pemberian ekstrak etanol daun stevia (stevia rebaudiana)

advertisement
108
TESIS
PEMBERIAN EKSTRAK ETANOL DAUN STEVIA
(STEVIA REBAUDIANA) MENCEGAH DISLIPIDEMIA
PADA TIKUS (RATTUS NORVEGICUS) WISTAR
JANTAN YANG DIBERIKAN DIET TINGGI
KOLESTEROL
SISSY YUNITA SURYA
NIM.1490761009
PROGRAM MAGISTER
PROGRAM STUDI ILMU BIOMEDIK
PROGRAM PASCA SARJANA
UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR
2016
109
PEMBERIAN EKSTRAK ETANOL DAUN STEVIA
(STEVIA REBAUDIANA) MENCEGAH DISLIPIDEMIA
PADA TIKUS (RATTUS NORVEGICUS) WISTAR
JANTAN YANG DIBERIKAN DIET TINGGI
KOLESTEROL
Tesis untuk Memperoleh Gelar Magister pada Program Magister, Program Studi Ilmu
Biomedik, Program Pascasarjana Universitas Udayana
SISSY YUNITA SURYA
NIM.1490761009
PROGRAM MAGISTER
PROGRAM STUDI ILMU BIOMEDIK
PROGRAM PASCA SARJANA
UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR
2016
110
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING
TESIS INI TELAH DISETUJUI
PADA TANGGAL : ……………
Pembimbing I,
Pembimbing II,
Prof. dr. I.G.M. Aman, Sp.FK
NIP. 194606191976021001
Prof. Dr.dr.Wimpie I. Pangkahila, Sp.And., FAACS
NIP. 194612131971071001
Mengetahui
Ketua Program Studi Ilmu Biomedik
Program Pascasarjana
Universitas Udayana,
Dr.dr. Gde Ngurah Indraguna Pinatih, MSc., Sp.GK
NIP. 195805211985031002
111
LEMBAR PENETAPAN PENGUJI
Tesis Ini Telah Diuji dan Dinilai oleh Panitia Penguji pada Program Pascasarjana
Universitas Udayana pada Tanggal ..............................
Penguji Tesis Berdasarkan SK Rektor Universitas Udayana,
No: ………………..…..
Tanggal: ………………….
Panitia Penguji Tesis adalah:
Ketua
Sekretaris
Anggota
: Prof. dr. IGM. Aman, Sp.FK
: Prof. Dr.dr.Wimpie I. Pangkahila, Sp.And.,FAACS
:
1. Prof. Dr.dr. J. Alex Pangkahila, M.Sc., Sp.And
2. Dr.dr. Ida Sri Iswari, Sp.MK.,M.Kes
3. Dr.dr. Gde Ngurah Indraguna Pinatih, M.Sc., Sp.GK
112
UCAPAN TERIMA KASIH
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena hanya
atas karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan tesis yang berjudul “Pemberian
Ekstrak Etanol Daun Stevia (Stevia Rebaudiana) Mencegah Dislipidemia pada
Tikus (Rattus norvegicus) Wistar Jantan yang Diberikan Diet Tiggi Kolesterol”.
Tulisan ini disusun sebagai syarat dalam menyelesaikan pendidikan untuk
memperoleh gelar Magister pada Program Magister Program Studi Ilmu Biomedik,
kekhususan Anti Aging Medicine, Program Pascasarjana Universitas Udayana.
Selama penelitian ini, penulis mendapat banyak pelajaran dan pengalaman
berharga yang memperkaya wawasan dalam proses pembelajaran hidup penulis, baik
dari segi ilmiah maupun aspek nilai sosial. Semua ini tidak lepas dari peran serta
orang-orang disekeliling penulis yang senantiasa mendukung dan selalu ada pada
saat-saat yang sulit. Pada kesempatan ini perkenankanlah penulis menyampaikan rasa
hormat, penghargaan dan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Rektor Universitas Udayana Prof. Dr. dr. Ketut Suastika, Sp.PD. KEMD atas
kesempatan yang diberikan kepada penulis untuk dapat menempuh
pendidikan Program Pascasarjana di Universitas Udayana.
2. Direktur Program Pascasarjana Prof. Dr. A. A. Raka Sudewi, Sp.S(K) atas
kesempatan yang diberikan kepada penulis untuk dapat menempuh
pendidikan Program Pascasarjana di Universitas Udayana
113
3. Prof. dr. I Gusti Made Aman, Sp. FK selaku pembimbing I dan Kepala
Laboratory
Animal
Universitas Udayana
Unit
Bagian
Farmakologi
Fakultas
Kedokteran
yang tdengan bijak dan sabar memberikan banyak
dorongan, semangat, bimbingan dan masukan kepada penulis selama
penyusunan tesis ini.
4. Prof. Dr. dr. Wimpie Pangkahila, Sp.And, FAACS selaku pembimbing II
yang dengan penuh perhatian telah banyak sekali memberikan dorongan,
bimbingan dan masukan yang teliti dan sangat dirasakan manfaatnya oleh
penulis selama penyusunan tesis ini
5. Dr. dr. Gde Ngurah Indraguna Pinatih, M.Sc., Sp.GK sebagai penguji dan
ketua Program Studi Ilmu Biomedik yang telah banyak membantu penulis
memberikan masukan dan bimbingan yang sangat bermanfaat dalam
penyusunan tesis ini
6. Prof. Dr. dr. J Alex Pangkahila, M.Sc., Sp.And. selaku penguji, yang telah
banyak memberikan saran, semangat, bimbingan dan masukan kepada penulis
selama penulis mengikuti program magister, khususnya dalam penyusunan
tesis ini.
7. Dr dr. Ida Sri Iswari, Sp.MK.,M.Kes, selaku penguji yang dengan sangat
bersemangat membimbing dan memberi masukan kepada penulis selama
penyusunan tesis ini.
114
8. Dr. dr. Desak Made Wihandani, M.Kes, selaku pembimbing akademis yang
telah banyak memberikan bimbingan dan masukan kepada penulis selama
penyusunan tesis ini.
9. Pak Gede Wiranatha yang banyak membantu dalam proses penelitian di
Animal Laboratory bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas
Udayana.
10. Seluruh dosen Pasca Sarjana Biomedik Universitas Udayana yang telah
membimbing penulis dalam menempuh pendidikan dari awal hingga
selesainya tesis ini
11. Seluruh staf Universitas Udayana khususnya Program Magister Ilmu
Biomedik Kekhususan Anti-Aging Medicine yang selalu siap membantu
dalam menyelesaikan tesis ini. Terimakasih sebesar-besarnya kepada Pak
Edy, Geg Wah, Geg Eni, Mbok Ami dan seluruh staf Biomedik yang
kebaikannya tidak terkira.
12. Kedua orang tua (Sunaryo Kamto dan Suliati Sandhi), kakak dan adik ( Deni
Surya dan Yang-Yang Oetomo Surya), dan seluruh keluarga tercinta serta
sahabat penulis yang selalu memberikan dukungan, semangat, serta doa serta
pengertian selama penulis menempuh pendidikan.
13. dr. Astrid Tanumihardja, dr. Magdalena Mercyana, dr.Cheria Valentina, dr.
Adeline Ivana Dewi, dr. Astrid Karina, dr. Ivonne Kurniawan, dr. Ellen
Destrisa Ratnapuri, dr. Monica Pranoto, dan dr Laura Indriana sebagai sejawat
115
sekaligus sahabat yang berjuang bersama dan saling memberikan semangat
satu sama lain sejak awal kuliah hingga selesainya tesis ini.
14. Teman sejawat mahasiswa Program Magister Ilmu Biomedik Kekhususan
Anti-Aging Medicine Angkatan IX atas kekompakannya selama ini, perhatian
dan dukungan yang tiada henti untuk menyemangati satu sama lain dalam
menyelesaikan tesis.
15. Semua sahabat dan teman sejawat di RSK BIMC yang selalu memberikan
dorongan semangat dan dukungan selama proses perkuliahan hingga
selesainya tesis ini.
Penulis juga mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang
telah ikut membantu dalam pelaksanaan dan penyelesaian tesis ini yang tidak dapat
disebutkan satu persatu. Penulis sangat menyadari bahwa tesis ini masih sangat jauh
dari kesempurnaan, sehingga saran dan masukan membangun dari berbagai pihak
sangatlah diharapka. Semoga hasil penelitian ini dapat memberikan manfaat bagi
penulis pribadi, bagi program perkembangan ilmu pengetahuan kedokteran terutama
di bidang Anti Aging Medicine (AAM) serta bagi pihak-pihak lain yang
berkepentingan.
Akhir kata, semoga Tuhan Yang Maha Kuasa, senantiasa melimpahkan berkat
dan rahmat-Nya kepada kita semua, Amin.
Denpasar, Juli 2016
Penulis
116
ABSTRAK
PEMBERIAN EKSTRAK ETANOL DAUN STEVIA (STEVIA REBAUDIANA)
MENCEGAH DISLIPIDEMIA PADA TIKUS (RATTUS NOVERGICUS) WISTAR
JANTAN YANG DIBERIKAN DIET TINGGI KOLESTEROL
Dislipidemia adalah faktor risiko mayor dan primer dari penyakit jantung koroner,
bahkan mungkin merupakan salah satu persyaratan terjadinya penyakit jantung koroner
sebelum faktor risiko mayor lainnya mulai berperan. Dislipidemia dapat menyebabkan stress
oksidatif dalam tubuh, yaitu terjadinya peningkatan produksi radikal oksigen oleh sel endotel.
Peningkatan kadar radikal oksigen akan menyebabkan degradasi NO (Nitric Oxide) serta
produksi radikal bebas lainnya. Stevia rebaudiana merupakan jenis tanaman asli Amerika
Selatan dari famili bunga matahari (Asteraceae), fungsi obat dari tanaman ini terletak pada
beberapa zat kimia yang menghasilkan kerja fisiologis pada tubuh manusia, terutama
ditemukan pada alkaloid, flavonoid, tannin, dan senyawa fenol. Tujuan penelitian ini adalah
untuk mengetahui kegunaan ekstrak daun stevia dalam mencegah dislipidemia pada tikus
wistar jantan yang diberikan diet tinggi kolesterol.
Penelitian ini adalah penelitian ekperimental murni dengan menggunakan post test only
control group design. Dalam penelitian ini digunakan 36 ekor tikus (Rattus norvegicus)
jantan sebagai sampel. Seluruh tikus kemudian dibagi menjadi 2 kelompok yaitu kelompok
kontrol yang diberikan diet tinggi kolesterol dan plasebo yang berupa aquadest serta
kelompok perlakuan diberi diet tinggi kolesterol dan ekstrak daun stevia dengan dosis
300mg/kg berat badan. Plasebo dan ekstrak daun stevia diberikan sekali sehari selama 28
hari, kemudian pada hari ke 29 diambil sampel darah untuk pemeriksaan profil lipid setelah
tikus dipuasakan selama 18 jam.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa rerata kadar kolesterol total sesudah 28 hari
perlakuan kelompok kontrol (P0) adalah 218,70±8,53mg/dl dan kelompok perlakuan (P1)
adalah 112,12±5,91mg/dl (p<0,05). Rerata kadar trigliserida kelompok kontrol (P0) adalah
149,46±7,73mg/dl dan kelompok P1 adalah 95,00±6,99mg/dl (p<0,05). Rerata kadar
kolesterol HDL kelompok kontrol (P0) adalah 26,66±2,29mg/dl dan kelompok P1 adalah
39,07±1,73mg/dl (p<0,05). Rerata kadar kolesterol LDL kelompok kontrol (P0) adalah
67,46±4,08mg/dl dan kelompok P1 adalah 38,95±4,32mg/dl (p<0,05).
Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa pemberian ekstrak daun stevia dengan
dosis 300mg/ kg berat badan selama 28 hari dapat mencegah dislipidemia pada tikus (Rattus
norvegicus) Wistar jantan yang diberi diet tinggi kolesterol. Hasil penelitian ini perlu diteliti
lebih lanjut untuk mengetahui komponen aktif daun stevia yang berperan dalam pencegahan
dislipidemia dan dilanjutkan dengan clinical trial.
Kata kunci: ekstrak daun stevia, dislipidemia, diet tinggi kolesterol, tikus putih jantan.
117
ABSTRACT
ADMINISTRATION OF ETHANOL EXTRACT OF STEVIA LEAF (STEVIA
REBAUDIANA) PREVENT DYSLIPIDEMIA IN MALE WISTAR RAT (RATTUS
NOVERGICUS) WITH HIGH CHOLESTEROL DIET
Dyslipidemia is a major and primary risk factor of coronary heart disease, even one of
the requirements of coronary heart disease before other major risk factors begin.
Dyslipidemia may cause oxidative stress in the body, which is increased production of
oxygen radical by endothelial cells. Increased levels of oxygen radicals will cause the
degradation of NO (Nitric Oxide) and production of the other free radical. Stevia rebaudiana
is a South America native plant species from sunflower family (Asteraceae), the medicinal
function of the plant is originated from some of the chemicals that produce physiological
work on the human body, mainly found in alkaloids, flavonoids, tannins and phenolic
compounds. The purpose of this study is to determine the benefit of stevia leaf extract in
preventing dyslipidemia in male wistar rats with high-cholesterol diet.
This study was a true experimental study using post test only control group design.
This study used 36 male rats (Rattus novergicus) sample. The whole of mice were then
divided into two groups: the control group which were given high-cholesterol diet and
placebo in the form of distilled water and the treatment group which were given highcholesterol diet and stevia leaf extract at dose of 300mg / kg body weight. Placebo and stevia
leaf extract was administered once daily for 28 days, blood samples for lipid profile analysis
were taken on day 29 after the mice were fasted for 18 hours.
The study results showed that the mean total cholesterol levels after 28 days of
treatment control group was 218.70 ± 8,53mg / dl and the treatment group was 112.12 ±
5,91mg / dl (p <0.05) . Mean triglyceride levels of control group was 149.46 ± 7,73mg / dl
and the treatment group was 95.00 ± 6,99mg / dl (p <0.05). The mean levels of HDL
cholesterol control group was 26.66 ± 2,29mg / dl and the treatment group was 39.07 ±
1,73mg / dl (p <0.05). The mean levels of LDL cholesterol control group was 67.46 ± 4,08mg
/ dl and the treatment group was 38.95 ± 4,32mg / dl (p <0.05).
It was concluded that stevia leaf extract at dose of 300mg/ kg body weight for 28 days
prevend dyslipidemia in male rat (Ratus novergicus) with high cholesterol diet. This study
need to be further investigated to determine the active component of the stevia leaf that
prevent dyslipidemia and continue with clinical trial.
Keywords: stevia leaf extract, dyslipidemia, high cholesterol diet, white male rat.
118
DAFTAR ISI
SAMPUL DALAM…………………………………………………….….
PRASYARAT GELAR……………………………………………………
LEMBAR PERSETUJUAN…………………………………..……….….
LEMBAR ENGESAHAN…………………………………….……….….
UCAPAN TERIMA KASIH……………………………………………....
ABSTRAK………………………………………………………....………
ABSTRACT……………………………………………..…..…..................
DAFTAR ISI…………………………………………………….…………
DAFTAR GAMBAR..………………….………………………….……….
DAFTAR TABEL…………………….……………….…………………...
DAFTAR SINGKATAN DAN LAMBANG…………………...…………
DAFTAR LAMPIRAN……………………………………………………
BAB I. PENDAHULUAN……………………….………………………...
1.1 Latar Belakang……………………….……………………….
1.2 Rumusan Masalah………………….…………………………
1.3 Tujuan Penelitian……………………...…………...................
1.4 Manfaat Penelitian……………………….…….….…………
BAB II. KAJIAN PUSTAKA…..…………………..……………………..
2.1 Lipid….……………………………………………………….
2.1.1 Metabolisme Lipid……………...………………………
2.1.1.1 Oksidasi Asam Lemak (Oksidasi β)……………
2.1.1.2 Biosintesis Kolesterol….……………………….
2.1.2 Transpor Lipid………....……………………………….
2.1.3 Kolesterol…………….……………...………………….
2.1.4 Lipoprotein…..……………………...………………….
2.1.5 Trigliserida…..………………………………………….
2.1.6 Low Density Lipoprotein (LDL)…………………………..
2.1.7 High Density Lipoprotein (HDL)…..………..…………...
2.1.8 Very Low Density Lipoprotein (VLDL) dan
Intermediate Density Lipoprotein (IDL)………………..…………………..
2.2 Dislipidemia…..………………………………………………
2.2.1 Etiologi Dislipidemia…..……………………………….
2.2.2 Diagnosis Dislipidemia…………………………………
2.2.3 Penanganan Dislipidemia………………………………
2.3 Diet terkait Kolesterol…...…………………………………
Halaman
i
ii
iii
iv
v
ix
x
xi
xiv
xv
xvi
xix
1
1
9
9
10
12
12
13
16
18
20
22
24
26
27
28
28
29
30
32
34
39
119
2.4 Penuaan (Aging)……………………………………...………
2.4.1 Tanda Penuaan……………………..…………………...
2.4.2 Biomarker Penuaan……………………....……………..
2.4.3 Hubungan Dislipidemia dan Aging…………...………...
2.5 Stevia Rebaudiana……..…………………...…………………
2.5.1 Kandungan Stevia Rebaudiana………………………....
2.5.2 Efek Anti Oksidan Stevia Rebaudiana………...……….
2.5.3 Stevia Rebaudiana dan Dislipidemia..………………….
2.5.4 Toksisitas Stevia Rebaudiana…………...……………...
2.6 Hewan Percobaan……..…………………...……….…………
BAB III. KERANGKA BERPIKIR, KONSEP, DAN HIPOTESIS..……..
3.1 Kerangka Berpikir……………………...…………………….
3.2 Konsep Penelitian……………………...……………………..
3.3 Hipotesis Penelitian………………….………………..……...
BAB IV. METODE PENELITIAN………………………………………..
4.1 Rancangan Penelitian……………......……………………….
4.2 Waktu dan Tempat Penelitian………………………………...
4.2.1 Tempat Penelitian………………………...…………….
4.2.2 Waktu Penelitian………………………………………..
4.3 Populasi dan Sampel Penelitian…………………..…………..
4.3.1 Populasi Penelitian……………………...……………...
4.3.2 Sampel……………………...…………………………..
4.3.2.1 Kriteria Inklusi………………………………….
4.3.2.2 Kriteria Dropout.…………………...…………..
4.3.3 Penentuan Besar Sampel………………...……………..
4.4 Variabel Penelitian………...…………………………………
4.4.1 Klasifikasi Variabel…………..…….…………………..
4.4.2 Definisi Operasional Variabel…………...……………..
4.5 Bahan Penelitian…………………………………...…………
4.6 Instrumen Penelitian…………………...……………………..
4.7 Prosedur Penelitian…………………...………………………
4.8 Alur Penelitian…………………...………………………...…
4.9 Analisis Data………………………………………………….
BAB V. HASIL DAN PEMBAHASAN….………………………………..
5.1 Hasil Penelitian……..……………..………………………….
5.1.1 Analisis Deskriptif…...………………...……………….
5.1.2 Uji Normalitas Data…………………………..………..
5.1.3 Uji Homogenitas Data antar Kelompok.…………….....
41
43
46
46
48
50
56
58
62
63
66
66
68
69
70
70
71
71
71
72
72
72
72
72
72
73
73
74
75
75
76
78
79
80
80
80
81
82
120
5.1.2 Uji Komparabilitas …………………………..………..
83
5.2 Pembahasan…………………...…..…………..…………….. 88
4.2.1 Subyek Penelitian..………………………..…………...
88
5.2.2 Dosis dan Pelarut Ekstrak Daun Stevia Rebaudiana.…. 90
91
5.2.3 Pengaruh Pemberian Ekstrak Etanol Daun Stevia
Rebaudiana terhadap Perbaikan Profil Lipid………………………..……..
BAB VI. KESIMPULAN DAN SARAN….………..…………………….. 99
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………… 101
LAMPIRAN……………...………………………………………………... 108
121
DAFTAR GAMBAR
Halaman
2.1
Ikhtisar metabolisme lemak …..……………………………
2.2
Lintasan Ketogenesis di Hati………………...……………..
18
2.3
Tahapan Biosintesis Kolesterol……………………………….
20
2.4
Struktur Dasar Kolesterol……………………………………...
24
2.5
Jenis-Jenis Lipoprotein dalam Darah......……………………...
26
2.6
Stres Oksidatif sebagai Demoninator Mayor Teori Penuaan.....
42
2.7
Stevia Rebaudiana… ………………………………………….
49
2.8
Steviol, Blok Bangunan Dasar dari Glikosida Manis….……...
51
4.1
Bagan Rancangan Penelitian..……………….………………
70
Grafik Perbandingan Rerata Total Kolesterol antar Kelompok
84
5.1
15
Sesudah Perlakuan.………………………………………....
5.2
Grafik Perbandingan Rerata Total Kolesterol antar Kelompok
85
Sesudah Perlakuan…………………………………………....
5.3
Grafik Perbandingan Rerata Kolesterol HDL antar Kelompok
87
Sesudah Perlakuan…………………………………………....
5.4
Grafik Perbandingan Rerata Kolesterol LDL antar Kelompok
Sesudah Perlakuan…………………………………………....
88
122
DAFTAR TABEL
Halaman
2.1 Klasifikasi
total
kolesterol
dan
LDL
kolesterol
berdasarkan
ATP
III……………..…………………………………………………………….…..
33
2.2 Klasifikasi serum trigliserida berdasarkan ATP III…………………………......
33
2.3 Klasifikasi HDL kolesterol berdasarkan ATP III……...…………………..…...
33
2.4 Target terapi LDL kolesterol berdasarkan ATP III…...…..…………………....
35
2.5 Kandungan nutrisional dari ekstrak daun stevia rebaudiana ..………………..
52
2.6 Perkiraan Komposisi Stevia Rebaudiana Bertoni...…………………………....
53
2.7 Tabel Hasil Analisis Ekstrak Daun Stevia……...……...…………………..…...
55
2.8 Tabel Hasil Skrining Fitokimia Ekstrak Daun Stevia rebaudiana……………....
56
5.1 Hasil Analisis Deskriptif Profil………………………………………………...
81
5.2 Hasil Uji Normalitas Data antar Kelompok…………..………………………..
82
5.3 Hasil Uji Homogenitas Data antar Kelompok…...……………………………..
83
5.4 Rerata Nilai Kolesterol Total antar Kelompok Sesudah Perlakuan……………..
83
5.5 Rerata Nilai Trigliserida antar Kelompok Sesudah Perlakuan……..……..…...
85
5.6 Rerata Nilai Kolesterol HDL antar Kelompok Sesudah Perlakuan……….…….. 86
5.7 Rerata Nilai Kolesterol LDL antar Kelompok Sesudah Perlakuan...…………....
87
123
DAFTAR SINGKATAN
A.E.
=
Aqueous Extract
ACC
=
Acetyl-CoA Carboxylase
ACO
=
Acetyl-CoA Oxidase
ACS
=
Acetyl-CoA Synthase
AIAC
=
Acid-Insoluble Acylcarnitine
AMPK
=
Adenosine Monophosphate-Activated Protein Kinase
Apo
=
Apolipoprotein
ATP
=
Adenosine Triphosphate
C
=
Carbon
CAA
=
Cellular Antioxidant Activity
CAD
=
Coronary Artery Disease
CO2
=
Carbon Dioxide
CPT
=
Carnitine Palmitoyl Transferase
CRP
=
C-Ractive Protein
DNA
=
Deoxyribonucleic Acid
DPPH
=
1,1 -diphenyl-2-picrylhydrazyl
E.E.
=
Ether Extract
Fabp
=
Fatty Acid Binding Protein
FAD
=
Flavin Adenine Dinucleotide
FADH
=
Flavin Adenine Dehydrogenase
FFA
=
Free Fatty Acid
GAE
=
Gallic Acid Equivalent
GAEAC
=
Gallic Acid Equivalent Antioxidant Capacity
H2O
=
Hydrogen Oxygen
HDL
=
High Density Lipoprotein
HMG Ko-A
=
3- Hidroksi-3-MetilGlutaril Koenzim A
124
IDL
=
Intermediate Density Lipoprotein
IL
=
Interleukin
Kap. Antioksidan =
Kapasitas Antioksidan
KoA
=
Koenzim A
LACT
=
Lecithin-cholesterol acyl transferase
LD
=
Lethal Dose
LDL
=
Low Density Lipoprotein
Lp
=
Lipoprotein
LPL
=
Lipoprotein Lipase
LSD
=
Least Significant Difference
Lxr
=
Liver-X-receptor
M.E.
=
Methanol Extract
MCP-I
=
Monocyte Chemotractant Protein-I
M-CSF
=
Monocyte Colony Stimulating Factor
mRNA
=
Messenger Ribonucleic Acid
NAD
=
Nicotinamide Adenine Dinucleotide
NADH
=
Nicotinamide Adenine Dehydrogenase
NCEP-ATP III =
National Cholesterol Education Program – Adult Tratment
Panel III
NO
=
Nitrite Oxide
ORAC
=
Oxygen Radical Absorbance Capacity
PERKI
=
Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskular Indonesia
PJK
=
Penyakit Jantung Koroner
PPAR
=
Peroxisome Proliferator-Activated Receptor
QE
=
Quarcetin Equivalent
Riskesdas
=
Riset Kesehatan Dasar
RMR
=
Resting metabolic rate
SOD
=
Super Oksid Dismutase
TAE
=
Tannic Acid Equivalent
125
TLC
=
Therapeutic Lifestyle Change
UD
=
Usaha Dagang
VLDL
=
Very Low Density Lipoprotein
VSMC
=
Vascular Smooth Muscle Cell
WHO
=
World Health Organization
DAFTAR LAMBANG
α
=
Alfa
β
=
Beta
γ
=
Gamma
126
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1
Ethical Clearance……….…..…………………………
108
Lampiran 2
Hasil Analisis Ekstrak Daun Stevia……...…………..
109
Lampiran 3
Analisis Deskriptif…………….……………………….
110
Lampiran 4
Uji Normalitas Data…….……………………………...
111
Lampiran 5
Uji Homogenitas Data…………….......………………...
112
Lampiran 6
Analisis Komparasi..…………………………………...
113
Lampiran 7
Hasil Pemeriksaan Profil Lipid Setelah Perlakuan……...
114
Lampiran 8
Data Berat Badan Tikus…………………....…………..
115
Lampiran 9
Data Sisa Pakan Tikus… ……………………………….
116
Lampiran 10
Analisis Komparasi BB Post Test dan Rerata Sisa Pakan
3 Hari Terakhir ………………………………………..
117
127
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Dalam proses kehidupan, manusia lahir, berkembang menjadi anak-anak,
dewasa dan akhirnya mengalami proses penuaan. Jumlah penduduk lanjut usia di
dunia, termasuk di Indonesia, semakin hari semakin meningkat. Peningkatan jumlah
penduduk ini belum dibarengi dengan derajat kesehatan dan kualitas hidup yang lebih
baik. Dengan semakin majunya dunia kedokteran saat ini diharapkan tenaga medis
dapat memberikan pengertian dan kesadaran terhadap masyarakat tentang proses
penuaan, pencegahannya, proses untuk menghambat penuaan atau bahkan
membalikkannya.
Seiring dengan bertambahnya usia, fungsi seluruh organ tubuh juga mengalami
perubahan. Penuaan merupakan proses alami pada kehidupan manusia, dimulai pada
usia 25 tahun walaupun belum ada gejala yang muncul. Proses penuaan dipengaruhi
oleh faktor internal dan eksternal, hal ini berhubungan dengan terjadinya penyakit
terkait penuaan. Faktor internal meliputi radikal bebas, hormon yang berkurang,
proses glikosilasi, metilasi, apoptosis, sistem kekebalan tubuh yang menurun dan
genetik. Faktor eksternal yang utama adalah gaya hidup tidak sehat, diet yang tidak
sehat, kebiasaan yang salah, polusi, stres serta kemiskinan (Pangkahila, 2007).
128
Penuaan adalah kerusakan secara menyeluruh dan progresif terhadap fungsi
tubuh yang mengakibatkan hilangnya kemampuan adaptasi terhadap stres dan
meningkatnya risiko penyakit terkait usia (Field, 2006). Banyak penyakit kronis yang
prevalensinya meningkat seiring dengan penuaan, bahkan sangat umum bagi orang
tua untuk memiliki lebih dari satu penyakit kronis (Rader dan Hobbs, 2014).
Saat ini banyak penyakit yang berhubungan dengan pola makan yang tidak
sehat, karena pola makan sekarang cenderung mengandung tinggi kalori dan tinggi
lemak, serta pola hidup sedentari dimana aktivitas fisik sehari-hari sangat minimal
sehingga menyebabkan kelebihan lemak tubuh. Konsumsi Asam lemak jenuh dan
kalori yang tinggi dalam menu makanan masyarakat sekarang akan menimbulkan
kelainan metabolisme lemak yang dikenal sebagai dislipidemia (Halim, 2006).
Penyakit kardiovaskular merupakan penyebab utama kematian di dunia yang
penyebabnya multifaktorial. Dislipidemia adalah faktor risiko mayor dan primer dari
penyakit jantung koroner, bahkan mungkin merupakan salah satu persyaratan
terjadinya penyakit jantung koroner sebelum faktor risiko mayor lainnya mulai
berperan (Jellinger et al., 2012; PERKI, 2013).
Data di Indonesia berdasarkan Laporan Riskesdas Bidang Biomedis tahun 2007
menunjukkan bahwa prevalensi dislipidemia atas dasar konsentrasi kolesterol total
>200 mg/dL adalah 39,8%. Beberapa propinsi di Indonesia seperti Nangroe Aceh,
129
Sumatra Barat, Bangka Belitung dan Kepulauan Riau bahkan mempunyai prevalensi
dislipidemia ≥50% (PERKI, 2013).
Pengobatan dislipidemia memegang peranan penting dalam pencegahan primer
dan sekunder terhadap penyakit kardiovaskular. Tujuan utama terapi pada
dislipidemia adalah untuk mencegah penyakit kardiovaskular dan komplikasinya
Penilaian faktor risiko absolut, pengobatan faktor risiko yang dapat dimodifikasi dan
optimalisasi gaya hidup, terutama diet dan olah raga, adalah yang utama dalam
penanganan dislipidemia. Pengobatan dislipidemia dapat dibagi menjadi dua yaitu,
terapi non farmakologis dan terapi farmakologis (Field et al., 2006; Rader dan Hobbs,
2014).
Keputusan untuk memulai terapi farmakologis tergantung pada level risiko
kardiovaskular. NCEP ATP III guidelines merekomendasikan untuk menghitung
risiko absolut kejadian kardiovaskular dalam 10 tahun dengan sistem Framingham
Heart Study, penderita dengan risiko melebihi 20% dianggap risikonya ekuivalen
dengan penyakit jantung koroner sehingga harus ditangani dengan agresif seperti
pada penderita dengan penyakit jantung koroner (Rader dan Hobbs, 2014).
Sepanjang abad kedua puluh satu, ilmu kesehatan difokuskan pada
penyembuhan penyakit dengan obat-obatan, pemeriksaan diagnostik yang canggih
dan terapi yang efektif. Dalam beberapa tahun terakhir, terdapat tren yang
mendukung pengembangan suplemen makanan alami dan obat-obatan herbal karena
130
adanya bukti ilmiah yang mengkonfirmasi manfaat kesehatan dari ekstrak dan
senyawa bioaktif yang diisolasi dari tanaman. Fitokonstituen dengan aktivitas
biologis yang signifikan sebagian besar merupakan metabolit sekunder, seperti
flavonoid, carothenoids, anthocyanin, protein dan peptida, serta enzim dan vitamin
yang diproduksi secara alami oleh tanaman (Sharma et al., 2009; Gawel-Beben et al,.
2015).
Gula merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari makanan sehari-hari
kita. Penelitian oleh Welsh et al. (2010) menemukan bahwa peningkatan konsumsi
gula yang terjadi di masyarakat belakangan ini terkait dengan peningkatan LDL
kolesterol dan trigliserida serta penurunan HDL kolesterol. Pemanis buatan
merupakan makanan tambahan yang menyerupai gula dari segi rasanya, namun
dengan energi makanan yang lebih rendah. Penelitian pada binatang menunjukkan
bahwa pemanis buatan menyebabkan peningkatan berat badan, tumor otak, tumor
kandung kencing dan berbagai bahaya kesehatan lainnya (Jahan, 2010; Gupta et al.,
2014).
Stevia rebaudiana merupakan jenis tanaman dari famili bunga matahari
(Asteraceae) yang sering disebut dengan daun manis ataupun daun gula, tanaman ini
berasal dari daerah Brazil dan Paraguay. Walaupun terdapat lebih dari 200 macam
spesies dari genus stevia hanya stevia rebaudiana yang memberikan rasa manis.
Tanaman ini telah digunakan sejak lebih dari 1500 tahun yang lalu oleh kaum Guirani
131
di Paraguay sebagai pemanis ataupun obat-obatan. Daunnya telah banyak digunakan
sebagai obat tradisional untuk diabetes (Sharma et al., 2009; Gupta et al., 2014).
Stevia merupakan pemanis natural yang memiliki rasa manis 200-300 kali dari
gula. Stevioside merupakan satu dari delapan glikosida yang memberikan rasa manis
pada stevia rebaudiana paling tinggi, memiliki stabilitas kimia yang baik (Jahan,
2010; Gupta et al., 2014).
Ekstrak stevia menjadi sangat populer dan sekarang digunakan sebagai
pemanis secara komersial dengan pasar di atas 50%. Stevia digunakan sebagai
pemanis mulai dari saus kedelai, sayur–sayuran hingga minuman ringan. Sebagai
pemanis tanpa kalori, tanpa penambahan bahan kimia dan tanpa menimbulkan efek
samping yang serius, stevia cepat popular di seluruh dunia (Raini dan Isnawati,
2011).
Disamping rasa manis natural yang dimilikinya, stevia tidak memberikan
after-taste dan aman dan bersifat non toksik berdasarkan penelitian yang dilakukan di
Jepang. Stevia memberikan banyak manfaat termasuk efek anti-hipertensi, anti
diabetik, melalui perbaikan kerja insulin pada sistem transpor glukosa otot, efek
antiinflamasi, anti tumor, antioksidan serta efek imunomodulator (Sharma et al.,
2009; McCarty, 2012; Gupta et al., 2014).
Stevia merupakan sumber antioksidan natural, berbagai antioksidan diperoleh
dari ekstrak stevia rebaudiana, meliputi opigenin, kaempferol, dan quereitrin yang
132
menghambat kerusakan rantai DNA. Isosteviol yang merupakan turunan dari
stevioside menghambat pembentukan reactive oxygen species (ROS). Stevia juga
kaya beta karoten, asam askorbat, protein, kalsium, zat besi, magnesium, fosfor dan
fitokimia lainnya (Gupta et al., 2014).
Banyak penyakit termasuk proses penuaan terkait dengan produksi yang tidak
terkontrol dari radikal bebas turunan oksigen. Ketika mekanisme perlindungan
antioksidan menjadi tidak seimbang akibat berbagai faktor seperti penuaan,
penurunan fungsi fisiologis dapat terjadi berupa timbulnya penyakit ataupun
percepatan penuaan. Hal ini menimbulkan ketertarikan yang besar terhadap bahan
makanan natural, tanaman obat dan fitokonstituen karena kemampuannya untuk
mengikat radikal bebas sebagai antioksidan (Jahan, 2010).
Terdapat dua studi pada tikus diabetes serta satu studi pada tikus dengan diet
tinggi lemak yang menunjukkan penurunan level serum lipid dengan pemberian
ekstrak daun stevia. Penelitian pada tikus diabetes ditujukan pada efek daun stevia
terhadap gula darah dengan pemeriksaan lipid sebagai tambahan. Aktivitas
antihiperlipidemik dari stevia rebaudiana diduga dikarenakan adanya flavonoid, asam
askorbat dan bahan lainnya (Park dan Cha, 2010; Hossain et al., 2011; Singh et al.,
2013).
Sebuah studi pemberian ekstrak stevia pada wanita hiperkolesterol
menunjukkan penurunan total kolesterol, trigliserida dan LDL kolesterol secara
133
signifikan disertai dengan peningkatan HDL kolesterol dalam angka yang
memuaskan. Hal ini menunjukkan bahwa ekstrak stevia memiliki efek hipolipidemik
dan dapat digunakan untuk menurunkan risiko penyakit kardiovaskular di masa depan
(Sharma, 2009).
Penelitian lainnya dengan pemberian stevioside, komponen aktif stevia, secara
double–blind pada penderita hipertensi menunjukkan tidak terdapat perubahan yang
bermakna pada profil lipid dengan pemberian stevioside (Chan et al., 2000).
Penelitian oleh Savita, et al (2004) terhadap pemberian ekstrak stevia pada penderita
hipertensi dan diabetes juga menunjukkan perbaikan profil lipid, namun tidak
bermakna.
Kerja antihiperlipidemik dari stevia diduga terkait dengan kandungan
konstituen di dalamnya, meliputi flavonoid, saponin, tannin, triterpin dan alkaloid.
Flavonoid telah diketahui memiliki aktivitas biologisnya yang luas termasuk aktivitas
hipolipidemik dari kerja antioksidannya. Kapasitas penurunan lipid dari tanaman ini
diperkirakan berasal dari konstituennya yang bekerja menghambat enzim hydroxylmethyl-glutaryl-CoA reductase yang berperan dalam biosintesis kolesterol secara de
novo (Hossain et al., 2011).
Penelitian oleh Park dan Cha (2010) menemukan bahwa suplementasi ekstrak
stevia meningkatkan ACO, PPAR α, dan level mRNA ACC di hati, sehingga
meningkatkan level ACS dan CPT-I mRNA di hati. Penelitian ini menemukan bahwa
134
ekstrak stevia menyebabkan up-regulation proses kode gen enzim pada oksidasi asam
lemak di hati melalui aktivasi PPAR, sehingga didapatkan bahwa ekstrak stevia
mencegah obesitas dan gejala terkait obesitas, termasuk hyperlipidemia dan penyakit
kardiovaskular.
Stevioside, kandungan aktif stevia rebaudiana, menginduksi Lxr α di jaringan
adipose sehingga terjadi peningkatan ekspresi Fabp4 yang memperbaiki metabolisme
asam lemak. Stevioside juga memperbaiki pertahanan antioksidan melalui
peningkatan ekspresi SOD, yang berhubungan dengan penurunan akumulasi LDL
teroksidasi di sirkulasi dan pembuluh darah (Geeraert, 2010).
Beberapa penelitian tentang pemberian ekstrak stevia menunjukkan hasil yang
positif terhadap perbaikan profil lipid, namun beberapa lainnya menunjukkan hasil
yang tidak signifikan. Sebagian besar penelitian terdahulu lebih berfokus pada efek
stevia pada gula darah dengan menyertakan pemeriksaan profil lipid sebagai
tambahan. Hasil penelitian yang masih kontroversial tentang pengaruh daun stevia
terhadap profil lipid membuat penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang
pemberian ekstrak daun stevia dalam mencegah dislipidemia, mengingat fungsinya
yang luas bagi kesehatan dan bagi anti aging medicine.
Penelitian ini dilakukan pada tikus dengan pertimbangan sudah ada konversi
dosis tikus ke manusia yang rasional, dan untuk memudahkan pengendalian faktor-
135
faktor seperti umur, aktivitas fisik, diet, obat-obatan/suplemen dan juga faktor genetik
dan keturunan.
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas, maka dapat dirumuskan
masalah dalam penelitian ini sebagai berikut:
1. Apakah ekstrak etanol daun stevia rebaudiana dengan dosis 300mg/kgBB
secara oral mencegah peningkatan kadar kolesterol total pada tikus wistar
jantan yang diberikan diet tinggi kolesterol?
2. Apakah ekstrak etanol daun stevia rebaudiana dengan dosis 300mg/kgBB
secara oral mencegah peningkatan kadar LDL kolesterol pada tikus wistar
jantan yang diberikan diet tinggi kolesterol?
3. Apakah ekstrak etanol daun stevia rebaudiana dengan dosis 300mg/kgBB
secara oral mencegah peningkatan kadar trigliserida pada tikus wistar jantan
yang diberikan diet tinggi kolesterol?
4. Apakah ekstrak etanol daun stevia rebaudiana dengan dosis 300mg/kgBB
secara oral mencegah penurunan kadar HDL kolesterol pada tikus wistar
jantan yang diberikan diet tinggi kolesterol?
1.3. Tujuan Penelitian
I.3.1. Tujuan Umum
136
Secara umum tujuan penelitian ini ialah untuk membuktikan pemberian ekstrak
etanol daun stevia rebaudiana mencegah dislipidemia pada tikus wistar jantan yang
diberikan diet tinggi kolesterol.
I.3.2. Tujuan Khusus
Tujuan yang ingin dicapai pada penelitian ini dapat diuraikan sebagai berikut:
1.
Membuktikan pemberian ekstrak etanol daun stevia rebaudiana dengan dosis
300mg/kgBB secara oral mencegah peningkatan kadar kolesterol total pada tikus
wistar jantan yang diberikan diet tinggi kolesterol.
2.
Membuktikan pemberian ekstrak etanol daun stevia rebaudiana dengan dosis
300mg/kgBB secara oral mencegah peningkatan kadar LDL kolesterol pada
tikus wistar jantan yang diberikan diet tinggi kolesterol.
3.
Membuktikan pemberian ekstrak etanol daun stevia rebaudiana dengan dosis
300mg/kgBB secara oral mencegah peningkatan kadar trigliserida pada tikus
wistar jantan yang diberikan diet tinggi kolesterol.
4.
Membuktikan pemberian ekstrak etanol daun stevia rebaudiana dengan dosis
300mg/kgBB secara oral mencegah penurunan kadar HDL kolesterol pada tikus
wistar jantan yang diberikan diet tinggi kolesterol.
1.4. Manfaat Penelitian
1.4.1. Manfaat Ilmiah
137
Menambah wawasan ilmu pengetahuan dan pengembangan ilmiah tentang
penggunaan ekstrak etanol daun stevia rebaudiana oral dalam mencegah
dislipidemia. Hasil penelitian ini dapat menjadi dasar dan acuan untuk penelitian
selanjutnya.
1.4.2. Manfaat Aplikasi
Karena ekstrak etanol daun stevia mencegah dislipidemia maka hasil
penelitian dapat disosialisasikan kepada masyarakat sebagai alternatif pencegahan
dislipidemia. Mendukung pengembangan penelitian untuk menggunakan bahanbahan natural dalam pencegahan dan pengobatan dislipidemia dalam usaha untuk
memperlambat penuaan.
138
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1. Lipid
Lipid adalah senyawa yang terdiri dari karbon dan hydrogen yang mempunyai sifat
umum tidak larut dalam air dan larut dalam pelarut bipolar. Kelompok lipid mencakup lemak,
minyak, malam (wax), dan senyawa-senyawa lainnya (Mayes, 2003a).
Lemak disebut juga lipid, adalah suatu zat yang kaya energy, berfungsi sebagai
sumber energy yang utama dalam proses metabolisme tubuh. Lemak yang beredar di dalam
tubuh diperoleh dari dua sumber yaitu dari makanan dan hasil produksi organ hati, yang bisa
disimpan di dalam sel-sel lemak sebagai cadangan energi (Guyton dan Hall, 2007).
Lipid dapat diklasifikasikan menjadi 3, yaitu:
1. Lipid sederhana yaitu senyawa ester asam lemak dengan berbagai alcohol, termasuk di
dalamnya lemak dan malam (wax)
2. Lipid kompleks yaitu asam lemak yang mengandung gugus lain selain alcohol dan asam
lemak. Dapat dikelompokkan lagi menjadi fosfolipid, glikolipid dan lipid kompleks
lainnya, lipoprotein termasuk dalam kelompok ini.
3. Prekursor dan derivate lipid, bentuk ini mencakup asam lemak, gliserol, steroid,
senyawa alcohol disamping gliserol serta sterol, aldehid lemak, badan keton,
hidrokarbon, vitamin larut lemak serta berbagai hormon (Mayes, 2003a).
139
2.1.1. Metabolisme Lipid
Lipid dari intestinal akan diangkut oleh lipoprotein sebagai kilomikron dan dari hati
sebagai VLDL, untuk kemudian didistribusikan ke seluruh jaringan tubuh untuk dioksidasi
dan ke jaringan adiposa untuk penyimpanan. Kemudian lipid dari jaringan adiposa akan
diangkut sebagai asam lemak bebas yang terikat dengan albumin serum (Mayes, 2003b).
Di dalam sel-sel hati dan jaringan adiposa, kilomikron segera dipecah menjadi asamasam lemak dan gliserol. Selanjutnya asam-asam lemak dan gliserol tersebut, dibentuk
kembali menjadi simpanan trigliserida. Proses pembentukan trigliserida ini dinamakan
esterifikasi. Sewaktu-waktu jika kita membutuhkan energi dari lemak, trigliserida dipecah
menjadi asam lemak dan gliserol, untuk ditransportasikan menuju sel-sel untuk dioksidasi
menjadi energi. Proses pemecahan lemak jaringan ini dinamakan lipolisis (Guyton dan Hall
2007).
Asam lemak tersebut ditransportasikan oleh albumin ke jaringan yang memerlukan
dan disebut sebagai asam lemak bebas (free fatty acid/FFA). Tidak semua asam lemak bebas
berasal melalui lipolisis, dan digunakan sebagai energi. Asam lemak bebas yang tidak
dioksidasi akan mengalami reesterifikasi menjadi trigleserida didalam jaringan adiposa
maupun hepar atau disimpan intramuskular (Guyton dan Hall 2007).
Asam lemak bebas yang digunakan untuk energi diaktifkan oleh enzim asil-KoA
sintetase (tiokinase), kemudian dibawa ke dalam mitokondria dengan diubah oleh CPT
(Carnitine Palmitoyl Transferase) I menjadi asilkarnitin, kemudian CPT II mengubah
kembali asilkarnitin menjadi Asil-KoA dengan melepaskan karnitin. Asil-KoA mengalami
oksidasi β menjadi asetil-KoA. Asetil-KoA masuk ke dalam siklus asam sitrat untuk
140
menghasilkan energi. Di sisi lain, jika kebutuhan energi sudah mencukupi, asetil KoA dapat
mengalami lipogenesis menjadi asam lemak dan selanjutnya dapat disimpan kembali sebagai
trigliserida (Guyton dan Hall 2007; Mayes, 2003d).
Langkah-langkah masuknya asil KoA ke dalam mitokondria dijelaskan sebagai
berikut (Kathleen et al., 2006):
1.
Asam lemak bebas (FFA) diaktifkan menjadi asil-KoA dengan dikatalisir oleh enzim
tiokinase.
2.
Setelah menjadi bentuk aktif, asil-KoA dikonversikan oleh enzim karnitin palmitoil
transferase I (CPT I) yang terdapat pada membran eksterna mitokondria menjadi asil
karnitin. Setelah menjadi asil karnitin, barulah senyawa tersebut bisa menembus
membran interna mitokondria.
3.
Pada membran interna mitokondria terdapat enzim karnitin asil karnitin translokase
yang bertindak sebagai pengangkut asil karnitin ke dalam dan karnitin keluar.
4.
Asil karnitin yang masuk ke dalam mitokondria selanjutnya bereaksi dengan KoA (Koenzim A) dengan dikatalisir oleh enzim karnitin palmitoil transferase II (CPT II) yang ada
di membran interna mitokondria menjadi Asil KoA dan karnitin dibebaskan.
5.
Asil KoA yang sudah berada dalam mitokondria ini selanjutnya masuk dalam proses
oksidasi β.
Asetil-KoA yang dihasilkan oleh oksidasi β ini selanjutnya akan masuk siklus asam
sitrat. Sebagian dari Asetil KoA mengalami kolesterogenesis menjadi kolesterol. Selanjutnya
kolesterol mengalami steroidogenesis membentuk steroid. Asetil KoA sebagai hasil oksidasi
141
asam lemak juga berpotensi menghasilkan badan-badan keton (aseto asetat, hidroksi
butirat dan aseton). Proses ini dinamakan ketogenesis (Guyton dan Hall, 2007).
Diet
Trigliserida
Esterifikasi
Lipolisis
Steroid
Asam lemak
Lemak Gliserol
Lipogenesis
Steroidogenesis
Oksidasi beta
Kolesterogenesis
Karbohidrat
Kolesterol
Protein
Asetil-KoA
+ ATP
Aseto asetat
Ketogenesis
Siklus asam
sitrat
ATP
hidroksi butirat
Aseton
H2O
CO2
Gambar 2.1. Ikhtisar Metabolisme Lemak
2.1.1.1 Oksidasi Asam Lemak (Oksidasi β)
Asam lemak bebas dioksidasi di mitokondria untuk memperoleh energi dalam proses
oksidasi β. Pada oksidasi β, asam lemak bebas masuk ke dalam rangkaian siklus dengan 4
142
tahapan proses dan pada setiap proses, 2 atom C diangkat dengan hasil akhir berupa asetil
KoA. Selanjutnya asetil KoA masuk ke dalam siklus asam sitrat (Kathleen et al., 2006).
Tahapan-tahapan tersebut adalah sebagai berikut (Kathleen et al., 2006) :
1. Reaksi pertama adalah reaksi pembentukan enoil KoA dengan cara oksidasi. Enzim asil
KoA dehidrogenase berperan sebagai katalis dalam reaksi ini. Koenzim yang dibutuhkan
dalam reaksi ini adalah FAD yang berperan sebagai akseptor hidrogen. Dua molekul ATP
dibentuk untuk tiap pasang elektron yang ditransportasikan dari molekul FADH2 melalui
sistem transport elektron.
2. Pada reaksi kedua, enzim enoil KoA hidratase merupakan katalis yang menghasilkan Lhidroksiasil KoA. Reaksi ini ialah reaksi hidrasi terhadap ikatan rangkap antara C-2 dan C3.
3. Reaksi ketiga adalah reaksi oksidasi yang mengubah hidroksiasil koenzim A menjadi
ketoasil koenzim A. Enzim L-hidrokdiasil koenzim A dehidrogenase melibatkan NAD yang
direduksi menjadi NADH.
4. Tahap keempat adalah reaksi pemecahan ikatan C-C, sehingga menghasilkan asetil
koenzim A dan asil koenzim A yang mempunyai jumlah atom C dua buah lebih pendek
dari molekul semula.
Asil KoA yang terbentuk pada reaksi tahap 4, mengalami metabolisme lebih lanjut
melalui reaksi tahap 1 hingga tahap 4 dan demikian seterusnya sampai rantai C pada asam
lemak bebas terpecah menjadi molekul-molekul asetil KoA yang mengandung 2 atom C dan
asil-KoA yang telah kehilangan 2 atom C. Demikian seterusnya hingga hasil yang terakhir
143
adalah 2 asetil-KoA. Asetil-KoA yang dihasilkan oleh oksidasi β ini kemudian akan masuk
siklus asam sitrat (Kathleen et al., 2006; Guyton dan Hall, 2007).
Sebagian dari asetil-KoA akan berubah menjadi asetoasetat, selanjutnya asetoasetat
berubah menjadi hidroksi butirat dan aseton atau badan-badan keton, proses ini dinamakan
ketogenesis. Sebagian lain dari asetil KoA dapat diubah menjadi kolesterol melalui proses
kolesterogenesis yang selanjutnya dapat digunakan sebagai bahan untuk disintetik menjadi
steroid melalui proses steroidogenesis (Guyton dan Hall, 2008).
Gambar 2.2.Lintasan Ketogenesis di Hati
(Dikutip dari : Guyton dan Hall, 2008).
144
2.1.1.2. Biosintesis Kolesterol
Pada hakekatnya semua jaringan tubuh yang mengandung sel-sel berinti mampu
mensintesis kolesterol. Banyak faktor mempengaruhi keseimbangan kolesterol dalam
jaringan. Peningkatan terjadi akibat ambilan lipoprotein yang mengandung kolesterol oleh
reseptor, ambilan kolesterol bebas dari lipoprotein yang kaya kolesterol ke membrane sel,
sinstesis kolesterol dan hidrolosis ester kolesteril oleh enzim ester kolesteril hidrolase.
Penurunan terjadi akibat aliran keluar kolesterol dari membrane sel ke lipoprotein yang
potensial kolesterolnya rendah, esterifikasi kolesterol oleh enzim asil ko-A transferase dan
penggunaan kolesterol untuk sintesis senyawa steroid lainnya di hati (Mayes, 2003c).
Struktur dasar kolesterol adalah inti sterol. Inti sterol seluruhnya dibentuk dari
molekul asetil-KoA. Selanjutnya, inti sterol dapat dimodifikasi dengan berbagai rantai
samping untuk membentuk kolesterol, asam kolat (merupakan dasar dari asam empedu yang
dibentuk di hati), dan beberapa hormon steroid penting yang diskresi oleh korteks adrenal,
ovarium dan testis (Guyton dan Hall, 2008).
Terdapat lima tahapan utama dalam biosintesis kolesterol yaitu (Mayes, 2003c):
1. Konversi asetil-KoA menjadi 3-hidroksi-3-metilglutaril-KoA (HMG KoA) dan mevalonat
2. Fosforilasi mevalonat menjadi molekul isoprenoid aktif yaitu isopentenil difosfat
bersamaan dengan hilangnya CO2.
3. Pembentukan skualen dari 6 unit isoprenoid.
4.
Konversi squalene menjadi lanosterol
5. Konversi lanosterol menjadi kolesterol.
145
Gambar 2.3. Tahapan Biosintesis Kolesterol
Sintetis kolesterol melibatkan banyak enzim yaitu asetoasetil-KoA sintetase
(thiolase), HMG KoA sintase, HMG KoA reduktase, mevalonat kinase, difosfomevalonat
kinase,
difosfomevalonat
dekarboksilase,
isopentenil-difosfat
isomerase,
cis-prenil
transferase, squalene sintetase, squalene eposkisdase, oksidoskualen lanosterol siklase,
isomerase dan skualen reduktase (Mayes, 2003c; Guyton dan Hall, 2008).
2.1.2. Transpor Lipid
Lemak yang diserap dari makanan dan lipid yang diproduksi oleh hati dan jaringan
adipose, harus diangkut ke berbagai jaringan dan organ tubuh untuk digunakan dan disimpan.
Karena lipid tidak larut air maka untuk pengangkutannya dalam plasma darah, senyawa lipid
146
non polar harus dikaitkan dengan lipid amfipatik dan protein untuk membentuk lipoprotein
yang bisa bercampur dengan air (Mayes, 2003b).
Lemak dalam darah diangkut dengan dua cara, yaitu melalui jalur eksogen dan jalur
endogen (Rader dan Hobbs, 2014).
1. Jalur eksogen
Trigliserida yang berasal dari makanan akan dihidrolisa oleh enzim lipase di lumen
usus kemudian diemulsifikasikan oleh asam empedu membentuk misel. Asam lemak rantai
panjang bergabung membentuk trigeliserida dan dikemas dengan apo B-48, ester kolesterol,
ester retinil, fosfolipid, dan kolesterol membentuk kilomikron. Kilomikron yang baru
terbentuk disekresikan ke dalam limfe intestinal dan masuk ke sirkulasi melalui duktus
torasikus, diproses di jaringan perifer kemudian masuk ke hati.
Kilomikron akan bertemu dengan lipoprotein lipase (LPL) yang melekat di dinding
endotel kapiler jaringan adipose, jantung dan otot skeletal. Trigliserid yang ada pada
kilomikron akan dihidrolisa oleh LPL dan asam lemak bebas dilepaskan. Asam lemak ini
akan diambil oleh jaringan adipose atau miosit dan dapat juga dioksidasi untuk menghasilkan
energy ataupun mengalami reesterisfikasi dan disimpan sebagai trigliserid. Apolipoprotein
pada pada permukaan kilomikron akan ditransfer ke HDL, menghasilkan kilomikron
remnant. Kilomikron remnant kemudian dikeluarkan dari sirkulasi oleh hati melalui proses
yang memerlukan apoE sebagai ligan untuk reseptor di hati.
2. Jalur endogen
Jalur endogen dari metabolisme lipoprotein mengacu pada sekresi lipoprotein yang
mengandung apoB dari hati dan metabolisme partikel kaya trigliserid ini di jaringan perifer.
147
Partikel VLDL menyerupai kilomikron pada komposisi proteinnya namun ia
mengandung apoB-100 dan memiliki perbandingan kolesterol terhadap trigliserid yang lebih
tinggi. Setelah disekresikan ke plasma VLDL memperoleh banyak apoE dan apoC dari HDL,
trigliserid dari VLDL kemudian dihidrolisa oleh LPL, terutama di otot, jantung, dan jaringan
adipose. Setelah VLDL remnant terpisah dari LPL, mereka disebut dengan IDL yang
mengandung jumlah kolesterol dan trigliserid dalam jumlah yang hampir sama. Hati akan
mengeluarkan 40-60% IDL dengan endositosis yang dimediasi oleh reseptor LDL melalui
ikatannya dengan apoE. IDL yang tersisa akan diremodeling oleh hepatic lipase untuk
membentuk LDL. Selama proses ini, hampir semua trigliserid telah terhidrolisis dan semua
apolipoporotein telah ditransfer ke lipoprotein lain, kecuali apoB-100.
Kolesterol dalam LDL mencakup lebih dari separuh dari total kolesterol plasma pada
sebagian besar orang. Sekitar 70% LDL di sirkulasi dibersihkan melalui endositosis yang
dimediasi LDL reseptor di hati
2.1.3. Kolesterol
Kolesterol adalah konstituen mayor dari membran sel pada sel hewan. Tubuh dapat
mencukupi kebutuhan kolesterol harian dengan mensintesisnya sendiri. Dengan diet
campuran hanya setengah dari kolesterol berasal dari biosíntesis endogen di usus, kulit dan
sebagian besar di hati (50%); sisanya berasal dari makanan (makanan yang dikonsumsi)
(Koolman dan Roehm, 2015).
Kolesterol merupakan zat esensial dalam tubuh yang menyusun membran, struktur
selaput sel dan merupakan komponen utama sel otak plasma. Kolesterol adalah jenis lemak
yang paling dikenal oleh masyarakat dan merupakan bahan perantara untuk pembentukan
148
sejumlah komponen penting seperti vitamin D untuk membentuk dan mempertahankan
tulang yang sehat, hormon seks (contohnya Estrogen dan Testosteron) dan asam empedu
untuk fungsi pencernaan (Mark et al., 2000).
Kolesterol terdapat dalam diet semua orang, dan dapat diabsorbsi dengan lambat dari
saluran pencernaan ke dalam saluran limfe , secara spesifik mampu membentuk ester dengan
asam lemak. Hampir 70% kolesterol dalam lipoprotein plasma berada dalam bentuk ester
kolesterol (Guyton dan Hall, 2007).
Kolesterol
bebas di dalam sirkulasi diangkut oleh lipoprotein. Ester kolesteril
merupakan bentuk penyimpanan kolesterol yang ditemukan pada sebagian besar jaringan
tubuh. LDL merupakan perantara ambilan kolesterol dan ester kolesteril ke dalam banyak
jaringan. Kolesterol bebas dikeluarkan dari jaringan oleh HDL kemudian diangkut ke hati
untuk dikonversi menjadi asam empedu, proses ini dikenal dengan nama pengangkutan balik
kolesterol (reverse cholesterol transport) (Mayes, 2003c).
Kolesterol adalah substansi menyerupai lemak yang berada di membrane sel dan
merupakan precursor dari asam empedu dan hormone steroid. Kolesterol beredar dalam
darah dalam bentuk partikel yang mengandung lipid dan protein (Lipoprotein). Terdapat 3
kelas utama dari lipoprotein yang ditemukan dalam darah yaitu low density lipoproteins
(LDL), high density lipoproteins (HDL), dan very low density lipoproteins (VLDL). Kelas
lipoprotein lainnya, intermediate density lipoprotein (IDL), terletak antara VLDL dan LDL,
dalam praktis klinis termasuk dalam perhitungan LDL (Grundy. et al., 2002).
149
Gambar 2.4. Struktur Dasar Kolesterol (Mayes, 2003c)
2.1.4. Lipoprotein
Lipid diangkut di dalam plasma sebagai lipoprotein. Lipoprotein terdiri dari inti lipid
hidrofobik (trigliserid dan ester kolesteril) yang dikelilingi oleh lipid hidrofilik (fosfolipid,
kolesterol tidak teresterifikasi) dan protein yang berinteraksi dengan cairan tubuh. Disamping
itu terdapat juga asam lemak bebas dalam jumlah yang jauh lebih sedikit, yang kini dikenal
sebagai lipid plasma yang paling aktif secara metabolic (Mayes, 2003b; Rader dan Hobbs,
2014).
Empat kelas lipoprotein plasma yang telah diidentifikasikan ialah (Mayes, 2003b):
1. Kilomikron
Kilomikron berasal dari penyerapan triasilgliserol di usus, berfungsi sebagai alat
transportasi lemak dari usus ke jaringan lain, kecuali ginjal
2. VLDL (very low - density lypoproteins)
VLDL berasal dari hati untuk mengeluarkan triasilgliserol dengan mengikatnya di dalam
hati dan mengangkutnya menuju jaringan lemak
150
3. LDL (low - density lypoproteins)
LDL merupakan tahap akhir katabolisme VLDL, berperan mengangkut kolesterol ke
jaringan perifer
4. HDL (high - density lypoproteins)
HDL mengikat kolesterol plasma dan mengangkut kolesterol ke hati, juga berperan
dalam metabolism VLDL dan kilomikron.
Keterangan :
A
= Protein
C
= Kolesterol
B
= Trigeliserida
D
= Fosfolipid
Gambar 2.5. Jenis-Jenis Lipoprotein dalam Darah
(Rader and Hobbs, 2005 )
151
2.1.5. Trigliserida
Sebagian besar lemak dan minyak di alam terdiri atas 98-99% trigliserida.
Trigliserida adalah suatu ester gliserol. Trigliserida terbentuk dari 3 asam lemak dan gliserol.
Apabila terdapat satu asam lemak dalam ikatan dengan gliserol maka dinamakan
monogliserida. Fungsi utama trigliserida adalah sebagai zat energi. Lemak disimpan di dalam
tubuh dalam bentuk trigliserida. Apabila sel membutuhkan energi, enzim lipase dalam sel
lemak akan memecah trigliserida menjadi gliserol dan asam lemak serta melepasnya ke
dalam pembuluh darah. Oleh sel-sel yang membutuhkan komponen-komponen tersebut
kemudian dibakar dan menghasilkan energi, karbondioksida (CO2), dan air (H2O)
(Lichtenstein dan Jones, 2001).
2.1.6. Low Density Lipoprotein (LDL)
LDL kolesterol meliputi 60–70% dari total serum kolesterol. LDL mengandung
apolipoprotein tunggal yaitu apo B-100 (Apo B). LDL merupakan lipoprotein aterogenik yang
utama dan telah diidentifikasikan sebagai target utama dalam terapi penurunan kolesterol,
penelitian menunjukkan efikasi bahwa penurunan LDL kolesterol akan menurunkan risiko
penyakit jantung koroner (Grundy, et al., 2002).
Lipoprotein densitas rendah (LDL) berfungsi membawa kolesterol dari hepar ke
jaringan perifer termasuk ke sel otot jantung, pembuluh darah, otak dan lain-lain agar dapat
berfungsi sebagaimana mestinya (untuk sintetik membran plasma dan hormon steroid).
Partikel LDL mengandung trigliserida sebanyak 10 persen dan kolesterol 60 persen. Kadar
LDL plasma tergantung dari banyak faktor termasuk kolesterol dalam makanan, asupan
lemak jenuh, kecepatan produksi dan eliminasi LDL. Bila kita makan banyak lemak jenuh
152
atau bahan makanan yang kaya akan kolesterol, maka kadar LDL dalam darah kita tinggi.
Kelebihan LDL akan berada dalam darah dengan risiko penumpukan atau pengendapan
kolesterol LDL pada dinding pembuluh darah arteri yang diikuti dengan terjadinya
aterosklerosis. Oleh karena sifat di atas, maka LDL disebut kolesterol yang aterogenik
(Metchinson dan Ball, 2004).
2.1.7. High Density Lipoprotein (HDL)
HDL berasal dari hati, ia mengembalikan kolesterol yang terbentuk secara berlebihan
di jaringan dan dinding pembuluh darah kembali ke hati. Selama ditranspor, kolesterol
diasilasi oleh lechitin cholesterol acytransferase (LCAT). HDL ini mempunyai kandungan
lemak lebih sedikit dan mempunyai kepadatan tinggi atau lebih berat sehingga mampu
membawa kelebihan kolesterol jahat di pembuluh arteri untuk diproses dan dibuang. Ester
kolesterol yang terbentuk tidak lagi bersifat amfipatik dan dapat ditransfer ke inti lipoprotein.
HDL juga mendukung perubahan VLDL dan kilomikron dengan bertukar lipid dan
apoprotein dengan mereka. .. HDL mencegah kolesterol mengendap di arteri dan mencegah
terjadinya atherosklerosis (Mark et al., 2000; Koolman dan Roehm, 2005).
HDL biasanya mencakup 20-30% dari total serum kolesterol. Apolipoprotein mayor
dari HDL adalah apo A-I dan apo A-II. Level HDL kolesterol berbanding terbalik dengan
risiko penyakit jantung koroner. Beberapa bukti bahkan menunjukkan bahwa HDL
melindungi dari perkembangan ateroklerosis, walaupun HDL yang rendah dapat juga
mencerminkan adanya faktor aterogenik lain (Grundy, et al., 2002).
153
2.1.8. Very Low Density Lipoprotein (VLDL) dan Intermediate Density Lipoprotein (IDL)
Sebenarnya VLDL, IDL, dan LDL mirip satu sama lain. VLDL mentranspor
triasilgliserol, kolesterol dan fosfolipid ke jaringan lain. Seperti kilomikron, mereka
dikonversi menjadi IDL dan LDL oleh lipoprotein lipase. Proses ini juga distimulasi oleh HDL.
Sel yang memerlukan kolesterol mengikat LDL melalui interaksi antara reseptor LDL dengan
ApoB-100, kemudian mengambil partikel secara keseluruhan melalui endositosis yang
dimediasi oleh reseptor (Koolman dan Roehm, 2005).
VLDL adalah lipoprotein yang kaya trigliserid, meliputi 10-15% dari total serum
kolesterol. Apolipoprotein utamanya dalah apo B-100, apo Cs (C-I, C-II, dan C-III) dan apo E.
VLDL diproduksi di hati dan merupakan precursor dari LDL. Beberapa bentuk dari VLDL,
terutama VLDL remnant, mendukung terjadinya aterosklerosis =, seperti LDL. VLDL remnant
terdiri dari VLDL yang terdegradasi dan kaya ester kolesterol. SebenarnyaIDL termasuk
dalam lipoprotein remnant, walaupun dalam prakti sklinis ia termasuk dalam fraksi LDL
(Grundy. et al., 2002).
2.2. Dislipidemia
Dislipidemia sebagai faktor risiko dari penyakit jantung koroner, dimanifestasikan
oleh peningkatan atau penurunan konsentrasi lipoprotein plasma (Fakhrzadeh dan
Tabatabaei, 2012). Dislipidemia adalah tingginya level lipid yang diangkut oleh lipoprotein
dalam
darah
(kolesterol,
trigliserida
ataupun
keduanya),
termasuk
di
dalamnya
hiperlipoproteinemia (hiperlipidemia) yang mengacu pada tingginya total kolesterol, LDL
kolesterol ataupun trigliserida dan juga rendahnya HDL kolesterol (Goldberg, 2015).
154
Secara umum dislipidemia didefinisikan sebagai level total kolesterol, LDL
kolesterol, trigeliserida, apoB dan Lp(a) di atas persentil 90 ataupun HDL kolesterol dan
ApoA dibawah persentil 10 dari populasi (Fakhrzadeh dan Tabatabaei, 2012). Dislipidemia
juga didefinisikan sebagai kelainan metabolisme lipid yang ditandai dengan peningkatan
maupun penurunan fraksi lipid dalam plasma. Kelainan fraksi lipid yang utama adalah
kenaikan kadar kolesterol total , kolesterol LDL, trigliserida, serta penurunan kolesterol HDL
(Muray,1991).
Tidak ada batasan yang jelas antara tingkat lipid normal dan abnormal karena
pengukuran lipid adalah kontinyu. Sehingga, tidak ada definisi numerik dislipidemia,
hubungan linear antara kadar lipid dan risiko kardiovaskular yang menentukan kadar lipid
yang memerlukan pengobatan (Goldberg, 2015).
Dislipidemia dapat dibagi menjadi dua, yaitu dislipidemia primer dan sekunder.
Dislipidemia primer biasanya perubahan level lipoprotein terkait dengan kondisi genetik
sedangkan pada dislipidemia sekunder perubahan level lipoprotein terkait dengan penyakit
lainnya, seperti obesitas, diabetes, penyakit tiroid, penyakit ginjal, penyakit hati dan
konsumsi alkohol, estrogen ataupun pemakaian obat-obatan (Rader dan Hobbs, 2014).
2.2.1 Etiologi Dislipidemia
Penyebab primer (genetik) dan sekunder (gaya hidup dan lainnya) berkontribusi
terhadap terjadinya dislipidemia dalam berbagai tingkatan. Contohnya familial combined
hyperlipidemia hanya akan berekspresi dengan adanya penyebab sekunder yang signifikan
(Goldberg, 2015).
155
1. Penyebab Primer
Ialah mutasi gen tunggal atau multipel yang menghasilkan overproduksi ataupun defek
pada pembersihan trigliserida dan LDL kolesterol, ataupun underproduksi atau
pembersihan yang berlebihan dari HDL kolesterol. Yaitu kelainan penyakit genetik dan
bawaan yang dapat menyebabkan kelainan kadar lipid dalam darah.
2. Penyebab Sekunder
Penyebab sekunder berkontribusi besar terhadap banyak kasus dislipidemia pada orang
dewasa. Penyebab sekunder terpenting di negara yang berkembang adalah gaya hidup
sedentari dengan asupan makanan berlebihan dari lemak jenuh, kolesterol dan lemak
trans. Penyebab sekunder lainnya meliputi diabetes mellitus, penggunaan alkohol yang
berlebihan, penyakit ginjal kronik, hipotiroidisme, sirosis bilier primer atau penyakit hati
lainnya, dan penggunaan obat-obatan (contohnya: thiazide, β-blockers, retinoid,
antiretroviral, siklosporin, takrolimus, estrogen dan progestin dan glukokortikoid)
Diabetes merupakan penyebab sekunder yang signifikan karena pasien cenderung
memiliki kombinasi kolesterol aterogenik dengan tingginya trigliserida dan small dense LDL
kolesterol, dan rendahnya HDL kolesterol (Dislipidemia diabetes). Hal ini dikarenakan
konsekuensi dari adanya obesitas, control diabetes yang buruk ataupun keduanya yang dapat
menyebabkan peningkatan
asam lemak bebas (FFA), yang menyebabkan peningkatan
produksi VLDL. VLDL yang tinggi trigliserida kemudian akan mentransfer trigliserida dan
kolesterol ke LDL kolsterol sehingga terbentuk small dense LDL kolesterol yang kaya
trigliderida dan pembersihan HDL kolesterol. Dislipidemia diabetes biasanya muncul karena
adanya peningkatan asupan kalori dan inaktifitas fisik (Goldberg, 2015).
156
2.2.2. Diagnosis Dislipidemia
Langkah pertama dalam menangani kelainan lipid adalah menentukan kelas
lipoprotein yang meningkat atau menurun pada pasien. Dislipidemia pada umumnya tidak
memberikan gejala namun dapat menyebabkan penyakit vascular seperti, penyakit jantung
koroner, stroke dan penyakit arteri perifer (Rader dan Hobbs, 2014; Goldberg, 2015).
Pedoman skrining oleh Grundy, et al (NCEP-ATP III [Adult Treatment Panel]) untuk
abnormalitas lipid merekomendasikan bahwa skrining harus dilakukan paling tidak sekali
dalam 5 tahun pada usia diatas 20 tahun. Individu tanpa riwayat penyakit jantung koroner
dengan level kolesterol yang memuaskan (<160mg/dL pada individu dengan 0-1 faktor risiko
dan <130mg/dL pada individu dengan 2 atau lebih faktor risiko) dapat melakukan skrining
ulang dalam 5 tahun. Namun pasien dengan kolesterol di ambang batas tinggi harus
melakukan skrining ulang dalam 1-2 tahun. Level memuaskan LDL kolesterol pada penderita
penyakit jantung koroner atau yang memiliki risiko ekuivalennya adalah dibawah 100mg/dL,
risiko ekuivalen tersebut meliputi penyakit arteri carotid dengan gejala, penyakit arteri
perifer, aneurisma aorta abdominal dan diabetes mellitus (Rosenson, 2012).
157
Tabel 2.1.
Klasifikasi total kolesterol dan LDL kolesterol berdasarkan ATP III
Total kolesterol (mg/dL)
LDL kolesterol (mg/dL)
<100
Optimal
<200
Desireable
100-129
Near optimal
200-239
Borderline high
130-159
Borderline high
> 240
High
160-189
High
>190
Very high
Tabel 2.2.
Klasifikasi serum trigliserida berdasarkan ATP III
Katagori trigliserida
Level
Normal
<150mg/dL
Borderline high
150-199 mg/dL
High
200-499 mg/dL
Very high
>500 mg/dL
Tabel 2.3.
Klasifikasi HDL kolesterol berdasarkan ATP III
Katagori
158
Low HDL
<40mg/dL
High HDL
>60mg/dL
(Grundy, et al., 2002)
2.2.3. Penanganan Dislipidemia
Gol
dari
terapi
modifikasi
lipid adalah
pencegahan
terjadinya
penyakit
kardiovaskular aterosklerotik dan komplikasinya. LDL kolesterol merupakan target utama
terapi dislipidemia, hal ini dikarenakan peningkatan LDL kolesterol merupakan faktor risiko
kuat terjadinya penyakit jantung koroner. Penelitian juga menunjukkan bahwa LDL
kolesterol merupakan lipoprotein aterogenik yang paling banyak, peran LDL kolesterol
dalam aterogenesis terbukti pada kelainan genetik dimana LDL kolesterol meningkat tajam
tanpa adanya faktor risiko lain (Grundy, et al., 2002; Rader dan Hobbs, 2014).
Terapi untuk menurunkan lipid
memegang peranan penting dalam pencegahan
primer dan sekunder dari penyakit kardiovascular. Penilaian terhadap risiko absolute,
pengobatan faktor risiko yang dapat dimodifikasi dan optimalisasi gaya hidup, terutama diet
dan olah raga, adalah pusat dari penanganan semua kasus. Pasien dengan risiko absolute
kardiovaskular yang tinggilah yang akan mendapatkan keuntungan terbesar dengan
pengobatan. Pasien dengan risiko tinggi harus mencapai HDL kolesterol >38mg/dL,
trigliserida<180mg/dL dan LDL kolesterol < 76mg/dL. Secara umum total kolesterol harus
dibawah 190mg/dL selama terapi dan <150mg/dL pada pasien dengan risiko tinggi ataupun
untuk pencegahan sekunder dari penyakit kardiovaskular (Field et al., 2006).
ATP III merekomendasikan LDL kolesterol sebagai target terapi, gol untuk masingmasing kategori risiko ialah (Grundy, et al., 2002):
159
Tabel 2.4.
Target terapi LDL kolesterol menurut ATP III
Level risiko
Gol LDL kolesterol
CHD dan CHD risk equivalent
< 100mg/dL
Multiple (2+) risk factor
<130 mg/dL
0-1 risk factor
<160mg/dL
Penanganan dislipidemia dibagi 2 yaitu terapi non farmakologi dan terapi
farmakologi (Grundy, 2006,; Field et al., 2006; Rader dan Hobbs, 2012).
A. Terapi Non Farmakologi dapat dilakukan dengan :
1. Melakukan terapi diet.
Modifikasi diet merupakan komponen penting dalam penanganan dislipidemia.
Terapi diet bertujuan untuk menurunkan asupan lemak total, asam lemak jenuh, dan
kolesterol secara progresif dan untuk mencapai berat badan yang diinginkan. Pasien
dengan peningkatan LDL kolesterol harus melakukan restriksi diet lemak jenuh dan
kolesterol. Pada pasien dengan hipertrigliserida asupan karbohidrat sederhana harus
dibatasi dan pada hipertrigliserida yang berat, restriksi total asupan lemak sangat kritis.
Diet kolesterol dan asam lemak jenuh memicu penurunan pengeluaran LDL di hati.
Respon terhadap diet biasanya mulai terlihat hasilnya setelah 3-4 minggu dan
penyesuaian diet perlu dilakukan secara gradual. Penurunan berat badan, bahakan
160
yang minimal, akan menurunkan risiko kardiovaskular, terutama pada pasien dengan
obesitas.
2. Perbaikan gaya hidup (Therapeutic Lifestyle Change).
Komponen-komponen
Therapeutic
Lifestyle
Change
(TLC)
meliputi
pengurangan asupan-asupan dari kolesterol dan asam lemak jenuh, pemilihan makanan
yang berhubungan dengan aturan makan untuk mengurangi LDL seperti stanol dan sterol
serta peningkatan masukan serat yang dapat larut, penurunan berat badan, dan
peningkatan aktivitas fisik.
Penurunan berat badan, bahkan yang minimal, akan menurunkan risiko
kardiovaskular, terutama pada pasien dengan obesitas. Level trigliserida dan LDL
kolesterol cenderung turun dan HDL kolesterol cenderung meningkat pada penderita
obesitas yang mengalami penurunan berat badan.
Terapi non farmakologi ini hendaknya menjadi terapi utama untuk dislipidemia,
kecuali untuk pasien dengan hiperkolesterolemia familial (secara bawaan/genetik mempunyai
kelainan metabolisme lipoprotein/kolesterol) atau hiperlipidemia gabungan yang bersifat
familial, yaitu penanganan terapinya dengan pengaturan makanan dan terapi dengan obat
dimulai secara bersamaan (Grundy, 2006).
B. Terapi Farmakologi
Keputusan untuk menggunakan obat-obatan tergantung pada risiko kardiovaskular
yang dimiliki. Terapi hiperkolesterolemia pada penderita penyakit kardivaskular dan bahkan
pada pasien dengan risiko kardiovaskular sangatlah menguntungkan (Grundy, et al., 2002).
161
Obat antidislipidemik adalah obat yang ditujukan untuk menurunkan/meningkatkan
kadar lipid/lemak di dalam darah/plasma. Pemberian obat antidislipidemik dapat diberikan
dalam menangani kasus dislipidemia apabila dengan terapi diet dan olah raga kondisi pasien
tidak responsive (Illingworth, 2002).
Efek terapi farmakologi dapat diperiksa setelah 6 minggu (12 minggu untuk fibrat).
Pada pemeriksaan ulang perlu dievaluasi efek samping yang timbul, respon penurunan lipid,
level creatinin kinase dan fungsi hati (Field et al., 2006).
Obat antidislipidemik yang beredar di Indonesia dapat dibagi sebagai berikut
(Grundy, 2006; Rader dan Hobbs, 2012):
1. Penghambat HMG-KoA Reduktase (3 Hidroksi 3 Metil Glutaril Ko - Enzim A Reduktase
Inhibitor).
Statin yang merupakan obat pilihan utama pada terapi dislipidemia. HMG Ko-A
adalah enzim kunci dalam biosintesis kolesterol. Golongan obat ini menghambat
pembentukan kolesterol dengan cara menghambat kerja enzim HMG KoA reduktase
yang ada di jaringan hati yang memproduksi mevalonate, molekul kecil yang digunakan
untuk mensintesa kolesterol dan derivat mevalonat, sehingga sintesis kolesterol akan
menurun. Dengan menghambat sintesis kolesterol, statin menyebabkan peningkatan
aktivitas reseptor LDL hati sebagai mekanisme counter-regulatory dan akhirnya
mempercepat pembersihan LDL yang ada di sirkulasi. Juga terjadi peningkatan
pembersihan precursor LDL, IDL, sehingga terjadi penurunan sekunder dari sintesis LDL
kolesterol. Statin juga dapat menurunkan trigliserid tergantung pada dosis, yang biasanya
proporsional dengan penurunan LDL kolesterol. Golongan ini dapat menurunkan
162
kolesterol total, LDLkolesterol dan trigliserida, juga meningkatkan HDL (Field et al.,
2006; Rader dan Hobbs, 2014).
2. Penghambat absorbsi kolesterol (Ezetimibe)
Kolesterol yang berada di intestinal adalah turunan dari diet (sekitar sepertiga)
dan dari asam empedu ( sekitar dua per tiga), diserap secara aktif oleh enterosit
melalui proses yang melibatkan protein NPC1L1. Ezetimibe terikat secara
langsung pada protein NPC1L1 dan memblok absorbsi kolesterol dari intestinal.
Ezetimibe menghambat absorbsi kolesterol sampai dengan 60%, sehingga
menurunkan pengiriman sterol dari diet ke hati dan meningkatkan ekspresi
reseptor LDL kolesterol hati.
3. Sekuestran Asam Empedu (Resin)
Golongan obat ini mengikat asam empedu di intestinal dan merangsang sekresinya.
Untuk mempertahankan jumlah asam empedu, hati akan mengalihkan kolesterolnya
untuk sintesis asam empedu. Penurunan kolesterol intraselular di hati akan
menyebabkan upregulation reseptor LDL dan meningkatkan pembersihan LDL kolesterol
dari sirkulasi.
4. Asam nikotinat
Asam nikotinat (nicotinic acid) atau niasin adalah vitamin B komplek yang
telah digunakan sebagai agen modifikasi lipid sejak lebih dari 5 dekade. Niasin
menurunkan aliran asam lemak non-ester ke hati, yang diperkirakan menimbulkan
penurunan sintesis trigliserida hati dan sekresi VLDL. Belakangan ini ditemukan
adanya reseptor asam nikotinat (GPR109A) yang menekan pelepasan asam lemak
163
non-ester oleh jaringan adipose, yang memediasi efek niasinpada supresi asam
lemak non-ester.
Niasin menurunkan trigliserida dan LDL kolesterol, serta meningkatkan HDL
kolesterol. Niasin adalah satu-satunya obet penurun lipid yang menurunkan Lp(a),
sampai dengan 40%.
5. Turunan Asam Fibrat (Fibrat)
Turunan asam fibrat adalah agonis PPAR α, reseptor yang terlibat dalam
pengaturan metabolism lipid. Fibrat merangsang aktivitas lipoprotein lipase
sehingga hidrolisis trigliserida meningkat, menurunkan sintesis ApoC-III
sehingga meningkatkan pembersihan lipoprotein remnant, merangsang oksidasi
beta dari asam lemak dan menurunkan VLDL kolesterol. Fibrat adalah obat yang
paling efektif dalam menurunkan trigliserida dan meningkatkan HDL kolesterol
secara moderat.
2.3.
Diet Terkait Kolesterol
Rekomendasi diet kolesterol harian saat ini adalah di kisaran 200-300 mg per hari.
Pada individu yang sehat tanpa diabetes, penyakit jantung dan hiperkolesterol rekomendasi
asupan yang dianjurkan adalah di bawah 300 mg per hari, sedangkan pada individu dengan
resiko tinggi rekomendasi yang disarankan adalah di bawah 200 mg. Rekomendasi asupan
kolesterol oleh Institute of Medicine ialah serendah mungkin (Kanter, et al., 2012).
Tubuh dapat mencukupi kebutuhan kolesterol harian dengan mensintesisnya sendiri.
Orang dewasa muda mensintesis kolesterol sekitar 1 gr per hari dan mengkonsumsi sekitar
0.3gr per hari. Dengan tambahan asupan diet, setengah dari kolesterol berasal dari biosíntesis
164
endogen yang sebagian besar di hati, juga di usus dan kulit (50%); sisanya berasal dari
makanan (makanan yang dikonsumsi). Level kolesterol dalam darah yang konstan di kisaran
150-200 mg/dL dipertahankan terutama oleh pengontrolan sintesis secara de novo. Sintesis
kolesterol diatur sebagian oleh asupan kolesterol (Koolman dan Roehm, 2015; King, 2016).
Laporan terbaru dari berbagai intervensi klinis menunjukkan bahwa peningkatan
asupan kolesterol menyebabkan peningkatan kolesterol LDL dan kolesterol HDL pada
subyek yang responsif terhadap tantangan diet kolesterol (Sekitar 25% populasi), baik anakanak, dewasa muda ataupun orang tua. Pada kondisi tertentu asupan kolesterol meningkatkan
kolesterol HDL saja, tanpa peningkatan kolesterol LDL, seperti pada kasus intervensi
penurunan berat badan, asupan satu telur per hari ataupun faktor lainnya (Kanter, et al.,
2012).
Bukti epidemiologi saat ini mengindikasikan bahwa asupan kolesterol
tidak
meningkatkan resiko penyakit jantung pada individu yang sehat. Studi klinis menunjukkan
bahwa dua per tiga atau lebih dari populasi tidak memiliki peningkatan yang bermakna
setelah pemberian asupan kolesterol dalam waktu yang lama, dan mereka yang berespon akan
mengalami peningkatan kolesterol HDL dan kolesterol LDL sehingga rasio kolesterol LDL
terhadap kolesterol HDL tetap terjaga (Kanter, et al., 2012).
2.4.
Penuaan (Aging)
Penuaan (aging) oleh gerontologis didefinisikan sebagai penurunan struktur dan
fungsi molekul, sel, jaringan, organ dan organisme secara gradual, progresif dan berbahaya
yang terjadi setelah kematangan seksual tercapai. Penuaan juga didefiniskan sebagai
perburukan fungsi secara umum dan progresif yang mengakibatkan hilangnya respon
165
adaptasi terhadap stress dan berkembangnya risiko penyakit terkait penuaan (Colledge ,
2006; Martin, 2014).
Penuaan merupakan proses multifaktorial dan sangat kompleks yang menyebabkan
deteriorasi fungsional secara gradual. Proses ini biasanya terjadi setelah maturitas, mengarah
ke disabilitas dan kematian. Bahkan bila para ilmuwan menemukan obat untuk semua
penyakit degenerative kronis, usia harapan hidup hanya akan bertambah sekitar 12 tahun dan
orang akan tetap meninggal akibat komplikasi proses penuaan. Tanda penuaan akan tampak
setelah maturitas ketika kesehatan, kekuatan dan penampilan berada dalam kondisi terbaik.
Pada beberapa tahun terakhir stress oksidatif terbukti terlibat dalam berbagai proses, penyakit
dan sindrom degeneratif, bahkan mungkin termasuk faktor yang mendasari proses penuaan
itu sendiri (Poljsak dan Milisav, 2013).
Terdapat banyak teori tentang terjadinya proses penuaan, Denham Harman
merupakan orang yang pertama mengajukan teori penuaan terkait dengan radikal bebas pada
tahun 1950an, yang meluas ke ide tentang produksi spesies oksigen reaktif oleh mitokondria
di tahun 1970an. Selain teori radikal bebas, terdapat beberapa teori penuaan, yaitu hipotesis
pemendekan telomere, teori siklus sel reproduksi, teori wear and tear, teori mitohormesis,
teori disposable soma dan teori-teori lainnya. Bukti menunjukkan keterkaitan semua teori ini
terhadap kerusakan sel merupakan konsekuensi dari paparan spesies oksigen reaktif (Poljsak
dan Milisav, 2013).
166
Gambar 2.6. Stres Oksidatif sebagai Demoninator Mayor Teori Penuaan
(Poljsak dan Milisav, 2013)
Komponen tubuh tidak dapat berkembang setelah mencapai usia dewasa, bahkan
terjadi penurunan akibat proses penuaan. Pada umumnya, orang menganggap menjadi tua
memang harus terjadi dan sudah ditakdirkan. Padahal terdapat banyak faktor yang
menyebabkan orang mengalami proses penuaan, yang kemudian menyebabkan sakit dan
akhirnya kematian. Penuaan bukanlah proses intrinsic, karena penuaan terjadi akibat interaksi
dengan lingkungan sekitar. Walaupun gen berperan dalam proses penuaan, kontributor utama
terletak pada banyaknya kerusakan random yang dibiarkan karena mekanisme housekeeping
sel somatic yang tidak efesien (Colledge , 2006; Pangkahila, 2011).
Berbagai faktor itu dapat dikelompokkan menjadi faktor internal dan faktor eksternal.
Faktor internal meliputi radikal bebas, hormon yang berkurang, glikosilasi, metilasi,
apoptosis, sistem kekebalan yang menurun, dan gen. Faktor eksternal yang utama ialah gaya
hidup tidak sehat, diet tidak sehat, kebiasaan salah, polusi lingkungan, stres dan kemiskinan
(Pangkahila, 2011).
Bila faktor penyebab itu dapat dihindari, maka proses penuaan dapat dicegah,
diperlambat, bahkan mungkin dihambat, sehingga kualitas hidup dapat dipertahankan.
167
Dengan demikian usia harapan hidup menjadi lebih panjang dengan kualitas hidup yang baik
(Pangkahila, 2011).
2.4.1. Tanda Penuaan
Penurunan fungsi akibat penuaan akan menimbulkan tanda dan gejala terkait yang
pada dasarnya dapat dibagi menjadi dua, yaitu tanda fisik seperti berkurangnya massa otot,
peningkatan lemak, kulit berkerut ataupun gangguan fungsi seksual dan tanda psikis, seperti
menurunnya gairah hidup, sulit tidur, mudah cemas, mudah tersinggung dan merasa tidak
berarti lagi (Pangkahila, 2011).
Konsekuensi sistemik dari proses penuaan sangat luas, namun dapat dikelompokkan
menjadi 4 kelompok utama, yaitu (Ferrucci dan Studenski, 2014):
1. Komposisi tubuh, perubahan komposisi tubuh mungkin merupakan efek penuaan yang
paling nyata dan tidak terhindarkan. Berat badan cenderung meningkat sampai dengan
usia pertengahan, kemudian menurun setelah usia 65-70 tahun. Lean body mass
menurun setelah dekade ketiga kehidupan dan massa lemak meningkat pada usia
pertengahan. Demineralisasi dan modifikasi arsitektur tulang secara progresif yang
menurunkan kekuatan tulang terjadi lebih awal pada wanita dibandingkan pria.
2. Keseimbangan antara ketersediaan dan kebutuhan energy, energi yang dibutuhkan
tubuh saat istirahat (Resting metabolic rate –RMR) biasanya menurun terkait dengan
penuaan hal ini dikarenakan penurunan lean body mass, jaringan yang aktif secara
metabolik. Namun pada orang dengan homeostasis yang tidak stabil akibat penyakit
biasanya memerlukan energy yang lebih tinggi untuk mekanisme kompensasi.
168
3. Jaringan signaling untuk mempertahankan homeostasis, jalur signaling utama
melibatkan hormone, mediator inflamasi dan antioksidan. Level hormone seks menurun
seiring dengan penuaan sedangkan perubahan hormone lainnya tidak terlalu terlihat.
Pada orang tua ditemukan kondisi pro-inflamasi ringan walaupun ia sehat, yang ditandai
dengan peningkatan marker pro-inflamasi (IL-6 dan CRP). Penuaan juga berhubungan
dengan peningkatan kerusakan akibat stress oksidatif, yang dikarenakan peningkatan
produksi spesies oksigen reaktif ataupun kerja buffer anti oksidan yang kurang efektif.
Hormon, mediator inflamasi dan anti oksidan berintegrasi membentuk jaringan signaling
kompleks sehingga strategi terapi tunggal terhadap salah satunya saja menjadi tidak
efektif bahkan counter-productive.
4. Neurodegenerasi, neuron berhenti bereproduksi saat kelahiran dan jumlahnya menurun
sepanjang kehidupan. Atropi otak terjadi setelah usia 60 tahun, hal ini dapat
menyebabkan penurunan fungsi kognitif dan motorik.
Proses penuaan berlangsung melalui 3 tahap sebagai berikut (Pangkahila, 2011):
1. Tahap Subklinik (Usia 25-35 tahun)
Pada tahap ini sebagian besar hormone tubuh mulai menurun dan pembentukan radikal
bebas mulai mempengaruhi tubuh. Kerusakan ini biasanya tidak tampak dari luar dan
orang merasa dan tampak normal.
2. Tahap Transisi ( Usia 35-45 tahun)
Pada tahap ini hormone menurun sampai dengan 25% dan massa otot berkurang 1kg
setiap beberapa tahun , sehingga tenaga dan kekuatan terasa hilang. Komposisi lemak
tubuh juga bertambah sehingga menyebabkan resistensi insulin dan meningkatnya
169
risiko penyakit jantung dan obesitas. Gejala mulai tampak dan orang mulai merasa tidak
muda lagi dan tampak lebih tua.
3. Tahap Klinik (Usia 45 tahun ke atas)
Pada tahap ini penurunan kadar hormone terus berlanjut, juga terjadi penurunan
penyerapan bahan makanan, penurunan densitas tulang dan massa otot menurun, serta
peningktan lemak tubuh dan berat badan. Penyakit kronis menjadi lebih nyata dan
sistem organ mulai mengalami kegagalan.
170
2.4.2. Biomarker Penuaan
Penuaan dapat diketahui dengan mengukur atau melihat tanda atau perubahan
yang terjadi dibandingkan sebelumnya, yang disebut biomarker. Tanda atau perubahan yang
terjadi dapat digunakan sebagai parameter. Dalam kaitan dengan penyakit tertentu, biomarker
merupakan parameter adanya penyakit atau berat ringannya suatu penyakit (Pangkahila,
2011).
Salah satu cara untuk mengetahui biomarker penuaan adalah dengan pemeriksaan
biokimia. Pemeriksaan profil lipid termasuk dalam pemerksaan biokimia, meliputi
pemeriksaan kadar kolesterol total, kolesterol LDL, trigliserida, dan kolesterol HDL.
Pemeriksaan profil lipid dilakukan untuk mengetahui risiko penyakit kardiovaskular
(Pangkahila, 2011).
Biomarker penuaan berkaitan erat dengan fungsi berbagai organ tubuh yang
menunjang aktivitas sehari-hari. Dengan demikian biomarker berkaitan erat juga dengan
kualitas hidup. Karena itu pemeriksaan adanya tanda atau perubahan akibat proses penuaan
seharusnya dilakukan sebelum muncul keluhan dan gangguan dalam aktivitas hidup seharihari (Pangkahila, 2011).
2.4.3. Hubungan Dislipidemia dan Aging
Studi longitudinal menunjukkan bahwa total kolesterol meningkat pada laki-laki
setelah pubertas sampai dengan usia 50 tahun, diikuti dengan kondisi plateau sampai dengan
usia 70 tahun, kemudian akan menurun secara perlahan-lahan. Pada wanita, serum kolesterol
sedikit lebih tinggi dari laki-laki saat usia 20-25 tahun. Antara usia 25-50 tahun serum
kolesterol pada wanita meningkat secara lebih lambat dibandingkan pada laki-laki. Level
kolesterol pada usia 55-60 tahun sebanding antara wanita dan laki-laki dan pada usia yang
171
lebih tua wanita cenderung memiliki level kolesterol yang lebih tinggi dibandingkan pria
(Rosenson, 2015).
Kolesterol total diketahui berada pada level tertinggi pada dekade usia keenam,
kemudian menurun dengan meningkatnya usia. Pasien diatas usia 65 tahun memiliki
prevalensi hiperlipidemia yang tinggi, dengan level total kolesterol diatas 240mg/dL pada
sekitar 25% laki-laki dan 42% wanita. Dislipidemia terkait penuaan lebih jelas pada wanita
dibandingkan pria, terkait dengan itu angka kejadian penyakit jantung koroner lebih tinggi
pada wanita usia 65 tahun ke atas (Shao et al., 2011).
Pada pencegahan primer dan sekunder, terapi penurunan kolesterol akan menurunkan
kejadian kardiovaskular secara setara baik pada orang tua maupun pada orang yang lebih
muda. Orang tua dengan riwayat penyakit jantung dan peningkatan level kolesterol akan
mendapatkan penurunan risiko absolut yang lebih besar dengan terapi dibandingkan dengan
orang dengan usia yang lebih muda. Berdasarkan beberapa penelitian terbukti bahwa terapi
dislipidemia pada orang tua efektif menurunkan risiko kejadian kardiovaskular pada orang
dengan risiko sedang dan risiko tinggi (Shao et al., 2011 ).
Hubungan antara hiperkolesterolemia dengan penyakit jantung koroner (PJK) pada
orang tua laki-laki dan wanita telah terbukti pada banyak penelitian besar. Framingham Heart
Study menunjukkan risiko relative berkembangnya gejala PJK ialah 1.5 pada laki-laki dan
2.3 pada wanita dengan level total kolesterol 90 persentil dibandingkan dengan mereka yang
level kolesterolnya dibawah 200mg/dL. Level HDL kolesterol yang rendah juga merupakan
faktor risiko, risiko relative mortalitas akibat PJK pada kasus HDL kolesterol yang rendah
ialah 4.9 pada laki-laki dan 2.0 pada wanita (Rosenson, 2015).
172
Dislipidemia dapat menyebabkan stress oksidatif dalam tubuh, yaitu terjadi
peningkatan produksi radikal oksigen oleh sel endotel. Peningkatan kadar radikal oksigen
akan menyebabkan degradasi NO serta produksi radikal bebas lainnya. (Winarsi, 2007)
Peningkatan radikal bebas pada dislipidemia berkaitan dengan peningkatan oksidasi LDL,
glikasi protein dan autooksidasi glukosa. Hal ini akan menimbulkan penumpukan produk
peroksidasi lipid lebih lanjut (Rui-Li et al., 2008).
Kolesterol plasma meningkat seiring dengan usia sama dengan insiden coronary
artery disease (CAD). Pada penuaan terdapat perubahan ultrastruktur dari sel endotel
sinusoidal, perubahan postprandial lipemia, resistensi insulin yang diinduksi oleh asam
lemak bebas atau free fatty acids (FFA), defisiensi hormon pertumbuhan (growth hormone),
penurunan androgen pada pria, serta penurunan peroxisome proliferator-activated
receptor
2.5.
(PPARs) (Liu et al., 2014).
Stevia Rebaudiana
Stevia rebaudiana merupakan jenis tanaman asli Amerika Selatan dari famili bunga
matahari (Asteraceae) yang sering disebut dengan daun manis ataupun daun gula, tanaman ini
berasal dari daerah Brazil dan Paraguay. Diduga lebih dari 80 jenis spesies stevia tumbuh liar
di Amerika Utara dan 200 spesies alami di Amerika Selatan. Walaupun terdapat lebih dari
200 macam spesies dari genus stevia, hanya stevia rebaudiana yang memberikan rasa manis.
Tanaman ini telah digunakan sejak lebih dari 1500 tahun yang lalu oleh kaum Guarani di
Paraguay sebagai pemanis ataupun obat-obatan (Sharma et al., 2009; Raini dan Isnawati,
2011; Gupta et al., 2014).
173
Gambar 2.7. Stevia Rebaudiana (Lemus-Mondaca et al., 2012)
Pada tahun 1887 seorang ahli botani bernama Moises Santiago Bertoni menemukan
tanaman stevia dan menamakannya Eupatorium rebaudianum Bertoni, kemudian dimasukkan
dalam genus stevia pada tahun 1905. Dan pada tahun 1931, ahli kimia bernama M. Bridel dan
R. Levielle mengisolasi stevioside dan rebauside yang memberikan rasa manis pada daun ini
(Lemus-Mondaca et al., 2012; Anonim, 2015).
Daun stevia mengandung pemanis alami dan mampu menghasilkan rasa manis 70400 kali dari manisnya gula tebu. Stevia telah digunakan di banyak negara di dunia sebagai
pemanis non-kalori. Sebagai ekstrak ia memiliki potensi yang sama dengan rasa manis
larutan sukrosa 10%, aspartame dan juga sakarin. Stevia lebih unggul dibandingkan pemanis
buatan karena ia stabil pada temparatur tinggi dan pH 3-9. Steviosida, salah satu glikosida
stevia, lebih manis sekitar 300 kali dari sakarosa (Goyal et al., 2010; Raini dan Isnawati,
2011).
174
Saat ini stevia rebaudiana telah dibudidayakan dan digunakan sebagai pemanis
makanan di Asia timur, termasuk Cina (sejak 1084), Korea, Taiwan, Thailand, dan Malaysia.
Tanaman ini juga dapat ditemukan di Saint Kitts dan Nevis, Brazil, Kolombia, Paraguay,
Uruguay dan Israel. Sekarang, stevia menjadi sangat popular di Jepang dan digunakan
sebagai pemanis secara komersial dengan pasar di atas 50%. Stevia digunakan sebagai
pemanis mulai dari saus kedelai, sayur–sayuran hingga minuman ringan. Sebagai pemanis
tanpa kalori, tanpa penambahan bahan kimia dan tanpa menimbulkan efek samping yang
serius, stevia cepat populer si seluruh dunia (Anonim, 2015).
2.5.1 Kandungan Stevia Rebaudiana
Bagian yang berguna dari tumbuhan ini adalah daunnya. Komposisi kimia spesies
stevia secara lengkap belum tersedia, namun beberapa varietas spesies stevia telah diperiksa.
Dari 100 spesies stevia yang diperiksa untuk rasa manisnya, hanya 18 spesies yang memiliki
karakteristik ini. Pemanis natural dari daun stevia disebut glikosida steviol yang diisolasi dan
diindentifikasikan sebagai dulkosida A, rebausida A, B, C, D, E, steviolbiosida, dan
steviosida (Goyal et al., 2010).
Stevia rebaudiana bertoni merupakan spesies yang paling manis, mengandung semua
8 komponen glikosida ini pada daunnya dengan steviosida sebagai komponen yang
terbanyak. Glikosida adalah senyawa yang mengandung karbohidrat (gula) yang terikat ke
bagian non-karbohidrat, terutama ditemukan pada tanaman dan dapat diubah menjadi gula
dan komponen non gula (aglikon) oleh pembelahan hidrolitik. Stevioside dideskripsikan
sebagai glikosida yang terdiri dari 3 molekul glukosa yang melekat pada aglikon
175
(C38H60O18). Steviol adalah tulang punggung aglikon dari glikosida stevia (Goyal et al.,
2010; Lemus-Mondaca et al., 2012).
Gambar 2.8. Steviol, Blok Bangunan Dasar dari Glikosida Manis Stevia
(Anonim, 2015)
Sejumlah penelitian telah menemukan bahwa selain rasa manis yang dimiliki,
steviosida, bersama dengan senyawa lainnya termasuk rebausida A, steviol, dan isosteviol,
juga memiliki kelebihan terapeutik sebagai anti-hiperglikemia, anti-hipertensi, anti-inflamasi,
anti-tumor, anti-diare, diuretic, dan efek immunomodulator (Lemus-Mondaca et al., 2012).
Pada daun dan akar stevia ditemukan inulin fruktooligosakarida, yang memiliki
fungsi terkait sebagai prebiotik, serat diet, metabolism lemak dan control diabetes. Pada daun
stevia terindentifikasi 9 asam amino, yaitu asam glutamat, asam aspartat, lisin, serin,
isoleusin, alanin, prolin, tirosin dam metionin, bahkan ditemukan sampai dengan 17 macam
asam amino termasuk arginin dan hanya triptofan yang tidak ada dari keseluruhan asam
amino esensial. Mineral yang merupakan trace element esensial, meliputi potassium,
kalsium, magnesium, sodium, zinc dan zat besi, ditemukan pada daun stevia dalam jumlah
yang cukup (Lemus-Mondaca et al., 2012).
176
Enam asam lemak terindentifikasi dari minyak daun stevia, meliputi asam palmitat
dan asam linolenat sebagai yang terbanyak, asam palmitoleat, asam stearat, asam oleat dan
asam linoleat. Kandungan asam linolenat yang tinggi dapat membantu mempertahankan rasio
asam lemak ideal dalam diet. Vitamin utama yang ditemukan pada ekstrak daun stevia ialah
asam folat dan vitamin C (Lemus-Mondaca et al., 2012).
Tabel 2.5. Kandungan nutrisional dari ekstrak daun stevia rebaudiana
(Lemus-Mondaca et al., 2012)
Mishra et
al. (2010)
Goyal et
al. (2010)
Serio
(2010)
Savita et
al. (2004)
Abou-Arab
et al.
(2010)
Tadhani and
Subhash
(2006a)
Moisture
7
4.65
ND
7
5.37
ND
7.7
Protein
10
11.2
11.2
9.8
11.40
20.4
12
Fat
3
1.9
5.6
2.5
3.73
4.34
2.7
Ash
11
6.3
ND
10.5
7.41
13.1
8.4
Carbohydrate
52
ND
53
52
61.9
35.2
ND
Crude fibre
18
15.2
15
18.5
15.5
ND
ND
Kaushik et
al. (2010)
177
Tabel 2.6.
Perkiraan Komposisi Stevia Rebaudiana Bertoni (Goyal et al., 2010)
No
Konstituen
Jumlah (%)
1
Aluminium
0.0072
2
Mangan
0.0147
3
Abu
6.3000
4
Fosfor
0.3180
5
B-karoten
0.0075
6
Potasium
1.7800
7
Kalsium
0.5440
8
Protein
11.200
9
Kromium
0.0039
10
Selenium
0.0025
11
Kobal
0.0025
12
Silikon
0.0132
13
Lemak
1.9000
14
Sodium
0.0892
15
Serat
15.200
16
Timah
0.0015
17
Zat besi
0.0039
18
Vitamin
0.0110
19
Magnesium
0.3490
178
20
Air
82.300
Fitokomia yang dapat ditemukan pada stevia rebaudiana meliputi austroinulin, beta
karoten, dulkosida, nilasin, oksida rebaudi, riboflavin, steviol, steviosida dan tiamin. Stevia
rebaudiana bertoni juga mengandung stigmasterol, b-sitosterol, campesterol, sterebin A-H,
minyak volatil, asam askorbat, mineral, elektrolit, vitamin dan juga flavonoid (Goyal et al.,
2010; Lemus-Mondaca et al., 2012).
Fungsi obat dari tanaman terletak pada beberapa zat kimia yang menghasilkan kerja
fisiologis pada tubuh manusia, terutama ditemukan pada alkaloid, flavonoid, tannin, dan
senyawa fenol. Skrining fitokimia terhadap bubuk daun stevia rebaudiana menunjukkan
kandungan yang terbanyak adalah tannin dan alkaloid, diikuti oleh glikosida jantung,
saponin, sterol, triterpen dan antrakuinon. Tannin dilaporkan memiliki kemampuan
menangkap radikal bebas dan aktifitas antioksidan. Saponin dapat menstimulasi pertumbuhan
otot, meningkatkan level testosterone, dan juga menunjukkan kemampuan anti-bakteri, antidiabetes dan fungsi imunologis (Lemus-Mondaca et al., 2012).
Analisis fitokimia terhadap daun stevia yang dilakukan di laboratorium Fakultas
Teknologi Pertanian Universitas Udayana menunjukkan hasil sebagai berikut: (Lampiran 2)
179
Tabel 2.7.
Tabel Hasil Analisis Ekstrak Daun Stevia
Ekstrak daun stevia
Tanin
Kap. Antioksidan
Flavonoid
Fenol
(%TAE)
(% GAEAC)
(% QE)
(% GAE)
54.97
44.47
20.01
2.49
Keterangan:
Kap. Antioksidan
: Kapasitas antioksidan
TAE
: Tannic acid equivalent
GAEAC
: Gallic acid equivalent antioxidant capacity
QE
: Quarcetin equivalent
GAE
: Gallic acid equivalent
180
Tabel 2.8.
Tabel Hasil Skrining Fitokimia Ekstrak Daun Stevia rebaudiana
Partitionates
Saponin
Tannins
Triterpines
Alkaloids
Flavonoids
Glycosides
Pet-ether
+
+
+
+
+
+
Ethyl acetate
+
+
+
-
+
+
Chloroform
+
+
-
+
+
+
(Kujur et al., 2010; Hossain et al., 2011)
Keterangan:
A. E.
: Aqueous extract
181
E. E.
: Ether extract
M. E.
: Methanol extract
2.5.2. Efek Antioksidan Stevia Rebaudiana
Literatur ilmiah menunjukkan bahwa daun stevia mengandung antioksidan dengan
peran biokimia yang berbeda-beda, terdiri dari asam askorbat, senyawa fenol, termasuk
flavonoid dan tannin. Aktivitas antioksidan dan pencegahan kerusakan oksidatif DNA
dilaporkan terjadi secara in vitro oleh ekstrak methanol dan etil asetat daun stevia (Bender et
al., 2015).
Metode yang didasarkan pada penangkapan radikal stabil 1,1 -diphenyl-2picrylhydrazyl (DPPH) telah digunakan secara luas untuk memprediksi aktivitas antioksidan
pada tanaman. Jahan, et al. menilai aktivitas DPPH, total fenol dan total flavonoid dari
ekstrak stevia pada konsentrasi yang berbeda dan didapatkan bahwa ekstrak daun stevia
dalam etanol 80% memiliki aktivitas antioksidan yang signifikan sehingga ia berpotensi
sebagai antioksidan natural.
Penelitian Bender et al. (2015) melalui pemeriksaan oxygen radical absorbance
capacity (ORAC) dan cellular antioxidant activity (CAA) menemukan bahwa aktivitas
antioksidan ekstrak daun stevia lebih tinggi dibandingkan ekstrak batangnya, dan kapasitas
steviosida dan rebausida A murni jauh lebih rendah. Juga ditemukan tidak ada aktivitas
antioksidan dari pemeriksaan CAA pada steviosida, hal ini menunjukkan bahwa glikosida
steviol sulit diserap di sel hati sehingga antivitas antioksidannya tidak melibatkan level
182
intraselular. Kandungan polifenol di dalam ekstrak stevia tidak berhubungan secara
signifikan dengan ORAC dan CAA.
Ekstrak daun stevia memiliki aktivitas antioksidan yang tinggi dan dilaporkan
menghambat pembentukan hidroksi peroksida di minyak sarden, lebih kuat dibandingkan
dengan teh hijau dan alfa tokoferol. Aktivitas antioksidan dari ekstrak daun stevia dikaitkan
dengan penangkapan elektron radikal bebas dan superoksid (Lemus-Mondaca et al., 2012).
Penelitian oleh Vasko, et al. melaporkan pemberian ekstrak stevia tidak memberikan
efek yang signifikan terhadap aktivitas superoksid dismutase, enzim antioksidan penting.
Sehingga mekanisme kerja kapasitas antioksidan dari stevia diduga melalui kemampuannya
menurunkan radikal bebas teroksidasi secara langsung, dibandingkan melalui modulasi
sistem enzimatik endogen antioksidan.
2.5.3. Stevia Rebaudiana dan Dislipidemia
Penelitian oleh Sharma et al. (2007) mengamati pemberian ekstrak stevia pada 20
wanita hiperkolesterol, ditemukan bahwa konsumsi ekstrak stevia menurunkan level
kolesterol, trigliserida dan LDL kolesterol secara signifikan dan peningkatan HDL kolesterol,
sesuai dengan yang diharapkan. Jadi dapat disimpulkan bahwa ekstrak stevia memiliki efek
hipolipidemik yang menurunkan risiko penyakit kardiovaskular di masa yang akan datang.
Pemberian isosteviol selama 7 hari, asam hidrosilat dari stevioside, pada tikus dengan
diet tinggi lemak menunjukkan penurunan total kolesterol dan LDL kolesterol serta
peningkatan HDL kolesterol (Xu et al., 2012). Dua studi pada tikus diabetes serta satu studi
pada tikus dengan diet tinggi lemak yang menunjukkan penurunan level serum lipid dengan
183
pemberian ekstrak daun stevia. Aktivitas antihiperlipidemik dari stevia rebaudiana diduga
dikarenakan adanya flavonoid, asam askorbat dan bahan lainnya (Park dan Cha, 2010;
Hossain et al., 2011; Singh et al., 2013).
Studi pemberian ekstrak akar stevia selama 21 hari menunjukkan perbaikan status
lipid pada tikus diabetes, juga terjadi normalisasi dari penurunan antioksidan enzimatik dan
konsentrasi antioksidan non enzimatik (Singh dan Garg, 2014). Penelitian oleh Savita dkk
terhadap pemberian ekstrak stevia pada penderita hipertensi dan diabetes menunjukkan
perbaikan profil lipid, namun tidak bermakna (Savita et al., 2004). Penelitian lainnya
menunjukkan pemberian stevioside, komponen aktif stevia, secara double–blind pada
penderita hipertensi menunjukkan tidak terdapat perubahan yang bermakna pada profil lipid
dengan pemberian stevioside (Chan et al., 2000).
Kerja antihiperlipidemik dari stevia diduga terkait dengan kandungan konstituen di
dalamnya, meliputi flavonoid, saponin, tannin, triterpin dan alkaloid. Flavonoid telah
diketahui memiliki aktivitas biologisnya yang luas termasuk aktivitas hipolipidemik dari
kerja antioksidannya. Kapasitas penurunan lipid dari tanaman ini diperkirakan berasal dari
konstituennya yang bekerja menghambat enzim hydroxyl-methyl-glutaryl-CoA reductase
yang berperan dalam biosintesis kolesterol secara de novo (Hossain et al., 2011).
Penelitian oleh Elekofehinti et al.(2013) menunjukkan bahwa saponin dapat
memperbaiki profil lipid. Penurunan trigliserida yang terjadi diduga melibatkan banyak
faktor, diantaranya: penurunan sintesis asam lemak, peningkatan reseptor LDL, aktivasi
Lecithin-cholesterol acyl transferase (LCAT) and lipase dan penghambatan acetyl-CoA
carboxylase. Penurunan total kolesterol dapat dikarenakan penurunan absorbsi kolesterol dari
184
usus, melalui ikatan asam empedu, dan peningkatan ekskresi asam empedu feses. Mekanisme
lain yang diduga terlibat ialah supresi sintesis kolesterol dengan menurunnya aktivitas 3hydroxy-3-methyl-glutaryl-CoA reductase (HMG-CoA reductase).
Flavonoid, yang meningkatkan resistensi tubuh terhadap oksidasi LDL kolesterol,
diyakini dapat menghambat aterosklerosis. HDL kolesterol menunjukkan aktivitas dari
lecithin cholesterol acyltransferase (LCAT), yang memegang peranan penting dalam
metabolisme lipoprotein dan berkontribusi terhadap pengaturan lipid dalam darah. Flavonoid
meningkatkan rasio HDL-C/LDL-C sehingga mempercepat pembuangan kolesterol dari
jaringan perifer ke hati untuk katabolisme dan ekskresi (Chen dan Li, 2007)
Penelitian oleh Niu et al.(2015) menemukan bahwa flavonoid mencegah
penghambatan adenosine monophosphate-activated protein kinase (AMPK) dan bahkan
meningkatkan fosforilasi AMPK dan ACC sebanyak dua kali lipat pada hati tikus diabetes,
hal yang sama ditemukan pada sel hati manusia (Hepatosit HepG2) yang terpapar glukosa
yang tinggi. Hal ini akan menyebabkan penurunan ACC dan lipid hepar. Pada akhirnya
aktivasi AMPK akan menurunkan sintesis lipid dan meningkatkan oksidasi asam lemak.
Penelitian oleh Park dan Cha (2010) menemukan bahwa suplementasi ekstrak stevia
meningkatkan ACO, PPAR α, dan level mRNA ACC di hati, sehingga meningkatkan level
ACS dan CPT-I mRNA di hati. Penelitian ini menemukan bahwa ekstrak stevia
menyebabkan up-regulation proses kode gen enzim pada oksidasi asam lemak
di hati
melalui aktivasi PPAR, sehingga didapatkan bahwa ekstrak stevia mencegah obesitas dan
gejala terkait obesitas, termasuk hyperlipidemia dan penyakit kardiovaskular.
Hasil yang hampir serupa ditemukan pada Xu et al. (2012), yaitu terjadi peningkatan
185
ekspresi PPAR α di hati. PPAR bertanggung jawab dalam pengambilan, katabolisme dan
homeostasis lemak di berbagai jaringan termasuk di hati. Aktivasi PPAR α dapat
menurunkan toksisitas lipid melalui biogenesis mitokondrial, peningkatan oksidasi asam
lemak, penurunan akumulasi diasilgliserol dan seramid pada jaringan, down-regulation
komplek protein terkait adaptor 1 dan aktivasi NFkB. Efek anti-apotosis dan antiinflamasi
dari isosteviol diduga turut berperan dalam perbaikan profil lipid.
PPAR α diaktivasi oleh asam lemak alami dan ligan sintetik, seperti fibrat, dan
memediasi gen yang mengatur pengambilan asam lemak dan katabolisme oksidatif.
Penelitian sebelumnya mengindikasikan bahwa komponen fenol dari berbagai tanaman
adalah aktivator PPAR α, yang mengontrol ekspresi banyak gen yang terlibat dalam oksidasi
asam lemak. Hasil penelitian menunjukkan level mRNA PPAR di hati ditemukan paling
tinggi pada grup dengan suplementasi stevia. Hasil ini mengindikasikan bahwa stevia bisa
jadi merupakan ligan / activator alami PPAR α, sehingga terjadi peningkatan gen yang
terlibat dalam oksidasi asam lemak (Park dan Cha, 2010).
Pada studi ini juga ditemukan bahwa konsentrasi asil karnitin/ karnitin bebas
meningkat di hati setelah pemberian ekstrak stevia, yang kemungkinan dikarenakan
peningkatan biosintesis karnitin di hati. Karnitin mentranspor asam lemak ke mitokondria,
dimana asam lemak mengalami oksidasi beta, sehingga ia memiliki peranan vital dalam
mengaktifkan oksidasi asam lemak di jaringan. Karnitin yang rendah akan memperlambat
oksidasi beta dan meningkatkan serum lipid. Suplemetasi stevia meningkatkan acid-insoluble
acylcarnitine (AIAC), yang artinya ekstrak stevia dapat memperbaiki fungsi metabolik seperti
oksidasi asam lemak dan ketogenesis (Park dan Cha, 2010).
186
Stevioside, kandungan aktif stevia rebaudiana, memperbaiki adipogenesis dan
pengambilan glukosa di jaringan adipose visceral, yang dibuktikan dengan adanya ekspresi
Lxr α (Liver-X-receptor-α), Fabp 4 dan Glut 4 yang tinggi. Induksi Lxr α di jaringan adipose
pada pemeberian ekstrak stevia mendukung peningkatan ekspresi Glut 4, yang memperbaiki
ambilan glukosa dan Fabp 4, yang memperbaiki metabolisme asam lemak. Stevioside juga
memperbaiki pertahanan antioksidan melalui peningkatan ekspresi SOD, yang berhubungan
dengan penurunan akumulasi LDL teroksidasi di sirkulasi dan pembuluh darah (Geeraert,
2010).
2.5.4. Toksisitas Stevia Rebaudiana
Studi toksikologis menunjukkan bahwa steviosida tidak memiliki efek
mutagenik, teratogenik, ataupun karsinogenik. Belum pernah ditemukan reaksi alergi
terhadap penggunaannya sebagai pemanis. Studi terbaru pada toksisitas rebausida A
secara umum dan terhadap reproduksi memperkuat studi sebelumnya pada pada
steviol murni, menunjukkan keamanannya pada asupan dalam jumlah besar (LemusMondaca et al., 2012).
Kematian merupakan kriteria yang ambigu, tes toksisitas akut ditentukan pada
keadaan dimana setengah dari binatang coba mati (lethal dose 50% - LD50).
Steviosida dan steviol memiliki toksisitas akut oral yang rendah pada tikus, yang
artinya nilai LD50 nya tinggi. Steviosida sampai dengan 15g/kgBB tidak bersifat letal
terhadap tikus ataupun hamster. Nilai LD50 pada hamster adalah 5.2 dan 6.1 g/kg BB
pada jantan dan betina. Pada tikus nilai LD50 steviol lebih tinggi dari 15g/kgBB pada
kedua jenis kelamin (Geuns, 2002).
187
LD50 oral untuk ekstrak stevia ialah 17g/kgBB (20% dari steviosida) dan
15g/kgBB untuk steviosida murni (kemurnian 93.5%). Pada tikus LD50 steviosida
dengan pemberian oral ialah 8.2g/kgBB dan dengan pemberian intraperitoneal
2.99g/kgBB. Karena steviosida 300 kali lebih manis dari gula, maka LD 50 pada
angka 8.2g/kgBB setara dengan 2.5kg/kg BB gula (Geuns, 2002).
2.6 Hewan Percobaan
Hewan percobaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah tikus (Rattus
norvegicus) Wistar jantan. Klasifikasi taksonomi dari tikus putih (Kusumawati,
2004):
Kingdom
: Animalia
Phylum
: Chordata
Subphylum : Vertebrata
Class
: Mammalia
Order
: Rodentia
Family
: Muridae
Genus
: Rattus
Species
: norvegicus
Tikus digunakan untuk penelitian karena kesamaannya dengan manusia dalam
fisiologi, anatomi, nutrisi, patologi, dan metabolismenya. Sifat-sifat yang dimiliki
188
tikus antara lain mudah dipelihara, ukurannya cukup besar untuk diamati dan relatif
sehat, sehingga memenuhi kriteria sebagai hewan percobaan. Usia tikus 2-3 bulan
memiliki persamaan dengan manusia usia dewasa muda dan belum mengalami proses
penuaan intrinsik (Malole and Pramono, 1989; Harini and Astrin, 2009).
Tikus jantan dapat memberikan hasil penelitian yang lebih stabil karena tidak
dipengaruhi oleh siklus menstruasi dan kehamilan seperti pada tikus putih betina.
Tikus jenis jantan juga mempunyai kecepatan metabolisme obat yang lebih cepat dan
kondisi biologis tubuh yang lebih stabil dibanding tikus betina (Ngatidjan, 2006).
Ada dua sifat yang membedakan tikus putih dari hewan percobaan, yaitu
bahwa tikus putih tidak dapat muntah karena struktur anatominya yang tidak lazim di
tempat esofagus bermuara ke dalam lambung dan tikus putih tidak mempunyai
kandung empedu (Smith and Mangkoewidjojo, 1988; Krinke, 2000).
Strain tikus yang paling popular digunakan sebagai standar penelitian
terhadap nutrisi, penuaan ataupun kelaianan metabolik adalah wistar adan spraguedawley. Sebuah studi yang membandingkan tikus wistar dan tikus sprague-dawley
menunjukkan bahwa tikus wistar lebih rentan terhadap obesitas, resistensi insulin dan
kelainan terkait lainnya, yang dibuktikan dengan penambahan berat badan yang lebih
cepat and nyata pada pemberian diet tinggi lemak. Serupa dengan sindrom metabolik
pada manusia, tikus wistar yang diberikan diet tinggi lemak tidak memanfaatkan
asam lemak secara luas dan menyebabkan akumulasi lemak dan terjadinya resistensi
189
insulin. Nilai RQ yang tinggi pada tikus Wistar menunjukkan bahwa mereka
meningkatkan
oksidasi
karbohidrat
dan
lipogenesis
dengan
mengorbankan
katabolisme lipid (Jun and Fehn, 2006).
Kadar kolesterol normal pada tikus putih galur wistar adalah 40-130 mg/dl dan
trigliserida darah normal 26-145mg/ dl. Jika dianalogikan dengan manusia, tikus mengalami
hiperkolesterolemia bila konsentrasi darahnya meningkat 20%. Peningkatan kolesterol
plasma dipengaruhi oleh jenis lemak yang ada dalam diet. (Malole and Pramono, 1989).
190
BAB III
KERANGKA BERPIKIR, KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN
3.1. Kerangka Berpikir
Dislipidemia adalah kelainan metabolisme lipid yang ditandai dengan
peningkatan maupun penurunan fraksi lipid dalam plasma. Kelainan lipid yang paling
utama adalah kenaikan kadar kolesterol total, kolesterol LDL, trigliserida serta
penurunan kadar HDL. Dislipidemia adalah faktor risiko mayor dan primer dari
penyakit jantung koroner, bahkan mungkin merupakan salah satu persyaratan
terjadinya penyakit jantung koroner sebelum faktor risiko mayor lainnya mulai
berperan.
Kadar kolesterol tinggi dalam darah disebabkan oleh faktor eksogen dan
faktor endogen. Intervensi dilakukan pada faktor eksogen yang meliputi pola makan,
aktifitas fisik, gaya hidup, suplementasi, dan obat-obatan, karena intervensi pada
faktor endogen yang meliputi fisiologi, hormonal, genetik, stres, umur, dan lain-lain
sulit dilakukan.
Pengobatan dislipidemia memegang peranan penting dalam pencegahan
primer dan sekunder terhadap penyakit kardiovaskular. Tujuan utama terapi pada
dislipidemia adalah untuk mencegah penyakit kardiovaskular dan komplikasinya
Penilaian faktor risiko absolut, pengobatan faktor risiko yang dapat dimodifikasi dan
optimalisasi gaya hidup, terutama diet dan olah raga, adalah yang utama dalam
191
penanganan dislipidemia. Terapi farmakologis ialah penggunaan obat-obatan untuk
mengontrol level kolesterol dalam darah.
Pada beberapa penelitian sebelumnya dan literatur pada daun stevia
ditemukan berbagai antioksidan, termasuk flavonoid dan tannin, serta glikosida yang
memberikan rasa manis pada daun ini. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa
pemberian ekstrak daun stevia dapat memperbaiki profil lipid. Kemungkinan hal ini
terkait dengan kandungan antioksidan di dalamnya, salah satunya dengan
penghambatan enzim hydroxyl-methyl-glutaryl-CoA (HMG CoA) reductase.
Penelitian ini ditujukan untuk mempelajari pemberian ekstrak daun stevia
yang diketahui memiliki kandungan antioksidan yang tinggi, maka diharapkan
ekstrak daun stevia dapat memperbaiki profil lipid serta aman untuk dikonsumsi pada
tikus yang diberikan diet tinggi kolesterol.
192
3.2. Konsep Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah dan tinjauan pustaka, maka disusun konsep penelitian
sebagai berikut :
-
Ekstrak etanol daun stevia
Faktor endogen:
Fisiologi
Hormonal
Genetik
Status gizi
5. Umur
Faktor eksogen:
1.
2.
3.
4.
1. Pola makan
2. Aktivitas fisik
3. Obat-obatan
Tikus yang diberikan diet
tinggi kolesterol
-
Keterangan:
Diteliti
Tidak diteliti
Total kolesterol
LDL kolesterol
HDL kolesterol
Trigliserida
193
3.3. Hipotesis Penelitian
Hipotesis dalam desain penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut :
1. Pemberian ekstrak etanol daun stevia rebaudiana dengan dosis 300mg/kgBB
secara oral mencegah peningkatan kadar kolesterol total serum tikus wistar jantan
yang diberikan diet tinggi kolesterol.
2. Pemberian ekstrak etanol daun stevia rebaudiana dengan dosis 300mg/kgBB
secara oral mencegah peningkatan kadar LDL kolesterol tikus wistar jantan yang
diberikan diet tinggi kolesterol.
3. Pemberian ekstrak etanol daun stevia rebaudiana dengan dosis 300mg/kgBB
secara oral mencegah peningkatan kadar trigliserida tikus wistar jantan yang
diberikan diet tinggi kolesterol.
4. Pemberian ekstrak etanol daun stevia rebaudiana dengan dosis 300mg/kgBB
secara oral mencegah penurunan kadar HDL kolesterol serum tikus wistar jantan
yang diberikan diet tinggi kolesterol.
194
BAB IV
METODE PENELITIAN
4.1. Rancangan Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental dengan menggunakan Post
Test Only Control Group Design (Marczyk et al., 2005). Rancangan penelitian adalah
tikus dibagi menjadi 2 (dua) kelompok. Perlakuan pada kedua kelompok adalah sama
kecuali terhadap pemberian ekstrak daun stevia dan plasebo.
Skema rancangan penelitian adalah sebagai berikut:
P0
O1
P
S
R
P1
O2
Bagan 4.1. Rancangan Penelitian
Keterangan :
P
= Populasi
S
= Sampel
R
= Randomisasi
P0
= Perlakuan pada Kelompok Kontrol yang diberikan diet tinggi kolesterol
serta plasebo (akuades 1cc).
195
P1
= Perlakuan pada Kelompok Perlakuan 1 yang diberikan diet tinggi kolesterol
serta ekstrak daun stevia rebaudiana (dosis 300mg/kg berat badan).
O1
= Kolesterol total, kolesterol LDL, trigliserida dan kolesterol HDL pada
kelompok kontrol.
O2
= Kolesterol total, kolesterol LDL, trigliserida dan kolesterol HDL pada
kelompok perlakuan 1
4.2. Waktu dan Tempat Penelitian
4.2.1. Tempat Penelitian
Pembuatan dan analisis ekstrak daun stevia dilakukan di Laboratorium Teknik
Pascapanen Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Udayana.
Penelitian ini dilakukan di Laboratory Animal Unit Bagian Farmakologi
Fakultas Kedokteran Universitas Udayana.
Pemeriksaan darah dilakukan di Laboratorium Biokimia Fakultas Kedokteran
Universitas Gajah Mada Yogyakarta
4.2.2. Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan selama 36 hari:
1. Tujuh hari untuk aklimatisasi.
2. Dua puluh delapan hari untuk perlakuan.
3.
Satu hari untuk pengambilan sampel darah untuk pemeriksaan kolesterol total,
kolesterol LDL, trigliserida, dan kolesterol HDL.
196
4.3. Populasi dan Sampel Penelitian
4.3.1 Populasi Penelitian
Populasi penelitian adalah sekelompok subjek atau data dengan karakteristik
tertentu. Populasi dalam penelitian ini adalah tikus (Rattus norvegicus) galur wistar
jantan umur 3-4 bulan dengan berat 180-200 gram.
4.3.2 Sampel
4.3.2.1. Kriteria Inklusi
1. Tikus (Rattus norvegicus) Galur Wistar Jantan
2
Sehat .
3
Umur 3-4 bulan.
4. Berat tikus 180-200 gram.
4.3.2.2. Kriteria Dropout
Tikus mati atau tikus sakit ketika sedang penelitian.
4.3.3. Penentuan Besar Sampel
Besar sampel yang diperlukan dalam penelitian ini didasarkan pada rumus
Federer (2008)
(n-1) x (t-1) ≥ 15
Keterangan :
n = jumlah replikasi
t = jumlah perlakuan
Pada penelitian ini jumlah perlakuan ada 2, maka (n-1) (2-1) ≥ 15
n = 16
197
Untuk penelitian digunakan sampel 16 (enam belas) ekor per kelompok, dan
untuk cadangan bila terjadi kematian atau sakit pada saat dilakukan penelitian, maka
jumlah sampel ditambah minimal 10 persen, menjadi 17.6 dibulatkan menjadi 18
(Delapan belas). Maka total tikus yang digunakan adalah 36 (tiga puluh enam ) ekor.
4.4. Variabel Penelitian
4.4.1 Klasifikasi Variabel
Variabel bebas
a. Ekstrak daun stevia rebaudiana
Variabel tergantung
a. Kadar kolesterol total
b. Kadar kolesterol LDL (Low Density Lipoprotein)
c. Kadar Trigliserida
d. Kadar kolesterol HDL (High Density Lipoprotein)
Variabel kendali meliputi:
a. Suhu, kelembaban, nutrisi
b. Berat badan
c. Umur hewan coba
198
d. Aktivitas
e. Diet tinggi kolesterol , terdiri dari: kuning telur, lemak hewan, minyak goreng
dan makanan standar
4.4.2. Definisi Operasional Variabel
a. Ekstrak etanol daun stevia rebaudiana adalah crude extract (rendemen) daun
stevia yang menggunakan pelarut etanol 96%
b. Kadar kolesterol total adalah kadar kolesterol total dalam darah yang diukur
dengan metode GOD PAP. Diukur sesudah perlakuan. Darah diambil melalui
medial canthus sinus orbitalis.
c. Kadar kolesterol LDL adalah kadar kolesterol LDL dalam darah yang diukur
dengan metode GOD PAP. Diukur sesudah perlakuan. Darah diambil melalui
medial canthus sinus orbitalis.
d. Kadar kolesterol HDL adalah kadar kolesterol HDL dalam darah yang diukur
dengan metode GOD PAP. Diukur sesudah perlakuan. Darah diambil melalui
medial canthus sinus orbitalis.
e. Kadar Trigliserida adalah kadar trigliserida dalam darah yang diukur dengan
metode GOD PAP. Diukur sesudah perlakuan. Darah diambil melalui medial
canthus sinus orbitalis.
f. Profil lipid adalah kadar kolesterol total, kolesterol LDL, kolesterol HDL dan
kadar trigliserida darah.
199
g. Makanan tinggi kolesterol adalah makanan yang meningkatkan kadar kolesterol
darah tikus yang komposisinya terdiri dari kuning telur, lemak hewan, minyak
goreng dan makanan standar
h. Plasebo adalah akuades yang diberikan pada tikus personde 1x sehari selama 28
hari.
i. Tikus putih jantan jenis Wistar adalah hewan percobaan yang berupa tikus galur
Wistar.
4.5. Bahan Penelitian
Bahan daun stevia rebaudiana adalah daun stevia rebaudiana dari kemasan
daun stevia kering yang diproduksi oleh UD. Taman Medis, Denpasar, Bali,
Indonesia.
4.6. Instrumen Penelitian
a. Timbangan gram
b. Sonde untuk pemberian pemberian placebo dan ekstrak etanol daun stevia
rebaudiana pada tikus
c. Tabung mikrokapiler untuk pengambilan darah
d. Tabung kontainer darah
200
4.7. Prosedur Penelitian
1. Diambil 36 ekor tikus putih jantan galur Wistar yang berumur 3 – 4 bulan
dengan berat sekitar 180-200 gram.
2. Tikus diadaptasikan selama 1 minggu dan diberikan makanan standar yang
berupa HBS pelet 11 secara ad libitum.
3. Tikus dipelihara dalam kandang individual yang berukuran 30x20x20 cm.
4. Setelah itu tikus dibagi menjadi 2 kelompok secara random.
5. Diberikan perlakuan :
a. P0 : Perlakuan pada kelompok kontrol yang diberi makanan tinggi
kolestrol dan plasebo berupa akuades 1cc selama 28 hari.
b. P1 : Perlakuan pada kelompok uji yang diberi makanan tinggi
kolesterol dan ekstrak etanol daun stevia rebaudiana (dosis 300mg/kg
BB tikus) personde selama 28 hari.
Pemberian makanan tinggi kolesterol diberikan selama 28 hari untuk
memastikan kolesterol darah meningkat dibandingkan normal.
6. Setelah diberikan perlakuan, diperiksa kadar kolesterol total, kolesterol LDL,
Trigliserida dan kolesterol HDL sebagai post test.
Prosedur pembuatan ekstrak etanol daun stevia rebaudiana:
1. Daun stevia rebaudiana kering dilarutkan dengan menggunakan pelarut etanol
96% dengan perbandingan 1:5
2.
Dilanjutkan dengan proses maserasi manual selama 24 jam
201
3. Kemudian larutan disaring dan dievaporasi sampai pelarut tidak menetes lagi
4. Didapatkan 100% crude extract (rendemen) dari daun stevia rebaudiana
Prosedur pengambilan darah tikus setelah perlakuan
1. Tikus diambil dari kandang
2. Kemudian diberikan suntikan anestesi dengan ketamine (Dosis: 40mg/kg
berat badan) dan xylazine (Dosis: 10mg/kg berat badan)
3. Setelah tikus mengalami penurunan kesadaran, dilakukan pengambilan
sampel darah melalui medial canthus sinus orbitalis dengan menggunakan
tabung mikrokapiler sebanyak 1.2 ml
4. Sampel darah dimasukkan ke dalam tabung EDTA
Prosedur pemeriksaan darah setelah perlakuan
1. Dilakukan sentrifugasi dengan kecepatan 3500 rpm selama 5 menit terhadap
sampel darah
2. Didapatkan serum darah sebanyak 0.6 ml
3. Serum darah kemudian dipak dan dikirimkan ke Laboratorium Biokimia
Universitas Gajah Mada
4. Pemeriksaan profil lipid dilakukan dengan metode GOD PAP
202
4.8. Alur Penelitian
Tikus
(36 ekor)
Adaptasi
(7 hari)
Kelompok P0
Kelompok P1
(18 ekor)
(18 Ekor)
Placebo
Ekstrak Stevia
rebaudiana
+
Perlakuan
+
Makanan tinggi
kolesterol
(28 hari)
Makanan tinggi
kolesterol
Sisa makanan
dan berat badan
Sisa makanan
dan berat badan
Setiap hari
(28 hari)
Puasa 18 jam
Total Kolesterol, Trigliserida,
LDL Kolesterol, HDL Kolesterol
Analisis data
Laporan
Posttest
(Hari ke 29)
203
4.9. Analisis Data
Data yang diperoleh dianalisis dengan langkah sebagai berikut :
4. Analisis Deskriptif
Analisis deskriptif disajikan dalam bentuk tabel dan grafik, dilakukan sebagai
dasar untuk statistik analitis (uji hipotesis) dan untuk mengetahui karakteristik
data mean kadar kolesterol total, kolesterol LDL, trigliserida dan kolesterol HDL.
5.
Uji normalitas
Uji normalitas diuji dengan Shapiro Wilk test karena jumlah sampel kurang dari
50. Data dinyatakan berdistribusi normal dengan p > 0.05.
6.
Uji homogenitas
Uji homogenitas diuji dengan Levene’s Test. Varian data dinyatakan homogen
dengan p >0,05
7.
Analisis Komparasi:
Karena data berdistribusi normal maka untuk uji komparasi antar kelompok
dilakukan dengan uji T independen.
204
BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN
Penelitian ini adalah penelitian eksperimental dengan menggunakan post test only
kontrol group design yang menggunakan 36 ekor tikus putih galur Wistar (Rattus norvegicus)
jantan berumur 3-4 bulan, dengan berat badan 180-200 gram, diberikan diet tinggi
kolesterol, terbagi menjadi 2 (dua) kelompok masing-masing berjumlah 18 ekor tikus, yaitu
kelompok kontrol (P0) yang diberikan diet tinggi kolesterol dan plasebo berupa aquades dan
kelompok perlakuan (P1) yang diberikan diet tinggi kolesterol dan ekstrak stevia rebaudiana
(dosis 300 mg/kg berat badan tikus). Hasil penelitian ini kemudian dianalisis dan disajikan
menggunakan hasil analisis deskriptif, normalitas data, homogenitas data dan uji
komparabilitas.
5.1
Hasil Penelitian
5.1.1 Analisis Deskriptif
Hasil analisis deskriptif kadar kolesterol total, trigliserida, kolesterol HDL dan
kolesterol LDL setelah 28 hari perlakuan (post-test) pada masing-masing kelompok disajikan
pada Tabel 5.1.
205
Tabel 5.1
Hasil Analisis Deskriptif Profil Lipid
Variabel
Kelompok
Mean
n
Subyek
Kolesterol
Total
Minimum
Maksimum
(mg/dl)
(mg/dl)
SD
(mg/dl)
Kontrol (P0)
18
218,70
8,53
203,88
232.18
Perlakuan (P1)
18
112,12
5,91
102,19
123.14
Kontrol (P0)
18
149,46
7,73
135,92
162.81
Perlakuan (P1)
18
95,00
6,99
84,88
110.32
Kontrol (P0)
18
26,66
2,29
23,87
30.36
Perlakuan (P1)
18
39,07
1,73
36,07
43.28
Kontrol (P0)
18
67,46
4,08
60,73
77.42
Perlakuan (P1)
18
38,95
4,32
32,04
46.17
Trigliserida
Kolesterol
HDL
Kolesterol
LDL
5.1.2 Uji Normalitas Data
Kadar kolesterol total, trigliserida, kolesterol HDL dan kolesterol LDL setelah 28 hari
perlakuan pada masing-masing kelompok diuji normalitasnya dengan uji Shapiro-Wilk.
206
Hasilnya menunjukkan bahwa data berdistribusi normal (p>0,05), seperti yang disajikan
pada tabel 5.2.
207
Tabel 5.2
Hasil Uji Normalitas Data Antar Kelompok
Variabel
Kelompok Subyek
n
p
Keterangan
Kontrol (P0)
18
0,218
Normal
Perlakuan (P1)
18
0,548
Normal
Kontrol (P0)
18
0,298
Normal
Perlakuan (P1)
18
0,107
Normal
Kontrol (P0)
18
0,065
Normal
Perlakuan (P1)
18
0,256
Normal
Kontrol (P0)
18
0,379
Normal
Perlakuan (P1)
18
0,183
Normal
Kolesterol Total
Trigliserida
Kolesterol HDL
Kolesterol LDL
n = jumlah sampel; p = taraf signifikansi
5.1.3 Uji Homogenitas Data antar Kelompok
Kadar kolesterol total, trigliserida, kolesterol HDL dan kolesterol LDL setelah 28 hari
perlakuan pada masing-masing kelompok diuji homogenitasnya dengan menggunakan
Levene’s test. Hasil menunjukkan bahwa varian data hasil penelitian variable kadar
208
kolesterol total, trigliserida, kolesterol HDL dan kolesterol LDL homogen (p>0,05). Data
disajikan pada Tabel 5.3.
209
Tabel 5.3
Hasil Uji Homogenitas Data Antar Kelompok
Variabel
n
p
Keterangan
Kolesterol Total
36
0,376
Homogen
Trigliserida
36
0,907
Homogen
Kolesterol LDL
36
0,069
Homogen
Kolesterol HDL
36
0,479
Homogen
N = jumlah sampel; p = taraf signifikansi
5.1.4 Uji Komparabilitas
Analisis komparabilitas ini bertujuan untuk membandingkan rerata kadar kolesterol
total, trigliserida, kolesterol HDL dan kolesterol LDL antar kelompok sesudah perlakuan
selama 28 hari. Hasil analisis kemaknaan diuji dengan uji T independen.
Hasil analisis kemaknaan rerata kadar kolesterol total antar kelompok setelah
perlakuan disajikan pada Tabel 5.4.
Tabel 5.4
Rerata Nilai Kolesterol Total antar Kelompok Sesudah Perlakuan
210
Kelompok
n
Rerata (mg/dl)
SB
Kontrol
18
218,70
8,53
t
43,597
Perlakuan
18
112,12
p
0,000
5,91
SB = Simpangan Baku; t = t-test; p = signifikansi
Tabel 5.4 menunjukkan rerata kadar kolesterol total sesudah 28 hari perlakuan
kelompok kontrol (P0) adalah 218,70 ± 8,53mg/dl dan kelompok P1 adalah 112,12 ±
5,91mg/dl. Analisis kemaknaan dengan uji T independen menunjukkan bahwa nilai t =
43,597 dan nilai p = 0,000. Hal ini menunjukkan bahwa kadar kolesterol total antar kedua
kelompok setelah perlakuan berbeda sangat bermakna (p<0,01).
Rerata Total Kolesterol
mg/dl
218,70 ± 8,53
250
200
p<0.01
112,12 ± 5,91
Total Kolesterol
150
100
50
0
Kelompok Kontrol
(P0)
Kelompok Perlakuan
(P1)
Gambar 5.1 Grafik Perbandingan Rerata Total Kolesterol Antar Kelompok Setelah Perlakuan
211
Hasil analisis kemaknaan rerata kadar kolesterol total antar kelompok setelah
perlakuan disajikan pada Tabel 5.5.
212
Tabel 5.5
Rerata Nilai Trigliserida antar Kelompok Sesudah Perlakuan
Kelompok
n
Rerata (mg/dl)
SB
Kontrol
18
149,46
7,73
Perlakuan
18
95,00
t
p
22,171
0,000
6,99
SB = Simpangan Baku; t = t-test; p = signifikansi
Tabel 5.5 menunjukkan rerata kadar trigliserida sesudah 28 hari perlakuan
kelompok kontrol (P0) adalah 149,46 ± 7,73mg/dl dan kelompok P1 adalah 95,00 ±
6,99mg/dl. Analisis kemaknaan dengan uji T independen menunjukkan bahwa nilai t =
22,171 dan nilai p = 0,000. Hal ini menunjukkan bahwa kadar trigliserida antar kedua
kelompok setelah perlakuan berbeda sangat bermakna (p<0,01).
213
Rerata Trigliserida
149,46 ± 7,73
mg/dl
p<0.01
160
95,00 ± 6,99
140
120
100
Trigliserida
80
60
40
20
0
Kelompok Kontrol (P0)
Kelompok Perlakuan (P1)
Gambar 5.2 Grafik Perbandingan Rerata Trigliserida Antar Kelompok Setelah Perlakuan
Hasil analisis kemaknaan rerata kadar kolesterol total antar kelompok setelah
perlakuan disajikan pada Tabel 5.6.
Tabel 5.6
Rerata Nilai Kolesterol HDL antar Kelompok Sesudah Perlakuan
Kelompok
n
Rerata (mg/dl)
SB
Kontrol
18
26,66
2,29
Perlakuan
18
39,07
SB = Simpangan Baku; t = t-test; p = signifikansi
1,73
t
p
-18,360
0,000
214
Rerata kadar kolesterol HDL ditunjukkan pada tabel 5.6 yang menunjukkan hasil
kelompok kontrol (P0) adalah 26,66 ± 2,29mg/dl dan kelompok P1 adalah 39,07 ±
1,73mg/dl. Analisis kemaknaan dengan uji T independen menunjukkan bahwa nilai t = 18,360 dan nilai p = 0,000. Hal ini menunjukkan bahwa kadar kolesterol HDL antar kedua
kelompok setelah perlakuan berbeda sangat bermakna (p<0,01).
215
Rerata Kolesterol HDL
39,07±1,73
mg/dl
p<0.01
40
26,66±2,29
35
30
25
Kolesterol HDL
20
15
10
5
0
Kelompok Kontrol (P0)
Kelompok Perlakuan (P1)
Gambar 5.3 Grafik Perbandingan Rerata Kolesterol HDL Antar Kelompok Setelah Perlakuan
Hasil analisis kemaknaan rerata kadar kolesterol total antar kelompok setelah
perlakuan disajikan pada Tabel 5.7.
Tabel 5.7
Rerata Nilai Kolesterol LDL antar Kelompok Sesudah Perlakuan
Kelompok
n
Rerata (mg/dl)
SB
Kontrol
18
67,46
4,08
Perlakuan
18
38,95
SB = Simpangan Baku; t = t-test; p = signifikansi
4,32
t
p
20,366
0,000
216
Tabel 5.7 menujukkan rerata kadar kolesterol LDL kelompok kontrol (P0) adalah
67,46±4,08mg/dl dan kelompok P1 adalah 38,95±4,32mg/dl. Analisis kemaknaan dengan uji
T independen menunjukkan bahwa nilai t= 20,366 dan nilai p= 0,000. Hal ini menunjukkan
bahwa kadar kolesterol LDL antar kedua kelompok setelah perlakuan berbeda sangat
bermakna (p<0,01).
Rerata Kolesterol LDL
mg/dl
67,46±4,08
p<0.01
70
60
38,95±4,32
50
40
Kolesterol LDL
30
20
10
0
Kelompok Kontrol (P0)
Kelompok Perlakuan (P1)
Gambar 5.4 Grafik Perbandingan Rerata Kolesterol LDL Antar Kelompok Setelah Perlakuan
Hal ini berarti rerata kadar kolesterol total, trigliserida, kolesterol HDL dan
kolesterol LDL sesudah perlakuan selama 28 hari antar kelompok kontrol (P0) dan kelompok
perlakuan (P1) berbeda sangat bermakna (p<0,01).
5.2 Pembahasan
5.2.1
Subyek Penelitian
217
Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental dengan rancangan post test only
control group design, menggunakan hewan sebagai subyek penelitian yaitu 36 ekor tikus
putih (Rattus norvegicus) galur wistar jantan yang berusia 2-3 bulan dengan berat 180-200
gram. Subyek penelitian dibagi menjadi dua kelompok yaitu kelompok kontrol yang
diberikan plasebo berupa aquadest 1 cc dan kelompok perlakuan yang diberikan ekstrak
stevia rebaudiana dengan dosis 300mg/kg berat badan secara oral per sonde selama 28
hari.
Hewan coba berupa tikus putih (Rattus norvegicus) galur wistar sering
digunakan dalam berbagai penelitian karena mudah dipelihara dan ukurannya relatif
cukup besar untuk diobservasi. Sebuah studi yang membandingkan tikus wistar dan
tikus sprague-dawley menunjukkan bahwa tikus wistar lebih rentan terhadap obesitas,
resistensi insulin dan kelainan terkait lainnya (Jun and Fehn, 2006; Ngatijan, 2006).
Ada dua sifat yang membedakan tikus putih dari hewan percobaan yang lain,
yaitu bahwa tikus putih tidak dapat muntah karena struktur anatominya yang tidak
lazim di tempat esofagus bermuara ke dalam lambung dan tikus putih tidak
mempunyai kandung empedu (Smith and Mangkoewidjojo, 1988; Krinke, 2000).
218
Tikus yang digunakan pada penelitian ini berusia 3-4 bulan yang artinya tikus masi
muda sekitar usia 18 tahun. Usia ini dipilih karena sebuah studi longitudinal menunjukkan
bahwa total kolesterol akan mulai meningkat sejak usia pubertas sampai dengan usia 50
tahun (Sengupta, 2013; Rosenson, 2015).
Pada penelitian ini subyek penelitian dibagi menjadi dua kelompok, yaitu kelompok
kontrol yang diberikan diet tinggi kolesterol dan kelompok perlakuan yang diberikan diet
tinggi kolesterol serta ekstrak etanol daun stevia rebaudiana selama 28 hari, setelah
dilakukan aklimatisasi selama 7 (tujuh) hari. Penelitian dilakukan selama 28 hari sesuai
dengan prosedur penelitian dibutuhkan waktu 28 hari untuk merangsang terjadinya
dislipidemia pada tikus.
5.2.2
Dosis dan Pelarut Ekstrak Daun Stevia Rebaudiana
Stevia rebaudiana merupakan jenis tanaman asli Amerika Selatan dari famili bunga
matahari (Asteraceae) yang sering disebut dengan daun manis ataupun daun gula. Saat ini
stevia rebaudiana telah dibudidayakan dan banyak digunakan sebagai pemanis makanan .
219
Sejumlah penelitian telah menemukan bahwa selain rasa manis yang dimiliki, ia juga
memiliki kelebihan terapeutik. Literatur ilmiah menunjukkan bahwa daun stevia
mengandung antioksidan dengan peran biokimia yang berbeda-beda, termasuk flavonoid
dan tannin.
Fungsi obat dari tanaman ini terletak pada beberapa zat kimia yang
menghasilkan kerja fisiologis pada tubuh manusia (Bender et al., 2015; Gupta et al., 2014;
Lemus-Mondaca et al., 2012).
Pada penelitian ini kelompok perlakuan diberikan diet tinggi kolesterol dan ekstrak
etanol daun stevia rebaudiana dengan dosis 300mg/kgBB, dosis ini mengacu pada penelitian
pendahuluan yang membandingkan efektivitas pemberian stevia rebaudiana dengan dosis
150mg/kg berat badan dan 300mg/ kg berat badan, ditemukan bahwa dosis 300mg/ kg
berat badan memberikan hasil yang lebih baik dalam perbaikan profil lipid pada tikus putih
galur wistar jantan (Surya, 2016).
Ekstrak daun stevia rebaudiana pada penelitian ini menggunakan pelarut etanol
mengacu pada jurnal yang menyebutkan bahwa pelarut yang paling sesuai untuk mengikat
antioksidan pada ekstrak tanaman antara lain etanol, metanol, aseton, dan etil asetat. Pelarut pelarut tersebut mampu untuk mengikat komponen antioksidan lebih baik daripada air (Sultana
et al., 2009).
Jahan, et al. (2010) menilai aktivitas DPPH, total fenol dan total flavonoid dari ekstrak
stevia pada konsentrasi yang berbeda dan didapatkan bahwa ekstrak daun stevia dalam
etanol 80% memiliki aktivitas antioksidan yang signifikan.
5.2.3
Pengaruh Pemberian Ekstrak Etanol Daun Stevia Rebaudiana terhadap Perbaikan
220
Profil Lipid
Bahan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah daun stevia rebaudiana
kering produksi UD. Taman Medis, Denpasar, Bali, Indonesia. Kemudian dilarutkan dengan
etanol 96% dengan perbandingan 1:5, dilanjutkan dengan proses maserasi manual selama
24 jam. Larutan lalu disaring dan dievaporasi sampai pelarut tidak menetes lagi dan
didapatkan 100% crude extract (rendemen).
Pemeriksaan profil lipid tikus diukur dengan tikus sebelumnya dipuasakan selama 18
jam, sampel darah diambil melalui medial canthus sinus orbitalis dengan menggunakan
tabung mikro kapiler sebanyak 1.2 ml setiap ekor. Kemudian diperiksa profil lipid darahnya
dengan menggunakan metode GOD PAP.
Hasil penelitian dan analisis data profil lipid darah pada kedua kelompok yaitu
kelompok kontrol (P0) dan kelompok perlakuan (P1) menunjukkan bahwa data berdistribusi
normal (Uji normalitas dengan Shapiro Wilk) dan homogen (Uji homogenitas dengan
Levene’s test) dengan nilai p>0.05.
Uji komparabilitas rerata kadar profil lipid antar kelompok kontrol dan kelompok
perlakuan dilakukan dengan uji t-independent. Didapatkan hasil rerata kadar kolesterol
total sesudah 28 hari perlakuan kelompok kontrol (P0) adalah 218,70 ± 8,53mg/dl dan
kelompok perlakuan (P1) adalah 112,12 ± 5,91mg/dl. Analisis kemaknaan dengan uji tindependence menunjukkan bahwa nilai t= 43,597 dan nilai p= 0,000. Rerata kadar
trigliserida kelompok kontrol (P0) adalah 149,46 ± 7,73mg/dl dan kelompok perlakuan (P1)
adalah 95,00 ± 6,99mg/dl. Analisis kemaknaan dengan uji t-independence menunjukkan
221
bahwa nilai t= 22,171 dan nilai p= 0,000. Rerata kadar kolesterol HDL kelompok kontrol (P0)
adalah 26,66 ± 2,29mg/dl dan kelompok perlakuan (P1) adalah 39,07 ± 1,73mg/dl. Analisis
kemaknaan dengan uji t-independence menunjukkan bahwa nilai t= -18,360 dan nilai p=
0,000. Rerata kadar kolesterol LDL kelompok kontrol (P0) adalah 67,46 ± 4,08mg/dl dan
kelompok perlakuan (P1) adalah 38,95 ± 4,32mg/dl. Analisis kemaknaan dengan uji tindependence menunjukkan bahwa nilai t= 20,366 dan nilai p= 0,000.
Hal ini berarti rerata kadar kolesterol total, trigliserida, kolesterol HDL dan
kolesterol LDL sesudah perlakuan selama 28 hari antar kelompok kontrol (P0) dan kelompok
perlakuan (P1) berbeda sangat bermakna (p<0,01).
Berdasarkan hasil di atas didapatkan bahwa kelompok perlakuan (P1) menunjukkan
hasil profil lipid yang lebih baik dibandingkan dengan kelompok kontrol (P0). Level total
kolesterol antara kedua kelompok menunjukkan perbedaan yang sangat signifikan, yaitu
kelompok perlakuan (P1) menunjukkan hasil 48.73% (p<0,01) lebih rendah dibandingkan
kelompok kontrol (P0). Level kolesterol LDL antara kedua kelompok menunjukkan
perbedaan yang sangat signifikan, yaitu kelompok perlakuan (P1) menunjukkan hasil 42.26%
(p<0,01) lebih rendah dibandingkan kelompok kontrol (P0). Juga ditemukan hal yang serupa
pada level trigliserida, yaitu kelompok perlakuan (P1) menunjukkan hasil yang 36.44 %
(p<0,01) lebih rendah dibandingkan kelompok kontrol (P0). Dan level kolesterol HDL antara
kedua kelompok berbeda secara signifikan, yaitu kelompok perlakuan (P1) menunjukkan
hasil 46.55% (p<0,01) lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok kontrol (P0).
222
Dari evaluasi terhadap berat badan dan sisa pakan didapatkan bahwa berat badan
tikus pada kedua kelompok meningkat pada akhir penelitian dan sisa pakan pada kedua
kelompok menurun pada akhir penelitian. Berdasarkan analisis komparasi antara kedua
kelompok setelah perlakuan didapatkan bahwa tidak terdapat perbedaan bermakna antara
kelompok kontrol dan kelompok perlakuan dari segi berat badan dengan nilai p= 0.981. Juga
didapatkan tidak terdapat perbedaan bermakna antara kedua kelompok setelah perlakuan
dari segi sisa pakan, dengan nilai p= 0.563. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa
pemberian ekstrak etanol daun stevia rebaudiana memperbaiki profil lipid tanpa
dipengaruhi oleh asupan makanan ataupun berat badan.
Pada kelompok kontrol (P1) didapatkan rata-rata total kolesterol 218,70 ± 8,53
mg/dl, yang artinya tikus pada kelompok kontrol menderita dislipidemia (Total kolesterol
>200mg/dL), sedangkan tikus pada kelompok perlakuan rata-rata total kolesterolnya berada
dalam batas normal (112,12 ± 5,91 mg/dl). Sehingga dapat disimpulkan bahwa ekstrak
etanol daun stevia rebaudiana mencegah dislipidemia pada tikus putih galur wistar jantan
yang diberikan diet tinggi kolesterol.
Hasil penelitian ini menunjukkan hasil yang sejalan dengan penelitian sebelumnya
oleh Sharma et al. (2007) yang mendapatkan bahwa konsumsi ekstrak stevia menurunkan
level kolesterol trigliserida dan LDL kolesterol pada 20 wanita hiperkolesterol secara
signifikan, juga didapatkan peningkatan HDL kolesterol sesuai dengan yang diharapkan.
223
Penelitian oleh Xu et al. (2012) pada tikus dengan diet tinggi lemak yang diberikan
suplemetasi isosteviol, glikosida dari stevia rebaudiana, selama 7 hari dan dua studi lainnya
yang dilakukan pada tikus diabetes juga menunjukkan efek positif yang serupa.
Literatur ilmiah menunjukkan bahwa daun stevia mengandung antioksidan dengan
peran biokimia yang berbeda-beda, terdiri dari asam askorbat, senyawa fenol, flavonoid dan
tannin. Aktivitas antioksidan dari ekstrak daun stevia dikaitkan dengan penangkapan
elektron radikal bebas dan superoksid, pencegahan kerusakan oksidatif DNA dilaporkan
terjadi secara in vitro oleh ekstrak methanol dan etil asetat daun stevia (Bender et al., 2015;
Lemus-Mondaca et al., 2012).
Analisis fitokimia yang dilakukan di Laboratorium Fakultas Teknologi Pertanian
Universitas Udayana pada 19 Oktober 2015 menunjukkan beberapa komponen ekstrak
etanol daun stevia rebaudiana, yaitu tannin sebesar 54.97% TAE, flavonoid sebesar 20.01%
QE (Quercetin Equivalent) dan fenol sebesar 2.49% GAE, serta memiliki kapasitas antiokidan
sebesar 44.47% GAEAC (Gallic Acid Equivalent Antioxidant Capacity). Hasil analisis
dicantumkan di Lampiran 2. Hasil analisis ini tidak dapat memperlihatkan komposisi ekstrak
secara keseluruhan, dikarenakan keterbatasan bahan pembanding laboratorium untuk
analisis bahan.
Aktivitas anti-hiperlipidemik dari stevia rebaudiana diduga karena kandungan
konstituen di dalamnya, meliputi glikosida dan berbagai antioksidan yang terdapat di
dalamnya. Kandungan yang terdapat dalam daun stevia rebaudiana yang dapat menurunkan
224
kadar kolesterol dan mencegah dislipidemia adalah steviosida, isosteviol , flavonoid,
saponin, tannin dan senyawa fenol.
Flavonoid diketahui memiliki aktivitas biologisnya yang luas termasuk aktivitas
hipolipidemik dari kerja antioksidannya, diperkirakan berasal dari konstituennya yang
bekerja menghambat enzim hydroxyl-methyl-glutaryl-CoA reductase yang berperan dalam
biosintesis kolesterol secara de novo. Penghambatan enzim tersebut akan menyebabkan
hambatan sintesis kolesterol dan akhirnya penurunan produksi kolesterol (Hossain et al.,
2011).
Flavonoid dapat meningkatkan resistensi tubuh terhadap oksidasi LDL kolesterol,
yang diyakini dapat menghambat aterosklerosis. Flavonoid juga meningkatkan rasio
kolesterol HDL/ kolesterol LDL sehingga mempercepat pembuangan kolesterol dari jaringan
perifer ke hati untuk katabolisme dan ekskresi. Flavonoid mencegah penghambatan
adenosine monophosphate-activated protein kinase (AMPK) dan bahkan meningkatkan
fosforilasi AMPK dan ACC sebanyak dua kali lipat pada hati tikus diabetes, hal yang sama
ditemukan pada sel hati manusia (Hepatosit HepG2) yang terpapar glukosa yang tinggi. Hal
ini akan menyebabkan penurunan acetyl-CoA carboxylase (ACC) dan lipid hepar dan
akhirnya aktivasi AMPK akan menurunkan sintesis lipid serta meningkatkan oksidasi asam
lemak. (Chen dan Li, 2007; Niu et al., 2015)
Penelitian oleh Elekofehinti et al.(2013) menunjukkan bahwa saponin , yang juga
ditemukan pada ekstrak stevia, dapat memperbaiki profil lipid. Penurunan trigliserida yang
terjadi diduga melibatkan banyak faktor, diantaranya: penurunan sintesis asam lemak,
225
peningkatan reseptor LDL, aktivasi Lecithin-cholesterol acyl transferase (LCAT) and lipase
dan penghambatan acetyl-CoA carboxylase (ACC). Penurunan total kolesterol dikarenakan
oleh penurunan absorbsi kolesterol dari usus, melalui ikatan asam empedu, dan
peningkatan ekskresi asam empedu feses. Mekanisme lain yang diduga terlibat ialah supresi
sintesis kolesterol dengan menurunnya aktivitas 3-hydroxy-3-methyl-glutaryl-CoA reductase
(HMG-CoA reductase).
PPAR bertanggung jawab dalam pengambilan, katabolisme dan homeostasis lemak
di berbagai jaringan termasuk di hati. Komponen fenol dari berbagai tanaman adalah
aktivator PPAR α., sehingga aktivasi PPAR α dapat menurunkan toksisitas lipid melalui
biogenesis mitokondrial, peningkatan oksidasi asam lemak, penurunan akumulasi
diasilgliserol dan seramid pada jaringan, down-regulation komplek protein terkait adaptor 1
dan aktivasi NFkB. Hasil penelitian menunjukkan level mRNA PPAR di hati ditemukan paling
tinggi pada grup dengan suplementasi stevia. Hasil ini mengindikasikan bahwa stevia bisa
jadi merupakan ligan / activator alami PPAR α, sehingga terjadi peningkatan gen yang
terlibat dalam oksidasi asam lemak (Park dan Cha, 2010).
Konsentrasi asil karnitin/ karnitin bebas meningkat di hati setelah pemberian
ekstrak stevia, kemungkinan hal ini dikarenakan peningkatan biosintesis karnitin di hati.
Karnitin mentranspor asam lemak ke mitokondria, dimana asam lemak mengalami oksidasi
beta, sehingga ia memiliki peranan vital dalam mengaktifkan oksidasi asam lemak di
jaringan. Karnitin yang rendah akan memperlambat oksidasi beta dan meningkatkan serum
lipid. Suplemetasi stevia meningkatkan acid-insoluble acylcarnitine (AIAC), yang artinya
226
ekstrak stevia dapat memperbaiki fungsi metabolik seperti oksidasi asam lemak dan
ketogenesis (Park dan Cha, 2010).
Stevioside, kandungan aktif stevia rebaudiana, memperbaiki adipogenesis dan
pengambilan glukosa di jaringan adipose visceral, yang dibuktikan dengan adanya ekspresi
Lxr α (Liver-X-receptor-α), Fabp 4 dan Glut 4 yang tinggi. Induksi Lxr α di jaringan adipose
pada pemeberian ekstrak stevia mendukung peningkatan ekspresi Glut 4, yang memperbaiki
ambilan glukosa dan Fabp 4, yang memperbaiki metabolisme asam lemak. Stevioside juga
memperbaiki pertahanan antioksidan melalui peningkatan ekspresi SOD, yang berhubungan
dengan penurunan akumulasi LDL teroksidasi di sirkulasi dan pembuluh darah (Geeraert,
2010).
Penelitian ini menunjukkan bahwa ekstrak etanol stevia rebaudiana memiliki
kandungan yang bermanfaat dalam kontrol hiperlipidemia, yang diduga sebagai akibat
adanya efek antioksidan dan glikosida dari ekstrak etanol stevia rebaudiana, yang secara
keseluruhan berkontribusi dalam efek perbaikan profil lipid tikus yang diberikan diet tinggi
kolesterol. Namun hasil penelitian ini belum dapat menggambarkan efeknya pada manusia
dan mekanisme pasti perlindungan ekstrak etanol stevia rebaudiana terhadap profil lipid
darah, sehingga diperlukan penelitian yang lebih lanjut. Penelitian ini juga tidak dapat
menunjukkan apakah salah satu dari masing-masing komponek aktif yang terkandung di
dalam ekstrak etanol daun stevia rebaudiana yang berperan utama dalam perbaikan profil
lipid yang terjadi.
227
Dengan demikian, diharapkan nantinya ekstrak etanol stevia rebaudiana dapat
dijadikan sebagai suatu preventive agent dan lebih lanjutnya dapat diekstraksi komponen
aktifnya untuk kemudian digunakan sebagai terapi adjuvant terhadap penyakit dislipidemia.
228
BAB VI
SIMPULAN DAN SARAN
6.1
Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian pemberian ekstrak etanol ekstrak etanol stevia
rebaudiana pada tikus putih galur wistar jantan yang diberikan diet tinggi kolesterol selama
28 hari dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
1. Pemberian ekstrak etanol stevia rebaudiana dengan dosis 300mg/kgBB secara oral
mencegah peningkatan kadar kolesterol total serum tikus wistar jantan yang diberikan diet
tinggi kolesterol.
2. Pemberian ekstrak etanol stevia rebaudiana dengan dosis 300mg/kgBB secara oral
mencegah peningkatan kadar LDL kolesterol tikus wistar jantan yang diberikan diet tinggi
kolesterol.
3. Pemberian ekstrak etanol stevia rebaudiana dengan dosis 300mg/kgBB secara oral
mencegah peningkatan kadar trigliserida tikus wistar jantan yang diberikan diet tinggi
kolesterol.
4. Pemberian ekstrak etanol stevia rebaudiana dengan dosis 300mg/kgBB secara oral
mencegah penurunan kadar HDL kolesterol serum tikus wistar jantan yang diberikan diet
tinggi kolesterol.
229
6.2
Saran
Sebagai saran dalam penelitian ini adalah :
1.
Perlu dilakukan ekstraksi kandungan zat aktif dari ekstrak etanol daun stevia
rebaudiana sehingga dapat diketahui zat aktif yang berperan dalam memperbaiki
profil lipid.
2.
Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dengan menggunakan komponen zat aktif
stevia rebaudiana untuk mengkaji efektivitasnya dalam memperbaiki profil lipid
3.
Perlu dilakukan penelitian lanjutan terhadap ekstrak etanol daun stevia rebaudiana
dengan menggunakan subyek penelitian yang berbeda dan atau variabel lainnya
kemudian dilanjutkan dengan clinical trial.
230
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2015. Stevia Rebaudiana. October. [cited 2015 Oct. 30]. Available at: URL:
https://en.wikipedia.org/wiki/Stevia_rebaudiana
Barosso, E., Serrano-Marco, L., Salvado, L., Palomer, X., Vazguez-Carrera, M. 2012.
Peroxisome Proliferator-Activated Receptor β/δ (PPAR β/δ) as a Potensial
Therapeutic Target for Dyslipidemia. In: Kelishadi, R., editor. Dyslipidemia – From
Prevention to Treatment. 1st edition. InTech
Baynes, J., Dominiczak, M. 2005. Medical Biochemistry. 2nd Edition. Edinburgh: Elsevier
Mosby
Bender, C., Graziano, S., Zimmermann, B. F. 2015. Study of Stevia rebaudiana Bertoni
antioxidant activities and cellular properties. Int J Food Sci Nutr. 66(5). 553–558.
Blood Cholesterol Levels of Hypercholesterolemic Rat (Rattus norvegicus) after VCO
Treatment. Nusantara Bioscience, 1(2).
Bloomfield, P., Bradbury, A., Grubb, N. R., Newby, D. E. 2006. Cardiovascular disease. In:
Boon, N. A., Colledge, N. R., Walker, B.R., Hunter, J. A. A., editors. Davidson’s
Principle & Practice of Medicine. 20th edition. Toronto: Churcill Livingstone . Elsevier.
P. 581-601.
Chan, P., Tomlison, B., Chen, Y. J., Liu, J. C., Hsieh, M. H., Cheng, J. T. 2000. A Double-Blind
Placebo-Controlled Study of the Effectiveness and Tolerability of Oral Stevioside in
Human Hypertension. British Journal of Clinical Pharmacology, 50(3). 215-220.
Chen, J., Li, X. 2007. Hypolipidemic effect of flavonoids from mulberry leaves in triton WR1339 induced hyperlipidemic mice. Asia Pacific Journal Clinical Nutrition. 16 (1). P:
290-294.
Colledge, N. R. 2006. Ageing and Disease. In: Boon, N. A., Colledge, N. R., Walker, B.R.,
Hunter, J. A. A., editors. Davidson’s Principle & Practice of Medicine. 20th edition.
Toronto: Churcill Livingstone . Elsevier. P. 159-171.
Elekofehinti, O. O., Kamdem, J. P., Kade, I. J., Rocha, J. B. T., Adanlawo, I.G. 2013.
Hypoglycemic, antiperoxidative and antihyperlipidemic effects of saponins from
Solanum anguivi Lam. fruits in alloxan-induced diabetic rats. South African Journal of
Botany. 88. P: 56–61.
231
Fakhrzadeh, H., Tabatabaei, O. 2012. Dyslipidemia and Cardiovascular Disease. In: Kelishadi,
R., editor. Dyslipidemia – From Prevention to Treatment. 1st edition. InTech
Federer, W. 2008. Statistics and society: Data collection and interpretation. Second Edition.
New York: Marcel Dekker.
Ferrucci, L., Studenski, S. 2014. Clinical Problems of Aging. In: Longo, D. L., Fauci, A., Kasper,
D., Hauser, S., Jameson, J. L., Loscalzo, J., editors. Harrison’s Principle of Internal
Medicine. 18th edition. New York: McGraw-Hill. p. 570-585.
Field, M.J., Burnett, L., Sullivan, D.R., Steward, P. 2006. Clinical Biochemistry and
Metabolism. In: Boon, N. A., Colledge, N. R., Walker, B.R., Hunter, J. A. A., editors.
Davidson’s Principle & Practice of Medicine. 20th edition. Toronto: Churcill
Livingstone . Elsevier. P. 443-451.
Gawel-Beben, K., Bujak, T., Niziol-Lukaszewska, Z., Antosiewicz, B., Jacubczyk, A., Karas, M.,
Rybczynska, K. 2015. Stevia Rebaudiana Bert. Leaf Extracts as a Multifunctional
Source of Natural Antioxidants. (serial online), March. [cited 2015 September. 20].
Available from: URL: http://www.mdpi.com/1420-3049/20/4/5468
Geeraert, B., Crombe, F., Hulsmans, M., Benhabiles, N., Geuns, J. M., Hoelvet, P. 2010.
Stevioside inhibits atherosclerosis by improving insulin signaling and antioxidant
defense in obese insulin-resistant mice. International Journal of Obesity, 34. P: 569577.
Geuns, J. M. C. 2002. Safety Evaluation of Stevia and Stevioside. Studies on Natural Product
Chemistry. 27. P: 299-319.
Giada, M. D. L. R. 2013. Food Phenolic Compounds: Main Classes, Sources, and Their
Antioxidant Power. In: Morales-Gonzalez, J. A., editor. Oxidative Stress and Chronic
Degenerative Disease – A Role for Antioxidants. 1st edition. InTech
Golberg, A. C. 2015. Dyslipidemia (Hyperlipidemia). August 2015, [cited 2015 Oct. 30].
Available
from:
http://www.merckmanuals.com/professional/endocrine-andmetabolic-disorders/lipid-disorders/dyslipidemia
Goyal, S. K., Samsher, Goyal, R. K. 2010. Stevia (Stevia rebaudiana) a bio-sweetener: a
review. International Journal of Food Sciences and Nutrition, 61:1, 1-10.
232
Grundy, S. M. 2006. Nutrition in the Management of Disorder of Serum Lipids dan
Lipoprotein. In Modern Nutrition in Health dan Disease. 10th Ed. p 1076-1094.
Lippincott Williams dan Wilkins, Baltimore.
Grundy, S.M., Becker, D., Clark, L.T., Cooper, R. C., Denke, M. A., Howard, W. J..,
Hunninghake, D. B., Illingworth, D. R., Luepker, R. V., McBride, P., Mckenney, J. M.,
Pternak, R. C., Stone, N. J., Horn, L. V. 2002. Third Report of the National Cholesterol
Education Program (NCEP) Expert Panel on Detection, Evaluation, and Treatment of
High Blood Cholesterol in Adults (Adult Treatment Panel III) Final Report, December.,
[cited
2015
Oct.
25]
Available
from:
URL:
http://circ.ahajournals.org/content/106/25/3143.full.pdf
Gupta, R., Yadav, V.,Rastogi, M. 2014. A Review on Importance of Natural Sweetener, A Zero
Calorie Plant – Stevia – Having Medicinal and Commercial Importance. International
Journal of Food and Nutritional Sciences, 3(3), 90-94.
Guyton and Hall. 2007. Lipid Metabolism. Textbook of Medical Physiology. Eleventh Edition.
Philadelphia: Elsevier Saunders.
Halim, H. Majalah Kedokteran. Damianus. V(01), No.3 September 2006.
Harini, M., Astirin, O.P. 2009.
Hossain, M. S., Alam, M. B., Asadujjaman, M., Islam, M. M., Rahman, M. A., Islam, M. A.,
Islam, A. 2011. Antihyperglycemic and Antihyperlipidemic Effect of Different
Fraction of Stevia Rebaudiana Leaves in Alloxan Induced Diabetic Rat. International
Journal of Pharmaceutical Sciences and Research, 2(7). 1722-1729.
Illingworth, D. R. 2002. Lipid Lowering Drugs : An Overview of Indications dan Optimum
Theraupeutic Use. Drugs. 33. P: 259-79
Jahan, I. A., Mostafa, M., Hossain, H., Nimmi, I., Sattar, A., Alim, A., Moeiz, S. M. I. 2010.
Antioxidant Activity of Stevia Rebaudiana Bert. Leaves from Bangladesh. Bangladesh
Pharmaceutical Journal, 13 (2), P: 67-75.
Jellinger, P. S., Smith, D. A., Mehta, A. E., Ganda, O., Handelsman. Y., Rodbard, H. W.,
Shepherd. M. D., Seibel, J. A. 2012. American Association of Clinical Endocrinologist
Guidelines for Management of Dyslipidemia and Prevention of Atherosclerosis.
(serial online), March/April., [cited 2015 Oct. 10]. Available from: URL:
https://www.aace.com/files/lipid-guidelines.pdf
233
Jun, L., Fehn, R. 2006. High-fat diet induced insulin resistance is more robust and reliable in
Wistar than Sprague-Dawley Rats. Department of Biology California State
University, San Bernardino
Kanter, M. M., Kris-Etherton, P. M., Fernandes, M. L., Vickers, K. C., Katz, D. L. 2012.
Exploring the Factor That Affect Blood Cholesterol and Heart Disease Risk: Is Dietary
Cholesterol as Bad for You as History Leads Us to Believe?. Advances in Nutrition. 3.
P: 711-717.
Kathleen, M., Botham, P., Peter, A., Mayes, P. D. DS. 2006. Oxidation of Fatty Acids. In
Harper’s Illustrated Biochemistry. 27th Ed. p 194-198. McGraw Hill. New York
King, M. W. 2016. The Medical Biochemistry Page. May 2016, [cited 2016 Jul. 13]. Available
from: http://themedicalbiochemistrypage.org/cholesterol.php
Koolman, J., Roehm, K. H. 2005. Color Atlas of Biochemistry. 2nd Edition. New York: Thieme.
P:162-173.
Krinke, G. J. 2000. The Laboratory Rat. The Handbook of Experimental Animals. Academic
Press. p. 3-56.
Kujur, R. S., Singh, V., Ram, M., Yadava, H. N., Singh, K. K., Kumari, S., Roy, B.K. 2010.
Antidiabetic activity and phytochemical screening of crude extract of Stevia
rebaudiana in alloxan-induced diabetic rats. Pharmacognosy Research. 2(4). P: 258263.
Kusumawati, D. 2004. Bersahabat dengan Hewan Coba. Yogyakarta: Gadjahmada University
Press.
Lemus-Mondaca, R., Vega-Galves, A., Zura-Bravo, L., Ah-Hen, K. 2012. Stevia
rebaudiana Bertoni, source of a high-potency natural sweetener: A comprehensive
review on the biochemical, nutritional and functional aspects. Food chemistry, 132
(3). 1121–1132.
Lichtenstein, A. H., Jones, P. J. H. 2001. Lipids Absorption and Transport. Present Knowledge
in Nutrition. 8th Ed. Washington DC: ILSI Press. P: 93-103.
Madan, S., Ahmad, S., Singh, G. N., Kohli, K., Kumar, Y., Singh, R., Garg, M. 2010. Stevia
rebaudiana (Bert.)-A Review. Indian Journal of Natural Product and Resources. 1(3).
267-286.
234
Malole, M. B. M., Pramono, U. S. C. 1989. Penggunaan Hewan-Hewan Percobaan di
Laboratorium. Pusat Antar Universitas, Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Mangkoewidjojo, S. 1988. Pemeliharaan, Pembiakan dan Penggunaan Hewan Percobaan di
Daerah Tropis. UI Press. Hal 37-38
Marczyk, G., Matteo, D., and Festinger, D. 2005. Essentials of Research Design and
Methodology. New Jersey: John Wiley and Sons. Page.105.
Mark, D. B., Mark, A. D., Smith, C. M. 2000. Biokimia Kedokteran Dasar. Jakarta: EGC.
Martin, GM. 2014. The Biology of Aging. In: Longo, D. L., Fauci, A., Kasper, D., Hauser, S.,
Jameson, J. L., Loscalzo, J., editors. Harrison’s Principle of Internal Medicine. 18th
edition. New York: McGraw-Hill. p. 565-569.
Mayes, P. A. 2003a. Lipid yang Memiliki Makna Fisiologis. In: Murray R. K., Granner, D. K.,
Mayes, P. A., Rodwell, V. W. Biokimia Harber. Edisi 25, Jakarta: EGC. P: 148-159.
Mayes, P. A. 2003b. Pengangkutan dan Penyimpanan Lipid. In: Murray R. K., Granner, D. K.,
Mayes, P. A., Rodwell, V. W. Biokimia Harber. Edisi 25, Jakarta: EGC. P: 254-269.
Mayes, P. A. 2003c. Sintesis, Pengangkutan dan Ekskresi Kolesterol. In: Murray R. K.,
Granner, D. K., Mayes, P. A., Rodwell, V. W. Biokimia Harber. Edisi 25, Jakarta: EGC.
P: 270-281.
Mayes, P. A. 2003d. Oksidasi Asam Lemak: Ketogenesis. In: Murray R. K., Granner, D. K.,
Mayes, P. A., Rodwell, V. W. Biokimia Harber. Edisi 25, Jakarta: EGC. P: 225-235.
Mc Carty, A. D., Lai, A. M., McCarty, S.D., Singh, S. 2012. Analysis of Nutritive Value and Shelf
Life of Products Prepared from Stevia Powder. Elixir Food Science, 48. P: 9538-9541.
Muray, D.V.J. The inter-relationship of hypertension, dyslipidemia and atherosclerosis, the
important role of the endothelium. J.Drug Dev. 1991;4 (suppl) 3,7.
Ngatidjan. 2006. Metode Laboratorium dalam Toksikologi. Metode Uji Toksisitas, p 86.
Niu, H., Li, K., Ma, L., Gong, W., Huang, W. 2015. Molecular Mechanism of Action for the
Geranyl Flavonoid to Counter Dyslipidemia in Diabetic Milieu. Journal of Food and
Nutrition Research. 3 (6). P: 371-378.
Pangkahila, W. 2007. Anti Aging Medicine : Memperlambat Penuaan, Meningkatkan
Kualitas Hidup. Cetakan ke-1. Jakarta : Penerbit Buku Kompas. Halaman : 8-17.
235
Pangkahila, W. 2011. Anti Aging Medicine : Tetap Muda dan Sehat. Cetakan ke-1. Jakarta :
Penerbit Buku Kompas. Halaman: 1-3, 9-10, 36-40.
Park, J. E., Cha, Y. S. 2010. Stevia Rebaudiana Bertoni Extract Supplementation Improves
Lipd and Carnitine Profiles in C57BL/6J Mice Fed a High-fat Diet. J Sci Food Agric, 90.
1099-1105.
Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskular Indonesia (PERKI). 2013. Pedoman Tata
Laksana Dislipidemia. Edisi 1. Centra Communications. Jakarta
Poljsak, B., Milisav, I. 2013. Aging, Oxidative Stress and Antioxidant, In: Morales-Gonzalez, J.
A., editor. Oxidative Stress and Chronic Degenerative Disease – A Role for
Antioxidants. 1st edition. INTECH
Rader, D.J., Hobbs, H. H. 2014. Disorder of Lipoprotein Metabolism. In: Longo, D. L., Fauci,
A., Kasper, D., Hauser, S., Jameson, J. L., Loscalzo, J., editors. Harrison’s Principle of
Internal Medicine. 18th edition. New York: McGraw-Hill. p. 3145-3161.
Raini, M., Isnawati, A. 2011. Kajian: Khasiat dan Keamanan Stevia sebagai Pengganti Gula.
Media Litbang Kesehatan, 21 (4). 145-156.
Rosenseon, R. S. 2012. Screening guidelines for dyslipidemia. In Freeman, M. W., Rind, D. M.,
editors.
April
2015,
[cited
2015
Oct.
30].
Available
from:
http://www.uptodate.com/contents/screening-guidelines-for-dyslipidemia
Rosenson, R. S., Treatment of Dyslipidemia in the Older Adult. May 7th 2015, [cited 2015 Oct.
30]. Available from: URL: http://www.uptodate.com/contents/treatment-ofdyslipidemia-in-the-older-adult
Rui-Li, Y., Yong-Hui, S., Gang, H., Wu, L., Guo-Wei, L. 2008. Increasing Oxidative Stress with
Progressive Hyperlipidemia Human: Relation between Malondialdehyde and
Atherogenic Index. J. Clin. Biochem. Nutr. 43: 154-158.
Savita, S. M., Sheela, K., Sunanda, S., Shankar, A. G., Ramakrishna, P., Sakey, S. 2004. Health
Implication of Stevia Rebaudiana. J. Hum. Ecol., 15(3). 191-194.
Sengupta, P. 2013. The Laboratory Rat: Relating Its Age With Human’s. Int J Prev Med. 4(6).
P: 624–630
Shao, H., Chen, L. Q., Xu, J. 2011. Treatment of Dyslipidemia in the Elderly. Journal of
Geriatric Cardiology. 8. 55-64.
236
Sharma, N., Mogra, R., Upadhyay, B. 2009. Effect of Stevia Extract Intervention on Lipid
Profile. Studies on Ethno-Medicine, 3(2), 137-140.
Singh, S., Garg, V. 2014. Antidiabetic, Antidyslipidemic and Antioxidative Potensial of
Methanolic Root Extract of Stevia Rebaudiana (Bertoni) on Alloxan Induced Diabetic
Mice. World Journal of Pharmacy and Pharmaceutical Sciences , 3(7). 1859-1872.
Singh, S., Garg, V., Yadav, D. 2013. Antihyperglycemic and Antioxidative Ability of Stevia
Rebaudiana (Bertoni) Leaves in Diabetic Induced Mice. International Journal of
Pharmacy and Pharmaceutical Sciences, 5(2). 297-302.
Smith, J. B., Mangkoewidjojo, S. 1988. Pemeliharaan, Pembiakan dan Penggunaan Hewan
Percobaan di Daerah Tropis. Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia (UI Press),
halaman 30 - 32 , 43-44, 54,57.
Sultana B., Anwar F., Ashraf M. 2009. Effect of extraction solvent/technique on the
antioxidant activity of selected medicinal plant extracts. Molecules 14, 2167-2180
Surya, S. Y. 2015. Perbandingan Efek Ekstrak Etanol Stevia Rebaudiana 150mg/kg BB dengan
300mg/kg BB terhadap Profil Lipid pada Tikus Putih yang Diberikan Diet Tinggi
Kolesterol. Penelitian Pendahuluan.
Vasko, L., Vaskova, J., Fejercakova, A., Mojzisova, G., Poracova, J. 2014. Comparison of some
antioxidant properties of plant extracts from Origanum vulgare, Salvia officinalis,
Eleutherococcus senticosus and Stevia rebaudiana. In Vitro Cell Dev Biol Anim
50:614–622.
Welsh, J. A., Sharma, A., Abramson, J. L., Vaccarino, V., Gillespie, C., Vos, M. B. 2010. Caloric
Sweetener Consumption and Dyslipidemia Among US Adult. Journal of the American
Medical Association. 303 (15). P: 1490-1497.
Winarsi, H. 2007. Antioksidan alami dan Radikal Bebas: Potensi dan Aplikasinya dalam
Kesehatan. Yogyakarta: Kanisius. P: 49-60.
Xu, D., Xu, M., Lin, L., Rao, S., Wang, J., Davey, A. K. 2012. The effect of isosteviol on
hyperglycemia and dyslipidemia induced by lipotoxicity in rats fed with high-fat
emulsion. Life Sciences. 90. P: 30-38.
237
Lampiran 1
238
Lampiran 2
239
Lampiran 3
ANALISIS DESKRIPTIF
Report
Kolesterol Total (mg/dl)
Kelompok
N
Mean
Std. Deviation
Median
Minimum
Maximum
P0
18
218.7000
8.52511
219.8950
203.88
232.18
P1
18
112.1228
5.90691
111.4350
102.19
123.14
Total
36
165.4114
54.52575
163.5100
102.19
232.18
Report
Trigliserida (mg/dl)
Kelompok
N
Mean
Std. Deviation
Median
Minimum
Maximum
P0
18
149.4578
7.72881
150.1250
135.92
162.81
P1
18
95.0039
6.98924
97.2150
84.88
110.32
Total
36
122.2308
28.55219
123.1200
84.88
162.81
Report
HDL (mg/dl)
240
Kelompok
N
Mean
Std. Deviation
Median
Minimum
Maximum
P0
18
26.6650
2.28741
26.0900
23.87
30.36
P1
18
39.0689
1.72720
38.6550
36.07
43.28
Total
36
32.8669
6.59950
33.2150
23.87
43.28
Report
LDL (mg/dl)
Kelompok
N
Mean
Std. Deviation
Median
Minimum
Maximum
P0
18
67.4633
4.08119
68.0550
60.73
77.42
P1
18
38.9528
4.31513
40.2500
32.04
46.17
Total
36
53.2081
15.03840
53.4500
32.04
77.42
Lampiran 4
UJI NORMALITAS DATA
Kolmogorov-Smirnov
Kelompok
Kolesterol Total (mg/dl)
Trigliserida (mg/dl)
Statistic
df
a
Shapiro-Wilk
Sig.
Statistic
df
Sig.
*
.933
18
.218
18
.093
.957
18
.548
.199
18
.059
.941
18
.298
.168
18
.194
.915
18
.107
P0
.148
18
P1
.188
P0
P1
.200
241
HDL (mg/dl)
LDL (mg/dl)
P0
.192
18
P1
.166
18
P0
.144
P1
.158
a. Lilliefors Significance Correction
*. This is a lower bound of the true significance.
.079
.894
18
.065
.200
*
.937
18
.256
18
.200
*
.947
18
.379
18
.200
*
.929
18
.183
242
Lampiran 5
UJI HOMOGENITAS DATA
Levene Statistic
Kolesterol Total (mg/dl)
Trigliserida (mg/dl)
HDL (mg/dl)
LDL (mg/dl)
df1
df2
Sig.
Based on Mean
.804
1
34
.376
Based on Median
.542
1
34
.467
Based on Median and with
adjusted df
.542
1
24.630
.468
Based on trimmed mean
.778
1
34
.384
Based on Mean
.014
1
34
.907
Based on Median
.002
1
34
.965
Based on Median and with
adjusted df
.002
1
33.590
.965
Based on trimmed mean
.027
1
34
.870
Based on Mean
3.539
1
34
.069
Based on Median
2.019
1
34
.164
Based on Median and with
adjusted df
2.019
1
33.638
.165
Based on trimmed mean
3.436
1
34
.072
Based on Mean
.511
1
34
.479
Based on Median
.333
1
34
.568
Based on Median and with
adjusted df
.333
1
33.990
.568
Based on trimmed mean
.460
1
34
.502
243
244
Lampiran 6
ANALISIS KOMPARASI
Independent Samples Test
Levene's Test for
Equality of
Variances
t-test for Equality of Means
95% Confidence Interval
of the Difference
F
Kolesterol
Equal variances
Sig.
.804
.376
t
43.597
df
Sig. (2-
Mean
Std. Error
tailed)
Difference
Difference
Lower
Upper
34
.000 106.57722
2.44460 101.60920 111.54524
43.597 30.265
.000 106.57722
2.44460 101.58652 111.56792
22.171
34
.000
54.45389
2.45610
49.46249
59.44529
22.171 33.662
.000
54.45389
2.45610
49.46064
59.44714
34
.000
-12.40389
.67558
-13.77684
-11.03094
-18.360 31.630
.000
-12.40389
.67558
-13.78064
-11.02714
.000
28.51056
1.39993
25.66555
31.35556
Total (mg/dl) assumed
Equal variances
not assumed
Trigliserida
Equal variances
(mg/dl)
assumed
.014
.907
Equal variances
not assumed
HDL (mg/dl)
Equal variances
3.539
.069
-18.360
assumed
Equal variances
not assumed
LDL (mg/dl)
Equal variances
assumed
.511
.479
20.366
34
245
Equal variances
not assumed
20.366 33.895
.000
28.51056
1.39993
25.66523
31.35588
246
Lampiran 7
Hasil Pemeriksaan Profil Lipid Setelah Perlakuan
247
Lampiran 8
Data Berat Badan Tikus
Data BB
18 K18
185
199
No
BB awal
BB akhir
19 P1
190
205
1 K1
170
181
20 P2
176
187
2 k2
190
200
21 P3
183
193
3 K3
180
189
22 P4
180
193
4 K4
175
185
23 P5
178
190
5 K5
183
193
24 P6
190
201
6 K6
185
197
25 P7
193
203
7 K7
195
210
26 P8
178
190
8 K8
179
193
27 P9
173
187
9 K9
176
186
28 P10
175
189
10 K10
187
200
29 P11
180
194
11 K11
186
200
30 P12
192
204
12 K12
196
206
31 P13
190
203
13 K13
179
192
32 P14
187
198
14 K14
181
195
33 P15
189
200
15 K15
176
188
34 P16
174
186
16 K16
193
204
35 P17
180
192
17 K17
181
193
36 P18
186
197
116
Lampiran 9
Data Sisa Pakan tikus
Hari ke
19 P1
10
11
10
8
7
1
2
26
27
28
20 P2
12
8
8
11
8
1 K1
12
14
8
9
7
21 P3
9
8
7
12
8
2 k2
11
10
8
12
8
22 P4
11
10
9
8
9
3 K3
10
11
9
13
6
23 P5
10
8
8
9
8
4 K4
11
12
8
11
8
24 P6
10
12
7
5
6
5 K5
10
11
8
7
9
25 P7
9
12
7
9
11
6 K6
10
11
9
8
7
26 P8
10
11
7
8
6
7 K7
10
5
7
8
9
27 P9
11
12
9
8
7
8 K8
9
12
9
8
7
28 P10
11
12
7
8
7
9 K9
10
12
11
9
9
29 P11
11
8
5
8
9
10 K10
10
8
9
8
7
30 P12
10
8
9
7
8
11 K11
11
8
7
9
8
31 P13
11
8
7
9
8
12 K12
10
8
5
13
7
32 P14
11
9
8
8
7
13 K13
11
8
9
5
8
33 P15
10
6
8
7
10
14 K14
10
6
7
6
8
34 P16
11
8
9
7
8
15 K15
11
8
8
9
8
35 P17
10
11
7
6
8
16 K16
10
8
8
9
7
36 P18
11
7
9
6
7
17 K17
11
9
6
5
7
18 K18
10
11
5
8
8
Lampiran 10
ANALISIS KOMPARASI BB POST TEST DAN
RERATA SISA PAKAN 3 HARI TERAKHIR
Group Statistics
Kelompok
BB
Pakan
N
Mean
Std. Deviation
Std. Error Mean
Kontrol (P0)
18
195.06
7.689
1.812
Perlakuan (P1)
18
195.11
6.398
1.508
Kontrol (P0)
18
8.0741
.90428
.21314
Perlakuan (P1)
18
7.9074
.80688
.19018
Independent Samples Test
t-test for Equality of Means
Levene's Test
for Equality of
Variances
F
BB
Equal variances
assumed
.245
Sig.
.624
Equal variances
not assumed
Pakan
Equal variances
assumed
.006
.940
95% Confidence
Interval of the
Difference
t
Sig. (2Mean
tailed) Difference
df
Std. Error
Difference
Lower
Upper
-.024
34
.981
-.056
2.358
-4.847
4.736
-.024
32.912
.981
-.056
2.358
-4.852
4.741
.583
34
.563
.16667
.28565
-.41385
.74719
116
Independent Samples Test
t-test for Equality of Means
Levene's Test
for Equality of
Variances
F
BB
Equal variances
assumed
.245
Sig.
.624
Equal variances
not assumed
Pakan
Equal variances
assumed
Equal variances
not assumed
BB  p = 0,981
.006
.940
95% Confidence
Interval of the
Difference
t
Sig. (2Mean
tailed) Difference
df
Std. Error
Difference
Lower
Upper
-.024
34
.981
-.056
2.358
-4.847
4.736
-.024
32.912
.981
-.056
2.358
-4.852
4.741
.583
34
.563
.16667
.28565
-.41385
.74719
.583
33.568
.563
.16667
.28565
-.41413
.74746
Pakan  p=0,563
Kesimpulan: Pakan dan berat badan tikus tidak berbeda antara kelompok kontrol dan
kelompok perlakuan
cx
Download