BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Aktivitas Belajar Dalam kehidupan sehari-hari semua orang melakukan aktivitas. Proses pembelajaran terjadi karena adanya aktivitas guru dan aktivitas siswa. Anwar (2005: 42) berpendapat aktivitas merupakan kegiatan kesibukan, keaktifan, kerja atau salah satu kegiatan kerja yang dilaksanakan dalam tiap bagian di dalam perusahaan. Siddiq, (2008: 112) menyatakan yang disebut aktivitas belajar adalah aktivitas mental dan emosional dalam upaya terbentuknya perubahan perilaku yang lebih maju. Pintrich Schunk (2009: 90) berpendapat aktivitas merupakan aspek penting yang mempengaruhi perhatian, belajar, berfikir dan berprestasi. Dalam pendapat-pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa aktivitas dalam belajar merupakan keaktifan siswa dalam pembelajaran seperti bertanya, menanggapi, membuat rangkuman, mengadakan diskusi dan sebagainya merupakan bentuk aktivitas mental dan emosional siswa dalam upaya terbentuknya perilaku yang lebih baik. 2.1.1. Pengertian Belajar, Pembelajaran, Strategi, dan Model Pembelajaran Belajar adalah suatu proses mendapatkan pengetahuan sehingga mampu mengubah tingkah laku manusia. Pembelajaran pada hakikatnya merupakan suatu proses interaksiantara guru dengan siswa, baik interaksi secara langsung seperti kegiatantatap muka maupun kegiatan tidak langsung yaitu dengan caramenggunakan berbagai media (Rusman, 2008:159). Strategi pembelajaran adalah suatu kegiatan pembelajaran yangharus dikerjakan guru dan siswa agar tujuan pembelajaran dapat dicapaisecara efektif dan efisien(Rusman, 2008,140). Selain ituDick and Carey juga menyebutkan bahwa strategi pembelajaran itu adalahsuatu perangkat materi dan prosedur pembelajaran yang digunakan secarabersama-sama untuk menimbulkan hasil belajar pada peserta didik. Olehsebab itu, strategi berbeda dengan metode. Strategi menunjukkan sebuah perencanaan untuk mencapai sesuatu, sedangkan metode cara yang digunakan untuk melaksanakan strategi (Rusman, 2008:140). Model pembelajaran adalah suatu rencana atau pola yang dapatdigunakan untuk membentuk kurikulum (rencana pembelajaran jangkapanjang), merancang bahan-bahan pembelajaran, dan membimbingpembelajaran di kelas atau yang lainnya(Rusman, 2008:150). 2.1.2. Prestasi Belajar Muara dari proses pembelajaran adalah hasil belajar. Beberapa ahli mengemukakan beberapa pengertian dari hasil belajar yang diuraikan berikut ini. Poerwanti (2008: 40) mengklasifikasikan hasil belajar menjadi tiga ranah, yaitu kognitif (cognitive), afektif (affective), dan psikomotor (psychomotor). Yuliati (2008: 20) menyatakan bahwa hasil belajar adalah hasil penilaian terhadap kemampuan siswa yang ditentukan dalam bentuk angka. Abidin, (2004: 54) mengatakan bahwa hasil belajar adalah penggunaan angka pada hasil tes atau prosedur penilaian sesuai dengan aturan tertentu. Berdasarkan pendapat-pendapat di atas hasil belajar dapat diartikan sebagai penggunaan angka sebagai hasil penilaian terhadap kemampuan siswa baik kemampuan kognitif, afektif maupun psikomotor. 2.2. Pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar 2.2.1. Karakteristik Anak usia SD Pembelajaran Matematika di SD akan berhasil dengan baik apabila guru memahami perkembangan intelektual anak usia SD. Usia anak SD berkisar antara 7 tahun sampai dengan 12 tahun. Menurut Piaget perkembangan anak usia SD tersebut termasuk dalam katagori operasional konkrit. Pada usia operasional konkrit dicirikan dengan sistem pemikiran yang didasarkan pada aturan tertentu yang logis, hal tersebut dapat diterapkan dalam memecahkan persoalan-persoalan konkrit yang dihadapi. Anak operasional konkrit sangat membutuhkan benda-benda konkrit untuk menolong perkembangan intelektualnya. Anak SD sudah mampu memahami tentang penggabungan (penambahan atau pengurangan), mampu mengurutkan, misalnya mengurutkan dari yang kecil sampai yang besar, yang pendek sampai yang panjang. Anak SD juga sudah mampu menggolongkan atau mengklasifikasikan berdasarkan bentuk luarnya saja, misalkan menggolongkan berdasarkan warna, bentuk persegi atau bulat, dan sebagainya. Pada akhir operasional konkrit mereka dapat memahami tentang pembagian, mampu menganalisis dan melakukan sintesis sederhana. 2.2.2. Prinsip proses Pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar. Menurut Bruner dalam Karso (2004:12) prinsip-prinsip pembelajaran yang dapat dikembangkan sebagai proses belajar terbagi menjadi tiga tahapan, yaitu : a. Tahap Enaktif atau Tahap Kegiatan (Enactive). Tahap pertama anak belajar konsep adalah berhubungan dengan bendabenda real atau mengalami peristiwa di lingkungan sekitarnya. b. Tahap Ikonik atau Tahap Gambar Bayangan ( iconic). Pada tahap ini anak telah mengubah, menandai, dan menyimpan peristiwa atau benda dalam bentuk bayangan mental. c. Tahap Simbolik (Symbolik). Pada tahap terakhir ini anak dapat mengutarakan bayangan mental tersebut dalam bentuk simbol dan bahasa. 2.3. Tujuan Pembelajaran Matematika SD Di dalam GBPP mata pelajaran matematika SD disebutkan bahwa tujuan yang hendak dicapai dari pembelajaran matematika sekolah adalah: a. Menumbuhkan dan mengembangkan keterampilan berhitung (menggunakan bilangan) sebagai alat dalam kehidupan sehari-hari. b. Menumbuhkan kemampuan siswa, yang dapat dialihgunakan, melalui kegiatanmatematika. c. Mengembangkan pengetahuan dasar matematika sebagai bekal lanjut di Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP). d. Membentuk sikap logis, kritis, cermat, kreatif dan disiplin. Depdikbud, (2003:40). Sedangkan tujuan mata pelajaran matematika yang tercantum dalam KTSP (2006) pada SD/MI adalah sebagai berikut: a. Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antar konsep dan mengaplikasikan konsep atau algoritma, secara luwes, akurat, efisien, dan tepatdalam pemecahan masalah. b. Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika. c. Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah, merancang model matematika, menyelesaikan model dan menafsirkan solusi yang diperoleh. d. Mengkomunkasikan gagasan dengan simbol, table, diagram, atau media lain untuk memperjelas keadaan atau masalah. e. Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu memiliki rasa ingin tahu, perhatian, dan minat dalam mempelajari matematika, serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah (Depdiknas, 2006:417).Adapun ruang lingkup materi atau bahan kajian matematika di SD/MImencakup: a). bilangan, b). geometri dan pengukuran, dan c). Pengolahan data. 2.4.Pembelajaran PAKEM Pembelajaran PAKEM singkatan dari Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan. a. Pembelajaran aktif Pembelajaran berpusat pada siswa (learning Oriented)), proses pembelajaran benar-benar mengarahkan bagaimana siswa belajar secara aktif baik mental maupun fisik. Siswa berperan secara aktif dalam proses bagaimana mempelajari materi ajar. Aktifdimaksudkan bahwa dalam pembelajaran guru harus menciptakan suasana sedemikian rupa sehingga siswa aktif bertanya, mempertanyakan dan mengemukan gagasan. Belajar memang merupakan suatu proses aktif dari si pembelajar dalam membangun pengetahuannya, bukan proses pasif yang hanya menerima kucuran informasi atau pengetahuan dari guru belaka. Jika pembelajaran tidak memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk berperan aktif, maka pembelajaran tersebut bertentangan dengan hakikat belajar. Peran aktif dari peserta didik sangat penting dalam rangka pembentukan generasi yang kreatif, yang mampu menghasilkan sesuatu untuk kepentingan dirinya dan orang lain. Aktif di sini bersifat fisik maupun mental. Artinya, aktif dalam mengemukakan penalaran (alasan), menemukan kaitan yang satu dengan yang lain, mengkomunikasikan ide/gagasan, mengemukakan bentuk representasi yang tepat, dan menggunakan semua itu untuk memecahkan masalah. b. Pembelajaran kreatif Pembelajaran yang memberikan ruang pada siswa untuk memunculkan kreativitasnya dalam memecahkan persoalan yang dihadapinya. Kreatif dimaksudkan bahwa agar guru menciptakan kegiatan belajar yang beragam sehingga memenuhi berbagai tingkat kemampuan peserta didik, juga siswa dapat menjadi kreatif dalam proses pembelajarannya. Artinya siswa kreatif dalam memahami masalah, menemukan ide yang terkait, mempresentasikan dalam bentuk lain yang lebih mudah diterima, dan menemukan kesenjangan yang harus diisi untuk memecahkan masalah. c. Pembelajaran efektif Efektifdalam pembelajaran adalah proses pembelajaran yang ditempuh secara aktif, kreatif, dan menyenangkan itu diarahkan untuk mencapai tujuan pembelajaran. Efektivitas pembelajaran ditentukan oleh sejauh mana tujuan pembelajaran dapat dicapai, yaitu menghasilkan apa yang harus dikuasai siswa setelah pembelajaran berlangsung, sebab pembelajaran memiliki sejumlah tujuan pembelajaran yang harus dicapai. Jika pembelajaran hanya aktif dan menyenangkan tetapi tidak efektif, maka pembelajaran tersebut tak ubahnya seperti bermain. Jadi efektif artinya berhasil mencapai tujuan sebagaimana yang diharapkan. d. Pembelajaran menyenangkan Pembelajaran menyenangkan adalah penyajian pembelajaran yang kreatif yang dikemas dalam suasana yang mengembirakan. sehingga siswa memusatkan perhatiannya secara penuh pada saat belajar sehingga waktu untuk mencurahkan perhatian (time on task) tinggi. Menurut hasil penelitian, tingginya curah perhatian terbukti meningkatkan hasil belajar (Syaifuddin, Anshory, 2007: 5-6). Ada dua dimensi pengertian PAKEM yaitu dimensi guru dan dimensi siswa. Pertama, dimensi guru meliputi: a. Guru aktif: memantau kegiatan belajar siswa, memberi umpan balik, mengajukan pertanyaan, mempertanyakan gagasan siswa. b. Guru kreatif: mengembangkan kegiatan yang beragam, membuat alat bantu sederhana. c. Efektif pembelajaran: mencapai tujuan pembelajaran. d. Menyenangkan: pembelajaran tidak membuat anak takut, mengemas materi agar mudah dipahami siswa, menggunakan metode dan media pembelajaran yang dapat menarik minat dan perhatian siswa dalam mengikuti pembelajaran. Kedua, dimensi siswa meliputi: a. Siswa aktif: bertanya, mengemukakan gagasan, mempertanyakan gagasan orang lain dan gagasannya. b. Kreatif siswa: merancang membuat sesuatu, menulis/mengarang. c. Efektif: menguasai ketrampilan yang diperlukan. d. Menyenangkan: pembelajaran tidak membuat anak bosan. MelaksanakanPAKEM artinya guru dan murid secara bersama-sama mengembangkan fisik dan mental sehingga terbiasa bertindak aktif, kreatif, dan menyenangkan. Keadaan aktif dan menyenangkan tidaklah cukup jika proses pembelajaran tidak efektif, sebab pembelajaran memiliki sejumlah tujuan pembelajaran yang harus dicapai dengan baik. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam melaksanakan PAKEM sebagai berikut: a. b. c. d. e. f. g. h. Memahami sifat yang dimiliki anak. Mengenal anak secara perorangan. Memanfaatkan perilaku anak dalam pengorganisasian belajar. Mengembangkan kemampuan berfikir kritis, kreatif, dan kemampuan memecahkan masalah. Mengembangkan ruang kelas sebagai lingkungan belajar yang menarik. Memanfaatkan lingkungan sebagai sumber belajar. Memberikan umpan balik untuk meningkatkan kegiatan belajar. Membedakan aktif fisik dan aktif mental. (Seksi Kurikulum Subdin Pembinaan Pendidikan Dasar, 2003: 2). Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa model Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan (PAKEM) adalah suatu model pembelajaran dengan ciri-ciri sebagai berikut: a. Siswa terlibat aktif dalam berbagai kegiatan yang mengembangkan pemahaman dan kemampuan mereka dengan penekanan pada belajar melalui berbuat. b. Guru menggunakan berbagai alat bantu dan cara membangkitkan semangat termasuk menggunakan lingkungan sebagai sumber belajar untuk menjadikan pembelajaran menarik, menyenangkan, dan cocok bagi peserta didik. c. Guru mengatur kelas dengan memajang buku-buku dan bahan belajar yang lebih menarik dan menyediakan ‘pojok baca’. d. Guru menerapkan strategi pembelajaran yang lebih kooperatif dan interaktif, termasuk cara belajar kelompok. e. Guru mendorong peserta didik untuk menemukan caranya sendiri dalam pemecahan suatu masalah, untuk mengungkapkan gagasannya, dan melibatkan peserta didik dalam menciptakan lingkungan sekolahnya (Anshory, Syaifuddin, 2007: 7). Pembelajaran melalui pendekatan PAKEM diharapkan akan dapat meningkatkan aktivitas dan prestasi belajar matematika siswa, karena pemahaman siswa terhadap materi pelajaran matematikamenjadi lebih baik, dan akhirnya dapat meningkatkan prestasi belajar matematika siswa. 2.5. Kerangka Pikir Belajar dan mengajar merupakan dua konsep yang tidak dapat dipisahkan satu sama yang lain. Belajar berarti suatu proses mendapatkan pengetahuan sehingga mampu mengubah tingkah laku manusia, sedangkan mengajar berarti proses penyampaian pelajaran oleh guru kepada siswa sesuai dengan kurikulum yang berlaku. Secara umum kegiatan belajar mengajar di sekolah harus menyenangkan, mengasyikkan, mencerdaskan, dan menguatkan daya fikir siswa yang berpedoman pada tujuan pembelajaran, sehingga kegiatan belajar mengajar akan lebih efektif. Mengajar merupakan suatu proses interaksi antara guru dan siswa. Guru memilih pengetahuan, kemampuan, atau ketrampilan, serta sikap yang relevan dengan tujuan pendidikan, dan apa yang dipilih itu harus bermakna. Guru hendaknya memilih dan menggunakan strategi yang melibatkan siswa aktif dalam belajar, baik secara mental, fisik, maupun sosial. Terjadinya interaksi antara guru dan siswa, bila ada kecocokan apa yang dipilih itu harus bermakna. 2.6. Hipotesis Tindakan Hipotesis merupakan dugaan sementara terhadap sebuah penelitian. Dugaan sementara penulis tentang penelitian ini adalah bahwa siswa belum mampu menerima metode pembelajaran matematika yang sudah diberikan guru. Berdasarkan kajian teori dan kerangka berpikir seperti uraian diatas, diajukan hipótesis tindakan sebagai berikut: jika penerapan strategi pembelajaran dengan pendekatan PAKEM apabila dilaksanakan dengan tahapan yang maksimal dapat meningkatkan aktivitas dan prestasi belajar siswa pada mata pelajaran matematika bagi siswa kelasV SD N 2 Labuhan Ratu.