Modul Etika Periklanan [TM10]

advertisement
MODUL PERKULIAHAN
Etika Periklanan
Kajian Pedoman Iklan Dari
Mancanegara
Fakultas
Program Studi
Tatap Muka
Fakultas Ilmu
Komunikasi
Advertising and
Marketing
Communication
09
Kode MK
Disusun Oleh
Ardhariksa Z., M.Med.Kom
Abstract
Kompetensi
Kajian Pedoman Iklan Dari
Mancanegara
Mahasiswa mampu memahami dan
melakukan Kajian Pedoman Iklan Dari
Mancanegara
Kajian Pedoman Iklan Dari Mancanegara
Iklan merupakan suatu bentuk komunikasi massa melalui berbagai media massa yang
dibayar oleh perusahaan-perusahaan bisnis, organisasi non profit dan individu-individu
yang teridentifikasi dalam pesan periklanan dengan maksud memberi informasi atau
mempengaruhi pemirsa dan golongan tertentu bentuknya dapat berupa tulisan, gambar,
film, ataupun gabungan dari keseluruhan unsur tersebut. Urat nadi kehidupan televisi
(swasta) terletak pada iklan. Tanpa iklan, mustahil sebuah televisi mempertahankan
eksistensinya.
Bagi produsen iklan bukan hanya menjadi alat promosi barang maupun jasa, melainkan
juga untuk menanamkan citra kepada konsumen maupun calon konsumen tentang produk
yang ditawarkan. Iklan seringkali menggiring khalayak untuk percaya pada produk,
sehingga mendorong calon konsumen untuk mengkonsumsi maupun mempertahankan
loyalitas konsumen.
Pada hakikatnya iklan merupakan salah satu strategi pemasaran yang bermaksud
untuk mendekatkan barang hasil produksi suatu perusahaan yang hendak di jual kepada
calon konsumen. Iklan-iklan tersebut sedikit banyak telah meningkatkan penjualan dari
barang/jasa yang telah ditawarkan oleh suatu perusahaan. Dibalik keberhasilan iklan dalam
mendongkrak penjualan barang/jasa dalam bisnis, terselip beberapa permasalahan yang
bermuara pada persoalan etika. Namun dibalik keberhasilan dalam mempromosikan
produk tersebut, tidak sedikit para penggunaan iklan sebagai sarana promosi ini sangat
berlebihan sehingga tidak memperhatikan lagi norma dan nilai moral yang terkandung
dalam konten iklan itu sendiri. Meskipun sekarang sudah dibuat undang-undang yang
mengatur tentang periklanan, masih saja ada pihak-pihak yang tetap menyajikan iklan
yang dapat merusak moral bangsa.
Secara sederhana, etika adalah suatu suatu cabang ilmu filsafat yang mencari jawaban atas
pertanyaan-pertanyaan moral. Etika berisi prinsip-prinsip moralitas dasar yang akan
mengarahkan perilaku manusia.
2016
2
Etika Periklanan
Ardhariksa Z., M.Med.Kom
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Advertising atau periklanan berarti segala macam aktivitas untuk memproduksi informasi
untuk mempromosikan penjualan untuk produk atau jasa yang pada umumnya bersifat
komersial. Bentuk-bentuk dari iklan atau periklanan tersebut bisa berbagai macam, bisa
berbentuk iklan yang pada media televisi dan radio disebut dengan tayangan atau siaran
komersial, product placement atau penempatan produk yang merupakan teknik periklanan
yang menempatkan produk sebagai bagian dalam adegan film, program televisi, atau media
lainnya. Selain itu juga terdapat yang disebut sebagai sponsor, yang merupakan entitas atau
perorangan yang membiayai suatu produksi atau program tanpa menjadi bagian dalam
adegan program tersebut.
Regulasi Periklanan Televisi di Uni Eropa
Segala macam bentuk periklanan di televisi Uni Eropa, termasuk teleshopping dan product
placement, diatur dalam Audiovisual Media Services Directive. Secara prinsip general,
Audiovisual Media Services Directive mencakup semua layanan dengan konten audiovisual
terlepas dari teknologi yang digunakan untuk menyampaikan isi. Namun dibedakan dari
tingkat pilihan dan kontrol pengguna layanan, maka dibedakan menjadi linear (siaran
televisi) dan layanan non-linear (on-demand). Regulasi ini sifatnya directive, yang berarti
segala detail aturannya dapat diharmonisasi di negara-negara anggota Uni Eropa selama
sesuai dengan kaidah-kaidah aturan yang berlaku.
Sebagai contoh, di Britania Raya, regulasi mengenai iklan televisi diharmonisasi dalam UK
Code of Broadcast Advertising (disingkat menjadi BCAP Code) yang merupakan bagian dari
Advertising Codes of Practice. Secara umum, Advertising Codes of Practice di Britania Raya
terbagi menjadi dua, yaitu untuk komunikasi promosi yang dilakukan di luar media penyiaran
dan di dalam media penyiaran seperti televisi, radio, dan sejenisnya. Hal tersebut
merupakan salah satu bentuk harmonisasi dari regulasi directive Uni Eropa.
Perbedaan antara linear dan non-linear ini adalah acuan dalam pembuatan regulasi. Dalam
aturan dengan sistem dua lapis, Directive mengaplikasikan seperangkat inti nilai-nilai sosial
pada semua layanan audiovisual. Namun terdapat regulasi yang lebih ringan pada layanan
on-demand karena pengguna dapat lebih aktif untuk memutuskan.
Sebagai contoh, pada UK Code of Broadcast Advertising disebutkan bahwa salah satu
prinsip dasar dalam iklan adalah iklan tidak boleh mengandung materi yang membahayakan
fisik, mental, moral, atau sosial untuk penonton yang berusia di bawah 18 tahun. Hal
tersebut adalah salah satu dari seperangkat inti nilai-nilai sosial yang diaplikasikan dalam
sebuah regulasi.
Pada dasarnya, semua layanan media audiovisual harus menghargai lapisan dasar dari
kewajiban yang mencakup: indentifikasi penyedia layanan media, larangan hasutan untuk
2016
3
Etika Periklanan
Ardhariksa Z., M.Med.Kom
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
kebencian, aksesibilitas bagi yang berkebutuhan khusus, persyaratan kualitatif untuk
komunikasi komersial, sponsor, dan penempatan produk. Aturan-aturan yang lebih ketat
terdapat di periklanan dan perlindungan anak di bawah umur dalam tayangan televisi karena
dampaknya yang cukup signifikan.
Sebagai contoh, sebuah penelitian di Inggris dengan responden anak-anak usia 4 sampai
dengan 13 tahun memiliki hasil bahwa ternyata pada umumnya anak-anak usia tersebut
cenderung meminta orang tua mereka untuk membelikan sesuatu yang mereka lihat di iklan
televisi. Ironisnya, justru semakin muda usia mereka, semakin tinggi pengaruh tersebut
dengan perbandingan sebagai berikut: 97% untuk usia empat sampai lima tahun, 94 %
untuk usia enam sampai tujuh tahun, 86 % untuk usia delapan sampai sembilan tahun, dan
71 % untuk usia sepuluh sampai tiga belas tahun.
Istilah baru “Audiovisual commercial communication” digunakan untuk mengatur segala
macam jenis bentuk promosi termasuk penempatan produk yang diatur oleh Hukum Uni
Eropa. Hal ini mencerminkan peningkatan cakupan dari directive, termasuk televisi, layanan
on-demand, serta teknik kemunculan iklan. Aturan-aturan dalam directive yang belum
berubah masih diatur oleh Komisi Komunikasi 2004 tentang bentuk-bentuk baru iklan,
seperti split-screen atau iklan virtual.
“Audiovisual commercial communication” berarti visual — dengan atau tanpa suara — yang
dirancang untuk mempromosikan — langsung atau tidak langsung — barang, jasa, atau
citra dari entitas alami atau entitas hukum yang mengejar suatu kegiatan ekonomi. Visual
tersebut mengiringi atau termasuk dalam program untuk sebuah imbalan pembayaran atau
untuk pertimbangan yang sama atau untuk tujuan promosi diri. Bentuk komunikasi komersial
audiovisual meliputi, antara lain, iklan televisi, sponsorship, teleshopping dan penempatan
produk atau product placement.
Berdasarkan regulasi yang telah dibuat ini, pada dasarnya semua komunikasi audiovisual
komersial harus mudah dikenali; tidak menggunakan teknik subliminal; tidak menggunakan
teknik
sembunyi-sembunyi;
menghargai
martabat
manusia,
tidak
mempromosikan
diskriminasi; tidak mendorong perilaku berbahaya bagi kesehatan, keamanan, maupun
lingkungan; serta tidak mempromosikan tembakau atau resep obat.
Sebagai contoh kasus mengenai promosi tembakau sempat terjadi di Swedia. Masyarakat
Swedia, selain menggunakan tembakau sebagai bahan baku rokok juga memiliki tradisi
mengunyah tembakau. Pada awalnya, hal tersebut dianggap tidak menyalahi regulasi
directive. Namun setelah dikaji ulang, tradisi mengunyah tembakau tersebut juga dianggap
sebagai cara lain untuk mempromosikan tembakau. Maka kemudian dilarang kemunculan
visualnya di media.
Semua komunikasi audiovisual komersial juga tidak boleh mengakibatkan kerusakan fisik
maupun mental pada anak di bawah umur. Selain itu juga tidak boleh mengeksploitasi
2016
4
Etika Periklanan
Ardhariksa Z., M.Med.Kom
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
kepolosan anak-anak di bawah umur. Tidak mendorong mereka untuk memaksa orang tua
melakukan pembelian. Lebih lanjutnya, komunikasi audiovisual komersial untuk alkohol tidak
boleh ditujukan untuk anak di bawah umur.
Terdapat pula aturan-aturan yang lebih ketat pada komunikasi audiovisual televisi yang
mencakup iklan televisi maupun teleshopping. Yang dimaksud dengan iklan televisi
(television advertising) adalah segala bentuk pengumuman yang disiarkan apakah untuk
imbalan pembayaran atau untuk pertimbangan serupa atau disiarkan untuk tujuan promosi
diri oleh usaha publik atau swasta atau perorangan sehubungan dengan perdagangan,
bisnis, kerajinan, atau profesi dalam rangka untuk mempromosikan penyediaan barang atau
jasa, termasuk harta tidak bergerak, hak dan kewajiban, atau imbalan pembayaran.
Sementara itu, teleshopping berarti penawaran langsung yang disiarkan ke publik dengan
tujuan untuk penyediaan barang atau jasa, termasuk harta tidak bergerak, hak dan
kewajiban, atau imbalan pembayaran.
Pada dasarnya, iklan televisi menerapkan aturan dasar yang sama seperti iklan pada media
lainnya seperti iklan harus dengan mudah dikenali sebagai iklan, serta aturan yang sama
juga diterapkan untuk minuman beralkohol, tembakau, dan resep obat. Akan tetapi, secara
spesifik, iklan televisi juga harus tidak terisolasi, terlepas dari penyiaran acara olahraga.
Sehingga tidak boleh adanya siaran televisi yang hanya menampilkan iklan saja. Durasi
penyiarannya harus sesuai dengan aturan yang berlaku.
Durasi iklan dan teleshopping tidak boleh lebih dari 20% dari setiap jam penyiaran. Akan
tetapi, peraturan ini tidak berlaku untuk pengumuman penyiaran tentang program mereka
sendiri atau produksi lain yang berasal dari penyedia jasa penyiaran tersebut, serta pesan
layanan publik yang disiarkan secara gratis. Sementara itu, siaran teleshopping tidak boleh
lebih dari 15 menit dan harus dengan mudah diidentifikasi.
Iklan televisi dan teleshopping dianjurkan untuk disisipkan di antara program, tetapi tidak
dilarang untuk dimasukan pada jeda di tengah-tengah sebuah program. Akan tetapi, tidak
boleh membahayakan integritas kepentingan program tersebut atau hak pemegang saham.
Boleh dimasukkan dalam program anak-anak, film, dan program berita hanya sekali dalam
jangka waktu minimal tiga puluh menit.
“Audiovisual commercial communication” juga mencakup penempatan produk atau product
placement. Penempatan produk berarti segala bentuk komunikasi audiovisual komersial
yang terdiri dari masuknya atau referensi sebuah produk, layanan, atau merk dagang yang
tergabung dalam sebuah program, untuk imbalan pembayaran atau pertimbangan yang
sama. Penempatan produk disisipi dalam adegan di sebuah program. Hal ini berbeda
dengan pesan sponsor yang bukan bagian dari plot.
Diatur dalam Article 11, penempatan produk berbayar hanya boleh ditempatkan di beberapa
jenis program sepeti karya sinematografi seperti film dan serial, program olahraga, dan
2016
5
Etika Periklanan
Ardhariksa Z., M.Med.Kom
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
hiburan ringan. Hal ini dilarang di program yang diperuntukan bagi anak-anak. Sementara
penempatan produk yang tidak berbayar, seperti alat peraga produksi atau hadiah,
diperbolehkan di semua program, termasuk program untuk anak-anak. Namun, karena ini
merupakan regulasi directive, maka negara-negara anggota dapat megadopsi aturan-aturan
yang lebih ketat, baik secara keseluruhan atau sebagian. Hal ini juga memungkinkan untuk
pelarangan penempatan produk di program-program tertentu, misalnya dokumenter.
Program-program
yang
menampilkan
penempatan
produk
harus
sesuai
dengan
seperangkat kriteria tertentu, seperti independensi editorial dari penyedia layanan media dan
tidak melebih-lebihkan produk sehingga terkesan lebih menonjol dari yang semestinya. Hal
ini berkaitan dengan perlindungan informasi terhadap masyarakat.
Selain itu, penempatan produk juga tidak dapat digunakan untuk mempromosikan
penyediaan
produk
atau
jasa.
Selanjutnya,
pemirsa
harus
dapat
dengan
jelas
mengidentifikasi penempatan produk. Sehingga, harus ada informasi mengenai penempatan
produk di awal dan akhir program serta sebelum program dilanjutkan setelah jeda iklan.
Negara-negara anggota Uni Eropa dapat tidak menerapkan peraturan ini untuk programprogram yang telah diproduksi atau diperintahkan oleh penyedia layanan media itu sendiri.
Bagaimanapun, penempatan produk tembakau atau produk resep obat dilarang dalam
keadaan apa pun. Penempatan produk yang secara diam-diam juga sangat dilarang.
Aturan-aturan ini hanya berlaku pada program-program yang diproduksi setelah 19
Desember 2009.
Selain penempatan produk, sponsorhip atau pesan sponsor juga diatur. yang dimaksud
dengan sponsorship adalah setiap kontribusi yang dibuat oleh usaha atau orang
perseorangan yang tidak terlibat dalam penyediaan atau produksi karya audiovisual, untuk
pembiayaan
layanan
media
audiovisual
atau
program
dengan
maksud
untuk
mempromosikan nama mereka, merk dagang, gambar, kegiatan atau produk.
Sebagaimana disebutkan di atas, perbedaan dari sponsorship dan penempatan produk
adalah sponsorship tidak menjadi bagian dalam plot atau adegan dalam program.
Sementara perbedaan antara sponsor dan iklan harus ditarik menggunakan tujuan bentukbentuk
komunikasi
komersial
audiovisual.
Tujuan
dari
sponsor
adalah
untuk
mempromosikan nama, merk dagang, gambar, kegiatan sponsor, atau produk dengan
berkontribusi untuk pembiayaan program. Maka dari itu, program yang disponsori tidak
diperbolehkan membuat referensi promosi khusus seperti iklan.
Berdasarkan Article 11 sponsor diperbolehkan untuk memengaruhi baik isi maupun
penjadwalan program tetapi tidak diperbolehkan untuk mendorong pembelian produk atau
jasa. Sebagaimana penempatan produk, mereka harus dapat diidentifikasi dengan jelas
2016
6
Etika Periklanan
Ardhariksa Z., M.Med.Kom
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
dengan cara yang tepat untuk program baik di awal, selama program berlangsung, maupun
di akhir program.
Perusahaan farmasi diperbolehkan mensponsori program, tetapi tidak diperbolehkan
mempromosikan obat-obat tertentu atau perawatan medis. Sebagaimana aturan dalam
penempatan produk, dan berlaku juga di aturan-aturan periklanan lainnya, perusahaan yang
kegiatan utamanya adalah memproduksi atau menjual produk tembakau sangat dilarang
untuk mensponsori program. Program berita tidak diperbolehkan untuk disponsori. Negaranegara anggota Uni Eropa dapat memilih untuk melarang kemunculan logo sponsor pada
program anak-anak, dokumenter, atau program keagamaan.
Berdasarkan paparan di atas, terlihat bahwa melalui regulasi-regulasi tersebut Uni Eropa
melindungi perlindungan masyarakat terutama untuk anak-anak. Akan tetapi, terkesan
sebuah standar ganda di sini. Standar ganda dalam arti melalui regulasi-regulasi tersebut
seakan membatasi kebebasan
berekspresi sebuah media.
Bagaimanapun,
tanpa
mengesampingkan intensi dan dampak yang dihasilkan, pembuatan sebuah iklan atau yang
sejenisnya merupakan sebuah proses kreatif dalam pembuatannya. Proses kreatif yang
melibatkan berbagai macam unsur-unsur dalam penciptaan sebuah produk audio visual
mulai dari pencarian ide sampai dengan eksekusi produksi. Dengan demikian, adanya
regulasi terhadap hal tersebut memiliki kecenderungan untuk membatasi kemungkinankemungkinan baru dalam bertutur yang merupakan kebebasan berekspresi.
Sebagaimana diketahui, kebebasan berekspresi merupakan bagian dari hak azasi manusia.
Hak azasi manusia merupakn salah satu hal yang dilindungi dalam secondary legislation Uni
Eropa. Ini akan menjadi kontradiksi dalam pelaksanaannya. Di satu sisi, segala jenis bentuk
ekspresi harus dilindungi, sementara di sisi lain ada beberapa yang diatur mengingat
dampak-dampak yang mungkin terjadi.
2016
7
Etika Periklanan
Ardhariksa Z., M.Med.Kom
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Regulasi Larangan Iklan Rokok di ASEAN
Sidang pengujian UU No. 32 Tahun 2002 tentang Penyiaran (UU Penyiaran) yang diajukan
Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) semakin menghangat. Langkah KPAI untuk
meminta pelarangan iklan rokok di televisi pun sepertinya bukan main-main. Beberapa ahli
dan saksi dari dalam maupun luar negeri dihadirkan untuk mendukung permohonannya.
Salah satu ahli yang dihadirkan adalah Mary Assunta dari South East Asia Tobacco Controll
Aliance.
Wanita asal Malaysia ini memaparkan sejarah regulasi larangan rokok di sejumlah negara
ASEAN.
Delapan
negara
ASEAN
sudah
menerapkan
larangan merokok
secara
komprehensif, ujar Mary dengan bahasa Inggris di ruang sidang Mahkamah Konstitusi (MK),
Selasa (21/4). Negara-negara yang dimaksud di antaranya Brunei, Singapura, Thailand,
Vietnam, Philipina, Laos, dan Kamboja.
Mary menjelaskan tahap-tahap pelarangan iklan rokok di negara-negara itu. Tahap pertama
adalah pelarangan iklan rokok di televisi dan radio, sedangkan tahap kedua adalah
pelarangan iklan rokok secara komprehensif di setiap kegiatan. Ia mencontohkan, di Brunei
larangan iklan rokok di TV dan radio sudah dilakukan sejak 1976. Sedangkan larangan iklan
rokok secara menyeluruh di negara Sultan Hassanah Bolkiah itu sudah diterapkan sejak
2005 dengan diterbitkannya UU yang mengatur larangan rokok.
Di Singapura, larangan iklan rokok di TV dan Radio sudah sejak 1971. Sedangkan UU yang
mengatur larangan iklan rokok secara keseluruhan telah diterbitkan pada 1993. Lain lagi di
Thailand. Di negeri sejuta pagoda itu, larangan iklan rokok secara total sudah sejak 1989.
Lalu, pada 1993, UU nya disempurnakan lagi.
Di negeri Jiran Malaysia larangan iklan rokok di media elektronik telah dilakukan pada 1982
melalui peraturan setingkat instruksi menteri. Pada 1992, diterbitkan UU yang secara total
larangan iklan rokok, kemudian di UU itu disempurnakan pada 2004. Dibanding negeranegara ASEAN ini, Indonesia jauh tertinggal, ujarnya.
Mengingat banyaknya penelitian yang mengungkapkan fakta bahaya merokok, harap Mary,
Indonesia dapat mengikuti negara-negara tetangganya. Saya minta dengan hormat yang
Mulia memutuskan agar iklan rokok dilarang di televisi dan radio, tuturnya kepada majelis
hakim konstitusi. Menurut Mary, larangan iklan di televisi dan radio merupakan langkah awal
melarang iklan rokok secara menyeluruh. Termasuk iklan-iklan outdoor yang acapkali bisa
ditemukan di jalan-jalan.
2016
8
Etika Periklanan
Ardhariksa Z., M.Med.Kom
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Langkah ini memang sedang diusahakan KPAI. Melalui Kuasa Hukumnya, Muhammad Joni,
KPAI meminta agar MK menguji Pasal 46 ayat (3) huruf c yang berbunyi ‘Siaran iklan niaga
dilarang: melakukan promosi yang memperagakan wujud rokok'.
Dalam permohonannya, KPAI meminta agar MK membatalkan frase yang berbunyi ‘yang
memperagakan wujud rokok'. Bila permohonan ini dikabulkan, maka Pasal 46 ayat (3) huruf
c akan berbunyi Siaran iklan niaga dilarang melakukan promosi rokok'. Artinya, iklan rokok
tak boleh dilakukan sama sekali.
Sementara itu, Alex Kumara dari Asosiasi Televisi Swasta Indonesia (ATVSI) meminta agar
Indonesia tak ikut-ikutan dengan negara ASEAN lain. Tak perlulah kita mengikuti mereka,
ujarnya. Ia menegaskan dari seluruh negara ASEAN, Indonesia adalah produsen tembakau
terbesar. Jadi mengikuti negara-negara tetangga itu, hanya akan merugikan perekonomian
Indonesia.
Lagipula, lanjut Alex, perlu dikaji ulang apakah pelarangan iklan itu akan berpengaruh dalam
mengurangi jumlah perokok. Saya memang tak melakukan riset, tapi secara kasat mata,
perokok di Singapura kok bertambah ya, jelas ahli dari pemerintah ini.
Tiongkok Perketat Aturan Iklan Rokok
Tiongkok menggelar sweeping peraturan baru pada 1 September 2015 lalu, untuk
membatasi iklan tembakau, sebagai langkah terbaru untuk mengendalikan kebiasaan luas
yang telah menyebabkan krisis kesehatan terbesar di negara itu.
Lebih dari 300 juta orang telah menjadikan rokok bagian gaya hidup mereka di negara yang
merupakan produsen dan konsumen tembakau terbesar di dunia, dan 740 juta warga
lainnya terpapar asap sebagai perokok pasif, demikian laporan media pemerintah setempat.
Revisi UU iklan nasional, diloloskan pada bulan April, melarang iklan rokok di media massa,
tempat umum, di kendaraan umum dan di luar rumah.
Pendukung anti-rokok memuji perubahan-perubahan tersebut, tetapi memperingatkan
bahwa beberapa bagian dari hukum bisa disalahgunakan oleh monopoli tembakau yang
kuat di negara itu, yang mereka katakan telah membalas serangkaian langkah-langkah antimerokok yang ambisius tersebut.
"Mereka tidak bisa menghentikannya, tapi mereka bisa menimbulkan masalah," kata
Bernhard Schwartlander, perwakilan Organisasi Kesehatan Dunia di Tiongkok, mengacu
2016
9
Etika Periklanan
Ardhariksa Z., M.Med.Kom
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
pada kampanye anti-merokok di negara itu. "Masalahnya adalah pemilihan bahasa yang
digunakan, penafsiran dari kata-kata itu seringkali membuka ruang untuk diskusi (tentang
masalah itu) yang akan dimanfaatkan oleh industri tembakau," tambahnya.
Pejabat Monopoli Tembakau Tiongkok yang sangat kuat, hingga Februari dipimpin oleh adik
laki-laki PM Li Keqiang, telah melakukan lobi secara intensif untuk pengurangan
pembatasan iklan, ungkap sebuah sumber kepada Reuters tahun lalu. Monopoli tembakau
negara yang mengontrol sebagian besar pasar domestik, memiliki kekuasaan yang luar
biasa karena menyumbang sekitar tujuh persen hingga 10 persen pendapatan pemerintah,
atau sebanyak 816 milyar yuan ($ 127 milyar) pada tahun 2013.
Tapi banyak kota-kota besar, termasuk Beijing, telah memiliki pembatasan keras terhadap
rokok dibandingkan dengan daerah pedesaan, dan billboard yang mempromosikan rokok
sudah jarang terlihat di ibukota. Aturan periklanan yang baru juga menyebutkan hukuman
yang lebih keras untuk iklan yang menyesatkan, melarang iklan di sekolah atau pada materi
pendidikan, dan melarang penggunaan anak berusia di bawah 10 tahun untuk mengiklankan
produk tersebut
2016
10
Etika Periklanan
Ardhariksa Z., M.Med.Kom
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Daftar Pustaka
Pustaka:
1. Coleman, John & Tomko, Miklos (Eds.), “Mas Media”, dalam majalah Concilium,
SCM Press Ltd, London, 1993/6.
2. Dokumen Komisi Kepausan bidang Komunikasi Sosial tentang Etika dalam Iklan.
Dikutip dari L’Osservatore Romano N. 16, 16 April 1997.
3. Elaine, St. James, Simplify Your Life, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 1997.
4. Henderson Britt, Steuart, “Advertising” dalam Encyclopedia Americana, Vol 1,
Glorier Inc., USA.
5. Garrett, Thomas M., SJ, Some Ethical Problems of Modern Advertising, The
Gregoriana Univ. Press, Rome, 1961.
6. Keraf, Sonny A., Etika Bisnis, Penerbit Kanisius, Yogyakarta, 1991.
7. Dewan Periklanan Indonesia.Kitab Etika Pariwara Indonesia. Cetakan 3.2007.
8. Pitoyo, Djoko dan Siswanto, Joko, “Pandangan Moral Guru Terhadap Iklan
Komersial yang Mengeksploitasi Wanita Sebagai Model”, dalam Jurnal Fakultas
Filsafat UGM, Seri 27, Maret 1997, Yogyakarta, Maret 1997.
9. Sutanto, Limas, “Media Massa: Kekuatan Otoritatif di Era Informasi”, dalam Buletin
Komunikasi, No. 44, 1997.
2016
11
Etika Periklanan
Ardhariksa Z., M.Med.Kom
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Download