6 BAB 2 LANDASAN TEORI dan KERANGKA PEMIKIRAN

advertisement
6 BAB 2
LANDASAN TEORI dan KERANGKA PEMIKIRAN
2.1 Landasan Teori
2.1.1 Pemasaran Jasa
2.1.1.1 Pengertian Pemasaran
Menurut Kotler (2009) Pemasaran adalah sebuah proses kemasyarakatan di
mana individu dan kelompok memperoleh apa yang mereka butuhkan dan inginkan
dengan menciptakan, menawarkan, dan secara bebas mempertukarkan produk dan
jasa yang bernilai dengan orang lain.
2.1.1.2 Pengertian Jasa
Menurut Kotler (2009) Jasa adalah semua tindakan atau kinerja yang dapat
ditawarkan satu pihak kepada pihak lain yang pada intinya tidak berwujud dan tidak
menghasilkan kepemilikan apapun. Produksinya dapat atau tidak terkait dengan
produk fisik.
2.1.1.3 Klasifikasi Jasa
Kotler (2009) membagi jasa menjadi beberapa kategori sebagai berikut :
a.
Barang berwujud murni (pure tangible goods)
Merupakan barang berwujud, dimana tidak ada jasa yang
menyertainya. Seperti: sabun, pasta gigi, atau garam.
b.
Barang berwujud yang disertai jasa (tangible goods with accompanying
services)
Penawaran terdiri dari barang berwujud yang disertai dengan
satu atau lebih jasa. Umumnya, semakin canggih sebuah produk,
semakin besar kebutuhan untuk jasa pendukung berkualitas tinggi yang
7 lebih luas. Jasa sering menjadi elemen penting dalam industri mobil,
komputer, dan telepon seluler.
c.
Hibrida (hybrid)
Penawaran terdiri dari bagian barang dan jasa yang sama
proporsinya.
Misalnya, orang yang sering mengunjungi restoran baik karena
makanan maupun penyajiannya.
d.
Jasa utama yang disertai barang dan jasa kecil (major service with
accompanying minor goods and services).
Penawaran terdiri dari jasa utama beserta tambahan jasa atau
barang pendukung.
Misalnya, meskipun perjalanan mencakup beberapa barang berwujud
seperti makanan ringan dan minuman, yang dibeli penumpang pesawat
terbang adalah transportasi. Jasa ini memerlukan barang bermodal
besar (pesawat terbang) agar terwujud, tetapi item utamanya adalah
jasa.
e.
Jasa murni (pure service)
Kategori ini hanya murni terdiri dari jasa.
Contoh meliputi pengasuh bayi, psikoterapi, dan pijat.
Kisaran penawaran jasa membuat kita sulit melakukan generalisasi
tanpa pembedaan lebih lanjut.
8 2.1.1.4 Karakteristik Jasa
Menurut Kotler (2009), Jasa memiliki empat karakteristik, yaitu :
a.
Tak berwujud (intangibility): tidak seperti produk fisik, jasa tidak dapat
dilihat, dirasa, diraba, didengar atau dibaui sebelum jasa itu dibeli.
b.
Tak terpisahkan (inseparability): sementara barang fisik dibuat,
dimasukkan
dalam
persediaan,
didistribusikan
melalui
berbagai
perantara, dan dikonsumsikan kemudian, jasa umumnya diproduksi dan
dikonsumsi sekaligus. Jika seseorang memberikan jasa, maka penyedia
menjadi bagian dari jasa itu.
c.
Bervariasi (variability): Karena kualitas jasa tergantung pada siapa yang
menyediakannya, kapan dan di mana, dan kepada siapa, jasa sangat
bervariasi.
d.
Dapat musnah (perishability): jasa tidak bisa disimpan, jadi dapat
musnahnya jasa bisa menjadi masalah ketika permintaan berfluktuasi.
Misalnya, perusahaan transportasi publik harus memiliki peralatan yang
jauh lebih banyak karena permintaan pada jam sibuk dan bukan untuk
permintaan yang merata sepanjang hari.
2.1.1.5 Bauran Pemasaran Jasa
Bauran pemasaran merupakan seperangkat alat yang dapat digunakan
pemasar untuk membentuk karakteristik jasa yang ditawarkan kepada pelanggan
(Hurriyati:2005).
Strategi bauran jasa merupakan pengembangan dari bauran pemasaran
tradisional yang terdiri dari Product, Price, Place, dan Promotion. Yang dalam
perkembangannya bertambah menjadi 9P dengan tambahan Power, Public Relation,
Physical Evidence, Process dan People. Tiga elemen terakhir yaitu Physical Evidence,
9 Process dan People merupakan elemen bauran pemasaran yang khusus diperuntukan
untuk bidang jasa. Menurut Hurriyati (2005) elemen-elemen bauran pemasaran
untuk jasa dapat diartikan sebagai berikut:
a. Product
Produk
merupakan
bentuk
penawaran
organisasi
jasa
yang
ditunjukan untuk mencapai tujuan organisasi melalui pemuas kebutuhan
dan keinginan pelanggan. Dalam konteks ini, produk bisa berupa apa saja
(baik yang berwujud fisik maupun tidak) yang dapat ditawarkan kepada
pelanggan potensial untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan tertentu.
b. Price
Keputusan bauran harga berkenaan dengan kebijakan strategis dan
taktis seperti tingkat harga, struktur diskon, syarat pembayaran dan
tingkat diskriminasi harga di antara berbagai kelompok pelanggan.
c. Promotion
Bauran promosi tradisional meliputi berbagai metode untuk
mengkomunikasikan manfaat jasa kepada pelanggan potensial dan aktual.
Metode-metode tersebut terdiri atas periklanan, promosi penjualan, direct
marketing, personal selling dan public relation.
d. People
Orang merupakan unsur vital dalam pemasaran. Setiap organisasi
jasa harus jelas menentukan apa yang diharapkan dari setiap karyawan
dalam interaksinya dengan pelanggan.
e. Process
Proses produksi atau operasi merupakan faktor penting bagi
konsumen high-contact services, yang juga sering berperan sebagai co-
producer jasa yang bersangkutan. Misalnya pelanggan restoran sangat
10 berpengaruh oleh staf melayani mereka dan lamanya mereka menunggu
selama proses produksi.
f. Physical Evidence (Tampilan Fisik)
Menyebabkan pelanggan potensial tidak dapat menilai suatu jasa
sebelum mengkosumsinya. Ini menyebabkan resiko yang dipersepsikan
konsumen dalam keputusan pembelian semakin besar. Oleh sebab itu,
salah satu unsur penting dalam bauran pemasaran adalah upaya untuk
mengurangi resiko tersebut dengan jalan menawarkan bukti fisik dari
karakteristik jasa.
g. Place
Keputusan distribusi menyangkut kemudahan akses terhadap jasa
bagi para pelanggan potensial. Keputusan ini meliputi keputusan lokasi
fisik. Misalnya keputusan mengenai dimana sebuah hotel dan restoran
harus didirikan.
2.1.1.6 Strategi Pemasaran Jasa
Menurut Groonroos (1984, pada Kotler, 2007), pemasaran jasa tidak hanya
membutuhkan pemasaran eksternal tetapi juga pemasaran internal dan interakif.
(gambar 2.1). Pemasaran eksternal menggambarkan pekerjaan normal yang
dilakukan oleh perusahaan, menyiapkan, memberi harga, mendistribusikan dan
mempromosikan jasa itu kepada konsumen. Pemasaran internal menjelaskan
pekerjaan yang dilakukan oleh perusahaan untuk melatih dan memotivasi
pegawainya
dalam
melayani
pelanggan
dengan
baik.
menggambarkan keahlian pegawai dalam melayani pelanggan.
Pemasaran
interaktif
11 Perusahaan
Pemasaran
JASA
Internal
Pemasaran
Eksternal
Pemasaran
Pegawai
Interaktif
Pelanggan
Gambar 2.1 Tiga Jenis Pemasaran Dalam Industri Jasa
Sumber : Christian Groonroos, (1997), “Services Quality Model And it’s Marketing
Implication”, pada Kotler (2007) Manajemen Pemasaran Edisi 12 Jilid 2, Indeks.
2.1.1.7 Kualitas Pelayanan Jasa
Kinner, bernhardt, dan krentler (1995:671) mengemukakan layanan sebagai
berikut: “service as an intangible activity that provides the user some degree of
performance satisfaction but does not involve ownership and that, in most cases,
cannot be stored or transported”. Layanan merupakan suatu aktivitas yang tidak
berwujud dan yang memberikan suatu tingkat kepuasan bagi pemakai jasa tersebut
tetapi tidak termasuk kepemilikan, dan tidak dapat disimpan atau dipindahkan.
12 2.1.2 Pengertian Asuransi
Pengertian “asuransi“ (Undang-undang No. 2 Tahun 1992 tentang Usaha
Perasuransian, pasal 1) adalah:
“asuransi atau pertanggungan adalah perjanjian antara dua pihak atau lebih, dengan
mana pihak penanggung mengikat diri kepada tertanggung, dengan menerima premi
asuransi, untuk memberikan penggantian kepada tertanggung karena kerugian,
kerusakan, atau kehilangan keuntungan yang diharapkan atau tanggung jawab hukum
kepada pihak ketiga yang mungkin akan diterima oleh pihak tertanggung, yang timbul
dari peristiwa yang tidak pasti atau untuk memberikan suatu pembayaran yang
didasarkan atas meniggalnya atau hidupnya seseorang yang dipertangungkan”.
Ada dua pihak yang terlibat dalam asuransi:
1. Penanggung (Insurer), yang memberikan proteksi dalam hal ini perusahaan
asuransi
2. Tertanggung (Insured), yang menerima proteksi atau bisa disebut nasabah.
Secara umum di Indonesia kita dapat membagi asuransi menjadi dua golongan
besar yaitu:
1. Asuransi Umum yaitu asuransi mengenai hak milik, kendaraan, rumah, dll.
2. Asuransi Jiwa yaitu asuransi yang menyangkut kematian, sakit, cacat, dll.
13 2.1.3 Telemarketing
2.1.3.1 Pengertian Telemarketing
Telemarketing merupakan sebuah cara baru dalam bidang pemasaran yang
menggunakan teknologi telekomunikasi sebagai bagian dari program pemasaran
yang teratur dan terstruktur. Telemarketing (pemasaran jarak jauh) adalah
penggunaan telepon dan pusat panggilan (call center) untuk menarik prospek,
menjual kepada pelanggan yang telah ada dan menyediakan layanan dengan
mengambil pesanan dan menjawab pertanyaan melalui telepon. Telemarketing
membantu
perusahaan dalam
meningkatkan
pendapatan,
mengurangi
biaya
penjualan, meningkatkan kepuasan pelanggan (Kotler, 2009, p245).
Dengan kata lain, Telemarketing menggunakan telpon sebagai sebuah media
untuk melakukan direct marketing sehingga berbagai macam penjualan dan aktivitas
penelitian pasar dapat dilaksanakan. Apabila dikombinasikan dengan sistem informasi
dan management, Telemarketing dapat membawa personil yang terlatih ke dalam
kontak yang terkomputerisasi dengan pelanggan yang potensial dan menjaga supaya
kontak tersebut menguntungkan.
2.1.3.2 Konsep Telemarketing
Menurut Kelly Holden (2004, p4), konsep kerja sistem Telemarketing terbagi
dalam 3 bagian, yaitu :
a.
Mengetahui siapa yang akan ditelepon
b.
Melakukan panggilan telepon
c.
Menelpon kembali bila calon pelanggan berhalangan
14 Mengetahui siapa yang
akan ditelepon Melakukan panggilan
telepon Menelpon kembali bila calon
pelanggan berhalangan
(follow-up)
Gambar 2.2 Konsep Kerja Sistem Telemarketing
Sumber : Holden, 2004
2.1.3.3 Jenis-Jenis Telemarketing
2.1.3.3.1 Inbound Telemarketing
Inbound Telemarketing merupakan panggilan telepon yang dilakukan
oleh pelanggan dan calon pelanggan yang cukup tertarik dengan produk atau
layanan
yang
ditawarkan.
Selama
panggilan,
TSR
(Telephone
Sales
Representation), yang biasa disebut telesales, akan menganggap informasiinformasi tentang pesanan atau mencoba untuk memperbanyak pesanan
pelanggan dan calon pelanggan dengan menyarankan produk-produk pelengkap
lainnya. Program inbound Telemarketing yang sukses dapat dibentuk dengan
perhatian yang khusus pada faktor-faktor seperti jenis-jenis pelayanan telepon
yang dipilih, penyedia layanan, dan perancangan periklanan yang menggunakan
nomor telepon (Kotler, 2009, p246).
2.1.3.3.2 Outbound Telemarketing
Tujuan
dari
kebanyakan
panggilan
telepon
secara
outbound
Telemarketing adalah untuk menjual produk atau layanan kepada pelanggan
yang baru maupun yang sudah ada. Outbound Telemarketing dilakukan melalui
15 telepon untuk memancing pelanggan membeli produk maupun menanyakan
kondisi pelanggan yang menggunakan produk untuk meningkatkan penjualan
dan mengerti permintaan pelanggan. Outbound Telemarketing juga dapat
digunakan untuk memberitahukan pelanggan tentang penundaan pengiriman
barang karena faktor-faktor yang tak terduga, masalah yang mungkin terjadi
dalam pemesanan barang ataupun untuk mengetahui ketertarikan pelanggan
pada produk atau layanan yang ditawarkan (Kotler, 2009, p246).
2.1.3.4 Indikator Telemarketing
Menurut pendapat Bob Stone (1992, p70) kesuksesan telemarketing dapat di
ukur melalui faktor-faktor berikut :
Tabel 2.1 Indikator Telemarketing
Tipe
Telemarketing
Judul
Sub Judul
Isi dan Tujuan
Pemesanan
Penerima pesanan
Telesales menerima pesanan
pelanggan
Pengumpulan
informasi
Informasi tentang
barang atau jasa
Telesales memberikan informasi
tentang barang atau jasa
Tujuan promosi
tersampaikan
Tujuan promosi dapat disampaikan
dengan baik dan benar oleh telesales
Pemahaman akan
informasi
Pesan yang diberikan oleh telesales
dapat dimengerti oleh penerima pesan
Kepuasan akan
informasi
Kepuasan penerima pesan akan pesan
yang disampaikan oleh telesales
Pejelasan yang baik
Penjelasan yang baik tentang produk
yang ditawarkan oleh telesales
Kepercayaan akan
informasi
Keyakinan penerima pesan akan pesan
yang disampaikan oleh telesales
Survey kondisi
actual
Survey kepuasan pelanggan sesuai
dengan usia maupun level/jabatan
Inbound
Promosi
Outbound
Survey Pasar
Survey pengetahuan
Survey pengetahuan akan barang /
16 jasa
Survey motif
Survey motif pelanggan membeli suatu
barang atau jasa
Survey penghargaan
Survey penghargaan pelanggan atas
barang/jasa yang dibelinya
Survey keefektifan
Survey evektifitas iklan/promosi
Sumber: Bob Stone (1992, p70)
2.1.3.5 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi kinerja Telesales
keberhasilan telesales dalam memasarkan produk sangat dipengaruhi
kemampuan personal telesales itu sendiri.
Menurut Keith Davis dalam Mangkunegara (2000, p67), “secara psikologis,
kemampuan (ability) terdiri dari kemampuan potensi (IQ) dan kemampuan reality
(knowledge + skill), artinyakaryawan yang memiliki IQ di atas rata-rata dengan
pendidikan yang memadai untuk jabatannya dan terampil dalam mengerjakan
pekerjaan sehari-hari, maka akan lebih mudah mencapai kinerja maksimal”
2.1.3.5.1 Definisi pengetahuan (knowledge)
Berikut ini merupakan berbagai pengertian (knowledge). Menurut Gordon
(1994, p57), “pengetahuan merupakan struktur organisasi pengetahuan yang
biasanya merupakan suatu fakta prosedur dimana jika dilakukan akan memenuhi
kinerja yang mungkin”. Jika di simpulakan maka pengetahuan (knowledge)
diartikan sebagai dasar kebenaran atau fakta yang harus diketahui dan
diterapkan dalam pekerjaan.
17 Kraiger (1993,p28) membagi knowledge menjadi dua bagian yang salnig
berhubungan yaitu:
•
Theoritical Knowledge
Pengetahuan dasar yang dimiliki karyawan seperti prosedur bekerja,
moto dan misi perusahaan serta tugas dan tanggung jawab. Informasiinformasi lainnya yang diperlukan dan yang diperoleh baik secara formal
(sekolah, universitas) maupun non formal (pengalaman-pengalaman)
•
Practical knowledge
Pengetahuan yang diberikan kepada karyawan dengan tujuan untuk
memahami bagaimana dan kapan karyawan bersikap dan bertindak
dalam menghadapi berbagai masalah dan penerapan prosedur kerja
berdasarkan dari pengetahuan secara teori maupun dari pengalaman
yang terjadi.
2.1.3.5.2 Definisi Keterampilan (Skill)
Menurut Gordon (1994,p55), “Keterampilan merupakan kemampuan
untuk mengoprasikan pekerjaan secara mudah dan cermat. Pengertian ini
basanya
cenderung
pada
aktivitas
psikomotor”.
Iverson
(2001,
p133)
“menambahkan bahwa selain training yang diperlukan untuk mengembangkan
kemampuan, keterampilan juga membutuhkan kemampuan dasar (basic ability).
Selanjutnya Robbins (2000,p494-495) menyatakan bahwa keterampilan
dapat dikategorikan menjadi empat, yaitu:
1. Basic literacy skill
Keahlian dasar merupakan keahlian seseorang yang pasti dan wajib dimiliki
oleh kebanyakan orang, seperti membaca, menulis, dan mendegar.
18 2. Technical skill
Keahlian teknik merupakan keahlian seseorang dalam pengembangan teknik
yang dimiliki, seperti menghitung secara tepat, mengoprasikan computer.
3. Interpersonal skill
Keahlian interpersonal merupakan kemampuan seseorang secara efektif
untuk berinteraksi dengan orang lain maupun dengan rekan kerja, seperti
pendengar yang baik, menyampaikan pendapat secara jelas dan bekerja
dalam satu tim.
4. Problem solving
Menyelesaikan masalah adalah proses aktivitas untuk menajamkan logika,
berargumentasi dan penyelesaian masalah serta kemampuan untuk
mengetahui penyebab, mengembangkan alternative dan menganalisa serta
memilih penyelesaian yang baik.
2.1.4
Word of Mouth
Menurut Sernovitz (2006, p5) , “Word of Mouth adalah pembicaraan yang
secara alami terjadi antar orang-orang. Word of Mouth adalah pembicaraan konsumen
asli.”
Berdasarkan pendapat Sernovitz (2006, p6), Word of Mouth terdiri dari dua
jenis, yaitu:
a. Organic Word of Mouth adalah pembicaraan yang bersemi secara alami dari
kualitas positif dari perusahaan anda.
b. Amplified Word of Mouth adalah pembicaraan yang dimulai oleh kampanye yang
disengajakan untuk membuat orang-orang berbicara.
19 Menurut Ivanovic dan Collin (2004, p287) “Word of Mouth Communication
adalah saluran informal dari komunikasi seperti teman dan tetangga, rekan kerja dan
anggota keluarga.”
Menurut Sernovitz (2006, p146), “Word of Mouth begitu efektif karena asal
kepercayaannya adalah datang dari orang yang tidak mendapatkan keuntungan dari
rekomendasi mereka.”
Dari beberapa kutipan di atas, dapat disimpulkan bahwa Word of Mouth adalah
pembicaaran orang-orang tentang suatu produk atau jasa atau layanan dari suatu
perusahaan atau organisasi.
Menurut Silverman (2001, p26), Word of Mouth begitu kuat karena hal-hal
berikut:
1.
Kepercayaan yang bersifat mandiri
Pengambil keputusan akan mendapatkan keseluruhan, kebenaran yang
tidak diubah dari pihak ketiga yang mandiri.
2.
Penyampaian Pengalaman
Penyampaian pengalaman adalah alasan kedua mengapa Word of Mouth
begitu kuat. Ketika seseorang ingin membeli suatu produk, orang tersebut
akan mencapai suatu titik dimana dia ingin mencoba produk tersebut. Secara
idealnya, dia ingin mendapat resiko yang rendah, pengalaman dunia nyata
dalam
menggunakan
produk.
Dengan
kata
lain,
dia
membutuhkan
pengalaman.
Berdasarkan pendapat Sernovitz (2006, p13), terdapat tiga motivasi
dasar yang mendorong pembicaraan Word of Mouth.
20 5.
Mereka menyukai anda dan produk anda
Orang-orang membicarakan karena anda melakukan atau menjual
sesuatu yang mereka ingin bicarakan. Mereka menyukai produk anda. Mereka
menyukai bagaimana anda memperlakukan mereka. Anda telah melakukan
sesuatu yang menarik.
6.
Pembicaraan membuat mereka merasa baik
Word of Mouth lebih sering mengarah ke emosi atau perasaan terhadap
produk atau fitur produk. Kita terdorong untuk berbagi oleh perasaan dimana
kita sebagai individu daripada apa yang dilakukan bisnis.
7.
Mereka merasa terhubung dalam suatu kelompok
Keinginan untuk menjadi bagian dari suatu kelompok adalah perasaan
manusia yang paling kuat. Kita ingin merasa terhubung. Membicarakan suatu
produk adalah salah satu cara kita mencapat hubungan tersebut. Kita merasa
senang secara emosional ketika kita membagikan kesenangan dengan suatu
kelompok yang memiliki kesenangan yang sama.
Tabel 2.2 Sumber dari Word of Mouth
Sumber dari Word of Mouth
Sumber
Fungsi
Isi (Apa yang disediakan)
Perusahaan
Informasi
Tuntutan, keuntungan
Para Ahli
Konfirmasi
Potensi baik dan buruk dalam keadaan
terbaik
Teman
Pembuktian
Apa yang diharapkan dari dunia nyata,
dalam situasi yang khas.
Sumber: Silverman (2001, p88)
21 2.1.4.1 Pengertian Word of Mouth Marketing
Menurut Sernovitz (2006, p3), definisi dari Word of Mouth Marketing adalah
memberikan orang alasan untuk membicarakan tentang produk anda dan
mempermudah pembicaraan itu terjadi.
The
Word
of
Mouth
Marketing
Association
(Sernovitz,
2006,
p3)
mendefinisikan Word of Mouth Marketing sebagai “Seni dan ilmu dalam membangun
komunikasi
konsumen-konsumen
dan
konsumen-pemasar
yang
aktif
dan
menguntungkan”.
Menurut Sernovitz (2006, p5), “Word of Mouth Marketing adalah suatu jenis
baru dari bentuk pemasaran yang dapat dilakukan, dilacak, dan direncanakan.”
Word
of
Mouth
Marketing
adalah
bergabung
dalam
pembicaraan,
berpartisipasi dalamnya – tetapi tidak pernah memanipulasinya, memalsukannya
atau menghilangkan kejujurannya.
Berdasarkan pendapat Sernovitz (2006, p38), Word of Mouth Marketing telah
menjadi sumber yang paling penting untuk bisnis baru. Word of Mouth Marketing
telah menjadi sumber yang paling tidak mahal untuk pelanggan baru.
Dari berbagai kutipan di atas, dapat disimpulkan bahwa Word of Mouth
Marketing adalah suatu bentuk pemasaran yang di mana para pemasar berusaha
bergabung dan membangun pembicaraan antar konsumen tanpa memanipulasi,
memalsukan atau menghilangkan nilai kejujurannya.
Menurut Sernovitz (2006, p9), ada empat aturan dari Word of Mouth
Marketing:
22 1.
Menarik
Tidak ada orang yang akan
membosankan,
produk
yang
membicarakan perusahaan yang
membosankan
atau
pun
iklan
yang
membosankan. Jika anda ingin orang lain membicarakan tentang anda, anda
harus melakukan sesuatu yang khas.
2.
Membuat orang senang
Pelanggan yang senang adalah pengiklan yang terbaik. Menciptakan
produk yang luar biasa, menyediakan jasa yang baik, memberikan
pengalaman yang baik, selesaikan masalah. Pastikan perkerjaan yang anda
lakukan membuat orang terdorong, senang, dan ingin memberitahukan ke
teman.
3.
Mendapatkan kepercayaan dan kehormatan
Jika anda tidak dihormati, anda tidak akan mendapatkan Word of
Mouth yang baik. Tidak ada orang yang membicarakan secara positif tentang
suatu perusahaan yang mereka tidak percaya atau tidak suka.
4.
Mempermudah
Word of Mouth adalah malas. Anda harus membantunya sepanjang
jalan jika anda mengharapkannya di mana-mana. Anda harus melakukan dua
hal: Cari suatu pesan yang mudah, dan membantu orang membagikannya.
Berdasarkan pendapat Sernovitz (2006, p146), rekomendasi, testimonial
(surat pujian), dan surat terima kasih dari orang-orang adalah hebat tetapi seringkali
tidak kelihatan oleh calon pelanggan.
Berikut adalah langkah-langkah mengubahnya menjadi alat dari Word of
Mouth:
23 a.
Meminta testimonial (surat pujian)
Kebanyakan pelanggan akan senang memberikannya. Tetapi
mereka tidak berpikir untuk memberikannya tanpa diminta.
b.
Dapatkan izin untuk membagikannya
Jangan
lupa
untuk
meminta
izin
untuk
menggunakan
testimonial tersebut dalam materi pemasaran anda. Anda memerlukan
catatan tertulis yang membuktikan bahwa anda memiliki izin untuk
menyebutkan orang tersebut atau perusahaan tersebut.
c.
Menaruhnya di website
Inilah poinnya. Tunjukkan semua rekomendasi. Letakkan Word
of Mouth di tempat dimana semua orang dapat melihatnya.
d.
Hubungkan ke pujian-pujian yang sudah ada di web
Sekarang anda telah memiliki satu halaman yang dipenuhi oleh
Word of Mouth yang positif, temukan lainnya di internet. Hubungkan
ke semua itu.
Berdasarkan jurnal yang berjudul ”Impact of Marketing Efforts and
Customer Satisfaction on Word-of-Mouth - Study Based on Mobile Phone
Users in China” (YANG Xuecheng, ZHANG Xiaohang, WU Jun. Journal of Chinese
Marketing. Beijing: April2008. Vol. 1; pg. 41-46), the higher Customer Satisfaction
can drive high possibility for positive Word of Mouth. According to Ajzen and
Fishbein’s concept model, customer satisfaction is considered as the mediating
variable between Marketing Efforts and Word of Mouth. Furthermore, marketing
efforts can be recognized as customers’ cognition of companies’ marketing activities
in this case. And Customer Satisfaction is the Affect input. Then Word of Mouth is the
behavior variable because it is the communication after purchasing.
24 Dapat
disimpulkan
bahwa
kemungkinan Word of Mouth
kepuasan
pelanggan
dapat
mendorong
yang positif. Menurut konsep ajzen dan fishbein’s
kepuasan pelanggan dianggap sebagai variable mediasi antara upaya pemasaran dan
Word of Mouth. Selain itu, upaya pemasaran dapat diakui sebagai pengamatan
pelanggan terhadap upaya pemasaran yang dilakukan oleh perusahaan.
2.1.4.2 Indikator Word of Mouth
Berdasarkan pendapat Rangkuti (2009, p96), pesan yang disampaika melalui
Word of Mouth dapat diukur dengan menggunakan indikator-indikator, yaitu dengan
melihat hubungan antara lawan bicara anda mengenai produk X dan tindakan anda
setelah melakukan pembicaraan mengenai produk X tersebut.
Indikator lawan bicara anda meliputi:
a. Keahlian lawan bicara
b. Kepercayaan terhadap lawan bicara
c. Daya tarik lawan bicara
d. Kejujuran lawan bicara
e. Objektivitas lawan bicara
f. Niat lawan bicara
Tindakan anda setelah melakukan pembicaraan meliputi :
a. Konsumsi pesan
b. Pencarian informasi
c. Konversi
d. Penyampaian kembali
e. Penciptaan ulang pesan
25 2.1.4.3 Strategi Menstimulasi Word of Mouth
Produk, layanan dan pengalaman pelanggan yang menyenangkan otomatis akan
mendorong pelanggan melakukan Word of Mouth. Namun, bukan berarti perusahaan
tidak dapat mendorong terjadinya hal ini.
Berdasarkan
pendapat
Rinella
P.
dalam
jurnalnya
yang
di
kutip
dari
(managementfile.com) Berikut ini adalah lima langkah yang dapat di lakukan untuk
menstimulasi Word of Mouth, adalah sebagai berikut :
1. Ask Them
Tanyakan kepada pelanggan mengenai hubungan antara produk perusahaan
dengan pelanggan. Seperti: apa yang mereka beli, apa motivasi pelanggan
dalam membeli produk yang ditawarkan perusahaan
2. Teach Them
Perusahaan harus bisa menstimulasi pelanggan untuk mengutarakan
pendapatnya tentang keunggulan produk yang ditawarkan perusahaan
3. Include Them
Libatkan pelanggan dengan produk/layanan perusahaan. Conthnya :
perusahaan meminta nasihat dari sekelompok pelanggan terkait dengan
sejumlah
inisiatf maupun
langkah pemasaran. Dengan
begitu
akan
memberikan sense of belonging (rasa memiliki) dari pelanggan terhadap
perusahaan.
4. Star Them
Pengalaman unik atau testimoni pelanggan mengenai produk perusahaan
dapat dimanfaatkan untuk mempengaruhi orang lain untuk melakukan
pembelian. Contohnya: perusahaan dapat melakukan wawancara dengan
pelanggan untuk mendapatkan testimoni pelanggan yang nantinya bisa di
publikasi kepada calon nasabah.
26 5. Surprise Them
Berikan pelanggan sebuah kejutan. Contohnya: bisa berupa pelayanan yang
tidak mereka pikirkan, intinya adalah perusahaan memberikan pelayanan
yang tidak mereka lupakan dan mendorong mereka untuk berbicara
mengenainya.
6. Reward Them
Berikan keuntungan tambahan bagi pelanggan. Contohnya: memberikan
hadiah kepada pelanggan yang bisa mempengaruhi pelanggan lain untuk
membeli produk dari perusahaan. Dan juga bisa dengan cara memberi
hadiah kepada pelanggan yang memuat artikel tentang produk perusahaan
di blog atau website.
2.1.5
Perilaku Konsumen
Pengertian Konsumen menurut Philip Kotler (2009, p166) dalam bukunya
Principles Of Marketing adalah semua individu dan rumah tangga yang membelu atau
memperoleh barang atau jasa untuk dikonsumsi pribadi.
Banyak definisi mengenai perilaku konsumen yang telah dikemukakan oleh para
ahli sebagai berikut :
-
Perilaku konsumen adalah studi mengenai individu, kelompk atau organisasi dan
proses-proses yang dilakukan dalam memilih, menentukan, mendapatkan,
menggunakan, dan menghentikan pemakaian produk, jasa, pengalaman, atau
ide untuk memuaskan kebutuhan serta dampak proses proses tersebut terhadap
konsumen dan masyarakat. (Hawkins, Best & Coney, 2001 dalam bukunya
Fandy Tjiptono)
-
Perilaku konsumen adalah perilaku yang ditunjukkan oleh konsumen dalam
mencari, membeli, menggunakan, mengevaluasi, dan menghentikan konsumsi
27 produk, jasa dan gagasan. (Schiffman & Kanuk, 2000 dalam bukunya Fandy
Tjiptono, 2004)
Sedangkan
menurut
Freddy
Rangkuti,
Perilaku
konsumen
dapat
didefinisikan sebagai berikut :
1. Perilaku konsumen adalah dinamis, menekankan bahwa seorang
konsumen, kelompok konsumen serta masyarakat luas selalu berubah
dan bergerak sepanjang waktu.
2. Perilaku konsumen melibatkan pertukaran, menekankan bahwa untuk
mengembangkan
strategi
pemasaran
yang
tepat,
kita
harus
memahami yang dipikirkan (kognisi), dirasakan pengaruh.
Jadi perilaku konsumen adalah perilaku yang ditunjukkan oleh konsumen
dalam memenuhi keinginannya terhadap suatu produk atau jasa yang
ditawarkan, dimana keinginan dari konsumen itu bias berubah - ubah.
Tujuan utama pemasar adalah melayani dan memuaskan kebutuhan dan
keinginan konsumen. Oleh karena itu, pemasar perlu memahami bagaimana
perilaku konsumen dalam usaha memuaskan kebutuhan dan keinginannya.
2.1.5.1 Faktor Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Konsumen
Menurut Philip Kotler (2009, 166 – 173) Perilaku pembelian konsumen
dipengaruhi oleh factor budaya, social, pribadi dan psikologis.
- Faktor Budaya
Faktor budaya yang memiliki pengaruh luas dan mendalam terhadap perilaku
pembelian konsumen, terdiri dari komponen kultur, subkultur, dan kelas
sosial.
28 1. Kultur
Kultur adalah faktor penentu paling pokok dari keinginan dan
perilaku seseorang. Mahluk yang lebih rendah umumnya dituntun oleh
naluri.
Sedangkan
manusia,
perilakunya
biasanya
dipelajari
dari
lingkungan sekitarnya. Sehingga nilai, persepsi, preferensi dan perilaku
antara seorang yang tinggal pada daerah tertentu dapat berbeda dengan
orang lain yang berada di lingkungan yang lain pula. Sehingga pemasar
sangat berkepentingan untuk melihat pergeseran kultur tersebut agar
dapat menyediakan produk produk baru yang diinginkan konsumen.
2. Subkultur
Tiap kultur mempunyai subkultur yang lebih kecil, atau kelompok
orang dengan system nilai yang sama berdasarkan pengalaman dan
situasi hidup yang sama. Sepert kelompok kebangsaan yang bertempat
tinggal pada suatu daerah mempunyai cita rasa dan minat etnik yang
khas.
3. Kelas Sosial.
Kelas sosial adalah susunan yang relative permanent dan teratur
dalam suatu masyarakat yang anggotany mempunyai nilai, minat dan
perilaku yang sama. Kelas social tidak ditentukan oleh factor tunggal
seperti
pendapatan
tetapi
diukur
sebagai
kombinasi
pekerjaan,
pendapatan, pendidikan, kekayaan, dan variable lainnya. Kelas sosial
memperlihatkan preferensi produk dan merek yang berbeda.
- Faktor Sosial
Perilaku seorang konsumen juga dipengaruhi oleh faktor sosial seperti
kelompok, keluarga, serta peran dan status.
29 1. Kelompok
Perilaku seseorang dipengaruhi oleh banyak kelompok kecil.
Kelompok yang berpengaruh langsung dan didalam mana seseorang
menjadi anggotanya disebut kelompok keanggotaan. Ada yang disebut
dengan kelompok primer, dimana anggotanya berinteraksi secara tidak
formal seperti keluarga, teman, dsb.
Kelompok
rujukan
adalah
kelompok
yang
merupakan
titik
perbandingan atau tatap muka atau tak langsung dalam pembentukan
sikap seseorang. Orang sering dipengaruhi oleh kelompok rujukan di
mana ia tidak menjadi anggotanya.
2. Keluarga
Anggota keluarga pembeli dapat memberikan pengaruh yang kuat
terhadap perilaku pembeli. Keluarga orientasi adalah keluarga yang
terdiri dari orang tua yang memberikan arahan dalam hal tuntutan
agama, politik, ekonomi dan harga diri.
3. Peran dan Status
Posisi seseorang dalam tiap kelompok dapat ditentukan dari segi
peran dan status. Tiap peran membawa status yang mencerminkan
penghargaan umum oleh masyarakat.
- Faktor Pribadi
Keputusan pembeian juga dipengaruhi oleh karakteristik pribadi yang
meliputi usia dan tahap daur hidup, jabatan, keadaan ekonomi, gaya hidup,
kepribadian, dan konsep diri pembeli yang bersangkutan.
30 1. Usia dan Tahap Daur Hidup
Orang akan mengubah barang dan jasa yang mereka beli dalam
hidup mereka. Kebutuhan dan selera seseorang akan berubah sesuai
dengan usia. Pembelian dibentuk oleh tahap daur hidup keluarga.
2. Pekerjaan
Pekerjaan seseorang mempengaruhi barang dan jasa yang dibelinya.
Dengan demikian pemasar dapat mengidentifikasi kelompok yang
berhubungan dengan jabatan yang mempunyai minat di atas rata-rata
terhadap produk mereka.
3. Keadaan ekonomi
Pemasar yang produknya peka terhadap pendapatan, dapat dengan
seksama memperhatikan kecenderungan dalam pendapatan pribadi,
tabungan dan tingkat bunga.
4. Gaya Hidup
Orang yang berasal dari subkultur, kelas sosial dan pekerjaan yang sama
mempunyai
gaya
hidup
yang
berbeda.
Gaya
hidup
seseorang
menunjukkan pola kehidupan orang yang bersangkutan yang tercemin
dalam kegiatan, minat dan pendapatnya. Konsep gaya hidup apabila
digunakan oleh pemasar secara cermat, dapat membantu untuk
memahami nilai nilai konsumen yang terus berubah dan bagaimana nilai
nilai tersebut mempengaruhi perilaku konsumen.
5. Kepribadian dan Konsep Diri
Tiap
orang
mempunyai
kepribadian
yang
khas
dan
ini
akan
mempengaruhi perilaku pembeliannya, Kepribadian mengacu pada
karakteristik psikologis yang unik yang menimbulkan tanggapan relative
31 konstan terhadap lingkungannya sendiri. Kepribadian sangat bermanfaat
untuk menganalisis perilaku konsumen.
- Faktor Psikologis
Pilihan seseorang untuk membeli dipengaruhi oleh empat factor psikologis
utama, yaitu motivasi, persepsi, pengetahuan, serta keyakinan dan
pendirian.
2.1.6 Keputusan Pembelian
2.1.6.1 Definisi Pengambilan Keputusan Konsumen
Berikut ini keputusan pembelian menurut para ahli:
a. Definisi keputusan pembelian konsumen menurut samarwan (2004, pada
Kuncoro & Adithya, 2010): suatu keputusan sebagai pemilihan suatu
tindakan dari dua atau lebih pilihan alternatif. Seorang konsumen yang
hendak melakukan pilihan maka ia harus memiliki pilihan alternatif. Dengan
demikian, ia harus mengambil keputusan merk apa yang akan dibelinya, atau
ia harus memilih satu dan beberapa pilihan merk.
b. Sedangkan menurut Belch (2004, pada Kuncoro & Adithya, 2010) keputusan
pembelian adalah ;”The result of a long, detailed process that include an
extensive information search, brand comparisons and evaluations, and other
activities”.
c. Keputusan menurut Schiffman, Kanuk (2004, pada Kuncoro & Adithya, 2010)
adalah pemilihan dari dua atau lebih alternative pilihan keputusan pembelian,
artinya bahwa seseorang dapat membuat keputusan, haruslah tersedia
beberapa alternatif pilihan.
32 Berdasarkan pendapat di atas, dapat di ambil sebuah pemahaman bahwa
keputusan pembelian konsumen diawali oleh keinginan membeli yang timbul karena
terdapat berbagai faktor yang berpengaruh seperti pendapatan keluarga, harga
yang di inginkan, keuntungan atau manfaat yang bisa diperoleh dari produk
bersangkutan. Ketika konsumen mengambil keputusan, mungkin bisa terjadi
perubahan factor situasional yang bisa mempengaruhi intensitas pembelian.
2.1.6.2 Model Analisis Pengambilan Keputusan
Secara umum ada tiga cara/model analisis pengambilan keputusan
konsumen, yakni:
a. Economic Models merupakan pengambilan keputusan diambil berdasarkan
alasan ekonomis dan bersifat lebih rasional.
b. Psychological models merupakan pengambilan keputusan yang diambil lebih
banyak karena alasan psikologis dan sejumlah faktor sosiologis seperti
pengaruh keluarga dan budaya
c. Consumer behaviour models yang merupakan suatu model yang pada
umumnya diambil kebanyakan konsumen karena dilandasi oleh faktor
ekonomis rasional dan psikologis.
Oleh karena konsumen memiliki kebutuhan yang harus dipenuhi, maka
perusahan seyogyanya memuaskan kebutuhan dan keinginan konsumen secara lebih
baik daripada pesaingnya. Proses keputusan pembelian menurut Philip Kotler terdiri
dari lima tahap yaitu: pengenalan kebutuhan, pencarian informasi, evaluasi alternatif,
keputusan pembelian, pasca pembelian.
33 Oleh Alma menegaskan setelah melakukan penilaian maka diambilah
keputusan untuk membeli atau tidak membeli. Konsep dasar keputusan ini menurut
pandangan Setiajatnika (1999:31) meliputi empat komponen sebagai berikut:
a. Keadaan dasar, yaitu sekumpulan peristiwa yang mempengaruhi hasil
keputusan.
b. Peluang yang berkaitan dengan keadaan dasar.
c. Sekumpulan kegiatan yang dilakukan oleh pengambil keputusan.
d. Sekumpulan manfaat dan biaya kombinasi keputusan dasar.
Pembahasan mengenai keputusan pembelian dapat lebih jelas melalui
sebuah model yang memberikan gambaran menyeluruh keberadaan variabel-variabel
penentu termasuk kegiatan-kegiatan konsumen dalam mencapai kesimpulan
terbaiknya. Sesuai dengan arti keputusan pembelian yang telah dikemukakan, maka
dipilih sebuah model keputusan pembelian Schiffman dan Kanuk:
1) Input
Faktor – faktor dari luar yang terdiri dari bauran pemasaran dan faktor sosial.
Bauran pemasaran untuk menjangkau, memberi informasi dan mendorong keputusan
pembelian. konsumen. Sementara faktor sosial budaya meliputi keluarga, kelas sosial
dan sub budaya yang memberi pengaruh bagaimana konsumen melakukan evaluasi
dalam menerima atau menolak produk maupun perusahaan.
Proses keputusan pembelian dipengaruhi unsur psikologis yang menentukan
tipe pembelian yang mereka lakukan yang meliputi:
a. Adanya kebutuhan
b. Pencarian informasi sebelum pembelian
c. Evaluasi alternative
34 2) Output
Perilaku setelah pengambilan keputusan terdiri dari perilaku pembelian
dan evaluasi setelah pembelian:
a. Perilaku pembelian
b. Evaluasi setelah pembelian
2.1.6.3 Tipe-tipe Pengambilan Keputusan
a. Pemecahan masalah ekstensif (extensive problem solving)
Dalam tipe keputusan ini, konsumen tidak memiliki pengalaman sebelumnya
dalam pembelian suatu produk atau jasa dan merasakan adanya tingkat resiko yang
tinggi dalam pembelian. Situasi pembelian yang sering dijumpai antara lain,
pembelian pertama kali, pembelian produk yang harganya mahal, jarang dibeli dan
keputusannya tidak dapat dikoreksi, pembelian produk baru yang komplek,
pembelian yang nilai psikologisnya penting dan sejenisnya. Selain itu, konsumen
cenderung bersedia mencurahkan waktu, tenaga dan usaha guna mengidentifikasi
kriteria atau atribut yang dapat digunakan untuk mengevaluasi berbagai alternative
merek atau produk.
b. Pemecahan masalah terbatas (limited problem solving)
Konsumen memiliki sejumlah pengetahuan tentang kategori produk dan
kriteria pilihan yang relevan yang berhubungan dengan pilihan suatu merek namun
konsumen tersebut akan menjumpai adanya merek yang baru. Waktu yang
dicurahkan untuk proses pembuatan keputusan memang lebih sedikit dibandingkan
pemecahan masalah ekstensif namun relative cukup lama. Konsumen bukan saja
mengevaluasi merek baru namun juga membandingkan berbagai merek yang ada
menurut pengetahuan yang ada dengan yang baru untuk membentuk evaluasi atas
preferensinya.
35 c. Perilaku respon rutin (routinized response behavior atau habitual problem
solving)
Pengambilan keputusan dalam tipe ini relative cepat dan tidak terlalu
membutuhkan banyak informasi tambahan. Konsumen telah berpengalaman dan
menentukan pilihan dalam kelas produk dan karenanya tidak terlalu membutuhkan
informasi untuk pengambilan keputusan.
Tipe seperti ini dibagi 2 (dua) macam:
1. Brand loyal decisions yakni keputusan yang dibuat oleh konsumen yang
memiliki tingkat keterlibatan produk yang tinggi dan ketertarikan
emosional tinggi pada merek spesifik.
2. Repeat purchase decisions, yakni pola perilaku konsumen yang
mencakup pembelian produk atau jasa yang sama sepanjang waktu
dengan
atau
tanpa
loyalitas
terhadap
produk
atau
jasa
yang
bersangkutan.
2.1.6.4 Tahap-Tahap Proses Pengambilan Keputusan Konsumen
Menurut Kotler (2009, p191), Tahap-tahap dalam proses
keputusan pembelian konsumen adalah sebagai berikut:
Pengenalan Kebutuhan Pencarian Informasi Evaluasi Alternatif Keputusan Pembelian Perilaku Pasca Pembelian pengambilan
36 a. Pengenalan Kebutuhan
Proses pembelian dimulai ketika pembeli mengenali masalah atau kebutuhan.
Kebutuhan tersebut dapat disebabkan oleh rangsangan internal, atau eksternal. Para
pemasar perlu mengidentifikasi keadaan yang memicu kebutuhan tertentu. Dengan
mengumpulkan
informasi
dari
sejumlah
konsumen,
para
pemasar
dapat
mengidentifikasi rangsangan yang paling sering membangkitkan minat akan kategori
produk tertentu.
b. Pencarian Informasi
Konsumen yang terangsang kebutuhannya akan terdorong untuk mencari
informasi yang lebih banyak.Yang menjadi perhatian utama pemasar adalah sumbersumber informasi utama yang menjadi acuan konsumen dan pengaruh relative tiap
sumber tersebut terhadap keputusan pembelian selnjutnya. Sumber informasi
konsumen digolongkan ke dalam empat kelompok:
1. Sumber pribadi: keluarga, teman, tetangga, kenalan
2. Sumber komersial: iklan, wiraniaga, penyalur, kemasan, pajangan di toko
3. Sumber publik: media massa,organisasi penentu peringkat konsumen
4. Sumber pengalaman: penanganan, pengkajian, dan pemakaian produk
Jumlah dan pengaruh dari sumber-sumber informasi itu berbeda-beda
bergantung pada kategori produk dan karakteristik pembeli. Secara umum,
konsumen mendapatkan sebagian besar informasi tentang produk tertentu dari
sumber komersial yaitu sumber yang didominasi oleh pemasar. Namun,informasi
yang paling efektif berasal dari sumber pribadi mengingat usaha, waktu dan biaya
yang harus dikeluarkan.
c. Evaluasi Alternatif
Konsep dasar untuk membantu memahami proses evaluasi konsumen :
1. Konsumen berusaha memenuhi kebutuhan
2. Konsumen mencari manfaat tertentu dari solusi produk
37 3. Konsumen memandang masing-masing produk sebagai sekumpulan atribut
dengan kemampuan yang berbeda-beda dalam memberikan manfaat yang
digunakan untuk memuaskan kebutuhan
Masing-masing konsumen akan memiliki sikap yang berbeda-beda dalam
memandang berbagai atribut yang dianggap relevan dan penting. Mereka akan
memberikan perhatian terbesar pada atribut yang memberikan manfaat yang
dicarinya.
d. Keputusan Pembelian
Faktor pertama adalah sikap orang lain. Sejauh mana sikap orang lain,
mengurangi alternative yang disukai seseorang akan bergantung pada dua hal :
1. Intensitas negatif orang lain terhadap alternative yang disukai konsumen
2. Motivasi konsumen untuk menuruti keinginan orang lain
Yang terkait dengan sikap orang lain adalah peran yang dimainkan oleh
intermediaris yang mempublikasikan evaluasi mereka.
Faktor kedua adalah situasi yang tidak terantisipasi yang dapat mengubah
niat
pembelian.
Keputusan
konsumen
untuk
memodifikasi,
menunda
atau
menghindari keputusan pembelian sangat dipengaruhi oleh resiko yang dipikirkan.
Besarnya resiko yang dipikirkan berbeda-beda menurut besarnya uang yang
dipertaruhkan, besarnya ketidakpastian atribut dan besarnya kepercayan diri
konsumen.
e. Perilaku pasca pembelian
Setelah membeli produk konsumen akan mengalami kepuasan atau
ketidakpuasan tertentu. Tugas pemasar tidak berakhir begitu saja ketika produk atau
jasa digunakan. Para pemasar harus memantau kepuasan pasca pembelian, tindakan
pasca pembelian dan pemakaian produk atau jasa pasca pembelian.
38 f. Kepuasan pasca pembelian
Kepuasan pembeli merupakan fungsi dari seberapa dekat harapan pembeli
atas produk dengan kinerja yang dipikirkan pembeli atas produk jasa tersebut. Jika
kinerja produk lebih rendah dari harapan pelanggan maka pelanggan akan kecewa,
namun sebaliknya jika ternyata sesuai dengan harapan, maka pelanggan akan puas
dan jika melebihi harapan pelanggan akan sangat puas. Perasaan-perasaan itu akan
membedakan apakah pembeli akan membeli kembali produk tersebut dan
membicarakan hal-hal yang menguntungkan atau tidak menguntungkan tentang
produk tersebut
g. Tindakan pasca pembelian
Kepuasan dan ketidak puasan terhadap produk akan mempengaruhi perilaku
konsumen selanjutnya. Jika konsumen tersebut puas ia akan menunjukkan
kemungkinan yang lebih tinggi untuk membeli kembali produk tersebut. Para
pelanggan yang tidak puas mungkin mengembalikan produk tersebut mereka
mungkin mengambil tindakan publik seperti mengajukan keluhan ke perusahan
tersebut. Tindakan pribadi dapat berupa memutuskan untuk berhenti membeli
produk tersebut atau memperingatkan teman-teman. Komunikasi pasca pembelian
dengan pembeli telah terbukti menghasilkan penurunan pengembalian produk dan
pembatalan pesanan.
h. Pemakaian produk pasca pembelian
Jika para konsumen menyimpan produk itu untuk selamanya, produk
tersebut mungkin tidak begitu memuaskan, dan kabar dari mulut ke mulut tidak akan
gencar. Jika para konsumen tersebut menjual atau mempertukarkan produk tersebut,
penjualan produk baru akan menurun.
Menurut Nugroho ( 2008 p.40), dalam proses pembuatan keputusan
pembelian konsumen terdapat faktor-faktor yang mempengaruhinya, antara lain:
39 a. Faktor budaya:
1. Budaya
Budaya adalah segala nilai, pemikiran, simbol yang mempengaruhi perilaku,
sikap, kepercayaan dan kebiasaan seseorang dalam masyarakat. Budaya
merupakan penentu keinginan dan perilaku yang mendasar.
2. Sub budaya
Sub budaya adalah bagian yang lebih kecil dari pada budaya.Sub budaya
terdiri dari bangsa, agama, kelompok, ras, dan daerah geografis. Banyak sub
budaya yang membentuk segmen pasar yang penting dan pemasar sering
merancang produk dan program pemasaran yang disesuaikan dengan
kebutuhan mereka.
3. Kelas sosial
Kelas adalah pembagian masyarakat yang relatif homogen dan permanen
yang tersusun secara hierarki dan memiliki anggota dengan nilai-nilai minat
dan perilaku yang serupa. Kelas sosial mencerminkan pekerjaan, pendidikan
dan tempat tinggal.
b. Faktor Sosial
1. Kelompok acuan
Kelompok acuan adalah seseorang terdiri dari semua kelompok yang memiliki
pengaruh langsung (tatap muka) atau tidak langsung terhadap sikap dan
perilaku seseorang. Kelompok yang memiliki pengaruh langsung dinamakan
kelompok keanggotaan , contoh kelompok primer : keluarga, teman,
tetangga, dan rekan kerja yang berinteraksi dengan seseorang secara terus
menerus
dan
informal,
kelompok
sekunder
:
kelompok
keagamaan,
profesional dan asosiasi perdagangan. Beberapa kelompok acuan yang terkait
40 dengan konsumen adalah kelompok persahabatan, kelompok belanja,
kelompok kerja, kelompok masyarakat maya, dan kelompok komunitas.
2. Keluarga
Keluarga merupakan organisasi pembelian konsumen yang paling penting.
Anggota
keluarga
merupakan
kelompok
acuan
primer
yang
paling
berpengaruh. Keluarga adalah lingkungan di mana sebagian besar konsumen
tinggal dan berinteraksi dengan anggota - anggota keluarga lainnya.
3. Peran dan Status
Kedudukan
seseorang
di
masing-masing
kelompok
dapat
ditentukan
berdasarkan peran dan status. Peran meliputi kegiatan yang diharapkan yang
akan
dilakukan
seseorang.
Masing-masing
peran
menghasilkan
atau
menunjukkan status seseorang.
c. Faktor Pribadi
1. Usia dan siklus hidup
Perbedaan usia juga akan mengakibatkan perbedaan selera dan kesukaan
terhadap merk. Siklus hidup seorang konsumen akan ditentukan oleh usianya.
Sejak lahir ke dunia seseorang sudah merupakan konsumen.
2. Pendidikan dan pekerjaan
Pendidikan dan pekerjaan adalah dua karakteristik konsumen yang saling
berhubungan. Pendidikan akan menentukan jenis pekerjaan yang dilakukan
oleh
seorang
konsumen.Tingkat
pendidikan
seseorang
juga
akan
mempengaruhi nilai-nilai yang dianutnya, cara berpikir, cara pandang, bahkan
persepsinya terhadap suatu masalah.
41 3. Keadaan Ekonomi
Keadaan ekonomi terdiri dari pendapatan yang dibelanjakan (tingkatannya,
kestabilannya, dan pola waktu ), tabungan, dan milik kepercayaan,
kemampuan meminjam dan sikapnya terhadap lawan menabung.
4. Gaya hidup
Gaya hidup secara luas diartikan sebagai cara hidup yang diidentifikasikan
oleh bagaimana orang menghabiskan waktu mereka, apa saja yang mereka
anggap penting dalam lingkungannya.
5. Kepribadian dan konsep diri membeli
Kepribadian adalah karakteristik psikologis yang berbeda dari seseorang yang
menyebabkan tanggapan yang relatif konsisten dan bertahan lama terhadap
lingkungannya.Yang berkaitan dengan kepribadian adalah konsep diri (citra
pribadi) seseorang. Pemasar bisa mengembangkan citra merek yang sesuai
dengan citra pribadi pasar sasarannya.
d. Faktor psikologis
Pilihan pembelian seseorang dipengaruhi oleh mpat faktor psikologis utama:
1. Motivasi
Periset motivasi praktis yang lebih baru menyatakan setiap produk mampu
membangkitkan sekumpulan motif yang unik dalam diri konsumen.
2. Persepsi
Persepsi
adalah
proses
bagaimana
seseorang
individu
memilih,
mengorganisasikan, dan menginterpretasikan masukan-masukan informasi
untuk menciptakan gambaran dunia yang memiliki arti.Persepsi tidak hanya
bergantung pada rangsangan fisik tetapi juga pada rangsangan yang
berhubungan dengan
lingkungan sekitar
bersangkutan
dan keadaan individu
yang
42 3. Perhatian selektif
Perhatian selektif berarti bahwa pemasar harus bekerja keras untuk menarik
perhatian konsumen. Pesan-pesan mereka akan terbuang pada orang-orang
yang tidak dalam pasar produk tertentu.Iklan yang berbeda atau berukuran
besar, menggunakan warna-warna yang mencolok atau kontras dengan
sekelilingnya lebih mungkin diperhatikan.
4. Pembelajaran
Teori pembelajaran mengajarkan pada pemasar bahwa mereka dapat
membangun permintaan atas sebuah produk dengan mengaitkannya dengan
dorongan yang kuat, menggunakan petunjuk yang memberikan motivasi dan
memberikan penguatan positif. Sebuah perusahaan baru dapat memasuki
pasar dengan menarik dorongan yang sama untuk mengalihkan kesetiaan
mereka pada merek yang mirip daripada merek yang berbeda.
5. Keyakinan dan sikap
Sikap adalah evaluasi, perasaan emosional dan kecenderungan tindakan yang
menguntungkan atau tidak menguntungkan dan bertahan lama dari
seseorang terhadap objek, bergerak mendekati atau menjauhi objek.
keyakinan adalah pemikiran deskriptif yang dibuat seseorang karena sesuatu
hal.
2.1.7 Pengaruh antara Telemarketing dan Keputusan pembelian
Berdasarkan buku “Manajemen Pemasaran” (Philip Kotler , Kevin Lane Keller.
Erlangga: 2009. Edisi 13. Jilid 2, hal.245-246) , “Telemarketing membantu perusahaan
dalam meningkakan pendapatan, mengurangi biaya penjualan, dan meningkatkan
kepuasan pelanggan.”
Dapat desimpulkan bahwa telemarketing dapat meningkatkan keputusan pembelian konsumen. 43 2.1.8 Pengaruh antara Word of Mouth dan Keputusan pembelian
Berdasarkan Jurnal yang berjudul “The dynamics of online word-of-mouth
and product sales—An empirical investigation of the movie industry” (W.
Duan et al : 2008. pg.233), “WOM leads to more product sales, which in turn generate
more WOM and then more product sales.”
Dapat disimpulkan bahwa WOM mengarah ke penjualan produk lebih banyak, yang
pada akhirnya menghasilkan WOM lebih banyak dan kemudian menghasilkan pejualan
produk lebih banyak lagi.
44 2.2
KERANGKA PEMIKIRAN
PT. BINTANG ASURANSI
Personal Accident Insurance
TELEMARKETING (X1)
•
OUTBOUND KEPUTUSAN PEMBELIAN (Y)
WORD OF MOUTH (X2)
•
Lawan Bicara
•
Tindak Lanjut
Setelah
Pembicaraan
Sumber : Penulis
•
Pengenalan Kebutuhan
•
Pencarian masalah
•
Evaluasi Alternatif
•
Pembelian
•
Perilaku Pasca
Pembelian
45 2.3 Hipotesis
Menurut
Sugiyono
(2007,p51),
hipotesis
merupakan
jawaban
sementara
terhadap rumusan masalah penelitian. Dikatakan, sementara, karena jawaban yang
diberikan baru didasarkan pada teori yang relevan, belum didasarkan pada fakta-fakta
empiris yang diperoleh melalui pengumpulan data. Jadi, hipotesis juga dapat dinyatakan
sebagai jawaban teoritis terhadap rumusan masalah penelitian.
Hipotesis dari penelitian ini berdasarkan rumusan masalah, yaitu:
1. H1: Telemarketing berpengaruh secara signifikan terhadap keputusan pembelian.
2. H2: Word of Mouth berpengaruh secara signifikan terhadap keputusan pembelian.
3. H3: Telemarketing dan Word of Mouth berpengaruh secara signifikan terhadap
Keputusan Pembelian.
Download