BAB IV Analisis Pola Deformasi Interseismic Gempa Bengkulu 2007 4.1 Analisis Vektor Pergeseran Sebelum Gempa Bengkulu 2007 Dari hasil plotting vektor pergeseran titik-titik GPS kontinyu SuGAr yang telah dilakukan, maka aktifitas deformasi interseismic yang terjadi sebelum gempa Bengkulu 2007 dapat dianalisis sebagai berikut : • Pola pergeseran titik-titik GPS kontinyu SuGAr bagian utara sebanyak 8 buah titik, yaitu ACEH, BITI, BSIM, BTHL, LHWA, PBLI, SAMP, dan UMLH, seperti yang dapat dilihat pada Gambar 4.1., sangat dipengaruhi oleh aktifitas deformasi post-seismic, baik akibat gempa Aceh 2004, Nias 2005, maupun gabungan dari keduanya. • Dominannya aktifitas post-seismic yang terjadi di sekitar segmen Aceh-Nias tersebut ditunjukkan dengan arah vektor pergeseran titik-titik GPS kontinyu SuGAr yang bergerak relatif ke arah barat daya atau ke arah trench zona subduksi Sumatra, dengan nilai vektor pergeseran yang relatif besar, yaitu ±10 cm/tahun hingga mencapai ±20 cm/tahun di titik ACEH dan UMLH, seperti yang dapat dilihat pada Gambar 4.1. • Untuk titik PSMK yang berada tepat di antara segmen utara dan selatan, terdapat sedikit kejanggalan dimana arah pergerakannya sama dengan titiktitik GPS kontinyu SuGAr di bagian utara yang sedang dalam proses postseismik. Sedangkan nilai vektor pergeserannya terlalu kecil untuk titik GPS yang sedang mengalami proses post-seismic, sehingga nilai vektor pergeserannya cenderung sama dengan titi-titig GPS di bagian selatan yang sedang dalam proses interseismic. Hal ini dapat disebabkan oleh kesalahan dalam linear fitting yang dilakukan atau faktor yang lain, sehingga fenomena yang terjadi pada titik tersebut sedikit janggal. 46 Trench IndoAustralia 5 cm/thn 10 cm/thn Gambar 4.1 Arah pergerakan titik-titik GPS kontinyu SuGAr di bagian utara Sumatra bergerak kearah barat daya atau kearah batas antar lempeng, yang menunjukkan aktifitas post-seismic gempa Aceh 2004 dan Nias 2005. 47 • Sedangkan pola pergeseran titik-titik GPS kontinyu SuGAr sekitar Mentawai dan Bengkulu, mulai dari titik ABGS di utara hingga MLKN di selatan, seperti yang dapat dilihat pada Gambar 4.2, menunjukkan aktifitas deformasi interseismic. • Adanya aktifitas deformasi interseismic di bagian selatan Sumatra ditunjukkan dengan arah vektor pergeseran titik-titik GPS kontinyu SuGAr yang bergerak relatif ke arah timur atau searah dengan arah pergerakan lempeng IndoAustralia, dengan besarnya nilai vektor pergeseran yang relatif kecil, yaitu ±1 cm/tahun hingga ±2 cm/tahun, seperti yang dapat dilihat pada Gambar 4.2. IndoAustralia 5-6 cm/thn 2 cm/thn Trench Gambar 4.2 Arah pergerakan titik-titik GPS kontinyu SuGAr di bagian selatan Sumatra bergerak kearah timur laut atau relatif searah dengan kearah pergerakan lempeng IndoAustralia, yang menunjukkan aktifitas interseismic. 48 • Terdapat bagian dimana titik-titik GPS kontinyu SuGAr menunjukkan arah pergerakan yang berlawanan, yaitu pergerakan relatif ke arah barat daya untuk titik-titik GPS di belahan utara dan pergerakan relatif ke arah timur untuk titiktitik GPS belahan selatan. Sehingga pada bagian tersebut dapat dibuat suatu batas antara segmen bidang gempa yang sudah terjadi akibat gempa Aceh 2004 dan Nias 2005, dengan segmen yang belum terjadi gempa, seperti dapat dilihat pada Gambar 4.3 yang ditandai dengan garis merah putus-putus di sekitar titik PSMK. • Batas antara segmen utara dan selatan ini menunjukkan adanya aktifitas yang berbeda dalam zona subduksi yang sama, dimana segmen utara sudah dalam proses post-seismic akibat gempa Aceh 2004 dan Nias 2005, sedangkan segmen selatan masih dalam proses interseismic. Sehingga dapat dikatakan bahwa di selatan pulau Nias dan kepulauan Mentawai tersebut sebagai batas antara dua aktifitas tektonik yang sedang berlangsung. IndoAustralia 5cm/thn Trench Gambar 4.3 Pembagian segmen aktifitas tektonik yang sedang berlangsung di zona subduksi Sumatra sebelum gempa Bengkulu 2007, yaitu post-seismic di bagian utara dan interseismic di bagian selatan, yang dibatasi garis merah putus-putus. 49 4.2 Analisis Hasil Perbandingan Data Pengamatan GPS dengan Model Dari hasil plotting data pengamatan titik-titik GPS kontinyu SuGAr dengan model deformasi interseismic yang telah dilakukan, maka perbandingan antara keduanya yang dapat dianalisis adalah sebagai berikut : • Arah vektor pergeseran model dibuat searah dengan arah pergerakan lempeng Indo-Australia yang men-subduksi lempeng Eurasia dengan arah N11oE [Natawidjaja, 2002], dengan asumsi pergerakannya homogen, dengan tujuan untuk visualisasi dari grafik pada Gambar 3.20 sebagai perbandingan dengan data pengamatan GPS. Kemudian nilai vektor pergeserannya diasumsikan homogen pula, yaitu 2 cm/tahun untuk titik-titik di sepanjang busur kepulauan Mentawai, dan 1 cm/tahun untuk titik-titik yang terletak didaratan pulau Sumatra. • Berdasarkan hasil plotting pada Gambar 4.4 antara data GPS dan model tersebut, menunjukkan bahwa arah dan nilai pergerakan yang berbeda cukup signifikan, yaitu hasil data GPS menunjukkan kecenderungan pergerakan ke arah timur, sedangkan hasil model menunjukkan pergerakan ke arah timur laut. • Hal ini disebabkan oleh asumsi pergerakan model yang disamakan dengan pergerakan lempeng Indo-Australia tanpa memperhitungkan faktor lain. Data GPS itu sendiri terlalu pendek yaitu ±120 hari untuk mengestimasi velocity rate satu tahun, dimana dari data timeseries GPS, yang dapat dilihat pada Lampiran 3, terlihat variasinya terlalu sulit untuk dapat diestimasi. • Sebagian besar nilai vektor pergeserannya relatif sama, hanya arahnya yang berbeda, namun terdapat beberapa titik, seperti titik MKMK dan LNNG, dimana nilai vektor pergeseran data GPS lebih besar, yaitu ±2 cm/tahun, dibandingkan dengan hasil dari model, yaitu ±1 cm/tahun. Selain itu titik JMBI yang idealnya tidak mengalami atau dipengaruhi aktifitas deformasi interseismic, berdasarkan data GPS terjadi pergeseran yang cukup besar ±2 cm/tahun, yang mungkin saja diakibatkan oleh deformasi lokal. 50 Trench IndoAustralia Obs. 2 cm/thn Model 5-6 cm/thn Gambar 4.4 Perbandingan plotting data hasil pengamatan GPS dan hasil pemodelan pola deformasi interseismic. 51