PENDEKATAN DIAGNOSIS DAN TATALAKSANA DIARE PERSISTEN PADA ANAK Agus Firmansyah Bagian Ilmu Kesehatan Anak FKUI-RSCM, Jakarta LATAR BELAKANG Diare masih merupakan masalah kesehatan Angka kematian diare – 1972 40,0 % – 1980 24,9 % – 1986 16,0 % – 1992 7,5 % – 1996 7,4 % Angka kematian diare persisten 23-62% (45%) TATALAKSANA DIARE AKUT PADA ANAK Terapi rehidrasi Terapi nutrisi Terapi medikamentosa Edukasi PERJALANAN KLINIK DIARE 85 % sembuh dalam waktu < 1 minggu 10 % sembuh dalam waktu 7-14 hari 5 % melanjut > 14 hari. DIARE PERSISTEN Batasan Diare Diare kronik vs diare persisten akut karena infeksi Melanjut 14 hari atau lebih DIARE KRONIK (luar negeri) Penyakit seliak Penyakit Crohn Kolitis ulseratif Fibrosis kistik DIARE KRONIK NON SPESIFIK Diare pada usia 6 bulan – 3 tahun Tumbuh kembang normal Feses lembek, 3-6 x/hari, feses mengandung lendir dan sisa makanan Banyak mengkonsumsi sari buah (sari apel) Riwayat kelainan usus fungsional dalam keluarga FAKTOR RISIKO (1) Umur < 12 bulan Berat lahir rendah (BBLR) Malnutrisi Def. Vitamin A Gangguan imunitas selular Infeksi saluran nafas bawah Obat (antidiare, antibiotik) FAKTOR RISIKO (2) Anemia defisiensi besi Riwayat diare sebelumnya Pemberian susu hewan Umur, pendidikan dan pengalaman ibu Pola penyapihan PATOFISIOLOGI Diare osmotik Diare sekretorik DIARE OSMOTIK Nutrien Tidak diserap Fermentasi bakteri Asam-asam organik Tekanan osmotik meningkat Menarik cairan Diare DIARE SEKRETORIK Bakteri Toksin Stimulasi c-AMP, c-GMP Stimulasi sekresi cairan/elektrolit Diare DIARE SEKRETORIK VS OSMOTIK OSMOTIK SEKRETORIK < 200 ml/HARI > 200 ml/HARI Na+ tinja DIARE BERHENTI < 70 mEq/l DIARE BERLANJUT > 70 mEq/l Reduksi (+) (-) pH tinja <5 >6 VOLUME TINJA PUASA PENDEKATAN DIAGNOSIS Intoleransi laktosa Alergi protein susu sapi Bakteri tumbuhlampau Malabsorpsi nutrien Infeksi persisten INTOLERANSI LAKTOSA Defisiensi laktase akibat kerusakan mukosa usus Fermentasi bakteri Tinja cair, berbuih dan berbau asam, kembung, flatus, anus kemerahan pH tinja dan uji reduksi PENDEKATAN DIAGNOSIS Intoleransi laktosa Alergi protein susu sapi Bakteri tumbuhlampau Malabsorpsi nutrien Infeksi persisten MEKANISME CMPSE PASCA DIARE AKUT (Walker-Smith, 1994) DIARE KERUSAKAN MUKOSA USUS DEFISIENSI LAKTASE ABSORPSI MAKROMOLEKUL SENSITISASI CMPSE INTOLERANSI LAKTOSA ALERGI PROTEIN SUSU SAPI Cow’s Milk Protein Sensitive Enteropathy (CMPSE) Skin test IgE spesifik Eliminasi & provokasi PENDEKATAN DIAGNOSIS Intoleransi laktosa Alergi protein susu sapi Bakteri tumbuhlampau Malabsorpsi nutrien Infeksi persisten BAKTERI TUMBUHLAMPAU Bakteri tumbuhlampau Disakaridase Garam empedu Absorpsi vit B12 Protein loss Diare Mg K Motilitas Enzim pankreas Asam lambung Perubahan mukosa usus Waktu singgah usus Malabsorpsi nutrien Malnutrisi Diare BAKTERI TUMBUHLAMPAU Kultur cairan duodenum Breath Hydrogen test PENDEKATAN DIAGNOSIS Intoleransi laktosa Alergi protein susu sapi Bakteri tumbuhlampau Malabsorpsi nutrien Infeksi persisten MALABSORPSI NUTRIEN Kerusakan mukosa usus berkepanjangan Insufisiensi pankreas Pan-malabsorpsi (karbohidrat, lemak, protein) DIARE KERUSAKAN MUKOSA USUS BERKELANJUTAN SEKRESI HORMON USUS INSUFISIENSI PANKREAS AMILASE BHT MALABSORPSI KARBOHIDRAT PROTEASE TAT MALABSORPSI PROTEIN LIPASE STEATOKRIT MALABSORPSI LEMAK MALABSORPSI NUTRIEN FKUI/RSCM, Jakarta 1 Jan-30 Juni 1999 36 kasus diare melanjut Malabsorpsi lemak (uji steatokrit): 100,0 % Maldigesti protein (TAT): 94,4 % Malabsorpsi KH (BHT): 25,0 % PENDEKATAN DIAGNOSIS Intoleransi laktosa Alergi protein susu sapi Bakteri tumbuhlampau Malabsorpsi nutrien Infeksi persisten INFEKSI PERSISTEN Kultur tinja Enteroadherent E. coli (EAEC) Shigella Cryptosporidium Infeksi multipel PATOGEN PADA DIARE PERSISTEN INDIA BANGLADEDSH BANGLADESH PERU N=43 N=251 N=184 N=167 Rotavirus 2,3 2,8 1,6 7,0 Aeromonas 0,0 4,8 3,3 9,0 Campylobacter 4,7 7,1 12,0 32,2 EAEC 37,2 37,0 39,5 29,1 ETEC 9,3 4,8 14,6 24,2 Salmonella 4,7 0,4 0,0 0,0 Shigella 2,3 5,6 5,4 7,6 Vibrio 0,0 0,4 1,1 2,1 Cryptosporidium 0,0 0,0 5,6 0,6 Entamoeba 2,3 0,0 0,0 0,0 G. lamblia 2,3 1,6 1,2 22,9 TATALAKSANA Diare osmotik vs diare sekretorik Hindari laktosa : – bebas vs rendah laktosa TABEL 1. KEGAGALAN TERAPI PADA DIARE BERAT KELOMPOK PENELITIAN LAKTOSA BEBAS LAKTOSA Nilai p n % gagal n % gagal Sutton, 1968 49 40,8 48 8,3 < 0,001 Leake, 1974 11 63,6 11 9,1 0,008 Gabr, 1979 29 51,7 29 13,8 0,002 Dagan, 1984 35 14,3 40 0,0 0,019 Naidoo, 1981 56 25,0 56 7,1 0,010 TABEL 2. KEGAGALAN TERAPI PADA DIARE BERAT KELOMPOK PENELITIAN LAKTOSA RENDAH LAKTOSA NILAI p n % gagal n % gagal Placzec, 1984 23 30 25 4 0,014 Ransome, 1984 37 22 37 14 0,359 McDowell, 1985 47 28 46 15 0,114 Madkour, 1986 30 3 30 0 0,313 TATALAKSANA Diare osmotik vs diare sekretorik Hindari laktosa : – bebas vs rendah laktosa Hindari protein susu sapi –Formula kedele vs protein hidrolisat Antibiotik Formula elemental Asam amino, fiber, Zn Algoritme Tatalaksana Diare Persisten Diare Persisten Puasa diare sekretorik diare osmotik BHT Kultur ? Intoleransi laktosa Sembuh Intoleransi laktosa Bakteri tumbuh lampau Infeksi persisten Tidak sembuh Terapi sesuai penyebab dan terapi nutrisi ? Alergi susu sapi Formula kedelai/protein hidrolisat Sembuh Alergi susu sapi Agus Firmansyah 2000 Tidak sembuh Sindrom malabsorsi Nutrisi enteral (elemental) Gagal NPT TERIMA KASIH