BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia

advertisement
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Manusia tidak bisa terlepas dari bahan tekstil dalam menjalani aktifitasnya sehari-hari.
Bahan tekstil akan melekat pada tubuh manusia sejak lahir hingga masuk ke liang kubur. Dengan
kata lain bahan tekstil selalu menyertai seluruh aktivitas manusia selama di dunia. Dengan
demikian bahan tekstil memiliki potensi yang sangat tinggi untuk dikembangkan menjadi sebuah
produk yang memiliki berbagai fungsi khusus dalam kehidupan manusia. Hal ini mendorong
para ahli dari berbagai disiplin ilmu berinovasi menerapkan/mengintegrasikan berbagai
perkembangan teknologi terkini ke dalam struktur bahan tekstil. Misalnya dengan
mengintegrasikan berbagai komponen elektronik seperti kamera, sensor, telephone dan berbagai
peralatan canggih lainnya pada struktur tekstil sehingga menjadikan bahan tekstil tersebut
menjadi lebih interaktif.
Dengan perkembangan teknologi dan rekayasa serat menjadikan fungsi tekstil tidak
hanya untuk bahan sandang, barang kerajinan ataupun assesoris rumah tangga saja namun lebih
dari itu bahan tekstil mampu menjadi alat perlindungan/keselamatan, hiburan maupun kesehatan.
Dengan berbagai modifikasi dan rekayasa teknologi tersebut bahan tekstil dapat memenuhi
persyaratan teknis untuk berbagai keperluan khusus seperti di bidang bidang fesyen, hiburan,
militer, industri, antariksa, kesehatan dan sebagainya.
Disamping pengembangan di bidang rekayasa sifat serat, saat ini bahan tekstil juga
dikembangkan untuk dapat bereaksi terhadap kondisi lingkungan dengan mengintegrasikan
microelectronik/chips ke dalam struktur tekstil. Peralatan elektronik ini dirancang fleksibel,
elastis dengan ukuran sangat kecil tanpa mengurangi fungsi dan kemampuannya agar dapat
dintegrasikan pada struktur bahan tekstil. Produk tekstil dengan berbagai nilai tambah fungsi
tersebut di sebut smart textile (tekstil cerdas). Smart textile seringkali juga dikenal dengan istilah
smart fabric, smart cloth, wearable computer, electronic textile dan intelligence textile.
Perkembangan teknologi informasi dan telekomunikasi juga berpengaruh pada kemajuan
teknologi kesehatan. Telemedika merupakan salah satu penerapan telekomunikasi jarak jauh
menyediakan informasi medis maupun layanan medis dalam sebuah konsep praktek kedokteran.
Telemedika dapat menjembatani kekurangan tenaga spesialis medis di suatu tempat dengan
memberikan layanan kesehatan cepat yang dibatasi oleh jarak yang jauh.
Prof. dr. Tjandra Yoga Aditama, SpP(K), MARS, DTM&H, DTCE, yang mewakili
Menteri Kesehatan RI memberikan sambutan Peringatan Hari Kesehatan Sedunia pada 10 April
2013 di Balai Kartini Jakarta mengatakan bahwasannya Hipertensi penyebab penyakit jantung
koroner merupakan faktor risiko utama terjadinya kematian akibat Penyakit Tidak Menular
(PTM) di dunia. Dalam World Health Statistics tahun (WHO, 2012), WHO melaporkan bahwa
sekitar 51% dari kematian akibat stroke dan 45% dari penyakit jantung koroner. Penyakit jantung
merupakan penyebab kematian nomor satu di dunia dan 60 % dari seluruh penyebab kematian
penyakit jantung adalah penyakit jantung iskemik dan sedikitnya 17,5 juta atau setara dengan
30,0 % kematian di seluruh dunia disebabkan oleh penyakit jantung. Diperkirakan tahun 2030
bahwa 23,6 juta orang di dunia akan meninggal karena penyakit kardiovaskular (Sumarti, 2010).
Dari hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007 memperlihatkan bahwa
prevalensi beberapa penyakit seperti hipertensi penyebab penyakit jantung koroner sangat tinggi
yaitu 31,7%, diikuti stroke sebesar 8,3% dan penyakit jantung sebesar 7,2% per 1.000 penduduk.
Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (P2PL)
menyebutkan bahwa penyakit Jantung menjadi penyebab utama kematian pasien prioritas rawat
inap di rumah sakit dengan persentase 8,01% pada tahun 2009 dan dan meningkat menjadi
9,49% di tahun 2010 (Kemkes RI, 2012).
KemKes RI, Buletin Jendela Data dan Informasi Kesehatan,2012
Gambar 1.1 Persentase Kematian Penyakit Tidak Menular Prioritas Rawat Inap di Rumah
Sakit Tahun 2009-2010
Menurut data dasar puskesmas (Kemkes RI, 2013) terdapat 9.655 unit puskesmas yang
tersebar diseluruh wilayah indonesia. Pusat Kesehatan Masyarakat atau sering di sebut
Puskesmas merupakan tulang punggung pelayanan kesehatan tingkat pertama dengan wilayah
kerja tingkat kecamatan ataupada suatu daerah dengan jumlah penduduk 30.000 - 50.000 jiwa
(Entjang, 2000). Sebaran puskesmas seluruh Indonesia yang bersumber dari Aplikasi
Komunikasi Data Kementrian Keseharan RI tahun 2014 untuk masing-masing propinsi seperti
pada Gambar 1.2.
KemKes RI, Aplikasi Komunikasi Data, 2014
Gambar 1.2 Sebaran Puskesmas seluruh Indonesia
Dari data distribusi sebaran 9655 unit puskesmas di seluruh indonesia sebanyak 2039 unit
berada di daerah perkotaan atau kabupaten dan sebanyak 7616 unit berada di daerah pedesaan.
Persentase Distribusi Sebaran Puskesmas di Kota/Kabupaten dan desa seperti pada Gambar 1.3.
Persentase Sebaran Puskesmas Di Kota/Kabupaten dan Desa
21%
Kota/Kabupaten
79%
Desa
Gambar 1.3 Persentase Sebaran Puskesmas di Kota/Kabupaten dan Desa
Dari jumlah 873 puskesmas di provinsi Jawa Tengah, 21 puskesmas diantaranya berada
di wilayah kabupaten Karanganyar. Kecamatan Kebakkramat yang mempunyai luas wilayah
36,46 km2 dengan jumlah penduduk 59.864 jiwa mempunyai 2 unit puskesmas yaitu puskesmas
Kebakkramat 1 sebagai unit perawatan dan puskemas kebakkramat 2 sebagai unit pembantu
(Pemkab, 2014). Puskesmas kebakkramat 1 mempunyai tenaga dokter umum 2 orang, tenaga
perawat 7 orang dan tenaga SIK 1 orang. Data dari puskesmas kebakkramat 1 menyebutkan
bahwa kunjungan pasien yang terindikasi mempunyai riwayat penyakit jantung pada tahun 2013
sebanyak 352 kunjungan.
Keterbatasan jumlah dokter dan perawat di tiap puskesmas dengan cakupan luas wilayah
kecamatan dengan jumlah penduduk yang besar menjadi permasalahan tersendiri dalam
pelayanan kesehatan masyarakat secara menyeluruh dimana jumlah tenaga kesehatan tidak
sebanding dengan jumlah penduduk suatu wilayah. Rasio ideal jumlah dokter per penduduk
sebagaimana terdapat pada Indikator Indonesia Sehat 2010 yang mengacu pada standar WHO
yaitu 40 dokter per 100.000 penduduk (Kemendikbud, 2011). saat ini rasio jumlah dokter per
penduduk di indonesia adalah 30 dokter per 100.000 penduduk. Menurut WaMenKes Ali
Ghufron Mukti mengatakan "Rasio ideal dokter terhadap penduduk 1:2500 artinya satu orang
dokter melayani 2.500 penduduk. Jika ingin mencapai itu kita butuh sekitar 101.040 dokter
umum, sedangkan jumlah yang ada saat ini hanya 88.309 dokter, atau masih kurang 12.731
dokter" kata Ali di sela acara Dialog Jaminan Kesehatan yang diselenggarakan Lembaga AntiFraud Asuransi Indonesia (LAFAI) di Gedung Dewan Pers, Jakarta (Investor, 2013).
Banyak faktor yang menghambat pengembangan smart clothes dan telemedicine seperti
sumber daya manusia, besarnya biaya penelitian dan pengembangan produk, keterbatasan
teknologi, besarnya biaya pengadaan software dan hardware penunjang, Besarnya biaya
pemeliharaan, efektifitas biaya secara komersil, pengawasan kualitas layanan dan penyesuaian
dengan perkembangan teknologi informasi dan ilmu kedokteran.
Teknik biomedical (biomedical engineering) merupakan salah satu teknik yang
penemuannya baru terealisasi pada akhir-akhir ini. salah satu alasan yang menyebabkan
pengembangan teknologi biomedical adalah pada kenyataannya teknologi biomedical bertujuan
untuk menjaga kesehatan masyarakat serta membantu didalam pengobatan penyakit sehingga
keamanan penggunaan alat biomedical dan ketelitian yang tinggi pada alat ini sangat diperlukan
karena subyeknya adalah manusia. dibutuhkan integrasi dan kolaborasi antar disiplin ilmu seperti
elektronika, mesin, kimia, kesehatan dan tekstil untuk pengembangannya. Penelitian ke depan
diharapkan bisa menghasilkan produk-produk tekstil yang berkualitas, bernilai fungsi tinggi dan
inovatif.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas terdapat beberapa rumusan permasalahan
sebagai berikut :
1. Tingginya angka kematian yang disebabkan oleh penyakit jantung
2. Rasio jumlah dokter per penduduk di indonesia yang masih belum ideal
3. Keterbatasan fungsi Puskesmas sebagai gardu terdepan pelayanan kesehatan masyarakat
dalam memantau kondisi pasien jantung yang teregistrasi rawat jalan.
Oleh sebab itu sangat diperlukan suatu sistem yang bisa mencukupi kebutuhan pelayanan
kesehatan khususnya pasien penderita penyakit jantung teregistrasi yang meliputi pemantauan
detak jantung pasien secara real time, agar bisa diambil tindakan cepat terhadap pasien rawat
jalan agar terhindar dari resiko kematian akibat serangan jantung karena tidak terpantaunya
kondisi jantung pasien rawat jalan secara real time.
Pada penelitian ini permasalahan yang dilihat diantaranya adalah sebagai berikut:
1. Pemantauan secara real time perbedaan data pengukuran secara konvensional dengan alat
EKG dengan data yang terekam melalui sensor detak jantung.
2. Respon pengguna terhadap pemilihan bahan pakaian, desain pakaian dan pemilihan alat
sensor dan alat lainnya.
1.3 Batasan Masalah
Agar permasalahan yang dibahas lebih fokus, maka dibuat batasan-batasan sebagai berikut:
1. Implementasi telemonitoring yaitu memantau detak jantung orang dewasa.
2. Telemonitoring menggunakan konsep store-and-forward mencakup pengumpulan data
medis dan pengiriman data melalui GPRS kemudian di simpan di server dan bisa di akses
melalui jaringan internet, smartphone, dll.
3. Pembanding rekam data menggunakan Elektrokardiogram (EKG) sebagai pemindai detak
jantung.
4. Perancangan dilakukan dengan asumsi untuk satu pasien dan satu dokter.
1.4 Tujuan Penelitian
Penelitian perancangan pakaian cerdas pemantau detak jantung dengan sistem nirkabel
ini bertujuan untuk :
1. Memanfaatan sistem telemedika untuk mengurangi resiko kematian pada pasien jantung
teregistrasi rawat jalan.
2. Memberi kemudahan pada dokter dan perawat dalam memantau kesehatan jantung dan
memberikan tindakan cepat terhadap pasien penyakit jantung rawat jalan.
3. Memberikan peringatan dini jika pasien mengalami kondisi detak jantung yang tidak
normal.
1.5 Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat dalam penggunaan teknologi
informasi sehingga lebih efisien dalam mengambil tindakan yang diperlukan pada pemantauan
pasien jantung teregistrasi rawat jalan yang dibatasi oleh jarak dan waktu, Serta memberikan
informasi baru bagi ilmu pengetahuan dalam pengembangan smart tekstil Indonesia.
1.6 Keaslian Penelitian
Merujuk pada skripsi, tesis, jurnal ataupun karya tulis di indonesia yang berhubungan
rancang bangun alat pemindai detak jantung yang telah dilakukan sebelumnya ada beberapa hal
yang membedakan dengan yang penulis lakukan seperti Bahan dan desain baju, pemilihan alat
dan sistem nirkabelnya. Penelitian Rizki Eko Putra tahun 2008 merancangan dan membuatan alat
pengukur suhu tubuh dan detak jantung untuk tuna netra berbasis mikrokontroler AT 89S51
dengan alat sensor suhu sensorof LM35 dan Pengukur jantung cahaya photoresistor kemudian
hasil pengukuran detak jantung dan suhu tubuh muncul dalam bentuk teks di LCD. Penelitian
Agung Budi Wijaya dan Achmad Subhan Khalilullah tahun 2010 dengan rancang bangun alat
pengukur detak jantung dan suhu tubuh berbasis komunikasi bluetooth dengan media alat sensor
jantung RCM3110 dengan menggunakan sistem Bluetooth Module EmbeddedBlue 506 sebagai
pengendali sensor serta transfer data ke mobile phone. Penelitian Ratih Dwi Wulansari tahun
2010 Sistem pemantau kesehatan jantung dengan menggunakan sensor nirkabel yang
dihubungkan ke PC sehingga dapat berfungsi seperti ECG dengan sensorboard MDA300CA
sebagai media alatnya. Penelitian S. M. Mahalle dan P. V Ingole tahun 2013 mendesain alat
pengukur detak jantung dengan menggunakan Sensor jantung IC LM358 Mikrokontroler
Atmega8 dengan sistem GSM/GPRS modem.
Penelitian yang penulis lakukan adalah merancang desain dan bahan baju cerdas sebagai
media penempatan peralatan pindai alat vital tubuh. Pemilihan alat sensor pemindai detak
jantung menggunakan KYTO HRM-2803, mikrokontroler ATMega32, GPRS Shield V.2, power
modul DF Robot (SKU:DFR0205) dengan catu daya baterai 9V serta menggunakan sistem
nirkabel web base dimana data di sajikan dalam bentuk web. Metode penelitian yang dilakukan
adalah membandingkan hasil pengukuran rekam data sensor detak jantung dengan pengukuran
manual menggunakan Elektrokardiogram (EKG).
Oleh karena itu, keaslian tesis ini dapat dipertanggungjawabkan dan sesuai dengan asasasas keilmuan yang harus dijunjung tinggi yaitu kejujuran, rasional, objektif serta terbuka. Hal
ini merupakan implikasi etis dari proses menemukan kebenaran ilmiah sehingga dengan
demikian penelitian ini dapat dipertanggung-jawabkan kebenarannya secara ilmiah, keilmuan
dan terbuka untuk dikritisi yang sifatnya konstruktif (membangun).
Download