Abstract - E-Journal Unisma Bekasi

advertisement
RUANG KAJIAN
AKUNTANSI PERPAJAKAN DALAM USAHA KOPERASI,
USAHA KEHUTANAN DAN DANA PENSIUN
Oleh : Irawati
Abstract
Scedular Income tax effect accounting especially when a business has the final taxed
income or income not taxed final. If there is such a case, the amount of income taxed at
the final calculation of taxable income at the end of the year. This also applies to the
burden that comes from the final taxed income and expenses or income from businesses
that are exempt from tax. Calculation of net income differences between tax and
accounting standards can be bridged by fiscal correction that is reduce or add the
profit- accounting to conform with the tax profit.
Keywords: Tax Accounting
A. Pendahuluan
Pada dasarnya Akuntansi Pajak
timbul karena perbedaan perlakuan
pajak
dan
akuntansi
dalam
mendefinisikan penghasilan dan biaya.
Hal
ini
dikarenakan
akuntansi
bertujuan menciptakan laporan yang
berguna untuk pengambilan keputusan
semua
pihak
baik
manajemen,
investor atau masyarakat, maka
laporan keuangan selain harus dapat
memproyeksikan future cash flow juga
harus memperlihatkan klaim dan
perubahan dari sumber daya yang
dimiliki. Karena ditujukan untuk semua
pihak,
maka
standar
akuntansi
menekankan pada prinsip ”dapat
diperbandingkan” (comparability) dan
1
”dapat
diandalkan”
(reliability) .
Sedangkan pada pajak ada prinsipprinsip lain yang harus dipenuhi yang
dikemukakan oleh Adam Smith yaitu:
(1) Equality, pajak yang dikenakan
sebanding
dengan
kemampuan
membayar pajak (ability to pay) dan
sesuai dengan manfaat yang diterima;
(2) Certainty, penetapan pajak tidak
ditentukan sewenang-wenang. Ada
kejelasan dan kepastian mengenai
besar pajak yang terutang, kapan
harus dibayar serta batas waktu
pembayaran; (3) Convenience, Wajib
Pajak membayar di saat-saat yang
tidak menyulitkan Wajib Pajak; (4)
Economy, biaya pemungutan terhadap
Wajib Pajak diharapkan seminimum
mungkin demikian pula dengan beban
2
yang dipikul Wajib Pajak.
Dalam memenuhi prinsip itulah
terutama
untuk
mengamankan
pengeluaran negara dan kemudahan
administrasi, terkadang peraturan
perpajakan tidak selamanya mengikuti
standar akuntansi yang berlaku dalam
menghitung penghasilan kena pajak.
Seperti dalam UU PPh pasal 19
dimana
perpajakan
dapat
menggunakan market price dan bukan
historical cost yang dianut prinsip
akuntansi. Pajak mengakui premium
obligasi langsung pada saat penjualan
tanpa amortisasi (PP No. 6 Tahun
2002)
yang
menyalahi
prinsip
matching cost vs revenue. Perpajakan
juga membatasi biaya estimasi (UU
PPh Pasal 9 ayat 1) sedangkan
akuntansi seringkali memakai estimasi
untuk piutang tak tertagih (PSAK No
9), cadangan pensiun (PSAK no. 24),
estimasi
garansi
dan
estimasi
contingency liabilities lainnya (PSAK
No 57). Perpajakan juga membatasi
metode dan estimasi umur yang
dipakai dalam depresias aset (UU PPh
pasal 11 & 11 A) sedangkan akuntansi
membebaskan
pilihannya
pada
manajemen. Namun dalam kewajiban
pelaporan,
perpajakan
hanya
menyaratkan neraca dan laporan laba
rugi (UU KUP Pasal 28) sedangkan
standar akuntansi pada umumnya juga
menyaratkan laporan arus kas dan
catatan laporan keuangan (PSAK No
1)
untuk
memenuhi
tujuan
memproyeksikan future cash flow dan
memperlihatkan klaim dan perubahan
dari sumber daya yang dimiliki.
Stotsky menjelaskan mengenai 2
jenis
sistem
pengenaan
pajak
penghasilan
berdasarkan
dasar
3
pengenaan pajak, yaitu:
a) Pemajakan Penghasilan secara
menyeluruh
(Global
Income
Taxation)
Pemajakan
diterapkan
pada
pendapatan secara menyeluruh,
terdapat perlakuan yang sama
untuk semua jenis pajak yang
diperoleh Wajib Pajak yang sama.
Kelebihan dari sistem pemajakan
1
Kieso, Weygandt and Warfield. 2001. Intermediate
Accounting. John eiley & Sons, Inc Hal 51
2
Waluyo, 2007. Perpajakan Indonesia Buku 1.
Salemba Empat, Jakarta. Hal 13
3
Shome, Parthasarathi. 1995. Tax Policy Handbook.
IMF, Washington DC hal 121
37
Jurnal Madani Edisi II/Nopember 2009
b)
B. AKUNTANSI PERPAJAKAN
DALAM KOPERASI DAN DANA
PENSIUN
ini adalah lebih dekat dengan
keadilan
vertikal
karena
berdasarkan pada keseluruhan
pendapatan. Sistem ini juga
unggul secara administratif karena
hanya ada satu jenis pelaporan
untuk semua jenis pajak dari
berbagai sumber pendapatan.
Sistem ini diterapkan pada UU
PPh untuk penghasilan secara
umum.
Pemajakan Penghasilan secara
terpisah
(Schedular
Income
Taxation)
Pemajakan diterapkan secara
terpisah,
terdapat
perlakuan
berbeda
untuk
tiap
jenis
pendapatan yang diperoleh Wajib
Pajak yang sama. Keuntungan
dari sistem ini adalah kemudahan
administrasi
terutama
untuk
penghasilan yang sulit dipajaki,
biasanya pajak ini dipotong oleh
pemungut pajak yang jumlahnya
terbatas sehingga lebih mudah
diawasi. Sistem ini juga dapat
membantu pemerintah memberi
insentif atau disinsentif pada
penghasilan
tertentu
karena
adanya pembedaan perlakuan
pajak pada tiap jenis penghasilan.
Contohnya di Indonesia adalah
penghasilan yang terkena PPh
final (UU PPh pasal 4 ayat 2),
Norma Perhitungan Khusus (UU
PPh Pasal 15) dan penghasilan
BUT (UU PPh pasal 5).
B.1.
I.
KOPERASI
Gambaran Umum Koperasi
Menurut
Griffin,
Koperasi
(Cooperative)
adalah
bentuk
kepemilikan
bisnis
dimana
sekelompok
perorangan
atau
kelompok
yang
bersepakat
bekerjasama untuk tujuan mereka
bersama.
Koperasi
memberikan
anggotanya kekuatan yang lebih besar
dalam bidang produksi, pemasaran,
dll. Sebaliknya pula, koperasi hanya
terbatas melayani kebutuhan spesifik
4
anggotanya saja.
Menurut UU No 25 tahun 1992,
Koperasi adalah badan usaha yang
beranggotakan orang atau seorang
badan hukum koperasi dengan
melandaskan
kegiatannya
berdasarkan
prinsip
koperasi
sekaligus sebagai gerakan ekonomi
rakyat
yang
berdasar
asas
kekeluargaan.
Menurut PSAK No 27 tentang
akuntansi Perkoperasian paragraf 1,
Koperasi adalah badan usaha yang
mengorganisir
pemanfaatan
dan
pendayagunaan
sumber
daya
ekonomi para anggotanya atas dasar
prinsip-prinsip Koperasi dan kaidah
usaha ekonomi untuk meningkatkan
taraf hidup anggota pada khususnya
dan masyarakat daerah kerja pada
umumnya, dengan demikian koperasi
4
Griffin, Richard W. & Ebert, Ronald J. 1993.
Business. New Jersey: Prentice Hall. Hal 31
38
Jurnal Madani Edisi II/Nopember 2009
merupakan gerakan ekonomi rakyat
dan sokoguru perekonomian nasional.
Selanjutnya PSAK No 27, paragraf 3
menyebutkan bahwa
karakteristik
utama koperasi yang membedakannya
dengan badan usaha lain adalah
bahwa anggota koperasi memiliki
identitas ganda (the dual identity of the
member), yaitu anggota sebagai
pemilik dan sekaligus pengguna jasa
koperasi (user own oriented firm).
a. Manfaat
ekonomi
dari
pembelian
barang
atau
pengadaan jasa bersama.
b. Manfaat
ekonomi
dari
pemasaran dan pengolahan
bersama.
c. Manfaat ekonomi dari simpan
pinjam lewat koperasi.
d. Manfaat
ekonomi
dalam
bentuk pembagian sisa hasil
usaha.
5) Catatan atas Laporan Keuangan
Catatan
atas
laporan
keuangan
menyajikan
pengungkapan (disclosures) yang
memuat:
a. Perlakuan akuntansi antara lain
mengenai:
II. Akuntansi Perkoperasian
Menurut PSAK No 27 Paragraf 7483, Laporan keuangan koperasi
meliputi:
1) Neraca
Neraca
menyajikan
informasi
mengenai aktiva, kewajiban, dan
ekuitas koperasi pada waktu
tertentu.
2) Perhitungan Hasil Usaha (PHU)
Perhitungan hasil usaha harus
memuat hasil usaha dengan
anggota dan laba atau rugi kotor
dengan non-anggota.
3) Laporan Arus Kas
Laporan arus kas menyajikan
informasi mengenai perubahan
kas yang meliputi saldo awal kas,
sumber
penerimaan
kas,
pengeluaran kas dan saldo akhir
kas pada periode tertentu.
4) Laporan
Promosi
Ekonomi
Anggota
Laporan promosi ekonomi anggota
adalah
laporan
yang
memperlihatkan manfaat ekonomi
yang diperoleh anggota koperasi
selama satu tahun tertentu.
Laporan
tersebut
mencakup
empat unsur, yaitu:
1) Pengakuan
pendapatan
dan beban sehubungan
dengan
2) transaksi koperasi dengan
anggota dan non-anggota
3) Kebijakan
akuntansi
tentang
aktiva
tetap,
penilaian
4) persediaan, piutang dan
sebagainya.
5) Dasar penetapan harga
pelayanan kepada anggota
dan non anggota
b. Pengungkapan informasi lain
antara lain:
1) Kegiatan atau pelayanan
utama koperasi kepada
anggota
baik
yang
tercantum dalam anggaran
dasar dan anggaran rumah
tangga maupun dalam
praktek, atau yang telah
dicapai oleh koperasi.
39
Jurnal Madani Edisi II/Nopember 2009
2) Aktivitas koperasi dalam
pengembangan
sumber
daya dan mempromosikan
usaha ekonomi anggota,
pendidikan dan pelatihan
perkoperasian,
usaha,
manajemen
yang
diselenggarakan
untuk
anggota dan penciptaan
lapangan usaha baru untuk
anggota.
3) Ikatan
atau
kewajiban
bersyarat yang timbul dan
transaksi koperasi dengan
anggota dan non-anggota.
4) Pengklasifikasian piutang
dan hutang yang timbul
dari transaksi koperasi
dengan anggota dan nonanggota.
5) Pembatasan penggunaan
dan risiko atas aktiva tetap
yang diperoleh atas dasar
hibah atau sumbangan.
6) Aktiva yang dioperasikan
oleh koperasi tetapi bukan
milik koperasi.
7) Aktiva
yang
diperoleh
secara hibah dalam bentuk
pengalihan saham dari
perusahaan swasta.
8) Pembagian
sisa
hasil
usaha dan penggunaan
cadangan.
9) Hak
dan
tanggungan
pemodal
modal
penyertaan.
10)
Penyelenggaraan
rapat
anggota,
dan
keputusan-keputusan
penting yang berpengaruh
terhadap
perlakuan
akuntansi dan penyajian
laporan keuangan.
Dalam akun-akun neraca terdapat
perbedaan akuntansi perkoperasian
dengan akuntansi keuangan umumnya
yang dijelaskan pada PSAK no. 27:
 Simpanan pokok, simpanan wajib
dan simpanan lain dari anggota
diakui sebagai kewajiban ataupun
ekuitas
tergantung
dari
karakteristiknya. PSAK no 27
Paragraf 62 menjelaskan bahwa
simpanan
anggota
yang
berkarakteristik sebagai ekuitas
adalah sejumlah tertentu dalam
nilai uang yang diserahkan oleh
anggota pada koperasi atas
kehendak
sendiri
sebagai
simpanan dan dapat diambil
sewaktu-waktu sesuai perjanjian.
Simpanan ini tidak menanggung
risiko kerugian dan sifatnya
sementara
karenanya
diakui
sebagai kewajiban.
 Aktiva
yang
diperoleh
dari
sumbangan
yang
terikat
penggunaannya dan tidak dapat
dijual untuk menutup kerugian
koperasi diakui sebagai aktiva
lain-lain.
Sifat
keterikatan
penggunaan tersebut dijelaskan
dalam catatan atas laporan
keuangan. (PSAK no 27 Paragraf
63). Misalnya sumbangan dari
pemerintah
atau
badan
perkoperasian
yang
penggunaannya
untuk
mnyukseskan
program
pemerintah.
 Aktiva-aktiva yang dikelola oleh
koperasi, tetapi bukan milik
koperasi, tidak diakui sebagai
40
Jurnal Madani Edisi II/Nopember 2009



III.
aktiva dan harus dijelaskan dalam
catatan atas laporan keuangan.
(PSAK no 27 Paragraf 65).
Misalnya aset milik anggota yang
juga dikelola koperasi karena
koperasi tugas koperasi sebagai
sarana pendidikan anggotanya.
Pendapatan koperasi yang berasal
dari transaksi dengan non-anggota
diakui
sebagai
pendapatan
(penjualan)
dan
dilaporkan
terpisah dari partisipasi anggota
dalam laporan perhitungan hasil
usaha sebesar nilai transaksi.
Selisih antara pendapatan dan
beban pokok transaksi dengan
non-anggota diakui sebagai laba
atau rugi kotor dengan nonanggota. (PSAK no 27 Paragraf
69)
Beban usaha dan beban-beban
perkoperasian harus disajikan
terpisah
dalam
laporan
perhitungan hasil usaha. (PSAK
no 27 Paragraf 72)
Sisa hasil usaha tahun berjalan
dibagi sesuai dengan ketentuan
yang berlaku pada koperasi.
Dalam hal jenis dan jumlah
pembagian sisa hasil telah diatur
secara jelas maka bagian yang
tidak menjadi hak koperasi diakui
sebagai kewajiban. Apabila jenis
dan jumlah pembagiannya belum
diatur secara jelas, maka sisa
hasil usaha tersebut dicatat
sebagai sisa hasil usaha belum
dibagi dan harus dijelaskan dalam
catatan atas laporan keuangan.
(PSAK No 27 Paragraf 58)
Peraturan Perpajakan
sehubungan dengan Koperasi.
Berikut
perpajakan
koperasi:
ini adalah peraturan
sehubungan
dengan
1. Iuran anggota koperasi bukan
merupakan Objek Pajak.
UU PPh Pasal 4 ayat 1-o
menyatakan bahwa termasuk objek
pajak, “iuran yang diterima atau
diperoleh
perkumpulan
dari
anggotanya yang terdiri dari Wajib
Pajak yang menjalankan usaha atau
pekerjaan bebas”. Namun UU PPh
Pasal 4 ayat 3-c menyatakan bahwa
penghasilan yang tidak termasuk
objek pajak,” harta termasuk setoran
tunai yang diterima oleh badan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2
ayat (1) huruf b sebagai pengganti
saham
atau sebagai pengganti
penyertaan modal”.
Karena
iuran
anggota
koperasi dapat bersifat kewajiban dan
modal,
namun
pada
dasarnya
bukanlah
termasuk
penghasilan
koperasi karena dapat dimintai
kembali oleh anggota koperasi bila
mengundurkan diri atau koperasi
bubar. Sedangkan penghasilan berupa
iuran keanggotaan seperti pada
keanggotaan
perpustakaan,
keanggotaan klub, sarana olahraga,
dsb sifatnya tidak bisa dikembalikan
kembali.
41
Jurnal Madani Edisi II/Nopember 2009
2. Sisa Hasil Usaha Koperasi
dipersamakan dengan deviden.
2. bagi perseroan terbatas, badan
usaha milik negara dan badan
usaha
milik
daerah
yang
menerima dividen, kepemilikan
saham
pada
badan
yang
memberikan dividen paling rendah
25% (dua puluh lima persen) dari
jumlah modal yang disetor”
Maka bagi anggota koperasi yang
merupakan badan tidak dikenai pajak
atas SHU yang dibagikan namun
anggota koperasi indinvidu dikenai
pajak final 10% karena anngota
koperasi kecil dibatasi 5-10 orang
maka tidak mungkin memiliki porsi
kepemilikan ebih dari 25% seperti
yang diterangkan pada UU PPh Pasal
17 ayat 2c:
“Tarif
yang
dikenakan
atas
penghasilan berupa dividen yang
dibagikan kepada Wajib Pajak orang
pribadi dalam negeri adalah paling
tinggi sebesar 10% (sepuluh persen)
dan bersifat final.”
UU PPh pasal 4 ayat 1-g
menyebutkan yang termasuk objek
pajak adalah:
”dividen, dengan nama dan dalam
bentuk apapun, termasuk dividen dari
perusahaan
asuransi
kepada
pemegang polis, dan pembagian sisa
hasil usaha koperasi.”Pasal 9 ayat 1-a
menyebutkan
untuk
menentukan
besarnya Penghasilan Kena Pajak
bagi Wajib Pajak dalam negeri dan
bentuk usaha tetap tidak boleh
dikurangkan: “pembagian laba dengan
nama dan dalam bentuk apapun
seperti dividen, termasuk dividen yang
dibayarkan oleh perusahaan asuransi
kepada
pemegang
polis,
dan
pembagian sisa hasil usaha koperasi”.
Dengan
demikian
untuk
koperasi mengalami economic double
taxation yaitu pengenaan pajak
berganda atas objek pajak yang sama
melalui dua subjek pajak yang
berbeda. Karena laba usaha koperasi
dikenai pajak dikenai lagi saat
dibagikan kepada anggotanya.
Namun UU PPh pasal 4 ayat 3-f
menyebutkan:
”dividen atau bagian laba yang
diterima atau diperoleh perseroan
terbatas sebagai Wajib Pajak dalam
negeri, koperasi, badan usaha milik
negara, atau badan usaha milik
daerah, dari penyertaan modal pada
badan usaha yang didirikan dan
bertempat kedudukan di Indonesia
dengan syarat:
1. dividen berasal dari cadangan
laba yang ditahan; dan
3. Bunga
Simpanan
terkena PPh Final.
Koperasi
Peraturan Pemerintah No 15
Tahun 2009, 9 Februari 2009
menyatakan
bahwa
penghasilan
berupa
bunga
simpanan
yang
dibayarkan
oleh
koperasi
yang
didirikan di Indonesia kepada anggota
koperasi orang pribadi dikenai Pajak
Penghasilan yang bersifat final.
Besarnya
Pajak
Penghasilan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1
PP tersebut adalah:
a. 0% (nol persen) untuk penghasilan
berupa bunga simpanan sampai
dengan Rp 240.000,00 (dua ratus
42
Jurnal Madani Edisi II/Nopember 2009
empat puluh ribu rupiah) per
bulan; atau
b. 10% (sepuluh persen) dari jumlah
bruto bunga untuk penghasilan
berupa bunga simpanan lebih dari
Rp 240.000,00 (dua ratus empat
puluh ribu rupiah) per bulan.
(3)
4.
Terdapat beban estimasi yang
tax deductable.
Peraturan Menteri Keuangan 81/PMK.03/2009 , 22 April 2009
menyatakan
terdapat
cadangan
piutang
tak
tertagih
yang
diperbolehkan untuk koperasi simpan
pinjam yang diatur pada pasal 6 PMK
tersebut sebagai berikut:
(1) Besarnya cadangan piutang tak
tertagih koperasi simpan pinjam
sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 1 huruf a angka 2 butir a)
ditetapkan sebagai berikut :
a. 0,5% (setengah persen) dari
piutang dengan kualitas lancar;
b. 10% (sepuluh persen) dari
piutang dengan kualitas kurang
lancar setelah dikurangi dengan
nilai agunan;
c. 50% (lima puluh persen) dari
piutang
dengan
kualitas
diragukan setelah dikurangi
dengan nilai agunan; dan
d. 100% (seratus persen) dari
piutang dengan kualitas macet
setelah dikurangi dengan nilai
agunan.
(2) Besarnya nilai agunan yang dapat
diperhitungkan sebagai pengurang
pada cadangan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) paling
tinggi adalah :
(4)
(5)
(6)
a. 100% (seratus persen) dari
nilai agunan yang bersifat
likuid; dan
b. 75% (tujuh puluh lima persen)
dari nilai agunan lainnya atau
sebesar nilai yang ditetapkan
perusahaan penilai.
Jumlah piutang yang digunakan
sebagai dasar untuk membentuk
dana cadangan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) adalah
pokok pinjaman yang diberikan
oleh koperasi simpan pinjam.
Kerugian yang berasal dari
piutang yang nyata-nyata tidak
dapat ditagih dibebankan pada
perkiraan cadangan piutang tak
tertagih.
Dalam hal jumlah cadangan
piutang tak tertagih seluruhnya
atau sebagian tidak dipakai untuk
menutup kerugian sebagaimana
dimaksud pada ayat (4), jumlah
kelebihan
cadangan
tersebut
diperhitungkan
sebagai
penghasilan.
Dalam hal jumlah cadangan
piutang tak tertagih dipakai untuk
menutup kerugian sebagaimana
dimaksud pada ayat (4) namun
tidak
mencukupi,
jumlah
kekurangan cadangan tersebut
diperhitungkan
sebagai
kerugian.
IV. Rekonsiliasi Fiskal untuk
Akuntansi Perkoperasian
Kemungkinan
rekonsiliasi
fiskal yang dilakukan koperasi adalah
sebagai berikut:
 Perbedaan cadangan penyisihan
piutang
ragu-ragu
yang
43
Jurnal Madani Edisi II/Nopember 2009

diperbolehkan pajak dengan yang
diestimasi manajemen koperasi
simpan pinjam akan menjadi
koreksi fiskal positif (bila estimasi
manajemen lebih besar) dan
koreksi fiskal negatif (bila estimasi
manajemen lebih kecil).
Penghasilan yang dikenakan PPh
final (seperti bunga, deviden, dll)
dikeluarkan
dari
perhitungan
penghasilan
netto
untuk
menghitung Penghasilan Kena
Pajak (PKP) demikian juga bebanbeban yang berkaitan dengan
penghasilan tersebut menjadi
koreksi fiskal positif. Hal ini akan
banyak ditemui pada koperasi
simpan
pinjam
yang
mengandalkan penghasilan dari
passive income.
Program Pensiun Manfaat Pasti (iuran
pensiun yang dibayar tidak pasti,
manfaat yang akan diterima saat
pensiun pasti).
Dana Pensiun Pemberi Kerja ialah
dana pensiun yang dibentuk oleh
orang
atau
badan
yang
memperkerjakan karyawan, selaku
pendiri,
untuk
menyelenggarakan
Program Pensiun Iuran Pasti dan
Program Pensiun Manfaat Pasti.
Pembentukan Dana Pensiun akan
menimbulkan kewajiban baik bagi
karyawan sebagai perserta maupun
pemberi
kerja.
Dana
Pensiun
Lembaga Keuangan hanya dapat
dibentuk oleh bank umum dan
perusahaan asuransi jiwa setelah
memenuhi persyaratan. Sedangkan
Program yang boleh dijalankan adalah
Program Iuran Pasti.
B.2. DANA PENSIUN
II. Akuntansi Dana Pensiun.
I.
Gambaran
5
Pensiun .
Umum
Dana
Menurut
KMK
No.
509/KMK.06/2002 Pasal 1 ayat 3,
Pengurus
Dana
Pensiun
wajib
menyampaikan laporan keuangan
kepada Menteri Keuangan yaitu:
a. laporan keuangan semesteran
yang
ditandatangani
oleh
Pengurus;
b. laporan keuangan yang telah
diaudit oleh akuntan publik
Laporan keuangan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 1 ayat (3)
terdiri dari :
a. laporan aktiva bersih;
b. laporan perubahan aktiva bersih;
c. neraca;
d. perhitungan hasil usaha;
e. laporan arus kas; dan
f. catatan atas laporan keuangan.
Dana Pensiun (pension funds)
adalah badan hukum yang mengelola
dan menjalankan program yang
menjanjikan manfaat pensiun. Jenis
Dana Pensiun ada dua yaitu Dana
Pensiun Pemberi Kerja dan Dana
Pensiun
Lembaga
Keuangan
Sedangkan
program
yang
diperkenankan dijalankan bagi setiap
dana
pensiun
adalah
Program
Pensiun Iuran Pasti (iuran pensiun
yang dibayar pasti, manfaat yang akan
diterima saat pensiun tidak pasti) dan
5
Siamat, Dahlan. 2001. Manajemen Lembaga
Keuangan. Jakarta: Lembaga Penerbit FEUI Hal
49
44
Jurnal Madani Edisi II/Nopember 2009
PSAK No 18 mengatur tentang
akuntansi Dana Pensiun dengan
membedakan Dana Pensiun Pemberi
Kerja (DPPK) dengan Dana Pensiun
Lembaga Keuangan (DPLK). Laporan
keuangan Dana Pensiun terdiri dari
laporan
aktiva
bersih,
laporan
perubahan aktiva bersih, neraca,
perhitungan hasil usaha, laporan arus
kas, dan catatan atas laporan
keuangan .
Khusus untuk Dana Pensiun yang
menyelenggarakan PPMP, laporan
mengenai kewajiban aktuaria dan
perubahannya perlu disusun sebagai
lampiran laporan keuangan. (PSAK No
18 Paragraf 20) Sebagai informasi
tambahan atas laporan keuangan
perlu disajikan antara lain portofolio
investasi,
rincian
biaya
yang
merupakan beban Dana Pensiun
selama satu periode sesuai dengan
Peraturan Dana Pensiun (untuk Dana
Pensiun Pemberi Kerja) atau rincian
biaya yang dapat dipungut dari
Peserta
atau dibebankan pada
rekening Peserta selama satu periode
sesuai dengan Peraturan Dana
Pensiun
(untuk
Dana
Pensiun
Lembaga Keuangan) dan (PSAK No
18 Paragraf 21).
PSAK No 18 Paragraf 22
menerangkan mengenai Penilaian
Aktiva Dana Pensiun. Aktiva Dana
Pensiun dinilai sesuai dengan SAK
yang berlaku, namun mengingat
tujuan Dana Pensiun dan kekhususan
informasi yang diperlukan maka dalam
neraca,
untuk
aktiva
tertentu
disamping
nilai
historis
perlu
ditentukan pula nilai wajarnya. Selisih
antara nilai historis dan nilai wajar
disajikan sebagai Selisih Penilaian
Investasi. Untuk tujuan penyusunan
laporan aktiva bersih dan laporan
perubahan aktiva bersih, investasi
Dana Pensiun dinilai berdasarkan nilai
wajar (fair value). Surat-surat berharga
dinilai berdasarkan harga pasar
karena dianggap sebagai nilai yang
paling tepat untuk mengukur nilai surat
berharga pada tanggal laporan dan
hasil invetasi selama periode tersebut.
Surat-surat berharga yang nilai jatuh
temponya sudah ditetapkan dan
memang
dimaksudkan
untuk
membayar manfaat pensiun dinilai
berdasarkan nilai jatuh temponya
dengan asumsi tingkat pengembalian
yang tetap. Jika suatu investasi tidak
mempunyai nilai wajar maka perlu
diungkapkan alasan mengapa nilai
wajar tidak dapat ditentukan. Aktiva
operasional dinilai berdasarkan nilai
buku.
PSAK No. 18 Paragraf 23
menjelaskan
bahwa
Laporan
keuangan
Dana
Pensiun
perlu
mengungkapkan informasi relevan
antara lain sebagai berikut:
(a) laporan aktiva bersih:
(i) nilai aktiva pada akhir periode
dengan klasifikasi yang tepat,
(ii) dasar penilaian aktiva,
(iii) investasi sesuai dengan rincian
jumlah investasi menurut jenis,
(iv)
kewajiban
selain
daripada
kewajiban aktuaria;
Laporan ini bertujuan untuk
memberikan informasi tentang jumlah
aktiva bersih yang tersedia untuk
membayar kewajiban manfaat pensiun
kepada peserta pada tanggal laporan.
Total seluruh aktiva Dana Pensiun
45
Jurnal Madani Edisi II/Nopember 2009
tidak termasuk piutang jasa lalu (past
service) yang belum jatuh tempo,
dikurangi seluruh kewajiban kecuali
kewajiban
aktuaria,
menunjukkan
jumlah aktiva bersih yang tersedia
untuk manfaat pensiun pada tanggal
laporan. (PSAK No 18 Paragraf 25)
(b) Laporan
bersih:
perubahan
pensiun, serta menguraikan penyebab
perubahan tersebut yang diperinci
atas
pertambahan
dan
atau
pengurangan yang terjadi selama
suatu periode tertentu (PSAK No. 18
Paragraf 26).
(c) Neraca:
i. Posisi keuangan Dana Pensiun,
ii. Nilai historis, khusus untuk
investasi ditentukan juga nilai
wajarnya
iii. Nilai historis, Khusu untuk
investasi ditentukan juga nilai
wajarnya.
aktiva
i. biaya jasa kini (iuran normal)
yang jatuh tempo baik yang
berasal dari pemberi kerja
atau pemberi kerja
ii. dan peserta atau peserta.
iii. biaya
jasa
lalu
(iuran
tambahan) yang jatuh tempo.
iv. hasil investasi antara lain
bunga, dividen, dan sewa,
v. pendapatan lain-lain.
vi. manfaat
yang
sudah
dibayarkan dan yang masih
terhutang,
dirinci
untuk
peserta yang pensiun, yang
meninggal atau yang cacat,
juga
untuk
pembayaran
manfaat secara sekaligus,
vii. beban administrasi,
viii. beban investasi,
ix. beban lain-lain,
x. pajak penghasilan,
xi. keuntungan atau kerugian dari
pelepasan
investasi
dan
penurunan atau kenaikan nilai
investasi, dan
xii. pengalihan dana ke dan dari
Dana Pensiun lain;
(d) Perhitungan hasil usaha:
i. Pendapatan
dan
investasi,
ii. Beban administrasi.
iii. Pendapatan lain-lain.
beban
(e) Laporan arus kas:
Laporan arus kas disajikan sesuai
dengan sifat kegiatan usaha Dana
Pensiun selama periode pelaporan;
(f) Catatan atas laporan keuangan,
mencakup:
(i) Penjelasan mengenai program
pensiun serta perubahan yang
terjadi selama periode laporan,
antara lain:
- Nama pendiri Dana Pensiun
dan mitra pendiri (jika ada),
- Kelompok karyawan yang
menjadi peserta program
pensiun,
Laporan ini berisi informasi
tentang perubahan atas jumlah aktiva
bersih yang tersedia untuk manfaat
46
Jurnal Madani Edisi II/Nopember 2009
-
Jumlah
peserta
program
pensiun
dan
jumlah
pensiunan,
- Jenis program pensiun,
- Iuran yang berasal dari
peserta, jika ada,
- Untuk
PPMP,
penjelasan
mengenai manfaat pensiun
yang dijanjikan,
- Penjelasan mengenai rencana
penggabungan,
pemisahan,
pemindahan kelompok peserta
dan
pembubaran
Dana
Pensiun
(jika
besar
kemungkinannya terjadi);
(ii) Penjelasan singkat mengenai
kebijakan
akuntansi
yang
penting,
(iii) Penjelasan mengenai kebijakan
pendanaan,
(iv) Rincian portofolio investasi,
dan
(v) Perhitungan kewajiban aktuaria,
metode penilaian, asumsi
aktuarial, nama dan tanggal
laporan akturis terakhir (dalam
hal PPMP).
II. Peraturan Perpajakan
sehubungan dengan Dana
Pensiun
1. Penghasilan
Investasi
Dana
Pensiun bukan Objek Pajak.
UU PPh No 36 Tahun 2008 Pasal
4 ayat 3 menyatakan sebagai berikut:
Yang dikecualikan dari objek pajak
adalah: “....
g. iuran yang diterima atau diperoleh
dana pensiun yang pendiriannya telah
disahkan Menteri Keuangan, baik
yang dibayar oleh pemberi kerja
maupun pegawai;
h. penghasilan dari modal yang
ditanamkan oleh dana pensiun
sebagaimana dimaksud pada huruf g,
dalam bidang-bidang tertentu yang
ditetapkan dengan Keputusan Menteri
Keuangan;…”
KMK No. 651 Th. 1994
menjelaskan tentang penanaman
modal tertentu yang memberikan
penghsailan kepada Dana Pensiun
yang tidak termasuk Objek Pajak
Penghasilan adalah:
“Penghasilan yang diterima atau
diperoleh dana pensiun yang
pendiriannya telah disahkan oleh
Menteri Keuangan yang penanaman
modal berupa:
a. Bunga dan diskonto dari deposito,
sertifikat deposito, dan tabungan,
pada bank di Indonesia serta
Sertifikat Bank Indonesia;
b. Bunga
dari
obligasi
yang
diperdagangkan di pasar modal di
Indonesia;
PSAK No 18 Paragraf 27
menyatakan bahwa untuk penyusunan
laporan keuangan Dana Pensiun yang
menyelenggarakan PPMP, penentuan
kewajiban
aktuaria
berdasarkan
laporan aktuaris terakhir. Di dalam
Neraca, selisih antara nilai kewajiban
aktuaria dan aktiva bersih disajikan
sebagai Selisih Kewajiban Aktuaria.
Dalam Neraca Dana Pensiun yang
menyelenggarakan PPMP, piutang
kepada pemberi kerja sehubungan
dengan jasa masa lalu karyawan
diakui sebesar jumlah yang telah jatuh
tempo pada tanggal laporan.
47
Jurnal Madani Edisi II/Nopember 2009
c.
Dividen
dari
saham
pada
perseroan terbatas yang tercatat
di bursa efek di Indonesia
PER Dirjen Pajak No 160/PJ/2005,
Pasal 2 menyatakan:
”Atas penghasilan berupa bunga
deposito dan tabungan serta diskonto
Sertifikat
Bank
Indonesia
yang
diterima atau diperoleh Dana Pensiun
yang pendiriannya telah disahkan oleh
Menteri Keuangan, tidak dilakukan
pemotongan
Pajak
Penghasilan,
sepanjang dananya diperoleh dari
sumber pendapatan sebagaimana
dimaksud
dalam
Pasal
29
Undang-Undang No. 11 Tahun 1992
tentang Dana Pensiun”.
perpajakan terhadap pembayaran
pensiun adalah sebagai berikut :
(1) Pada saat tanggung
jawab
pembayaran pensiun dialihkan
kepada perusahaan asuransi jiwa,
peserta dianggap telah menerima
hak atas manfaat pensiun yang
dibayarkan
secara
sekaligus,
sehingga Dana Pensiun wajib
melakukan
pemotongan
PPh
Pasal 21 sebagaimana diatur
dalam
Peraturan
Pemerintah
Nomor 149 Tahun 2000 jo.
Keputusan Menteri Keuangan
Nomor 112/KMK.03/2001 tanggal
6 Maret 2001, dengan ketentuan
sebagai berikut :
a. Penghasilan bruto di atas Rp
25.000.000,00 (dua puluh lima
juta rupiah) sampai dengan
Rp 50.000.000,00 (lima puluh
juta rupiah). dipotong PPh
Pasal 21 sebesar 5% (lima
persen);
b. Penghasilan bruto di atas Rp
50.000.000,00 (lima puluh juta
rupiah) sampai dengan Rp
100.000.000,00 (seratus juta
rupiah) dipotong PPh Pasal 21
sebesar
10%
(sepuluh
persen);
c. Penghasilan bruto diatas Rp
100.000.000,00 (seratus juta
rupiah) sampai dengan Rp
200.000.000,00 (dua ratus juta
rupiah) dipotong PPh Pasal 21
sebesar 15% (lima belas
persen);
d. Penghasilan bruto di atas Rp
200.000.000,00 (dua ratus juta
rupiah) dipotong PPh Pasal 21
3. Dana Pensiun baru dipajaki PPh
21 setelah dibagikan pada
penerima manfaat pensiun
UU PPh pasal 21 ayat 1-c
menyatakan Pemotongan pajak atas
penghasilan
sehubungan
dengan
pekerjaan, jasa, atau kegiatan dengan
nama dan dalam bentuk apa pun yang
diterima atau diperoleh Wajib Pajak
orang pribadi dalam negeri wajib
dilakukan oleh:
“Dana pensiun atau badan lain yang
membayarkan uang pensiun dan
pembayaran lain dengan nama apa
pun dalam rangka pensiun;”.
Keputusan Dirjen Pajak - KEP 333/PJ/2001, 3 Mei 2001 Pasal 2
menyatakan sebagai berikut: ”dengan
adanya pengalihan tanggung jawab
pembayaran pensiun dari Dana
Pensiun yang telah disahkan Menteri
Keuangan
kepada
perusahaan
asuransi
jiwa,
maka
perlakuan
48
Jurnal Madani Edisi II/Nopember 2009
sebesar 25% (dua puluh lima
persen);
e. Dikecualikan dari pemotongan
PPh
Pasal
21
apabila
penghasilan bruto sebesar Rp
25.000.000,00 (dua puluh lima
juta rupiah) atau kurang.
(2) Pemotongan PPh Pasal 21
sebagaimana dimaksud dalam
Ayat (1) bersifat final.
(3) Dengan
adanya
pengalihan
tanggung
jawab
pembayaran
pensiun
kepada
perusahaan
asuransi jiwa maka program
pensiun berubah menjadi program
asuransi sehingga pada saat
peserta menerima hak atas
manfaat
pensiun
tersebut,
perusahaan asuransi jiwa tidak
melakukan
pemotongan
PPh
Pasal 21.
Dengan tidak dipajakinya laba
dari investasi yang dikelola Dana
Pensiun, maka tidak terjadi economic
double taxation. Beban pajak yang
ditanggung hanya sebesar PPh 21
yang dipotong saat dibagikan pada
pensiunan.
III.
pada bank di Indonesia serta
Sertifikat Bank Indonesia;
b. Bunga
dari
obligasi
yang
diperdagangkan di pasar modal di
Indonesia;
c. Dividen
dari
saham
pada
perseroan terbatas yang tercatat
di bursa efek di Indonesia
C.Penutup.
Dari pembahasan di atas, dapat
disimpulkan bahwa:
1. Standar Akuntansi didasarkan
pada business nature dari usaha
yang dijalankan maka terdapat
perbedaan akuntansi antara jenis
usaha satu dengan lainnya untuk
memenuhi
syarat
”dapat
diperbandingkan” (comparibility).
2. Koreksi
Fiskal
untuk
menyesuaikan laba akuntansi
menjadi laba kena pajak banyak
diterapkan pada:
a. perbedaan
amortisasi/depresiasi
yang
diperbolehkan
pajak
dan
estimasi manajemen.
b. perbedaan
jumlah
dana
cadangan yang diperbolehkan
pajak
dan
estimasi
manajemen.
c. pemisahan pendapatan dan
biaya yang terkait pemajakan
final dan pembebasan pajak.
Rekonsiliasi
Fiskal
untuk
Akuntansi Dana Pensiun
Karena pada dasarnya laba dan
penghasilan dari investasi yang
dilakukan Dana Pensiun bukan
merupakan Objek Pajak maka semua
penghasilan tersebut harus dikoreksi
fiskal
negatif
kecuali
untuk
penghasilan yang tidak ditetapkan
KMK No. 651 Tahun 1994 yaitu
penghasilan selain:
a. Bunga dan diskonto dari deposito,
sertifikat deposito, dan tabungan,
49
Jurnal Madani Edisi II/Nopember 2009
Daftar Pustaka :
Griffin, Richard W. & Ebert, Ronald J.
1993. Business. New Jersey: Prentice
Hall
Kieso, Weygandt and Warfield. 2001.
Intermediate Accounting. John
Weiley & Sons, Inc
Shome,
Parthasarathi. 1995. Tax
Policy
Handbook.
IMF,
Washington DC
Siamat, Dahlan. 2001. Manajemen
Lembaga Keuangan. Jakarta:
Lembaga Penerbit FEUI
Waluyo, 2007. Perpajakan Indonesia
Buku 1. Salemba Empat,
Jakarta.
http://ortax.org – Arsip
Perpajakan
http://jsx.co.id
–
Keuangan
Arsip
Peraturan
Laporan
50
Jurnal Madani Edisi II/Nopember 2009
Download