak melakukan sesuatu, sesuai dengan tulisan anak panah yang diambil itu. kalau yang terambil anak panah yang tidak ada tulisannya, maka undian diulang sekali lagi. 8
Agustianto. “Bahaya Transaksi Derivatif”, artikel diakses pada 5 Maret 2010 dari http://www.pesantrenvirtual.com/index.php/ekonomi‐syariah/1261‐bahaya‐transaksi‐derivatif. 6 Konsep ekonomi konvensional yang sampai saat ini masih kontroversial digunakan di
industri keuangan Islam, antara lain penerapan time value of money atau positive time
preference serta margin trading, disamping belum adanya variabel benchmark untuk
menentukan tingkat diskonto (discount rate) dari sekuritas ataupun pembiayaan
syariah.9
Para ulama fiqih sepakat bahwa transaksi-transaksi yang mengandung riba,
maisir, serta gharar dilarang dalam Islam. Persoalannya, bagaimana ketiga hal ini
terdefinisikan di dalam konteks transaksi finansial khususnya pada pasar modal.
Berdasarkan latar belakang tersebut, penulis tertarik melakukan sebuah penelitan
dengan berjudul “Tinjauan Ekonomi Islam Terhadap Transaksi Finansial Di
Pasar Modal Indonesia”.
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah
Untuk memperjelas permasalahan yang akan dibahas dalam penulisan ini,
maka perlu penulis sampaikan batasan dan rumusan masalah pada skripsi ini. Di
dalam skripsi ini, penulis membatasi penelitian pada perdagangan saham di Bursa
Efek Indonesia (BEI), dengan perumusan masalah sebagai berikut.
1. Sejauh mana pasar modal syariah telah dikembangkan di Indonesia?
2. Apa saja yang menjadi pertimbangan dalam menentukan suatu efek dan
aktifitas transaksi telah melanggar prinsip syariah?
3. Apa saja bentuk transaksi finansial yang tidak sesuai menurut prinsip syariah
pada pasar modal di Indonesia (BEI)?
9
M. Nadratuzzaman Hosen, Materi Da’wah Ekonomi Syariah, (Jakarta: PKES,2008), h. 194. 7 C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
Secara secara umum, penelitian ini ditujukan untuk memperoleh analisis
komprehensif dalam mengidentifikasi bentuk dan objek investasi yang sesuai
menurut prinsip Islam pada pasar modal di Indonesia. Sedangkan secara khusus
penelitian ini bertujuan:
1. Mengetahui konsep teknis dalam transaksi finansial di pasar modal,
2. Mendeskripsikan transaksi finansial pasar modal apa saja yang bertentangan
dengan prinsip syariah.
Penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat, di antaranya menambah wawasan
mengenai pasar modal secara teoritis dan praktis. Di samping itu, penelitian ini juga
diharapkan dapat memberikan sumbangsih kajian fiqih muamalat dari sudut pandang
ekonomi Islam terhadap pasar modal di Indonesia, serta mampu memberikan
informasi dan gambaran yang jelas dalam mengidentifikasi transaksi finansial pada
transaksi pasar modal, sehingga lebih konsisten dalam berinvestasi secara Islami.
D. Kajian Kepustakaan (Review Studi Terdahulu)
Penelitian ini pada dasarnya tidak mengangkat tema yang baru, namun penulis
mencoba menyajikan permasalahannya dengan cara berbeda dibanding penelitian
sebelumnya. Pada paparan berikut, penulis akan menguraikan posisi penelitian
sebelumnya yang mempunyai kedekatan tema serta diantaranya terkait dengan skripsi
ini. Selanjutnya penulis akan menjelaskan posisi penelitian ini termasuk dalam hal
otentisitas dan orisinalitasnya.
8 Yang pertama, penelitian yang dilakukan oleh Ayub Laksono dengan judul
Proyeksi Harga Saham-Saham JII dengan Analisis Teknikal dalam Perspektif
Syariah,10 tujuan pokok dari peneltiannya adalah untuk memberikan gambaran
metode analisis dalam pengambilan keputusan oleh investor terhadap tren pergerakan
saham agar terhindar dari gharar dan maisir. Penelitian tersebut menggunakan
metode deskriptif dengan melakukan pendekatan korelasi (correlation study) dan
pendekatan literatur (content analysis). Kesimpulan dari penelitiannya yaitu analisis
teknikal dalam penggunaannya dengan pertimbangan hukum syariah dapat digunakan
untuk melihat tren pasar dalam jangka panjang. Dimana dari penelitian ini ditemukan
bahwa pasar saham syariah di Indonesia menunjukkan tren yang meningkat,
walaupun dalam perkembangannya harga saham bergerak secara fluktuatif.
Yang kedua, penelitian yang dilakukan oleh Satia Nur Maharani dengan judul
Pasar Modal Syariah Dalam Tinjauan Filosofis Teoritis.11 Dalam penelitian tersebut,
disimpulkan bahwa Pasar Modal Syariah memiliki karakteristik yang berbeda dari
Pasar Modal Konvensional. Meskipun produk-produk Pasar Modal Syariah
diperdagangkan di lantai bursa yang sama dengan produk-produk Pasar Modal
konvensional, akan tetapi terdapat beberapa perbedaan yang signifikan di dalamnya.
Hal ini merupakan konsekuensi logis dari filosofi ekonomi syariah sebagai fondasi
dan pilar utama dalam Pasar Modal Syariah. Perbedaan mendasar antara pasar modal
10
Ayub Laksono, “Proyeksi Harga Saham‐Saham JII dengan Analisis Teknikal dalam Perspektif Syariah”, (Tesis Program Studi Timur Tengah dan Islam, Pasca Sarjana Universitas Indonesia, 2006). 11
Satia Nur Maharani, “Pasar Modal Syariah Dalam Tinjauan Filosofis Teoritis”, (Jurnal Ekonomi Modernisasi, volume 2, No. 2, Juni 2006). 9 konvensional dan pasar modal syariah terletak pada instrumen dan mekanisme
transaksi, sedangkan perbedaan nilai indeks saham syariah dengan nilai indeks saham
konvensional terletak pada kriteria saham emiten yang harus memenuhi prinsipprinsip dasar syariah. Instrumen investasi memenuhi prinsip syariah apabila kegiatan
perusahaan dan anak perusahaan tidak bergerak pada alkohol, perjudian, produksi
yang bahan bakunya berasal dari babi, pornografi, jasa keuangan yang bersifat
konvensional dan asuransi yang bersifat konvensional.
Yang ketiga, penelitian yang dilakukan oleh Renold Darmansyah dengan
judul Analisis Proforma Saham Syariah Antara yang Konsisten dan yang Tidak
Konsisten dalam JII (Studi Perbandingan).12 Tujuan pokok dari penelitiannya adalah
untuk mengetahui saham-saham apa saja yang konsisten berada dalam JII, agar
saham-saham tersebut dapat dipertimbangkan dipilih untuk investasi jangka panjang,
demi keamanan dan secara syariah dalam kehalalan. Penelitian tersebut dilakukan
secara kualitatif dan kuantitatif, meliputi pengolahan data saham-saham JII yang telah
dikelompokkan menjadi kelompok saham-saham JII (portofolio) yang konsisten dan
yang tidak konsisten yang diolah dengan pendekatan Metode Portofolio Markowitz.
Data yang digunakan adalah data harga saham JII selama periode tahun 2002-2004.
Kesimpulan dari peneltian ini adalah penyebab keluar masuknya saham-saham
syariah pada daftar saham JII lebih disebabkan adanya mekanisme pasar yang
menciptakan tingkat kapitalisasi dan likuditas yang tinggi terhadap saham-saham
12
Renold Darmansyah, “Analisis Proforma Saham Syariah Antara yang Konsisten dan yang Tidak Konsisten dalam JII (Studi Perbandingan)”, (Tesis, Program Studi Timur Tengah dan Islam, Pasca Sarjana Universitas Indonesia, 2005). 10 tertentu. Hasilnya terdapat 13 dari 30 saham yang konsisten dalam JII atau setidaknya
ada 17 saham yang harus keluar-masuk JII selama periode tersebut.
Secara umum, skripsi ini berbeda dengan penelitian-penelitian yang telah
dipaparkan sekilas di atas. Dalam skripsi ini penulis membahas tentang produk dan
transaksi di pasar modal serta menjelaskan kriteria berinvestasi yang sesuai dengan
prinsip
Islam.
Sedangkan
pembahasan
utama
dalam
penelitian ini
yaitu
mendefinisikan bentuk-bentuk transaksi finansial khususnya perdagangan saham
yang sesuai maupun yang bertentangan dengan prinsip Islam.
E. Metode Penelitian
1. Kerangka Konsep
Pasar modal merupakan pasar untuk berbagai instrumen keuangan jangka
panjang yang bisa diperjualbelikan, baik surat utang (obligasi), ekuitas (saham), reksa
dana, instrumen derivatif maupun instrumen lainnya. Instrumen keuangan yang
diperdagangkan di pasar modal merupakan instrumen jangka panjang (jangka waktu
lebih dari satu tahun) seperti saham, obligasi, waran, right, reksa dana, dan berbagai
instrumen derivatif seperti option, futures, dan lain-lain.13
Transaksi derivatif selain mempunyai manfaat terhadap perlindungan suatu
transaksi dengan mata uang tertentu, ternyata kemudian berjalan dan berkembang
mengikuti perkembangan tren perbankan internasional pada umumnya, sehingga pada
gilirannya transaksi derivatif tidak hanya digunakan dalam rangka hedging melainkan
13
Indonesia Stock Exchange, “Mengenal Pasar Modal”, diakses tanggal 14 Maret 2010, dari http://www.idx.co.id/Home/Information/ForInvestor/IntroToCapitalMarket/tabid/167/language/id‐
ID/Default.aspx. 11 juga sebagai tren berspekulasi dana (cara untung-untungan kalau tidak dikatakan
judi).14 Berdasarkan permasalahan tersebut, maka penulis mengambil model kerangka
pemikiran sebagai berikut.
PASAR MODAL Transaksi Finansial Instrumen Jangka Panjang Instrumen Derivatif Mengandung Gharar, Maisir, dan Riba
Gambar 1.1 Kerangka Konsep 2. Jenis dan Pendekatan Penelitian
Secara keseluruhan jenis penelitian yang dilakukan pada penulisan skripsi ini
adalah penelitian kualitatif, yaitu penelitian yang tidak mengadakan perhitungan
matematis, statistik dan sebagainya, melainkan menggunakan penekanan ilmiah15
atau temuan-temuan yang tidak dapat dicapai dengan menggunakan prosedur statistik
atau dengan cara-cara lain dari kuantitatifikasi. Bilamana terdapat ilustrasi yang
menunjukkan data-data berupa angka-angka dan tabulasi, hal tersebut dimaksudkan
untuk lebih mempertajam analisa dan menguatkan argumentasi penelitian.
14
Sugiri Permana, MH. “Transaksi Derivatif pada Pasar Modal dalam Tinjauan Hukum Perjanjian”, h.7. 15
Lexy J Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, ed: revisi (Bandung : PT. Remaja Rosda Karya, 1997), cet ke‐8, h.6. 12 Metode penelitian yang digunakan dalam skripsi ini adalah metode deskriptif
atau disebut juga survei normatif. Dalam penelitian ini juga akan digunakan
pendekatan ekonomi Islam khususnya fiqih muamalat. Langkah yang akan ditempuh
pertama kali, adalah menganalisis konsep investasi yang sesuai dengan prinsip Islam,
kemudian dikaitkan dengan mekanisme serta transaksi finansial Pasar Modal.
3. Data Penelitian
Jenis data yang digunakan dalam penelitian kepustakaan ini adalah data
sekunder, dan bahan-bahan penelitian yang digunakan adalah sebagai berikut.
1) Data Primer
a) Hasil wawancara dan observasi dengan pihak-pihak yang terkait dalam
penelitian ini.
b) Undang-undang Republik Indonesia No. 8 tahun 1995 tentang Pasar
Modal, maupun undang-undang serta peraturan lain yang terkait dengan
tema penelitian,
c) Fatwa Nomor: 40/DSN-MUI/X/2003 tentang Pasar Modal dan Pedoman
Umum Penerapan Prinsip Syariah di Bidang Pasar Modal, maupun fatwa
Dewan Syariah Nasional (DSN) Majelis Ulama Indonesia lain yang
terkait dengan tema penelitian, dan
d) Data resmi dari Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan
(Bapepam-LK) Departemen Keuangan Republik Indonesia maupun
lembaga keuangan lain yang terkait,
13 2) Data Sekunder
a) Buku-buku mengenai instrumen pasar modal konvensional maupun pasar
modal syariah.
b) Artikel, majalah, jurnal ekonomi, karya ilmiah, dan materi-materi
penelitian yang relevan terhadap penulisan skripsi ini.
3) Data Tertier
a) Kamus Ekonomi
b) Data-data elektronis (dari internet).
4. Jenis Metodologi Penelitian
Metodologi penelitian adalah cara untuk menjawab dan memecahkan masalah
yang timbul dalam perumusan masalah. Penulisan ini menggunakan jenis penelitian
kepustakaan maupun penelitian lapangan.
a. Penelitian Kepustakaan (Library Research)
Penelitian ini bertujuan mendapatkan data dalam rangka mendalami
materi dan sebagai informasi pelengkap atas topik yang dijadikan penelitian,
yaitu dengan cara melakukan penelaahan terhadap peraturan dan perundangundangan, fatwa, buku literatur fiqih muamalat, jurnal, maupun tulisan ilmiah
dan bahan-bahan tertulis lainnya yang berkaitan dengan praktik perdagangan
efek syariah.
b. Penelitian Lapangan (Field Research)
Penelitian lapangan dilakukan melalui survey langsung ke lembaga
penyelenggara kegiatan pasar modal, yakni Bursa Efek Indonesia, dalam
14 upaya memperoleh informasi atau data yang valid dan akurat. Cara ini
dilakukan melalui interview atau wawancara kepada pihak yang dianggap
kompeten dalam kegiatan perdagangan efek di pasar modal,16 serta observasi
(pengamatan) dengan cara mengamati secara langsung mekanisme maupun
praktek transaksi finansial pasar modal di Bursa Efek Indonesia.
5. Teknik Analisis Data
Metode yang digunakan untuk menganalisis data adalah pendekatan literatur
(content analysis), dimana penulis menganalisis data yang berkaitan dengan jenis
transaksi pada Pasar Modal di Indonesia, supaya mencapai kejelasan masalah yang
akan dibahas dan hasilnya tersebut dituangkan dalam skripsi ini.
6. Teknik penulisan
Teknik penulisan dalam penelitian ini penulis menggunakan buku Pedoman
Penulisan Skripsi tahun 2007 yang diterbitkan oleh Fakultas Syariah & Hukum UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta.
F. Sistematika Penulisan
Skripsi ini dibagi menjadi lima bab yang secara keseluruhan kelima bab
tersebut merupakan satu rangkaian pembahasan yang saling terintegrasi dan saling
terkait. Dengan demikian sistematika penulisan ini adalah sebagai berikut :
BAB I
PENDAHULUAN
Bab ini berisi latar belakang, pembatasan dan perumusan masalah,
16
Wawancara dilakukan pada tanggal 18 Agustus 2010 dengan narasumber Taufiq Rochman (staf divisi pemasaran PT BEI) dalam lampiran, dan juga diskusi dengan Rizky Aditama (PT Danareksa Sekuritas) tanpa lampiran. 15 tujuan dan manfaat penelitian, kerangka teori, kajian kepustakaan,
metode penelitian, dan sistematika penulisan.
BAB II
LANDASAN TEORI
Bab ini menyajikan landasan teori mengenai ekonomi Islam dan
investasi secara umum. Bab ini juga akan menyajikan prinsip-prinsip
transaksi yang dilarang dalam berbisnis, diantaranya yaitu terhindar dari
unsur haram, terbebas dari riba, terhindar dari gharar, terhindar dari
maisir, penipuan (tadlis), talaqqi rukban, bai’ an najsy, serta tidak
melakukan penimbunan (ikhtikar).
BAB III
KONSEP PASAR MODAL DI INDONESIA
Bab ini menyajikan pembahasan mengenai pasar modal di Indonesia.
Meliputi pengertian dan gambaran umum pasar modal di Indonesia baik
berupa produk dan jasa, mekanisme, juga proses screening dan kriteria
saham syariah.
BAB IV
PASAR MODAL SYARIAH DAN AKTIVITAS YANG DILARANG
DI DALAMNYA
Bab ini menyajikan pembahasan pasar modal syariah di Indonesia, serta
transaksi finansial pasar modal yang bertentangan dengan prinsip Islam.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
Bab ini menyajikan penutup. Bab ini merupakan bab terakhir yang akan
diisi dengan kesimpulan berdasarkan bab-bab sebelumnya dalam karya
16 akhir ini. Serta pengajuan beberapa saran yang mungkin dapat
diterapkan bagi pengembangan instrumen finansial syariah.
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Islam dan Ekonomi
Islam merupakan suatu jalan hidup yang komprehensif. Ajaran Islam tidak
hanya sebatas memberikan aturan hubungan antara manusia dengan Rabb-Nya
(hablun minallah) tetapi juga mengatur hubungan antara sesama manusia (hablun
minannas) yang kesemuanya bermuara atas dasar ketundukan kepada Allah sebagai
Sang Khaliq. Ajaran Islam tidak mengenal dikhotomi antara kehidupan duniawi dan
kehidupan ukhrawi, atau yang saat ini populer dengan istilah sekularisme. Di dalam
al-Qur’an disebutkan secara jelas bahwa fungsi manusia baik secara individu maupun
secara kolektif dalam kehidupannya adalah untuk beribadah.
∩∈∉∪ Èβρ߉ç7÷èu‹Ï9 ωÎ) }§ΡM}$#uρ £⎯Ågø:$# àMø)n=yz $tΒuρ
“Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya
mereka beribadah kepada-Ku.” (QS. Adz Dzariyat [51]: 56)
Secara umum ajaran Islam terbagi atas tiga komponen utama, yaitu akidah,
syariah, dan akhlaq. Akidah dan akhlaq bersifat konstan, sedangkan syariah bersifat
dinamis sesuai dengan kebutuhan dan perkembangan umat manusia. Akidah
berkaitan dengan keimanan dan keyakinan (faith and belief), maupun paradigma
berfikir, yang akan menentukan visi dan misi hidup agar senantiasa bertindak dan
beraktifitas sesuai dengan ketentuan Allah dalam semua dimensi kehidupan. Syariah
berkaitan dengan implementasi ajaran Islam dalam memperkuat hubungan kepada
Allah secara vertikal (ibadah), maupun hubungan sesama manusia secara horizontal
17 18 (muamalat). Aktifitas ekonomi merupakan bagian dari muamalat. Akhlak merupakan
hasil kombinasi antara akidah dan syariah yang diwujudkan dalam bentuk perilaku
yang tidak hanya membawa kebaikan bagi diri sendiri tetapi juga membawa kebaikan
bagi alam semesta (rahmatan lil ‘alamin).17
ISLAM AQIDAH SHARIAH
AKHLAQ (Faith & Belief) (Practices & Activities) (Morality & Ethics) IBADAH
MUAMALAT
(Man to God Worship) (Man to Man Activities) Economic Activities
Social Activities
Political Activities
Banking and Financial Activities Kerangka Konseptual Islam Sebagai Jalan Hidup yang Komprehensif Gambar 2.1
Atas dasar tersebut, pada hakikatnya ekonomi Islam bukanlah merupakan
suatu hal yang baru, namun ekonomi Islam telah ada bersamaan dengan prinsip ajaran
Islam bermula. Muhammad Baqir as-Sadr, seperti yang dikutip oleh Adiwarman
Karim, mengatakan bahwa ekonomi Islam adalah sebuah ajaran atau doktrin dan
bukannya ilmu murni (sciene), karena apa yang tekandung dalam ekonomi Islam
17
“Dan tiadalah kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam.” (QS. al‐Anbiya’ [21]: 107) 19 bertujuan memberikan sebuah solusi hidup yang paling baik, sedangkan ekonomi
hanya akan mengantarkan kita kepada pemahaman bagaimana ekonomi berjalan.
Dengan demikian ekonomi Islam bukan hanya sekedar ilmu namun ekonomi Islam
lebih merujuk kepada sebuah sistem.18 Para ekonom Muslim masing-masing
mendefinisikan ekonomi Islam secara berbeda, beberapa diantaranya yaitu,
S. M. Hasanuz Zaman (1984),
“Islamic economics is the knowledge and application of injunctions and
rules of the Shari’ah that prevent injustice in the acquisition and
disposal of material resources in order to provide satisfaction to human
beings and enable them to perform their obligations to Allah and the
society”.19
(Ekonomi Islam adalah pengetahuan dan penerapan perintah-perintah
dan aturan-aturan syariah yang mencegah ketidakadilan dalam
perolehan dan pemberian sumber daya material dalam rangka
memberikan kepuasan kepada manusia dan memungkinkan mereka
untuk melakukan kewajiban-kewajiban mereka kepada Allah dan
masyarakat).
Muhammad Umer Chapra (1996),
“Islamic economics may be defined as that branch of knowledge which
helps realize human well-being through an allocation and distribution
of scarce resources that is in conformity with Islamic teachings without
unduly curbing individual freedom or creating continued macroeconomic and ecological imbalances”.20
18
Muhammad Baqir as‐Sadr, Iqtishaduna: Our Economics, dalam Adiwarman A Karim, Ekonomi Mikro Islami, (Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2007), h. 4. 19
Hasanuzzaman, S.M., “Definition of Islamic Economics”, Journal of Research in Islamic Economics, Winter 1984, h. 51‐53, materi diakses tanggal 24 Maret 2010 via http://www.iefpedia.com/english/wp‐content/uploads/2009/10/Definition‐of‐Islamic‐Economics‐by‐
S.‐M.‐Hasanuz‐Zaman.pdf. 20
Di dalam bukunya, Umer Chapra juga mengutip beberapa pendapat dari para pemikir lainnya dalam mendefinisikan ekonomi Islam, diantaranya yaitu M. A. Mannan (1986), ‘Islamic economics is a social science which studies the economic problems of a people imbued with the values of Islam’. Khurshid Ahmad (1992), ‘Islamic economics is ‘a systematic effort’ to try to understand the economic problem and man’s behaviour in relation to that problem from an Islamic perspective’. M. Nejatullah Siddiqi (1992), ‘Islamic economics is ‘the Muslim thinkers’ response to 20 (Ekonomi Islam dapat didefinisikan sebagai suatu cabang pengetahuan
yang membantu merealisasikan kesejahteraan manusia melalui alokasi
dan distribusi sumber daya langka yang sesuai dengan ajaran Islam
tanpa terlalu membatasi kebebasan individu atau menciptakan ketidakseimbangan makroekonomi dan ekologi berkelanjutan).
Senada dengan pengertian yang telah disebutkan di atas, Adiwarman Azwar Karim
(2007) memberikan definisi bahwa,
“Ilmu Ekonomi Islami adalah sebuah sistem yang menjelaskan segala
fenomena tentang perilaku pilihan dan pengambilan keputusan dalam
setiap unit ekonomi dengan memasukkan tata aturan syariah sebagai
variabel independen (ikut mempengaruhi segala pengambilan keputusan
ekonomi). Jadi, segala ilmu ekonomi kontemporer yang telah ada bukan
berarti tidak sesuai dengan ekonomi Islam. Selama teori yang ada
sesuai dengan asumsi dan tidak bertentangan dengan hukum syariah,
maka selama itu pula teori tersebut dapat dijadikan dasar dalam
membentuk teori ekonomi Islami.”21
Dari definisi-definisi tersebut di atas, dapat disimpulkan bahwa pada dasarnya
ekonomi Islam merupakan bagian dari suatu ilmu pengetahuan yang berupaya
mengatasi dan menyelesaikan permasalahan-permasalahan ekonomi dengan menitikberatkan pada ajaran agama Islam, dimana nilai-nilai ajaran Islam tersebut dapat
diaplikasikan. Banyak kalangan yang berpandangan skeptis bahwa sistem ekonomi
Islam merupakan suatu hal baru dan dibuat-buat hanya untuk menarik minat investasi
asing khususnya dari negara-negara Timur Tengah, yang nota bene memiliki
the economic challenges of their times. In this endeavour they were aided by the Qur’an and the Sunnah as well as by reason and experience’. M. Akram Khan (1994), ‘Islamic economics aims at the study of human falah (well‐being) achieved by organizing the resources of the earth on the basis of cooperation and participation’. Syed Nawab Haider Naqvi (1994), ‘Islamic economics is the representative Muslim’s behaviour in a typical Muslim society’. Muhammad Umer Chapra, What is Islamic Economics?, Islamic Development Bank, (Jeddah: Islamic Research and Training Institute, 1996), h. 30‐31. 21
Adiwarman A Karim, Ekonomi Mikro Islami, (Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2007), h.5. 21 keberlimpahan surplus investasi akibat melonjaknya harga minyak mentah dunia atau
dikenal dengan masa “oil booming” sejak dekade 1970-an. Memang tidak dapat
dipungkiri tingginya keberlimpahan surplus dana negara-negara Arab petrodollar
tersebut telah semakin mengakselerasi ekspansi sistem ekonomi berbasis syariah.
Namun perlu diketahui, sedari awal para cendekiawan muslim22 telah
memperkenalkan dan menggerakkan sistem ekonomi kontemporer berbasis syariah
bukan hanya berlandaskan aspek ekonomis semata, tetapi lebih kepada aspek filosofis
dan aspek sosiologis guna memenuhi kebutuhan untuk dapat beraktifitas sesuai
dengan prinsip-prinsip syariah. Dalam hal ini juga, sistem ekonomi Islam ditawarkan
sebagai alternatif pengganti sistem ekonomi sosialis dan kapitalis yang dianggap telah
gagal membawa kesejahteraan dan keadilan yang merata.23 Ghirah pengembangan
22
Banyak diantara para pemikir dan praktisi yang memperjuangkan pengembangan sistem ekonomi kontemporer berbasis syariah merupakan ulama yang juga ahli ekonomi yang umumnya lulusan ekonomi Barat. Kapasitas mereka sebagai ilmuwan ekonomi Islam tidak diragukan sedikitpun, karena latar belakang keilmuwan mereka sejak awal adalah ilmu ekonomi konvensional, namun mereka juga telah memahami syariah secara mendalam. Dalam sebuah artikel pada web‐blog miliknya, Agustianto menyebutkan kurang lebih sekitar 50 nama para ilmuan ekonomi Islam ini, sebagian diantaranya yang sudah sangat populer yaitu Muhammad Nejatullah Ash‐Shiddiqy, Muhammad Abdul Mannan, M Umer Chapra, Masudul Alam Khudary, Monzer Kahf, M Akram Khan, Kursyid Ahmad, Dhiauddin Ahmad, Muhammad Muslehuddin, Afzalur Rahman, Hasanuz Zaman, Sudin Haroen, M Fahim Khan, Volker Ninhaus, Abbas Mirakhor, Syed Nawab Haidar Naqvi, Baqir al‐
Sadr, Manzoor Ali, Anas Zarqa, Mukhtar M Metwally, Hasan Abu Rukba, Zubair Hasan, Sakhrur Rafi Khan, Mahmud Ahmad, dan lain‐lain. Serta masih banyak lagi pakar ekonomi Islam lainnya yang kesemuanya mengecam dan mengharamkan bunga, baik konsumtif maupun produktif, baik kecil maupun besar, karena bunga telah menimbulkan dampak sangat buruk bagi perekonomian dunia dan berbagai negara. (Agustianto, “Ijma’ Ulama tentang Keharaman Bunga (Interest) Bagian I”, artikel diakses tanggal 10 April 2010 dari http://agustianto.niriah.com/2008/05/01/ijma%E2%80%99‐ulama‐
tentang‐keharaman‐bunga‐interest/). 23
Sistem ekonomi sosialis‐komunis sudah tidak terlalu didengungkan sejak runtuhnya pengaruh negara Uni Soviet. Di luar dari itu, pada dasarnya kekurangan dari sistem ekonomi sosialis adalah hilangnya esensi yang penting pendamping aktifitas kehidupan, yaitu prinsip ketuhanan (ilahiyah). Keadilan distributif yang mereka gencarkan seraya mengabaikan aspek keagamaan malah menciptakan pemimpin materialis dan totaliter. Sedangkan sistem ekonomi kapitalis‐liberalis, dengan 22 sistem ekonomi kontemporer berbasis syariah telah dimulai di akhir dekade 1960-an
hingga sekarang, dan semakin pesat terdorong oleh tingginya permintaan negaranegara Timur Tengah untuk dapat memanamkan modalnya di sektor non-ribawi.
B. Sistem Keuangan Islam (Islamic Financial System)
Secara institusional sistem keuangan Islami saat ini telah tumbuh dan
berkembang menyesuaikan diri dengan sistem keuangan yang telah ada. Banyak
negara, termasuk Indonesia dan Malaysia di dalamnya, yang menjalankan institusi
keuangannya berdampingan antara konvensional dengan syariah (dual economic
system). Hanya negara Iran, Sudan, dan Pakistan yang dianggap menjalankan sistem
keuangan Islami secara manunggal (single economic system).
Sejalan dengan pemahaman yang telah ada, pasar keuangan Islami juga
merupakan suatu wahana intermediasi antara pihak yang kelebihan dana (surplus
unit) dengan pihak yang membutuhkan dana (deficit unit). Dalam hal ini pasar
keuangan Islami juga mengenal dua jenis investasi, investasi secara langsung maupun
investasi secara tidak langsung. Investasi secara langsung melalui pasar modal yang
juga memperdagangkan saham maupun obligasi syariah/sukuk, bedanya objek yang
diperdagangkan pada pasar modal tersebut telah melewati proses purifikasi dari halhal yang dilarang syariat. Sedangkan investasi secara tidak langsung meliputi
pendanaan pada sektor perbankan, asuransi syariah (takaful), reksadana syariah (Unit
slogan "Laissez faire et laissez passer" (Let do and let pass) yang bercorak sistem ekonomi pasar bebas, dianggap tidak mampu mendistribusikan kesejahteraan secara merata dan hanya terkonsentrasi bagi kalangan mampu, yang semakin menciptakan gap yang lebar antara si miskin dan si kaya. 23 Trust Management Companies/ UTMCs), ataupun institusi keuangan lainnya seperti
Baitul Maal wa Tamwil / BMT (unit simpan pinjam syariah skala mikro), gadai
syariah (rahn), Lembaga Tabung Haji24, dsb.
Islamic Financial System
Surplus Sector Islamic Financial Market Direct Financial Market Islamic Money Market Islamic Capital Market Bond Market Deficit Sector Indirect Financial Market Takaful Commercial Banks Equity Market Finance Companies Islamic Financial Institutional System
Gambar 2.2 Merchant Banks Unit Trusts (UTMCs) Ilustrasi : Rosly (2005)
24
Lembaga Tabung Haji / Pilgrims Fund Board (Malaysia) memberikan jasa simpanan dan investasi bagi para nasabahnya tidak hanya untuk membantu penyelenggaraan Haji, namun juga dana ‘idle’ yang dikumpulkan dari para nasabah dikelola kembali untuk diinvestasikan ke dalam sektor perkebunan, properti dan manufaktur, teknologi konstruksi dan perkapalan, jasa travel, maupun produk makanan dan minuman halal. Nasabah yang menyimpan dananya pada lembaga ini akan mendapatkan porsi bagi hasil, yang bahkan seringkali nisbah bagi hasil yang diberikan lebih besar dibandingkan bunga rata‐rata tahunan. Sehingga dalam perkembangannya nasabah Tabung Haji tidak hanya terdiri dari nasabah yang ingin menyimpan dana untuk pemberangkatan Haji/Umrah, tetapi juga para nasabah non‐Muslim yang berminat menginvestasikan dananya diluar institusi keuangan konvensional. Lebih lengkapnya dapat diakses melalui http://www.tabunghaji.gov.my. 24 Sistem ekonomi Islam atau lebih tepatnya sistem keuangan Islami tidak
melakukan pemisahan antara aspek positif dan aspek normatif.25 Pemisahan aspek
positif dan normatif mengandung implikasi bahwa fakta ekonomi merupakan sesuatu
yang independen terhadap norma. Kaum materialis dan kapitalis-liberalis dengan
dogma sekulernya cenderung menanggalkan nilai-nilai moral dengan mengedepankan
ilmu sebagai pengganti agama dalam penegakan hukum,26 memaksakan mekanisme
pasar sebebas-bebasnya dengan mengandalkan suatu invisible hand dalam pencarian
keseimbangan supply dan demand yang nyatanya cara ini justru menjadikan manusia
tamak hingga harta hanya terkonsentrasi dan terakumulasi pada sebagian kecil
masyarakat, serta paham bebas nilai yang dianutnya yang mengabaikan pertimbangan
25
Aspek positif membahas mengenai realitas hubungan dengan ekonomi atau membahas sesuatu yang senyatanya terjadi, sementara aspek normatif membahas mengenai apa yang seharusnya terjadi atau apa yang seharusnya dilakukan. ‘Maximizing pleasure and minimizing pain’ adalah contoh pernyataan positif. Sedangkan bahwa manusia seharusnya tidak mengejar kepuasan maksimum agar tidak menjadi pribadi yang tamak, serakah, dan kikir, serta ikhlas menolong saudaranya yang kesusahan adalah contoh pernyataan normatif. 26
Jika kita tilik kembali sejarahnya, sekularisme mulai menggeliat pada pertengahan millenium kedua sebagai hasil ‘perang’ supremasi antara ilmuwan dan gereja, dimana ketika itu posisi gereja sedemikian kuat namun terkadang menyimpang dari otoritasnya semula. Kala itu dominasi gereja yang otoriter, kaku, dan tidak bersahabat dengan perubahan zaman sering bertentangan dengan ilmu pengetahuan, sehingga pada akhirnya mendorong masyarakat Eropa melakukan gerakan perubahan yaitu salah satunya dengan Reformasi Gereja sebagai bagian dari apa yang mereka sebut dengan Renaissance (Kelahiran Kembali/Masa Pencerahan). Dari sinilah kemudian kemajuan ilmu dan teknologi tidak diimbangi dengan nilai spiritualitas yang baik, yang secara langsung maupun tidak langsung telah menenggelamkan nilai keagamaan dalam memajukan ilmu pengetahuan itu sendiri. Lantas paham ini menjadi suatu budaya yang mengakar dominasi peradaban konvensional hingga sekarang. Kegemilangan ilmu pengetahuan dan budaya Barat yang seringkali ‘ditelan’ mentah‐
mentah tanpa menyaringnya kembali (yaitu dengan mengesampingkan hal‐hal yang dianggap buruk dan tidak sesuai syariah) memperparah kemunduran moral umat Islam. Dampak yang paling nyata adalah runtuhnya Kekhalifahan Ottoman di Turki yang kini menjadi negara sekuler. Pada gilirannya kesemua ini turut memudarkan umat Islam dalam mengamalkan nilai‐nilai Islami yang seharusnya menjadi pedoman dalam segala aktifitas kehidupan. 25 moral.27 Pemahaman ini terus berkembang di masa modern diperkuat dengan
menggunakan perangkat matematika ekonominya, dengan kalkulus diferensial serta
persamaan simultannya yang telah membawa ilmu ekonomi semakin jauh dari
matriks norma dan budaya.
Dalam hal ini, ekonomi Islam merupakan suatu bagian yang tidak lepas dari
ajaran Islam itu sendiri. Sehingga ekonomi Islam itu merupakan ekonomi positif,
ataupun normatif, atau bahkan kedua-duanya, karena sejatinya ekonomi Islam
berupaya mengintegrasikan aspek normatif dan aspek positif tersebut. Ekonomi islam
sebagai salah satu bagian muamalat tidak mengabaikan aspek postulat, konsep, serta
diskursus yang menjadi fundamental dalam pembentukan sebuah aktifitas kehidupan
multidimensi (ketuhanan dan keduniaan) yang mendalam. Menurut Saiful Azhar
Rosly, pencapaian tujuan ekonomi haruslah dilakukan dengan menggunakan
pendekatan integral antara fakta rasional dan empiris atau disebut sebagai tabi’
principles, namun juga dengan tidak mengabaikan prinsip etika dan norma keislaman
(shariah principles).28 Jadi, pada dasarnya sistem ekonomi Islam tidak boleh
27
Dalam ekonomi konvensional yang menjadi fokus tujuan ekonomi dasar adalah kepuasan individu yang maksimal, sementara definisinya sendiri terbatas pada besar‐kecilnya materi yang dimiliki atau dikonsumsi. Lantas paradigma materialistik ini cenderung mendorong pelaku pasar menjadi egoistik, individualistik, dan hedonistik, serta mengesampingkan nilai filantropi seperti kebersamaan, kedermawanan, saling membantu dan menolong. 28
Agar sederhana, pembelajaran atas segala bisnis Islam dapat dibagi menjadi dua prinsip, yaitu Shari' dan tabi'. Prinsip tabi' berhubungan dengan duniawi dimana orang menggunakan pertimbangan dan pengalaman untuk menjalankan bisnis mereka sehari‐hari, sementara prinsip Shari' (yaitu perintah Allah) dilakukan dengan menyampaikan aturan Ilahi bahwa manusia harus memperhatikan sesama. Jika prinsip Shari’ menguraikan sifat adil dari pasar keuangan Islam, pada dimensi lain dari kegiatan pasar tidak perlu bergantung pada bimbingan ilahi secara eksplisit. Inilah yang merupakan aspek tabi’ dari kegiatan keuangan. Ini mendefinisikan efisiensi. Tabi' berarti alami. Ini adalah cara (hukum) alam. Nilai‐nilai tabi' adalah nilai‐nilai universal. Setelah ditemukan, nilai‐nilai 26 mengabaikan prinsip ilmu alamiah (tabi’ principles). Prinsip hukum ini haruslah
disandingkan dengan etika dan norma syariah agar tidak hanya memperoleh
pencapaian ekonomi semata, tetapi lebih dari itu, kesejahteraan dunia dan akhirat
(falah). Bekerja melawan ilmu alamiah ini hanya akan menyebabkan bencana dan
kekacauan. Bisnis akan runtuh ketika prinsip tabi’ diabaikan.
C. Investasi
Istilah investasi berasal dari bahasa Latin, investire (memakai), sedangkan
dalam bahasa Inggris disebut dengan investment. Secara sederhana investasi dapat
diartikan sebagai kegiatan usaha dalam mengembangkan harta. Istilah investasi dan
penanaman modal tidaklah asing dalam kegiatan bisnis. Istilah investasi umumnya
lebih populer dalam dunia usaha, sedangkan istilah penanaman modal umumnya
digunakan dalam bahasa perundang-undangan.
Seseorang terdorong untuk berinvestasi disebabkan oleh beberapa alasan,
salah satu diantaranya dipicu keinginan untuk mendapatkan kehidupan yang lebih
layak dimasa yang akan datang. Sudah menjadi rasionalitas yang asasi bahwa hampir
setiap orang menginginkan taraf hidupnya dapat meningkat dari waktu ke waktu, atau
setidak-tidaknya dapat mempertahankan tingkat pendapatan yang ada agar tidak
berkurang dimasa mendatang. Alasan lainnya disebabkan banyaknya ketidakpastian
ini dapat digunakan oleh semua orang, terlepas dari agama dan kepercayaan. Para pemain pasar menggunakan akumulasi pengetahuan dari berbagai pertimbangan dan pengalaman untuk memahami bagaimana pasar bekerja dan beroperasi, yang merupakan hal yang alami untuk dilakukan. Lihat Saiful Azhar Rosly, Critical Issues on Islamic Banking and Financial Markets. Islamic Economics, Banking and Finance, Investments, Takaful and Financial Planning, (Indiana: Author House, 2005), h. 27. 27 atau hal-hal lain yang tidak terduga dalam hidup ini, misalnya datangnya musibah,
kondisi kesehatan, kondisi keuangan global, kondisi pasar, maupun resiko-resiko
lainnya yang sulit diprediksi dengan tepat. Untuk itulah diperlukan perencanaan
keuangan yang baik dalam menghadapi permasalahan hidup ini, sehingga
memungkinkan seseorang menyiapkan pemenuhan kebutuhan masa depannya.
Dalam persfektif syariah Islam setidaknya terdapat dua hal yang menjadi
pedoman hukum dalam setiap aktifitas kehidupan termasuk didalamnya aktifitas
ekonomi, yaitu Al-Qur’an dan Hadis. Hukum-hukum yang diambil dari kedua sumber
tersebut secara prinsip dan konseptual adalah hukum yang tidak dapat diubah-ubah.
Tidak kurang ada empat hal yang menjadi landasan bagi seorang Muslim dalam
menjalankan setiap aktifitas kehidupannya, yaitu ketauhidan, keadilan dan
kesejahteraan, kehendak bebas, dan pertanggungjawaban. 29
Islam memandang bahwa mencari rezeki adalah suatu tuntutan dan kewajiban
bagi manusia untuk memenuhi kebutuhan hidup baik pribadi maupun keluarga.
Memberikan nafkah dan mengeluarkan zakat tidak mungkin dilakukan jika tanpa
berusaha dan bekerja. Allah pun telah memberikan wewenang kepada manusia untuk
29
Landasan tauhid merupakan landasan filosofis yang dijadikan sebagai fondasi bagi setiap muslim dalam menjalankan fungsi hidupnya, makna tauhid dalam etika islam adalah kepercayaan penuh dan murni terhadap ke‐Esaan Tuhan. Landasan keadilan dalam ekonomi berkaitan dengan pembagian manfaat kepada semua komponen dan pihak yang terlibat dalam usaha ekonomi. Landasan kesejahteraan berkaitan dengan kewajiban terjadinya sirkulasi kekayaan pada semua anggota masyarakat dan mencegah tejadinya konsentrasi ekonomi hanya pada segelintir orang. Landasan kehendak bebas merupakan kenyataan bahwa manusia secara sunnatullah terlahir memiliki kehendak bebas, yakni potensi menentukan pilihan yang beragam. Oleh karena kebebasan manusia tidak dibatasi, maka manusia memiliki kebebasan pula untuk menetukan pilihan yang salah ataupun yang benar. Dalam hal ini, aksioma kebebasan erat kaitannya dengan landasan pertanggungjawaban, artinya bahwa pemberian segala kebebasan usaha dilakukan manusia tidak terlepas dari pertanggungjawaban atas apa yang telah dilakukannya. 28 memanfaatkan segala macam yang tersedia di muka bumi ini.30 Keharusan bekerja
baik dengan melakukan investasi ataupun perniagaan lainnya, haruslah diupayakan
demi mendapatkan rezeki yang halal. Dengan melakukan bisnis yang halal maka kita
tidak hanya memperoleh keuntungan materi semata, tetapi juga kebaikan atas
pengabdian dan rasa syukur kepada Sang Khaliq.31
Apa yang diinginkan Islam dalam melakukan perserikatan khususnya melalui
perniagaan adalah dimaksudkan agar kekayaan tidak hanya terkonsentrasi dan
terakumulasi pada golongan kaya saja, karena sejatinya tujuan yang ingin ditekankan
adalah keadilan tanpa diskriminasi, sehingga tercapai distribusi kekayaan dan
pendapatan secara luas dan merata. Sesuai Firman Allah SWT yang berbunyi,
…4 öΝä3ΖÏΒ Ï™!$uŠÏΨøîF{$# t⎦÷⎫t/ P's!ρߊ tβθä3tƒ Ÿω ö’s1
“Supaya harta itu jangan beredar di antara orang-orang kaya saja di
antara kamu.” (QS al Hasyr [59]: 7)
Walaupun Islam sangat mendorong umatnya untuk berusaha dan bekerja
keras, namun di sisi lain Islam memberikan peringatan agar manusia tidak terjerumus
30
“Dialah yang menjadikan bumi itu mudah bagi kamu, maka berjalanlah di segala penjurunya dan makanlah sebahagian dari rezki‐Nya. Dan hanya kepada‐Nya‐lah kamu (kembali setelah) dibangkitkan.” (QS al‐Mulk [67]: 15). 31
“Hai orang‐orang yang beriman, makanlah di antara rezeki yang baik‐baik yang Kami berikan kepadamu dan bersyukurlah kepada Allah, jika benar‐benar kepada‐Nya kamu menyembah.” (QS al‐Baqarah [2]: 172). “Dan makanlah makanan yang halal lagi baik dari apa yang Allah telah rezekikan kepadamu, dan bertakwalah kepada Allah yang kamu beriman kepada‐Nya.” (QS al Maidah [5]: 88). “Apabila telah ditunaikan shalat, maka bertebaranlah kamu di muka bumi; dan carilah karunia Allah dan ingatlah Allah banyak‐banyak supaya kamu beruntung. Dan apabila mereka melihat perniagaan atau permainan, mereka bubar untuk menuju kepadanya dan mereka tinggalkan kamu sedang berdiri (berkhotbah). Katakanlah: "Apa yang di sisi Allah lebih baik daripada permainan dan perniagaan", dan Allah sebaik‐baik pemberi rezki.” (QS al‐Jumu’ah [62]: 10‐11). 29 dalam sikap mencintai harta secara berlebihan, karena sesungguhnya sikap gila harta
ataupun cinta dunia tidak akan diridhai oleh Allah. Berkali-kali Allah mengingatkan
agar manusia juga menginvestasikan usahanya tidak hanya untuk dunia, tetapi juga
sebagai amalan investasi di akhirat kelak.32 Dalam ayat lain Allah SWT secara tegas
menyatakan bahwa tiada seorang pun di dunia yang dapat mengetahui apa yang akan
terjadi di hari esok, sekalipun manusia telah merencanakan suatu urusan, maka
semuanya hanya bersifat rencana saja. Jika Allah menghendaki terlaksana, maka
terlaksanalah ia, dan tiadalah kesukaran bagi Allah untuk menghalangi terlaksananya
urusan tersebut.33
32
“Hai orang‐orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat); dan bertakwalah kepada Allah, Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (QS al‐Hasyr [59]: 18). “Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang‐orang yang berbuat kerusakan.” (QS al‐Qashash [28]: 77). 33
“Sesungguhnya Allah, hanya pada sisi‐Nya sajalah pengetahuan tentang hari Kiamat; dan Dia‐lah yang menurunkan hujan, dan mengetahui apa yang ada dalam rahim, dan tiada seorangpun yang dapat mengetahui (dengan pasti) apa yang akan diusahakannya besok. Dan tiada seorangpun yang dapat mengetahui di bumi mana dia akan mati. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha Mengenal. (QS Lukman [31]: 34). Dari Surat Lukman ayat 31 tersebut di atas setidaknya dapat ditangkap beberapa pesan, pertama tiadalah seorangpun manusia yang dapat mengetahui kapan terjadinya hari Kiamat, maka sebaiknya sekalian manusia telah mempersiapkan amalannya sebagai investasi menghadapi Hari Penghitungan (Yaumul Hisab). Kedua, manusia tidak akan pernah tahu seberapa besar keuntungan yang akan didapatkannya kelak sekalipun telah terencara, maka hanya Allah yang berhak memberikan besar kecilnya rezeki, karena turunnya hujan diartikan sebagai sumber rezeki. Ketiga, sebagai pesan untuk memiliki generasi yang berkualitas sebagai investasi jangka panjang bagi para orang tua, dimana tiada seorang pun yang mengetahui seberapa besar kualitas rahim seseorang. Keempat, hanya Allah lah yang berhak untuk mewujudkan apa yang telah direncanakan manusia, sehingga untuk itu manusia diharapkan ikhtiar serta tawakkal kepada Allah. Kelima, merupakan anjuran melakukan investasi akhirat sedini mungkin, karena manusia tidak ada yang tahu kapan akan mengalami kematian. 30 C. TATA ATURAN SYARIAH
Hukum asal bermuamalat adalah mubah (boleh),34 manusia diberikan
kebebasan untuk melakukan apa saja yang dapat memberikan manfaat bagi dirinya
maupun orang lain, selama hal tersebut belum ada ketentuan yang melarangnnya. Ini
artinya suatu transaksi yang baru muncul dalam fenomena kontemporer, yang dalam
sejarah Islam belum ada atau belum dikenal, maka transaksi tersebut hukumnya
mubah (boleh) selama tidak bertentangan dengan syariat. Dalam hal berniaga pun,
Allah dan Rasul-Nya memberikan petunjuk serta rambu-rambu yang seyogyanya
menjadi pedoman bagi manusia. Diantara rambu-rambu tersebut yaitu, tidak
melakukan perbuatan yang haram, mengandung maisir, gharar, dan riba, serta
aktivitas lainnya yang bertentangan dengan prinsip syariah.
1. Terhindar dari Hal yang Haram
Batasan dalam bermuamalat cukup jelas, yaitu tidak melanggar ketentuan
yang disandarkan kepada al-Qur’an dan as-Sunnah. Korupsi, mencuri, penipuan, suap
(risywah), riba, berjudi, merampas yang bukan haknya, testimoni palsu untuk
meyakinkan orang, mengurangi takaran timbangan, dsb., jelas melanggar hukum
Allah karena hal tersebut tidak lain merupakan cara memakan harta secara bathil.35
‫ َا ْ َٔﻻ ْﺻ ُﻞ ِﰲ اﻟْ ُﻤ َﻌﺎ َﻣ َ ِةل ْاﻻ َاب َﺣ ُﺔ ِاﻻَّ َا ْن ﻳَﺪُ َّل َد ِﻟ ْﻴ ٌﻞ ﻋَ َﲆ َ ْﲢ ِﺮﻳْ ِﻤﻬَﺎ‬, ‘Hukum asal bermuamalah adalah boleh ِٕ
dilakukan, kecuali ada dalil yang mengharamkannya’. Kaidah Fikih ini yang paling umum digunakan 34
DSN‐MUI sebagai pertimbangan dalam menentukan hukum transaksi muamalat yang belum ada di masa sebelumnya. Lihat Djazuli, Kaidah‐Kaidah Hukum Islam dalam Menyelesaikan Masalah‐Masalah yang Praktis. (Jakarta: Kencana, 2007) h. 130.
35
“Hai orang‐orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama‐suka di antara kamu.” (QS. an‐Nisa [4]: 29). 31 Islam sangat menganjurkan kepada umatnya untuk melakukan suatu yang halal dan
meninggalkan yang haram. Setidaknya suatu transaksi yang haram disebabkan oleh
dua hal yaitu, haram zatnya dan haram selain zatnya.
a. Haram zatnya (haram li dzatihi) yaitu perbuatan yang ditetapkan haram sejak
semula, karena secara jelas mengandung mafsadat (kerusakan), seperti
mencuri, berzina (QS al-Isra [17]:32), meminum khamar (QS al-Maidah [5]:
90), memakan daging babi (QS al-Maidah [5]:3), riba (QS ar Rum [30]:39;
an-Nisa [4]:160-161; ali Imran (3):130; al-Baqarah [2]:275-279), dan
memakan harta anak yatim (QS an-Nisa [4]:10). Mengenai hukum atas
transaksi objek yang telah diharamkan dapat ditelusuri pula dari literatur
Hadis serta ijma’ para ulama.
ُّ ‫ ُﺣ ّ ِﺮ َﻣ ْﺖ ﻋَﻠَ ْ ِـﳱ ُﻢ‬،َ‫ﷲ اﻟْﳱَ ُﻮد‬
،‫اﻟﺸـﺨ ُْﻮ ُم‬
ُ ‫ ﻗَﺎ َل؛ ﻟَ َﻌ َﻦ‬.‫م‬.‫َﻋ ْﻦ َﻋ َّﺒ ٍﺎس َا َّن اﻟﻨّ ِ َّﱯ ص‬
َ ْ ‫ﷲ ا َذا َﺣ َّﺮ َم ﻋَ َﲆ ﻗَ ْﻮ ٍم َٔا‬
‫ﳾ ٍء َﺣ َّﺮ َم ﻋَﻠَ ْ ِـﳱ ْﻢ‬
َ ‫ َوا َّن‬،‫ﻓَ َﺒﺎ ُﻋ ْﻮﻫَﺎ َو َٔا َ ُﳇ ْﻮا َٔاﺛْ َﻤﺎﳖَ َﺎ‬
َْ ‫ﰻ‬
ِٕ
ِٕ
.‫ﺛَ َﻤﻨَ ُﻪ‬
Dari Ibnu Abbas ra, bahwa Nabi saw bersabda, ‘Allah melaknat
orang-orang Yahudi. Diharamkan bagi mereka (memakan) lemaklemak hewan, maka mereka kemudian mejual dan memakan hasilnya.
Dan sesungguhnya apabila Allah melarang sesuatu, maka Dia pun
mengharamkan hasilnya.’ (HR Ahmad dan Abu Dawud)36
Dari hadis di atas dapat disimpulkan bahwa melakukan transaksi yang
berhubungan dengan obyek yang haram juga diharamkan. Ini berarti pula
bahwasanya jika objek yang haram didapatkan dengan cara yang halal, maka
36
Diriwayatkan oleh Ahmad dan Abu Dawud, dalam Qadir Hassan. dkk, Terjemah Nailul Authar Himpunan Hadits‐hadits Hukum. Jilid 4, (Jakarta: PT Bina Ilmu, 2001) no. 2778, h.1644. 32 tidak akan merubah objek haram tersebut menjadi halal. Konsekuensinya
bahwa objek yang haram diperniagakan secara halal, maka uang hasil
penjualannya tetaplah haram.
b. Haram selain zatnya (haram li ghairihi) yaitu perbuatan yang pada mulanya
tidak diharamkan, lalu ditetapkan haram karena ada sebab lain yang datang
dari luar. Misalnya, berhaji dengan uang hasil korupsi atau bersedekah dengan
harta hasil curian. Selain itu, beberapa transaksi yang dilarang dalam Islam
disebabkan oleh cara bertransaksinya yang tidak sesuai dengan prinsip
syariah, yaitu suap menyuap (risywah)37, taghrir (ketidakpastian), tadlis
(ketidaksempurnaan informasi), ihtikar (gangguan pada penawaran), bai’
najsy (gangguan pada permintaan), dan talaqqi al-rukban.
2. Terbebas dari Unsur Riba
Riba secara bahasa berarti az-ziyadah (tambahan), dapat juga bermakna
tumbuh dan membesar. Riba yang dimaksud dalam fikih adalah tambahan atas
modal, baik penambahan itu sedikit ataupun banyak. Secara istilah riba adalah
tambahan yang disyaratkan dalam transaksi bisnis tanpa adanya ‘iwad (komponen
pengganti) setara yang dapat dibenarkan syariah.38
37
“‫ﺎر‬
ِ َّ‫اﻟﻨ‬
‫” َا َّﻟﺮ ِاﳽ َواﻟْ ُﻤ ْﺮﺗ َ ِﴙ ِﰱ‬, Yang memberi suap dan yang menerima suap, kedua‐duanya tempatnya adalah di neraka. (HR Abu Dawud). 38
Dalam hal ini keuntungan itu setidaknya harus terdiri dari dua komponen pengganti utama, yaitu resiko pasar (risk / ghorm), serta usaha dan kerja yang menjadi dasar pertambahan nilai (value addition / kasb). Komponen ketiga, yaitu tanggung jawab (liability / dhaman). Sesorang yang ingin untung haruslah bersedia menerima kerugian, bukan malah menimpakan tanggung jawab kepada orang lain. Sesuai dengan kaidah fikih yang bersumber dari hadis Nabi SAW, ‘ ُ‫ض َمان‬
َّ ‫’اَ ْل َخ َر ُج ِبال‬ (al‐
33 Transaksi pengganti sangat penting dalam ekonomi Islam karena menjadi
jalan yang membolehkan adanya penambahan atas modal, bisa berupa transaksi
bisnis atau komersial yang melegitimasi adanya penambahan secara adil seperti jual
beli, sewa atau kerjasama dalam proyek.39 Seperti halnya proses pengharaman
khamar, pelarangan riba di dalam al-Qur’an tidak dilakukan sekaligus melainkan
secara bertahap. Hal ini dimaksudkan karena praktek riba pada masa itu sudah
merajarela, bahkan sudah menjadi tradisi masyarakat Arab Jahiliyah. Proses
pengharaman secara bertahap ini berguna untuk mempersiapkan mental umat muslim
agar nantinya dapat menerima haramnya praktek riba secara menyeluruh.
a. Landasan Hukum Pelarangan Riba
1) Ar Rum [30] ayat 39 (moral denounciation of riba)
!$tΒuρ ( «!$# y‰ΨÏã (#θç/ötƒ Ÿξsù Ĩ$¨Ζ9$# ÉΑ≡uθøΒr& þ’Îû (#uθç/÷zÏj9 $\/Íh‘ ⎯ÏiΒ ΟçF÷s?#u™ !$tΒuρ
∩⊂®∪ tβθàÏèôÒßϑø9$# ãΝèδ y7Íׯ≈s9'ρé'sù «!$# tμô_uρ šχρ߉ƒÌè? ;ο4θx.y— ⎯ÏiΒ ΟçF÷s?#u™
“Dan sesuatu riba (tambahan) yang kamu berikan agar dia
bertambah pada harta manusia, maka riba itu tidak menambah pada
sisi Allah. Dan apa yang kamu berikan berupa zakat yang kamu
maksudkan untuk mencapai keridhaan Allah, maka (yang berbuat
demikian) itulah orang-orang yang melipat gandakan (pahalanya)”.
(QS Ar-Rum [30]: 39)
Kharaj bi al‐Dhaman) yang artinya keuntungan muncul bersama kewajiban. Lihat Saiful Azhar Rosly (2005), h. 30. 39
Diana Indriani, “Tinjauan Hukum Pajak Pertambahan Nilai Sukuk Ijarah Korporat di Pasar Modal Indonesia”, (makalah disampaikan dalam Kegiatan MES Goes to Campus dengan tema ‘Pengembangan Sukuk Sebagai Instrumen Investasi’, Kampus PERBANAS Jakarta, 25 November 2009), h.6‐7. 34 Ayat yang turun dalam periode Mekkah tersebut belum mengandung
ketetapan hukum pasti tentang haramnya riba, karena kala itu riba memang
belum diharamkan. Allah baru menyindir masyarakat Jahiliyah, bahwa riba yang
dianggap membawa tambahan pada harta manusia, sesungguhnya tidak akan
menambah kebaikan di sisi Allah. Riba baru benar-benar diharamkan setelah
Nabi hijrah ke Madinah. Ayat ini turun untuk mempersiapkan jiwa kaum
Muslimin agar mampu menerima hukum haramnya riba.
2) An Nisa [4] ayat 160-161 (riba and the Jews)
öΝÏδÏd‰|ÁÎ/uρ öΝçλm; ôM¯=Ïmé& BM≈t7ÍhŠsÛ öΝÍκön=tã $oΨøΒ§ym (#ρߊ$yδ š⎥⎪Ï%©!$# z⎯ÏiΒ 5Οù=ÝàÎ6sù
tΑ≡uθøΒr& öΝÎγÎ=ø.r&uρ çμ÷Ζtã (#θåκçΞ ô‰s%uρ (#4θt/Ìh9$# ãΝÏδÉ‹÷{r&uρ ∩⊇∉⊃∪ #ZÏWx. «!$# È≅‹Î6y™ ⎯tã
∩⊇∉⊇∪ $VϑŠÏ9r& $¹/#x‹tã öΝåκ÷]ÏΒ t⎦⎪ÌÏ≈s3ù=Ï9 $tΡô‰tGôãr&uρ 4 È≅ÏÜ≈t7ø9$$Î/ Ĩ$¨Ζ9$#
“Maka disebabkan kezaliman orang-orang Yahudi, Kami haramkan
atas mereka (memakan makanan) yang baik-baik (yang dahulunya)
dihalalkan bagi mereka, dan karena mereka banyak menghalangi
(manusia) dari jalan Allah. Dan disebabkan mereka memakan riba,
padahal sesungguhnya mereka telah dilarang daripadanya, dan karena
mereka memakan harta benda orang dengan jalan yang batil. Kami
telah menyediakan untuk orang-orang yang kafir di antara mereka itu
siksa yang pedih”. (QS An-Nisa [4]: 160-161)
Ayat yang turun pada periode Madinah di atas menjelaskan
diharamkannya riba terhadap orang-orang Yahudi, karena sesungguhnya Allah
SWT juga telah menurunkan larangan pengambilan riba ini kepada nabi-Nya
35 sebelum Rasulullah Muhammad SAW.40 Dalam ayat ini termaktub bahwa kaum
Yahudi tetap mengambil keuntungan dengan riba yang dilarang, mereka
berusaha
merancukannya
dengan
berbagai
cara,
diantaranya
mereka
beranggapan bahwa tidak ada masalah melakukan riba terhadap orang nonYahudi.41 Ayat ini sekaligus merupakan pendahuluan yang amat gamblang
untuk kemudian riba diharamkan terhadap kalangan Muslimin.
3) Ali Imran [3] ayat 130 (legal prohibiton of riba)
(#θà)¨?$#uρ ( Zπxyè≈ŸÒ•Β $Z≈yèôÊr& (##θt/Ìh9$# (#θè=à2ù's? Ÿω (#θãΨtΒ#u™ š⎥⎪Ï%©!$# $y㕃r'¯≈tƒ
∩⊇⊂⊃∪ tβθßsÎ=øè? öΝä3ª=yès9 ©!$#
40
“Jika engkau meminjamkan uang kepada salah seorang dari umat‐Ku, orang yang miskin di antaramu, maka janganlah engkau berlaku sebagai seorang penagih hutang terhadap dia: janganlah kamu bebankan bunga uang kepadanya.” Perjanjian Lama Kitab Exodus [Keluaran] pasal 22 ayat 25; “Janganlah engkau mengambil bunga uang atau riba daripadanya, melainkan engkau harus takut akan Allahmu, supaya saudaramu dapat hidup diantaramu. Janganlah engkau memberi uangmu kepadanya dengan meminta bunga, juga makananmu janganlah kau berikan dengan meminta riba.” Perjanjian Lama Kitab Levicitus [Imamat] pasal 25 ayat 36‐37; “Janganlah engkau membungakan kepada saudaramu, baik uang maupun bahan makanan atau apapun yang dapat dibungakan.” Perjanjian Lama Kitab Deutronomy [Ulangan] pasal 23 ayat 19; “Dan jikalau kamu meminjamkan sesuatu kepada orang, karena kamu berharap akan menerima sesuatu dari padanya, apakah jasamu? Orang‐orang berdosapun meminjamkan kepda orang berdosa, supaya mereka menerima kembali sama banyak. Tetapi kamu, kasihanilah musuhmu dan berbuat baik kepada mereka dan pinjamkan dengan tidak mengharapkan balasan, maka upahmu akan besar dan kamu akan menjadi anak‐anak Tuhan yang Mahatinggi, sebab Ia baik terhadap orang‐
orang yang tidak tahu berterima kasih dan terhadap orang‐orang jahat.” Perjanjian Baru Injil Lukas pasal 6 ayat 34‐35. 41
“Di antara ahli Kitab ada orang yang jika kamu mempercayakan kepadanya harta yang banyak, dikembalikannya kepadamu; dan di antara mereka ada orang yang jika kamu mempercayakan kepadanya satu dinar, tidak dikembalikannya kepadamu kecuali jika kamu selalu menagihnya. Yang demikian itu lantaran mereka mengatakan: ‘Tidak ada dosa bagi kami terhadap orang‐orang ummi’ (yang mereka maksud dengan orang‐orang ummi dalam ayat Ini adalah orang Arab). Mereka berkata dusta terhadap Allah, padahal mereka mengetahui.” (QS Ali Imran [3] ayat 75). 36 “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu memakan riba dengan
berlipat ganda42 dan bertakwalah kamu kepada Allah supaya kamu
mendapat keberuntungan”. (QS Ali Imran [3]: 130)
Praktik riba yang terjadi pada masa pra-Islam merupakan suatu aktifitas
bisnis yang sangat menindas. Dalam setiap perjanjian utang-piutang kala itu
umumnya disertai berbagai persyaratan, salah satunya adalah pelipatgandaan
utang jikalau terjadi wanprestasi. Sebagai contoh jika dia meminjam Rp.
100.000 lantas pada bulan berikutnya dia mampu melunasi, maka dia hanya
membayar pokoknya saja. Dia tidak perlu membayar bunga jika dapat
melunasinya tepat waktu. Namun lain halnya jika dia tidak mampu membayar
serta meminta penundaan untuk bulan berikutnya, maka utangnya akan menjadi
Rp. 200.000. Lantas jika ternyata dia tidak mampu melunasi serta meminta
penundaan kembali, utangnya akan berlipat menjadi Rp. 400.000, dan begitu
seterusnya.43 Al Qur’an melarang bentuk transaksi riba ini, karena transaksi riba
yang berlipat ganda (ad’afan muada’afah) jelas-jelas merupakan sesuatu yang
zhalim.
42
Yang dimaksud riba di sini ialah riba nasi'ah. Menurut sebagian besar ulama bahwa riba nasi'ah itu selamanya haram, walaupun tidak berlipat ganda. Riba itu ada dua macam: nasiah dan fadhl. Riba nasiah ialah pembayaran lebih yang disyaratkan oleh orang yang meminjamkan. Riba fadhl ialah penukaran suatu barang dengan barang yang sejenis, tetapi lebih banyak jumlahnya karena orang yang menukarkan mensyaratkan demikian, seperti penukaran emas dengan emas, padi dengan padi, dan sebagainya. Riba yang dimaksud dalam ayat Ini riba nasiah yang berlipat ganda yang umum terjadi dalam masyarakat Arab zaman Jahiliyah. 43
Lihat Saiful Azhar Rosly. Critical Issues on Islamic Banking and Financial Markets. Islamic Economics, Banking and Finance, Investments, Takaful and Financial Planning, (Indiana: Author House, 2005), h. 33‐35. 37 4) Al Baqarah [2] ayat 275-279 (al Bay as the alternative to riba)
z⎯ÏΒ ß⎯≈sÜø‹¤±9$# çμäܬ6y‚tFtƒ ”Ï%©!$# ãΠθà)tƒ $yϑx. ωÎ) tβθãΒθà)tƒ Ÿω (#4θt/Ìh9$# tβθè=à2ù'tƒ š⎥⎪Ï%©!$#
⎯yϑsù 4 (#4θt/Ìh9$# tΠ§ymuρ yìø‹t7ø9$# ª!$# ¨≅ymr&uρ 3 (#4θt/Ìh9$# ã≅÷WÏΒ ßìø‹t7ø9$# $yϑ¯ΡÎ) (#þθä9$s% öΝßγ¯Ρr'Î/ y7Ï9≡sŒ 4 Äb§yϑø9$#
y7Íׯ≈s9'ρé'sù yŠ$tã ï∅tΒuρ ( «!$# ’n<Î) ÿ…çνãøΒr&uρ y#n=y™ $tΒ …ã&s#sù 4‘yγtFΡ$$sù ⎯ÏμÎn/§‘ ⎯ÏiΒ ×πsàÏãöθtΒ …çνu™!%y`
Ÿω ª!$#uρ 3 ÏM≈s%y‰¢Á9$# ‘Î/öãƒuρ (#4θt/Ìh9$# ª!$# ß,ysôϑtƒ ∩⊄∠∈∪ šχρà$Î#≈yz $pκÏù öΝèδ ( Í‘$¨Ζ9$# Ü=≈ysô¹r&
nο4θn=¢Á9$# (#θãΒ$s%r&uρ ÏM≈ysÎ=≈¢Á9$# (#θè=Ïϑtãuρ (#θãΖtΒ#u™ š⎥⎪Ï%©!$# ¨βÎ) ∩⊄∠∉∪ ?Λ⎧ÏOr& A‘$¤x. ¨≅ä. =Åsãƒ
∩⊄∠∠∪ šχθçΡt“óstƒ öΝèδ Ÿωuρ öΝÎγøŠn=tæ ì∃öθyz Ÿωuρ öΝÎγÎn/u‘ y‰ΖÏã öΝèδãô_r& óΟßγs9 nο4θŸ2¨“9$# (#âθs?#u™uρ
βÎ*sù ∩⊄∠∇∪ t⎦⎫ÏΖÏΒ÷σ•Β ΟçFΖä. βÎ) (##θt/Ìh9$# z⎯ÏΒ u’Å+t/ $tΒ (#ρâ‘sŒuρ ©!$# (#θà)®?$# (#θãΖtΒ#u™ š⎥⎪Ï%©!$# $y㕃r'¯≈tƒ
Ÿω öΝà6Ï9≡uθøΒr& â¨ρâ™â‘ öΝà6n=sù óΟçFö6è? βÎ)uρ ( ⎯Ï&Î!θß™u‘uρ «!$# z⎯ÏiΒ 5>öysÎ/ (#θçΡsŒù'sù (#θè=yèøs? öΝ©9
∩⊄∠®∪ šχθßϑn=ôàè? Ÿωuρ šχθßϑÎ=ôàs?
“Orang-orang yang makan (mengambil) riba tidak dapat berdiri melainkan
seperti berdirinya orang yang kemasukan syaitan lantaran (tekanan)
penyakit gila. Keadaan mereka yang demikian itu, adalah disebabkan
mereka berkata (berpendapat), Sesungguhnya jual beli itu sama dengan
riba, padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba.
Orang-orang yang telah sampai kepadanya larangan dari Tuhannya, lalu
terus berhenti (dari mengambil riba), maka baginya apa yang telah
diambilnya dahulu (sebelum datang larangan); dan urusannya (terserah)
kepada Allah. Orang yang kembali (mengambil riba), maka orang itu
adalah penghuni-penghuni neraka; mereka kekal di dalamnya. Allah
memusnahkan riba dan menyuburkan sedekah. Dan Allah tidak menyukai
setiap orang yang tetap dalam kekafiran, dan selalu berbuat dosa.
Sesungguhnya orang-orang yang beriman, mengerjakan amal saleh,
mendirikan shalat dan menunaikan zakat, mereka mendapat pahala di sisi
Tuhannya. Tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula)
mereka bersedih hati. Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada
Allah dan tinggalkan sisa riba (yang belum dipungut) jika kamu orangorang yang beriman. Maka jika kamu tidak mengerjakan (meninggalkan
sisa riba), maka ketahuilah, bahwa Allah dan rasul-Nya akan
memerangimu. Dan jika kamu bertaubat (dari pengambilan riba), maka
38 bagimu pokok hartamu; kamu tidak menganiaya dan tidak (pula)
dianiaya”. (QS Al Baqarah [2]: 275-279)
Ayat di atas merupakan perintah pamungkas dalam melarang aktifitas
riba. Beberapa poin yang dapat diambil diantaranya, yaitu:
a) Orang yang memakan riba diumpamakan bagai orang gila, karena akibat
yang akan dialami oleh orang-orang yang memakan riba, yaitu jiwa dan hati
mereka tidak tenteram, pikiran mereka tidak menentu. Keadaan mereka
seperti orang yang kemasukan setan atau seperti orang gila. Dari kelanjutan
ayat dapat dipahami, bahwa keadaan pemakan riba itu sedemikian rupa
sehingga mereka tidak dapat lagi membedakan antara yang halal dan yang
haram, antara yang bermanfaat dengan mudarat, antara yang dibolehkan
Allah dan yang dilarang-Nya. Hal ini disebabkan dalam hati mereka hanyalah
cinta terhadap harta, sehingga mereka mengatakan jual beli sama dengan riba.
b) Sesungguhnya Allah membedakan antara jual beli dengan riba.
Sebelumnya orang-orang kafir mengatakan (berpendapat) bahwa jual beli
sama dengan riba. Namun dalam ayat ini ditegaskan bahwa Allah
menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba. Perbedaannya yaitu pada jual
beli ada pertukaran atau iwadh yang seimbang, serta manfaat dan keuntungan
antara kedua belah pihak, sedangkan riba selain tidak ada iwadh yang
seimbang, riba hanyalah merupakan suatu bentuk pemerasan tidak langsung
terhadap orang yang membutuhkan.
39 c) Orang yang tetap mengambil riba adalah penghuni kekal neraka. Ini
merupakan ancaman bagi mereka yang kembali mengambil riba walau telah
mengetahui adanya larangan tersebut.
d) Allah memusnahkan riba dan menyuburkan sedekah. Yang dimaksud
dengan memusnahkan riba ialah memusnahkan harta itu atau meniadakan
berkahnya, sedangkan yang dimaksud dengan menyuburkan sedekah ialah
mengembangkan
harta
yang
telah
dikeluarkan
sedekahnya
atau
melipatgandakan berkahnya.
e) Perintah untuk meninggalkan sisa riba (yang belum dipungut) jika tidak
mereka adalah musuh agama. Ini merupakan ancaman bagi mereka yang
tetap memakan riba yang belum dipungut. Barang siapa memahami larangan
Allah SWT dan melaksanakannya, hendaklah ia menghentikan perbuatan riba
itu dengan segera. Mereka tidak dihukum Allah SWT terhadap perbuatan
yang mereka lakukan sebelum ayat ini diturunkan. Mereka juga dibolehkan
untuk mengambil pokok pinjaman mereka saja, tanpa bunga yang mereka
setujui sebelumnya.
Dalil-dalil yang mengharamkan riba dalam as-Sunnah
a) Diriwayatkan oleh al-Bukhari dari hadis Abu Hurairah bahwa Nabi SAW
bersabda:
ِ ‫ َو َﻣﺎ ﻫ َُّﻦ َاي َر ُﺳ ْﻮ َل‬:‫ ﻗُﻠْﻨَﺎ‬.‫ﺎت‬
ِ ‫ِا ْﺟﺘَ ِﻨ ُﺒﻮا اﻟ َّﺴـ ْﺒ َﻊ اﻟْ ُﻤ ْﻮ ِﺑ َﻘ‬
ُ‫اﻟﴩك‬
ْ ّ ِ :‫ﷲ؟ ﻗَﺎ َل‬
ِ ‫ َو‬، ِ ‫ِاب‬
ُ ْ ‫ َو َٔا‬،‫ﷲ اﻻَّ ِابﻟْ َﺤ ّ ِﻖ‬
،‫ﰻ ّ ِاﻟﺮ َاب‬
ُ ‫ َوﻗَ ْﺘ ُﻞ اﻟﻨَّ ْﻔ ِﺲ اﻟ َّ ِﱵ َﺣ َّﺮ َم‬،‫اﻟﺴ ْﺤ ُﺮ‬
ّ
ِٕ
40 ِ َ‫ َوﻗَ ْﺬ ُف اﻟْ ُﻤ ْﺤ َﺼﻨ‬،‫ َواﻟﺘَّ َﻮ ِ ّﱄ ﻳ َ ْﻮ َم َّاﻟﺰ ْﺣ ِﻒ‬،‫ﰻ َﻣﺎ َل اﻟْ َﻴ ِﺘ ْ ِﲓ‬
ُ ْ ‫َو َٔا‬
‫ﺎت اﻟْﻐَﺎ ِﻓ َﻼ ِت‬
ِ َ‫اﻟْ ُﻤ ْﺆ ِﻣﻨ‬
‫ﺎت‬
“Hindarilah tujuh hal yang membinasakan. “Ada yang bertanya,
Apakah tujuh hal itu wahai Rasulullah?” Beliau menjawab,
‘Menyekutukan Allah, membunuh jiwa yang diharamkan Allah kecuali
dengan alasan yang benar, memakan riba, memakan harta anak yatim,
kabur dari medan perang, menuduh berzina wanita suci yang lengah
dari beriman’.” (HR al-Bukhari dan Muslim)44
b) Diriwayatkan oleh Muslim dari Jabir bin Abdillah bahwa ia menceritakan,
ِ ‫ﻟَ َﻌ َﻦ َر ُﺳ ْﻮ ُل‬
َ ِ ٓ ‫ﷲ ﻋَﻠَ ْﻴ ِﻪ َو َﺳ َّ َﲅ ا‬
،‫ﰻ ّ ِاﻟﺮ َاب َو ُﻣ ْﺆ ِﳇَ ُﻪ َو َﰷ ِﺗ َﺒ ُﻪ َو َﺷﺎ ِﻫﺪَ ﻳْ ِﻪ‬
ُ ‫ﷲ َﺻ َّﲆ‬
‫ ُ ْﱒ َﺳ َﻮا ٌء‬:‫َوﻗَﺎ َل‬
“Rasullullah melaknat pemakan riba, orang yang memberi riba, juru
tulis transaksi riba, dua orang saksinya, dan beliau bersabda, ‘Semua
sama saja’.” (HR Muslim)45
b. Jenis-Jenis Riba
Para fuqaha berbeda pendapat mengenai kategori riba, ada membaginya
menjadi dua, tiga, hingga empat jenis. Namun secara umum yang akan disebutkan di
sini adalah pengkategorian riba oleh mayoritas fuqaha dan ekonom muslim di
Indonesia. Secara garis besar, riba itu terbagi menjadi dua macam, yaitu riba jual beli
(riba al buyu’) dan riba utang-piutang (riba ad-duyun).
1) Riba al Buyu’ (Jual beli)
Yang termasuk dalam kategori riba jual beli ini diantaranya,
44
Diriwayatkan oleh al‐Bukhari, no.2560, dalam Imam Az‐Zabidi, Ringkasan Shahih Al‐
Bukhari, (Bandung: Mizan Media Utama, 2003). 45
Diriwayatkan oleh Muslim no.1567 dalam Terjemah Hadis Shahih Muslim Jilid I‐IV, terj. Ma’mur Daud, (Jakarta: Widjaya, 1986). 41 a) Riba Fadhl
Riba fadhl adalah adanya perbedaan (selisih kadar/timbangan)
pertukaran antar barang sejenis, sedangkan barang yang dipertukarkan
tersebut termasuk dalam jenis barang ribawi. Yang termasuk ke dalam barang
ribawi ini ada 6 jenis, diriwayatkan oleh Muslim dari ‘Ubadah bin Shamit r.a
bahwasanya Rasulullah bersabda,
َّ ‫ا َّذلﻫ َُﺐ ِاب َّذلﻫ َِﺐ َواﻟْ ِﻔﻀَّ ُﺔ ِابﻟْ ِﻔﻀَّ ِﺔ َواﻟْ ُ ُّﱪ ِابﻟْ ُ ِّﱪ َو‬
‫اﻟﺸ ِﻌ ْ ُﲑ ِاب َّﻟﺸ ِﻌ ْ ِﲑ َواﻟﺘَّ ْﻤ ُﺮ ِابﻟﺘَّ ْﻤ ِﺮ‬
‫َواﻟْ ِﻤﻠْ ُﺢ ِابﻟْ ِﻤﻠْ ِﺢ ِﻣﺜْ ًﻼ ِﺑ ِﻤﺜ ٍْﻞ َﺳ َﻮ ًاء ﺑ َِﺴ َﻮا ٍء ﻳَﺪً ا ِﺑ َﻴ ٍﺪ ﻓَﺎ َذا ا ْﺧﺘَﻠَ َﻔ ْﺖ َﻫ ِﺬ ِﻩ ْا َٔﻻ ْﺟﻨَ ُﺎس‬
ِٕ
.‫ﻓَ ِﺒ ْﻴ ُﻌ ْﻮا َﻛ ْﻴ َﻒ ِﺷﺌْ ُ ْﱲ ِا َذا َﰷ َن ﻳَﺪً ا ِﺑ َﻴ ٍﺪ‬
ِٕ
“Emas ditukar dengan emas, perak ditukar dengan perak, jewawut ditukar
dengan jewawut, gandum dengan gandum, kurma dengan kurma, dan garam
dengan garam, harus sama beratnya dan harus diserahterimakan langsung.
Kalau berlainan jenis, silahkan kalian jual sesuka kalian, namun harus secara
tunai juga”. (HR Muslim)46
Jadi, ringkasnya riba fadhl yaitu merupakan riba yang timbul akibat
pertukaran barang sejenis yang tidak memenuhi kriteria sama kualitasnya
(mitslan bi mitslin), sama kuantitasnya (sawȃ-an bi sawȃ-in), dan sama waktu
penyerahannya (yadan bi yadin). Banyak orang yang kurang mengetahui
hikmah dibalik pengharaman riba fadhl ini, karena secara zhahir jual beli ini
tidak mengandung manipulasi. Logikanya adalah bahwa yang bagus tidak
sama dengan yang jelek, yang baik tidak sama dengan yang buruk. Namun
sebagian
berpendapat
bahwa
kemungkinan
penjelasan
atas
hikmah
diharamkannya riba fadhl adalah sebagai upaya menutup jalan menuju
46
Diriwayatkan oleh Muslim, no. 1555 dalam Terjemah Hadis Shahih Muslim Jilid I‐IV (1986). 42 perbuatan haram, karena seringkali riba fadhl ini dapat menggiring kepada
riba nasi’ah. Bahkan dikhawatirkan dapat menimbulkan bibit-bibit berkembangnya budaya riba dalam masyarakat, karena orang yang menjual sesuatu
dengan sesuatu yang sejenis secara langsung dengan kelebihan pada salah satu
yang ditukar, akan mendorong suatu saat untuk menjualnya dengan
pembayaran tertunda dengan bunganya.
b) Riba Nasi’ah (tempo)
Riba Nasi’ah adalah adanya tambahan atas penangguhan penyerahan
jenis barang ribawi. Riba nasi’ah muncul karena adanya perbedaan,
perubahan, atau tambahan antara yang diserahkan saat ini dengan yang
diserahkan kemudian. Bentuk riba ini diharamkan dengan berlandaskan
kepada al-Qur’an, as-Sunnah, dan Ijma’ ulama.
2) Riba ad-Duyun (utang-piutang)
Yang termasuk dalam kategori riba utang-piutang ini yaitu,
a) Riba Qard
Riba qard adalah adanya tambahan suatu manfaat atau kelebihan
tertentu yang disyaratkan terhadap yang berutang di awal akad. Riba jenis ini
yang sering terjadi pada bank-bank konvensional dengan sistem bunga.
b) Riba Jahiliyah
Riba jahiliyah adalah adanya tambahan atas pokok yang dikenakan
setiap kali si peminjam tidak mampu membayar utangnya pada waktu yang
ditetapkan. Riba ini merupakan jenis riba yang dimaksud dalam surat Ali
Imran [3] ayat 130, yaitu riba yang berlipat ganda (ad’afan mudha’afah).
43 c. Riba dan Bunga Bank (Usury and Interest)
Riba pada masa kontemporer seperti sekarang menjelma dalam berbagai
bentuk. Salah satu yang cukup lazim yaitu bunga bank. Walaupun banyak kalangan
sempat berselisih pendapat mengenai apakah bunga bank termasuk riba, namun
mayoritas ulama baik di dalam maupun luar negeri telah berkonsensus dan
menyatakan bahwa bunga bank adalah riba yang diharamkan, entah hanya secuil
ataupun berlipat ganda.
Kalangan cendekiawan muslim yang melarang praktek bunga47, menganggap
bahwa bunga bank memiliki kriteria yang sama dengan riba yaitu merupakan
tambahan yang berikan atas pokok pinjaman. Seseorang yang meminjam uang di
bank telah terhukum usahanya nanti harus untung, serta diwajibkan mengembalikan
47
Bagi kalangan yang melegalkan sistem bunga, setidaknya mereka mengemukakan sembilan pendapat. Namun kesemua alasan tersebut kurang tepat dan dapat disanggah, diantaranya yaitu pertama, boleh mengambil bunga karena darurat. Namun kondisi darurat tidak terpenuhi karena menyimpan uang tidak harus di bank. Selain itu, sekarang lembaga keuangan syariah telah tersebar hampir di seluruh pelosok bumi. Ditambah, sesuatu yang bersifat darurat seharusnya memiliki batasan waktu sampai kapan keadaan darurat tersebut berlangsung. Kedua, pada tingkat wajar tidak mengapa bunga dibebankan. Namun, tingkat bunga yang wajar sangat tergantung waktu, tempat, jangaka waktu, serta jenis dan skala usaha. Ketiga, opportunity lost yang ditanggung pemilik dana disebabkan penggunaan uang oleh pihak lain. Namun di dunia ini tidak ada yang bisa memastikan bahwa seseorang akan berhasil atau tidak. Keempat, bunga untuk konsumtif dilarang, tetapi bunga untuk produktif dibolehkan. Namun produksi pada dasarnya adalah konsumsi barang‐barang modal dan konsumsi itu sebenarnya memproduksi zat lain, seperti energi dan kerja. Kelima, uang sebagai komoditi, karena itu ada harganya, dan harga uang itu adalah bunga (Boehm‐Bawerk). Namun uang tidak dapat disamakan dengan komoditi karena tidak memenuhi sifat barang dan jasa, sehingga tidak dapat dijual atau disewakan. Uang hanya merupakan alat tukar. Keenam, bunga sebagai penyeimbang laju inflasi. Namun tingkat inflasi dapat mencapai nol ataupun negatif (deflasi) sehingga alasan ini tidak relevan. Ketujuh, bunga sebagai upah menunggu (abstinence concept, Senior, Irving Fisher). Namun motif menitipkan uang selain karena keuntungan juga karena keamanan. Kedelapan, nilai uang sekarang lebih besar daripada nilai uang di masa depan (Time Value of Money). Namun nilai uang dapat turun, tetap, atau naik. Kesembilan, di zaman Nabi tidak ada bank, dan bank bukan Syakhsiyyah Mukallafah (yang terkena kewajiban menjalankan hukum syariah). Namun hukum syariah meliputi semua sendi kehidupan manusia. (Ascarya, Akad dan Produk Bank Syariah, (Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2007), h. 16‐17). 44 utang plus beban bunganya. Bunga bank tersebut mengharuskan kepastian
pengembalian (pre-determined revenue) sejak awal transaksi, padahal untung-rugi
suatu usaha merupakan ketidakpastian. Lantas, jika ia tidak mampu membayar tepat
waktu maka bunga itu akan terus berbunga, sesuai prinsipnya yaitu double countable.
Islam secara tegas melarang mengambil harta saudaranya secara bathil (QS an-Nisa
[4]: 29). Jadi, baik bunga pinjaman maupun bunga simpanan, bunga rendah maupun
yang berlipat ganda, kesemuanya tetap haram. Ini diperkuat dengan hadis Nabi
tentang laknat bagi orang yang memakan riba, pemberi riba, juru tulis dan saksisaksinya.48
Di Indonesia, pengharaman riba secara resmi baru diputuskan sekitar 6 tahun
lalu dengan dikeluarkannya Fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI) Nomor 1
tahun 2004 tentang Bunga (Interest/Fa’idah). Hal ini cukup jauh tertinggal jika
dibandingkan dengan negara tetangga yaitu Malaysia, negeri yang juga memiliki
penduduk mayoritas Muslim tersebut telah lama menggunakan sistem finansial nonribawi. Meskipun otoritas perbankan Malaysia baru menerapkan sistem finansial
Islami ini di tahun 1983 ditandai dengan berdirinya Bank Islam Malaysia Berhad
(BIMB), sejatinya pemberlakuan sistem non-ribawi telah diperkenalkan Malaysia
sejak tahun 1969 melalui Lembaga Tabung Haji.
48
Lihat kembali hadis yang diriwayatkan oleh Muslim dari Jabir bin Abdillah pada bagian sebelumnya. 45 d. Dampak Negatif Bunga
Dalam bukunya, Muhammad Syafi’i Antonio49 menjelaskan bahwa salah satu
yang merupakan dampak ekonomi dari riba adalah efek inflatoir yang disebabkan
adanya bunga sebagai biaya uang. Tingkat suku bunga tersebut menjadi elemen
penentuan harga. Semakin tinggi suku bunga, semakin tinggi juga harga yang akan
ditetapkan pada suatu barang. Para ekonom banyak yang mengatakan bahwa sistem
bunga merupakan salah satu jeratan lingkaran setan, karena utang yang menggunakan
sistem bunga akan menjadikan peminjam tidak pernah keluar dari ketergantungan
utang. Hal ini disebabkan oleh biaya bunga yang tinggi, serta rendahnya tingkat
pendapatan peminjam, terlebih lagi bila bunga atas utang tersebut dibungakan (double
countable). Contoh paling nyata adalah utang negara-negara berkembang kepada
negara-negara maju. Meskipun disebut pinjaman lunak, artinya dengan suku bunga
rendah dan tempo yang panjang, pada akhirnya negara-negara pengutang harus
berutang lagi untuk membayar bunga dan pokoknya. Sehingga, terjadilah utang yang
terus-menerus. Negara maju menjadi korban debt addicted, sementara negara-negara
miskin dan berkembang tidak pernah bisa terbebas dari jeratan utang yang terus
menerus menggelembung. Ini yang menjelaskan proses terjadinya kemiskinan
struktural yang menimpa lebih dari separuh masyarakat dunia.
Dalam aspek sosial, riba merupakan pendapatan yang diperoleh secara tidak
adil. Para pemungut riba menggunakan uangnya untuk memerintahkan (memaksa)
49
Muhammad Syafi‘i Antonio, Bank Syariah dari Teori ke Praktek, (Jakarta: Gema Insani Press – Tazkia Cendekia), 2001. 46 orang lain agar berusaha dan mengembalikan. Misalnya, utang dengan bunga sebesar
15% lebih tinggi dari pokok yang dipinjamnya. Persoalannya, tidak ada siapapun
yang menjamin bahwa keuntungan usahanya nanti akan lebih dari 15%. Apalagi bagi
mereka yang tingkat keuntungan usahanya dibawah 15%, maka ia harus berpikir
kembali untuk mengambil pinjaman tersebut. Ini artinya bahwa riba juga menutup
akses seseorang terhadap faktor ekonomi, yang secara tidak langsung akan
menghambat perputaran dan pertumbuhan ekonomi yang lebih optimal. Semua orang
apalagi yang beragama, tahu bahwa siapapun tidak bisa memastikan apa yang terjadi
besok atau lusa (QS Lukman [31] ayat 34). Dan siapa pun tahu bahwa berusaha
memiliki dua kemungkinan, berhasil atau gagal. Dengan menetapkan riba, berarti
orang sudah memastikan bahwa usaha yang dikelola pasti untung.
3. Terhindar dari Unsur Gharar (Uncertain to both parties)
Definisi gharar secara bahasa yaitu suatu hal yang tidak diketahui, dapat juga
diartikan sebagai resiko, kerugian, ataupun kecelakaan. Sedangkan taghrir adalah
melibatkan diri dalam sesuatu yang gharar. Menurut Afzalur Rahman, seperti yang
dikutip oleh Adiwarman Karim, taghrir berarti melakukan sesuatu secara membabi
buta tanpa pengetahuan yang mencukupi; atau mengambil resiko sendiri dari suatu
perbuatan yang mengandung resiko tanpa mengetahui dengan persis apa akibatnya,
atau memasuki kancah resiko tanpa memikirkan konsekuensinya.50 Gharar dan tadlis
terjadi karena adanya incomplete information. Jika pada tadlis, incomplete
50
Afzalur Rahman, Doktrin Ekonomi Islam, dalam Adiwarman A Karim, Ekonomi Mikro Islami, (Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2007), h. 199. 47 information ini hanya dialami oleh satu pihak saja (unknown to one party, misal
penjual saja, atau pembeli saja). Maka pada gharar, incomplete information dialami
oleh kedua belah pihak (baik penjual maupun pembeli / uncertain to both parties).
Jual beli gharar berarti jual beli yang mengandung unsur ketidakpastian atau
ketidakjelasan (jahalah) antara dua pihak yang bertransaksi, atau jual beli sesuatu
yang objek akad diyakini tidak dapat diserahkan.
a. Macam-Macam Gharar
Ditinjau dari kadar ketidakjelasannya, gharar dibagi menjadi tiga, yaitu:
1) Gharar fahish (ketidakjelasan yang berat), bila ketidakjelasan kuantitasnya
banyak, maka hukumnya dilarang berdasarkan ijma’. Seperti menjual burung
di udara, menjual unta atau kuda yang kabur, menjual mobil yang hilang
dicuri, menjual buah yang masih dalam bentuk bunga, dsb.
2) Gharar yasir (ketidakjelasan yang ringan), bila ketidakjelasan kuantitasnya
sedikit dan dapat dimaklumkan, maka hukumnya boleh berdasarkan ijma’
ulama. Seperti menjual rumah dengan pondasinya dimana jenis dan bahannya
tidak diketahui secara pasti. Hal ini dibolehkan karena kebutuhan dan
merupakan satu kesatuan yang dapat dimaklumkan. Ataupun menjual buah
yang telah nampak ukuran kematangannya.
3) Gharar mutawasith (ketidakjelasan yang sedang), bila ketidakjelasan
kuantitasnya sedang, hukumnya masih diperdebatkan. Namun parameter
untuk mengetahui banyak sedikitnya kuantitas, dikembalikan pada adat
kebiasaan sekitar.
48 b. Bentuk-Bentuk Jual Beli Gharar / Taghrir
1) Gharar dalam Kuantitas
Yang termasuk dalam contoh jual beli ini yaitu jual buah-buahan dalam
perjanjian selama sekian tahun, ataupun jual beli dengan sistem ijon, yaitu menjual
buah masih dalam bentuk bunga sebelum layak konsumsi dan sebelum dapat
dipastikan kematangannya. Letak unsur gharar dalam jual beli seperti ini adalah
karena buah-buahan tersebut masih dikhawatirkan terkena hama atau kerusakan
lainnya sehingga gagal panen. Hikmah dilarangnya jual beli dengan sistem ijon yaitu
untuk mencegah terjadinya resiko moral (moral hazard) dari kedua belah pihak,
sebab jika ternyata hasil panen buah melimpah dan tidak sebanding dengan harga
yang dibayar maka pihak penjual merasa sangat dirugikan, ataupun sebaliknya pihak
penjual bisa saja dengan sengaja melalaikan kewajiban untuk mengoptimalkan hasil
panennya lantas mengkambing-hitamkan kondisi alam sebagai penyebabnya.
Diriwayatkan oleh al-Bukhari dari Zaid bin Tsabit bercerita bahwa,
ِ ‫َﰷ َن اﻟﻨَّ ُﺎس ِﰱ َﻋﻬْ ِﺪ َر ُﺳ ْﻮ ِل‬
،‫ﷲ ﻋَﻠَ ْﻴـ ِﻪ َو َﺳ َّ َـﲅ ﻳَﺘ َ َﺒـﺎﻳ َ ُﻌ ْﻮ َن اﻟ ِﺜ ّ َﻤ َـﺎر‬
ُ ‫ﷲ َﺻ َّﲆ‬
،‫ﺎب اﻟﺜ َّ َﻤ َﺮ ادلُّ َﻣ ُﺎن‬
َ ‫ اﻧ َّ ُﻪ َٔا َﺻ‬:‫ ﻗَﺎ َل اﳌ ُ ْﺒ َﺘﺎ ُع‬،‫ﴬ ﺗَ َﻘ ِﺎﺿ ْ ِﳱ ْﻢ‬
َ َ ‫ﻓَﺎ َذا َﺟ َّﺬ اﻟﻨَّ ُﺎس َو َﺣ‬
ِ ‫ ﻓَ َﻘـﺎ َل َر ُﺳ ْـﻮ ُل‬،‫َـﺎت َ ْﳛ َﺘ ُّﺠ ْـﻮ َن ِٕﲠِ َـﺎ‬
ُ ‫ َٔا َﺻﺎﺑ َ ُﻪ ﻗُﺸَ ـﺎ ٌم؛ ﻋَﺎﻫ‬،‫َٔا ِٕ َﺻﺎﺑ َ ُﻪ ُﻣ َﺮ ٌاض‬
‫ﷲ‬
‫ ﻓَﺎ َّﻣـﺎ َﻻ؛ ﻓَـ َﻼ‬:‫ﷲ ﻋَﻠَ ْﻴ ِﻪ َو َﺳ َّ َﲅ ﻟَ َّﻤﺎ َﻛ ُ َﱶ ْت ِﻋ ْﻨـﺪَ ُﻩ اﻟْﺨ ُُﺼ ْـﻮ َﻣ ُﺔ ِﰱ َذ ِ َكل‬
ُ ‫َﺻ َّﲆ‬
ِٕ
.‫ﺗَﺘ َ َﺒﺎﻳ َ ُﻌ ْﻮا َﺣ َّﱴ ﻳ َ ْﺒﺪُ َو َﺻ َﻼ ُح اﻟﺜ َّ َﻤ َﺮ‬
“Masyarakat di zaman Rasulullah SAW biasa melakukan jual beli buahbuahan. Kalau datang masa panen dan datang para pembeli yang telah
membayar buah-buahan itu, para petani berkata, ‘Tanaman kami terkena
diman (busuk pada tunas), terkena penyakit, terkena qusyam, dan
berbagai hama lain.’ Maka ketika mendengar berbagai polemik yang
49 terjadi dalam hal itu.Rasulullah SAW bersabda, ‘Bila tidak, jangan kalian
menjualnya sebelum buah-buahan itu layak dikonsumsi’.” (HR alBukhari)51
2) Gharar dalam Kualitas
Contoh taghrir dalam kualitas yaitu menjual anak sapi yang masih dalam
kandungan, jual beli ini pada masa jahiliyah populer dengan sebutan jual beli Habalul
Habalah. Mereka terbiasa menjual anak yang masih dalam kandungan binatang
bunting, dan menyerahkannya secara tertunda. Islam melarang jual beli semacam
ini,52 karena letak unsur gharar dalam jual beli ini amat jelas sekali. Dalam hal ini si
penjual dan pembeli tidak dapat memastikan kondisi fisik anak sapi tersebut hingga
janinnya lahir. Apakah akan lahir normal, atau cacat, kembar ataupun lahir dalam
keadaan mati. Si pembeli dalam posisi yang mengkhawatirkan karena ia bisa
memperoleh apa yang dia beli dan bisa juga tidak. Dengan demikian terjadi
ketidakpastian dalam hal kualitas objek yang ditransaksikan.
3) Gharar dalam Harga
Contoh gharar dalam harga umumnya terjadi karena salah satu pihak tidak
memastikan secara jelas harga yang akan dia bayarkan. Misalkan, si penjual berkata,
‘Saya jual tunai barang ini dengan harga Rp. 100.000, namun jika anda membelinya
dengan tempo maka harganya Rp. 120.000’. Kemudian si pembeli berkata, ‘Baik,
saya terima’. Ketidakjelasan terjadi karena si pembeli tidak memastikan harga mana
51
Diriwayatkan oleh al‐Bukhari no. 1036, dalam Imam Az‐Zabidi, Ringkasan Shahih Al‐
Bukhari, (Bandung: Mizan Media Utama, 2003). 52
ِ َ ‫اﻟْ َﺤ َﺒ‬
“‫ةل‬
ِ ‫” َٔا َّن َر ُﺳ ْﻮ ُل‬,
ِ‫ﷲ ﳖَ َـﻰ َﻋ ْﻦ ﺑ َ ْﻴﻊ ِ َﺣ َﺒﻞ‬
dari Abdullah ra bahwasanya Rasulullah SAW melarang jual beli Habalul Habalah (HR Muslim no. 1457). 50 yang akan dia ambil. Dalam perdagangan di bursa, gharar dalam harga salah satunya
terjadi pada kontrak futures. Para pihak yang terlibat bersepakat untuk melakukan
jual beli suatu efek dengan menggunakan harga efek tersebut di masa yang akan
datang. Jadi, dalam jual beli ini objek transaksi telah ditetapkan dengan jenis dan
kuantitas sekian, namun harganya tidak dapat dipastikan (karena sifatnya yang
fluktuatif), apakah dia akan lebih tinggi atau lebih rendah dari harga saat ini.
4) Gharar dalam Waktu Penyerahan
Contoh jual beli gharar dalam waktu penyerahan kembali ke macam jual beli
habalul habalah tadi. Dalam jual beli habalul habalah, selain terdapat gharar dalam
kualitas, juga terdapat gharar dalam waktu penyerahan. Si penjual ataupun pembeli
tidak mengetahui pasti kapan janin tersebut akan lahir, apakah besok, lusa, pekan
depan, ataupun tidak jadi diserahterimakan jika saja janin tersebut mati.
4. Terhindar dari Unsur Maisir
Kata maisir secara harfiah dalam bahasa Arab berarti mudah atau mendapat
keuntungan tanpa bekerja keras. Dalam bahasa Arab, maisir sering juga disebut
qimar. Maisir dan qimar memiliki pengertian yang sama. Qimar meliputi setiap
bentuk keuntungan atau uang yang perolehannya bergantung sepenuhnya pada
keberuntungan dan peluang. Sedangkan maisir berarti mendapatkan sesuatu dengan
terlalu mudah atau mendapatkan keuntungan tanpa harus bekerja sama sekali.53
53
Muhammad Ayub, Understanding Islamic Finance A‐Z Keuangan Syariah, (terj.) Aditya Wisnu Pribadi, (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2009), h. 174. 51 Maisir dalam kamus bahasa Indonesia diartikan sebagai judi, sedangkan
menurut istilah diartikan sebagai akad (perjanjian) yang di dalamnya salah satu pihak
dari dua pihak yang berjudi atau bertaruh berjanji akan membayar uang atau
pengganti lain yang bernilai uang yang telah disepakati kepada pihak lain jika terjadi
suatu peristiwa.54 Peristiwa yang dimaksud dalam pengertian tersebut adalah judi.
Menurut Rafiq al-Mishri, seperti yang dikutip oleh Syakir Sula, judi dalam
terminologi agama diartikan sebagai “suatu transaksi yang dilakukan oleh dua pihak
untuk kepemilikan suatu benda atau jasa yang mengguntungkan satu pihak dan
merugikan pihak lain dengan cara mengaitkan transaksi tersebut dengan suatu
tindakan atau kejadian tertentu”.55
Dari kesemua definisi diatas dapat ditarik kesimpulan yang saling melengkapi,
bahwa pada intinya judi merupakan segala permainan yang mengandung unsur
taruhan (materi / harta) dimana pihak yang menang mengambil materi/harta dari
pihak yang kalah. Akan tetapi, pada dasarnya tidak semua praktek muamalat itu
haram atau mengandung unsur judi, karena ada beberapa bentuk muamalat yang
mengandung sedikit unsur untung-untungan namun diperbolehkan dan tidak termasuk
kedalam bentuk maisir (judi), seperti sewa-menyewa, jual beli, serta kegiatan bisnis
lainnya. Sesuatu yang dikategorikan sebagai bentuk maisir atau judi setidaknya harus
memiliki tiga unsur yaitu;
54
Nasroen Haroen, Fiqih Muamalah, (Jakarta: Gaya Media Pratama, 2000) Cet. Ke‐1, h. 101. Rafiq al‐Mishri, Al‐Maisir Wal Qimar, dalam Syakir Sula, “Maisir (Judi / Untung‐untungan)”, artikel diakses tanggal 7 April 2010 dari http://www.syakirsula.com/index.php?option=com_content&view=article&id=77:maisir‐judiuntung‐
untungan&catid=21:asuransi‐syariah&Itemid=52. 55
52 1) adanya taruhan harta/materi yang berasal dari kedua pihak yang berjudi,
2) adanya suatu permainan yang digunakan untuk menentukan pemenang dan yang
kalah, dan
3) pihak yang menang mengambil harta (sebagian/seluruhnya) yang menjadi
taruhan, sedangkan pihak yang kalah kehilangan hartanya.
Landasan Hukum Pelarangan Maisir
Ó§ô_Í‘ ãΝ≈s9ø—F{$#uρ Ü>$|ÁΡF{$#uρ çÅ£øŠyϑø9$#uρ ãôϑsƒø:$# $yϑ¯ΡÎ) (#þθãΨtΒ#u™ t⎦⎪Ï%©!$# $pκš‰r'¯≈tƒ
∩®⊃∪ tβθßsÎ=øè? öΝä3ª=yès9 çνθç7Ï⊥tGô_$$sù Ç⎯≈sÜø‹¤±9$# È≅yϑtã ô⎯ÏiΒ
“Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya (meminum) khamar,
berjudi (maisir), (berkorban untuk) berhala, mengundi nasib dengan
panah, adalah termasuk perbuatan syaitan. Maka jauhilah perbuatanperbuatan itu agar kamu mendapat keberuntungan”. (QS al-Maidah
[5]: 90)
Ayat tersebut menjelaskan bahwa Allah SWT melarang praktek maisir (judi),
bahkan di dalam al-Qur’an maisir disebut berdampingan dengan perbuatan meminum
khamar56, yang kesemuanya dikategorikan sebagai perbuatan syaitan. Hal ini
didasarkan pada praktek judi yang di dalamnya terdapat sifat ketergantungan yang
menyebabkan seseorang enggan untuk berusaha. Padahal keharusan manusia untuk
berusaha merupakan perintah Allah untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, dan Allah
telah menciptakan segala yang ada di bumi untuk keperluan manusia agar dapat
memenuhi kebutuhan hidup mereka. Hanya saja manusia seringkali tamak dan ingin
mendapat untung tanpa mau bersusah payah. Alasan utama mengapa maisir dilarang
dalam Islam adalah bahwa uang seharusnya dihasilkan dengan cara berusaha dan
56
Lihat QS al‐Maidah [5] ayat 90‐91; al‐Baqarah [2] ayat 219. 53 bekerja, yaitu dengan pengetahuan dan bukan dengan untung-untungan. Pengetahuan
dan usaha harus diupayakan dalam memenuhi kehidupan, agar tercipta kehidupan
yang sehat dan bermoral.
Semua orang mengetahui bahwa khamar dan maisir juga membawa manfaat,
seperti khamar dapat menghangatkan tubuh, meningkatkan peredaran darah, dsb,
maupun maisir/judi dapat menjadikan seseorang kaya tanpa perlu bersusah payah.
Kita tidak bisa menafikan bahwa khamar dan judi tidak membawa manfaat, hanya
saja manfaatnya itu lebih sedikit daripada mudharatnya,57 khamar dapat membuat
orang yang paling terhormat menjadi tidak bermartabat. Dampak negatif dari judi
lainnya yaitu dapat menimbulkan permusuhan dan saling benci antar sesama manusia,
bahkan bisa membuat lupa diri, tidak mengingat Tuhan.58 Ditambah judi merupakan
salah satu contoh mengambil harta dengan cara bathil yang dilarang Islam.
5. Terhindar dari Unsur Tadlis (penipuan / unknown to one party)
Tadlis adalah transaksi yang mengandung suatu hal yang tidak diketahui oleh
salah satu pihak (unknown to one party). Dalam kegiatan muamalat sehari-hari tadlis
lebih diartikan sebagai bentuk penipuan. Tadlis dapat terjadi dari empat hal yaitu,
kuantitas, kualitas, harga, dan waktu penyerahan.59
57
“Mereka bertanya kepadamu tentang khamar dan judi. Katakanlah: "Pada keduanya terdapat dosa yang besar dan beberapa manfaat bagi manusia, tetapi dosa keduanya lebih besar dari manfaatnya.” (QS al‐Baqarah [2]: 219). 58
“Sesungguhnya syaitan itu bermaksud hendak menimbulkan permusuhan dan kebencian di antara kamu lantaran khamar dan berjudi itu, dan menghalangi kamu dari mengingat Allah dan sembahyang; Maka berhentilah kamu (dari mengerjakan pekerjaan itu)”. (QS al‐Maidah [5]: 91). 59
Kuantitas, contohnya dengan mengurangi timbangan, ukuran, ataupun jumlah barang. Kualitas, contohnya dengan menyembunyikan cacat barang yang ditawarkan, mengubah bahan yang 54 Islam melarang segala bentuk penipuan, manipulasi, maupun usaha menutupnutupi cacat pada barang dagangan ataupun menampilkan tidak sebagaimana yang
sesungguhnya, yang kesemuannya ditujukan untuk memperdaya pembeli dan bahkan
dapat mengaburkan berbagai hal yang sudah jelas keharamannya menurut syariat.
Para ulama Salaf (ulama masa sahabat, tabi’in, dan tabiut tabi’in) berpandangan
bahwa memperlihatkan cacat barang itu termasuk nasihat yang merupakan intisari
agama60, dimana Rasulullah juga menganjurkan para sahabat untuk melakukan
kebajikan itu, seperti yang diriwayatkan oleh Muslim dari Abu Hurairah dalam hadis
dibawah ini.
ِ ‫َا َّن َر ُﺳ ْﻮ َل‬
‫ﷲ ﻋَﻠَ ْﻴ ِﻪ َو َﺳ َّ َﲅ َﻣ َّﺮ ﻋَ َﲆ ُﺻ ْ َﱪ ِة َﻃ َﻌﺎ ٍم ﻓَ َﺎ ْد َﺧ َﻞ ﻳَﺪَ ُﻩ ِﻓ ْﳱَﺎ ﻓَﻨَﺎﻟَ ْﺖ‬
ُ ‫ﷲ َﺻ َّﲆ‬
َّ ‫ ﻓَ َﻘﺎ َل َﻣﺎﻫ ََﺬا َاي َﺻﺎ ِﺣ َﺐ‬،‫َا َﺻﺎ ِﺑ ُﻌ ُﻪ ﺑَﻠَ ًﻼ‬
‫اﻟﺴ َﻤﺎ ُء َاي َر ُﺳ ْﻮ َل‬
َّ ‫اﻟﻄ َﻌﺎ ِم؟ ﻗَﺎ َل َا َﺻﺎﺑ َ ْﺘ ُﻪ‬
ِ
َّ ‫ ﻗَﺎ َل َاﻓَ َﻼ َﺧ َﻌﻠْ َﺘ ُﻪ ﻓَ ْﻮ َق‬،‫ﷲ‬
.‫اﻟﻄ َﻌﺎ ِم َ ْﰽ ﻳَ َﺮا ُﻩ اﻟﻨَّ ُﺎس؟! َﻣ ْﻦ ﻏَ َّﺶ ﻓَﻠَﻴْ َﺲ ِﻣ ِ ّﲎ‬
“Bahwa Rasulullah SAW pernah melewati sebuah tumpukan makanan.
Beliau memasukkan tangannya ke dalam tumpukan makanan itu dan
mendapatkan bagian yang basah. Beliau bertanya, ‘Wahai pemilik
makanan, apa maksudnya ini?’ Orang itu menjawab, ’Itu bagian yang kena
ditawarkan dengan yang diberikan kepada pembeli. Harga, contohnya dengan menaikkan harga barang diatas harga pasar karena ketidaktahuan pembeli akan harga pasar. Waktu penyerahan, contohnya dengan berjanji akan mengirimkan barang dalam beberapa hari padahal dia tahu bahwa hal tersebut tidak mungkin dapat dipenuhinya. 60
Dari Uqbah bin Umar, bahwa Raslullah saw bersabda, “Orang Muslim itu bersaudara dengan sesama Muslim. Tidak halal bagi seorang Muslim menjual sesuatu yang ada cacatnya kepada saudaranya tanpa menjelaskan cacat barang tersebut”. Diriwayatkan oleh Ibnu Majah dalam A Qadir Hassan, dkk, Terjemah Nailul Authar Himpunan Hadits‐Hadits Hukum. Jilid 4. no. 2937, (Jakarta: PT Bina Ilmu, 2001) h.1755). Dalam hadis lainnya Rasulullah bersabda, “Dua orang yang melakukan akad jual beli boleh saling menyatakan pilihan, sebelum mereka berpisah –atau beliau bersabda: sampai mereka berpisah‐ (dari lokasi penjualan). Kalau keduanya jujur dan berterus‐terang, maka jual beli mereka diberkahi. Kalau mereka berdusta dan saling menyembunyikan (aib barang) pasti dihapus keberkahan jual beli tersebut.” Diriwayatkan oleh al‐Bukhari no. 996 dalam Imam az‐Zabidi, Ringkasan Shahih Al‐
Bukhari; dan dalam Muslim no. 1479 dalam Terjemah Hadis Shahih Muslim Jilid I‐IV. 55 siraman hujan wahai Rasulullah.’ Beliau bersabda dengan nada tanya,
‘Kenapa engkau tidak meletakkannya saja di bagian atas sehingga bisa
dilihat orang? Barangsiapa yang menipu, maka ia bukan termasuk
golongan kami’.” (HR Jama’ah kecuali al-Bukhari dan Nasa’i)61
6. Diharamkan Melakukan Talaqqi al-Rukban
Transaksi yang dilarang lainnya adalah menyembunyikan dan memanipulasi
harga yang sedang beredar pada waktu perjanjian. Nabi SAW melarang membeli
barang dagangan yang sedang dibawa kafilah menuju pasar dan orang kota
menjualkan barang milik orang desa. Cara ini umumnnya dilakukan dengan
mendatangi (mencegat) kafilah dan membeli barang jualan mereka serta
menyembunyikan harga yang sedang berlaku di kota tujuan kafilah. Dalam fiqih
praktik ini disebut Talaqi al-Rukban. Transaksi ini dilarang karena mengandung dua
hal; yang pertama, rekayasa penawaran yaitu mencegah masuknya barang ke pasar
(entry-barrier) sehingga memungkinkan dirinya dapat melakukan monopoli dan
mengatur harga semaunya, dan yang kedua, mencegah penjual dari luar kota untuk
mengetahui harga pasar yang berlaku.
Diriwayatkan dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah bersabda,
‫اﻟﺴ َﻮق ﻓَﻬ َُﻮ‬
ُّ ‫َﻻﺗَﻠَﻘَّ ُﻮا اﻟْ َﺠﻠَ َﺐ ﻓَ َﻤ ْﻦ ﺗَﻠَﻘَّﺎ ُﻩ ﻓَ ْﺎﺷ َ َﱰى ِﻣﻨْ ُﻪ َﺷﻴْﺌًﺎ ﻓَ ِٕﺎ َذا َٔا َﰏ َﺳـ ّﻴِﺪُ ُﻩ‬
.‫ِابﻟْ ِﺨ َﻴ ِﺎر‬
“Janganlah kalian mencegat kafilah dagang. Barangsiapa mencegat dan
membeli barang dagangan darinya (sebelum tahu harga pasaran), maka
kalau nantinya pemilik barang itu sampai di pasar, ia berhak menentukan
pilihan (melangsungkan atau membatalkan jual belinya dengan orang
yang mencegatnya tadi)”. (HR Muslim)62
61
62
A Qadir Hassan. Terjemah Nailul Authar. (2001) no. 2937, h.1755. Diriwayatkan oleh Muslim no. 1465 dalam Terjemah Hadis Shahih Muslim Jilid I‐IV, (1986). 56 Menurut Adiwarman Karim inti dari pelarangan ini adalah tidak adilnya
tindakan yang dilakukan oleh pedagang kota yang tidak menginformasikan harga
yang sesungguhnnya terjadi di pasar. Mencari harga barang yang lebih murah
tidaklah dilarang, namun apabila transaksi jual beli antara dua pihak dimana yang
satu memiliki informasi lengkap dan yang satu tidak tahu berapa harga di pasar
sesungguhnya dan kondisi demikian dimanfaatkan untuk mencari keuntungan lebih,
maka tejadilah penzaliman yang dilarang dalam Islam. 63
7. Diharamkan Melakukan Bai’ an-Najsy (gangguan pada permintaan) dan
ihtikar (gangguan pada penawaran)
Beberapa bentuk manipulasi lainnya yaitu jual beli najsy (bai an-najsy / false
demand) atau permintaan palsu. Yang dimaksud dengan najsy adalah meninggikan
harga barang yang dilakukan orang yang tidak mau membelinya dengan maksud
menipu pembeli lain. Bai an-najsy dilakukan dengan menciptakan pemintaan palsu
seolah-olah ada banyak permintaan terhadap suatu produk sehingga harga jual
produknya naik. Larangan melakukan bai an-najsy dapat diketahui dari hadis
Rasulullah yang dirwayatkan oleh al-Bukhari dan Muslim, “Bahwa Rasulullah
melarang jual beli najsy.”64
Hadis lainnya yaitu diriwayatkan oleh Abu Hurairah bahwa ia menceritakan,
Rasulullah SAW pernah bersabda,
63
64
Adiwarman A Karim, Ekonomi Mikro Islami, h. 187. Diriwayatkan oleh al‐Bukhari dalam Imam az‐Zabidi, Ringkasan Shahih Al‐Bukhari, no. 2142; dan Muslim no. 1462 dalam Terjemah Hadis Shahih Muslim Jilid I‐IV, terj. Ma’mur Daud, (Jakarta: Widjaya, 1986). 57 ‫َﻻ ﻳُ َﺘﻠَﻘَّﻰ ُّاﻟﺮ ْﻛ َﺒ ُﺎن ِﻟ َﺒ ْﻴﻊ ٍ َو َﻻ ﻳ َ ِﺒ ْﻊ ﺑ َ ْﻌﻀُ ُ ْﲂ ﻋَ َﲆ ﺑ َ ْﻴﻊ ِ ﺑ َ ْﻌ ٍﺾ َو َﻻ ﺗَﻨَﺎ َﺟ ُﺸ ْﻮا َو َﻻ ﻳ َ ِﺒ ْﻊ‬
.‫ﺎﴐ ِﻟ َﺒﺎ ٍد‬
ٌ ِ ‫َﺣ‬
“Janganlah seseorang diantara kalian mencegat pedagang (untuk
memborong barangnya sebelum sampai pasar), janganlah kalian membeli
sesuatu yang masih dalam penawaran orang lain, janganlah kalian
melakukan jual beli najsy, dan janganlah orang kota menjualkan barang
milik orang desa (dengan maksud monopoli dan menaikkan harga)”. (HR
Muttafaq ‘alaih)65
Sedangkan tindakan yang dilarang lainnya adalah menimbun barang dagangan.
Penimbunan dalam bahasa Arab disebut ihtikar, yaitu tindakan menimbun komoditi
barang dagangan sehingga mengakibatkan terjadinya distorsi pasar. Harus dibedakan
antara menimbun untuk berjaga-jaga, dengan menimbun yang bertujuan mendapatkan
abnormal
return.66
Jika
menimbun
barang
dilakukan
semata-mata
untuk
mengacaukan harga pasar dan memperbesar laba disaat pasar panik, maka ini
merupakan suatu kezaliman dan jelas-jelas dilarang dalam syariat. Diriwayatkan oleh
Muslim dari Ma’mar ra bahwa Nabi bersabda,
.‫َﻣ ِﻦ ْاﺣﺘَ َﻜ َﺮ ﻓَﻬ َُﻮ ﺧَﺎ ِﻃ ُﺊ‬
“Barangsiapa yang menimbun barang (dengan tujuan menaikkan harga),
maka dia salah (berdosa)”. (HR. Muslim)67
65
HR Muttafaq ‘Alaih: diriwayatkan oleh al‐Bukhari no. 2160 dalam Imam az‐Zabidi, Ringkasan Shahih Al‐Bukhari; dan lafazh ini adalah lafazh beliau; dan Muslim, no. 1462 dalam Terjemah Hadis Shahih Muslim Jilid I‐IV, terj. Ma’mur Daud, (Jakarta: Widjaya, 1986), dengan adanya sedikit perbedaan lafazh. 66
Ihtikar terjadi bila syarat di bawah ini terpenuhi, pertama menjadikan adanya kekurangan (shortage) barang baik dengan menimbun stock atau mengenakan entry‐barriers; kedua, menjual dengan harga yang lebih tinggi pada saat terjadi kekurangan barang (shortage); dan ketiga, mengambil keuntungan yang lebih tinggi dibandingkan keuntungan sebelum komponen 1 dan 2 dilakukan. (Izzuddin Abdul Manaf, “Etika dalam Pandangan Islam & Implementasinya dalam Bisnis”, artikel diakses tanggal 3 Maret 2010 dari http://konsultasimuamalat.wordpress.com). 67
Diriwayatkan oleh Muslim no. 1576 dalam Terjemah Hadis Shahih Muslim Jilid I‐IV, terj. Ma’mur Daud, (Jakarta: Widjaya, 1986). BAB III
PASAR MODAL DI INDONESIA
A. Pengertian dan Perkembangan Pasar Modal
Pasar modal merupakan istilah yang sudah tidak asing lagi dalam dunia
investasi.68 Dalam hal ini pasar modal juga merupakan tempat bertemunya penjual
dan pembeli. Pasar merupakan sarana yang mempertemukan aktifitas penjual dan
pembeli untuk suatu komoditas atau jasa. Penjual (emiten) dalam pasar modal
merupakan perusahaan yang membutuhkan modal, sehingga mereka berusaha
menjual efek-efek69 di pasar modal. Sedangkan pembeli (investor) adalah pihak yang
ingin membeli modal di perusahaan yang menurut mereka menguntungkan. Pasar
68
Pengertian pasar modal dalam Undang‐Undang nomor 8 tahun 1995 tentang Pasar Modal, yaitu “Kegiatan yang bersangkutan dengan penawaran umum dan perdagangan efek, perusahaan publik yang berkaitan dengan efek yang diterbitkannya, serta lembaga dan profesi yang berkaitan dengan efek.” UU Nomor 8 tahun 1995 tentang Pasar Modal pasal 1 angka 13. Menurut Dahlan Siamat, “Dalam arti sempit pasar modal adalah suatu tempat yang terorganisasi di mana efek‐efek diperdagangkan yang disebut Bursa Efek. Bursa efek atau stock exchange adalah suatu sistem yang terorganisasi yang mempertemukan penjual dan pembeli efek yang dilakukan baik secara langsung maupun dengan melalui wakil‐wakilnya. Fungsi bursa efek ini antara lain menjaga kontinuitas pasar dan menciptakan harga efek yang wajar melalui mekanisme permintaan dan penawaran. Definisi pasar modal dalam arti luas adalah pasar konkret atau abstrak yang mempertemukan pihak yang menawarkan dan yang memerlukan dana jangka panjang, yaitu jangka satu tahun ke atas.” Dahlan Siamat, Manajemen Lembaga Keuangan, (Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, 2004), Edisi Keempat, h. 249. Menurut Muhamad Nafik HR, “Dalam arti sempit, pasar modal adalah pasar yang dipersiapkan untuk memperdagangkan saham dan surat berharga lainnya melalui jasa perantara perdagangan efek. Atau, pasar modal adalah tempat pertemuan antara permintaan dan penawaran surat berharga. Di tempat inilah para pelaku pasar yang punya kelebihan dana (surplus fund) melakukan investasi dalam surat berharga yang ditawarkan oleh emiten. Sebaliknya, yang membutuhkan dana menawarkan surat berharga dengan listing terlebih dahulu pada badan otoritas di pasar modal sebagai emiten.” Muhamad Nafik HR, Bursa Efek dan Investasi Syariah, (Jakarta: Serambi Ilmu Semesta, 2009), h. 145. 69
Dalam UU No. 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal, pengertian efek adalah surat berharga, yaitu surat pengakuan utang, surat berharga komersial, saham, obligasi, tanda bukti utang, Unit Penyertaan kontrak investasi kolektif, kontrak berjangka atas Efek, dan setiap derivatif dari Efek. 58 59 modal mempertemukan pemilik dana dengan pengguna dana untuk tujuan jangka
panjang dan menengah. Kedua pihak melakukan jual beli modal yang berwujud efek.
Pemilik dana (investor) menyerahkan sejumlah dana dan penerima dana (perusahaan
terbuka/issuer) menyerahkan surat bukti kepemilikan berupa efek.
Secara global investasi di pasar modal baru dilakukan oleh sebagian besar
masyarakat Muslim di awal dekade 1980-an. Hal ini disebabkan terdapat larangan
Islam pada aktivitas-aktivitas bisnis tertentu. Demi mengakomodir kepentingan
pemilik modal yang akan menginvestasikan dananya pada sektor yang tidak
bertentangan dengan sprinsip syariah, maka sejumlah bursa efek di dunia mulai
meluncurkan suatu indeks yang secara khusus terdiri dari saham-saham yang
mematuhi prinsip syariah (sharia compliant index).
Berbagai upaya dilakukan dalam memperkenalkan kerangka hukum guna
mengembangkan instrumen pasar modal Islami, diantaranya oleh dilakukan
pemerintah Jordania dan Pakistan, namun mengalami kegagalan.70 Hingga akhirnya
70
Pemerintah Jordania menetapkan undang‐undang nomor 13 tahun 1978 yang mengizinkan Jordan Islamic Bank untuk menerbitkan obligasi syariah (sukuk) berlandaskan sistem bagi hasil yang dikenal dengan obligasi Muqaradah. Hal ini diikuti dengan diperkenalkannya Muqaradah Bond Act di tahun 1981 untuk mengembangkan wakaf sektor properti. Senada dengan hal tersebut, pemerintah Pakistan memperkenalkan peraturan khusus berupa Modaraba Companies and Modarabas (Flotation and Control) Ordinance di tahun 1980 dan juga ditambah penerbitan Modaraba Companies and Modaraba Rules pada tahun berikutnya. Akan tetapi, Pakistan baru pertama kalinya berhasil menerbitkan obligasi syariah di tahun 2005, sedangkan Jordania hingga penghujung tahun 2010 belum sekalipun menerbitkan obligasi syariah. OICV‐IOSCO, “Islamic Capital Market Fact Finding Report: Report of the Islamic Capital Market Task Force of the International Organization of Securities Comissions”, Juli 2004, h. 27. Lihat juga Adnan Halawi, “Global Sukuk Markets ‐ October in Review”, diakses tanggal 5 Maret 2011 dari http://www.zawya.com/Story.cfm/sidZAWYA20101101123128. Diluar topik, istilah muqaradah adalah sama dengan mudharabah. Istilah muqaradah digunakan oleh kalangan ulama Hijaz (Madinah), sedangkan oleh kalangan ulama Kufah dan Basrah 60 instrumen pasar modal syariah yang pertama kali berhasil diterbitkan yaitu berupa
obligasi syariah, diprakarsai oleh pemerintah Malaysia di tahun 1983 dengan
mengeluarkan Government Investment Issue atau GII (awalnya dikenal dengan
Government Investment Certificate). Konsep awal GII berlandaskan akad qardhul
hasan atau pinjaman yang baik (tanpa bunga), namun karena akad tersebut tidak
memungkinkan efek diperjualbelikan kembali, maka kini GII diterbitkan dengan akad
bai’ al-inah, tujuannya agar efek dapat diperdagangkan di pasar sekunder.
Kemudian instrumen pasar modal Islami lainnya mulai dikembangkan secara
global, salah satunya di Amerika. Equity fund yang pertama kali diluncurkan di
Amerika adalah The Amana Income Fund oleh The North American Islamic Trust71
di tahun 1986. Perkembangan selanjutnya pada tahun 1999 di Bahrain, Dow Jones
Indexes meluncurkan Dow Jones Islamic Market Index (DJIM) yang terdiri dari
saham-saham Dow Jones Global Indexes yang telah disaring berdasarkan kehalalan
aktivitas bisnis dan rasio finansialnya. Secara lebih spesifik, penyaringan tahap
pertama DJIM adalah mengeluarkan perusahaan yang bergerak pada bidang usaha
yang tidak berdasarkan prinsip Islam seperti minuman beralkohol, rokok, produk
(Irak) lebih dikenal dengan istilah mudharabah. Mudharabah adalah akad kerjasama suatu usaha dimana pihak pemilik modal (shahibul maal) menyediakan seluruh dana dan pihak pengelola usaha (mudharib) bertanggungjawab atas pengelolaan usaha. Keuntungan hasil usaha dibagikan sesuai dengan nisbah bagi hasil untung/rugi yang telah disepakati bersama sejak awal. 71
North American Islamic Trust (NAIT) adalah organisasi yang didirikan oleh Asosiasi Mahasiswa Muslim Amerika dan Kanada (Muslim Students Association/MSA) pada tahun 1973 di Plainfield, Indiana. Dalam menjalankan fungsinya, NAIT tidak hanya memberikan bantuan finansial untuk kemakmuran masjid, sekolah, dan beasiswa komunitas muslim di Amerika, tetapi juga memberikan panduan dan pengelolaan investasi yang kompatibel dengan hukum syariah dan hukum Amerika. Lebih lengkapnya lihat http://www.nait.net/. 61 yang mengandung daging babi, perjudian, pornografi, persenjataan, hiburan (hotel,
kasino, musik, sinema), dan juga jasa keuangan konvensional (perbankan, asuransi,
dsb.). Selanjutnya, pihak Sharia Supervisory Board dari DJIM akan menyaring
kembali perusahaan-perusahaan tersebut berdasarkan rasio finansialnya. Hasil
penyaringan rasio finansial ini cukup berguna mendeteksi tanda-tanda masalah suatu
perusahaan, diantaranya gejala kebangkrutan perusahaan dengan profil tinggi seperti
Worldcom dan Enron. Hampir setahun sebelum Worldcom jatuh, DJIM telah
mengeluarkannya dari indeks, sebab Worldcom tidak lulus financial ratio screening
dengan rasio utang terhadap kapitalisasi pasar melebihi 33%.72 Hingga saat ini DJIM
terus dikembangkan dengan berbagai seri yang setidaknya melibatkan saham
perusahaan dari 69 negara, termasuk tujuh indeks DJIM berkategori blue-chip dari
negara Malaysia, Cina, Amerika, serta kawasan Eropa dan Asia Pasifik.73
Sedangkan di akhir Desember 1998, the Financial Times and the London
Stock Exchange (FTSE) bekerja sama dengan investor internasional meluncurkan
FTSE Global Islamic Index Series (FTSE-GIIS) yang merupakan bagian dari
kelompok FTSE All World Index Series.74 Kemudian pada bulan Januari 2008, FTSE
bekerja sama dengan sebuah lembaga penelitian dan konsultan keuangan syariah
72
Khaled A Hussein, “Ethical Investment: Empiritical Evidence from FTSE Islamic Index”, Islamic Economic Studies, Vol. 12, No. 1, Agustus 2004, h. 28. 73
Dow Jones Indexes, “Dow Jones Islamic Market Indexes”, artikel diakses tanggal 15 September 2010 dari http://www.djindexes.com/islamicmarket/. 74
FTSE All World Index mencakup 47 negara berbeda dengan lebih dari 2.700 saham dari FTSE Global Equity Index Series sekuritas berkapital besar dan sedang. FTSE All World Index ini membagi indeks ke dalam tiga segmen, yaitu Developed, Advanced Emerging, dan Emerging. 62 Dubai, Yasaar Research Inc., meluncurkan FTSE Shariah Global Equity Index Series
yang terdiri dari 96 indeks syariah, termasuk di dalamnya FTSE Shariah Developed
Index Series, FTSE Shariah Emerging Index Series, FTSE Shariah All-World Index
Series, dan FTSE Shariah Multinationals 150 Index.75
Di negara Malaysia perkembangan pasar modal syariah diawali oleh Bank
Islam Malaysia Bhd yang pada tahun 1983 mengeluarkan daftar saham syariah walau
hanya terbatas untuk kepentingan internal, hal ini kemudian berlanjut dengan
diperkenalkannya daftar saham syariah yang lebih komprehensif pada bulan Juni
1997 oleh Securities Comission (SC) Malaysia. Sebelumnya pada bulan Mei 1996,
Rashid Hussin Bank Unit Trust Management Bhd menerbitkan indeks saham syariah
pertama, diikuti dengan peluncuran Kuala Lumpur Shariah Index (KLSI) oleh Bursa
Malaysia pada April 1999.76 Selanjutnya di tahun 2007 Bursa Malaysia berkolaborasi
dengan FTSE meluncurkan dua indeks syariah yaitu FTSE Bursa Malaysia (FBM)
EMAS Shariah Index dan FBM Hijrah Shariah Index.77 Pada awal pertama kali
75
FTSE The Index Company, “Islamic Investment”, artikel diakses tanggal 15 Oktober 2010 dari http://www.ftse.com/Media_Centre/press_packs/Islamic_Investment.jsp. 76
OICV‐IOSCO, “Islamic Capital Market Fact Finding Report: Report of the Islamic Capital Market Task Force of the International Organization of Securities Comissions”, Juli 2004, h. 27‐28. Lihat pula Saiful Azhar Rosly. Critical Issues on Islamic Banking and Financial Markets. Islamic Economics, Banking and Finance, Investments, Takaful and Financial Planning. Indiana: AuthorHouse. 2005, h. 372. 77
FBM EMAS Shariah Index merupakan indeks yang terdiri dari saham‐saham emiten FBM EMAS Index yang telah lulus seleksi penyaringan syariah berdasarkan kriteria SAC dan FTSE. Sedangkan FBM Hijrah Shariah Index merupakan indeks yang hanya terdiri 30 emiten terbesar dari FBM EMAS Index yang telah lulus seleksi syariah berdasarkan kriteria berlapis yang ditetapkan FTSE, Yasaar, dan SAC. Lihat Md Nurdin Ngadimon, “Shariah Screening Process in Islamic Capital Market”, IFSB Seminar on Islamic Capital Market, 19‐20 May 2009: Mauritius, materi diakses tanggal 23 63 diluncurkan bulan Januari 2007, KLSI berjalan berdampingan dengan dua indeks
syariah yang baru tersebut, namun setelah beberapa bulan KLSI akhirnya ditutup.
Hingga kini pengaturan dan pengembangan instrumen pasar modal Malaysia berada
di bawah pengawasan SC Malaysia. Secara berkala SC melalui Shariah Advisory
Council (SAC) menerbitkan daftar saham-saham yang dinilai halal secara syariah.
Khusus di Indonesia, secara historis jual beli efek di Indonesia telah dilakukan
sejak akhir abad 19. Menurut buku Effectengids yang dikeluarkan oleh Verreniging
voor den Effectenhandel pada tahun 1939, jual beli efek telah berlangsung sejak
1880.78 Dalam perkembangannya kemudian, pasar modal di Indonesia mengalami
pasang surut hingga akhirnya dapat berkembang seperti sekarang.79 Perkembangan
pasar modal syariah pertama kali dimulai tahun 1997 dengan diperkenalkannya
instrumen reksadana syariah oleh PT Dana Reksa Investment Management (DIM).
Selanjutnya di bulan Juli 2000 PT DIM bekerja sama dengan Bursa Efek Jakarta (kini
Bursa Efek Indonesia) meluncurkan Jakarta Islamic Indeks (JII). Indeks syariah ini
diharapkan dapat memberikan acuan kepada investor yang ingin menanamkan
dananya secara Islami. Pada awalnya penentuan kinerja komponen JII tersebut
disusun berdasarkan persetujuan dari Dewan Pengawas Syariah DIM. Kemudian
seiring perkembangan pasar, otorisasi pemilihan saham-saham JII tersebut dilakukan
September 2010 dari http://www.iefpedia.com/english/wp‐content/uploads/2010/02/Shariah‐
Screening‐Process‐in‐Islamic‐Capital‐Market‐Dr‐Md‐Nurdin‐Ngadimon.pdf. 78
BAPEPAM‐LK, “Sejarah Pasar Modal”, artikel diakses tanggal 10 Agustus 2010 dari http://www.bapepam.go.id/old/profil/sejarah.htm. 79
Lihat lampiran Perkembangan Pasar Modal di Indonesia pada bagian akhir. 64 oleh Bapepam-LK bekerja sama dengan DSN MUI. Hal ini tertuang dalam Peraturan
Bapepam-LK Nomor II.K.1 tentang Kriteria dan Penerbitan Daftar Efek Syariah.
B. Struktur Pasar Modal di Indonesia
Menteri Keuangan RI BAPEPAM ‐ LK
Bursa Efek Lembaga Kliring dan Penjamin
Perusahaan Efek: Lembaga Penunjang:
Profesi Penunjang:
‐ Penjamin Emisi ‐ Perantara Perdagangan Efek ‐ Manajer Investasi ‐ Biro Administrasi efek ‐ Bank Kustodian ‐ Wali amanat ‐ Pemeringkat Efek ‐ Akuntan ‐ Konsultan Hukum
‐ Penilai
‐ Notaris
Gambar 3.1
Lembaga Penyimpanan dan Penyelesaian
Pemodal:
‐ Domestik ‐ Asing
Emiten:
‐ Perusahaan Publik ‐ Reksadana
Sumber: Bapepam‐LK & BEI Struktur Pasar Modal di Indonesia
Organisasi yang terkait di Pasar Modal adalah sebagai berikut:
1. Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan (Bapepam-LK) berada di
bawah dan bertanggung jawab kepada Menteri Keuangan. Bapepam memiliki
kewenangan membina, mengatur, dan mengawasi kegiatan sehari-hari pasar
modal serta merumuskan dan melaksanakan kebijakan dan standardisasi teknis di
bidang lembaga keuangan Pasar Modal di Indonesia. Berdasarkan Keputusan
Menteri Keuangan RI No. KMK 606/KMK.01/2005 Bapepam disempurnakan
menjadi Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan, atau disingkat
Bapepam-LK.
65 2. Self Regulatory Organizations (SRO) adalah organisasi yang memiliki
kewenangan untuk membuat peraturan yang berhubungan dengan aktivitas
usahanya. SRO terdiri dari Bursa Efek, Lembaga Kliring dan Penjaminan (LKP),
dan Lembaga Penyimpan dan Penyelesaian (LPP).
3. Perusahaan Efek adalah perusahaan yang mempunyai aktifitas sebagai Perantara
Pedagang Efek, Penjamin Emisi Efek, Manajer Investasi, atau gabungan dari
ketiga kegiatan tersebut.
4. Lembaga Penunjang Pasar Modal diantaranya adalah Biro Administrasi Efek,
Kustodian, dan Wali Amanat.
5. Profesi Penunjang Pasar Modal diantaranya adalah Akuntan, Konsultan Hukum,
Perusahaan Penilai, dan Notaris.80
80
Bursa Efek adalah pihak yang menyelenggarakan dan menyediakan sistem dan atau sarana untuk mempertemukan penawaran jual dan beli efek pihak‐pihak lain dengan tujuan memperdagangkan efek. Sebelumnya bursa efek yang ada di Indonesia adalah Bursa Efek Jakarta (BEJ) dan Bursa Efek Surabaya (BES), namun pada Oktober 2007 BES dimerger BEJ menjadi Bursa Efek Indonesia (BEI). LKP adalah pihak yang menyelenggarakan jasa kliring dan penjaminan transaksi bursa agar terlaksana secara teratur, wajar, dan efisien. Lembaga yang telah memperoleh izin usaha sebagai LKP oleh BAPEPAM adalah PT KPEI (Kliring Penjaminan Efek Indonesia). KPEI didirikan berdasarkan UU Pasar Modal Indonesia tahun 1995. LPP adalah pihak yang menyelenggarakan kegiatan kustodian sentral bagi Bank Kustodian, Perusahaan Efek, dan pihak lain. Lembaga yang telah memperoleh izin usaha sebagai LPP oleh BAPEPAM adalah PT KSEI (Kustodian Sentral Efek Indonesia). Perantara Pedagang Efek merupakan salah satu aktifitas pada perusahaan efek yang melakukan kegiatan usaha jual beli efek untuk kepentingan sendiri atau pihak lain. Penjamin Emisi Efek (underwriter) adalah pihak yang membuat kontrak dengan emiten untuk melaksanakan penawaran umum bagi kepentingan emiten dengan atau tanpa kewajiban untuk membeli sisa efek yang tidak terjual. Manajer Investasi adalah pihak yang kegiatan usahanya mengelola portofolio efek untuk para nasabah atau mengelola Portofolio Investasi Kolektif untuk sekelompok nasabah, kecuali perusahaan asuransi, dana pensiun, dan bank yang melakukan sendiri kegiatan usahanya berdasarkan perundang‐undangan yang berlaku. Biro Administrasi Efek adalah pihak yang berdasarkan kontrak dengan emiten melaksanakan pencatatan pemilikan efek dan pembagian hak yang berkaitan dengan efek. Kustodian adalah pihak yang memberikan jasa penitipan efek dan harta lain berkaitan dengan efek serta jasa lain, termasuk menerima dividen, bunga, dan hak lain, menyelesaikan transaksi efek, dan mewakili pemegang 66 C. Instrumen Pasar Modal di Indonesia
Pada prinsipnya instrumen pasar modal sebagaimana yang dijelaskan dalam
UU Pasar Modal No. 8 tahun 1995 yaitu semua surat berharga (efek) yang umum
diperjualbelikan melalui pasar modal. Di Indonesia hanya terdapat satu
penyelenggara kegiatan Bursa Efek yaitu PT Bursa Efek Indonesia (BEI). BEI
merupakan Bursa Efek hasil penggabungan dari PT Bursa Efek Jakarta (BEJ) dan PT
Bursa Efek Surabaya (BES) pada tahun 2007. BEI menyelenggarakan perdagangan
atas hampir semua Efek yang ada dan diterbitkan di Indonesia yaitu efek bersifat
ekuitas (saham, waran dan hak memesan efek terlebih dahulu (HMETD), obligasi
(obligasi negara dan obligasi korporasi), sukuk (sukuk negara dan sukuk korporasi),
efek derivatif (kontrak opsi saham/KOS) dan kontrak berjangka indeks efek/KBIE) 81,
unit penyertaan reksa dana yang diperdagangkan di ursa (Exchange Traded
Fund/ETF), dan efek beragun aset/EBA.82
rekening yang menjadi nasabahnya. Wali Amanat adalah pihak yang mewakili kepentingan pemegang efek bersifat utang. Akuntan yaitu pihak yang berfungsi memeriksa kondisi keuangan emiten dan memberikan pendapat apakah laporan keuangan yang telah dikeluarkan oleh emiten wajar atau tidak. Konsultan hukum yaitu ahli hukum yang memberikan pendapat hukum kepada pihak lain dan terdaftar di Bapepam. Perusahaan penilai (appraisal) yaitu perusahaan yang berfungsi untuk memberikan penilaian terhadap emiten, apakah nilai aktiva emiten wajar atau tidak. Notaris yaitu pejabat umum yang berwenang membuat akta otentik dan terdaftar di Bapepam. 81
Namun selama tahun 2010 ini tidak ada perdagangan derivatif untuk option pada kontrak opsi saham (KOS) dan futures pada kontrak berjangka indeks efek (KBIE), pihak BEI sedang melakukan revitalisasi dan pengkajian ulang perdagangan derivatif mulai dari perubahan perdagangan, sistem, dan cara penyerahannya. Oleh karena itu, untuk tahun 2010 ini perdagangan derivatif di Bursa Efek Indonesia dihentikan dulu. Lihat lampiran, Taufiq Rochman, Wawancara Pribadi oleh Arief Himawan, 18 Agustus 2010, Bursa Efek Indonesia, Jakarta. Tape recording, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Lihat pula IDX Fact Book 2010, (Jakarta: Research Division IDX, 2010), h.11. 82
Saham adalah selembar catatan yang berisi pernyataan kepemilikan sejumlah modal kepada perusahaan yang menerbitkan. Obligasi adalah tanda pengakuan hutang atas pinjaman oleh 67 1. Saham dan Ruang Lingkupnya
Kata saham diyakini berasal dari bahasa arab ‘sahama’ (‫س َھ َم‬
َ ) yang berati
saling memberi bagian.83 Sedangkan dalam istilah sederhana saham merupakan suatu
tanda bukti penyertaan seseorang atau badan dalam suatu perusahaan. Dengan
menyertakan modal, maka pihak tersebut memiliki klaim atas pendapatan perusahaan,
klaim atas aktiva dan asset perusahaan, dan bahkan berhak hadir dalam Rapat Umum
Pemegang Saham (RUPS). Saham atau stock atau sering juga disebut share
merupakan instrumen yang paling dominan diperdagangkan di bursa. Menerbitkan
saham merupakan salah satu pilihan perusahaan ketika memutuskan untuk menambah
pendanaan perusahaan. Pada sisi yang lain, saham merupakan instrumen investasi
yang banyak dipilih para investor karena saham mampu memberikan tingkat
keuntungan yang menarik.
emiten untuk jangka waktu sekurang‐kurangnya tiga tahun dengan imbalan bunga serta pembayarannya sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Option merupakan produk turunan (derivatif) dari efek saham dan obligasi. Ada dua istilah dalam option yaitu call option dan put option. Call option memberikan hak kepada pemegangnya untuk membeli saham pada harga yang telah ditentukan, sedangkan put option pemegang saham mempunyai hak untuk menjual saham pada saat yang telah ditentukan. Warrant juga merupakan produk derivatif dari saham biasa yang bersifat jangka panjang dan memberikan hak kepada pemegangnya untuk membeli saham atas nama dan dengan harga tertentu. Right adalah hak yang diberikan kepada pemilik saham biasa untuk membeli tambahan penerbitan saham baru. Hak tersebut biasanya dicantumkan dalam anggaran dasar perusahaan dengan tujuan pemilik saham yang lama dapat mempertahankan mengendalikan perusahaan serta mencegah penurunan nilai kekayaan pemilik saham lama. 83
Problematika saham belum dijumpai dalam fikih klasik, pembahasannya baru dikenal dalam fikih kontemporer. Definisi saham menurut ulama fikih modern adalah sebagian modal perusahaan yang diperjualbelikan kepada masyarakat dengan ketentuan bahwa imbalan yang diberikan kepada pemilik modal sesuai dengan prosentase modal masing‐masing dan dibayarkan pada waktu yang telah ditentukan. Saham dikategorikan kedalam lingkup kontrak perserikatan (syirkah), dengan istilah akad yang disebut al‐musahamah (kontribusi) ataupun syirkah al‐asham (perserikatan dalam modal). 68 2. Jenis-Jenis Saham
Berdasarkan cara penerbitan dan peralihannya, saham dapat dibedakan menjadi:
a. Saham atas unjuk (bearer stock), artinya pada saham tersebut tidak tertulis nama
pemiliknya, agar mudah dipindahtangankan dari satu investor ke investor
lainnya. Secara hukum siapa yang memegang saham tersebut, maka dialah yang
diakui sebagai pemiliknya dan berhak menghadiri RUPS.
b. Saham atas nama (registered stock), artinya saham yang ditulis dengan jelas
nama pemiliknya, dan merupakan bukti bagi pemegang saham bersangkutan
secara hukum sebagai pemilik.
Berdasarkan segi kemampuan dalam hak tagih atau klaim, saham dibedakan menjadi:
a. Saham biasa (common stock), adalah saham yang tidak mencantumkan nama
pemiliknya, kepemilikannya melekat pada pemegang sertifikat tersebut. Saham
biasa berarti saham yang tidak memperoleh hak istimewa. Saham biasa,
merupakan jenis efek yang paling sering dipergunakan oleh emiten untuk
memperoleh dana dari masyarakat dan juga merupakan jenis yang paling populer
di pasar modal. Saham biasa menanggung resiko terbesar karena pemegang
saham biasa menerima dividen hanya setelah pemegang saham preferen dibayar
dan memperoleh dividen sepanjang perseoran memperoleh keuntungan, hak
suara pada Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) sesuai dengan saham yang
dimilikinya (one share one vote), dan seandainya terjadi likuidasi perusahaan,
pemegang saham ini mempunyai hak untuk memproleh sebagian dari kekayaan
69 perusahaan setelah semua kewajiban dilunasi, baik untuk para kreditur maupun
para pemegang saham preferen.
b. Saham preferen (preferred stock), adalah saham yang memberikan hak untuk
mendapatkan dividen lebih dahulu dari saham biasa yang besarnya tetap. Apabila
perusahaan dilikuidasi, maka pembayaran maksimum sebesar nilai nominal
saham setelah para kreditur, dan kemungkinan memperoleh penghasilan
tambahan dalam pembagian laba perusahaan. Disamping penghasilan tetap yang
dijamin kontinuitas serta besarannya, dividen tidak dipengaruhi oleh laba
perusahaan. Saham preferen terdiri dari beberapa jenis, diantaranya yaitu
Cumulative prefererred stock, Non-cumulative preferred stock, Participating
preferred stock, Non-participating preferred stock, serta Convertible preferred
stock.84
84
Cumulative prefererred stock, saham preferen ini memberikan hak kepada pemiliknya atas pembagian dividen yang sifatnya komulatif dalam suatu prosentase atau jumlah tertentu, artinya kalau pada tahun tertentu yang dibayarkan tidak mencukupi atau tidak membayar dividen sama sekali akan diperhitungkan pada tahun‐tahun berikutnya sampai saat dibagikan dividen. Kumulatif ini tidak berlaku pada saat perusahaan dilikuidasi jika tidak terdapat saldo laba ditahan. Non‐cumulative preferred stock, pemegang saham ini mendapatkan prioritas dalam pembagian dividen hingga suatu prosentase atau jumlah tertentu tetapi tidak berlaku kumulatif, yaitu dividen tahun‐tahun sebelumnya yang belum dibayar tidak perlu dilunasi pada tahun berikutnya. Jadi jika akan membagi dividen untuk pemegang saham biasa, kewajiban yang ada hanyalah membayar dividen saham preferen untuk tahun tersebut. Participating preferred stock, pemegang saham ini disamping memperoleh dividen tetap seperti yang telah ditentukan, juga diberi hak untuk memperoleh bagian dividen tambahan setelah saham biasa memperoleh jumlah dividen yang sama dengan jumlah tetap yang diperoleh saham preferen. Non‐participating preferred stock, pemegang saham ini setiap tahunnya memperoleh dividen terbatas sebesar tarif dividennya. Convertible preferred stock, saham jenis ini mempunyai preferensi untuk ditukar dengan surat berharga lain. Hak konversi umumnya meliputi penukaran saham preferen dengan saham biasa. Dalam hal‐hal tertentu, saham preferen mungkin dapat dikonversi dengan obligasi, sehingga para investor mempunyai kebebasan untuk merubah posisi mereka dari pemegang saham menjadi kreditur. 70 Saham Biasa
(common stock)
Saham Preferen
(preferred stock)
a. Hak klaim terakhir atas aktiva
perusahaan jika perusahaan di
likuidasi.
b. Memiliki hak suara proporsional
(one share one vote),
c. Dividen
dibayarkan
sepanjang
perusahaan memperoleh laba,
d. Hak untuk mengalihkan kepemilikan
sahamnya.
a. Memiliki hak paling dahulu memperoleh
dividen,
b. Tidak memiliki hak suara,
c. Pembayaran dividen dalam jumlah tetap,
d. Memiliki hak pembayaran maksimum
sebesar nilai nominal saham lebih dahulu
setelah kreditur apabila perusahaan
dilikuidasi,
e. Kemungkinan dapat memperoleh tambahan
dari pembagian laba perusahaan disamping
penghasilan yang diterima secara tetap,
f. Dapat dikonversikan menjadi saham biasa
ataupun obligasi
Tabel 3.2
Perbedaan Saham Biasa dengan Saham Preferen
Berdasarkan kinerja perdagangan, saham dibedakan menjadi;
a. Blue-chip stock,85 yaitu saham biasa dari suatu perusahaan yang memiliki
reputasi tinggi sebagai leader di industri sejenis, memiliki pendapatan yang stabil
dan konsisten dalam membayar dividen.
b. Income stock, yaitu saham dari suatu emiten yang memiliki kemampuan
membayar dividen lebih tinggi dari rata-rata dividen yang dibayarkan pada tahun
sebelumnya. Emiten seperti ini biasanya mampu menciptakan pendapatan yang
lebih tinggi dan secara teratur membagikan dividen tunai. Emiten ini tidak suka
menekan laba dan tidak mementingkan potensi pertumbuhan harga saham.
85
Istilah blue chip diambil dari permainan poker di mana chip berwarna biru (blue) merupakan kepingan yang paling berharga dan memiliki nilai paling tinggi. Di Bursa Efek Indonesia, saham‐saham yang masuk ke dalam Indeks LQ‐45 dikategorikan sebagai saham Blue‐chip karena memiliki fundamental yang baik. 71 c. Growth stock (well-known), yaitu emiten yang memiliki pertumbuhan
pendapatan yang tinggi sebagai leader di industri sejenis yang mempunyai
reputasi tinggi. Selain itu terdapat juga growth stock (lesser-known), yaitu saham
dari emiten yang tidak sebagai leader dalam industri namun memiliki ciri growth
stock. Umumnya saham ini berasal dari daerah dan kurang populer dikalangan
emiten.
d. Speculative stock, yaitu saham dari suatu perusahaan yang tidak bisa secara
konsisten memperoleh penghasilan dari tahun ke tahun, akan tetapi mempunyai
kemungkinan penghasilan yang tinggi di masa mendatang, meskipun belum tentu
dapat direalisasikan.
e. Counter cyclical stock, yaitu saham yang tidak terpengaruh oleh kondisi ekonomi
makro maupun situasi bisnis secara umum. Pada saat resesi ekonomi, harga
saham ini tetap tinggi, emiten mampu memberikan dividen yang tinggi sebagai
hasil kemampuan emiten memperoleh penghasilan yang tinggi pada masa resesi.
Emiten seperti ini biasanya bergerak dalam produk yang sangat dan selalu
dibutuhkan masyarakat seperti rokok, dan consumer goods.
3. Manfaat Investasi Saham
Setidaknya ada dua jenis keuntungan yang akan didapat ketika berinvestasi
saham, yaitu mendapatkan dividen dan memperoleh capital gain. Dividen adalah
bagian keuntungan perusahaan yang dibagikan kepada pemegang saham. Jumlah
dividen yang akan dibagikan diusulkan oleh Dewan Direksi dan disetujui di dalam
Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS). Dividen sendiri ada dua macam, yaitu
72 dividen tunai dan dividen saham. Dividen tunai, jika emiten membagikan dividen
kepada para pemegang saham dalam bentuk sejumlah uang untuk setiap saham yang
dimiliki. Dividen saham, jika emiten membagikan dividen kepada para pemegang
saham dalam bentuk saham baru perusahan tersebut, yang pada akhirnya akan
meningkatkan jumlah saham yang dimiliki pemegang saham
Sedangkan capital gain merupakan selisih antara harga jual yang melebihi
harga beli saham tersebut. Contoh, Investor membeli saham PT ABCD Tbk yang
listing di bursa efek setahun yang lalu dengan harga Rp 4.000. Saat ini harga saham
ABCD telah meningkat menjadi Rp 4.750. Jika investor tersebut menjual sahamnya
pada harga tersebut, maka ia akan menikmati capital gain atau keuntungan sebesar
Rp 750 per saham (tanpa perhitungan pajak dan komisi).
4. Resiko Investasi pada Saham
a. Tidak mendapat dividen. Perusahaan (emiten) akan membagikan dividen jika
operasi perusahaan mendapatkan laba. Namun dividen tidak akan dibagikan jika
emiten tidak dapat membukukan laba pada tahun berjalan ataupun seandainya
RUPS memutuskan untuk tidak membagikan dividen kepada pemegang saham
karena laba yang diperoleh akan dipergunakan untuk ekspansi usaha.
b. Capital Loss. Capital loss merupakan kontra posisi dari capital gain. Investor
akan mengalami capital loss jika harga beli saham lebih besar dari harga jual.
Contoh, Investor membeli saham PT ABCD Tbk setahun yang lalu pada harga
Rp 4,000. Saat ini harga saham turun menjadi Rp 3,750. Jika ia menjual
sahamnya maka ia akan rugi Rp 250 (tanpa perhitungan pajak dan komisi).
73 c. Risiko Likuidasi. Jika emiten bangkrut atau dilikuidasi, para pemegang saham
memiliki hak klaim terakhir terhadap aktiva perusahaan setelah seluruh
kewajiban emiten dibayar. Yang terburuk adalah jika tidak ada lagi aktiva yang
tersisa, maka para pemegang saham tidak memperoleh apa-apa.
d. Saham mengalami suspend ataupun delisting. Otoritas bursa dapat memberlakukan penghentian sementara (suspension) atau bahkan mengeluarkan dari
pencatatan bursa (delisting) terhadap salah satu ataupun seluruh saham emiten di
bursa. Suspensi dilakukan jika contohnya suatu saham mengalami lonjakan atau
penurunan harga yang luar biasa. Suspend biasanya berlangsung dalam waktu
singkat misal satu atau dua sesi perdagangan, atau dalam kurun waktu
perdagangan tertentu. Sedangkan delisting umumnya terjadi karena kinerja
saham yang buruk, misalnya dalam waktu tertentu tidak pernah diperdagangkan,
mengalami kerugian beberapa tahun, dsb. Saham yang telah suspend ataupun
delisting tidak lagi diperdagangkan di bursa, namun tetap dapat diperdagangkan
di luar bursa, dengan konsekuensi tidak terdapat patokan harga yang jelas.
D. Jenis-Jenis Pasar dalam Pasar Modal
1. Pasar Perdana (primary market), penawaran umum (initial public offering)
Pasar perdana adalah wahana dilakukannya penawaran efek oleh sindikasi
penjamin emisi dan agen penjualan, penjatahan, dan penyerahan efek. Pasar perdana
merupakan pasar di mana efek diperdagangkan untuk pertama kalinya, sebelum
dicatatkan di bursa. Di sini saham dan efek lainnya untuk pertama kalinya ditawarkan
kepada investor oleh pihak penjamin emisi (underwriter) melalui perantara pedagang
74 efek (broker-dealer) yang bertindak sebagai agen penjual saham. Proses ini biasa
disebut dengan Penawaran Umum (initial public offering/IPO).
Prosedur penawaran dan pemesanan efek di Pasar Perdana diawali dengan
penawaran perdana suatu saham perusahaan kepada investor publik yang dilakukan
melalui Penjamin Emisi dan Agen Penjual. Tata cara pemesanan efek seperti harga
penawaran, jumlah saham yang ditawarkan, masa penawaran, dan informasi lain yang
penting harus dipublikasikan di surat kabar berskala nasional, dan juga dibagikan ke
publik dalam bentuk prospektus. Investor yang berminat dapat memesan saham
dengan cara menghubungi Penjamin Emisi atau Agen Penjual, dan kemudian
mengikuti prosedur yang telah ditetapkan. Investor lalu melakukan pemesanan saham
tersebut dengan disertai pembayaran. Setelah itu Penjamin Emisi dan Agen Penjual
mengumumkan hasil penawaran umum tersebut kepada investor yang telah
melakukan pemesanan. Proses penjatahan saham (allotment)86 kepada investor yang
telah memesan dilakukan oleh Penjamin Emisi dan Emiten yang mengeluarkan
saham. Apabila jumlah saham yang didapat oleh investor kurang dari jumlah yang
dipesan, atau telah terjadi oversubscribed, maka kelebihan dana investor akan
dikembalikan (refund). Saham tersebut kemudian didistribusikan kepada investor
melalui Penjamin Emisi dan Agen Penjual.
86
Dalam proses penjatahan, ada beberapa istilah yang harus diperhatikan, ‘undersubscribed’ adalah kondisi dimana total saham yang dipesan oleh investor kurang dari total saham yang ditawarkan. Dalam kondisi seperti ini, semua investor pasti akan mendapat saham sesuai dengan jumlah yang dipesannya. Sedangkan ‘oversubscribed’ adalah kondisi dimana total saham yang dipesan oleh investor melebihi jumlah total saham yang ditawarkan. Dalam kondisi ini, terdapat kemungkinan investor mendapatkan saham kurang dari jumlah yang dipesan, atau bahkan mungkin tidak mendapatkan sama sekali. 75 2. Pasar Sekunder
Pasar sekunder adalah pasar di mana efek-efek yang telah dicatatkan di bursa
efek diperjualbelikan. Pasar sekunder memberikan kesempatan kepada para investor
untuk membeli atau menjual efek yang tercatat di bursa setelah terlaksananya
penawaran perdana. Di pasar ini efek diperdagangkan dari satu investor kepada
investor lainnya melalui pelaksanaan secara lelang berkesinambungan (continuous
auction). Di Bursa Efek Indonesia periode perdagangan dibagi menjadi dua sesi
setiap harinya, yang dimulai dari pukul 9.30 dan berakhir pada pukul 16.00.
Mekanisme pencocokan ‘matching’ order beli dan order jual dari sekian banyak
investor adalah berdasarkan kriteria Prioritas Harga dan Prioritas Waktu.87
Mekanisme yang ada pada lelang efek di bursa, memungkinkan pihak yang
melakukan penawaran terakhir mendapat prioritas karena harga permintaan beli yang
lebih tinggi dari investor sebelumnya, atau harga penawaran jual lebih rendah dari
investor lain. Dalam pelaksanaan lelang tersebut, anggota bursa tidak mengetahui
pihak yang menjadi lawan transaksinya. Pihak lawan transaksi baru akan dapat
diketahui setelah transaksi yang dilaksanakan telah matched. Proses lelang tersebut
akan diakhiri dengan bertemunya (matching) permintaan beli dan penawaran jual
melalui sistem komputer BEI (Jakarta Automated Trading System/JATS). Pada saat
87
Prioritas Harga artinya siapapun yang memasukkan order permintaan dengan harga beli (bid price) yang paling tinggi akan mendapat prioritas utama untuk dapat ‘bertemu’ dengan siapapun yang memasukkan order penawaran dengan harga jual (offer price atau ask price) yang paling rendah. Sedangkan Prioritas Waktu, artinya jika penawaran jual atau permintaan beli diajukan pada harga yang sama, maka siapapun yang memasukkan order beli atau jual lebih dahulu akan mendapat prioritas pertama untuk dicocokkan (matched) oleh sistem. 76 matching di sistem JATS, transaksi efek dikatakan mengikat dan hanya dapat
dibatalkan apabila disetujui oleh Perusahaan Efek Anggota Bursa beli, Perusahaan
Efek Anggota Bursa jual, dan Bursa Efek.
E. Klasifikasi Pasar, Periode Perdagangan, Jenis Transaksi, Biaya Transaksi
dan Penyelesaian
1. Klasifikasi Pasar
Dalam era perdagangan tanpa warkat (scripless trading), Bursa Efek
Indonesia menggolongkan perdagangan saham dalam 3 pasar, yaitu pasar reguler,
pasar negosiasi, dan pasar tunai.
a. Pasar Reguler (T+3)
Perdagangan efek di pasar reguler tersedia bagi anggota bursa yang ingin
menjual atau membeli efek (kecuali obligasi) yang penyelesaiannya dilakukan
pada hari bursa ke-3 setelah terjadinya transaksi bursa (T+3). Saham-saham di
Pasar Reguler maupun Pasar Tunai diperdagangkan dalam satuan perdagangan
‘lot’, dimana 1 lot sama dengan 500 lembar saham. Transaksi dilakukan
berdasarkan mekanisme tawar-menawar yang berlangsung secara terus menerus
selama periode perdagangan. Harga yang terjadi di pasar ini akan digunakan
sebagai dasar perhitungan indeks di BEI. Harga penawaran harus sesuai dengan
fraksi harga yang berlaku. Pergerakan fraksi harga saham, bukti right, dan
warrant yang berlaku saat ini.88
88
Indonesia Stock Exchange, “Mekanisme Perdagangan Bursa Efek di Indonesia”, Workshop Pelatihan Pasar Modal, (Jakarta: Divisi Pemasaran Indonesia Stock Exchange), 4 Mei 2010. Lihat juga 77 Harga Efek
Fraksi Harga
< Rp 200
Rp 1
Rp 200 - <Rp 500
Rp 5
Rp 500 - < Rp 2000
Rp 10
Rp 2000 - <Rp5000
Rp 25
≥ Rp 5000
Rp 50
Tabel 3.3
Fraksi Harga Saham
b. Pasar Negosiasi dilaksanakan berdasarkan kesepakatan tawar menawar yang
sudah terjadi di luar bursa antara anggota Bursa Beli dan anggota Bursa Jual
dengan harga saham yang umumnya berpedoman pada kurs terakhir di Pasar
Reguler. Di pasar ini, transaksi sering kali terjadi dengan intensitas saham yang
besar namun dengan frekuensi yang kecil. Pasar Negosiasi termasuk pasar nonreguler. Di dalam pasar non-reguler ini juga dikenal istilah block sale yaitu pasar
dengan volume perdagangan lebih dari 200.000 lembar saham atau 400 lot, dan
odd lot yaitu pasar dengan transaksi perdagangan saham kurang dari satuan
perdagangan atau kurang dari 500 saham. Proses penyelesaian transaksi di pasar
negosiasi ditentukan berdasarkan kesepakatan antara anggota bursa jual dan
anggota bursa beli, atau jika tidak ditentukan maka proses penyelesaian transaksi
dilakukan pada hari bursa ke-tiga (T+3).
c. Pasar Tunai (T+0) tersedia bagi anggota bursa yang ingin menjual atau membeli
efek (kecuali obligasi) yang penyelesaian dilakukan pada hari bursa yang sama
dengan terjadinya transaksi bursa. Tidak seperti di pasar reguler, frekuensi
Indonesia Stock Exchange, Buku Panduan Indeks Harga Saham Bursa Efek Indonesia, (Jakarta: BEI, 2010) h. 26‐27. 78 perdagangan efek di pasar tunai tidak seramai di pasar reguler. Ini lebih
dikarenakan mekanisme pasar tunai yang mengharuskan proses penyelesaian
transaksi dilaksanakan pada hari bursa saat itu juga (T+0), yang bagi sebagian
orang proses ini dianggap kurang fleksibel.89
2. Periode Perdagangan
Sejak tanggal 4 Februari 2004, BEI menerapkan sistem sesi pra-pembukaan
yang memungkinkan anggota bursa untuk membuat perintah jual dan perintah beli
sesuai dengan ketentuan unit saham, fraksi harga, dan batas Penolakan Automatis
(auto rejection) untuk membentuk harga pembukaan. Harga pembukaan ini dibentuk
dari pencocokan akumulasi total penawaran dan permintaan tertinggi yang dibuat
selama sesi pra-pembukaan. Semua penawaran dan permintaan yang belum
tercocokkan selama masa pra-pembukaan akan diproses pada sesi pertama bursa,
kecuali harga permintaan dan penawaran tersebut melebihi batas Penolakan
Automatis. Periode pra-pembukaan untuk Pasar Reguler dilaksanakan pada setiap
hari perdagangan sebagai berikut:
Monday - Friday
Put Order
09:10:00 – 09:25:00 JATS Time
Proses Alokasi
Transaksi JATS
09:25:01 – 09:29:59 JATS Time
Sedangkan jadwal aktifitas perdagangan bursa dilaksanakan setiap Hari Bursa yang
kesemuanya dibagi menjadi dua sesi.
89
Lihat lampiran, Taufiq Rochman, Wawancara Pribadi oleh Arief Himawan, 18 Agustus 2010, Bursa Efek Indonesia, Jakarta. Tape recording. UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 79 Monday - Thursday
Friday
Session I
09:30 – 12:00 JATS Time
Session II
13:30 – 16:00 JATS Time
Session I
09:30 – 11:30 JATS Time
Session II
14:00 – 16:00 JATS Time
Khusus untuk periode perdagangan Pasar Tunai:
Monday - Thursday
Session I
09:30 – 12:00 JATS Time
Friday
Session II
09:30 – 11:30 JATS Time
3. Jenis Transaksi
Berdasarkan sumber pembiayaan dan kepemilikan saham, maka transaksi efek
terdiri dari transaksi margin, transaksi short-selling, transaksi repurchase agreement
(repo), dan transaksi pinjam-meminjam efek.
a. Transaksi margin on trading. Transaksi margin dilakukan pembeli dengan
membayar sebagian harga secara tunai, kemudian perantara mencari pinjaman
kepada bank untuk melunasi sisa harga dengan syarat surat berharga tersebut
dijadikan jaminan bagi pialang untuk melunasi harga pinjaman. Transaksi ini
terjadi di pasar sekunder. Fasilitas margin trading telah diterapkan BEI dengan
dikeluarkannya peraturan nomor II-9 bulan Agustus 1997 dan disempurnakan
dengan peraturan nomor III-I tentang Keanggotaan Margin dan Short Selling
serta peraturan nomor II-H tentang Persyaratan dan Perdagangan Efek dalam
Transaksi Margin dan Transaksi Short Selling. Untuk saat ini, tidak semua saham
dapat ditransaksikan dan dijaminkan secara margin dan short selling. Setiap awal
bulan BEI akan mengeluarkan daftar efek yang dapat ditransaksikan dan
80 dijaminkan secara margin dan short selling,90 diantaranya adalah pertama,
saham-saham yang terdaftar sebagai daftar efek yang dapat ditransaksikan secara
margin dan short selling; kedua, saham-saham yang masuk dalam perhitungan
Indeks LQ45; ketiga, obligasi negara dan atau obligasi korporasi dengan rating
minimum setara A+.
b. Transaksi short selling. Transaksi ini merupakan suatu bentuk transaksi jual beli
di mana penjualan terhadap surat berharga yang belum dimiliki pada waktu
transaksi dilaksanakan.91 Setidaknya ada dua alasan bagi investor melakukan
90
Lihat lampiran Pengumuman Bursa Efek Indonesia Peng‐00582/BEI.PSH/11‐2010 tentang Efek yang Dapat Ditransaksikan dan Dijaminkan dalam Rangka Transaksi Marjin dan atau Transaksi Short Selling. 91
Short selling merupakan suatu instrumen yang memungkinkan investor untuk menghasilkan uang tanpa perlu memiliki suatu sekuritas secara aktual. Setidaknya ada dua hal yang menjadi motivasi seseorang menggunakan instrumen short selling, yaitu spekulasi dan lindung nilai. Bagi investor tersebut, dia berasumsi bahwa suatu saham tertentu (yang tidak dia miliki saat ini) harganya terlampau tinggi dan akan menjadi lebih rendah di masa berikutnya. Oleh karena itu, dia akan meminjam efek (melalui broker) dari pihak lain, untuk segera menjualnya dengan harga saat ini dan kemudian akan membelinya kembali di masa mendatang. Jika asumsinya benar, harga efek ternyata turun maka ia untung. Namun, jika asumsinya keliru, harga efek ternyata naik maka ia rugi. Ilustrasinya seperti ini, Iwan berasumsi bahwa saat ini saham PT ABCD Tbk terlampau tinggi pada posisi Rp 6000, dan dia ingin mendapat keuntungan jika penaksirannya benar. Iwan lalu menghubungi brokernya, Rizki, dan menginstruksikannya untuk menjual saham ABCD sebanyak 3 lot (1500 lembar). Dalam hal ini Rizki akan melakukan dua hal, pertama dia akan mengadministrasikan penjualan 3 lot saham ABCD atas nama Iwan ke dalam sub account KSEI meskipun dana belum diserahkan, dan kedua dia akan mengatur pinjaman 3 lot saham ABCD dari pihak lain agar dapat diserahkan ke pembeli. Umpamakan Rizki akhirnya dapat meminjam saham tersebut dari Arief, dan berhasil menjualnya sebanyak 3 lot pada harga Rp 6000 per lembar kepada pembeli. Besarnya biaya (diluar biaya dan komisi) adalah Rp 9.000.000. Penjualan yang dilakukan Iwan inilah yang disebut dengan ‘short 3 lot’ saham ABCD. Jika dalam beberapa waktu kemudian harga saham ABCD turun menjadi Rp 5.500 per lembar, untuk menutup posisi short‐nya Iwan akan menginstruksikan brokernya (Rizki) untuk membeli saham ABCD sebanyak 3 lot. Besarnya biaya (tanpa pajak dan komisi) sebesar Rp 8.250.000. Setelah saham ABCD tersebut dikembalikan kepada Arief (yang meminjamkan saham), maka saat ini Iwan sudah tidak mempunyai kewajiban lagi kepada Rizki ataupun Arief, karena Iwan telah menutup posisi short‐nya (short covering). Dalam kasus ini Iwan mendapat keuntungan sebesar Rp 750.000 (diluar biaya dan komisi) dengan melakukan penjualan saham ABCD seharga Rp 9.000.000 dan membelinya dengan harga Rp 8.250.000. 81 short selling, yaitu untuk spekulasi dan untuk lindung nilai (hedging). Meskipun
faktanya short selling lebih banyak kepada motif spekulasi belaka, banyak bursa
di dunia yang tetap melegalkan aktifitas ini. Menurut pihak bursa short selling
menjadikan lebih banyak informasi yang tersedia di pasar, karena pelaku short
sering kali mencari fakta dan berita lebih mendalam demi mendukung spekulasi
mereka, dan juga short selling menjadikan pasar lebih likuid, menurunkan
sekuritas yang terlampau tinggi, dan secara umum meningkatkan efisiensi pasar.
c. Transaksi repurchase agreement (repo) merupakan transaksi pinjam meminjam
dana yang dilakukan oleh para pihak dengan jaminan efek tertentu. Repo dapat
dilakukan melalui peminjaman uang dengan jaminan efek tanpa perpindahan
kepemilikan efek yang direpokan, repo seperti ini biasanya dikenal dengan
sebutan Classic Repo. Repo juga dapat dilakukan melalui peminjaman uang
dengan jaminan efek dimana efek yang direpokan berpindah kepemilikannya
secara hukum, repo seperti ini biasanya dikenal dengan sebutan sell/buy back.
Walaupun berdasarkan mekanismenya sell/buy back repo merupakan transaksi
pinjam-meminjam, namun dari sudut pandang hukum terjadi perpindahan
kepemilikan atas efek yang ditransaksikan, sehingga transaksi repo dapat juga
dikategorikan kedalam jual beli. Dalam transaksi sell/buy back repo, terdapat dua
kali proses pemindahbukuan. Sebagai contoh, misalkan broker A bertransaksi
repo jual dengan bank B, maka pada tanggal penyelesaian pertama (biasa disebut
1st leg) terjadi perpindahan efek dari broker A ke bank B yang diikuti pula
dengan perpindahan dana dari bank B ke broker A. Sedangkan pada tanggal
82 penyelesaian kedua (biasa disebut 2nd leg yang juga merupakan jatuh tempo
repo), jumlah dan instrument efek yang sama akan berpindah dari Bank B ke
broker A yang diikuti dengan perpindahan dana sesuai dengan kesepakatan dari
broker A ke bank B. Umumnya, harga pada saat penebusan lebih tinggi
dibandingkan harga penjualan.
d. Transaksi Pinjam Meminjam Efek (PME) dapat terjadi dalam hal anggota bursa
tidak memiliki efek yang mencukupi untuk menyelesaikan kewajibannya yang
timbul akibat jual beli efek yang dilakukannya di Bursa Efek. Tidak ada
ketentuan khusus yang diterbitkan oleh Bapepam-LK terkait dengan transaksi ini.
Namun terdapat beberapa ketentuan yang mendukung transaksi tersebut seperti
ketentuan pasal 1 angka 28 UUPM, Peraturan Bapepam dan LK Nomor V.D.6,
Peraturan KPEI II-10 tentang Jasa Pinjam Meminjam Efek Tanpa Warkat,
standar (form) perjanjian KPEI sebagai pemberi pinjaman (lender), dan
perjanjian KPEI sebagai peminjam (borrower). Pada bulan Oktober 2008 PME
sempat dihentikan menyusul terjadinya kejatuhan pasar modal akibat krisis
finansal global, namun sejak bulan Mei 2009 PME telah dibuka kembali.
4. Biaya-Biaya Transaksi dan Penyelesaian
Penyelesaian (settlement) dilaksanakan apabila order beli dan order jual telah
cocok atau matched, penyerahan sertifikat saham dan pembayarannya harus
diselesaikan melalui Kliring Penjaminan Efek Indonesia (KPEI) dan Kustodian
Sentral Efek Indonesia (KSEI) pada hari ketiga setelah terjadinya transaksi atau
disebut T+3. Untuk setiap transaksi, seorang investor harus membayar komisi ke
83 Perusahaan Efek berdasarkan perjanjian antara kedua belah pihak. Komisi tidak boleh
melebihi 1% (satu persen) dari total nilai pembelian dan atau penjualan. Komisi atau
biaya transaksi berbeda antara Perusahan Efek satu dengan yang lainnya, pada
dasarnya hal tersebut didasarkan pada persentase tertentu dari nilai total transaksi
jual/beli atau a % x (jumlah saham x harga saham). Komisi atau biaya tersebut tidak
termasuk Pajak Pertambahan Nilai (PPN) sebesar 10% dari nilai komisi. Pajak
Pendapatan sebesar 0.1% juga akan dibebankan pada transaksi penjualan atau 0.1% x
(jumlah saham yang dijual x harga saham).
Keterangan
Transaksi Beli
Perhitungan
10 x 500 saham x Rp 4000
20.000.000
0.3% * Rp 20.000.000
60.000
10% x Rp 60.000
6.000
Komisi untuk broker (0.3% * nilai
transaksi)
PPN 10 % dari komisi
Total Biaya Pembelian Saham
66.000
Total Biaya yang dikeluarkan
Keterangan
Transaksi Jual
Nilai Uang (Rp)
20.066.000
Perhitungan
Nilai Uang (Rp)
10 x 500 saham x Rp 4000
20.000.000
0.3% * Rp 20.000.000
60.000
10% x Rp 60.000
6.000
0.1% * Rp 20.000.000
20.000
Komisi untuk broker (0.3% * nilai
transaksi)
PPN 10 % dari komisi
PPh (0.1% dari nilai transaksi)
Total Biaya Penjualan Saham
Total Biaya yang diterima
86.000
19.914.000
Nb: Ilustrasi perhitungan transaksi Jual dan Beli saham sebanyak 10 lot pada harga Rp 4.000 per saham dengan asumsi komisi kepada broker sebesar 0,3%.
Tabel 3.5
Ilustrasi Biaya Penjualan dan Pembelian Saham
84 F. Indeks Harga Saham
Indeks Harga Saham adalah indikator harga dari seluruh saham yang tercatat
di Bursa Efek. Indeks berfungsi sebagai tren pasar, artinya pergerakan indeks
menggambarkan kondisi pasar pada suatu waktu, apakah pasar sedang aktif atau lesu.
Pasar yang sedang bergairah (bullish period) atau terjadi transaksi yang aktif
ditunjukkan dengan indeks harga saham yang mengalami kenaikan dan kondisi inilah
yang diinginkan. Keadaan stabil ditunjukkan dengan indeks harga saham yang tetap,
sedangkan keadaan lesu (bearish period) ditunjukkan dengan indeks harga saham
yang mengalami penurunan.92 Sekarang ini Bursa Efek Indonesia memiliki 11 jenis
indeks harga efek, dengan rincian sepuluh indeks harga saham dan satu indeks
obligasi. Kesemua informasi indeks ini secara terus menerus disebarluaskan melalui
media cetak maupun elektronik sebagai pedoman bagi investor untuk berinvestasi di
pasar modal. Indeks efek ini diantaranya yaitu:
1. Indeks Individual yaitu indeks harga saham masing-masing emiten.
2. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menggunakan semua emiten yang
tercatat sebagai komponen perhitungan indeks. Saat ini beberapa emiten tidak
dimasukkan dalam perhitungan IHSG, misalnya emiten-emiten eks Bursa Efek
Surabaya karena alasan tidak (atau belum ada) aktivitas transaksi sehingga belum
tercipta harga dipasar. Per 3 Desember 2010, IHSG tercatat sebesar Rp 3.696,26.
92
Pandji Anoraga dan Piji Pakarti, Pengantar Pasar Modal, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2006), cet. Kelima, h. 102. 85 3. Indeks Sektoral menggunakan semua emiten yang ada pada masing-masing
sektor. Setidaknya ada sembilan sektor yang dibagi menjadi tiga kategori,
diantaranya yaitu Sektor Primer/Ekstraktif (sektor pertanian, pertambangan),
Sektor Sekunder / Industri Pengolahan dan Manufaktur (industri dasar dan kimia,
aneka industri, industri barang konsumsi), dan Sektor Tersier / Industri jasa dan
non-manufaktur (properti dan real estate, transportasi dan infrastruktur,
keuangan, perdagangan-jasa dan investasi).
4. Indeks Papan Utama menggunakan emiten yang masuk dalam kriteria papan
utama. Per Desember 2009, dari 398 emiten yang tercatat di BEI, 177 emiten
masuk dalam Papan Utama sedangkan sisanya sebanyak 221 emiten masuk
dalam Papan Pengembangan. Indeks Papan Pengembangan, menggunakan
emiten yang masuk dalam kriteria papan pengembangan. serta
5. Indeks LQ45 menggunakan 45 emiten yang dipilih berdasarkan pertimbangan
likuiditas dan kapitalisasi pasar, dengan kriteria-kriteria yang telah ditentukan.
LQ45 diterbitkan setiap enam bulan sekali, yaitu pada awal bulan Februari dan
Agustus dengan dievaluasi setiap tiga bulan. Per 3 Desember 2010, indeks LQ45
tercatat sebesar Rp 670,86 dengan nilai kapitalisasi pasar sebesar Rp 2.126 triliun
atau sebesar 66,49% dari total kapitalisasi pasar BEI.
6. Jakarta Islamic Index (JII) menggunakan 30 emiten yang masuk dalam kriteria
syariah (Daftar Efek Syariah yang diterbikan oleh Bapepam-LK) dan termasuk
saham yang memiliki kapitalisasi besar dan likuiditas tinggi. JII diterbitkan setiap
enam bulan sekali yaitu bulan Januari dan Juli. Per 3 Desember 2010, JII tercatat
86 sebesar Rp 525,48 dengan nilai kapitalisasi pasar sebesar Rp 1.085 triliun atau
sebesar 33,44% dari total kapitalisasi pasar BEI. 93
7. Indeks Kompas100 menggunakan 100 emiten yang dipilih berdasarkan
pertimbangan likuiditas dan kapitalisasi pasar, dengan kriteria-kriteria yang telah
ditentukan. Evaluasi dilakukan setiap enam bulan sekali yaitu pada bulan
Februari dan Agustus.
8. Indeks BISNIS-27 menggunakan 27 emiten yang dipilih berdasarkan kriteria
tertentu dan merupakan kerja sama antara BEI dengan Harian Bisnis Indonesia.
Evaluasi dilakukan setiap bulan enam bulan sekali yaitu pada bulan Mei dan
November.
9. Indeks PEFINDO25 menggunakan 25 emiten yang dipilih berdasarkan kriteria
tertentu dan merupakan kerja sama antara BEI dengan lembaga rating
Pemeringkat Efek Indonesia/PEFINDO. Evaluasi dilakukan setiap bulan enam
bulan sekali yaitu pada bulan Februari dan Agustus.
10. Indeks SRI-KEHATI menggunakan 25 emiten yang dipilih berdasarkan kriteria
tertentu dan merupakan kerja sama antara BEI dengan Yayasan Keanekaragaman
Hayati Indonesia / KEHATI. SRI merupakan kependekan dari Sustainable and
Responsible Investment. Indeks ini dimaksudkan untuk memberikan tambahan
pedoman investasi bagi pemodal yaitu dengan membuat suatu benchmark indeks
baru yang secara khusus memuat emiten yang memiliki kinerja yang sangat baik
93
BAPEPAM‐LK, “Statistik Pasar Modal”, Minggu Ke‐1 Desember 2010: 29 November ‐ 3 Desember 2010, diakses pada tanggal 18 Desember 2010 dari http://www.bapepam.go.id/pasar_modal/publikasi_pm/statistik_pm/index.htm. 87 dalam mendorong usaha-usaha berkelanjutan, serta memiliki kesadaran terhadap
lingkungan hidup, sosial dan tata kelola perusahaan yang baik. Evaluasi
dilakukan setiap bulan enam bulan sekali yaitu pada bulan Mei dan November.
11. Indeks Obligasi Pemerintah Indonesia merupakan indeks yang secara khusus
dikembangkan sebagai indikator perkembangan Surat Utang Negara / SUN
berdenominasi rupiah dengan kupon bernilai tetap dan memiliki masa tempo
lebih dari satu tahun.
G. Proses Penyaringan Saham Syariah (Shariah Screening Stock)
Sejak tahun 2000, pasar modal Indonesia telah memiliki indeks syariah yaitu
Jakarta Islamic Index (JII), di mana penentuan kriterianya disusun berdasarkan
persetujuan Dewan Pengawas Syariah PT Danareksa Investment Management.
Namun sejak Juni 2007 penentuan dan pengawasan kinerja JII dilakukan oleh
Bapepam-LK bekerja sama dengan DSN-MUI. Sejak itu pula, Bapepam-LK tidak
lagi hanya menyaring efek untuk dimasukkan ke dalam JII saja, tetapi juga
menerbitkan suatu kumpulan efek yang tidak bertentangan dengan prinsip-prinsip
syariah di Pasar Modal yang disebut Daftar Efek Syariah (DES). DES diterbitkan dua
kali dalam setahun yaitu per Mei dan November. DES pertama kali diterbitkan 30
November 2007 dengan 172 saham.
Hingga tahun 2003 efek-efek syariah menurut Fatwa DSN MUI No. 40/DSNMUI/X/2003 tentang Pasar Modal dan Pedoman Umum Penerapan Prinsip Syariah di
Bidang Pasar Modal mencakup Saham Syariah, Obligasi Syariah, Reksadana Syariah,
Kontrak Investasi Kolektif Efek Beragun Aset (KIK EBA) Syariah, dan surat
88 berharga lainnya yang sesuai dengan prinsip-prinsip syariah.94 Belakangan sejak
tanggal 6 Maret 2008, instrummen keuangan syariah bertambah dengan
dikeluarkannya fatwa No. 65/DSN-MUI/III/2008 tentang Hak Memesan Efek
Terlebih Dahulu (HMETD) Syariah dan fatwa DSN-MUI No. 66/DSN-MUI/III/2008
tentang Waran Syariah pada.95
Per November 2010, efek yang termasuk dalam DES berupa 11 jenis Surat
Berharga Syariah Negara (SBSN), 31 sukuk atau obligasi syariah, 49 unit penyertaan
kontrak investasi kolektif (KIK) reksa dana syariah, dan 221 saham emiten,
perusahaan publik, dan emiten tidak listing.96 Sejak bulan Juni 2010, otoritas Bursa
94
Saham Syariah adalah bukti kepemilikan atas suatu perusahaan yang memenuhi kriteria sebagaimana tercantum dalam pasal 3 Fatwa DSN MUI No. 40/DSN‐MUI/X/2003, dan tidak termasuk saham yang memiliki hak‐hak istimewa. Obligasi Syariah adalah surat berharga jangka panjang berdasarkan Prinsip Syariah yang dikeluarkan emiten kepada pemegang Obligasi Syariah yang mewajibkan emiten untuk membayar pendapatan kepada pemegang Obligasi Syariah berupa bagi hasil/margin/fee serta membayar kembali dana obligasi pada saat jatuh tempo. Reksa Dana Syariah adalah Reksa Dana yang beroperasi menurut ketentuan dan prinsip Syariah Islam, baik dalam bentuk akad antara pemodal sebagai pemilik harta (Shahibul mal/ rabb al‐mal) dengan Manajer Investasi, begitu pula pengelolaan dana investasi sebagai wakil shahib al‐mal, maupun antara Manajer Investasi sebagai wakil shahib al‐mal dengan pengguna investasi. Efek Beragun Aset Syariah adalah Efek yang diterbitkan oleh kontrak investasi kolektif EBA Syariah yang portofolio‐nya terdiri dari aset keuangan berupa tagihan yang timbul dari surat berharga komersial, tagihan yang timbul di kemudian hari, jual beli pemilikan aset fisik oleh lembaga keuangan, efek bersifat investasi yang dijamin oleh pemerintah, sarana peningkatan investasi/arus kas serta aset keuangan setara, yang sesuai dengan Prinsip‐Prinsip Syariah. Surat berharga komersial Syariah adalah surat pengakuan atas suatu pembiayaan dalam jangka waktu tertentu yang sesuai dengan Prinsip‐Prinsip syariah. 95
Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (HMETD) Syariah adalah hak yang melekat pada saham yang termasuk dalam Daftar Efek Syariah (DES) yang memungkinkan para pemegang saham yang ada untuk membeli efek baru; termasuk saham, efek yang dapat dikonversikan menjadi saham dan waran, sebelum ditawarkan kepada pihak lain. Hak tersebut wajib dapat dialihkan. Waran berdasarkan prinsip syariah adalah efek yang diterbitkan oleh suatu perusahaan yang memberi hak kepada pemegang efek yang termasuk dalam Daftar Efek Syariah (DES) untuk memesan saham dari emiten pada harga tertentu untuk jangka waktu 6 (enam) bulan atau lebih sejak diterbitkannya tersebut. (Fatwa no. 65 dan 66 DSN‐MUI). 96
Lihat lampiran, Update Daftar Efek Syariah periode VII bulan November 2010 berdasarkan Keputusan Bapepam‐LK no. KEP‐523/BL/2010 tentang Daftar Efek Syariah. 89 Efek Indonesia membubuhkan tanda [S] yang berarti syariah, pada setiap efek yang
masuk ke dalam DES, baik dalam publikasi tertulis maupun publikasi elektronik.
Periode
Tanggal Terbit
Saham
Syariah
Saham
Tercatat
Prosentase (%)
I
30 November 2007
164
383
42.82%
II
30 Mei 2008
180
390
46.15%
III
28 November 2008
185
396
46.72%
IV
29 Mei 2009
177
396
44.70%
V
30 November 2009
186
402
46.27%
VI
27 Mei 2010
194
406
47.78%
VII
29 November 2010
209
415
50.36%
Rata-rata
46.40%
Sumber: Bapepam‐LK Tabel 3.6
Komposisi Saham Syariah
Berdasarkan Peraturan Bapepam-LK Nomor IX.A.13 tentang Penerbitan Efek
Syariah dan juga pasal 3 ayat 2 fatwa DSN MUI No.40/DSN-MUI/X/2003 tentang
Pasar Modal dan Pedoman Umum Penerapan Prinsip Syariah di Bidang Pasar Modal,
jenis kegiatan utama suatu badan usaha yang dinilai tidak memenuhi prinsip syariah
Islam adalah:
1. Kriteria Saham Syariah
Penyaringan Kualitatif (Core Bussines Activity Screening)97 saham syariah di
Indonesia sebagai berikut.
97
Kriteria Kualitatif yang dilakukan oleh FTSE Shariah Index Series yaitu mengeluarkan emiten yang bergerak di bidang keuangan konvensional (perbankan, asuransi dan jasa keuangan konvensional lainnya), perusahaan alkohol dan produk turunannya, perusahaan yang memproduksi, mengemas, memproses bahan yang mengandung daging babi dan makanan non‐halal maupun 90 a. Usaha perjudian dan permainan yang tergolong judi atau perdagangan yang
dilarang.
b. Menyelenggarakan jasa keuangan yang menerapkan konsep ribawi (termasuk
perbankan dan asuransi konvensional), jual beli resiko yang mengandung gharar
dan maisir.
c. Memproduksi, mendistribusikan, memperdagangkan dan atau menyediakan :
1) Barang dan atau jasa yang haram karena zatnya (haram li-dzatihi)
2) Barang dan atau jasa yang haram bukan karena zatnya (haram li-ghairihi)
yang ditetapkan oleh DSN-MUI, dan atau
3) Barang dan atau jasa yang merusak moral dan bersifat mudarat.
d. Melakukan investasi pada perusahaan yang pada saat transaksi tingkat (nisbah)
hutang perusahaan kepada lembaga keuangan ribawi lebih dominan dari
modalnya, kecuali investasi tersebut dinyatakan kesyariahannya oleh DSN-MUI.
Sedangkan kriteria saham yang masuk dalam kategori syariah adalah:
a. Tidak melakukan kegiatan usaha sebagaimana yang diuraikan di atas,
b. Tidak melakukan perdagangan yang tidak disertai dengan penyerahan
barang/jasa dan perdagangan dengan penawaran dan permintaan palsu,
produk turunannya, perusahaan yang bergerak di jasa hiburan (kasino, judi, sinema, music, pornografi, dan hotel), perusahaan rokok, perusahaan persenjataan dan pertahanan. (FTSE The Index Company, “Ground Rules for the Management of the FTSE Shariah Global Equity Index Series”, Version 1.4 September 2010). Untuk kriteria kualitatif Dow Jones Islamic Market Index (DJIM) menerapkan standar yang hampir sama seperti yang diterapkan FTSE. (Dow Jones Indexes, “Guide to the Dow Jones Islamic Market Index”, Januari 2006). 91 c. Kriteria Kuantitatif (Financial Ratio Screening)98 yaitu dengan tidak melebihi
rasio keuangan sebagai berikut:
1) Total hutang yang berbasis bunga dibandingkan dengan total ekuitas tidak
lebih dari 82% (hutang yang berbasis bunga dibandingkan dengan total
ekuitas tidak lebih dari 45% : 55%),
2) Total pendapatan bunga dan pendapatan tidak halal lainnya dibandingkan
dengan total pendapatan (revenue) tidak lebih dari 10%.
2. Kriteria Pemilihan Saham Jakarta Islamic Index
Untuk menetapkan saham-saham yang masuk dalam perhitungan Jakarta
Islamic Index dilakukan proses seleksi sebagai berikut:
a.
Seleksi Syariah, saham-saham yang akan dipilih berdasarkan kriteria Daftar
Efek Syariah (DES) yang dikeluarkan oleh Bapepam–LK dan DSN MUI
berdasarkan Peraturan Bapepam-LK Nomor IX.A.13 tentang Penerbitan Efek
Syariah.
b.
Seleksi Kapitalisasi, memilih 60 saham dari Daftar Efek Syariah tersebut
berdasarkan urutan kapitalisasi pasar terbesar selama satu tahun terakhir.
98
Kriteria kuantitatif yang diberlakukan FTSE Shariah Index Series yaitu total utang kurang dari 33% total aktiva, cash and interest bearing items kurang dari 33% total aktiva, total piutang kurang dari 50% total aktiva, dan pemasukan bunga maupun pemasukan non‐halal tidak lebih dari 5% total pendapatan. (FTSE The Index Company, “Ground Rules for the Management of the FTSE Shariah Global Equity Index Series”, version 1.4 September 2010). Sedangkan penyaringan rasio finansial yang dilakukan Dow Jones Islamic Market Index (DJIM) yaitu mengeluarkan perusahaan yang rasionya melebihi 33% pada tiap‐tiap; total utang dibagi rata‐rata 24 bulan kapitalisasi pasar, jumlah kas perusahaan dan efek berbunga dibagi rata‐rata 24 bulan kapitalisasi pasar, dan total piutang dibagi rata‐rata 24 bulan kapitalisasi pasar. (Dow Jones Indexes, “Screens for Shari’ah Compliance”, artikel diakses tanggal 15 Oktober 2010 dari http://www.djindexes.com/islamicmarket/?go=shariah‐compliance). 92 c.
Seleksi Nilai Volume Transaksi, dari 60 saham tersebut, dipilih 30 saham
tertinggi berdasarkan tingkat likuiditas rata-rata nilai transaksi di pasar reguler
selama satu tahun terakhir.
d.
Proses Evaluasi Emiten, pengkajian ulang akan dilakukan setiap enam bulan
sekali dengan penentuan komponen indeks pada awal bulan Januari dan Juli.
Sedangkan perubahan pada jenis usaha emiten akan dimonitoring secara terus
menerus berdasarkan data-data publik yang tersedia.
93 BAB IV
PASAR MODAL SYARIAH
DAN AKTIVITAS YANG DILARANG DI DALAMNYA
A. Problematika Seputar Pasar Modal Syariah
Pasar modal dengan segala problematikanya telah menjadi kajian komprehensif di kalangan ahli hukum Islam. Dalam hal ini para pakar fikih kontemporer
tidak berselisih atas keharaman saham yang berasal dari emiten yang bergerak di
bidang usaha yang haram, misalnya perusahaan minuman keras, makanan yang
mengandung babi dan produk turunannya, perjudian, jasa keuangan ribawi, prostitusi
dan pornografi, dsb. Namun mereka berbeda pendapat jika saham yang ditransaksikan berasal dari emiten yang bergerak di bidang usaha yang halal, seperti bidang
pertambangan, pertanian, transportasi, tekstil, telekomunikasi, dsb. Masing-masing
pihak saling mengajukan argumentasi yang cukup kuat dalam menentukan keabsahan
transaksi saham tersebut di pasar modal.
Bahkan beberapa kalangan diantaranya berpendapat bahwa haram melakukan
jual beli saham walau dari perusahaan yang bidang usahanya halal. Mereka mempermasalahkan bentuk perusahaan Perseroan Terbatas (PT) karena perusahaan tersebut
tidak memenuhi syarat dalam perserikatan Islami (syirkah islamiyah). Taqiyuddin anNabhani dalam an-Nizham al-Iqtishadi (2004) menegaskan bahwa perseroan terbatas
adalah bentuk syirkah yang batil (tidak sah), karena bertentangan dengan hukumhukum syirkah dalam Islam. Kebatilannya antara lain dikarenakan dalam PT tidak
terdapat ijab dan kabul sebagaimana dalam akad syirkah. Yang ada hanyalah
94 transaksi sepihak dari para investor yang menyertakan modalnya dengan cara
membeli saham dari perusahaan atau dari pihak lain di pasar modal, tanpa ada
perundingan atau negosiasi apa pun baik dengan pihak perusahaan maupun pesero
(investor) lainnya.99
Pendapat lainnya lebih mengkritisi perkembangan harga saham di pasar modal
yang saat ini sudah jauh dari nilai instrinsiknya. Hal ini diakibatkan oleh transaksi
spekulatif serta keinginan para pelaku pada umumnya agar harga saham terus
meningkat, ditambah banyaknya berita bohong (rumor) dan tindakan manipulasi
harga, sehingga perubahan harga yang terjadi tidak mencerminkan nilai saham
sebenarnya secara wajar. Permasalahan ini juga diperparah dengan adanya monopoli
saham oleh spekulan dan pemodal besar agar bisa menekan pihak penjual lain dengan
mengatur harga sesuai keinginannya.100 Kenaikkan harga saham yang terjadi bukan
didorong oleh bertambahnya keuntungan perusahaan dan jumlah deviden yang
dibagikan, melainkan dipicu oleh harapan dan impian pemburu saham terutama dari
kalangan yang paling awam. Kondisi seperti ini merupakan sasaran empuk bagi para
spekulan yang sangat jeli dalam menganalisis perkembangan pasar.
99
KH. M. Shiddiq al‐Jawi, “Jual Beli Saham dalam Pandangan Islam”, diakses tanggal 23 Oktober 2010 dari http://konsultasi.wordpress.com/2007/09/14/jual‐beli‐saham‐dalam‐pandangan‐
islam/. 100
Contoh sederhananya, sebagian besar pelaku pasar sengaja melepas saham sambil menyebarkan isu‐isu negatif agar harganya turun dikarenakan banyaknya penawaran (supply). Tekanan jual dan kuatnya spekulan mendikte pasar memaksa investor lain untuk menjual saham‐
sahamnya dengan harga murah. Ketika harga saham semakin menurun, spekulan membeli kembali saham tersebut dengan harga lebih murah sebelum harganya meningkat kembali. Pada akhirnya spekulanlah yang beruntung sementara investor kecil lain harus menanggung kerugian yang disebabkan tindakan buruk spekulan dan investor besar yang memonopoli saham dalam porsi yang dominan. 95 Namun bagi mereka yang melegalkan jual beli saham berpendapat bahwa
pada dasarnya saham tidak lain merupakan suatu bukti kepemilikan atas perusahaan
tertentu yang berbentuk aset, sehingga pada dasarnya saham merupakan cerminan
kepemilikan atas aset tertentu. Oleh karena itu, konsekuensinya adalah saham dapat
diperjualbelikan sebagaimana layaknya barang, dengan catatan bahwa jual beli saham
tersebut tetap mengacu pada pedoman jual beli barang secara umum, yaitu
terpenuhinya rukun, syarat, aspek kerelaan (an taradhin), serta terhindar dari unsur
haram, gharar, riba, maisir, risywah, maksiat dan kezhaliman. Hal ini juga diperkuat
dengan fatwa yang diterbitkan Dewan Syariah Nasional - Majelis Ulama Indonesia
(DSN-MUI) yang telah memutuskan akan kebolehan jual beli saham dalam fatwa
nomor 40/DSN-MUI/X/2003 tentang Pasar Modal dan Pedoman Umum Penerapan
Prinsip Syariah di Bidang Pasar Modal.101
Dalam hal perkembangannya di dalam negeri sendiri, keberadaan pasar modal
syariah di Indonesia belumlah semapan dibandingkan negara-negara lain yang lebih
dahulu mengembangkan pasar modal yang berbasis syariah, seperti Malaysia, Saudi
Arabia, dan Kuwait. Hal ini salah satunya didasari bahwa pasar modal syariah di
Indonesia bukanlah pasar modal yang berdiri sendiri, melainkan bagian dari struktur
pasar modal Indonesia secara keseluruhan. Aktif dan lambannya perkembangan pasar
modal syariah secara tidak langsung ditopang oleh perkembangan sosialisasi dan
pendidikan investasi di pasar modal Indonesia. Perlu diketahui, untuk saat ini saja
101
Lihat lampiran Fatwa Dewan Syariah Nasional – Majelis Ulama Indonesia nomor 40/DSN‐
MUI/X/2003 tentang Pasar Modal dan Pedoman Umum Penerapan Prinsip Syariah di Bidang Pasar Modal. 96 jumlah rekening baru sekitar 400 ribuan dari 200 sekian juta penduduk Indonesia,
artinya masih ada peluang yang cukup besar yang dapat diekplorasi menjadi unit
ekonomi yang aktif dalam kegiatan pasar modal, konvensional ataupun syariah.
Bahkan lebih jauh, hal ini juga berarti potensi Indonesia menjadi pusat pengembangan ekonomi syariah di bidang pasar modal.
Akan tetapi untuk saat ini target tersebut hanya akan menjadi impian utopis
saja, karena otoritas penyelenggara bursa yaitu Bursa Efek Indonesia (BEI), saat ini
tidak membedakan mekanisme transaksi efek yang syariah atau tidak. Seperti yang
dikutip dalam wawancara dengan bapak Taufiq Rochman, staf divisi pemasaran BEI,
yang menjelaskan bahwa BEI hanya bertindak sebagai fasilitator perdagangan efek,
pilihan untuk bertransaksi secara konvensional atau syariah dikembalikan kepada
motivasi masing-masing investor.
”Masih bisa, indeks syariah itu tidak ada pembedaan artinya hanya indeks
saja. Transaksi dan mekanismenya sama. Kita tidak membedakan apakah
transaksi itu syariah atau tidak, kita tidak memiliki laporan transaksi
syariah. Kita transaksi secara umum, tidak menanyakan apakah anda akan
bertransaksi secara syariah atau tidak. Jadi, dapat disimpulkan pihak bursa
hanya memberikan pengelompokkan arah investasi, apakah akan memilih
saham-saham pertanian atau saham finance, ataupun saham-saham yang
syariah dasarnya ini. Pilihannya dikembalikan ke masing-masing orang.”102
Sampai saat ini, tidak ada suatu aturan dan mekanisme khusus di bursa guna
setidaknya mencegah terjadinya moral hazard bagi pelaku pasar muslim melakukan
transaksi yang bertentangan dengan prinsip syariah. Upaya yang dilakukan pihak BEI
102
Lihat lampiran, Taufiq Rochman, Wawancara Pribadi oleh Arief Himawan, 18 Agustus 2010, Bursa Efek Indonesia, Jakarta. Tape recording. UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 97 dalam menghindari transaksi yang bertentangan dengan syariah masih sebatas
sosialisasi dan edukasi berinvestasi yang sesuai syariah kepada pelaku pasar muslim.
”...Kita (BEI) hanya menginfokan. Jadi kalau anda ingin transaksi syariah di
pasar modal pilihlah saham-saham yang syariah. Ya jangan saham perbankan,
jangan saham minuman keras, rokok. Kalau obligasi ya obligasi yang syariah
misal sukuk. Kita informasikan juga, kita sebagai fasilitator kan menyediakan
semua, tinggal masyarakat maunya pakai yang mana. Intinya dalam
sosialisasi ya kita angkat tema-tema syariah.”103
Hal ini juga ditambah oleh kebijakan ‘regulator atas’ yaitu Bapepam-LK,
yang belum memiliki aturan khusus yang menjadi pedoman mekanisme transaksi
yang sesuai syariah. Saat ini Bapepam-LK baru sebatas menerbitkan aturan mengenai
penerbitan efek syariah, akad-akad yang digunakan, serta kriteria penerbitan Daftar
Efek Syariah.104 Aturan tersebut hanya berjalan ketika efek syariah akan terbit di
pasar perdana, sedangkan ketika efek diperdagangkan masuk ke pasar sekunder, para
pelaku pasar muslim hanya berpedoman pada batasan dalam fatwa nomor 40 DSNMUI yang pada intinya menekankan bahwa perdagangan efek syariah wajib
menerapkan prinsip kehati-hatian serta tidak diperbolehkan melakukan spekulasi dan
manipulasi yang di dalamnya mengandung unsur dharar, gharar, riba, maisir,
risywah, maksiat dan kezhaliman. Padahal ketegasan dan kejelasan terkait kesesuaian
syariah atas perdagangan efek syariah di pasar sekunder merupakan kunci ketenangan
dan kepercayaan masyarakat dalam berinvestasi di pasar modal.
103
Lihat lampiran, Taufiq Rochman, Wawancara Pribadi oleh Arief Himawan, 18 Agustus 2010, Bursa Efek Indonesia, Jakarta. Tape recording. UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 104
Lebih lengkapnya lihat Peraturan Bapepam‐LK nomor II.K.1 tentang Kriteria dan Penerbitan Daftar Efek Syariah; nomor IX.A.13 tentang Penerbitan Efek Syariah; nomor IX.A.14 tentang Akad‐Akad yang Digunakan dalam Penerbitan Efek Syariah di Pasar Modal. 98 Disamping itu pula, salah satu permasalahan yang terkati erat dengan
transaksi di pasar modal adalah spekulasi. Secara sederhana spekulasi merupakan
tindakan mengambil resiko. Hal ini biasa dilakukan oleh investor ataupun
spekulator.105 Investor yang baik di pasar modal akan memanfaatkan bursa sebagai
wahana investasi di perusahaan-perusahaan yang diyakininya bagus dan menguntungkan. Keputusan investasi yang mereka lakukan didasari pada informasi yang
terpercaya dan dapat dipertanggungjawabkan mengenai faktor-faktor fundamental
ekonomi makro dan perusahaan itu sendiri disertai kajian analisis teknikal secara
saksama. Tindakan ini disebut good speculation.
Sedangkan spekulator cenderung memanfaatkan bursa sebagai sarana
mengumpulkan pundi-pundi keuangan pribadi tanpa memperdulikan efek negatif dan
distorsi pasar yang diakibatkannya. Tindakan ini disebut bad speculation. Pasar
dengan bad speculation akan dipenuhi kegiatan perjudian, manipulasi, hingga rumorrumor yang disebarkan dengan maksud menggoreng saham di pasaran.106 Sebaliknya,
good speculation akan mendorong terciptanya sirkulasi modal yang meningkatkan
perekonomian secara makro, sebab investasinya didasari kualitas kinerja perusahaan
105
Beberapa kalangan membedakan antara investor dengan spekulator berdasarkan tingkat ketidakpastian yang dihadapinya. Spekulator cenderung melibatkan bisnisnya pada sesuatu yang tingkat ketidakpastiannya tinggi dan bahkan sering kali dilakukan tanpa perhitungan matang, sedangkan investor senantiasa menghitung resiko dengan tingkat return yang diterimanya. Sehingga spekulasi tidak lain merupakan game of chance, sedangkan investasi bisnis adalah game of skill. 106
Goreng saham merupakan istilah dikalangan pelaku pasar modal yang menggambarkan saham perusahaan‐perusahaan yang umumnya diperdagangkan bukan berdasarkan fundamentalnya tetapi sering diperdagangkan oleh para bandar saham untuk mendapatkan keuntungan. Ciri‐ciri saham ini adalah memiliki kapitalisasi yang kecil sehingga mudah bagi para bandar tersebut untuk memainkan saham karena jumlah sahamnya yang relatif sedikit. 99 (emiten), dalam hal ini emiten dituntut untuk lebih meningkatkan performa
perusahaan, efisiensi, tingkat pendapatan, dan transparansi keuangan jika ingin
menarik hati investor di pasar modal.
Pada hakikatnya spekulasi dilarang bukanlah karena ketidakpastian yang ada
dihadapannya, melainkan bagaimana cara seseorang menyikapi ketidakpastian
tersebut. Manakala ia mengabaikan aturan hukum dan tanggung jawab demi
mendapatkan keuntungan semata dari adanya ketidakpastian, maka inilah yang
dilarang syariat Islam terhadap praktik gharar dan maisir. Ketidakpastian yang
diakibatkan keduanya lebih banyak membawa kemudharatan, efek negatif, ataupun
bahaya (hazard). Bahkan secara pragmatis, maisir (judi) merupakan kegiatan
spekulatif yang tidak berkaitan dengan sektor riil/produktif. Sehingga jelas bahwa
pada dasarnya segala tindakan spekulatif yang cenderung ke arah maisir tidaklah akan
meningkatkan agregat supply barang dan jasa.
Kembali pada akar permasalahan spekulasi, pembahasannya kemudian adalah
upaya apa yang bisa dilakukan dalam menanggulangi kemungkinan terjadinya bad
speculation di pasar modal. Banyak kalangan yang telah mengajukan berbagai
solusinya, diantaranya yaitu menetapkan minimum holding periode atau jangka
waktu memegang saham minimum, menetapkan harga saham tertinggi (ceiling price)
tiap-tiap perusahaan dengan interval periode tertentu, mewajibkan serah terima bukti
kepemilikan fisik saham, dsb.107 Akan tetapi karena alasan efesiensi dan likuiditas,
107
Dengan menetapkan minimum holding periode, saham tidak bisa diperjualbelikan setiap saat, sehingga meredam motivasi mencari untung dari volatilitas saham semata. Jangka waktu 100 maka hal tersebut sulit diimplementasikan. Oleh sebab itu, perlu kajian lebih lanjut
yang mendalam oleh para pakar guna merumuskan formula yang dapat meredam bad
speculation di pasar modal.
B. Transaksi yang Dilarang pada Perdagangan Saham
Pada dasarnya memperdagangkan sekuritas di pasar modal dibolehkan selama
tidak melanggar prinsip syariah. Untuk mengetahui apa saja yang menjadi batasan
syariah ini, kita perlu merujuk kepada al-Qur’an dan as-Sunnah sebagai pedoman
utama. Namun untuk permasalahan muamalat yang kompleks, tidak semua orang
berkemampuan dalam menafsirkan secara langsung dari kedua sumber hukum
tersebut. Maka kemudian di sinilah kita perlu merujuk kepada pihak yang lebih
kompeten mencarikan hujjah hukum untuk menyelesaikan permasalahan tersebut.
Pihak yang dimaksud di sini adalah pihak yang memiliki kapasitas dan kapabilitas
untuk melakukan ijtihad terhadap suatu kasus permasalahan, yaitu pemerintah dalam
memegang saham yang diusulkan setidaknya satu pekan, atau usulan lainnya yaitu boleh menjual kembali saham tersebut namun dengan dikenakan denda/penalti. Rumusan besarnya penalti yaitu: apabila dijual dalam hari yang sama, maka penaltinya 90%; apabila dijual pada hari berikutnya, maka penaltinya 89%; apabila dijual pada 2 hari berikutnya, maka penaltinya 88%, dst. Aturan lainnya adalah setiap jual beli harus diikuti dengan serah terima bukti fisik saham, ataupun juga menetapkan harga saham tertinggi (HST) tiap‐tiap perusahaan dengan interval tidak lebih dari tiga bulan sekali. Saham dapat dijual dengan harga di bawah HST, namun tidak boleh diperjualbelikan lebih tinggi dari HST. Rumusan besarnya HST yaitu, HST = Jumlah Kekayaan Perusahaan Jumlah Saham yang Diterbitkan Lihat Mokhtar Metwally, “The Role of the Stock Exchange in An Islamic Economy”, Journal of Research in Islamic Economics, Vol. 2, No. 1, h. 22, 1984. Nurul Huda dan Mustafa Edwin Nasution, Investasi pada Pasar Modal Syariah, (Jakarta: Kencana), 2007, h.77‐80, dan juga arsip mailinglist dalam grup diskusi Ekonomi‐Syariah, “Tanya Batasan Spekulasi?”, diakses tanggal 7 November 2010, dari http://www.mail‐archive.com/ekonomi‐[email protected]/msg01231.html. 101 hal ini dibantu oleh ulama. Oleh sebab itu, kita pun sebaiknya harus tunduk pada
aturan pemerintah maupun fatwa ulama.108
Begitu pula dalam lingkup pasar modal, pemerintah dan juga ulama telah
memberikan batasan sebagai panduan agar terhindar dari praktik yang melanggar
syariah. Dalam pasal 5 ayat 2 fatwa DSN No.40/DSN-MUI/X/2003 praktik yang
dilarang dalam transaksi di pasar modal diantaranya yaitu najsy, bai’ al ma’dum,
insider trading, margin trading, ihtikar, dsb.109 Perdagangan efek syariah di pasar
modal harus dilakukan menurut prinsip kehati-hatian serta tidak diperbolehkan
melakukan spekulasi dan manipulasi yang di dalamnya mengandung unsur dharar,
gharar, riba, maisir, risywah, maksiat dan kezhaliman. Batasan ini diberlakukan tidak
hanya kepada investor dan broker, tetapi juga kepada seluruh stakeholder untuk
menghindari terjadinya transaksi yang melanggar prinsip syariah.
1. Larangan Memperdagangkan Sekuritas yang Haram, Membawa Kepada
Kemaksiatan dan Kemudharatan.
Para ulama kontemporer sepakat bahwa haram memperdagangkan saham dari
perusahaan yang bergerak di bidang usaha yang haram serta perusahaan membawa
108
“Hai orang‐orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (nya), dan ulil amri di antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al Quran) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar‐benar beriman kepada Allah dan hari kemudian, yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya.” (QS. An‐Nisa [4]: 59) 109
Najsy, yaitu melakukan penawaran palsu; Bai’ al‐ma’dum, yaitu melakukan penjualan atas barang (Efek Syariah) yang belum dimiliki (short selling); Insider trading, yaitu memakai informasi orang dalam untuk memperoleh keuntungan atas transaksi yang dilarang; Menimbulkan informasi yang menyesatkan; Margin trading, yaitu melakukan transaksi atas Efek Syariah dengan fasilitas pinjaman berbasis bunga atas kewajiban penyelesaian pembelian Efek Syariah tersebut; dan Ihtikar (penimbunan), yaitu melakukan pembelian atau dan pengumpulan suatu Efek Syariah untuk menyebabkan perubahan harga Efek Syariah, dengan tujuan mempengaruhi Pihak lain. 102 kemaksiatan dan kemudharatan. Misalnya saham perusahaan yang memproduksi
minuman keras, produk olahan dari daging babi, industri hiburan seperti kasino,
perjudian, pornografi, music, dsb. Bahkan sebagian saham perusahaan yang
berkategori blue-chip pun juga haram untuk diperdagangkan seperti perbankan,
asuransi konvensional, serta perusahaan rokok. Hingga kini di Bursa Efek Indonesia
(BEI) emiten yang benar-benar berkategori haram masih terbatas pada perusahaan
penghasil minuman keras, rokok, dan pembungaan uang saja. Sedangkan emiten yang
memproduksi makanan haram, perjudian, industri pornografi dan prostitusi, serta
pembuatan dan pemasaran senjata sebagai core business-nya belum ada yang listing
di BEI.
Dalil yang mengharamkan perdagangan saham ini adalah semua dalil yang
mengharamkan segala aktivitas tersebut. Kesemua perusahaan tersebut dianggap
hanya membawa sedikit manfaat dan cenderung menjurus kepada mafsadat yang
besar. Emiten yang haram ini diantaranya juga adalah saham perusahaan ritel dan
perhotelan yang menjajakan minuman keras, menjalankan praktik yang melanggar
hukum Islam, serta menjual makanan dan minuman yang haram. Dalam ajaran Islam
ditegaskan dengan jelas bahwa umat Islam tidak boleh memiliki ataupun
memperdagangkan sekuritas emiten yang mempraktikkan serta terlibat dalam
aktivitas yang dilarang hukum Islam.
Ada kejadian yang cukup menarik ketika pada akhir tahun 2000 MUI
mengeluarkan pernyataan bahwa perusahaan penghasil produk penyedap rasa
(vetsin/MSG) Ajinomoto dinyatakan haram, karena perusahaan ini diduga
103 menggunakan minyak lemak babi sebagai katalisator dalam proses produksinya.
Kejadian ini sontak menimbulkan sentiment negatif dari masyarakat baik dalam
maupun luar negeri, tidak terkecuali pada bursa Tokyo. Saham Ajinomoto Co. Inc.
merosot menembus batas 200 yen atau 14,3 persen dibandingkan penutupan
sebelumnya.110 Penurunan itu akibat kekhawatiran masalah di Indonesia itu menjalar
ke negara mayoritas Muslim lainnya. Penurunan penjualan produk akan mempengaruhi omzet penjualan, omzet penjualan yang menurun akan mengurangi laba
perusahaan, sedangkan pembagian deviden sendiri sangat bergantung pada besar
kecilnya laba perusahaan. Deviden yang kecil akan menurunkan prospek perusahaan.
Oleh karena itu, banyak investor yang sengaja melepas saham perusahaan tersebut
sebagai antisipasi penurunan nilai sahamnya.
2. Larangan Melakukan Manipulasi atau Tadlis
Salah satu praktik yang dilarang dilakukan dalam bermuamalat yaitu penipuan
atau tadlis. Praktik penipuan ini merupakan tindakan pengambilan harta dengan cara
bathil yang dilarang Islam. Di pasar modal praktik ini umumnya terjadi disertai
dengan melakukan tindakan window dressing guna memperdaya pembeli. Window
dressing adalah usaha untuk menutupi kekurangan dengan cara tertentu sehingga
tampak lebih baik agar barangnya terjual dengan harga tinggi. Dalam fikih klasik,
window dressing contohnya seperti menjual kurma basah ditutupi dengan kurma
110
Gatra, “Saham Ajinomoto di Tokyo Guncang” artikel diakses pada tanggal 15 Oktober 2010 dari http://www.gatra.com/2001‐01‐10/artikel.php?id=2808. 104 kering. Nabi Muhammad SAW pernah menegur pedagang pasar yang berdagang
dengan cara seperti itu.111
Ajaran Islam sangat menganjurkan umatnya untuk berlaku jujur dan tidak
boleh menipu. Jujur berarti memberikan informasi selengkap mungkin tentang
kelebihan maupun kekurangan barangnya. Ia tidak boleh menyampaikan informasi
yang tidak menggambarkan kondisi yang sebenarnya. Transaksi yang jujur tidak
hanya akan menguntungkan kedua belah pihak, tetapi juga transaksinya akan
membawa keberkahan.
Di pasar modal banyak sekali aktifitas penipuan yang kemudian terungkap,
bahkan diantaranya dilakukan oleh perusahaan dengan profil tinggi, seperti Enron dan
Madoff. Skandal kebangkrutan Enron (2001), perusahaan yang pada tahun 2000
menduduki peringkat ke-7 versi majalah Fortune 500 dengan mencatatkan omzet
sebesar US$ 100 miliar (Rp 900 triliun) ternyata tidak lebih dari suatu manipulasi
akuntansi saja.112 Selama bertahun-tahun Enron diduga melakukan penipuan dengan
membuat laporan keuangan palsu, hal ini dilakukan bekerja sama dengan perusahaan
Akuntan Publik, Arthur Andersen, untuk membuat seolah-olah neraca perusahaan
untung. Beberapa waktu setelah terungkapnya skandal ini, harga saham Enron rontok
hingga tidak memiliki nilai sama sekali, pemegang saham rugi hingga US$ 74 miliar
(Rp 630 triliun). Sejak itu, Enron menjadi lambang populer penipuan korporasi
terbesar sepanjang sejarah.
111
Lihat Hadis Muslim dari Abu Hurairah di bagian tadlis pada bab sebelumnya. Wikipedia, “Enron Scandal”, artikel diakses tanggal 20 Oktober 2010 dari http://en.wikipedia.org/wiki/Enron_scandal. 112
105 Penipuan besar lainnya dilakukan oleh Bernard Madoff (2008), mantan Ketua
NASDAQ, melalui perusahaan bernama Madoff Investment Securities. Madoff
menipu nasabahnya hingga US$ 50 miliar dengan melakukan investasi fiktif, caranya
dengan membayar nasabah lama dengan uang nasabah baru.113 Cara ini mirip dengan
arisan berantai yang marak di Indonesia.
Di Indonesia sendiri skandal penipuan pasar modal diantaranya yang
terungkap baru-baru ini yaitu kasus Katarina Utama (2010). PT Katarina Utama Tbk
(RINA) diduga melakukan penyelewengan dana IPO dan penggelembungan aset
perseroan. Dana IPO sebesar Rp 33,6 miliar pada penawaran Juli 2009 yang
rencananya digunakan untuk membeli peralatan, modal kerja serta menambah kantor
cabang, hingga saat ini tidak ada realisasi yang signifikan, malah ada indikasi kalau
manajemen RINA telah melakukan penggelembungan aset dengan memasukkan
sejumlah piutang fiktif dari sejumlah perusahaan.114
3. Larangan pada Transaksi yang Mengandung Riba
Dalam perdagangan di pasar modal, aktifitas yang mengandung riba dapat
dijumpai dalam obligasi konvensional, margin trading, dan saham preferen. Obligasi
konvensional dan juga saham preferen mengandung riba qard dan riba jahiliyah.
Obligasi memberikan pendapatan berupa prosentase bunga (kupon/coupon) sesuai
yang disepakati di awal. Hal yang serupa juga terjadi pada saham preferen. Pada
113
Wikipedia, “Madoff Investment Scandal”, artikel diakses tanggal 20 Oktober 2010 dari http://en.wikipedia.org/wiki/Madoff_investment_scandal. 114
Indro Bagus, “BEI Layangkan SP I ke Katarina Utama”, artikel diakses tanggal 15 November 2010 dari http://www.detikfinance.com/read/2010/09/23/124814/1446511/6/bei‐
layangkan‐sp‐i‐ke‐katarina‐utama. 106 saham jenis ini investor selain berhak menerima pembagian saham lebih dahulu dari
pada pemegang saham biasa, juga akan mendapat deviden yang bersifat tetap, yang
tidak tergantung pada kinerja perusahaan.
Sistem fixed income inilah yang tidak sesuai dengan ajaran Islam, karena tidak
ada seorang pun yang dapat memastikan apakah usahanya nanti akan mendapat
return. Besarnya return merupakan suatu yang tidak pasti, nilainya bisa positif, nol
(impas), bahkan negatif. Ketidakpastian return merupakan resiko yang harus
ditanggung secara bersama oleh pihak yang terlibat dalam transaksi. Inilah salah satu
contoh prinsip keadilan yang sangat ditekankan ajaran Islam.
Dalam fatwa no.40/DSN-MUI/X/2003 juga dilarang transaksi margin trading.
Bertransaksi saham dengan margin atau margin trading yaitu merupakan praktek
membeli saham dengan menggunakan fasilitas utang yang memungkinkan seseorang
melakukan pembelian saham melebihi kemampuan dana yang dimilikinya. Harapan
pembeli menggunakan fasilitas margin umumnya untuk mendapatkan keuntungan
yang berlipat ganda dengan modal yang lebih sedikit. Utang yang digunakan sebagai
margin harus dikembalikan beserta bunga yang telah ditetapkan. Utang tersebut
merupakan fasilitas yang diberikan oleh perusahaan pialang (broker) kepada anggota
investornya sebagai leverage (efek pengungkit).
Sebagai contoh, misalnya untuk bertransaksi saham sejumlah Rp 40 juta,
maka sesuai aturan bursa saat ini, dengan fasilitas margin investor cukup menyiapkan
dana (cash margin) minimal sebesar 50%-nya saja. Keuntungannya, jika transaksi
untung maka investor akan mendapatkan prosentase keuntungan yang lebih besar
107 dibandingkan bila bertransaksi tanpa margin. Sebaliknya, jika ternyata transaksi rugi
maka investor akan mengalami kerugian yang melebihi modal yang dimilikinya.
Saat ini tidak semua saham bisa ditransaksikan dengan fasilitas margin
trading. BEI memilih saham yang benar-benar layak dan bisa ditransaksikan secara
margin.115 Hal ini penting agar saham yang bisa ditransaksikan adalah saham yang
baik (memiliki prospek bagus ke depan) dan likuid (mudah diperdagangkan).
Disebabkan adanya insrumen bunga dalam fasilitas utang margin trading, ditambah
praktik margin trading cenderung lebih banyak digunakan oleh para spekulan untuk
bertransaksi jangka pendek bukan dalam arti investasi jangka panjang yang
sebenarnya, maka alasan inilah MUI mengharamkan margin trading.
4. Larangan Menjual Sekuritas yang Belum Dimiliki
Di dalam pasar modal konvensional terdapat suatu instrumen yang
memungkinkan investor untuk memperoleh keuntungan tanpa harus memiliki suatu
saham secara aktual pada saat transaksi. Praktik ini dikenal dengan istilah short
selling. Namun praktik ini dilarang pada pasar modal syariah di Indonesia seperti
yang tertuang dalam pasal 5 ayat 2 butir b fatwa DSN no.40/DSN-MUI/X/2003, yaitu
short selling merupakan penjualan atas barang (Efek Syariah) yang belum dimiliki
atau dalam fikih disebut Bai’ al-ma’dum. Landasan hukum pelarangan bai’ alma’dum itu sendiri didasarkan dari hadis Rasulullah saw yang melarang menjual
sesuatu yang belum dimiliki.
115
Lihat lampiran Pengumuman Bursa Efek Indonesia Peng‐00582/BEI.PSH/11‐2010 tentang Efek yang Dapat Ditransaksikan dan Dijaminkan dalam Rangka Transaksi Marjin dan atau Transaksi Short Selling. 108 ِ ‫ ُﻗﻠْ ُﺖ َاي َر ُﺳ ْﻮ َل‬:‫َﻋ ْﻦ َﺣ ِﻜ ْ ِﲓ ا ْﺑ ِﻦ ِﺣ َﺰا ٍم ﻗَﺎ َل‬
‫ﷲ ﻳَﺎْٔ ِﺗﻴْ ِ ْﲏ َّاﻟﺮ ُﺟ ُﻞ ﻓَﻴَ ْﺴﺎَٔﻟُ ِ ْﲏ‬
‫ َﻻ‬:‫ ﻓَ َﻘﺎ َل‬،‫ﻮق‬
ِ ‫اﻟﺴ‬
ُّ ‫ ُ َّﰒ َاﺑْ َﺘﺎﻋُ ُﻪ ِﻣ َﻦ‬،ُ‫َﻋ ِﻦ اﻟْ َﺒ ْﻴﻊ ِ ﻟَﻴْ َﺲ ِﻋ ْﻨ ِﺪي َﻣﺎ َٔا ِﺑ ْﻴ ُﻌ ُﻪ ِﻣﻨْﻪ‬
(‫ )رواﻩ اﶆﺴﺔ‬. َ‫ﺗَ ِﺒ ْﻊ َﻣﺎ ﻟَﻴْ َﺲ ِﻋ ْﻨﺪَ ك‬
Dari Hakim bin Hizam, ia berkata: Aku pernah bertanya kepada
Rasulullah saw, Ya Rasulullah (bagaimana) tentang seseorang
yang datang kepadaku, lalu meminta kepadaku supaya aku
menjual sesuatu yang aku tidak memilikinya untuk kujual? Ia
menjawab: “Janganlah engkau menjual sesuatu yang engkau tidak
memiliki.” (HR Ahmad bin Hanbal, Abu Dawud, at-Tirmidzi, anNasa’i, dan Ibnu Majah)116
Akan tetapi aktifitas short selling diperbolehkan oleh Dewan Penasihat
Syariah / Shariah Advisory Council (SAC) Komisi Sekuritas Malaysia sejak tahun
1998.117 Mereka mengadopsi pendapat Ibnu Taimiyyah dan Ibnu al-Qayyim yang
menafsirkan hadis di atas dengan pendekatan yang berbeda dibanding mayoritas
ulama (Jumhur Ulama).118 Menurut pendapat keduanya, penekanan hadis tersebut
116
A Qadir Hassan dkk, Terjemah Nailul Authar Himpunan Hadits‐Hadits Hukum; Bab Larangan Menjual Secara Konkrit Barang yang Belum Dimiliki. (Jakarta: PT Bina Ilmu), 2001, no. 2808, h. 1665‐1667. 117
Isu bai’ al ma’dum telah menjadi diskusi diantara kalangan Islamic Capital Market Department (ICMD, awalnya dikenal dengan nama Islamic Capital Market Unit) dan Islamic Instrument Study Group (IISG) Malaysia sejak tahun 1995 dan 1997. ICMD mempunyai tugas untuk melakukan riset dan pengembangan produk pasar modal syariah dan melakukan analisa terhadap semua efek yang tercatat di Bursa Malaysia serta berfungsi sebagai sekretariat IISG. Per tanggal 16 Mei 1996 peran IISG diperluas sehingga menjadi lembaga yang lebih formal dalam menjamin kesyariahan pasar modal Malaysia yang kemudian disahkan sebagai sebuah lembaga yang dikenal dengan Shariah Advisory Council (SAC). Dalam menjalankan tugasnya, pada pertemuan ke‐13 tanggal 19 Maret 1998 SAC menetapkan prinsip‐prinsip mengenai Securities Borrowing and Lending (SBL) yang merupakan implementasi dari akad bai’ al ma’dum. Selanjutnya pada pertemuan ke‐69 tanggal 18 April 2006 SBL disempurnakan dengan dikeluarkannya aturan tentang Regulated Short Selling (RSS), dimana di dalam RSS transaksi short selling diizinkan selama dapat dijamin, diawasi, dan diatur oleh otoritas bursa untuk dimungkinkannya penyelesaian transaksi. 118
Pendapat Ibnu Taimiyyah dan Ibnu al‐Qayyim ini berbeda dengan mayoritas Ulama, diantaranya termasuk ulama Pakistan dan ulama Dewan Syariah Nasional Indonesia, yang tetap melarang penjualan atas barang yang belum dimiliki (bai’ al ma’dum), karena secara rasional jual beli 109 lebih kepada ‘janganlah menjual sesuatu yang tidak mampu anda serahkan’ dan
bukan ‘janganlah menjual sesuatu yang tidak anda miliki’. 119
Dalam pandangan SAC Malaysia, elemen gharar dapat ditanggulangi dan
diminimalisir dengan dibuatnya aturan berupa Regulated Short Selling (RSS)
berdasarkan prinsip-prinsip Securities Borrowing and Lending (SBL). Dengan kata
lain, aturan yang ada pada RSS dan SBL diharapkan dapat meningkatkan probabilitas
penyerahan saham. Ketika probabilitas serah-terima saham tinggi, maka hal ini
menjadikan elemen ketidakpastian (gharar) tidak lagi signifikan, sehingga sebagai
konsekuensinya transaksi atau aktifitas tersebut dapat dikategorikan sesuai syariah
(shariah compliant). Atas dasar tersebut, transaksi short selling diperbolehkan oleh
cendekiawan muslim Malaysia, selama pemenuhan penyerahan, penyelesaian, dan
pembayaran kewajiban transaksi dijamin, dimonitor, dan diatur oleh otoritas bursa.120
ini mengandung ketidakpastian dan resiko yang besar (gharar). Lihat fatwa no.40/DSN‐MUI/X/2003 dan lihat juga Gerard al‐Fil, “Why Short‐selling is Haram”, artikel diakses tanggal 23 September 2010 dari http://www.ameinfo.com/170733.html. 119
Menurut Ibnu Taimiyyah dan Ibnu al‐Qayyim apa yang dimaksud dalam hadis tersebut adalah larangan terhadap penjualan yang mengandung resiko dan ketidakpastian yang besar (gharar) dimana objek jualnya tidak mungkin dapat diserahkan, baik objek tersebut berwujud atau tidak (misal menjual unta yang kabur). Mereka juga merujuk kepada penjualan dengan akad Salam dan Istisna (jual beli dengan pesanan), yaitu penjualan dimana uang diserahkan lebih dahulu dan barang diserahkan kemudian. Contoh jual beli salam pada komoditas pertanian, si penjual mungkin tidak mempunyai barang tersebut sewaktu kontrak dibuat, namun barang akan diserahkan pada waktu tertentu (saat panen) atau sesuai dengan waktu yang disepakati dalam perjanjian. Lihat Dr. Asyraf Wajdi Dusuki dan Dr. Abdelazeem Abozaid, “Fiqh Issues in Short Selling as Implemented in the Islamic Capital Market in Malaysia”, Journal of King Abdul Aziz University, Islamic Economics, vol. 21, no. 2, 2008, h. 13‐15. 120
Lebih lengkapnya lihat Dr. Asyraf Wajdi Dusuki dan Dr. Abdelazeem Abozaid, “Fiqh Issues in Short Selling as Implemented in the Islamic Capital Market in Malaysia”, Journal of King Abdul Aziz University, Islamic Economics, vol. 21, no. 2, 2008. Lihat pula Securities Comission, Resolutions of the Securities Comission Syariah Advisory Council. (Kuala Lumpur: Suruhanjaya Sekuriti, 2003), h. 23‐25. 110 Short selling sempat dilarang oleh otoritas pasar modal Eropa dan Amerika
selama krisis finansial yang menerpa kawasan tersebut di tahun 2008-2009. Namun
pelarangan ini lebih ditujukan guna menutup rapat tindakan spekulasi di bursa mereka
selama masa krisis. Hal ini justru membuat para spekulan dan hedge fund asing dari
negara-negara tersebut akan mencari sasaran spekulasi baru, yaitu bursa negaranegara berkembang yang belum melarang short selling, termasuk bursa Indonesia.
Lepas dari itu semua, pada dasarnya kemungkinan dampak buruk yang terjadi
dari tindakan short selling yaitu terjadinya strategi perdagangan kotor akibat
perbedaan harapan antara kedua pihak dalam transaksi short selling. Pihak pemilik
mengharapkan keuntungan dari kenaikan sekuritas yang dipinjamkan, sedangkan
pihak peminjam mengharapkan turunnya nilai saham agar dapat menutup posisi
pembelian kembali saham (cover short) dengan harga yang lebih rendah dibanding
harga saham ketika dipinjam. Oleh karena perbedaan harapan yang diinginkan inilah
cenderung terjadinya moral hazard untuk saling mengalahkan dan saling menipu,121
hal ini tidak lain dilakukan demi mempengaruhi atau bahkan merusak ekspektasi
harga agar menuju harga sekuritas yang diharapkan.
Bahkan tidak hanya itu, lebih jauh pada dasarnya ada masalah fikih lain yang
terkait erat dengan short selling, yaitu pengambilan manfaat (materi atau immaterial)
121
Pihak peminjam yang menginginkan harga sahamnya turun akan merekayasa seolah‐olah penawaran meningkat sambil menyebarkan isu‐isu negatif agar harga sekuritasnya turun. Jika kemudian harga benar‐benar turun, maka ia akan untung. Namun jika harga sekuritas tersebut justru mengalami kenaikan, maka peminjam mengalami kerugian disebabkan harus membeli kembali (buy back) untuk menutup posisi short pada harga lebih tinggi. Hal yang sebaliknya pada pihak yang meminjamkan, ia akan untung jika kemudian harga sekuritas naik, atau akan rugi jika nilai sekuritas benar‐benar turun. 111 atas objek pinjaman. Seperti kita tahu, pemilik sekuritas akan membebankan biaya
atas saham yang dipinjamka, dan seperti kita juga telah bahas pada bagian
sebelumnya, mengambil manfaat dengan menetapkan beban pengembalian lebih atas
pinjaman serupa dengan riba.
Lebih lanjut, praktik short selling tidak lain merupakan bentuk game of
chance122 yang dikategorikan sebagai zero sum game123, karena dalam short selling
ini satu pihak mengalami keuntungan atas kerugian terhadap pihak lain. Islam
melarang aktivitas yang berakibat kepada zero sum game karena hal ini mengandung
unsur judi (maisir). Sesuatu dikatakan sebagai maisir ketika di dalamnya terdapat
unsur taruhan dimana pihak yang menang mengambil harta/materi dari yang kalah.
Kesimpulannya, short selling merupakan transaksi yang mengandung gharar dan
riba, serta merupakan salah satu bentuk maisir yang haram dilakukan.
5. Larangan Merekayasa Permintaan dan Penawaran
Dalam jual beli saham di pasar sekunder, sering kali terjadi manipulasi dengan
merekayasa permintaan dan penawaran, tujuannya tidak lain hanya untuk
122
Pada dasarnya game of chance / permainan kesempatan merupakan suatu bentuk kegiatan yang memiliki karakter identik dengan untung‐untungan, namun tidak semua praktik game of chance adalah haram. Untuk menentukan bentuk game of chance yang boleh dan yang haram haruslah dilihat faktanya secara teliti. Contoh game of chance yang tidak mengandung maisir yang dilarang, misalkan pihak bank memberikan tiket umrah bagi pemilik tabungan tertentu, umpamakan seratus buah tiket. Semua nasabah deposan pada dasarnya berhak memperoleh paket umrah tersebut, tapi karena tidak mungkin diberikan kepada seluruh nasabah, maka dilakukanlah undian. Undian ini tergolong hadiah, karena nasabah deposan lain tidak menanggung para pemenang paket umrah tersebut. Hal ini disebut non‐zero sum game, artinya si penerima hadiah senang dan si pemberi hadiah juga senang, sehingga bila dijumlahkan senang‐senangnya nilainya lebih besar daripada nihil. Lihat Adiwarman Karim, Ekonomi Mikro Islami, (2007) h. 36‐38. 123
Zero sum game adalah situasi dimana keuntungan yang diperoleh oleh satu pihak merupakan kerugian yang sama jumlahnya di pihak lain. Jadi selisih antara keuntungan di satu pihak dengan kerugian di pihak yang lain adalah nihil (tidak termasuk biaya‐biaya). Perdagangan opsi merupakan salah satu contoh lain dari zero sum game. 112 mendapatkan capital gain jangka pendek dari para investor yang turut bertransaksi
pada saham tersebut. Tindakan ini dikenal dengan istilah goreng saham atau stock
cornering. Goreng saham atau stock cornering yaitu merupakan usaha yang
dilakukan sekelompok pihak yang berupaya melakukan pembentukan harga sehingga
menyebabkan pihak tertentu mengalami kerugian. Cornering dapat dilakukan sendirisendiri dengan menggunakan akun rekening kepemilikan sekuritas pada perusahaan
pialang yang berbeda, atau cornering dilakukan dengan berkeja sama dengan broker
dan investor lain.124
Strategi yang digunakan adalah membuat demand dan supply yang semu, agar
tercipta harga yang semu sesuai yang diharapkan spekulan. Untuk mengharapkan
harga naik, para spekulan akan membuat seolah-olah terjadi permintaan yang tinggi
dengan target harga yang melonjak. Cara yang digunakan yaitu spekulan bekerja
sama dengan beberapa pihak misal dengan perusahaaan sekuritas atau broker,
melakukan pembelian saham tertentu secara besar-besaran sambil meniupkan isu-isu
positif agar pasar bereaksi dengan meningkatnya permintaan atas saham tersebut.
Setelah harga telah mencapai titik tertinggi yang dituju, barulah spekulan melepas
saham yang dimilikinya. Umumnya setelah pelepasan saham secara besar-besaran ini,
jika fundamental perusahaan tidak kuat, maka harga saham akan jatuh dan investor
124
Caranya bisa dengan melakukan transaksi fiktif atau transaksi semu, dimana pembeli juga sekaligus pejual. Yaitu pembeli menjual suatu saham atas akun rekeningnya di suatu sekuritas tertentu untuk kemudian dibeli menggunakan akun rekening sekuritas lain miliknya, atau dengan melakukan penjualan dan pembelian saham kepada investor lain dalam jaringan mereka. Tindakan jual beli ini dilakukan hanya untuk membentuk harga agar sesuai dengan yang diharapkan spekulan tersebut. 113 lain yang kurang cermat terjebak pada harga beli yang tinggi. Sebaliknya, jika ingin
mendapat harga yang lebih rendah, spekulan bekerja sama dengan broker yang dia
kenal melakukan transaksi dengan menjual saham sebanyak-banyaknya agar harga
turun ke bawah hingga ke level yang diharapkan sambil terus menyebarkan isu-isu
negatif. Ketika investor lain juga terpengaruh untuk menjual saham karena
menghindari kerugian lebih besar akibat harga terus merosot, spekulan sudah
membeli saham kembali saham tersebut dari broker dengan harga lebih rendah
sebelum harga mengalami kenaikan kembali.
Umumnya saham yang sering digoreng adalah saham-saham dengan
kapitalisasi dan likuiditas yang kecil, atau saham kelas menengah yang harganya
murah dan investornya masih sedikit, sehingga memudahkan spekulan memborong
dan mengendalikan harga karena jumlah sahamnya relatif sedikit. Saham ketegori
blue chip ataupun saham yang pemegangnya merata di banyak pihak/ tidak dikuasai
oleh satu pihak akan sulit untuk digoreng.
Kasus cornering/goreng saham yang terkuak diantaranya melibatkan broker
bermasalah yang sama, sebut saja PT Optima Karya Capital Securities (OKCS).
OCKS diduga bekerja sama dengan Mahakarya Capital Securities melakukan
cornering atas saham PT Triwira Insan Lestari Tbk hingga harga saham berkode
TRIL tersebut meroket 97,06% dari kisaran Rp 400 per saham pada 28 Januari 2008
menjadi Rp 1.340 pada 6 Maret 2008.125 Optima Securities juga diduga melakukan
125
Arif Gunawan S, “Kasus Triwira Masuk Penyidikan Bapepam‐LK”, artikel diakses tanggal 19 Oktober 2010 dari http://bataviase.co.id/node/281899. 114 persekongkolan lain dalam penggorengan saham dengan mengangkat saham PT Ades
Waters Indonesia Tbk naik sebesar 183,33%, PT Indah Kiat Pulp & Papers Tbk
sebesar 191,26%, dan juga disinyalir mendongkrak harga saham PT Tjiwi Kimia Tbk
hingga 111,11%.126
Di beberapa negara termasuk di Indonesia cornering/menggoreng saham
merupakan tindakan yang melawan hukum. Cornering merupakan tindakan
manipulasi pasar dan dilarang Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar
Modal pada Pasal 91 dan Pasal 92. Manipulasi pasar yang dimaksud yaitu pihak yang
bertransaksi membuat harga menjadi harga semu. Pihak yang melakukan transaksi ini
dianggap melakukan tindakan pidana dengan sanksi penjara paling lama 10 tahun dan
denda paling banyak Rp 15 miliar. Sanksi tersebut tertuang pada Pasal 104 UndangUndang Nomor 8 Tahun 1995.
Di dalam kajian fikih, praktik menciptakan demand dan supply yang semu
dikenal dengan istilah Bai’ Najsy dan ihtikar. Bai’ najsy dilarang karena pelaku
merekayasa permintaan (demand) untuk mendapatkan keuntungan di atas normal,
cara yang dilakukan yaitu bisa dengan meminta pihak tertentu untuk memberikan
hasil analisis manipulatif yang baik (window dressing), ataupun juga dengan cara
menyuruh orang lain (penawar palsu) untuk menawar dengan harga tinggi padahal dia
tidak membutuhkannya.127 Cara ini dilakukan agar investor lain tertarik untuk
126
Arif Gunawan S, “Optima, Skandal yang Terperam”, artikel diakses tanggal 19 Oktober 2010 dari http://web.bisnis.com/artikel/2id3015.html. 127
Sebelumnya telah dibuat kesepakatan antara penjual dengan penawar palsu untuk membeli dengan tawaran harga yang tinggi agar ada pembeli sesungguhnya yang terjebak dengan 115 membeli dan terlanjur merealisasikan transaksi dengan harga yang lebih tinggi.
Sedangkan ihtikar yang lebih umum diartikan sebagai tindakan penimbunan, dilarang
karena pelaku merekayasa penawaran (supply) dengan cara sengaja membatasi
peredaran suatu barang/sekuritas serta menghalangi investor lain membelinya, agar
kemudian si pelaku dapat mengambil keuntungan yang tinggi ketika harganya
melonjak.
Mencari keuntungan tidak dilarang dalam Islam. Akan tetapi jika keuntungan
tersebut diperoleh dengan sengaja mengacaukan harga di pasaran, maka barulah cara
seperti itu tidak diperkenankan. Islam sangat mengecam praktik bai’ najsy dan
ihtikar128, karena tindakan membuat demand dan supply yang semu dapat
mengakibatkan harga menjadi tidak normal, mengandung unsur penipuan, dan
menjebak orang lain karena kondisi pasar tidak mencerminkan harga yang
sebenarnya.
6. Larangan Transaksi Menggunakan Informasi Orang Dalam
Praktik kecurangan lain yang terjadi di pasar modal yaitu memanfaatkan
informasi yang belum disebarkan kepada masyarakat atau informasi perusahaan yang
bersifat rahasia dan belum terbuka untuk umum. Hal ini ditujukan agar mendapat
abnormal return dengan jalan pintas. Praktik ini di pasar modal dikenal dengan
istilah insider trading.
harga tinggi yang telah direkayasa tersebut. Oleh karena itu, yang ada hanyalah permintaan palsu (false demand) terhadap objek jual beli tersebut. 128
Lihat Hadis Rasulullah saw pada bab II sebelumnya tentang larangan bai’ najsy dan ihtikar. Lihat pula pasal 5 ayat 2 fatwa DSN No.40/DSN‐MUI/X/2003 mengenai Transaksi Efek yang Dilarang. 116 Insider trading yaitu melakukan transaksi sekuritas dengan memanfaatkan
informasi eksklusif yang belum dimiliki oleh investor dan masyarakat di pasar.
Umumnya informasi tersebut diperoleh melalui orang dalam perusahaan, bisa berupa
rencana-rencana atau keputusan-keputusan perusahaan. Walaupun praktik insider
trading ini marak dilakukan di pasar modal, namun praktik ini sangat sulit untuk
dibuktikan.
Praktik insider trading ini cukup identik dengan praktik talaqqi rukban
(mencegat pedagang sebelum sampai ke pasar) yang dibahas dalam fikih klasik.
Keduanya sama-sama merupakan tindakan illegal dimana salah satu pihak berusaha
mengambil keuntungan dengan cara membeli barang sebelum pihak lain mengetahui
harga yang wajar di pasar. Keduanya dapat merusak mekanisme pasar dalam
menentukan harga yang sehat dan fair.
Suatu tindakan disebut insider trading jika memenuhi tiga unsur, diantaranya
yaitu pertama, adanya orang dalam; kedua, informasi material yang belum tersedia
bagi masyarakat atau belum disclosure; ketiga, melakukan transaksi karena informasi
material.129 Praktik insider trading dilarang disebabkan tidak meratanya informasi
yang dimiliki para pelaku bursa. Informasi tersebut hanya dimiliki oleh orang dalam
atau sekelompok tertentu yang memiliki akses terhadap orang dalam. Insider trading
tidak hanya berdampak buruk pada pasar, tetapi juga terhadap emiten. Umumnya
emiten akan kehilangan kepercayaan dari investor, dan akan cukup sulit bagi emiten
129
Muhamad Nafik HR, Bursa Efek dan Investasi Syariah, h. 208‐209. 117 untuk merebut kembali simpati investor. Hal ini akan berdampak buruk bagi
perkembangan perusahaan nantinya.
Di dalam hukum positif di Indonesia, insider trading merupakan tindakan
yang dilarang sesuai Pasal 95 dan Pasal 98 UU nomor 8 tahun 1995 tentang Pasar
Modal. Insider trading adalah melakukan pembelian atau penjualan atas efek
berdasarkan informasi orang dalam. Yang dimaksud dengan “informasi orang dalam”
adalah Informasi Material yang dimiliki oleh orang dalam yang belum tersedia untuk
umum.
Di dalam UU Pasar Modal tersebut disebutkan pula bahwa sesuatu tidak
dinilai sebagai informasi orang dalam yaitu apabila seseorang yang bukan orang
dalam meminta informasi dari emiten atau perusahaan publik dan kemudian
memperolehnya dengan mudah tanpa pembatasan, orang tersebut tidak dikenakan
larangan yang berlaku bagi orang dalam. Namun, apabila pemberian informasi orang
dalam disertai dengan persyaratan untuk merahasiakannya atau persyaratan lain yang
bersifat pembatasan, maka terhadap pihak yang memperoleh informasi orang dalam
berlaku larangan untuk mempengaruhi pihak lain agar melakukan pembelian atau
penjualan atas efek tersebut. Pihak yang melakukan transaksi ini dianggap melakukan
tindakan pidana dengan sanksi penjara paling lama 10 tahun dan denda paling banyak
Rp 15 miliar. Sanksi tersebut tertuang pada Pasal 104 Undang-Undang Nomor 8
Tahun 1995.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan dan analisis yang telah diuraikan pada bab
sebelumnya, penulis menyimpulkan beberapa hal sebagai berikut:
1. Pasar modal syariah di Indonesia bukan merupakan pasar modal yang berdiri
sendiri, melainkan bagian dari struktur pasar modal Indonesia secara
keseluruhan. Kegiatan pasar modal syariah di Indonesia berjalan pararel dengan
pasar modal konvensional, karena kelahirannya diadopsi dari pasar modal
konvensional. Secara teknis tidak ada perbedaan yang mencolok antara pasar
modal syariah dan yang tidak di pasar modal Indonesia. Perbedaan pasar modal
syariah dengan pasar modal konvensional dapat dilihat pada instrumen dan akad
penerbitan efeknya, sedangkan perbedaan indeks saham syariah dengan indeks
saham konvensional terletak pada kriteria saham emiten yang harus memenuhi
prinsip-prinsip syariah. Bahkan otoritas penyelenggara bursa, dalam hal ini PT
Bursa Efek Indonesia (BEI), tidak membedakan mekanisme transaksi antara efek
syariah dengan konvensional. BEI hanya bertindak sebagai fasilitator
perdagangan efek yang memberikan pengelompokan arah investasi, pilihannya
dikembalikan ke motivasi dan minat masing-masing investor.
2. Aturan mengenai perdagangan efek syariah telah diterbitkan Dewan Syariah
Nasional – Majelis Ulama Indonesia (DSN-MUI) salah satunya melalui fatwa
nomor 40 tentang Pasar Modal dan Pedoman Umum Penerapan Prinsip Syariah
118
119
di Bidang Pasar Modal. Namun otoritas pasar modal, dalam hal ini Bapepam-LK,
baru sebatas mengeluarkan aturan mengenai penerbitan efek syariah, akad-akad
yang digunakan, serta kriteria penerbitan Daftar Efek Syariah, sedangkan saat
perdagangan Bapepam-LK belum memiliki standar khusus yang menjadi
pedoman mekanisme perdagangan yang sesuai syariah. Kejelasan dan ketegasan
penerapan fatwa tersebut merupakan kunci ketenangan dan kepercaryaan
masyarakat terhadap transaksi perdagangan efek di pasar modal.
3. Pasar modal syariah dikembangkan dengan menggunakan model pendekatan
produk, pendekatan pendapatan, dan pendekatan struktur modal. Dengan
menggunakan pendekatan produksi ini, pasar modal syariah akan mengeluarkan
emiten yang kegiatan usahanya bertentangan dengan prinsip Islam seperti usaha
perjudian dan permainan yang tergolong judi; usaha keuangan ribawi (perbankan
dan asuransi konvensional); usaha yang memproduksi, mendistribusi, serta
memperdagangkan makanan dan minuman yang tergolong haram maupun barang
atau jasa yang merusak moral dan bersifat mudharat. Pendekatan pendapatan
lebih melihat pada pendapatan yang diperoleh oleh perusahaan tersebut, ketika
pendapatan yang diperoleh dari bunga (interest) dan pendapatan tidak halal
lainnya dibandingkan dengan total pendapatan (revenue) lebih dari 10%, maka
saham perusahaan tersebut tidak syariah. Pendekatan struktur modal dengan
melihat ratio utang terhadap modal atau yang lebih dikenal dengan debt/equity
ratio. Semakin besar ratio ini semakin besar ketergantungan modal terhadap
utang, yang pada intinya utang tersebut merupakan pinjaman yang mengandung
120
unsur riba. Untuk saat ini sangat sulit bagi perusahan untuk membuat ratio ini
nol, atau sama sekali tidak ada utang atas modal. Oleh karena itu toleransi yang
diberlakukan Bapepam-LK saat ini yaitu total utang yang berbasis bunga
dibandingkan dengan total ekuitas tidak lebih dari 82% (utang yang berbasis
bunga dibandingkan dengan total ekuitas tidak lebih dari 45% : 55%). Setelah
melewati tahapan penyaringan di atas, Saham Syariah yang ada di Indonesia
dikumpulkan dalam suatu Daftar Efek Syariah (DES) yang diterbitkan dua kali
dalam setahun yaitu bulan Mei dan November. DES diterbitkan dan dievaluasi
secara berkala oleh Bapepam-LK bekerja sama dengan DSN-MUI. Per
November 2010 Saham Syariah berjumlah 209 saham dari 415 saham terdaftar.
Dari kesekian jumlah saham syariah tersebut dipilihlah sebanyak 30 saham
unggulan kedalam Jakarta Islamic Index (JII).
4. Selain dari kriteria emiten, pasar modal masih belum sesuai dengan prinsipprinsip syariah juga disebabkan oleh jenis transaksi investasinya. Pada dasarnya
pelaksanaan transaksi investasi harus dilakukan menurut prinsip kehati-hatian
(prudential/ihtiyath) serta tidak diperbolehkan melakukan spekulasi yang
didalamnnya mengandung unsur dharar, gharar, riba, maisir, risywah, maksiat
dan kezhaliman. Tindakan yang dimaksud diantaranya dengan melakukan
penipuan (tadlis) ataupun manipulasi laporan keuangan (window dressing) guna
memperdaya pembeli; menggunakan fasilitas pinjaman berbasis bunga (margin
trading) atas kewajiban penyelesaian pembelian Efek Syariah; menciptakan
demand dan supply yang semu yaitu dengan merekayasa permintaan (bai’ an-
121
najsy) ataupun memonopoli dan menimbun suatu efek (ihtikar); melakukan
penjualan atas efek yang belum dimiliki (short selling / bai’ al ma’dum);
menggunakan informasi material yang belum tersedia bagi masyarakat yang
didapatkan dari orang dalam guna mendapat keuntungan dengan jalan pintas
(insider trading / talaqqi rukban).
B. Saran
Menyangkut kesimpulan di atas, penulis mengusulkan hal-hal berikut:
1. Pengawasan terhadap pasar modal berdasarkan prinsip syariah harus ditingkatkan
lagi, mengingat BEI sebagai pihak penyelenggara transaksi hanya bertindak
sebagai fasilitator perdagangan. BEI tidak secara tegas membedakan antara
transaksi yang syariah dan yang tidak. Sehingga transaksi yang melanggar
prinsip Islam seperti saham preferen, short selling dan margin trading masih
dapat dilakukan secara bebas oleh para pelaku pasar kecuali terlepas dari
motifnya akan bertransaksi secara syariah atau tidak. Dalam hal ini otoritas pasar
modal syariah harus dengan tegas menolak atau mengeluarkan emiten yang
memproduksi barang dan jasa yang diharamkan syariah, serta memberlakukan
suatu aturan dan mekanisme khusus yang dapat mencegah terjadinya moral
hazard bagi investor muslim melakukan transaksi yang bertentangan dengan
prinsip syariah.
2. Setiap pelaku pasar haruslah menerapkan etika yang bertanggung jawab dalam
bertransaksi di pasar modal syariah agar tercipta nilai pasar yang wajar dan fair.
Untuk melakukan investasi pada suatu efek, seorang investor muslim harus
122
memilih efek yang setidaknya telah lulus persyaratan kualitatif dan kuantitatif
yang ditetapkan Bapepam-LK dan DSN-MUI, atau dengan kata lain efek yang
telah ditetapkan ke dalam Daftar Efek Syariah.
3. Seluruh pihak baik itu otoritas bursa, praktisi, maupun para akademisi harus giat
mempromosikan dan mensosialisasikan investasi di pasar modal syariah, karena
melihat peluang dan tantangan sebagai negara dengan jumlah penduduk Muslim
terbesar di dunia, Indonesia memiliki potensi tidak hanya menjadi hub melainkan
juga sebagai center pengembangan industri keuangan syariah, khususnya pasar
modal.
DAFTAR PUSTAKA
A. PERATURAN
Undang-Undang Republik Indonesia nomor 8 tahun 1995 tentang Pasar Modal.
Fatwa Dewan Syariah Nasional nomor 20/DSN-MUI/IV/2001 tentang Pedoman
Pelaksanaan Investasi untuk Reksa Dana Syari'ah.
--------------, nomor 40/DSN-MUI/X/2003 tentang Pasar Modal dan Pedoman Umum
Penerapan Prinsip Syariah di Bidang Pasar Modal.
--------------, nomor 65/DSN-MUI/III/2008 tentang Hak Memesan Efek Terlebih
Dahulu (HMETD) Syariah.
--------------, nomor 66/DSN-MUI/III/2008 tentang Waran Syariah.
Keputusan Bapepam-LK nomor KEP-523/BL/2010 tentang Daftar Efek Syariah:
Update Daftar Efek Syariah 29 November 2010.
Pengumuman Bursa Efek Indonesia Peng-00582/BEI.PSH/11-2010 tentang Efek
yang Dapat Ditransaksikan dan Dijaminkan dalam Rangka Transaksi
Marjin dan atau Transaksi Short Selling.
Peraturan Bapepam-LK nomor II.K.1 tentang Kriteria dan Penerbitan Daftar Efek
Syariah.
--------------, nomor IX.A.13 tentang Penerbitan Efek Syariah.
--------------, nomor IX.A.14 tentang Akad-Akad yang Digunakan dalam Penerbitan
Efek Syariah di Pasar Modal.
B. BUKU
Al-Qur’an dan Hadis.
Alkitab, Ed.II, cet. Ketiga. Jakarta: Lembaga Alkitab Indonesia. 1994.
Achsien, Iggie H. Investasi Syariah di Pasar Modal: Menggagas Konsep dan Praktek
Manajemen Portofolio Syariah. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama,
2003, Cet. Kedua.
123 124 al-Mushlih, Prof.Dr.Abdullah & Prof.Dr.Shalah ash-Shawi. Fikih Ekonomi &
Keuangan Islam, Jakarta: Darul Haq, 2008.
al-Qaradhawi, Yusuf. Al-Halal wa Al-Haraam Fiil Islam. Terjemah Bahasa
Indonesia. Halal dan Haram Dalam Islam. International Islamic
Federation of Student Organizations (IIFSO). Libanon: Darul Al-Quranul
Al-Karim, 1980.
---------------. Bunga Bank Haram. (terj.) Jakarta: Akbar, 2005, Cet.IV.
Anoraga, Pandji. & Pakarti, Piji. Pengantar Pasar Modal, Jakarta: PT Rineka Cipta,
2006, cet. Kelima.
Antonio, Muhammad Syafi‘i. Bank Syariah dari Teori ke Praktek. Jakarta: Gema
Insani Press – Tazkia Cendekia, 2001.
Ascarya, Akad dan Produk Bank Syariah. Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2007.
as-Sadr, Muhammad Baqir. Iqtishaduna: Our Economics, dalam Adiwarman A
Karim, Ekonomi Mikro Islami, Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2007.
Ayub, Muhammad. Understanding Islamic Finance A-Z Keuangan Syariah, (terj.)
Aditya Wisnu Pribadi, Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2009.
az-Zabidi, Imam. Ringkasan Shahih al-Bukhari, Bandung: Mizan Media Utama,
2003.
az-Zuhaily, Wahbah. al Fiqh al Islami wa Adillatuhu, Juz 3, Damaskus, 1989, Cet.
Ketiga.
Bannock, Graham & William Manser, International Dictionary of Finance. London:
Profile Books Ltd., 2003, Fourth Edition.
Bapepam-LK, Panduan Investasi di Pasar Modal di Indonesia, Jakarta: BAPEPAM
& Japan International Coorperation Agency, 2003.
Bidin, Aishah. The Impact of Islamic Law in the Banking System and Finacial
Market: A Malaysian Perspective. Malaysia: Comp. Law, 2001.
125 Bursa Efek Indonesia, Buku Panduan Indeks Harga Saham Bursa Efek Indonesia,
Jakarta: BEI, 2010.
--------------, IDX Fact Book 2010, Jakarta: Research Division IDX, 2010.
Chapra, Muhammad Umer. What is Islamic Economics?, Islamic Development Bank.
Jeddah: Islamic Research and Training Institute, 1996.
--------------. Islam dan Tantangan Ekonomi. Terj. Ikhwan Abidin. Jakarta: Gema
Insani Press, 2000.
Djazuli, A. Kaidah-Kaidah Hukum Islam dalam Menyelesaikan Masalah-Masalah
yang Praktis. Jakarta: Kencana, 2007.
Fakhruddin, Hendy M. Istilah Pasar Modal A-Z, Jakarta: Elex Media Komputindo,
2008.
Fardiansyah, Tedy. Kiat dan Strategi Menjadi Investor Piawai: Kiat-kiat Investasi
pada Deposito, Saham, Obligasi, Valas, Emas, Reksadana, dan Derivatif.
Jakarta: Elex Media Komputindo, 2002.
Grolier Incorporated, Grolier Encyclopedia of Knowledge. Connecticut: Grolier
Incorporated, 1993, vol.8.
Hamid, Abdul. Pasar Modal Syariah. Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Jakarta,
2009.
Haroen, Nasroen. Fiqih Muamalah, Jakarta: Gaya Media Pratama, 2000.
Hassan, A Qadir. dkk, Terjemah Nailul Authar Himpunan Hadits-Hadits Hukum Jilid
4. Jakarta: PT Bina Ilmu, 2001.
Hosen, M. Nadratuzzaman. Materi Da’wah Ekonomi Syariah. Jakarta: PKES, 2008.
Huda, Nurul & Mustafa Edwin Nasution. Investasi pada Pasar Modal Syariah,
Jakarta: Kencana, 2007.
Karim, Adiwarman A. Ekonomi Islam Suatu Kajian Kontemporer, Jakarta: Gema
Insani, 2007.
126 --------------, Ekonomi Mikro Islami, Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2007.
Mannan, Abdul. Aspek Hukum dalam Penyelenggaraan Investasi di Pasar Modal
Syariah Indonesia. Jakarta: Kencana, 2009.
Mochammad, Nadjib. Investasi Syariah: Implementasi Konsep Pada Kenyataan
Empirik. Yogyakarta: Kreasi Wacana,2008.
Moleong, Lexy. Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: Remaja Rosda Karya,
1997, ed. Revisi.
Nafik HR, Muhamad. Bursa Efek dan Investasi Syariah, Jakarta: Serambi Ilmu
Semesta, 2009.
Rahman, Afzalur. Doktrin Ekonomi Islam, dalam Adiwarman A Karim, Ekonomi
Mikro Islami. Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2007.
Redaksi Sinar Grafika, Himpunan Peraturan Pasar Modal: UU No. 8 tahun 1995
tentang Pasar Modal, Jakarta: Sinar Grafika, 2006, cet. III.
Rodoni, Ahmad. Investasi Syariah. Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Jakarta, 2009.
Rosly, Saiful Azhar. Critical Issues on Islamic Banking and Financial Markets.
Islamic Economics, Banking and Finance, Investments, Takaful and
Financial Planning. Indiana: AuthorHouse, 2005.
Sakti, Ali. Analisis Teoritis Ekonomi Islam; Jawaban Atas Kekacauan Ekonomi
Modern. Jakarta: Paradigma&Aqsa Publishing, 2007.
Securities Comission, Resolutions of the Securities Comission Syariah Advisory
Council. Kuala Lumpur: Suruhanjaya Sekuriti, 2003.
Siamat, Dahlan. Manajemen Lembaga Keuangan, Jakarta: Lembaga Penerbit
Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, 2004, Edisi Keempat.
Soemitra MA, Andri. Bank dan Lembaga Keuangan Syariah, Jakarta: Kencana,
2009.
127 C. JURNAL DAN KARYA ILMIAH
Darmansyah, Renold. “Analisis Proforma Saham Syariah Antara yang Konsisten dan
yang Tidak Konsisten dalam JII (Studi Perbandingan)”, Tesis, Program
Studi Timur Tengah dan Islam, Pasca Sarjana Universitas Indonesia,
2005.
Dow Jones Indexes, “Guide to the Dow Jones Islamic Market Index”, Januari 2006.
Dusuki, Asyraf Wajdi. dan Abozaid, Abdelazeem. “Fiqh Issues in Short Selling as
Implemented in the Islamic Capital Market in Malaysia”, Journal of King
Abdul Aziz University Islamic Economics, vol. 21, no. 2, 2008.
FTSE The Index Company, “Ground Rules for the Management of the FTSE Shariah
Global Equity Index Series”, Version 1.4 September 2010.
Hasanuzzaman, S.M. “Definition of Islamic Economics”, Journal of Research in
Islamic Economics, Winter 1984, h. 51-53, materi diakses tanggal 24
Maret
2010
via
http://www.iefpedia.com/english/wpcontent/uploads/2009/10/Definition-of-Islamic-Economics-by-S.-M.Hasanuz-Zaman.pdf.
Hussein, Khaled A. “Ethical Investment: Empiritical Evidence from FTSE Islamic
Index”, Islamic Economic Studies, Vol. 12, No. 1, Agustus 2004.
Indonesia Stock Exchange, “Mekanisme Perdagangan Bursa Efek di Indonesia”,
Workshop Pelatihan Pasar Modal, Jakarta: Divisi Pemasaran Indonesia
Stock Exchange, 4 Mei 2010.
Indriani, Diana. “Tinjauan Hukum Pajak Pertambahan Nilai Sukuk Ijarah Korporat di
Pasar Modal Indonesia”, makalah disampaikan dalam Kegiatan MES
Goes to Campus dengan tema ‘Pengembangan Sukuk Sebagai Instrumen
Investasi’, Kampus PERBANAS Jakarta, 25 November 2009.
Laksono, Ayub. “Proyeksi Harga Saham-Saham JII dengan Analisis Teknikal dalam
Perspektif Syariah”, Tesis Program Studi Timur Tengah dan Islam, Pasca
Sarjana Universitas Indonesia, 2006.
128 Maharani, Satia Nur. “Pasar Modal Syariah Dalam Tinjauan Filosofis Teoritis”,
Jurnal Ekonomi Modernisasi, volume 2, No. 2, Juni 2006.
Metwally, Mokhtar. “The Role of the Stock Exchange in An Islamic Economy”.
Journal of Research in Islamic Economics. Vol. 2, No. 1, h. 22. 1984
Ngadimon, Md Nurdin. “Shariah Screening Process in Islamic Capital Market”, IFSB
Seminar on Islamic Capital Market, 19-20 May 2009: Mauritius, materi diakses
tanggal 23 September 2010 dari http://www.iefpedia.com/english/wpcontent/uploads/2010/02/Shariah-Screening-Process-in-Islamic-Capital-MarketDr-Md-Nurdin-Ngadimon.pdf.
Nurhayadi, Yadi. “Pasar Modal Syariah, Landasan Hukum dan Kritik atas
Kinerjanya”, Makalah program Doktor Kajian Islam, Sekolah Pacasarjana
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2008.
OICV-IOSCO, “Analysis of The Application of IOSCO’s Objectives and Principles
of Securities Regulation for Islamic Securities Products”, September
2008.
--------------, “Islamic Capital Market Fact Finding Report: Report of the Islamic
Capital Market Task Force of the International Organization of Securities
Comissions”, Juli 2004.
Rochman, Taufiq. Wawancara Pribadi oleh Arief Himawan, 18 Agustus 2010, Bursa
Efek Indonesia, Jakarta. Tape recording. UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta.
D. ARTIKEL INTERNET & WEBSITES
Agustianto, “Ijma’ Ulama tentang Keharaman Bunga (Interest) Bagian I”, artikel
diakses
tanggal
10
April
2010
dari
http://agustianto.niriah.com/2008/05/01/ijma%E2%80%99-ulamatentang-keharaman-bunga-interest/.
---------------, “Bahaya Transaksi Derivatif” Artikel diakses pada 5 Maret 2010 dari
http://www.pesantrenvirtual.com/index.php/ekonomi-syariah/1261-bahayatransaksi-derivatif. 129 al-Fil, Gerard. “Why Short-selling is Haram”, artikel diakses tanggal 23 September
2010 dari http://www.ameinfo.com/170733.html.
al-Jawi, M. Shiddiq. “Jual Beli Saham dalam Pandangan Islam”, artikel diakses tanggal 23
Oktober 2010 dari http://konsultasi.wordpress.com/2007/09/14/jual-beli-sahamdalam-pandangan-islam/.
al-Mishri, Rafiq. Al-Maisir Wal Qimar, dalam Syakir Sula, “Maisir (Judi / Untunguntungan)”, artikel diakses tanggal 7 April 2010 dari
http://www.syakirsula.com/index.php?option=com_content&view=article
&id=77:maisir-judiuntung-untungan&catid=21:asuransisyariah&Itemid=52.
Bagus, Indro. “BEI Layangkan SP I ke Katarina Utama”, artikel diakses tanggal 15
November 2010 dari
http://www.detikfinance.com/read/2010/09/23/124814/1446511/6/beilayangkan-sp-i-ke-katarina-utama.
Bapepam-LK, “Sejarah Pasar Modal”, artikel diakses tanggal 10 Agustus 2010 dari
http://www.bapepam.go.id/old/profil/sejarah.htm.
Dow Jones Indexes, “Dow Jones Islamic Market Indexes”, artikel diakses tanggal 15
September 2010 dari http://www.djindexes.com/islamicmarket/.
----------------, “Screens for Shari’ah Compliance”, artikel diakses tanggal 15 Oktober
2010
dari
http://www.djindexes.com/islamicmarket/?go=shariahcompliance. Ekonomi-Syariah, “Tanya Batasan Spekulasi?”, diakses tanggal 7 November 2010,
dari
http://www.mail-archive.com/[email protected]/msg01231.html.
FTSE The Index Company, “Islamic Investment”, artikel diakses tanggal 15 Oktober 2010
dari http://www.ftse.com/Media_Centre/press_packs/Islamic_Investment.jsp.
Gatra, “Saham Ajinomoto di Tokyo Guncang” artikel diakses pada tanggal 15
Oktober
2010
dari
http://www.gatra.com/2001-0110/artikel.php?id=2808.
130 Gunawan S, Arif. “Kasus Triwira Masuk Penyidikan Bapepam-LK”, artikel diakses
tanggal 19 Oktober 2010 dari http://bataviase.co.id/node/281899.
----------------. “Optima, Skandal yang Terperam”, artikel diakses tanggal 19 Oktober
2010 dari http://web.bisnis.com/artikel/2id3015.html.
Indonesia Stock Exchange, “Mengenal Pasar Modal”, artikel diakses pada tanggal 14
Maret
2010,
dari
http://www.idx.co.id/Home/Information/ForInvestor/IntroToCapitalMark
et/tabid/167/language/id-ID/Default.aspx.
---------------, “Statistik Pasar Modal”, Minggu ke-4 April 2010.
Manaf, Izzuddin Abdul. “Etika dalam Pandangan Islam & Implementasinya dalam
Bisnis”,
artikel
diakses
tanggal
3
Maret
2010
dari
http://konsultasimuamalat.wordpress.com/.
Qur’an in Word versi 1.0.0 dibuat oleh Mohamad Taufiq.
Rizqullah, “Transaksi Derivatif”, Sharing Edisi 27 (Maret 2009).
--------------. “Transaksi Derivatif: Apa dan Bagaimana menurut Islam?” Artikel
diakses pada 4 Januari 2010 dari http://rizqullah.niriah.com/ekonomiislam/71/.
Wikipedia, “Enron Scandal”, artikel diakses tanggal 20 Oktober 2010 dari
http://en.wikipedia.org/wiki/Enron_scandal.
--------------, “Madoff Investment Scandal”, artikel diakses tanggal 20 Oktober 2010
dari http://en.wikipedia.org/wiki/Madoff_investment_scandal.
http://www.bapepam.go.id/. http://www.iosco.org/.
http://www.nait.net/.
http://www.tabunghaji.gov.my. Perkembangan Pasar Modal di Indonesia Lampiran I Perkembangan Pasar Modal di Indonesia
TAHUN
KRONOLOGI
14 Desember 1912
Bursa Efek pertama dibentuk di Batavia oleh Pemerintah Hindia
Belanda dengan nama Verreniging voor den Effectenhandel yang
merupakan cabang dari Amsterdamse Effectenbueur.
1914-1918
Bursa Efek di Batavia ditutup selama Perang Dunia I.
1925-1942
Bursa Efek di Jakarta dibuka kembali bersamaan dengan bursa efek
di Semarang dan Surabaya.
Awal tahun 1939
Karena isu politik (Perang Dunia II) bursa efek di Semarang dan
Surabaya ditutup.
1942-1952
Bursa efek di Jakarta ditutup kembali selama Perang Dunia II.
1952
Bursa Efek di Jakarta diaktifkan kembali dengan UU Darurat Pasar
Modal 1952, yang dikeluarkan oleh Menteri Kehakiman Lukman
Wiradinata dan Menteri Keuangan Prof. Dr. Sumitro
Djojohadikusumo Instrumen yang diperdagangkan Obligasi
Pemerintah RI 1950.
1956
Program nasonalisasi perusahaan Belanda. Bursa efek semakin
tidak aktif.
1956-1977
Perdagangan di bursa efek vakum.
10 Agustus 1977
Bursa efek diresmikan kembali oleh Presiden Soeharto. BEJ
dijalankan di bawah Bapepam (Badan Pelaksana Pasar Modal).
Tanggal 10 Agustus diperingati sebagai HUT Pasar Modal.
Pengaktifan kembali pasar modal ini juga ditandai dengan go public
PT Semen Cibinong sebagai emiten pertama.
1977-1987
Perdagangan di bursa efek sangat lesu. Jumlah emiten hingga 1987
baru mencapai 24. Masyarakat lebih memilih instrumen perbankan
dibandingkan instrumen pasar modal.
1 April 1983
Peluncuran Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG).
24 Desember 1987
Ditandai dengan hadirnya Paket Desember 1987 (PAK-DES `87)
yang memberikan kemudahan bagi perusahaan untuk melakukan
penawaran umum dan investor asing menanamkan modal di
Indonesia.
1988-1990
Paket deregulasi dibidang perbankan dan pasar modal diluncurkan.
Pintu BEJ terbuka untuk asing. Aktifitas bursa terlihat meningkat.
Perkembangan Pasar Modal di Indonesia Lampiran I 2 Juni 1988
Bursa Parallel Indonesia (BPI) mulai beroperasi dan dikelola oleh
Persatuan Perdagangan Uang dan Efek (PPUE), sedangkan
organisasinya terdiri dari broker dan dealer.
20 Desember 1988
Pemerintah mengeluarkan Paket Desember 1988 (PAK-DES `88)
yang memberikan kemudahan perusahaan untuk go public dan
beberapa kebijakan lain yang positif bagi pertumbuhan pasar modal.
16 Juni 1989
Bursa Efek Surabaya (BES) mulai beroperasi dan dikelola oleh
perseroan terbatas milik swasta yaitu PT Bursa Efek Surabaya.
13 Juli 1992
Swastanisasi BEJ; Bapepam berubah menjadi Badan Pengawas
Pasar Modal. Tanggal ini diperingati sebagai HUT BEJ.
22 Mei 1995
Sistem Otomasi perdagangan di BEJ dilaksanakan dengan sistem
JATS (Jakarta Automated Trading Systems). Suatu sistem
perdagangan di lantai bursa yang secara otomatis me-match kan
antara harga jual dan beli saham. Sebelum diberlakukannya JATS,
transaksi dilakukan secara manual. Misalnya dengan menggunakan
papan tulis sebagai papan untuk memasukkan harga jual dan beli
saham.
10 November 1995
Pemerintah mengeluarkan Undang-Undang No. 8 tentang Pasar
Modal. Undang-Undang ini mulai diberlakukan Januari 1996.
1995
Bursa Parallel Indonesia merger dengan Bursa Efek Surabaya.
2 Januari 1996
Peluncuran Indeks Sektoral.
3 Juli 1997*
Lahir danareksa
Management.
Februari 1997
Peluncuran Indeks LQ45.
3 Juli 2000*
Bursa Efek Indonesia bekerjasama dengan PT Danareksa
Investment Management meluncurkan Jakarta Islamic Index yang
bertujuan untuk memandu investor yang ingin menanamkan
dananya secara syariah.
25 Juli 2000
Sistem Perdagangan Tanpa Warkat (scripless trading) mulai
diaplikasikan di pasar modal Indonesia.
2001*
DSN mengeluarkan Fatwa No. 20 tentang Investasi di Reksadana
Syariah.
2002
BEJ mulai mengaplikasikan sistem perdagangan jarak jauh (remote
trading).
8 April 2002
Peluncuran Indeks Papan Utama dan Indeks Papan Pengembangan.
syariah
oleh
PT
Danareksa
Invesment
Perkembangan Pasar Modal di Indonesia Lampiran I 14 September 2002*
DSN mengeluarkan Fatwa No. 32 dan 33 tentang Obligasi Syariah
(Mudharabah)
September 2002*
Instrumen Obligasi Syariah pertama yang diterbitkan PT Indosat
Tbk dengan menggunakan skim mudharabah.
4 Maret 2003*
Pasar modal syariah diresmikan oleh Menteri Keuangan Boediono
didampingi ketua Bapepam Herwidayatmo, wakil dari MUI, wakil
dari DSN pada direksi, direksi perusahaan efek, pengurus organisasi
pelaku, dan asosiasi profesi di pasar modal.
4 Oktober 2003*
Fatwa DSN No. 40 tentang Pasar Modal dan Pedoman Umum
Penerapan Prinsip Syariah di Bidang Pasar Modal. MoU antara
Bapepam dan DSN-MUI.
4 Februari 2004
BEI menerapkan sesi pra-pembukaan. Harga pra-pembukaan
dibentuk dari akumulasi total penawaran dan permintaan tertinggi
selama masa pra-pembukaan.
4 Maret 2004*
DSN mengeluarkan Fatwa No. 41 tentang Obligasi Syariah Ijarah.
30 Desember 2005
Penyempurnaan Bapepam menjadi Badan Pengawas Pasar Modal
dan Lembaga Keuangan, atau disebut Bapepam-LK
2006*
Peraturan Bapepam & LK No. IX.A.13 tentang Penerbitan Efek
Syariah; Peraturan Bapepam & LK No. IX.A.14 tentang AkadAkad yang digunakan dalam Penerbitan Efek Syariah di Pasar
Modal.
2006*
Pemberian izin instrumen reksa dana jenis baru, yaitu reksa dana
yang berbasis indeks atau dikenal Reksa Dana Indeks. PT
Danareksa Investment Management menggunakan indeks JII
sebagai underlying indeks, sedangkan PT Mandiri Manajemen
Investasi menggunakan indeks LQ-45.
13 Juli 2007
Peluncuran Indeks Kompas100.
2007
Penggabungan BEJ dan BES berdasarkan kesepakatan RUPLSB
pada tanggal 30 Oktober 2007 yang kemudian dituangkan dalam
Akta Penggabungan dan berganti nama menjadi PT Bursa Efek
Indonesia (BEI) yang resmi efektif beroperasi sejak tanggal 3
Desember 2007.
2007*
DSN mengeluarkan Fatwa No. 59 tentang Obligasi Syariah
Mudharabah Konversi;
2008*
UU No. 19 tahun 2008 tentang Surat Berharga Syariah Negara;
Fatwa DSN-MUI No. 65 tentang Hak Memesan Efek Terlebih
Dahulu Syariah; Fatwa DSN-MUI No. 66 tentang Waran Syariah;
Perkembangan Pasar Modal di Indonesia Lampiran I Fatwa DSN-MUI No. 69 dan 70 tentang SBSN; Fatwa DSN-MUI
No. 71 tentang Sale and Lease Back; Fatwa DSN-MUI No. 72
tentang SBSN Ijarah – Sale and Lease Back.
27 Januari 2009
Peluncuran Indeks BISNIS-27.
2 Maret 2009
Dalam upaya peremajaan, sistem JATS lama yang dipakai sejak
tahun 1995 beralih dengan sistem JATS Next-G (Next Generation).
Sistem yang baru ini diharapkan mampu mengakomodasi maksimal
hingga satu juta order dan 500.000 transaksi per hari.
18 Mei 2009
Peluncuran Indeks PEFINDO25.
8 Juni 2009
Peluncuran Indeks SRI-KEHATI.
30 Juni 2009*
Peraturan Bapepam & LK No. II.K.1 tentang Kriteria dan
Penerbitan Efek Syariah di Pasar Modal.
Juni 2010*
Otoritas bursa membubuhkan tanda [S] pada setiap saham yang
masuk ke dalam Daftar Efek Syariah, baik untuk publikasi tertulis
maupun publikasi elektronik.
1 September 2010
Lantai bursa (trading floor) di gedung BEI resmi ditutup, seluruh
perdagangan dilakukan secara remote trading. Sebagai gantinya
akan dibangun museum bursa efek di tempat tersebut.
*Milestones perkembangan pasar modal syariah
Sumber : Andri Soemitra, dengan pengolahan
dan penambahan data.
Transkrip Wawancara Lampiran II PEDOMAN WAWANCARA
Nama
Jabatan
Hari/tanggal
Jam
Tempat
: Taufiq Rochman
: Staf Divisi Pemasaran Bursa Efek Indonesia
: Rabu, 18 Agustus 2010
: 10.45-11.25 WIB
: Gd. Bursa Efek Indonesia, Tower I, lt. 6
1. Apa yang menjadi pembeda antara indeks syariah dengan indeks
lainnya?
Tentunya kalau indeks-indeks syariah itu kan anggota-anggotanya ya, seperti
IHSG seluruh saham masuk hitungan, kalau katakanlah ada namanya indeks
industri, ataupun pertanian atau agriculture artinya perusahan yang bidang
usahanya pertanian saja. Kalau indeks syariah tentunya adalah saham-saham
yang tidak bertentangan dengan syariah. Sebetulnya tidak hanya 30 saham
saja yang ada pada JII, nanti anda lihat di Bapepam ada yang namanya Daftar
Efek Syariah atau DES, ada sekitar 191 saham berdasar data yang terbaru.
Kita bekerja sama dengan MUI (Majelis Ulama Indonesia, -red) yang
diwakili oleh DSN (Dewan Syariah Nasional, -red) sedangkan pemerintah
diwakili oleh Bapepam. Bapepam dan DSN mengeluarkan DES, memang dari
sekian yang terdapat dalam DES hanya diambil 30 buah yang menjadi
perhitungan indeks. Jelasnya, yang merupakan efek syariah lebih dari 30,
namun untuk indeks hanya 30 buah.
2. Bagaimana mekanisme yang dilakukan BEI dalam memperdagangkan
efek syariah?
Secara umum mekanisme perdagangannya tidak ada perbedaan antara yang
syariah dan tidak, dapat diperdagangkan pada pasar tunai, pasar reguler,
ataupun pasar negosiasi. Hanya barangnya yang beda, mekanismenya sama.
3. Transaksi apa saja yang terkait dalam pasar modal syariah? Dan
transaksi apa yang menjadi unggulan pada pasar modal syariah?
Order jual atau order beli itu kan amanah jual amanah beli, ijab qabulnya
diorder tadi kan. Kalau transaksiya ya pasarnya itu tadi. Transaksi di pasar
Transkrip Wawancara Lampiran II reguler menjadi unggulan yang paling banyak. Dari jumlah dan nilai
transaksinya yang paling banyak juga frekuensinya. Kalau di pasar negosiasi,
sekali-kali meledak besar. Kalau ada transaksi besar bisa saja di negosiasi.
Misal seseorang mengalihkan sahamnya dari si A ke B. Atau contohnya dari
HM Sampoerna (rokok – tidak syariah) dari pemilik lama Putera Sampoerna
ke PT Phillip Morris lewatnya pasar negosiasi, transaksinya bertriliun-triliun
tapi sekali transaksi di pasar negosiasi meskipun terjadi tidak sering. Kalau
tunai kan sifatnya T+0, artinya beli hari ini, jual hari ini, dapat haknya hari
ini. Ini agak kurang fleksibel.
4. Dalam fatwa DSN-MUI no 40 tentang Pasar Modal dan Pedoman Umum
Penerapan Prinsip Syariah di Bidang Pasar Modal disebutkan transaksitransaksi yang dilarang dalam memperdagangkan efek, seperti short
selling, margin trading, dan derivatives. Sejauh apa kewenangan pihak
BEI dalam menyikapi keputusan tersebut?
Kewenangan pihak bursa untuk short-selling hanya menentukan jenis saham
apa saja yang dapat diperdagangkan secara short-selling. Kemudian juga
menentukan perusahaan efeknya (broker) mana yang boleh dan mana yang
tidak. Anda boleh transaksi margin ataupun short-selling dari bursa.
Katakanlah perusahaannya harus memiliki nilai kekayaan sekian ratus juta
rupiah, memiliki sistem pembukuan yang bagus, karena memang transaksi ini
resikonya lebih tinggi. Semua harus melewati seleksi terlebih dahulu, untuk
lebih jelas dapat anda lihat di Peraturan Keanggotaan Bursa. Kalau untuk
derivatif contohnya opsi, perusahaan yang menentukan sistem penyerahan
misal seperti sekarang yatitu cash settlement, hanya uang ke uang jadi tidak
ada bukti fisik yang diserahterimakan, ini memang tidak syariah.
5. Bagaimana bentuk pengawasan yang dilakukan pihak BEI dalam
memastikan efek syariah diperdagangkan sesuai dengan kepatuhan
prinsip syariah?
Memastikan efek syariah kan bukan dari pihak bursa tadi yah. Kita hanya
melakukan pengawasan hanya secara umum saja. Misal transaksinya naik
Transkrip Wawancara Lampiran II tinggi dalam satu hari atau turun tinggi namun tidak ada informasi, atau
namanya UMA -Unusual Market Activity-. Kalau ada kejadian ya akan
diumumkan, bahkan mungkin akan kita suspend jika ada yang janggal, tidak
wajar kenaikannya, dihentikan dulu perdagangannya. Setelah UMA biasanya
suspend.
6. Apakah masih mungkin bagi seseorang untuk memperdagangkan efek
syariah dengan cara spekulatif seperti short selling dan margin trading?
Masih bisa, indeks syariah itu tidak ada pembedaan artinya hanya indeks saja.
Transaksi dan mekanismenya sama. Kita tidak membedakan apakah transaksi
itu syariah atau tidak, kita tidak memiliki laporan transaksi syariah. Kita
transaksi secara umum, tidak menanyakan apakah anda akan bertransaksi
secara syariah atau tidak. Jadi, dapat disimpulkan pihak bursa hanya
memberikan pengelompokkan arah investasi, apakah akan memilih sahamsaham pertanian atau saham finance, ataupun saham-saham yang syariah
dasarnya ini. Pilihannya dikembalikan ke masing-masing orang.
7. Apa strategi dan upaya yang dilakukan pihak BEI untuk menghindari
transaksi yang dilarang syariah?
Srateginya salah satunya adalah sekolah pasar modal. Dalam penjelasannya
ada materi tersendiri tentang pasar modal syariah. Kita hanya menginfokan.
Jadi kalau anda ingin transaksi syariah di pasar modal pilihlah saham-saham
yang syariah. Ya jangan saham perbankan, jangan saham minuman keras,
rokok. Kalau obligasi ya obligasi yang syariah misal sukuk. Kita
informasikan juga, kita sebagai fasilitator kan menyediakan semua, tinggal
masyarakat maunya pakai yang mana. Intinya dalam sosialisasi ya kita angkat
tema-tema syariah.
8. Apa saja kendala dan tantangan dalam mengembangkan pasar modal
syariah?
Tantangannya jumlah penduduk kita masih terbuka luas, kendalanya orang
yang tahu dan sudah investasi di pasar modal masih sedikit. Baru sekitar 400
ribu rekening. Hampir sama seperti orang yang ’melek’ perbankan, kalau
Transkrip Wawancara Lampiran II pasar modal masih 400 ribu dibanding 200 sekian juta jumlah penduduk
Indonesia. Kalau tantangannya masih sangat besar, jadi peluangnya juga
masih sangat besar sekali. Produknya pun sebenarnya ada kan, sahamnya ada
yang syariah, obligasi ada yang syariah, reksadana ada yang syariah, semua
sudah komplit. Tentunya nanti kalaupun ada futures atau pun derivatif yang
syariah harus dirubah sistemnya menjadi penyerahan fisik tadi. Kita baru mau
beralih kesana, tapi yang sekarang masih baru yang cash settlement. Ini
(penyerahan fisik, -red) masih rencana, masih sebuah wacana. Ya kalau
bicara kenyataan, di tahun ini tidak ada perdagangan derivatif, semua stop
dulu. Kita kaji kembali dari perubahan perdagangan, sistem dan
penyerahannya. Kalau indeks futures jelas tidak syariah. Kalau opsi masih
bisa, syaratnya harus penyerahan fisik. Fisiknya bukan benar-benar dalam
bentuk kertas, hanya pindah rekening.
9. Apakah kegiatan transaksi pada pasar modal syariah sudah sesuai
dengan prinsip kepatuhan syariah?
Kalau indeks yang syariah saya kira sudah cukup sesuai. Kalau motif kita
syariah artinya kita kan pasti mencari dulu saham apa yang tidak syariah,
yang dilarang DSN. Transaksi pasar modal syariah seperti yang saya jelaskan
tadi kan, prinsip dan mekanismenya sama. Tentunya yang membedakan
antara yang syariah dan tidak syariah hanya sahamnya. Kalau objeknya
syariah tentunya ini sesuai kan dengan DSN, tentu yang tidak short selling,
tidak margin. Kalau transaksi syariah atau tidak kan masing-masing
orangnya, kita tidak membedakan transaksi ini yang syariah.
10. Apa yang menjadi peluang dan kekuatan pasar modal syariah dibanding
pasar modal konvensional?
Kalau pasar modal syariah kan bagian dari pasar modal konvensional, karena
pasar modal konvensional sebagiannyakan adalah syariah. Dan kedepan
potensinya masih sangat besar sekali, sekarang perusahaan yang go public
baru sekitar 410 perusahaan, orang yang bertransaksi baru 400 ribu.
Potensinya masih besar, dari jumlah penduduk, dari peningkatan income yang
Transkrip Wawancara Lampiran II naik juga. Di samping itu sekarang kan pendidikan syariah juga menopang,
sedang giat-giatnya mencetak tenaga-tenaga syariah. Sekarang anda tahu
SDM syariah masih sangat diperlukan, karena masih kekurangan. Dan
tentunya adanya kejadian-kejadian ataupun krisis dimana-mana kan karena
tidak syariah tadi, harus dibuktikan bahwa sebenarnya syariah ini yang paling
bisa diandalkan.
Aktifitas Perdagangan Opsi dan Futures Saham di BEI Lampiran III STOCK OPTION TRADING ACTIVITIES
Year
Call Option
Put Option
Total
Contract
Value
Freq.
Contract
Value
Freq.
Contract
Value
Freq.
56
243
242
246
150
149
281
236,500,000
101,840,000
1,363,060,000
104
131
163
34
6
90
41,030,000
1,490,000
312,560,000
15
4
61
184
155
371
277,530,000
103,330,000
1,675,620,000
119
135
224
22
20
21
20
21
20
22
22
20
20
22
16
120
20
19
18
22
20
21
22
20
21
18
20
19
241
19
20
20
20
20
22
21
20
18
22
20
19
103
20
74
19
22
21
21
10
25
26
38
50
55
13
46
9
7
2
87
8
6
16
13
9
3
24
4
2
2
-
550,000
99,100,000
234,810,000
175,700,000
166,640,000
252,100,000
65,700,000
205,370,000
82,100,000
56,860,000
24,130,000
495,800,000
62,120,000
62,660,000
72,980,000
58,960,000
41,710,000
5,960,000
167,560,000
14,410,000
2,360,000
7,080,000
-
2
5
13
17
30
31
9
38
9
7
2
84
7
6
16
13
9
3
23
3
2
2
-
25
5
9
13
26
11
1
30
1
1
4
12
5
1
5
1
-
87,650,000
1,450,000
7,550,000
9,120,000
127,330,000
66,270,000
13,190,000
103,290,000
4,070,000
1,050,000
12,600,000
51,490,000
12,950,000
2,700,000
13,540,000
4,890,000
-
5
1
6
13
24
11
1
30
1
1
4
12
5
1
5
1
-
35
25
31
38
50
55
22
59
35
18
3
117
9
7
20
25
14
4
29
4
2
3
-
88,200,000
99,100,000
236,260,000
175,700,000
166,640,000
252,100,000
73,250,000
214,490,000
209,430,000
123,130,000
37,320,000
599,090,000
66,190,000
63,710,000
85,580,000
110,450,000
54,660,000
8,660,000
181,100,000
14,410,000
2,360,000
11,970,000
-
7
5
14
17
30
31
15
51
33
18
3
114
8
7
20
25
14
4
28
3
2
3
-
Month
2004
2005
2006
2007
Days
Jan
Feb
Mar
Apr
May
Jun
Jul
Aug
Sep
Oct
Nov
Dec
2008
Jan
Feb
Mar
Apr
May
Jun
Jul
Aug
Sep
Oct
Nov
Dec
2009
Jan
Feb
Mar
Apr
May
Jun
Jul
Aug
Sep
Oct
Nov
Dec
2010
Jan
Feb
Mar
Apr
May
Sumber: IDX Fact Book 2010 -
Aktifitas Perdagangan Opsi dan Futures Saham di BEI Lampiran III INDEX FUTURES TRADING ACTIVITIES
Year
Month
Volume
Value
(Rp)
Freq.
(X)
Year
Month
Volume
Value
(Rp)
Freq.
(X)
3,674
573,448,125,000
2,940
2001
64,036
525,914,035,000
26,179
2006
Aug
Sep
Oct
Nov
Dec
2002
Jan
Feb
Mar
Apr
May
Jun
Jul
Aug
Sep
Oct
Nov
Dec
2003
Jan
Feb
Mar
Apr
May
Jun
Jul
Aug
Sep
Oct
Nov
Dec
2004
Jan
Feb
Mar
Apr
May
Jun
Jul
Aug
Sep
Oct
Nov
Dec
2005
Jan
Feb
Mar
Apr
May
Jun
Jul
Aug
Sep
Oct
Nov
Dec
14,463
17,378
15,652
12,005
4,538
47,839
8,681
15,410
4,626
4,525
2,901
2,541
2,464
1,989
1,681
1,565
1,174
282
8,671
463
221
243
720
727
901
921
624
1,452
1,119
651
629
18,642
1,471
1,060
1,651
1,563
2,087
1,799
1,678
1,348
1,652
1,519
1,137
1,677
13,283
1,073
1,185
1,903
1,822
1,071
1,156
1,109
1,079
749
650
536
950
129,041,476,000
149,480,914,000
120,835,228,000
92,169,603,000
34,386,814,000
1,461,543,325,000
77,798,729,000
147,847,501,000
237,251,875,000
259,369,970,000
169,337,395,000
145,311,195,000
129,654,085,000
97,299,810,000
76,399,915,000
62,206,465,000
46,673,445,000
12,392,940,000
509,028,300,000
20,147,850,000
9,322,935,000
10,170,165,000
33,677,350,000
37,812,955,000
51,235,005,000
52,540,350,000
34,384,550,000
91,857,365,000
78,119,625,000
44,454,365,000
45,305,785,000
2,224,627,860,000
121,930,595,000
88,302,190,000
134,111,045,000
174,736,845,000
327,439,505,000
254,291,300,000
212,571,870,000
168,645,475,000
190,621,700,000
196,847,630,000
144,819,305,000
210,310,400,000
1,661,498,075,000
129,494,740,000
144,201,800,000
245,039,185,000
229,614,455,000
128,176,750,000
144,140,535,000
141,989,480,000
136,143,550,000
87,241,880,000
79,501,605,000
66,381,600,000
129,572,495,000
1,208
4,948
8,733
8,381
2,909
26,631
4,932
5,172
2,380
2,935
2,218
1,755
1,850
1,497
1,316
1,274
1,041
261
8,228
445
209
238
655
650
882
909
613
1,304
1,089
643
591
17,313
1,433
1,054
1,641
1,457
1,819
1,622
1,553
1,271
1,559
1,445
1,033
1,426
10,894
929
998
1,464
1,247
885
1,021
936
965
721
587
445
696
Jan
Feb
Mar
Apr
May
Jun
Jul
Aug
Sep
Oct
Nov
Dec
2007
Jan
Feb
Mar
Apr
May
Jun
Jul
Aug
Sep
Oct
Nov
Dec
2008
Jan
Feb
Mar
Apr
May
Jun
Jul
Aug
Sep
Oct
Nov
Dec
2009
Jan
Feb
Mar
Apr
May
Jun
Jul
Aug
Sep
Oct
Nov
Dec
2010
Jan
Feb
Mar
Apr
May
777
113,951,090,000
642
590
84,799,600,000
492
670
100,391,260,000
508
469
75,182,625,000
408
241
40,270,735,000
200
167
24,729,720,000
122
70
10,495,985,000
64
76
12,258,730,000
66
106
17,885,380,000
59
45
7,647,320,000
37
259
47,932,255,000
161
204
37,903,425,000
181
215
45,429,925,000
146
83
16,159,600,000
79
14
2,638,825,000
14
14
2,663,650,000
14
13
2,712,550,000
13
5
1,065,300,000
5
1
220,000,000
1
85
19,970,000,000
20
479
22,917,725,000
115
2
92,560,000
2
417
19,912,740,000
101
60
2,912,425,000
12
- Sumber: IDX Fact Book 2010 -
77
Lampiran IV Lampiran IV 1
40 Pasar Modal Dan Pedoman Umum Penerapan Prinsip Syariah Di Bidang Pasar Modal
FATWA
DEWAN SYARI'AH NASIONAL
NOMOR: 40/DSN-MUI/X/2003
Tentang
PASAR MODAL DAN PEDOMAN UMUM
PENERAPAN PRINSIP SYARIAH DI BIDANG PASAR MODAL
‫ﱠحي ِْم‬
ِ ‫من الر‬
ِ ْ‫بِس ِْم ﷲِ الرﱠح‬
Dewan Syari'ah Nasional setelah,
Menimbang
: a. bahwa perkembangan ekonomi suatu negara tidak lepas dari
perkembangan pasar modal;
b. bahwa pasar modal berdasarkan
dikembangkan di berbagai negara;
prinsip
syariah
telah
c. bahwa umat Islam Indonesia memerlukan Pasar Modal yang
aktivitasnya sejalan dengan prinsip syariah;
d. bahwa oleh karena itu, untuk memenuhi kebutuhan tersebut,
Dewan Syariah Nasional MUI memandang perlu menetapkan
fatwa tentang Pasar Modal dan Pedoman Umum Penerapan
Prinsip Syariah di Bidang Pasar Modal.
Mengingat
: 1. Firman Allah SWT., antara lain:
(275 :‫َﺣ ﱠﻞ اﷲُ اﻟْﺒَـْﻴ َﻊ َو َﺣﱠﺮَم اﻟﱢﺮﺑَﺎ… )اﻟﺒﻘﺮة‬
َ ‫… َو أ‬
“…dan Allah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba...”
(QS. al-Baqarah [2]: 275).
ِ
ِِ
ِ ِ
َ ْ ‫ﻳَﺎ أَﻳـﱡ َﻬﺎ اﻟﱠﺬﻳْ َﻦ َآﻣﻨُـ ْﻮا اﺗﱠـ ُﻘ ْﻮا اﷲَ َو َذ ُرْوا َﻣﺎ ﺑَﻘ َﻲ ﻣ َﻦ اﻟﱢﺮﺑَﺎ إِ ْن ُﻛْﻨﺘُ ْﻢ ُﻣ ْﺆﻣﻨ‬
ْ‫ ﻓَِﺈ ْن َﱂ‬.‫ﲔ‬
ِ ِ ٍ ِ
ِ ِِ
َ‫س أ َْﻣ َﻮاﻟِ ُﻜ ْﻢ ﻻَﺗَﻈْﻠِ ُﻤ ْﻮ َن َوﻻ‬
ُ ‫ﺗَـ ْﻔ َﻌﻠُ ْﻮا ﻓَﺄْ َذﻧـُ ْﻮا ﲝَْﺮب ﻣ َﻦ اﷲ َوَر ُﺳ ْﻮﻟﻪ َوإ ْن ﺗـُْﺒﺘُ ْﻢ ﻓَـﻠَ ُﻜ ْﻢ ُرءُْو‬
.(279 -278 :‫ﺗُﻈْﻠَ ُﻤ ْﻮ َن )اﻟﺒﻘﺮة‬
“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan
tinggalkan sisa riba (yang belum dipungut) jika kamu orangorang yang beriman. Maka jika kamu tidak mengerjakan
(meninggalkan sisa riba) maka ketahuilah bahwa Allah dan
Rasul-Nya akan memerangimu. Dan jika kamu bertaubat (dari
pengambilan riba) maka bagimu pokok hartamu; kamu tidak
(boleh) menganiaya dan tidak (pula) dianiaya” (QS. al-Baqarah
[2]: 278-279).
Dewan Syariah Nasional MUI
40 Pasar Modal Dan Pedoman Umum Penerapan Prinsip Syariah Di Bidang Pasar Modal
2
ِ ‫ﻳﺎ أَﻳـﱡﻬﺎ اﻟﱠ ِﺬﻳﻦ آﻣﻨُـﻮا ﻻَﺗَﺄْ ُﻛﻠُﻮا أَﻣﻮاﻟَ ُﻜﻢ ﺑـﻴـﻨَ ُﻜﻢ ﺑِﺎﻟْﺒ‬
‫ﺎﻃ ِﻞ إِﻻﱠ أَ ْن ﺗَ ُﻜ ْﻮ َن ِﲡَ َﺎرًة َﻋ ْﻦ‬
َ ْ َْ ْ َ ْ ْ
ْ َ َْ َ َ
ٍ ‫ﺗَـَﺮ‬
(29 :‫اض ِﻣْﻨ ُﻜ ْﻢ… )اﻟﻨﺴﺎء‬
“Hai orang yavng beriman! Janganlah kamu saling memakan
harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan dengan
jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama suka di antara
kamu,…” (QS. al-Nisa’ [4]: 29).
ِ ‫ﻀ ِﻞ‬
ِ ‫ﻀﻴ‬
ِ ِ
ِ ‫ﺼﻼَةُ ﻓَﺎﻧْـﺘَ ِﺸ ُﺮْوا ِﰱ اْﻷ َْر‬
...‫اﷲ‬
‫ﺖ اﻟ ﱠ‬
ْ َ‫ض َواﺑْـﺘَـﻐُ ْﻮا ِﻣ ْﻦ ﻓ‬
َ ُ‫ﻓَﺈ َذا ﻗ‬
“…Apabila telah ditunaikan sholat, maka bertebaranlah kamu di
muka bumi dan carilah karunia Allah…” (QS. Al Jumu’ah [62]:
10).
(1 :‫ﻳَﺎ أَﻳـﱡ َﻬﺎ اﻟﱠ ِﺬﻳْ َﻦ َآﻣﻨُـ ْﻮا أ َْوﻓُـ ْﻮا ﺑِﺎﻟْﻌُ ُﻘ ْﻮِد … )اﳌﺎﺋﺪة‬
“Hai orang yang beriman! Penuhilah akad-akad itu…” (QS. alMa’idah [5]: 1).
2. Hadis Nabi s.a.w., antara lain:
‫ﺿَﺮَر َوﻻَ ِﺿَﺮ َار )رواﻩ اﺑﻦ ﻣﺎﺟﻪ ﻋﻦ ﻋﺒﺎدة ﺑﻦ اﻟﺼﺎﻣﺖ وأﲪﺪ ﻋﻦ اﺑﻦ اﻟﻌﺒﺎس‬
َ َ‫ﻻ‬
(‫وﻣﺎﻟﻚ ﻋﻦ ﳛﻲ‬
“Tidak boleh membahayakan diri sendiri dan tidak boleh pula
membahayakan orang lain” (HR. Ibn Majah dari ‘Ubadah bin
Shamit, Ahmad dari Ibn ‘Abbas, dan Malik dari Yahya).
ِ
(‫ﺲ ِﻋْﻨ َﺪ َك )رواﻩ اﳋﻤﺴﺔ ﻋﻦ ﺣﻜﻴﻢ ﺑﻦ ﺣﺰام‬
َ ‫ﻻَ ﺗَﺒ ْﻊ َﻣﺎ ﻟَْﻴ‬
“Janganlah kamu menjual sesuatu yang tidak ada padamu” (HR.
Al Khomsah dari Hukaim bin Hizam)
ِ
ِ َ‫ وﻻَ َﺷﺮﻃ‬،‫ﻒ وﺑـﻴﻊ‬
‫ﺲ‬
ْ َ‫ َوﻻَ ِرﺑْ ُﺢ َﻣﺎ َﱂْ ﻳ‬،‫ﺎن ِ ْﰲ ﺑَـْﻴ ٍﻊ‬
ْ َ ٌ َْ َ ٌ َ‫ﻻَ َﳛ ﱡﻞ َﺳﻠ‬
َ ‫ َوﻻَ ﺑَـْﻴ ُﻊ َﻣﺎ ﻟَْﻴ‬،‫ﻀ َﻤ ْﻦ‬
‫ وﺻﺤﺤﻪ اﻟﱰﻣﺬي‬،‫ِﻋْﻨ َﺪ َك )رواﻩ اﳋﻤﺴﺔ ﻋﻦ ﻋﻤﺮو ﺑﻦ ﺷﻌﻴﺐ ﻋﻦ أﺑﻴﻪ ﻋﻦ ﺟﺪﻩ‬
.(‫واﺑﻦ ﺧﺰﳝﺔ واﳊﺎﻛﻢ‬
“Tidak halal (memberikan) pinjaman dan penjualan, tidak halal
(menetapkan) dua syarat dalam suatu jual beli, tidak halal
keuntungan sesuatu yang tidak ditanggung resikonya, dan tidak
halal (melakukan) penjualan sesuatu yang tidak ada padamu”
(HR. Al Khomsah dari ‘Amr bin Syu’aib dari ayahnya dari
kakeknya).
Dewan Syariah Nasional MUI
40 Pasar Modal Dan Pedoman Umum Penerapan Prinsip Syariah Di Bidang Pasar Modal
3
ِ
(‫ﺻﻠﱠﻰ اﷲُ َﻋﻠَْﻴ ِﻪ َو َﺳﻠﱠ َﻢ َﻋ ْﻦ ﺑَـْﻴ ِﻊ اﻟْﻐََﺮِر )رواﻩ اﻟﺒﻴﻬﻘﻲ ﻋﻦ اﺑﻦ ﻋﻤﺮ‬
َ ‫ﻧَـ َﻬﻰ َر ُﺳ ْﻮ ُل اﷲ‬
“Rasulullah s.a.w. melarang jual beli (yang mengandung)
gharar” (HR. Al Baihaqi dari Ibnu Umar)
ِ
ِ
ِ ‫ﱠﺠ‬
(‫ﺶ )ﻣﺘﻔﻖ ﻋﻠﻴﻪ‬
ْ ‫ﺻﻠﱠﻰ اﷲُ َﻋﻠَْﻴﻪ َو َﺳﻠﱠ َﻢ ﻧَـ َﻬﻰ َﻋ ِﻦ اﻟﻨ‬
َ ‫إ ﱠن َر ُﺳ ْﻮَل اﷲ‬
“Rasulullah s.a.w. melarang (untuk) melakukan penawaran
palsu” (Muttafaq ‘alaih)
ِ ْ ‫ﺻﻠﱠﻰ اﷲُ َﻋﻠَْﻴ ِﻪ و َﺳﻠﱠﻢ ﻧَـ َﻬﻰ َﻋ ْﻦ ﺑَـْﻴـ َﻌﺘَـ‬
‫ﲔ ِ ْﰲ ﺑَـْﻴـ َﻌ ٍﺔ )رواﻩ أﺑﻮ داود واﻟﱰﻣﺬي‬
‫إِ ﱠن اﻟﻨِ ﱠ‬
َ ‫ﱠﱯ‬
َ َ
(‫واﻟﻨﺴـﺎﺋﻰ‬
“Nabi SAW melarang pembelian ganda pada satu transaksi
pembelian” (HR. Abu Dawud, al-Tirmidzi, dan al-Nasa’i).
(‫ﻀﻪُ )رواﻩ اﻟﺒﻴﻬﻘﻰ ﻋﻦ ﺣﻜﻴﻢ ﺑﻦ ﺣﺰام‬
َ ِ‫ﻻَ ﺗَﺒِ َﻌ ﱠﻦ َﺷْﻴﺌًﺎ َﺣ ﱠﱴ ﺗَـ ْﻘﺒ‬
“Tidak boleh menjual sesuatu hingga kamu memilikinya” (HR
Baihaqi dari Hukaim bin Hizam)
ِ
ِِ
‫َﺣ ﱠﻞ َﺣَﺮ ًاﻣﺎ َواﻟْ ُﻤ ْﺴﻠِ ُﻤﻮ َن‬
‫اَﻟ ﱡ‬
َ ‫ﲔ اﻟْ ُﻤ ْﺴﻠﻤ‬
َ ْ ‫ﺼ ْﻠ ُﺢ َﺟﺎﺋٌﺰ ﺑَـ‬
ُ ‫ﲔ إِﻻﱠ‬
َ ‫ﺻ ْﻠ ًﺤﺎ َﺣﱠﺮَم َﺣﻼَﻻً أ َْو أ‬
ِ ِ
‫َﺣ ﱠﻞ َﺣَﺮ ًاﻣﺎ )رواﻩ اﻟﱰﻣﺬي ﻋﻦ ﻋﻤﺮو ﺑﻦ‬
َ ‫َﻋﻠَﻰ ُﺷ ُﺮوﻃ ِﻬ ْﻢ إﻻﱠ َﺷ ْﺮﻃًﺎ َﺣﱠﺮَم َﺣﻼَﻻً أ َْو أ‬
.(‫ﻋﻮف‬
“Perdamaian dapat dilakukan di antara kaum muslimin kecuali
perdamaian yang mengharamkan yang halal atau menghalalkan
yang haram; dan kaum muslimin terikat dengan syarat-syarat
mereka kecuali syarat yang mengharamkan yang halal atau
menghalalkan yang haram” (HR. Al-Tirmizi dari ‘Amr bin ‘Auf).
ِ
ِ
ِ ْ ‫ﺚ اﻟ ﱠﺸ ِﺮﻳْ َﻜ‬
‫ﲔ‬
ُ ‫ أَﻧَﺎ ﺛَﺎﻟ‬:‫ ﻳَـ ُﻘ ْﻮ ُل اﷲُ ﺗَـ َﻌ َﺎﱃ‬:‫ﺻﻠﱠﻰ اﷲُ َﻋﻠَْﻴ ِﻪ َو َﺳﻠﱠ َﻢ ﻗَ َﺎل‬
َ ‫إ ﱠن َر ُﺳ ْﻮَل اﷲ‬
ِ ‫ ﻓَِﺈ َذا ﺧﺎ َن أَﺣ ُﺪ ُﳘﺎ‬،‫ﺎﺣﺒﻪ‬
ِ ‫ﻣﺎ َﱂ َﳜُﻦ أَﺣ ُﺪ ُﳘﺎ‬
‫ﺖ ِﻣ ْﻦ ﺑَـْﻴﻨِ ِﻬ َﻤﺎ )رواﻩ‬
ُ ‫ﺻﺎﺣﺒَﻪُ َﺧَﺮ ْﺟ‬
َُ ‫ﺻ‬
َ َ َ َ
َ َ َ ْ ْ َ
(‫أﺑﻮ داود واﻟﺪارﻗﻄﲏ واﳊﺎﻛﻢ واﻟﺒﻴﻬﻘﻲ‬
“Rasulullah SAW bersabda, Allah Ta’ala berfirman:”Aku adalah
Pihak ketiga dari dua Pihak yang berserikat selama salah satu
Pihak tidak mengkhianati yang lainnya. Maka, apabila salah satu
Pihak mengkhianati yang lain, Aku pun meninggalkan keduanya”
(HR Abu Dawud, al-Daraquthni, al-Hakim, dan al-Baihaqi).
Dewan Syariah Nasional MUI
40 Pasar Modal Dan Pedoman Umum Penerapan Prinsip Syariah Di Bidang Pasar Modal
4
َ‫ ﻻَ َْﳛﺘَ ِﻜ ُﺮ إِﻻ‬:‫ﻋﻦ ﻣﻌﻤﺮ ﺑﻦ ﻋﺒﺪ اﷲ ﻋﻦ رﺳﻮل اﷲ ﺻﻠﻰ اﷲ ﻋﻠﻴﻪ وﺳﻠﻢ ﻗﺎل‬
(‫َﺧﺎ ِﻃ ٌﺊ )رواﻩ ﻣﺴﻠﻢ‬
“Dari Ma’mar bin Abdullah, dari Rasulullah SAW bersabda:
Tidaklah melakukan ihtikar (penimbunan/monopoli) kecuali orang
yang bersalah” (HR Muslim).
3. Kaidah Fiqh:
ِ
.‫ﺎﺣﺔُ َﻣﺎ َﱂْ ﻳَ ُﺪ ﱠل َدﻟِْﻴ ٌﻞ َﻋﻠَﻰ َْﲢ ِﺮْﳝِ َﻬﺎ‬
ْ ‫أﻷ‬
َ َ‫َﺻ ُﻞ ِﰱ اﻟْ ُﻤ َﻌ َﺎﻣﻼَت اْ ِﻹﺑ‬
“Pada dasarnya, segala bentuk mu’amalah boleh dilakukan
sepanjang tidak ada dalil yang mengharamkannya.”
ٍ ‫ﻻَ َﳚﻮزِ ﻷ‬
ِ ‫ف ِﰲ ِﻣ ْﻠ‬
‫ﻚ اﻟْﻐَ ِْﲑ ﺑِﻼَ إِ ْذﻧِِﻪ‬
َ َ‫َﺣﺪ أَ ْن ﻳَـﺘ‬
َ ُ ُْ
ْ َ ‫ﺼﱠﺮ‬
“Tidak boleh melakukan perbuatan hukum atas milik orang lain
tanpa seizinnya.”
Memperhatikan
: 1. Pendapat ulama, antara lain:
•
Pendapat Ibnu Qudamah dalam Al-Mughni juz 5/173, [Beirut:
Dar al-Fikr, tanpa thn] :
ِِ
ِ ْ ‫َﺣ ُﺪ اﻟ ﱠﺸ ِﺮﻳْ َﻜ‬
‫ﻚ َﻏ ِْﲑِﻩ‬
‫ﲔ ِﺣ ﱠ‬
َ ‫ِ ﻷَﻧﱠﻪُ ﻳَ ْﺸ َِﱰ ْي ِﻣ ْﻠ‬،‫ﺼﺔَ َﺷ ِﺮﻳْ ِﻜ ِﻪ ِﻣْﻨﻪُ َﺟ َﺎز‬
َ ‫َوإن ا ْﺷﺘَـَﺮى أ‬
“Jika salah seorang dari dua orang berserikat membeli porsi
mitra serikatnya, hukumnya boleh karena ia membeli milik
pihak lain.”
•
Pendapat Dr. Wahbah al-Zuhaili dalam Al-Fiqh Al-Islami wa
Adillatuhu juz 3/1841:
ِ
‫َﺳ ُﻬ ِﻢ ُﺷَﺮَﻛﺎءُ ِﰱ اﻟﺸ ْﱢﺮَﻛ ِﺔ ﺑِﻨِ ْﺴﺒَ ِﺔ‬
ْ ‫َﺳ ُﻬ ِﻢ َﺟﺎﺋٌﺰ َﺷ ْﺮ ًﻋﺎِ ﻷَ ﱠن أ‬
ْ ‫ﺎب اْﻷ‬
ْ ‫اﻟﺘﱠﻌﺎَُﻣ ُﻞ ﺑِﺎْﻷ‬
َ ‫َﺻ َﺤ‬
ِ ِ
.‫َﺳ ُﻬ ٍﻢ‬
ْ ‫َﻣﺎ ﳝَْﻠ ُﻜ ْﻮ َن ﻣ ْﻦ أ‬
“Bermuamalah dengan (melakukan kegiatan transaksi atas)
saham hukumnya boleh, karena pemilik saham adalah mitra
dalam perseroan sesuai dengan saham yang dimilikinya.”
•
Pendapat para ulama yang menyatakan kebolehan jual beli
saham pada perusahaan-perusahaan yang memiliki bisnis
yang mubah, antara lain dikemukakan oleh Dr. Muhammad
‘Abdul Ghaffar al-Syarif (al-Syarif, Buhuts Fiqhiyyah
Mu’ashirah, [Beirut: Dar Ibn Hazm, 1999], h.78-79); Dr.
Muhammad Yusuf Musa (Musa, al-Islam wa Musykilatuna
al-Hadhirah, [t.t.: Silsilah al-Tsaqafah al-Islamiyah, 1958], h.
58); Dr. Muhammad Rawas Qal’ahji, (Qal’ahji, al-Mu’amalat
al-Maliyah al-Mu’ashirah fi Dhaw’i al-Fiqh wa al-Syari’ah,
[Beirut: Dar al-Nafa’is, 1999], h.56). Syaikh Dr. ‘Umar bin
Dewan Syariah Nasional MUI
40 Pasar Modal Dan Pedoman Umum Penerapan Prinsip Syariah Di Bidang Pasar Modal
5
‘Abdul ‘Aziz al-Matrak (Al-Matrak, al-Riba wa alMu’amalat al-Mashrafiyyah, [Riyadh: Dar al-‘Ashimah, 1417
H], h. 369-375) menyatakan:
ِ
ٍ
ِ
ٍ ‫ﺎت ﻣﺒ‬
‫ﺎﺣ ِﺔ أَ ِو‬
ْ ‫)الثاني( أ‬
َ َ‫ﺎﺣﺔ ﻛﺎَﻟ ﱢﺸ ْﺮَﻛﺎت اﻟﺘﱢ َﺠﺎ ِرﻳﱠﺔ اﻟْ ُﻤﺒ‬
َ َُ ‫َﺳ ُﻬ ٌﻢ ِﰱ ُﻣ َﺆ ﱠﺳ َﺴ‬
ِ َ‫ﺎﻋﻴﱠ ِﺔ اﻟْﻤﺒﺎﺣ ِﺔ ﻓ‬
ِ ‫اﻟْﻤﺆ ﱠﺳﺴ‬
ِ َ‫ﺼﻨ‬
‫ﺎﳘَﺔُ ﻓﻴﻬﺎ واﳌﺸﺎرﻛﺔ ﻓﻴﻬﺎ وﺑﻴﻊ‬
‫ﺎت اﻟ ﱢ‬
َ ‫ اَﻟْ ُﻤ َﺴ‬:‫ﻬﺬ ِﻩ‬
َ َُ
َ َُ
ِ
ِ
ٌ‫ﺲ ﻓِْﻴـ َﻬﺎ َﻏَﺮٌر َوﻻَ َﺟ َﻬﺎﻟَﺔ‬
َ ‫ إ َذا َﻛﺎﻧَﺖ اﻟﺸ ْﱢﺮَﻛﺔُ َﻣ ْﻌُﺮْوﻓَﺔً أ َْو َﻣ ْﺸ ُﻬ ْﻮَرًة َوﻟَْﻴ‬،‫أﺳﻬﻤﻬﺎ‬
ِ ‫ِ ﻷَ ﱠن اﻟ ﱠﺴﻬﻢ ﺟﺰء ِﻣﻦ رأْ ِس اﻟْﻤ ِﺎل ﻳـﻌﻮد ﻋﻠَﻰ ﺻ‬،ٌ‫ﺎﺣ َﺸﺔٌ ﺟﺎﺋِﺰة‬
ِ َ‫ﻓ‬
‫ﺎﺣﺒِ ِﻪ ﺑِ ِﺮﺑْ ٍﺢ‬
َ َ
َ َ ُ ُْ َ َ
َ ْ ٌُْ َ ْ
ٍ ‫ﺎﺷ‬
ِ ‫ و‬،‫ﺼﻨﺎﻋ ِﺔ‬
ِ َ‫ﻧ‬
ِ َ ‫ﺐ اﻟﺘ‬
ِ ‫ﻰء ِﻣ ْﻦ َﻛﺴ‬
.‫ﻚ‬
‫ﻫﺬ ِﻩ َﺣﻼَ ٌل ﺑِﻼَ َﺷ ﱟ‬
َ َ َ ‫ﱢﺠ َﺎرة َواﻟ ﱢ‬
ْ
“(Jenis kedua), adalah saham-saham yang terdapat dalam
perseroan yang dibolehkan, seperti perusahaan dagang atau
perusahaan manufaktur yang dibolehkan. Ber-musahamah
(saling bersaham) dan ber-syarikah (berkongsi) dalam
perusahaan tersebut serta menjualbelikan sahamnya, jika
perusahaan itu dikenal serta tidak mengandung ketidakpastian
dan ketidak-jelasan yang signifikan, hukumnya boleh. Hal itu
disebabkan karena saham adalah bagian dari modal yang
dapat memberikan keuntungan kepada pemiliknya sebagai
hasil dari usaha perniagaan dan manufaktur. Hal itu
hukumnya halal, tanpa diragukan.”
•
Pendapat para ulama yang membolehkan pengalihan
kepemilikan porsi (‫صة‬
َّ ‫ح‬
ِ ) suatu surat berharga selama
disepakati dan diizinkan oleh pemilik porsi lain dari suatu
surat berharga (bi-idzni syarikihi). Lihat: Al-Majmu’ Syarh
al-Muhazdzab IX/265 dan Al-Fiqh Al-Islami wa Adillatuhu
IV/881.
•
Keputusan Muktamar ke-7 Majma’ Fiqh Islami tahun 1992 di
Jeddah:
ِ َ‫ أَو رﻫـﻨُﻪ ﻣﻊ ﻣﺮاﻋ ِﺎة ﻣﺎ ﻳـ ْﻘﺘ‬،‫َﳚﻮُز ﺑـﻴﻊ اﻟ ﱠﺴﻬ ِﻢ‬
.‫ﻀﻰ ﺑِِﻪ ﻧِﻈَ ُﺎم اﻟﺸ ْﱢﺮَﻛ ِﺔ‬
َ َ َ َ ُ َ َ ُ ْ َ ْ ْ ُ َْ ْ ُ
“Boleh menjual atau menjaminkan saham dengan tetap
memperhatikan peraturan yang berlaku pada perseroan.”
2. Keputusan dan Rekomendasi Lokakarya Alim Ulama tentang
Reksa Dana Syariah tanggal 24-25 Rabi’ul Awal 1417 H/ 29-30
Juli 1997 M.
3. Undang-Undang RI nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal.
4. SK DSN - MUI No. 01 Tahun 2001 tentang Pedoman Dasar
Dewan Syariah Nasional.
5. Nota Kesepahaman antara DSN-MUI dengan Bapepam tanggal 14
Maret 2003 M./ 11 Muharram 1424 H dan Pernyataan Bersama
Dewan Syariah Nasional MUI
40 Pasar Modal Dan Pedoman Umum Penerapan Prinsip Syariah Di Bidang Pasar Modal
6
Bapepam, APEI, dan SRO tanggal 14 Maret 2003 tentang
Kerjasama Pengembangan dan Implementasi Prinsip Syariah di
Pasar Modal Indonesia.
6. Nota Kesepahaman antara DSN-MUI dengan SRO tanggal 10 Juli
2003 M/ 10 Jum. Awal 1424 H tentang Kerjasama Pengembangan
dan Implementasi Prinsip Syariah di Pasar Modal Indonesia.
7. Workshop Pasar Modal Syariah di Jakarta pada 14-15 Maret 2003
M/11-12 Muharram 1424 H.
8. Pendapat peserta Rapat Pleno Dewan Syariah Nasional MUI pada
hari Sabtu, tanggal 08 Sya’ban 1424 H./04 Oktober 2003 M.
MEMUTUSKAN
Menetapkan
: FATWA TENTANG PASAR MODAL DAN PEDOMAN
UMUM PENERAPAN PRINSIP-PRINSIP SYARIAH DI
BIDANG PASAR MODAL
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Fatwa ini yang dimaksud dengan :
1. Pasar Modal adalah kegiatan yang bersangkutan dengan Penawaran Umum dan
perdagangan Efek, Perusahaan Publik yang berkaitan dengan Efek yang diterbitkannya,
serta lembaga dan profesi yang berkaitan dengan Efek.
2. Emiten adalah Pihak yang melakukan Penawaran Umum.
3. Efek Syariah adalah efek sebagaimana dimaksud dalam peraturan perundang-undangan
di bidang Pasar Modal yang akad, pengelolaan perusahaan, maupun cara penerbitannya
memenuhi Prinsip-prinsip Syariah.
4. Shariah Compliance Officer (SCO) adalah Pihak atau pejabat dari suatu perusahaan
atau lembaga yang telah mendapat sertifikasi dari DSN-MUI dalam pemahaman
mengenai Prinsip-prinsip Syariah di Pasar Modal.
5. Pernyataan Kesesuaian Syariah adalah pernyataan tertulis yang dikeluarkan oleh DSNMUI terhadap suatu Efek Syariah bahwa Efek tersebut sudah sesuai dengan Prinsipprinsip Syariah.
6. Prinsip-prinsip Syariah adalah prinsip-prinsip yang didasarkan atas ajaran Islam yang
penetapannya dilakukan oleh DSN-MUI, baik ditetapkan dalam fatwa ini maupun
dalam fatwa terkait lainnya.
Dewan Syariah Nasional MUI
40 Pasar Modal Dan Pedoman Umum Penerapan Prinsip Syariah Di Bidang Pasar Modal
7
BAB II
PRINSIP-PRINSIP SYARIAH DI BIDANG PASAR MODAL
Pasal 2
Pasar Modal
1. Pasar Modal beserta seluruh mekanisme kegiatannya terutama mengenai emiten, jenis
Efek yang diperdagangkan dan mekanisme perdagangannya dipandang telah sesuai
dengan Syariah apabila telah memenuhi Prinsip-prinsip Syariah.
2. Suatu Efek dipandang telah memenuhi prinsip-prinsip syariah apabila telah
memperoleh Pernyataan Kesesuaian Syariah.
BAB III
EMITEN YANG MENERBITKAN EFEK SYARIAH
Pasal 3
Kriteria Emiten atau Perusahaan Publik
1. Jenis usaha, produk barang, jasa yang diberikan dan akad serta cara pengelolaan
perusahaan Emiten atau Perusahaan Publik yang menerbitkan Efek Syariah tidak boleh
bertentangan dengan Prinsip-prinsip Syariah.
2. Jenis kegiatan usaha yang bertentangan dengan Prinsip-prinsip Syariah sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 3 angka 1 di atas, antara lain:
a. perjudian dan permainan yang tergolong judi atau perdagangan yang dilarang;
b. lembaga keuangan konvensional (ribawi), termasuk perbankan dan asuransi
konvensional;
c. produsen, distributor, serta pedagang makanan dan minuman yang haram; dan
d. produsen, distributor, dan/atau penyedia barang-barang ataupun jasa yang merusak
moral dan bersifat mudarat.
e. melakukan investasi pada Emiten (perusahaan) yang pada saat transaksi tingkat
(nisbah) hutang perusahaan kepada lembaga keuangan ribawi lebih dominan dari
modalnya;
3. Emiten atau Perusahaan Publik yang bermaksud menerbitkan Efek Syariah wajib untuk
menandatangani dan memenuhi ketentuan akad yang sesuai dengan syariah atas Efek
Syariah yang dikeluarkan.
4. Emiten atau Perusahaan Publik yang menerbitkan Efek Syariah wajib menjamin bahwa
kegiatan usahanya memenuhi Prinsip-prinsip Syariah dan memiliki Shariah
Compliance Officer.
5. Dalam hal Emiten atau Perusahaan Publik yang menerbitkan Efek Syariah sewaktuwaktu tidak memenuhi persyaratan tersebut di atas, maka Efek yang diterbitkan dengan
sendirinya sudah bukan sebagai Efek Syariah.
Dewan Syariah Nasional MUI
40 Pasar Modal Dan Pedoman Umum Penerapan Prinsip Syariah Di Bidang Pasar Modal
8
BAB IV
KRITERIA DAN JENIS EFEK SYARIAH
Pasal 4
Jenis Efek Syariah
1. Efek Syariah mencakup Saham Syariah, Obligasi Syariah, Reksa Dana Syariah,
Kontrak Investasi Kolektif Efek Beragun Aset (KIK EBA) Syariah, dan surat berharga
lainnya yang sesuai dengan Prinsip-prinsip Syariah.
2. Saham Syariah adalah bukti kepemilikan atas suatu perusahaan yang memenuhi kriteria
sebagaimana tercantum dalam pasal 3, dan tidak termasuk saham yang memiliki hakhak istimewa.
3. Obligasi Syariah adalah surat berharga jangka panjang berdasarkan Prinsip Syariah
yang dikeluarkan Emiten kepada pemegang Obligasi Syariah yang mewajibkan Emiten
untuk membayar pendapatan kepada pemegang Obligasi Syariah berupa bagi
hasil/margin/fee serta membayar kembali dana obligasi pada saat jatuh tempo.
4. Reksa Dana Syariah adalah Reksa Dana yang beroperasi menurut ketentuan dan prinsip
Syariah Islam, baik dalam bentuk akad antara pemodal sebagai pemilik harta (shahib
al-mal/rabb al-mal) dengan Manajer Investasi, begitu pula pengelolaan dana investasi
sebagai wakil shahib al-mal, maupun antara Manajer Investasi sebagai wakil shahib almal dengan pengguna investasi.
5. Efek Beragun Aset Syariah adalah Efek yang diterbitkan oleh kontrak investasi kolektif
EBA Syariah yang portofolio-nya terdiri dari aset keuangan berupa tagihan yang timbul
dari surat berharga komersial, tagihan yang timbul di kemudian hari, jual beli pemilikan
aset fisik oleh lembaga keuangan, Efek bersifat investasi yang dijamin oleh pemerintah,
sarana peningkatan investasi/arus kas serta aset keuangan setara, yang sesuai dengan
Prinsip-prinsip Syariah.
6. Surat berharga komersial Syariah adalah surat pengakuan atas suatu pembiayaan dalam
jangka waktu tertentu yang sesuai dengan Prinsip-prinsip syariah .
BAB V
TRANSAKSI EFEK
Pasal 5
Transaksi yang dilarang
1. Pelaksanaan transaksi harus dilakukan menurut prinsip kehati-hatian serta tidak
diperbolehkan melakukan spekulasi dan manipulasi yang di dalamnya mengandung
unsur dharar, gharar, riba, maisir, risywah, maksiat dan kezhaliman.
2. Transaksi yang mengandung unsur dharar, gharar, riba, maisir, risywah, maksiat dan
kezhaliman sebagaimana dimaksud ayat 1 di atas meliputi:
a. Najsy, yaitu melakukan penawaran palsu;
b. Bai’ al-ma’dum, yaitu melakukan penjualan atas barang (Efek Syariah) yang
belum dimiliki (short selling);
c. Insider trading, yaitu memakai informasi orang dalam untuk memperoleh
keuntungan atas transaksi yang dilarang;
Dewan Syariah Nasional MUI
40 Pasar Modal Dan Pedoman Umum Penerapan Prinsip Syariah Di Bidang Pasar Modal
9
d. Menimbulkan informasi yang menyesatkan;
f.
Margin trading, yaitu melakukan transaksi atas Efek Syariah dengan fasilitas
pinjaman berbasis bunga atas kewajiban penyelesaian pembelian Efek Syariah
tersebut; dan
g. Ihtikar (penimbunan), yaitu melakukan pembelian atau dan pengumpulan suatu
Efek Syariah untuk menyebabkan perubahan harga Efek Syariah, dengan tujuan
mempengaruhi Pihak lain;
h. Dan transaksi-transaksi lain yang mengandung unsur-unsur diatas.
Pasal 6
Harga Pasar Wajar
Harga pasar dari Efek Syariah harus mencerminkan nilai valuasi kondisi yang
sesungguhnya dari aset yang menjadi dasar penerbitan Efek tersebut dan/atau sesuai
dengan mekanisme pasar yang teratur, wajar dan efisien serta tidak direkayasa.
BAB VI
PELAPORAN DAN KETERBUKAAN INFORMASI
Pasal 7
Dalam hal DSN-MUI memandang perlu untuk mendapatkan informasi, maka DSN-MUI
berhak memperoleh informasi dari Bapepam dan Pihak lain dalam rangka penerapan
Prinsip-prinsip Syariah di Pasar Modal.
BAB VII
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 8
1. Prinsip-prinsip Syariah mengenai Pasar Modal dan seluruh mekanisme kegiatan terkait
di dalamnya yang belum diatur dalam fatwa ini akan ditetapkan lebih lanjut dalam
fatwa atau keputusan DSN-MUI.
2. Fatwa ini berlaku sejak tanggal ditetapkan dengan ketentuan jika di kemudian hari
ternyata terdapat kekeliruan, akan diperbaiki dan disempurnakan sebagaimana
mestinya.
Ditetapkan di
Pada tanggal
: Jakarta
: 08 Sya’ban 1424 H
04 Oktober 2003 M
DEWAN SYARI’AH NASIONAL
MAJELIS ULAMA INDONESIA
Ketua,
Sekretaris,
K.H.M.A. Sahal Mahfudh
Prof. Dr. H.M. Din Syamsuddin
Dewan Syariah Nasional MUI
KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
BADAN PENGAWAS PASAR MODAL DAN LEMBAGA KEUANGAN
SALINAN
KEPUTUSAN KETUA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL
DAN LEMBAGA KEUANGAN
NOMOR: KEP-523/BL/2010
TENTANG
DAFTAR EFEK SYARIAH
KETUA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL
DAN LEMBAGA KEUANGAN,
Menimbang
:
a. bahwa Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga
Keuangan telah melakukan penelaahan secara periodik
terhadap laporan keuangan Emiten dan Perusahaan Publik
yang berakhir pada tanggal 30 Juni 2010;
b
Mengingat
:
bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana huruf a
maka perlu ditetapkan Keputusan Ketua Badan Pengawas
Pasar Modal dan Lembaga Keuangan tentang Daftar Efek
Syariah sebagai pengganti Daftar Efek Syariah yang telah
ditetapkan sebelumnya;
1. Undang-undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal
(Lembaran Negara Tahun 1995 Nomor 64, Tambahan
Lembaran Negara Nomor 3608);
2. Peraturan Pemerintah Nomor 45 Tahun 1995 tentang
Penyelenggaraan Kegiatan di Bidang Pasar Modal
(Lembaran Negara Tahun 1995 Nomor 86, Tambahan
Lembaran Negara Nomor 3617) sebagaimana diubah
dengan Peraturan Pemerintah Nomor 12 Tahun 2004
(Lembaran Negara Tahun 2004 Nomor 27, Tambahan
Lembaran Negara Nomor 4372);
3. Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 1995 tentang Tata
Cara Pemeriksaan di Bidang Pasar Modal (Lembaran
Negara Tahun 1995 Nomor 87, Tambahan Lembaran
Negara Nomor 3618);
4. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 45/M
Tahun 2006;
5. Peraturan Bapepam dan LK Nomor II.K.1 tentang Kriteria
dan Penerbitan Daftar Efek Syariah, Lampiran Keputusan
Ketua Badan Pengawas Pasar Modal Dan Lembaga
Keuangan Nomor: Kep-180/BL/2009;
6. Peraturan Bapepam dan LK Nomor IX.A.13 tentang
Penerbitan Efek Syariah, Lampiran Keputusan Ketua Badan
Pengawas Pasar Modal Dan Lembaga Keuangan Nomor:
Kep-181/BL/2009;
MEMUTUSKAN:
Menetapkan
:
KEPUTUSAN KETUA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL
DAN LEMBAGA KEUANGAN TENTANG DAFTAR EFEK
SYARIAH.
KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
BADAN PENGAWAS PASAR MODAL DAN LEMBAGA KEUANGAN
-2²
Pasal 1
(1)
Daftar Efek Syariah dalam keputusan ini adalah
sebagaimana dimuat dalam Lampiran Keputusan ini.
(2)
Daftar Efek Syariah dalam keputusan ini disusun
berdasarkan kriteria Efek Syariah sebagaimana diatur
dalam Peraturan Nomor II.K.1 tentang Kriteria dan
Penerbitan Daftar Efek Syariah.
Pasal 2
Efek yang dimuat dalam Daftar Efek Syariah sebagaimana
tercantum dalam Lampiran Keputusan ini terdiri dari:
a.
Surat Berharga Syariah Negara (SBSN);
b.
Sukuk/Obligasi Syariah;
c.
Unit Penyertaan Kontrak Investasi Kolektif Reksa Dana
Syariah; dan
d. Saham.
Pasal 3
Sumber data yang digunakan sebagai bahan penelaahan dalam
penyusunan Daftar Efek Syariah sebagaimana tercantum dalam
Lampiran Keputusan ini adalah:
a.
Laporan keuangan Emiten atau Perusahaan Publik yang
berakhir pada tangal 30 Juni 2010; dan/atau
b.
Data pendukung lainnya berupa data tertulis yang diperoleh
dari Emiten atau Perusahaan Publik maupun dari pihak²
pihak lainnya yang dapat dipercaya.
Pasal 4
Daftar Efek Syariah sebagaimana tercantum dalam Lampiran
Keputusan ini berlaku sampai dengan ditetapkannya Daftar
Efek Syariah yang baru oleh Ketua Bapepam dan LK.
Pasal 5
Daftar Efek Syariah sebagaimana dimuat dalam lampiran
keputusan ini, akan direview:
a.
secara periodik berdasarkan Laporan Keuangan Tengah
Tahunan dan Laporan Keuangan Tahunan dari Emiten atau
Perusahaan Publik;
b.
apabila terdapat Emiten atau Perusahaan Publik yang
Pernyataan Pendaftarannya telah menjadi efektif dan
memenuhi kriteria Efek Syariah sebagaimana diatur dalam
Peraturan Nomor II.K.1 tentang Kriteria dan Penerbitan
Daftar Efek Syariah; dan/atau
c.
apabila terdapat aksi korporasi (corporate action), informasi,
atau fakta dari Emiten atau Perusahaan Publik yang dapat
KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
BADAN PENGAWAS PASAR MODAL DAN LEMBAGA KEUANGAN
-3²
menyebabkan terpenuhi atau tidak terpenuhinya kriteria
Efek Syariah sebagaimana diatur dalam Peraturan Nomor
II.K.1 tentang Kriteria dan Penerbitan Daftar Efek Syariah.
Pasal 6
Pada saat Keputusan ini mulai berlaku, Keputusan Ketua
Bapepam dan LK Nomor: Kep-208/BL/2010 tanggal 27 Mei 2010
tentang Daftar Efek Syariah dicabut dan dinyatakan tidak
berlaku.
Pasal 7
Keputusan ini mulai berlaku 5 (lima) hari bursa setelah tanggal
29 November 2010.
Ditetapkan di
pada tanggal
: Jakarta
: 29 November 2010
KETUA BADAN PENGAWAS PASAR
MODAL DAN
LEMBAGA KEUANGAN
ttd.
A. FUAD RAHMANY
NIP 195411111981121001
Salinan sesuai dengan aslinya
Kepala Bagian Umum
ttd.
Prasetyo Wahyu Adi Suryo
NIP 195710281985121001
LAMPIRAN:
Keputusan Ketua Bapepam dan LK
Nomor : Kep-523/BL/2010
Tanggal : 29 November 2010
DAFTAR EFEK SYARIAH:
I.
Surat Berharga Syariah Negara (SBSN)
No.
II.
Nama Efek
Nama Penerbit Efek
1.
SBSN Seri IFR0001
Pemerintah RI
2.
SBSN Seri IFR0002
Pemerintah RI
3.
SBSN Seri IFR0003
Pemerintah RI
4.
SBSN Seri IFR0004
Pemerintah RI
5.
SBSN Seri IFR0005
Pemerintah RI
6.
SBSN Seri IFR0006
Pemerintah RI
7.
SBSN Seri IFR0007
Pemerintah RI
8.
SBSN Seri IFR0008
Pemerintah RI
9.
Sukuk Ritel Seri SR-0001
Pemerintah RI
10.
Sukuk Ritel Seri SR-0002
Pemerintah RI
11.
Sukuk Global SNI 14
Pemerintah RI
Sukuk/Obligasi Syariah (OS)
No.
Nama Efek
Nama Penerbit Efek
1.
OS Ijarah Indosat Tahun 2005
PT Indosat Tbk
2.
OS Ijarah PLN I Tahun 2006
PT Perusahaan Listrik Negara
(Persero)
3.
Sukuk Ijarah Indosat II Tahun 2007
PT Indosat Tbk
4.
Sukuk Ijarah Berlian Laju Tanker Tahun
2007
PT Berlian Laju Tanker Tbk
5.
Sukuk Mudharabah I Adhi Tahun 2007
PT Adhi Karya (Persero) Tbk
6.
Sukuk Ijarah PLN II Tahun 2007
PT Perusahaan Listrik Negara
(Persero)
7.
Sukuk Ijarah Indosat III Tahun 2008
PT Indosat Tbk
8.
Sukuk Mudharabah I Mayora Indah
Tahun 2008
PT Mayora Indah Tbk
9.
Sukuk Ijarah I Summarecon Agung
Tahun 2008
PT Summarecon Agung Tbk
10.
Sukuk Ijarah Aneka Gas Industri I Tahun PT Aneka Gas Industri
LAMPIRAN:
Keputusan Ketua Bapepam dan LK
Nomor : Kep-523/BL/2010
Tanggal : 29 November 2010
-22008
11.
Sukuk Ijarah Metrodata Eletronics I
Tahun 2008
PT Metrodata Electronics Tbk
12.
Sukuk Subordinasi Mudharabah Bank
Muamalat Tahun 2008
PT Bank Muamalat Indonesia
Tbk
13.
Sukuk Ijarah PLN III Tahun 2009 seri A
PT Perusahaan Listrik Negara
(Persero)
14.
Sukuk Ijarah PLN III Tahun 2009 seri B
PT Perusahaan Listrik Negara
(Persero)
15.
Sukuk Ijarah Matahari Putra Prima II
Tahun 2009 Seri A
PT Matahari Putra Prima Tbk
16.
Sukuk Ijarah Matahari Putra Prima II
Tahun 2009 Seri B
PT Matahari Putra Prima Tbk
17.
Sukuk Ijarah Berlian Laju Tanker II
Tahun 2009 Seri A
PT Berlian Laju Tanker Tbk
18.
Sukuk Ijarah Berlian Laju Tanker II
Tahun 2009 Seri B
PT Berlian Laju Tanker Tbk
19.
Sukuk Ijarah I Bakrieland Development
Th. 2009 seri A
PT Bakrieland Development
Tbk
20.
Sukuk Ijarah I Bakrieland Development
Th. 2009 seri B
PT Bakrieland Development
Tbk
21.
Sukuk Ijarah Salim Ivomas Pratama I
tahun 2009
PT Salim Ivomas Pratama
22.
Sukuk Ijarah Pupuk Kaltim I Tahun 2009 PT Pupuk Kalimantan Timur
(Persero)
23.
Sukuk Ijarah Indosat IV Tahun 2009 Seri PT Indosat Tbk
A
24.
Sukuk Ijarah Indosat IV Tahun 2009 Seri PT Indosat Tbk
B
25.
Sukuk Ijarah Mitra Adiperkasa I Tahun
2009 Seri A
PT Mitra Adiperkasa Tbk
26.
Sukuk Ijarah Mitra Adiperkasa I Tahun
2009 Seri B
PT Mitra Adiperkasa Tbk
27.
Sukuk Ijarah PLN IV Tahun 2010 Seri A
PT Perusahaan Listrik Negara
(Persero)
28.
Sukuk Ijarah PLN IV Tahun 2010 Seri B
PT Perusahaan Listrik Negara
(Persero)
29.
Sukuk Ijarah Titan Nusantara I Tahun
PT Titan Petrokimia Nusantara
LAMPIRAN:
Keputusan Ketua Bapepam dan LK
Nomor : Kep-523/BL/2010
Tanggal : 29 November 2010
-32010
III.
30.
Sukuk Ijarah PLN V Tahun 2010 Seri A
PT Perusahaan Listrik Negara
(Persero)
31.
Sukuk Ijarah PLN V Tahun 2010 Seri B
PT Perusahaan Listrik Negara
(Persero)
Unit Penyertaan Kontrak Investasi Kolektif (KIK) Reksa Dana Syariah
No.
Reksa Dana
Jenis
Manajer Investasi
1.
TRIM Syariah Saham
Saham
PT. Trimegah Securities, Tbk.
2.
Batavia Dana Saham Syariah
Saham
PT. Batavia Prosperindo Aset
Manajemen
3.
PNM Ekuitas Syariah
Saham
PT. PNM Investment
Management
4.
CIMB-Principal Islamic Equity Saham
Growth Syariah
PT. CIMB-Principal Asset
Management
5.
Mandiri Investa AtraktifSyariah
Saham
PT. Mandiri Manajemen
Investasi
6.
Syariah BNP Paribas Equitra
Amanah
Saham
PT. BNP Paribas Investment
Partners
7.
Cipta Syariah Equity
Saham
PT. Ciptadana Asset
Management
8.
BNIS Saham Syariah
Saham
PT. BNI Securities
9.
Mega Dana Saham Syariah
Saham
PT. Mega Capital Indonesia
10.
Manulife Syariah Sektoral
Amanah
Saham
PT. Manulife Aset Manajemen
Indonesia
11.
BNI Dana Syariah
Pendapatan PT. BNI Securities
Tetap
12.
PNM Amanah Syariah
Pendapatan PT. PNM Investment
Tetap
Management
13.
BIG Dana Muamalah
Pendapatan PT. Bhakti Asset Management
Tetap
14.
I-Hajj Syariah Fund
Pendapatan PT. Insight Investments
Tetap
Management
15.
Mega Dana Obligasi Syariah
Pendapatan PT. Mega Capital Indonesia
Tetap
16.
Syariah Batasa Sukuk
Pendapatan PT. Batasa Capital
Tetap
LAMPIRAN:
Keputusan Ketua Bapepam dan LK
Nomor : Kep-523/BL/2010
Tanggal : 29 November 2010
-417.
Mandiri Investa Dana Syariah Pendapatan PT. Mandiri Manajemen
Tetap
Investasi
18.
Sam Sukuk Syariah Sejahtera
Pendapatan PT Samuel Aset Manajemen
Tetap
19.
PNM Syariah
Campuran
20.
Danareksa Syariah Berimbang Campuran
PT. Danareksa Investment
Management
21.
BNI Danaplus Syariah
Campuran
PT. BNI Securities
22.
Mandiri Investa Syariah
Berimbang
Campuran
PT. Mandiri Manajemen
Investasi
23.
AAA Amanah Syariah Fund
Campuran
PT. Andalan Artha Advisindo
Sekuritas
24.
Capital Syariah Fleksi
Campuran
PT. Recapital Asset
Management
25.
IPB Syariah
Campuran
PT. Kresna Graha Sekurindo,
Tbk.
26.
Mega Dana Syariah
Campuran
PT. Mega Capital Indonesia
27.
CIMB-Principal Islamic
Balanced Growth Syariah
Campuran
PT. CIMB-Principal Asset
Management
28.
Euro Peregrine Syariah
Balanced Plus
Campuran
PT. Eurocapital Peregrine
Securities
29.
TRIM Syariah Berimbang
Campuran
PT. Trimegah Securities, Tbk.
30.
Syariah Batasa Kombinasi
Campuran
PT. Batasa Capital
31.
Syariah BNP Paribas Pesona
Amanah
Campuran
PT. BNP Paribas Investment
Partners
32.
Cipta Syariah Balance
Campuran
PT. Ciptadana Asset
Management
33.
Schroder Syariah Balanced
Fund
Campuran
PT Schroder Investment
Management Ind.
34.
Sam Syariah Berimbang
Campuran
PT Samuel Aset Manajemen
35.
Batavia Proteksi Syariah
Mataram
Terproteksi PT. Batavia Prosperindo Aset
Manajemen
36.
CIMB Islamic Sukuk I Syariah Terproteksi PT. CIMB-Principal Asset
Management
37.
Mandiri Syariah Terproteksi
Pendapatan Prima 1
PT. PNM Investment
Management
Terproteksi PT. Mandiri Manajemen
Investasi
LAMPIRAN:
Keputusan Ketua Bapepam dan LK
Nomor : Kep-523/BL/2010
Tanggal : 29 November 2010
-5-
IV.
38.
Mandiri Syariah Terproteksi
Pendapatan Prima 3
Terproteksi PT. Mandiri Manajemen
Investasi
39.
Mandiri Syariah Terproteksi
Pendapatan Prima 2
Terproteksi PT. Mandiri Manajemen
Investasi
40.
CIMB Islamic Sukuk Ii Syariah Terproteksi PT. CIMB-Principal Asset
Management
41.
Mandiri Investasi Terproteksi Terproteksi PT. Mandiri Manajemen
Syariah Seri 1
Investasi
42.
Mandiri Investa Terproteksi
Pendapatan Berkala Syariah
Seri 1
Terproteksi PT. Mandiri Manajemen
Investasi
43.
TRIM Syariah Terproteksi
Prima I
Terproteksi PT. Trimegah Securities, Tbk.
44.
TRIM Syariah Terproteksi
Prima II
Terproteksi PT. Trimegah Securities, Tbk.
45.
Mandiri Amanah Syariah
Protected Dollar Fund
Terproteksi PT. Mandiri Manajemen
Investasi
46.
Mandiri Amanah Syariah
Protected Rupiah Fund
Terproteksi PT. Mandiri Manajemen
Investasi
47.
Lautandhana Proteksi Syariah Terproteksi PT. Lautan Dana
I
48.
Danareksa Proteksi Melati
Optima Syariah
Terproteksi PT Danareksa Investment
Management
49.
Danareksa Indeks Syariah
Indeks
PT. Danareksa Investment
Management
Saham
A.
No.
Pertanian
Kode Saham
Nama Penerbit Efek
1.
AALI
PT Astra Agro Lestari Tbk
2.
BISI
PT BISI International Tbk
3.
BTEK
PT Bumi Teknokultura Unggul Tbk
4.
BWPT
PT BW Plantation Tbk
5.
CPDW
PT Cipendawa Tbk
6.
GZCO
PT Gozco Plantations Tbk
LAMPIRAN:
Keputusan Ketua Bapepam dan LK
Nomor : Kep-523/BL/2010
Tanggal : 29 November 2010
-6-
7.
IIKP
PT Inti Agri Resources Tbk
8.
MBAI
PT Multibreeder Adirama Indonesia Tbk
9.
LSIP
PT PP London Sumatera Indonesia Tbk
10.
SGRO
PT Sampoerna Agro Tbk
11.
SMAR
PT Sinar Mas Agro Resources and Technology Tbk
B.
Pertambangan
No.
Kode Saham
Nama Penerbit Efek
12.
ANTM
PT Aneka Tambang (Persero) Tbk
13.
ATPK
PT ATPK Resources Tbk
14.
CITA
PT Cita Mineral Investindo Tbk
15.
CNKO
PT Exploitasi Energi Indonesia Tbk
16.
DEWA
PT Darma Henwa Tbk
17.
DKFT
PT Central Omega Resources Tbk
18.
ELSA
PT Elnusa Tbk
19.
ENRG
PT Energi Mega Persada Tbk
20.
GTBO
PT Garda Tujuh Buana Tbk
21.
HRUM
PT Harum Energy Tbk
22.
INCO
PT International Nickel Indonesia Tbk
23.
ITMG
PT Indo Tambangraya Megah Tbk
24.
KKGI
PT Resource Alam Indonesia Tbk
25.
PKPK
PT Perdana Karya Perkasa Tbk
26.
PTBA
PT Tambang Batubara Bukit Asam (Persero) Tbk
27.
PTRO
PT Petrosea Tbk
28.
TINS
PT Timah (Persero) Tbk
LAMPIRAN:
Keputusan Ketua Bapepam dan LK
Nomor : Kep-523/BL/2010
Tanggal : 29 November 2010
-7C.
No.
Industri Dasar dan Kimia
Kode Saham
Nama Penerbit Efek
29.
AKKU
PT Aneka Kemasindo Utama Tbk
30.
AKPI
PT Argha Karya Prima Industries Tbk
31.
ALKA
PT Alakasa Industrindo Tbk
32.
AMFG
PT Asahimas Flat Glass Tbk
33.
APLI
PT Asiaplast Industries Tbk
34.
ARNA
PT Arwana Citramulia Tbk
35.
BRPT
PT Barito Pasific Tbk
36.
BTON
PT Betonjaya Manunggal Tbk
37.
CPIN
PT Charoen Pokphand Indonesia Tbk
38.
CTBN
PT Citra Tubindo Tbk
39.
DPNS
PT Duta Pertiwi Nusantara Tbk
40.
EKAD
PT Ekadharma International Tbk
41.
ETWA
PT Eterindo Wahanatama Tbk
42.
FPNI
PT Titan Kimia Nusantara Tbk
43.
GDST
PT Gunawan Dianjaya Steel Tbk
44.
IGAR
PT Kageo Igar Jaya Tbk
45.
INCI
PT Intanwijaya Internasional Tbk
46.
INRU
PT Toba Pulp Lestari Tbk
47.
INTP
PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk
48.
JPRS
PT Jaya Pari Steel Tbk
49.
KBRI
PT Kertas Basuki Rahmat Indonesia Tbk
50.
KRAS
PT Krakatau Steel (Persero) Tbk
51.
LION
PT Lion Metal Works Tbk
52.
LMSH
PT Lionmesh Prima Tbk
LAMPIRAN:
Keputusan Ketua Bapepam dan LK
Nomor : Kep-523/BL/2010
Tanggal : 29 November 2010
-8-
53.
NIKL
PT Pelat Timah Nusantara Tbk
54.
SIAP
PT Sekawan Intipratama Tbk
55.
SIPD
PT Sierad Produce Tbk
56.
SMCB
PT Holcim Indonesia Tbk
57.
SMGR
PT Semen Gresik (Persero) Tbk
58.
SRSN
PT Indo Acidatama Tbk
59.
TOTO
PT Surya Toto Indonesia Tbk
60.
TPIA
PT Tri Polyta Indonesia Tbk
61.
TRST
PT Trias Sentosa Tbk
62.
UNIC
PT Unggul Indah Cahaya Tbk
63.
YPAS
PT Yanaprima Hastapersada Tbk
D.
No.
Aneka Industri
Kode Saham
Nama Penerbit Efek
64.
ASIA
PT Asia Natural Resources Tbk
65.
ASII
PT Astra International Tbk
66.
AUTO
PT Astra Otoparts Tbk
67.
BATA
PT Sepatu Bata Tbk
68.
BRAM
PT Indo Kordsa Tbk
69.
ESTI
PT Ever Shine Tex Tbk
70.
GDYR
PT Goodyear Indonesia Tbk
71.
HDTX
PT Panasia Indosyntex Tbk
72.
IKBI
PT Sumi Indo Kabel Tbk
73.
INDR
PT Indo-Rama Synthetics Tbk
74.
KBLI
PT KMI Wire and Cable Tbk
75.
KBLM
PT Kabelindo Murni Tbk
LAMPIRAN:
Keputusan Ketua Bapepam dan LK
Nomor : Kep-523/BL/2010
Tanggal : 29 November 2010
-9-
76.
LPIN
PT Multi Prima Sejahtera Tbk
77.
MASA
PT Multistrada Arah Sarana Tbk
78..
MYOH
PT Myoh Technology Tbk
79.
PTSA
PT Sat Nusapersada Tbk
80.
RDTX
PT Roda Vivatex Tbk
81.
RICY
PT Ricky Putra Globalindo Tbk
82.
SMSM
PT Selamat Sempurna Tbk
83.
SUGI
PT Sugih Energy Tbk
84.
TFCO
PT Tifico Fiber Indonesia Tbk
85.
UNIT
PT Nusantara Inti Corpora Tbk
86.
VOKS
PT Voksel Electric Tbk
E.
Industri Barang Konsumsi
No.
Kode Saham
Nama Penerbit Efek
87.
AQUA
PT Aqua Golden Mississippi Tbk
88.
DVLA
PT Darya-Varia Laboratoria Tbk
89.
ICBP
PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk
90.
INAF
PT Indofarma (Persero) Tbk
91.
KAEF
PT Kimia Farma (Persero) Tbk
92.
KDSI
PT Kedawung Setia Industrial Tbk
93.
KICI
PT Kedaung Indah Can Tbk
94.
KLBF
PT Kalbe Farma Tbk
95.
LMPI
PT Langgeng Makmur Industri Tbk
96.
MERK
PT Merck Tbk
97.
MRAT
PT Mustika Ratu Tbk
98.
MYOR
PT Mayora Indah Tbk
LAMPIRAN:
Keputusan Ketua Bapepam dan LK
Nomor : Kep-523/BL/2010
Tanggal : 29 November 2010
-10-
99.
PYFA
PT Pyridam Farma Tbk
100.
ROTI
PT Nippon Indosari Corpindo Tbk
101.
SKLT
PT Sekar Laut Tbk
102.
SQBB
PT Taisho Pharmaceutical Indonesia Tbk
103.
STTP
PT Siantar TOP Tbk
104.
TCID
PT Mandom Indonesia Tbk
105.
TSPC
PT Tempo Scan Pacific Tbk
106.
ULTJ
PT Ultra Jaya Milk Industry & Trading Company Tbk
107.
UNVR
PT Unilever Indonesia Tbk
F.
Properti, Real Estate dan Konstruksi Bangunan
No.
Kode Saham
Nama Penerbit Efek
108.
ASRI
PT Alam Sutera Realty Tbk
109.
BAPA
PT Bekasi Asri Pemula Tbk
110.
BCIP
PT Bumi Citra Permai Tbk
111.
BIPP
PT Bhuwanatala Indah Permai Tbk
112.
BKDP
PT Bukit Darmo Property Tbk
113.
BKSL
PT Sentul City Tbk
114.
BSDE
PT Bumi Serpong Damai Tbk
115.
CKRA
PT Citra Kebun Raya Agri Tbk
116.
COWL
PT Cowell Development Tbk
117.
CTRA
PT Ciputra Development Tbk.
118.
CTRS
PT Ciputra Surya Tbk
119.
DGIK
PT Duta Graha Indah Tbk
120.
DILD
PT Intiland Development Tbk
121.
DUTI
PT Duta Pertiwi Tbk
LAMPIRAN:
Keputusan Ketua Bapepam dan LK
Nomor : Kep-523/BL/2010
Tanggal : 29 November 2010
-11-
122.
FMII
PT Fortune Mate Indonesia Tbk
123.
GMTD
PT Gowa Makassar Tourism Development Tbk
124.
GPRA
PT Perdana Gapuraprima Tbk
125.
JIHD
PT Jakarta International Hotels & Development Tbk
126.
JKON
PT Jaya Konstruksi Manggala Pratama Tbk
127.
JRPT
PT Jaya Real Property Tbk
128.
KIJA
PT Kawasan Industri Jababeka Tbk
129.
KPIG
PT Global Land Development Tbk
130.
LAMI
PT Lamicitra Nusantara Tbk
131.
LCGP
PT Laguna Cipta Griya Tbk
132.
LPKR
PT Lippo Karawaci Tbk
133.
MDLN
PT Modernland Realty Ltd Tbk
134.
MKPI
PT Metropolitan Kentjana Tbk
135.
OMRE
PT Indonesia Prima Property Tbk
136.
PTRA
PT New Century Development Tbk
137.
RBMS
PT Ristia Bintang Mahkotasejati Tbk
138.
SCBD
PT Danayasa Arthatama Tbk
139.
SMDM
PT Suryamas Dutamakmur Tbk
140.
SMRA
PT Summarecon Agung Tbk
141.
SSIA
PT Surya Semesta Internusa Tbk
142.
TOTL
PT Total Bangun Persada Tbk
143.
WIKA
PT Wijaya Karya (Persero) Tbk
G.
No.
144.
Infrastruktur, Utilitas, dan Transportasi
Kode Saham
HITS
Nama Penerbit Efek
PT Humpuss Intermoda Transportasi Tbk
LAMPIRAN:
Keputusan Ketua Bapepam dan LK
Nomor : Kep-523/BL/2010
Tanggal : 29 November 2010
-12-
145.
IATA
PT Indonesia Air Transport Tbk
146.
INDX
PT Indoexchange Tbk
147.
INVS
PT Inovisi Infracom Tbk
148.
RAJA
PT Rukun Raharja Tbk
149.
RIGS
PT Rig Tenders Tbk
150.
RINA
PT Katarina Utama Tbk
151.
TLKM
PT Telekomunikasi Indonesia (Persero) Tbk
152.
TRAM
PT Trada Maritime Tbk
153.
ZBRA
PT Zebra Nusantara Tbk
H.
No.
Perdagangan, Jasa, dan Investasi
Kode Saham
Nama Penerbit Efek
154.
ABBA
PT Mahaka Media Tbk
155.
ACES
PT Ace Hardware Indonesia Tbk
156.
AIMS
PT Akbar Indo Makmur Stimec Tbk
157.
ALFA
PT Alfa Retailindo Tbk
158.
ANTA
PT Anta Express Tour & Travel Service Tbk
159.
ASGR
PT Astra Graphia Tbk
160.
BAYU
PT Bayu Buana Tbk
161.
BMSR
PT Bintang Mitra Semestaraya Tbk
162.
BMTR
PT Global Mediacom Tbk
163.
CENT
PT Centrin Online Tbk
164.
CLPI
PT Colorpark Indonesia Tbk
165.
CSAP
PT Catur Sentosa Adiprana Tbk
166.
DNET
PT Dyviacom Intrabumi Tbk
167.
DSSA
PT Dian Swastika Sentosa Tbk
LAMPIRAN:
Keputusan Ketua Bapepam dan LK
Nomor : Kep-523/BL/2010
Tanggal : 29 November 2010
-13-
168.
EMTK
PT Elang Mahkota Teknologi Tbk
169.
EPMT
PT Enseval Putera Megatrading Tbk
170.
FAST
PT Fast Food Indonesia Tbk
171.
FISH
PT FKS Multi Agro Tbk
172.
GMCW
PT Grahamas Citrawisata Tbk
173.
GOLD
PT Golden Retailindo Tbk
174.
GREN
PT Evergreen Invesco Tbk
175.
HERO
PT Hero Supermarket Tbk
176.
HEXA
PT Hexindo Adiperkasa Tbk
177.
HOME
PT Hotel Mandarine Regency Tbk
178.
ICON
PT Island Concept Indonesia Tbk
179.
INPP
PT Indonesian Paradise Property Tbk
180.
JTPE
PT Jasuindo Tiga Perkasa Tbk
181.
KARK
PT Dayaindo Resources International Tbk
182.
KOIN
PT Kokoh Inti Arebama Tbk
183.
LPLI
PT Star Pacific Tbk
184.
MAMI
PT Mas Murni Indonesia Tbk
185.
MAPI
PT Mitra Adiperkasa Tbk
186.
MDRN
PT Modern Internasional Tbk
187.
MICE
PT Multi Indocitra Tbk
188.
MLPL
PT Multipolar Tbk
189.
MNCN
PT Media Nusantara Citra Tbk
190.
MPPA
PT Matahari Putra Prima Tbk
191.
MTDL
PT Metrodata Electronics Tbk
192.
MTSM
PT Metro Supermarket Realty Tbk
193.
PDES
PT Destinasi Tirta Nusantara Tbk
LAMPIRAN:
Keputusan Ketua Bapepam dan LK
Nomor : Kep-523/BL/2010
Tanggal : 29 November 2010
-14-
194.
PGLI
PT Pembangunan Graha Lestari Indah Tbk
195.
PJAA
PT Pembangunan Jaya Ancol Tbk
196.
PSAB
PT Pelita Sejahtera Abadi Tbk
197.
PSKT
PT Pusako Tarinka Tbk
198.
RALS
PT Ramayana Lestari Sentosa Tbk
199.
SCMA
PT Surya Citra Media Tbk
200.
SHID
PT Hotel Sahid Jaya Tbk
201.
SKYB
PT Skybee Tbk
202.
SONA
PT Sona Topas Tourism Industry Tbk
203.
SQMI
PT Allbond Makmur usaha Tbk
204.
TMPI
PT AGIS Tbk
205.
TMPO
PT Tempo Inti Media Tbk
206.
TRIL
PT Triwira Insanlestari Tbk
207.
TURI
PT Tunas Ridean Tbk
208.
UNTR
PT United Tractors Tbk
209.
WICO
PT Wicaksana Overseas International Tbk
I.
No.
Perusahaan Publik
Nama Perusahaan Publik
210.
PT Damai Indah Golf Tbk
211.
PT Langen Kridha Pratyangga Tbk
212.
PT Phapros Tbk
J.
Tidak Listing
No.
Nama Emiten
213.
PT Apexindo Pratama Duta Tbk
214.
PT Bank Muamalat Indonesia Tbk
LAMPIRAN:
Keputusan Ketua Bapepam dan LK
Nomor : Kep-523/BL/2010
Tanggal : 29 November 2010
-15-
215.
PT Intinusa Selareksa Tbk
216.
PT Jasa Angkasa Semesta Tbk
217.
PT Mitra Energi Persada Tbk
218.
PT Sara Lee Body Care Indonesia Tbk
219.
PT Sekar Bumi Tbk
220.
PT Singleterra Tbk
221.
PT Sofyan Hotel Tbk
Ditetapkan di : Jakarta
pada tanggal : 29 November 2010
KETUA BADAN PENGAWAS
PASAR MODAL DAN
LEMBAGA KEUANGAN,
ttd.
A. FUAD RAHMANY
NIP. 195411111981121001
Salinan sesuai dengan aslinya
Kepala Bagian Umum
ttd.
Prasetyo Wahyu Adi Suryo
NIP 195710281985121001
Download