BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Globalisasi, sebuah era yang terlahir dari berkembangnya kehidupan manusia yang diiringi dengan kemajuan teknologi beserta aspek-aspek lainnya serta tidak luput pula dengan berkembangnya aktifitas dunia usaha dimana kegiatan perekonomian tidak hanya terfokus pada lingkungan domestik tetapi telah menerobos batasan-batasan kepada negara-negara lainnya seiring dengan pertumbuhan ekonomi dunia. Dalam kondisi seperti ini, ketergantungan suatu negara kepada negara lainnya akan semakin besar sehingga hampir tidak ada negara yang mampu mengisolasikan diri dari pengaruh lainnya. Keadaan ini juga mengakibatkan dunia untuk bertindak sebagai satu pasar. Fenomena ini mendorong dunia bisnis untuk masuk ke dalam iklim yang sangat kompetitif. Menurut Philip Kotler pada bukunya According to Kotler (2006 : 27), iklim yang kompetitif ini mendorong terjadinya perubahan fokus perusahaan dari product focus menjadi customer focus (dari menjual produk menjadi memuaskan konsumen) dan disebut juga dengan pemasaran holistik. Pemasaran holistik adalah langkah mengubah arsitektur perusahaan guna menanamkan konsep tentang customer yang berkolaborasi dengan perusahaan. Sebagai konsekuensinya, perusahaan harus merubah strategi pemasaran produknya dari orientasi produk menjadi orientasi konsumen. Pada orientasi ini, perilaku konsumen harus dikaji terlebih dahulu terhadap barang atau jasa yang ditawarkan agar memenuhi standar kebutuhan dan keinginan mereka. Hal ini mendorong para pelaku bisnis dan industri berupaya agar produk mereka dapat diterima oleh konsumen dan dibeli dengan cara repeat purchasing yang tinggi. Para produsen barang dan jasa pun dituntut untuk terus melakukan perbaikan-perbaikan dari produk yang telah ada serta diikuti dengan terobosan-terobosan baru. Hal diatas menggambarkan bahwa konsumen semakin teliti dan kritis dalam memilih barang dan jasa yang sesuai dengan kebutuhannya sehingga hal ini menjadi catatan dan masalah yang harus diperhatikan oleh setiap perusahaan. Sifat choosy konsumen terhadap produk, pastinya akan berimbas pada semakin kentalnya persaingan diantara perusahaan-perusahaan yang berada pada industri yang sama untuk mengambil bagian pada market share. Untuk meraih bagian dari pangsa pasar tersebut, maka perusahaan harus mengkomunikasikan produk mereka secara tepat kepada calon konsumen ataupun pelanggan mereka. Komunikasi yang dilakukan perusahaan terhadap target pasarnya disebut dengan komunikasi pemasaran. Dalam suatu perusahaan, komunikasi pemasaran memiliki peranan yang sangat penting karena berfungsi sebagai dasar pengembangan kegiatan promosi. Disini perusahaan berusaha untuk menyampaikan pesan kepada publik (terutama pada pasar sasaran mereka) mengenai segala sesuatu yang berkaitan dengan produk mereka dan pada akhirnya akan memberikan benefit bagi kedua belah pihak. Pada kegiatan komunikasi pemasaran, setiap perusahaan akan mencari cara terbaik untuk mencapai tujuan-tujuan promosinya sehingga fenomena persaingan tidak dapat terbendung. Pada persaingan seperti ini, industri rokok pun memasuki babak baru dengan tingkat kompetisi yang tinggi. Persaingan terjadi dalam segmen SKT (sigaret kretek tangan), SPM (sigaret putih mesin) dan SKM (sigaret kretek mesin) baik yang masuk kedalam kategori reguler, mild (rokok dengan kadar tar dan nikotin rendah) maupun pada kategori mild-slim (rokok yang memiliki diameter kecil). Dalam tujuh tahun terakhir ini, pasar rokok jenis SKM mild mengalami perkembangan yang cukup pesat di Indonesia. Untuk saat ini ada lebih dari 15 jenis rokok SKM mild yang beredar, seperti A-mild (PT. Hanjaya Mandala Sampoerna Tbk), StarMild (PT. Bentoel Internasional Investama Indonesia Tbk), X mild (PT. Bentoel Internasional Investama Indonesia Tbk), U mild (PT. Hanjaya Mandala Sampoerna Tbk), Surya Signature (PT. Gudang Garam Tbk), G-Lite (PT. Gudang Garam Tbk), Classmild (PT. Nojorono Tobacco Indonesia), Djarum Super Mezzo (PT. Djarum), Bentoel Mild (PT. Bentoel Internasional Investama Indonesia Tbk), PROmild (PT. Gudang Garam Tbk), L.A. Lights (PT. Djarum) dan lain-lain. Semua perusahaan-perusahaan rokok yang telah disebutkan diatas, memiliki strategi yang berbeda-beda dalam kegiatan promosi mereka. Walaupun mereka bergerak pada industri yang sama, hal ini tidak menjamin persamaan dari kriteria target market mereka. Dalam segmentasi pasar rokok mild, setiap perusahaan berusaha untuk mengelompokkan kembali pasar ini menjadi bagian yang lebih kecil. Hal ini dilakukan agar produk mereka dapat terfokus pada target market yang tepat sehingga mempermudah penyampaian pesan kepada target audience dalam kegiatan pemasaran serta dapat mendukung brand character. Pada pemasaran, konsep yang secara umum sering digunakan untuk menyampaikan pesan disebut dengan bauran promosi (promotional mix) karena para pemasar seringkali menggunakan berbagai jenis promosi secara simultan dan terintegrasi dalam suatu rencana promosi produk. Kotler (2007 : 204) menyatakan bahwa jenis promosi dalam promotional mix terdiri dari advertising (periklanan), personal selling (penjualan tatap muka), sales promotion (promosi penjualan). public relation (publisitas), direct marketing (pemasaran langsung) dan event marketing (penyelenggaraan acara) Banyak hal yang dapat dilakukan oleh perusahaan-perusahaan untuk melakukan kegiatan promosi, tetapi tidak semua perusahaan dapat melakukan semua kegiatan tersebut secara terpadu. Rokok merupakan salah satu produk yang memiliki keterbatasan dalam berpromosi. Berbagai pembatasan media komunikasi dilakukan pemerintah melalui PP No.81/1999, hal tersebut menyangkut media dan promosi yang tidak diperbolehkan untuk mempromosikan produk rokok. Misalnya kegiatan promosi yang secara langsung menunjukkan batang rokok, jam tayang iklan audio-visual serta ajakan langsung untuk membeli rokok pada konsumen akhir. Hal ini tentu membatasi produsen rokok dalam melakukan promo produk. Karena berbagai pembatasan tersebut maka perusahaanperusahaan rokok di Indonesia berusaha memfokuskan strategi lain dalam mengkomunikasikan atau mempromosikan produknya kepada konsumen yaitu melalui bentuk promosi event marketing dengan cara mensponsori special event (acara tertentu) yang disebut dengan event sponsorship. Adapun pengertian special event menurut Shone dan Parry dapat dilihat dibawah ini: Shone dan Parry (2002) yang dikutip oleh Any Noor (2009 : 7) Special Events are phenomenon arising from those non-routine occasion which have leisure, cultural, personal or organizational objectives set apart from the normal activity of daily life, whose purpose is to enlighten, celebrate, entertain, or challenge the experience of a group of people Beberapa tahun belakangan ini, berpromosi melalui event (acara) telah menjadi fenomena baru. Kegiatan promosi ini banyak dilakukan oleh perusahaanperusahaan terkemuka didunia setelah mereka menyadari bahwa penyelenggaraan atau mensponsori event merupakan media berpromosi yang cukup efektif. Bapak Erik Riksa selaku ketua tim khusus (Team Leader of Event Promotion) yang terfokus pada kegiatan event di PT Djarum Bandung (PT Sumber Cita Multiniaga) berpendapat bahwa hal ini terbukti dengan besarnya alokasi budget (anggaran) promosi untuk penyelenggaraan event oleh perusahaan-perusahaan terkemuka yang bertujuan untuk memaksimalkan profit mereka. Menurutnya, sekitar setengah dari budget promosi dari perusahaanperusahaan yang telah dialokasikan untuk advertising, direlokasikan pada media berpromosi untuk penyelenggaraan atau mensponsori acara (event marketing). Kini besarnya budget perusahaan-perusahaan besar untuk event marketing, hampir sama dengan anggaran yang dialokasikan untuk advertising yaitu sekitar 40%40%. Biaya yang dikeluarkan untuk event marketing pun sedang mengalami peningkatan yang cukup signifikan dari tahun ke tahun. Selain menyelenggarakan event sendiri untuk mensosialisaskian produknya, perusahaan-perusahaan juga memiliki minat yang besar untuk melaksanakan event sponsorship yang diajukan pihak penyelenggara (pihak ketiga) yaitu para Event Organizer (EO) sebagai outsourcer selama event tersebut memiliki target audience yang sesuai dengan target market perusahaan yang bersangkutan. Duncan (2005 : 14) menjelaskan definisi sponsorship sebagai berikut: Sponsorship adalah suatu bentuk dukungan secara finansial dari suatu organisasi, individu maupun aktifitas dalam pertukarannya untuk mempublisitaskan merek dan perusahaan Kegiatan sponsorship merupakan salah satu bentuk investasi yang dikemas dengan sebuah acara dan bertujuan untuk meraih tujuan-tujuan perusahaan seperti meningkatkan brand awarness, brand image serta meningkatkan volume penjualan. Kegiatan ini akan berdampak positif untuk jangka panjang apabila para audience memang target market perusahaan yang tepat dan event berjalan dengan baik sehingga dapat menarik antusias para calon konsumen ataupun mereka yang sudah menjadi konsumen agar tercipta loyalitas yang tinggi dari produk perusahaan. Sampai saat ini sponsorship merupakan komunikasi pemasaran yang berkembang dengan pesat dan tetap memiliki tujuan akhir yang sama yaitu untuk kepentingan brand (merek). Pengertian brand yang didefinisikan oleh situs www.entrepreneur.com: The marketing practice of creating a name, symbol or design that identifies and differentiates a product from others products Selain bertujuan untuk menarik perhatian konsumen, event sponsorship juga bertujuan untuk mempertegas posisi produk dimata mereka. Dengan adanya penegasan, perusahaan meyakinkan kepada publik atau konsumen bahwa produk mereka memang diperuntukkan bagi pihak-pihak yang memiliki antusias terhadap jenis acara yang diselenggarakan. Hal ini akan memperkuat citra merek (brand image) yang dimiliki perusahaan agar tercapai positioning yang tepat. Kotler & Armstrong (2001 : 225) memaparkan definisi brand image sebagai berikut : Brand Image adalah seperangkat keyakinan konsumen mengenai merek tertentu Pelaksanaan event sponsorship yang memiliki imbas pada brand image suatu produk atau perusahaan juga dilaksanakan oleh salah satu perusahaan rokok terbesar di Indonesia yaitu PT. Djarum, sebuah perusahaan yang berdiri sejak tahun 1951 di Kudus, Jawa tengah oleh Oei Wie Gwan yang kemudian diteruskan oleh anak-anaknya. PT. Djarum merupakan salah satu perusahaan yang seringkali mengkomunikasikan produknya melalui event marketing. Hal ini terjadi karena perusahaan keluarga yang bergerak dibidang rokok kretek ini memiliki anggaran promosi yang sangat besar dan berkeyakinan bahwa event sponsorship merupakan alat berpromosi yang efektif untuk membangun brand image dalam rangka meningkatkan penjualan. Sebagai Promotor of Event Promotion dari PT. Djarum Bandung, Bapak Reike memaparkan bahwa pada dasarnya kegiatan promosi PT. Djarum terdiri dari strategi promosi above the line dan below the line. Kegiatan promosi above the line adalah aktifitas marketing yang dilakukan oleh manajemen pusat dengan target audience yang luas sebagai upaya membentuk brand image yang diinginkan serta menggunakan media seperti iklan audio-visual, billboard, neonbox, majalah, radio, event sponsorship dengan scope yang luas serta media-media lainnya. Sedangkan below the line merupakan kegiatan promosi yang menggunakan strategi penetrasi pasar pada tingkat retail atau konsumen dengan cara pengadaan bonus / hadiah, personal selling, direct marketing, merchandising dan sebagainya. Peran aktifitas dari strategi below the line adalah sebagai pendukung dari kegiatan promosi above the line. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa event sponsorship merupakan aktifitas promosi above the line yang berorientasi kepada brand image. Dalam event sponsorship, biasanya perusahaan ini bertindak sebagai sponsor tunggal atau setidaknya bertindak sebagai sponsor utama. Beberapa acara besar yang telah disponsori oleh PT Djarum secara tunggal adalah Djarum Indonesia Super League (Djarum ISL) yaitu liga olah raga sepakbola terbesar di Indonesia dengan produk Djarum Super, Djarum Black: Auto Black Through (ABT) yaitu salah satu pameran modifikasi mobil paling bergengsi di Indonesia yang diselenggarakan setiap tahun (anually event) dengan produk Djarum Black, L.A. Lights Indiefest yaitu ajang kompetisi band (kelompok musisi) yang diselenggarakan untuk umum dengan produk LA Lights serta masih banyak lagi event-event lainnya yang telah, sedang ataupun akan disponsori oleh PT Djarum. Dalam event sponsorship acara LA Lights Indiefest, Perusahaan rokok ini membidik relung pasar (niche market) yang ada dan tidak tersentuh oleh para kompetitor lainnya yaitu komunitas indie (anak muda yang berjiwa bebas dan tidak terpengaruh oleh perkembangan jaman atau sering disebut dengan mainstream). Tujuan diadakannya acara indie ini adalah untuk menyediakan wadah bagi komunitas tersebut agar mereka memiliki tempat untuk berekspresi. Kegiatan LA Lights Indiefest sendiri adalah untuk mendapatkan band (kelompok musisi) yang terbaik dari hasil audisi para juri yang telah disediakan dan dilaksanakan pada empat kota besar di pulau Jawa yaitu di Jakarta, Bandung, Surabaya dan Jogjakarta secara serentak di kota masing-masing. Menurut Bapak Rudy Syarief Gustiar (Team Leader of Branding Promotion PT Djarum Bandung Kota), LA Lights Indiefest merupakan event dengan scope nasional dan telah menghabiskan dana yang sangat besar. Menurutnya, dana yang dikeluarkan untuk event ini telah mencapai milyaran rupiah dan hal ini dapat terlihat dari besarnya biaya produksi acara yang meliputi pengadaan event tools (stage, lighting, sound system, venue), sumber daya manusia intern maupun ekstern (event organizer dan outsourcer lainnya), perijinan, penggunaan media-media promosi pendukung (billboard, audio-visual dan yang lainnya) serta semua bentuk pajak. Dari besarnya dana yang dianggarkan oleh PT Djarum, maka tidak sedikit pula harapan yang ingin dicapai oleh perusahaan tersebut dalam pembentukan brand image yang positif serta diikuti dengan meningkatnya penjualan. Beliau juga mengatakan bahwa PT Djarum kini sedang melakukan penganggaran ulang pada anggaran dana promosi mereka untuk keperluan penyelenggaraan event atau sering disebut dengan budget relocationing. Dengan menyadari bahwa event sponsorship berpengaruh terhadap brand image, serta besarnya biaya yang telah dikeluarkan oleh PT Djarum untuk acara L.A. Lights Indiefest maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian yang dilakukan di kota Bandung dengan judul: PENGARUH EVENT SPONSORSHIP ACARA L.A. LIGHTS INDIEFEST TERHADAP BRAND IMAGE L.A. LIGHTS PADA P.T. DJARUM DI BANDUNG 1.2. Identifikasi Masalah Berdasarkan uraian yang telah dijabarkan pada latar belakang diatas, maka penulis mengidentifikasikan masalah sebagai berikut : 1. Apakah pelaksanaan event sponsorship LA Lights Indiefest di Bandung yang diselenggarakan oleh PT Djarum dapat meningkatkan brand image produk? 2. Seberapa besar pengaruh event sponsorship LA Lights Indiefest terhadap brand image produk LA Lights? 1.3. Maksud dan Tujuan Penelitian Maksud utama diadakan penelitian ini adalah untuk mendapatkan data kemudian mengolah, menganalisis dan menginterpretasikan sebagai bahan yang diperlukan dalam penyusunan skripsi. Skripsi ini diperlukan untuk memenuhi persyaratan sidang sarjana Fakultas Bisnis dan Manajemen Universitas Widyatama Bandung. Sedangkan tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah: 1. Untuk mengetahui apakah pelaksanaan event sponsorship LA Lights Indiefest di Bandung yang diselenggarakan oleh PT Djarum dapat meningkatkan brand image produk. 2. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh event sponsorship LA Lights Indiefest terhadap brand image produk LA Lights. 1.4. Kegunaan Penelitian 1. Bagi Penulis Penelitian ini diharapkan dapat memberikan tambahan pengetahuan dan wawasan penulis mengenai event sponsorhip secara umum maupun dalam event LA Lights Indiefest dan pengaruhnya terhadap brand image produk. Selain itu, penelitian ini juga berperan sebagai media untuk menerapkan pengetahuan yang diperoleh selama perkuliahan serta melakukan pembandingan dengan mengaplikasikannya karena penulis juga mengambil andil dalam promosi produk yang bersangkutan. 2. Bagi Perusahaan Sebagai bahan referensi untuk perusahaan agar dijadikan masukan dan pertimbangan dalam menentukan strategi pemasaran di masa yang akan datang. Dengan adanya penelitian ini, perusahaan akan mendapatkan data yang telah diolah menjadi sebuah informasi yang mungkin dibutuhkan oleh perusahaan. Selain itu, kontribusi informasi yang dapat diperoleh dari penelitian ini dapat berupa sebuah penilaian secara tidak langsung mengenai kinerja para pemasar PT. Djarum sendiri dalam kegiatan event marketing mereka. 3. Bagi Pihak Lainnya Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan pembanding dalam menganalisa permasalahan yang menyangkut kegiatan pemasaran khususnya pada event marketing itu sendiri serta dapat pula digunakan sebagai informasi dasar untuk melanjutkan penelitian pada jenjang pendidikan yang sama (S1) atau bagi tingkat pendidikan S2 dan S3 dalam melakukan penelitian yang lebih jauh. 1.5. Kerangka Pemikiran dan Hipotesis Persaingan dalam setiap industri akan mendorong perusahaan-perusahaan untuk meraih bagian dari pangsa pasar. Namun untuk mendapatkan bagian tersebut, perusahaan harus memiliki competitive advantage agar eksistensi produk mereka dapat diterima atau bertahan. Semakin banyaknya produk-produk baru yang bermunculan dengan cara red ocean strategy, akan menjadi ancaman bagi yang lainnya serta mempersempit market share yang telah ada sebelumnya. Dengan demikian, aspek pemasaran pada perusahaan merupakan harga mati yang harus dikembangkan. Dalam hal ini, perusahaan akan dituntut untuk selalu dapat memenuhi kebutuhan dan keinginan target market seiring dengan sikap konsumen yang lebih kritis dan selalu membuat benchmark terhadap suatu produk dengan produk lainnya saat memutuskan pembelian. Definisi pemasaran menurut Griffin & Ebert (2006 : 270): The process of planning and executing the conception pricing, promotion, and distribution of ideas, goods, and services to create exchanges that satisfy individual and organizational objectives . Artinya: Proses perencanaan dan pelaksanaan konsep, pemberian harga, promosi dan pendistribusian ide-ide, barang dan jasa untuk menciptakan pertukaran yang memuaskan tujuan-tujuan individu dan organisasi. Untuk mencapai sasaran dari pemasaran, maka digunakan unsur-unsur atau alat pendukung yang disebut dengan marketing mix. Unsur-unsur ini merupakan suatu sistematika yang saling berinteraksi satu dengan lainnya untuk mencapai tujuan pemasaran. Kotler & Amstrong (2003 : 78) memberikan definisi marketing mix sebagai berikut: Marketing mix as the set of controllable tactical marketing tools that the firm blends to produce the response it wants in the target market Menurut Lupiyoadi dan Hamdani (2001 : 18), pada dasaranya marketing mix produk mencakup 4P yang meliputi product, price, place dan promotion. Promotion sebagai salah satu dari unsur marketing mix, merupakan segala aktivitas yang dilakukan oleh perusahaan untuk mengkomunikasikan produknya kepada pelanggan sasarannya. Djaslim Saladin (1996 : 68) memberikan pengertian promosi sebagai berikut: Promosi adalah suatu komunikasi informasi antara penjual dan pembeli yang bertujuan untuk merubah sikap dan tingkah laku pembeli yang tadinya tidak mengenal menjadi mengenal sehingga menjadi pembeli dan mengingat produk tersebut Informasi yang dikomunkasikan penjual akan berbentuk pesan mengenai produk yang ditawarkan. Komunikasi yang efektif tergantung dari bagaimana pesan disampaikan diikuti juga dengan kualitas dari isi pesan tersebut. Seperti dikemukakan oleh: Kotler dan Keller ( 2006 : 504 ) yaitu: communication effectiveness depend on how messages is being expressed as well as the content of message it self. An ineffective communication may mean that the wrong messages was used or the right messages was just being expressed poorly Salah satu cara penyampaian pesan dalam komunikasi kegiatan promosi adalah melalui kegiatan event marketing atau event sponsorship. Untuk saat ini, event sponsorship merupakan kegiatan marketing yang sering digunakan oleh perusahaan-perusahaan besar. Fenomena ini terjadi karena keberhasilan yang telah diraih oleh beberapa perusahaan yang kemudian diikuti oleh perusahaanperusahaan lainnya. www.sponsorship.co.uk mendefinisikan sponsorship sebagai berikut: Suatu bentuk dari promosi merek dengan cara memberikan bantuan keuangan dari organisasi, perorangan atau kegiatan yang menghubungkan suatu merek dengan kegiatan olahraga, hiburan, budaya, sosial atau jenis public activity yang menimbulkan ketertarikan yang tinggi dengan memberikan timbal balik untuk mengiklankan perusahaan Kini banyak perusahaan-perusahaan yang melakukan budget relocationing promosi mereka dari advertising kepada event sponsorship, seperti yang dijelaskan oleh Philip Kotler dalam bukunya According to Kotler (2006 : 132) yang menyatakan: Jika sebuah perusahaan merasa bahwa iklan berbayarnya tidak efektif, maka perusahaan harus serius mempertimbangkan pengalihan anggaran ke humas atau bidang lainnya. Sebagai salah satu alat bantu humas, bentuk sponsorship bisa macam-macam mensponsori event, tempat, orang, ide atau gerakan yang menarik perhatian dari khalayak yang tepat. Biasanya, perusahaan dapat menemukan satu platform atau lebih dimana perusahaan itu dapat menarik perhatian. Permasalahan utamanya, perusahaan harus menemukan cara mengukur dampak dari investasi sponsorship-nya. Masalah lainnya, tidak mudah untuk menghentikan sponsorship tertentu jika terlanjur berjalan dimana khalayak akan bertanyatanya mengapa perusahaan tidak mampu meneruskan sponsorship penting itu Butz and Goodstein (1996 : 63) menyatakan bahwa: What customers get from the purchase and use of a product versus what they pay, resulting in an attitude toward or an emotional bond with the product Berbeda dalam event sponsorship, dimana perusahaan akan mengikatkan hubungan emosional antara target audience dengan produk yang mensponsori acara tersebut sebelum mereka mengambil keputusan pembelian. Hal ini terjadi karena para event attendance memiliki minat yang besar terhadap event tersebut dan adanya kesesuaian dengan gaya hidup mereka sehingga terjadi hubungan emosional (emotional touch) yang kuat serta mampu mempengaruhi psikologi mereka terhadap citra merek yang bersangkutan selama acara berlangsung. Pada event sponsorship, produk sponsor akan menunjukkan eksistensi brand mereka melalui media-media alat promosi seperti umbul-umbul, banner-up, banner-x, rotating banner, booth, back-drop, neon box serta media-media lainnya. Semua ini dilakukan untuk kepentingan brand image yang positif. Adapun definisi brand yang diterangkan oleh Aaker yang dikutip oleh A.B. Susanto & Himawan Wijanarko (2004 : 6) adalah: Merek adalah nama dan atau simbol yang bersifat membedakan (seperti sebuah logo, cap atau kemasan) untuk mengidentifikasikan barang atau jasa dari seorang penjual atau sekelompok penjual tertentu serta membedakannya dari barang atau jasa yang dihasilkan para pesaing. Pada akhirnya, merek memberikan tanda mengenai sumber produk serta melindungi konsumen maupun produsen dari para pesaing yang berusaha memberikan produk-produk yang tampak identik Sedangkan definisi brand image menurut seorang anggota senior dari American Marketing Association, Dave Dolak dalam situsnya www.davedolak.com menyatakan bahwa: Brand image is defined as consumer s perception as reflected by the associations they hold in their minds when they think of your brand Dengan kegiatan promosi ini, perusahaan berharap dapat membangun ataupun mempertahankan brand image dari produknya karena brand image yang baik akan mendukung ekuitas merek yang berpengaruh positif terhadap penjualan seperti yang dikemukakan oleh Etzel & Stanton (1997 : 501) yang menyatakan bahwa sponsorship is typically viewed as long range image building activity, but it can also have an effect on sales. Sedangkan tujuan utama dari diadakannya event sponsorship yang dilakukan suatu perusahaan dalam kegiatan event marketing mereka dikemukakan oleh Gwinner (1997 : 145) dalam bukunya yang berjudul A Model of Image Creation and Image Transfer in Event Sponsorship : Creating a positive brand image is a main goal that companies associate when participating at events. The connection of a brand with a sponsored event should lead to a positive influence towards the brand amongst visitors at the event Alasan dilaksanakannya sebuah event yang disponsori oleh brand tertentu adalah untuk memberikan brand image yang positif dengan tujuan akhir meningkatkan omzet. Hal ini dapat tercapai apabila perusahaan mengemas event dengan baik sehingga dapat memberikan kesan positif terhadap target audience yang datang kepada acara tersebut. Begitu juga sebaliknya, apabila event tidak berjalan dengan baik atau kurang memuaskan para audience maka image negatif terhadap produk pun mungkin saja terjadi. Dari uraian diatas, hipotesis penelitian yang didapat dalam skripsi ini adalah: Terdapat pengaruh positif dari event sponsorship acara L.A. Lights Indiefest terhadap brand image (citra produk) produk L.A. Lights pada PT. Djarum 1.6. Metode Penelitian 1.6.1. Metode yang digunakan Penelitian ini akan menggambarkan secara sistematis fakta fakta tentang pelaksanaan event sponsorship yang menjadi objek penelitian serta bagaimana pengaruhnya terhadap brand image (citra produk) produk L.A. Lights pada PT. Djarum. Penelitian dan penyusunan skripsi ini termasuk ke dalam jenis penelitian yang menggunakan metode deskriptif. Dimana menurut Moch. Nazir Ph.D (2003 : 54), metode deskriptif adalah: Suatu metode dalam meneliti status sekelompok manusia, suatu objek, suatu kondisi, suatu sistem pemikiran ataupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang . 1.6.2. Teknik Pengumpulan Data Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan adalah: 1. Library research (penelitian kepustakaan) Library research merupakan teknik dalam mengumpulkan data dengan cara mempelajari dan memahami buku-buku dan literatur yang memiliki hubungan dengan masalah yang dianalisa agar memperoleh bahan-bahan yang akan dijadikan landasan pemikiran teoritis pada pengerjaan skripsi. Penelitian kepustakaan ini juga dilakukan dengan cara menelusuri situssitus yang disediakan oleh jaringan internet yang memiliki relevansi dengan penelitian (internet browsing). 2. Field research (penelitian lapangan) Suatu kegiatan penelitian secara langsung kepada para event attendance dan peserta acara serta pada perusahaan dan dilakukan dengan dua jenis teknik: a. Wawancara (Interview) Dilaksanakan dengan proses pencarian data secara langsung dengan pihak-pihak yang dianggap dapat memberikan informasi yang sesuai dengan kebutuhan berupa pendapat, pandangan serta pengamatan dari pihak yang di wawancarai yang akan digunakan sebagai bahan penulisan. b. Kuesioner (Questionairre) Yaitu teknik pengumpulan data dengan cara menyebarkan daftar pertanyaan yang memiliki hubungan dengan masalah yang diteliti kepada para responden dengan tujuan memperoleh data-data yang dapat mendukung penelitian agar dapat diproses menjadi informasi. 1.7. Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian dilakukan pada bulan Maret 2010 sampai dengan berakhirnya penyusunan skripsi ini. Dalam mendapatkan data primer utama, penulis menghadiri acara LA. Lights Indiefest 2010 fase 3 yang diadakan pada tanggal 7 (tujuh) Agustus 2010 di Union Square, Cihampelas Walk (Ciwalk) Jalan Cihampelas No. 160 Bandung agar dapat berinteraksi langsung dengan para responden. Namun data primer pendukung didapatkan melalui wawancara langsung dengan pihak-pihak dari perusahaan PT. Djarum Bandung (PT Sumber Cita Multiniaga) yang berlokasi di Jalan Soekarno Hatta No. 785, Bandung.