MODUL PERKULIAHAN Etika Periklanan Kajian Pedoman Iklan Dari Mancanegara Fakultas Program Studi Tatap Muka Fakultas Ilmu Komunikasi Advertising and Marketing Communication 09 Kode MK Disusun Oleh Ardhariksa Z., M.Med.Kom Abstract Kompetensi Kajian Pedoman Iklan Dari Mancanegara Mahasiswa mampu memahami dan melakukan Kajian Pedoman Iklan Dari Mancanegara Kajian Pedoman Iklan Dari Mancanegara Iklan merupakan suatu bentuk komunikasi massa melalui berbagai media massa yang dibayar oleh perusahaan-perusahaan bisnis, organisasi non profit dan individu-individu yang teridentifikasi dalam pesan periklanan dengan maksud memberi informasi atau mempengaruhi pemirsa dan golongan tertentu bentuknya dapat berupa tulisan, gambar, film, ataupun gabungan dari keseluruhan unsur tersebut. Urat nadi kehidupan televisi (swasta) terletak pada iklan. Tanpa iklan, mustahil sebuah televisi mempertahankan eksistensinya. Bagi produsen iklan bukan hanya menjadi alat promosi barang maupun jasa, melainkan juga untuk menanamkan citra kepada konsumen maupun calon konsumen tentang produk yang ditawarkan. Iklan seringkali menggiring khalayak untuk percaya pada produk, sehingga mendorong calon konsumen untuk mengkonsumsi maupun mempertahankan loyalitas konsumen. Pada hakikatnya iklan merupakan salah satu strategi pemasaran yang bermaksud untuk mendekatkan barang hasil produksi suatu perusahaan yang hendak di jual kepada calon konsumen. Iklan-iklan tersebut sedikit banyak telah meningkatkan penjualan dari barang/jasa yang telah ditawarkan oleh suatu perusahaan. Dibalik keberhasilan iklan dalam mendongkrak penjualan barang/jasa dalam bisnis, terselip beberapa permasalahan yang bermuara pada persoalan etika. Namun dibalik keberhasilan dalam mempromosikan produk tersebut, tidak sedikit para penggunaan iklan sebagai sarana promosi ini sangat berlebihan sehingga tidak memperhatikan lagi norma dan nilai moral yang terkandung dalam konten iklan itu sendiri. Meskipun sekarang sudah dibuat undang-undang yang mengatur tentang periklanan, masih saja ada pihak-pihak yang tetap menyajikan iklan yang dapat merusak moral bangsa. Secara sederhana, etika adalah suatu suatu cabang ilmu filsafat yang mencari jawaban atas pertanyaan-pertanyaan moral. Etika berisi prinsip-prinsip moralitas dasar yang akan mengarahkan perilaku manusia. 2016 2 Etika Periklanan Ardhariksa Z., M.Med.Kom Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Advertising atau periklanan berarti segala macam aktivitas untuk memproduksi informasi untuk mempromosikan penjualan untuk produk atau jasa yang pada umumnya bersifat komersial. Bentuk-bentuk dari iklan atau periklanan tersebut bisa berbagai macam, bisa berbentuk iklan yang pada media televisi dan radio disebut dengan tayangan atau siaran komersial, product placement atau penempatan produk yang merupakan teknik periklanan yang menempatkan produk sebagai bagian dalam adegan film, program televisi, atau media lainnya. Selain itu juga terdapat yang disebut sebagai sponsor, yang merupakan entitas atau perorangan yang membiayai suatu produksi atau program tanpa menjadi bagian dalam adegan program tersebut. Regulasi Periklanan Televisi di Uni Eropa Segala macam bentuk periklanan di televisi Uni Eropa, termasuk teleshopping dan product placement, diatur dalam Audiovisual Media Services Directive. Secara prinsip general, Audiovisual Media Services Directive mencakup semua layanan dengan konten audiovisual terlepas dari teknologi yang digunakan untuk menyampaikan isi. Namun dibedakan dari tingkat pilihan dan kontrol pengguna layanan, maka dibedakan menjadi linear (siaran televisi) dan layanan non-linear (on-demand). Regulasi ini sifatnya directive, yang berarti segala detail aturannya dapat diharmonisasi di negara-negara anggota Uni Eropa selama sesuai dengan kaidah-kaidah aturan yang berlaku. Sebagai contoh, di Britania Raya, regulasi mengenai iklan televisi diharmonisasi dalam UK Code of Broadcast Advertising (disingkat menjadi BCAP Code) yang merupakan bagian dari Advertising Codes of Practice. Secara umum, Advertising Codes of Practice di Britania Raya terbagi menjadi dua, yaitu untuk komunikasi promosi yang dilakukan di luar media penyiaran dan di dalam media penyiaran seperti televisi, radio, dan sejenisnya. Hal tersebut merupakan salah satu bentuk harmonisasi dari regulasi directive Uni Eropa. Perbedaan antara linear dan non-linear ini adalah acuan dalam pembuatan regulasi. Dalam aturan dengan sistem dua lapis, Directive mengaplikasikan seperangkat inti nilai-nilai sosial pada semua layanan audiovisual. Namun terdapat regulasi yang lebih ringan pada layanan on-demand karena pengguna dapat lebih aktif untuk memutuskan. Sebagai contoh, pada UK Code of Broadcast Advertising disebutkan bahwa salah satu prinsip dasar dalam iklan adalah iklan tidak boleh mengandung materi yang membahayakan fisik, mental, moral, atau sosial untuk penonton yang berusia di bawah 18 tahun. Hal tersebut adalah salah satu dari seperangkat inti nilai-nilai sosial yang diaplikasikan dalam sebuah regulasi. Pada dasarnya, semua layanan media audiovisual harus menghargai lapisan dasar dari kewajiban yang mencakup: indentifikasi penyedia layanan media, larangan hasutan untuk 2016 3 Etika Periklanan Ardhariksa Z., M.Med.Kom Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id kebencian, aksesibilitas bagi yang berkebutuhan khusus, persyaratan kualitatif untuk komunikasi komersial, sponsor, dan penempatan produk. Aturan-aturan yang lebih ketat terdapat di periklanan dan perlindungan anak di bawah umur dalam tayangan televisi karena dampaknya yang cukup signifikan. Sebagai contoh, sebuah penelitian di Inggris dengan responden anak-anak usia 4 sampai dengan 13 tahun memiliki hasil bahwa ternyata pada umumnya anak-anak usia tersebut cenderung meminta orang tua mereka untuk membelikan sesuatu yang mereka lihat di iklan televisi. Ironisnya, justru semakin muda usia mereka, semakin tinggi pengaruh tersebut dengan perbandingan sebagai berikut: 97% untuk usia empat sampai lima tahun, 94 % untuk usia enam sampai tujuh tahun, 86 % untuk usia delapan sampai sembilan tahun, dan 71 % untuk usia sepuluh sampai tiga belas tahun. Istilah baru “Audiovisual commercial communication” digunakan untuk mengatur segala macam jenis bentuk promosi termasuk penempatan produk yang diatur oleh Hukum Uni Eropa. Hal ini mencerminkan peningkatan cakupan dari directive, termasuk televisi, layanan on-demand, serta teknik kemunculan iklan. Aturan-aturan dalam directive yang belum berubah masih diatur oleh Komisi Komunikasi 2004 tentang bentuk-bentuk baru iklan, seperti split-screen atau iklan virtual. “Audiovisual commercial communication” berarti visual — dengan atau tanpa suara — yang dirancang untuk mempromosikan — langsung atau tidak langsung — barang, jasa, atau citra dari entitas alami atau entitas hukum yang mengejar suatu kegiatan ekonomi. Visual tersebut mengiringi atau termasuk dalam program untuk sebuah imbalan pembayaran atau untuk pertimbangan yang sama atau untuk tujuan promosi diri. Bentuk komunikasi komersial audiovisual meliputi, antara lain, iklan televisi, sponsorship, teleshopping dan penempatan produk atau product placement. Berdasarkan regulasi yang telah dibuat ini, pada dasarnya semua komunikasi audiovisual komersial harus mudah dikenali; tidak menggunakan teknik subliminal; tidak menggunakan teknik sembunyi-sembunyi; menghargai martabat manusia, tidak mempromosikan diskriminasi; tidak mendorong perilaku berbahaya bagi kesehatan, keamanan, maupun lingkungan; serta tidak mempromosikan tembakau atau resep obat. Sebagai contoh kasus mengenai promosi tembakau sempat terjadi di Swedia. Masyarakat Swedia, selain menggunakan tembakau sebagai bahan baku rokok juga memiliki tradisi mengunyah tembakau. Pada awalnya, hal tersebut dianggap tidak menyalahi regulasi directive. Namun setelah dikaji ulang, tradisi mengunyah tembakau tersebut juga dianggap sebagai cara lain untuk mempromosikan tembakau. Maka kemudian dilarang kemunculan visualnya di media. Semua komunikasi audiovisual komersial juga tidak boleh mengakibatkan kerusakan fisik maupun mental pada anak di bawah umur. Selain itu juga tidak boleh mengeksploitasi 2016 4 Etika Periklanan Ardhariksa Z., M.Med.Kom Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id kepolosan anak-anak di bawah umur. Tidak mendorong mereka untuk memaksa orang tua melakukan pembelian. Lebih lanjutnya, komunikasi audiovisual komersial untuk alkohol tidak boleh ditujukan untuk anak di bawah umur. Terdapat pula aturan-aturan yang lebih ketat pada komunikasi audiovisual televisi yang mencakup iklan televisi maupun teleshopping. Yang dimaksud dengan iklan televisi (television advertising) adalah segala bentuk pengumuman yang disiarkan apakah untuk imbalan pembayaran atau untuk pertimbangan serupa atau disiarkan untuk tujuan promosi diri oleh usaha publik atau swasta atau perorangan sehubungan dengan perdagangan, bisnis, kerajinan, atau profesi dalam rangka untuk mempromosikan penyediaan barang atau jasa, termasuk harta tidak bergerak, hak dan kewajiban, atau imbalan pembayaran. Sementara itu, teleshopping berarti penawaran langsung yang disiarkan ke publik dengan tujuan untuk penyediaan barang atau jasa, termasuk harta tidak bergerak, hak dan kewajiban, atau imbalan pembayaran. Pada dasarnya, iklan televisi menerapkan aturan dasar yang sama seperti iklan pada media lainnya seperti iklan harus dengan mudah dikenali sebagai iklan, serta aturan yang sama juga diterapkan untuk minuman beralkohol, tembakau, dan resep obat. Akan tetapi, secara spesifik, iklan televisi juga harus tidak terisolasi, terlepas dari penyiaran acara olahraga. Sehingga tidak boleh adanya siaran televisi yang hanya menampilkan iklan saja. Durasi penyiarannya harus sesuai dengan aturan yang berlaku. Durasi iklan dan teleshopping tidak boleh lebih dari 20% dari setiap jam penyiaran. Akan tetapi, peraturan ini tidak berlaku untuk pengumuman penyiaran tentang program mereka sendiri atau produksi lain yang berasal dari penyedia jasa penyiaran tersebut, serta pesan layanan publik yang disiarkan secara gratis. Sementara itu, siaran teleshopping tidak boleh lebih dari 15 menit dan harus dengan mudah diidentifikasi. Iklan televisi dan teleshopping dianjurkan untuk disisipkan di antara program, tetapi tidak dilarang untuk dimasukan pada jeda di tengah-tengah sebuah program. Akan tetapi, tidak boleh membahayakan integritas kepentingan program tersebut atau hak pemegang saham. Boleh dimasukkan dalam program anak-anak, film, dan program berita hanya sekali dalam jangka waktu minimal tiga puluh menit. “Audiovisual commercial communication” juga mencakup penempatan produk atau product placement. Penempatan produk berarti segala bentuk komunikasi audiovisual komersial yang terdiri dari masuknya atau referensi sebuah produk, layanan, atau merk dagang yang tergabung dalam sebuah program, untuk imbalan pembayaran atau pertimbangan yang sama. Penempatan produk disisipi dalam adegan di sebuah program. Hal ini berbeda dengan pesan sponsor yang bukan bagian dari plot. Diatur dalam Article 11, penempatan produk berbayar hanya boleh ditempatkan di beberapa jenis program sepeti karya sinematografi seperti film dan serial, program olahraga, dan 2016 5 Etika Periklanan Ardhariksa Z., M.Med.Kom Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id hiburan ringan. Hal ini dilarang di program yang diperuntukan bagi anak-anak. Sementara penempatan produk yang tidak berbayar, seperti alat peraga produksi atau hadiah, diperbolehkan di semua program, termasuk program untuk anak-anak. Namun, karena ini merupakan regulasi directive, maka negara-negara anggota dapat megadopsi aturan-aturan yang lebih ketat, baik secara keseluruhan atau sebagian. Hal ini juga memungkinkan untuk pelarangan penempatan produk di program-program tertentu, misalnya dokumenter. Program-program yang menampilkan penempatan produk harus sesuai dengan seperangkat kriteria tertentu, seperti independensi editorial dari penyedia layanan media dan tidak melebih-lebihkan produk sehingga terkesan lebih menonjol dari yang semestinya. Hal ini berkaitan dengan perlindungan informasi terhadap masyarakat. Selain itu, penempatan produk juga tidak dapat digunakan untuk mempromosikan penyediaan produk atau jasa. Selanjutnya, pemirsa harus dapat dengan jelas mengidentifikasi penempatan produk. Sehingga, harus ada informasi mengenai penempatan produk di awal dan akhir program serta sebelum program dilanjutkan setelah jeda iklan. Negara-negara anggota Uni Eropa dapat tidak menerapkan peraturan ini untuk programprogram yang telah diproduksi atau diperintahkan oleh penyedia layanan media itu sendiri. Bagaimanapun, penempatan produk tembakau atau produk resep obat dilarang dalam keadaan apa pun. Penempatan produk yang secara diam-diam juga sangat dilarang. Aturan-aturan ini hanya berlaku pada program-program yang diproduksi setelah 19 Desember 2009. Selain penempatan produk, sponsorhip atau pesan sponsor juga diatur. yang dimaksud dengan sponsorship adalah setiap kontribusi yang dibuat oleh usaha atau orang perseorangan yang tidak terlibat dalam penyediaan atau produksi karya audiovisual, untuk pembiayaan layanan media audiovisual atau program dengan maksud untuk mempromosikan nama mereka, merk dagang, gambar, kegiatan atau produk. Sebagaimana disebutkan di atas, perbedaan dari sponsorship dan penempatan produk adalah sponsorship tidak menjadi bagian dalam plot atau adegan dalam program. Sementara perbedaan antara sponsor dan iklan harus ditarik menggunakan tujuan bentukbentuk komunikasi komersial audiovisual. Tujuan dari sponsor adalah untuk mempromosikan nama, merk dagang, gambar, kegiatan sponsor, atau produk dengan berkontribusi untuk pembiayaan program. Maka dari itu, program yang disponsori tidak diperbolehkan membuat referensi promosi khusus seperti iklan. Berdasarkan Article 11 sponsor diperbolehkan untuk memengaruhi baik isi maupun penjadwalan program tetapi tidak diperbolehkan untuk mendorong pembelian produk atau jasa. Sebagaimana penempatan produk, mereka harus dapat diidentifikasi dengan jelas 2016 6 Etika Periklanan Ardhariksa Z., M.Med.Kom Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id dengan cara yang tepat untuk program baik di awal, selama program berlangsung, maupun di akhir program. Perusahaan farmasi diperbolehkan mensponsori program, tetapi tidak diperbolehkan mempromosikan obat-obat tertentu atau perawatan medis. Sebagaimana aturan dalam penempatan produk, dan berlaku juga di aturan-aturan periklanan lainnya, perusahaan yang kegiatan utamanya adalah memproduksi atau menjual produk tembakau sangat dilarang untuk mensponsori program. Program berita tidak diperbolehkan untuk disponsori. Negaranegara anggota Uni Eropa dapat memilih untuk melarang kemunculan logo sponsor pada program anak-anak, dokumenter, atau program keagamaan. Berdasarkan paparan di atas, terlihat bahwa melalui regulasi-regulasi tersebut Uni Eropa melindungi perlindungan masyarakat terutama untuk anak-anak. Akan tetapi, terkesan sebuah standar ganda di sini. Standar ganda dalam arti melalui regulasi-regulasi tersebut seakan membatasi kebebasan berekspresi sebuah media. Bagaimanapun, tanpa mengesampingkan intensi dan dampak yang dihasilkan, pembuatan sebuah iklan atau yang sejenisnya merupakan sebuah proses kreatif dalam pembuatannya. Proses kreatif yang melibatkan berbagai macam unsur-unsur dalam penciptaan sebuah produk audio visual mulai dari pencarian ide sampai dengan eksekusi produksi. Dengan demikian, adanya regulasi terhadap hal tersebut memiliki kecenderungan untuk membatasi kemungkinankemungkinan baru dalam bertutur yang merupakan kebebasan berekspresi. Sebagaimana diketahui, kebebasan berekspresi merupakan bagian dari hak azasi manusia. Hak azasi manusia merupakn salah satu hal yang dilindungi dalam secondary legislation Uni Eropa. Ini akan menjadi kontradiksi dalam pelaksanaannya. Di satu sisi, segala jenis bentuk ekspresi harus dilindungi, sementara di sisi lain ada beberapa yang diatur mengingat dampak-dampak yang mungkin terjadi. 2016 7 Etika Periklanan Ardhariksa Z., M.Med.Kom Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Regulasi Larangan Iklan Rokok di ASEAN Sidang pengujian UU No. 32 Tahun 2002 tentang Penyiaran (UU Penyiaran) yang diajukan Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) semakin menghangat. Langkah KPAI untuk meminta pelarangan iklan rokok di televisi pun sepertinya bukan main-main. Beberapa ahli dan saksi dari dalam maupun luar negeri dihadirkan untuk mendukung permohonannya. Salah satu ahli yang dihadirkan adalah Mary Assunta dari South East Asia Tobacco Controll Aliance. Wanita asal Malaysia ini memaparkan sejarah regulasi larangan rokok di sejumlah negara ASEAN. Delapan negara ASEAN sudah menerapkan larangan merokok secara komprehensif, ujar Mary dengan bahasa Inggris di ruang sidang Mahkamah Konstitusi (MK), Selasa (21/4). Negara-negara yang dimaksud di antaranya Brunei, Singapura, Thailand, Vietnam, Philipina, Laos, dan Kamboja. Mary menjelaskan tahap-tahap pelarangan iklan rokok di negara-negara itu. Tahap pertama adalah pelarangan iklan rokok di televisi dan radio, sedangkan tahap kedua adalah pelarangan iklan rokok secara komprehensif di setiap kegiatan. Ia mencontohkan, di Brunei larangan iklan rokok di TV dan radio sudah dilakukan sejak 1976. Sedangkan larangan iklan rokok secara menyeluruh di negara Sultan Hassanah Bolkiah itu sudah diterapkan sejak 2005 dengan diterbitkannya UU yang mengatur larangan rokok. Di Singapura, larangan iklan rokok di TV dan Radio sudah sejak 1971. Sedangkan UU yang mengatur larangan iklan rokok secara keseluruhan telah diterbitkan pada 1993. Lain lagi di Thailand. Di negeri sejuta pagoda itu, larangan iklan rokok secara total sudah sejak 1989. Lalu, pada 1993, UU nya disempurnakan lagi. Di negeri Jiran Malaysia larangan iklan rokok di media elektronik telah dilakukan pada 1982 melalui peraturan setingkat instruksi menteri. Pada 1992, diterbitkan UU yang secara total larangan iklan rokok, kemudian di UU itu disempurnakan pada 2004. Dibanding negeranegara ASEAN ini, Indonesia jauh tertinggal, ujarnya. Mengingat banyaknya penelitian yang mengungkapkan fakta bahaya merokok, harap Mary, Indonesia dapat mengikuti negara-negara tetangganya. Saya minta dengan hormat yang Mulia memutuskan agar iklan rokok dilarang di televisi dan radio, tuturnya kepada majelis hakim konstitusi. Menurut Mary, larangan iklan di televisi dan radio merupakan langkah awal melarang iklan rokok secara menyeluruh. Termasuk iklan-iklan outdoor yang acapkali bisa ditemukan di jalan-jalan. 2016 8 Etika Periklanan Ardhariksa Z., M.Med.Kom Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Langkah ini memang sedang diusahakan KPAI. Melalui Kuasa Hukumnya, Muhammad Joni, KPAI meminta agar MK menguji Pasal 46 ayat (3) huruf c yang berbunyi ‘Siaran iklan niaga dilarang: melakukan promosi yang memperagakan wujud rokok'. Dalam permohonannya, KPAI meminta agar MK membatalkan frase yang berbunyi ‘yang memperagakan wujud rokok'. Bila permohonan ini dikabulkan, maka Pasal 46 ayat (3) huruf c akan berbunyi Siaran iklan niaga dilarang melakukan promosi rokok'. Artinya, iklan rokok tak boleh dilakukan sama sekali. Sementara itu, Alex Kumara dari Asosiasi Televisi Swasta Indonesia (ATVSI) meminta agar Indonesia tak ikut-ikutan dengan negara ASEAN lain. Tak perlulah kita mengikuti mereka, ujarnya. Ia menegaskan dari seluruh negara ASEAN, Indonesia adalah produsen tembakau terbesar. Jadi mengikuti negara-negara tetangga itu, hanya akan merugikan perekonomian Indonesia. Lagipula, lanjut Alex, perlu dikaji ulang apakah pelarangan iklan itu akan berpengaruh dalam mengurangi jumlah perokok. Saya memang tak melakukan riset, tapi secara kasat mata, perokok di Singapura kok bertambah ya, jelas ahli dari pemerintah ini. Tiongkok Perketat Aturan Iklan Rokok Tiongkok menggelar sweeping peraturan baru pada 1 September 2015 lalu, untuk membatasi iklan tembakau, sebagai langkah terbaru untuk mengendalikan kebiasaan luas yang telah menyebabkan krisis kesehatan terbesar di negara itu. Lebih dari 300 juta orang telah menjadikan rokok bagian gaya hidup mereka di negara yang merupakan produsen dan konsumen tembakau terbesar di dunia, dan 740 juta warga lainnya terpapar asap sebagai perokok pasif, demikian laporan media pemerintah setempat. Revisi UU iklan nasional, diloloskan pada bulan April, melarang iklan rokok di media massa, tempat umum, di kendaraan umum dan di luar rumah. Pendukung anti-rokok memuji perubahan-perubahan tersebut, tetapi memperingatkan bahwa beberapa bagian dari hukum bisa disalahgunakan oleh monopoli tembakau yang kuat di negara itu, yang mereka katakan telah membalas serangkaian langkah-langkah antimerokok yang ambisius tersebut. "Mereka tidak bisa menghentikannya, tapi mereka bisa menimbulkan masalah," kata Bernhard Schwartlander, perwakilan Organisasi Kesehatan Dunia di Tiongkok, mengacu 2016 9 Etika Periklanan Ardhariksa Z., M.Med.Kom Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id pada kampanye anti-merokok di negara itu. "Masalahnya adalah pemilihan bahasa yang digunakan, penafsiran dari kata-kata itu seringkali membuka ruang untuk diskusi (tentang masalah itu) yang akan dimanfaatkan oleh industri tembakau," tambahnya. Pejabat Monopoli Tembakau Tiongkok yang sangat kuat, hingga Februari dipimpin oleh adik laki-laki PM Li Keqiang, telah melakukan lobi secara intensif untuk pengurangan pembatasan iklan, ungkap sebuah sumber kepada Reuters tahun lalu. Monopoli tembakau negara yang mengontrol sebagian besar pasar domestik, memiliki kekuasaan yang luar biasa karena menyumbang sekitar tujuh persen hingga 10 persen pendapatan pemerintah, atau sebanyak 816 milyar yuan ($ 127 milyar) pada tahun 2013. Tapi banyak kota-kota besar, termasuk Beijing, telah memiliki pembatasan keras terhadap rokok dibandingkan dengan daerah pedesaan, dan billboard yang mempromosikan rokok sudah jarang terlihat di ibukota. Aturan periklanan yang baru juga menyebutkan hukuman yang lebih keras untuk iklan yang menyesatkan, melarang iklan di sekolah atau pada materi pendidikan, dan melarang penggunaan anak berusia di bawah 10 tahun untuk mengiklankan produk tersebut 2016 10 Etika Periklanan Ardhariksa Z., M.Med.Kom Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Daftar Pustaka Pustaka: 1. Coleman, John & Tomko, Miklos (Eds.), “Mas Media”, dalam majalah Concilium, SCM Press Ltd, London, 1993/6. 2. Dokumen Komisi Kepausan bidang Komunikasi Sosial tentang Etika dalam Iklan. Dikutip dari L’Osservatore Romano N. 16, 16 April 1997. 3. Elaine, St. James, Simplify Your Life, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 1997. 4. Henderson Britt, Steuart, “Advertising” dalam Encyclopedia Americana, Vol 1, Glorier Inc., USA. 5. Garrett, Thomas M., SJ, Some Ethical Problems of Modern Advertising, The Gregoriana Univ. Press, Rome, 1961. 6. Keraf, Sonny A., Etika Bisnis, Penerbit Kanisius, Yogyakarta, 1991. 7. Dewan Periklanan Indonesia.Kitab Etika Pariwara Indonesia. Cetakan 3.2007. 8. Pitoyo, Djoko dan Siswanto, Joko, “Pandangan Moral Guru Terhadap Iklan Komersial yang Mengeksploitasi Wanita Sebagai Model”, dalam Jurnal Fakultas Filsafat UGM, Seri 27, Maret 1997, Yogyakarta, Maret 1997. 9. Sutanto, Limas, “Media Massa: Kekuatan Otoritatif di Era Informasi”, dalam Buletin Komunikasi, No. 44, 1997. 2016 11 Etika Periklanan Ardhariksa Z., M.Med.Kom Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id