TINJAUAN PUSTAKA Pencemaran Logam Berat di Teluk Jakarta Teluk Jakarta merupakan wilayah perairan dengan pantai yang membentang dari Tanjung Kait di bagian barat hingga Tanjung Karawang di bagian timur, dengan panjang ± 89 kID. Daerah ini dibatasi oleh garis bujur 106'·33' hingga 107'03' BT dan garis lintang 5' 48'30"LS hiogga 6' 10'30" LS (Suyarso 1995). Teluk ini merupakan tempat bennuaranya sekitar 13 sungai yang umumnya sudah melalui pemukiman yang padat penduduk dan daerah industri. Di antara sungai tersebut terdapat beberapa sungai yang besar, yaitu Sungai Cisadane di bagian bamt, Sungai Ciliwung di bagian tengah, serta Sungai CitarurD dan Sungai Bekasi di bagian timur (Gambar I). Dari dasar perairan Teluk Jakarta tumbuh pulau-pulau karang yang sebagian besar berada di bagian barat, membujur dengan arah utara seiatan, misalnya, Pulau Bidadari, Pulau Damar, Pulau Ayer. dan Pulau Lan~g.~~ ________________________________ --, u 4 A.. TelukJakarta .' Gambar 1 Jaringan sungai yang bermuara di Teluk Jakarta (Modifikasi KLH 1989 dalam Diniyah 1995) 8 Teluk Jakarta banyak menerima 13 buah sungai yang limbah industri maupun domestik melalui wnumnya dijadikan tempat pembuangan limbab dari berbagai industri dan pemukiman padal di Jabotabek, ataupun kegiatan industri dan pemukiman yang berkembang di sepanjang pantai dan aliran sungai, serta kegiatan di pelabuban-pelabuban nelayan tradisional maupun pelabuban kapal-kapal komersial di Tanjung Priok. Kurangnya kesadaran lingkungan pada masyarakat dan para industriawan tersebut, lelab menyebabkan Jakarta dari tabun ke tabun semakin parah. pencemaran perairan Teluk Berdasarkan penelitian Puslilbang Pengairan, dalam rangka prokasib, terungkap babwa Sungai Cisadane, Sungai Ciliwung. dan Kali Sunter telah mengalarni pencemaran dengan kondisi sangat mengkbawatirkan, babkan pada beberapa lokasi badan sungai, sudab terjadi pencemaran yang sangat herat. Pencemaran logam herat di Teluk Jakarta ini telab banyak diteliti baik secara perorangan, maupun lembaga (ntisalnya, OseanologiLIPI, Balan, IPB, dan KLH) yang umumnya mengungkapkan tersebut telab mengkbawatirkan. tercemar oleh logam berat babwa perairan dengan tingkat yang sangat Babkan akbir-akbir ini, Yun (2002) mengemukakan babwa pencemaran Teluk Jakarta telab melarnpaui arnbang halas. Khusus untuk kadar Pb dari basil penelitian dalam petiode 80-an lelab berada di alas 2,5 I'giml, jaub melampaui baku mutu air laut untuk budidaya petikanan (0,01 I'giml). Hutagalung (1999) yang meneliti kandungan logarn berat pada sedimen di Kolam Pelabuban Tanjung priok, Jakarta, mengungkapkan hahwa kadar logam beral (Cd, Pb, Cr, Co, dan Ni) di Kolarn Pelabuban Minyak Pertantina menunjukkan kadar tertinggi. Terungkap pula hahwa kadar logarn berat pada sedimen di kolarn pelabuban lebih tinggi daripada kadar logam berat pada sedimen di loar kolam pelabuban. Kejadian ini dikarenakan adanya masukan bahan pencemar dari kali Sunter dan aktivitas pelabuban. Hasil penelitian Martin e/ al (1985 dalam Hutagalung 1994), lerungkap hahwa kadar logam berat dalam sedimen di Teluk Jakarta sudab sangal tinggi, jaub lebih tinggi daripada karlar logam beral di perairan Cilacap dan Teluk Banten (Tabel I). Pada tabel tersebut \ampak jelas babwa kadar Pb dalam sedimen Teluk Jakarta jaub lebih tinggi daripada kadar Pb pada sedimen Teluk Banten. Kandungan Pb pada 9 Tabel I Perbandingan kadar logam berat dalam sedimen Teluk Jakarta, Cilacap dan Teluk Banten Parameter Teluk Jakarta Perairan Cilacap Hg (l'g/g) 0,544-0,427 0,196-0,132 0,056-0,028 Pb (l'g/g) 104,9-27,8 15,2-3,0 10,4-3,2 Cd (l'g/g) 1,72-0,52 <0,53 < 0,5 Cu (l'g/g) 27,4-13,4 8,7-1,8 4,2-1,3 17,1-3,7 7,3-2,8 5,9-3,9 Cr (l'g/g) Teluk Banten (Sumber: Martm et 0/, 1985 dalam Hutaga!ung 1994) sedimen Teluk Jakarta juga jaub lebib tinggi daripada kandungan Pb di Peraidm Cilacap. yaitu mencapai lebih kurang 7 kaiinya. Hasil penelitian Diniab (1995) yang meneliti tentang korelasi antara kandungan logam berat Hg, Cd, dan Pb pada beberapa ikan konsumsi pencernaran di Teluk Jakarta, terungkap babwa kadar logam dengan tingkat bera~ kbususnya Ph dan Cd air laut, secara berurutan berkisar antara 1,57 sampai denganl,75 l'g/ml dan 0,014 sampai deugan 0,096 l'g/ml, padabal baku rnutu air laut untuk budidaya perikanan adalab:5 0,00 I l'g/ml untuk Cd dan:5 0,008 l'g/rnl untuk Pb (Kep Men LH no 51 tabun 2004), Kadar Hg pada perairan tersebut rnasih sangat rendab dengan rentang konsentrasi antara tidak terdeteksi sampai dengan 0,0008 ~g/ml, sedangkan balas maksirnum Pb pada air \aut untuk budidaya perikanan adalab :5 O,OOII'g/ml (TabeI2). Dengan demikian jelaslab babwa saat ini perairan Teluk Jakarta sudab tercemar logam herat dengan tarap yang cukup mengkhawatirkan terutama Ph dan Cd. Pencemaran Ph berdasarkan penelitian tersebut merupakan yang paling parah, sehingga sangat rnerisaukan banyak kalangan yang peduli lingkungan, karena Pb merupakan salah satu jenis logam berbahaya bagi kesehatan Pendedaban Pb pada tubub rnanusia dapa! masyarakat. menyebabkan berbagai gangguan kesehatan, seperti penurunan kecerdasan anak, gangguan pertumbuban, gangguan fungsi hali dan gioja!, gangguan herna!ologis, gangguan fungsi saraf pusa! dan tepi, 10 Tabel 2 Kadar logam bemt di Perairan Teluk Jakarta Contoh air dari hadan perairan Baku mutu aIr laut untuk budidaya perikanan (Kepmen LH no 51 tahun 2004) S; 0,001 Parameter Contoh air dari pennukaan Hg (~g/m1) tid· - 0,00216 Cd (~g/ml) 0,09000 - 0, I 0400 0,08400 - 0,0%00 S; 0,001 Pb (~g/m1) 1,32000 -1,63000 S; 0,008 sedimen tid· - udak terdeteksl tid' - 0,00088 1,57000 - 1,75000 , . .. (Sumber: modifikasl dari DlDlab, 1995) dan menyebabkan kematian pada ambang hatas tertentu ( Tuormaa 1995; Juberg et al. 1997; Hu 2002). Pencemaran Pb di perairan Teluk Jakarta telab menyebabkan basil perikanan laut dari Teluk Jakarta juga tefCemar logam bemt. Seperti terungkap dari hasil penelitian YLKI bekerjasarnan dengan Fakullas Perikanan IPB (1997 dalam Nwjanab 1997) habwa sebagian besar sampel ikan telab tercemar logam berat khususnya Ph, dengan kondisi yang telah meiampaui ambang hatas yang diusulkan CCFAC (1999), yaitu I ~g/g ~g/g untuk Crustacea, dan 0,2 untuk Mollusca Bivalvia dan Cephalopoda, 0,05 ~g/g untuk daging ikan. Tingginya pencemaran logam berat dan hasil lautnya juga diperparah oleh tingginya kadar Pb di udara Kota Jakarta yang padat lalu linlas. Hal ini terungkap dari hasil penelitian babwa Jakarta Urban Development Project, yang mengungkapkan konsentrasi Pb di udara Jakarta juga sudab cukup parab dan diperkimkan pada tahun 2005 kandungan Pb di udara Jakarta, jika bensin bertimbal tidak dihapuskan, akan mencapai 1,7 sampai dengan 3,5 ~g/m3 (Pusdokinfo-PSDAL, 2000). Akumulasi Logam Berat oleh Organisme Perairao Salab satu babaya logam bagi kehidupan adalab karena sifatnya yang dapat diakumulasi oleh organisme hidup. Dalam sistem perairan, bioakumulasi logam berat ditentukan oleh adanya interaksi 3 faktoe, yaitu faktor kontaminasi, faktor abiotik, dan faktor biotik. Faktor kontaminasi berhubungan dengan kondisi paparannya 11 secara langsung atau melalui jalm tropik (ekosistem); faktor abiotik berhubungan dengau karakteristik fisikokimia kolom air dan sedimen; dan faktor biotik berhubungan dengan kekbasan struktur dan fungsi dari organisme hidup (Boudou & Ribeyre 1989, datam Boudou el al. 1998). Bioakumulasi logam berat pada organisme uniseluler dan multiseluler berdasar pada beberapa hal, yaitu mekanisme asupan (uplalre), yang melibatkan proses adsorpsi dan absorpsi melalui barrier biologis (seperti membran sel dan struktur epitellainnya seperti insang, dinding usus, dan integumen); distribusinya ke datam kompartemen internal (organela, jaringan, dan organ) melalui sistem peredaran darah; ekskresi logam melalui berbagai mekanisme. seperti melalui jalur ginjal, sistem pencemaan, atau melalui proses pergantian kulit (moulting). Dalam sudut paudang ekotoksikologi, bioavailabilitas logam berat memegang peranan penting dalam proses bioakumulasi. Bioavailabilitas logam berat ini tergantung pada proses-proses biogeokimia yang menentukan kemampuan logam tersebut melewati barrier biologis yang memisahkan antara organisme hidup dengan lingkungan ekstema1 dan juga tergantung pada asupau logam berat melalui struktur biologis ( Gambar 2). Bioakumulasi logam berat dalam tubuh organisme ini dapat terjadi karena adauya sejenis protein da1am tubuh organisme yang bersangkutan yang berfungsi sebagai pengikat logarn bera!. Protein tersebut protein. Metalotionein nyai ada1ah metalotionein dan binding merupakan sejenis protein (polipeptida) yang mempu- bobot molekul yang rendah (6 - 7 kilo Dalton), yang mengandung 26 - 33 % sistein dan tidal< mempunyai asam amino aromatik atau histidin (Lasut, 2002). Menurut Bryan (1984 datam Darmono 1995) ada beberapa faktor yang mem- pengaruhi kekuatan mcun logam berat pada ikan dan organisme air lainnya, yaitu: 1) benruk ikatan kimia dari logam yang terlarut datam air; 2) pengamh interaksi antara logam dengan jenis racun lainnya; 3) pengaruh lingkungan seperti suhu, kadar garam, pH, alau kadar oksigen dalam air; 4) kondisi hewan, fase siklus hidup (telm, larva, dewasa), besarnya organisme, jenis ke1amin, dan kecukupan kebutuban nutrisi; 12 SUMBER LOGAM KERAT (input duri alam dan antropohoenik) HADAN AIR FAKTOR AR IOTIK -pH -suhu -pCI - kesadahan - zal organik terlarut - panikel tcr!ruspensi fAKTOK,BIOTIK FAKTOR t<:ONT AM1 NASI • Nas ib kimiawi logam dltlam ku rum air dan IJiJruer bjologi~ sed imcn: - Strukt ur kirnill - Trauspormasi kimia (rncliJasi dan demelilasi) BI OAVAIL· ABILITAS • Tingkat kontaminusi ~ SEDIMEN Gambar 2 Pendekatan ekotoks iko logi uotuk meneliti mekanisme bioakumulasi legam beral pada lingka\ ekosistem. Alesi dan lnteraksi antara 3 faktor utama: thl.'tor kontaminasi, faktor abiotik, dan faltor biotik (Boudou et at. 1998). 5) kemampuan hewao untuk menghindar dari kondisi buruk (pencemar), misalnya bcrgerak untuk pindah tempat; 6) kemampuan hewan umuk beradaptasi terhadap racun, misaJnya detoksikasi. \3 Karakteristik daD KeguDaaD Timbal (Pb) Timbal merupakan logam herat yang berwarna putih kebiruan dan berkilau seperti perak, tidak berasa, tidak berbau, bertekstur luna!<, mudab dibentuk, dan bersifat sebagai pengbantar arus listrik (Irwin 1997; Kelafant 1988; Winter 2002, Chemsoc 2003). Logam ini mempunyai bobot molekul 207,19; bobot jeDis 11,34 pada snhu 20 ·C; titik didih 1740 ·C; dan titik lebur 327 ·C (Kelafant 1988; Wagenet & Lemley 1993). Timbal sangat populer dan mengberankan, karena Pb banyak dikenal orang awarn. Hal ini tidak banyak digunakan dalam berbagai industri dari sejak zaman dahulu hingga sekarang. Diperkirakan sejak ribuan tabun yang lalu manusia telab mengunakan Pb dalam kehidupannya. Pada zaman Romawi Pb digunakan sebagai komponen pemanis dan pengawet rnakanan. Mereka juga menggunakannya untuk membuat peralatan makan, pipa air, dan wadah untuk menyimpan anggur. Orang Romawi merupakan penemu pipa air yang terbuat dari Pb. Pada tabun 370 sebelurn Masehi, Hipokrates telab menemukan adanya penderita kolik akut pada seorang pekeIja yang bekeIja sebagai pengekstrak logam. Pada abad tersebut, tampaknya pengaruh keracunan Ph terhadap para pekeIja diabaikan, karena kebanyakan pekelja ada1ab para budak (Tuormaa 1995; Chetboddy 2002). Kini penggunaan Pb semakin besar dengan semakin berkembangnya industri dunia. Penggunaan Pb, antara lain dalam industri cat, barang-barang dari keramik, batenti, pelapis logam, alat-alat listrik, bahan pematri kaleng makanan dan penyambung pipa ledeng, kosmetik dan pewama rambut, krayon, pestisida, plastik, dan bahan pencampur bensin yang berfungsi sebagai anti letup (Manahan 1994; Darmono,I995; Saeni 1997; Cheminfo 2001; Hu 2002). Produksi Ph dunia akhir-akhir ini setiap tahunnya mencapai 5,4 juta ton dan cenderung terus meningkat dari tabun ke tabun. Sekitar 60% Pb digunakan dalam industri baterai kbususnya aki, sisanya digunakan untuk produksi pigmen, plastik, pelapis logam, amunisi, pencampur bensin, dan berbagai produk lainnya (Hu 2002). Dengan demikian jelaslab babwa Pb digunakan dalam berbagai industri. Luasnya penggunaan Pb ini, telab menyebabkan air, dan odara) dengan sebarsn yang cukup luas. pencemaran lingkungan (tanah, 14 Pencemaran dan distribusi Timbal Timbal merupakan zat pencemar yang seeara a1ami maupun akibat aktivitas manusia (antropogenik) banyak mencemari lingkungan. Pencemaran secara alami iumlalmya iauh lebih rendah, yaitu sekitar 19.000 ton/tabun dibandingkan dengan peneemaran antropogenik yang dapat meneapai 126.000 ton/tabun (WHO 2003). Umumnya peneemaran Pb secara a1ami terj adi akibat adanya pelapukan batuan dan letusan gunung berapi; sedangkan peneemaran antropogenik dapat teljadi pada saat penambangan, pelebunm, dan pemakaian dalam berbagai industri. Penggunaan Pb dalam berbagai industri di kota-kota besar dunia termasuk di Jakarta telab menimbulkan masalab pencemaran lingkungan yang mengganggu kesehatan masyarakat. Hal ini terjadi karena di kota-kota besar inilab umumnya berdiri industri-industri yang banyak menggunakan Pb sebagai baban prodnksinya. Umwnnya pencemaran lingkungan di negara berkembang seperti Indonesia diperparab oleb Iemalmya kontrol terbadap peneemaran lingkungan, sehingga tidak beran jika Jakarta menyandang julukan Dibandingkan 1odonesia, negara m~u kota terkotor ketiga di dunia. seperti Amerika Serika!, kontrol terbadap pencemaran lingkWlgan dilakukan dengan baik. Sebagai contoh, penggunaan hensin tanpa Pb di Amerika telab dilakukan sejak tabun 1978. Ini merupakan perwujudan dan kontrollingkungan yang eukup ketat. Bagaimana di Indonesia? Rencananya Indonesia akan menghapus bensin bertimbal pada awal Iabun 2002, kemudian diundur menjadi Juli tabun 2003 itupun masih belum jelas, karena adanya eatatan hila tercapai kesepakatan antara pemerintah dengan instansi pemberi dana (Een 2001). Hingga saat ini pertarnina dan pemerintab belum mengumumkan penghapusan bensin bertimbal di seluruh indonesia, melainkan bam di daerab-daerab tertentu khususnya Jawa dan Bali. Distribusi dan transformasi Pada umumnya Pb yang dideposisikan ke lingkangan (udara, tanab, dan air) baik secara alami maupun antropogenik ~idak akan jauh dari sumher pencemarnya, tetapi partikel Pb yang ada di udara dengan diameter kurang dari 2 mm, dapat terdistribusi jauh dan sumber pencemarnya Partikel Pb yang ada di udara pada 15 akbimya akan turun ke pemlukaan bumi dan meneemarl tanah dan air. TimbaJ yang masuk ke daJam perairan terularna berasaJ dari udara. Iimpasan dari pennukaan tanah, atau buangan industTi. Timbal selanjulnya akan diendapkan daJam sedimen perairan atau tClap di dalam hadan air. tergantung dari pH, kadar garam, keberadaan agen pengkelat Ph, kondisi redoks, komposisi parnkulat terlarut dan sedimen. konsentrasi Pb. dan mikroorganismc yang dapat memetilasi Ph (irwin 1997). Timba1 yang mencemari udanl, tanah, dan perairan lawar pada akhimya akan mencemari pemiTan laut baik secara laogsung ataupun tidak langsung. D i laUlan Pb juga akan dieudapkan dalarn sedirnen. Biometilasi bentik dapat meremobilisasi terbentuk Pb oleh mikroorganisme Pb ke dalam kolom air, bahkan Ph-tetrametil yang dari proses biomctila.:;i Pb oleh organisme anaerob dalam sedimen pemiran bersifat relatif volatil dan dapat menguap ke udara (Kelafanl 1988; Irwin 1997). UDtuk lebih jela,nya dapa. willia. pada Gambar 3. . ~'" I ; Delta. t~ estuari tt Sedimen Tepi Tengah t+ Gambar 3 MOOel peneernaran timbal (mOOifikasi dari Hund 2003) 16 Pengaruh Pb terhadap kesehatan manusia Pendedahan dan absorpsi Ph Pendedahan Pb pada tubuh manusia dapat terjadi secara langsung melalui saluran pernapasan ketika udara tercemar memasuki pam-paru, saluran pencernaan, dan pendedaban melalui kulit, khususnya Pb organik. Menurut Kelafant (1988) pendedahan Pb yang lebih besar terutarna tetjadi melalui oral bersarna makanan dan minuman yang tercemar. Makanan dan minuman dapat tercemar Pb dari berbagai sumber, antara lain: 1) Dari bahan makanannya yang sudah tercemar, misalnya dari hasil perikanan laut yang banyak mengandung timbal. Hal ini terungkap dari hasil penelitian YLKI bekerjasarna dengan Faperikan IPB (1997 dalarn Nurjanab dan Widiastuti 1997) yang mengungkapkan sebagian besar hasil laut yang dite1iti tercemar Ph dalarn konsentrasi yang telab me1ewati arnbang balas yang diperbolehkan. pencernaran Pb pada antara lain Saeni sayuran juga terungkap dari berbagai hasil dan Wuryandari (1997) Sedangkan penelitian yang mengungkapkan tingginya kandungan Pb pada sayuran bayarn (28,5 l1g!g) dan kangkung (22,2 l1g!g) dari Kodya Bogor. Air minum dapat tercemar Pb secara langsung dari limbab industti yang meresap ke dalam air tanah, ataupun dari pipa-pipa penyalur air yang menggunakan baban yang mengandung Pb, seperti baban penyarnbung pipa ledeng yang menggunakan solder bertimbal, dari pipa itu sendiri, dan peralatan air ledeng lainnya yang menggunakan Pb lebih dari 8%. Timbal tersebut akan terkikis ke dalarn air ledeng terutarna dari insta1asi yang berumur kurang dari 5 tabun, dan jika air ledeng tersebut agak asaro, Iunak, serta hangat (McElgurm 1996). 2) K.arena makanan penanganan makanan dan minurnan sebelum dikonsumsi, dan minuman kaleng dapat tercemar dari seperti pematri kaleng yang menggunakan balum pematri yang mengandung Pb. Timbal juga dapat mencemari anggur yang disimpan dalarn wadah yang terbuat dari krisral dan makanan atau minuman yang disimpan dalam wadah yang terbuat dari keramik. 3) Debu dan tanab tercemar. Debu dapat mengandung Pb dari udara yang tercemar dan dari serpihan-serpihan yang besaral dari cat interior. Debu dan tanab 17 sangat berbahaya terutama bagi anak-anak, karena anak-anak biasanya senang memasukkan tangan atau benda-benda lain ke dalam mulutnya (Scbrey el al. 2000; CDC 2002; Belinger 2004). Absorpi Pb ke dalam tubub manusia leIgantung pada jenis ikatan kimia, ukuran partikel, dan kelarutannya dalam larutan tubub. Absorpsi Pb juga tergantung pada jalur pendedahan dan umur organisme. Kemampuan saluran penapasan dalam mengabsorpsi Pb jaub lebib besar (30-50 %) daripada kemampuan saluran pencemaan (5-15 %). Pada anak-anak terutama yang berumur di bawab 6 tabun, daya serap Pb melalui saluran pencemaan jaub lebih besar daripada orang dewasa, yaitu sekitar 40 - 50 % dari Pb yang masuk ke dalam saluran pencernaannya. Keadaan ini teJjadi karena metabolisme pada anak-anak lebih cepat daripada orang dewasa (Wagenet & Lemley 1993; Juberg el 01. 1997; Cheminfo 2001). Timbal yang masuk ke dalam tubuh manusia lewat saluran pencernaan dan pemapasan, serta sedikit lewat permukaan kulit akan masuk ke pembulub darah, kemudian diedarkan ke selurub jaringan tubub. Tempat akurnulasi Pb di dalam tubub manusia terutarna bali, ginjal, dan tuiang. disamping organ tubub lainnya seperti otak. limpa., dan rambut. Pada ibu hamil, Pb dapat melewati barrier plasenta menuju janin yang dikandungnya (Blakley 2002; Anonim 2003b). Selama masa kehamilan dan menyusui, simpanan Pb dalam tulang seorang ibu akan dimobilisasi ke dalam darah, sehingga pertumbuban dan perkembangan mental janin dalam kandungan ataupun bayi yang sedang disusui akan terganggu. Timbal tidak berikatan dengan lemak, sehingga konsentrasi Ph dalam air SllSU lebih rendah daripada konsentrasinya di dalam darah (NRDC 2003). Untuk mema1uuni pendedaban Pb dan distribusinya dalam tubub manusia dapat dilibat pada Gamhar 4. Karena Pb merupakan logam berat yang berhahaya bagi tubub manusia, maka WHO/F AO menetapkan provisionally lolerable weekly inlau (PTWI) untuk Pb pada orang dewasa sebesar 50 "glkg bobot hadan, sedangkan untuk bayi dan anak-anak sebesar 25 "glkg bobot badan ( Rahde 1994; McElgunn 1996; Schrey 2000; Subendrayatna 2001). lni berarti seorang anak yang memiliki bobot 10 kg, boleh mengkonsurnsi Pb sebanyak 36 "g/hari deogan aman, padaha1 dengan - - -- - - 18 CEAEBEll.UM ~ \ ,-~ URINE I ~tdarahmel~h .. t.nbel Garnbar 4 Distribusi dan masuknya timbal (Pb) palla lubuh manusia (Modi1ikasi Moore 1986 daJam Sustriawan 1999) mengkonsumsi Ph sebesar itu diperkirakan dapat menyebabkan kandungan Ph darah anak-anak sekitar 6 J.lgldl (CCr AC 1999). Walaupun LOAEL Pb darah scbesar mengungkapkan bahwa menyebabkau gangguan 10 J.lgldl. namun pada dosis kcnyataannya lebih rendah CDC mencrapkan beberapa peneliti dan itll, masib keccrdasan anak (Hu 2002; Canfield el dapat al. 2003). Lanphear el af. (2000) yang meneliti hubungan konsentrasi tirnbaJ darah dcngan kognitif anak-anak dan remaja di Amerika Scrikal, menyimpulkan bahwa konsentrasri Ph darah kurang 5 J.lgldl berpengaruh negatif terhadap kemampuan akademis dan kognjtif anak-anak dan rernaja. Walaupun demikian masih banyak pene1iti yang mendukung CDC dan WHO yang menelapkan konscntrasi Pb darah 10 J.lgldl, sebagai do,is yang perlu diperhatikan (Bernard 2003). 19 Metabolisme Timbol Timbal yang masuk ke dalam tubuh manusia, sclanjulnya akan masuk ke dalam pembuluh damh dan diperkirnkan 70 % Pb akan letap di dalam darall. sedangkan 30 % Pb akall segera diserap oleh jaringun iUDak (lfursh 1970 dalam Irwin 1997). Akhimya Pb akan dideposisikan kc dalam tulang. sehingga timbunan terbesar Pb di dalam rubuh manusia terdapat di dalam tuiang, yaitu sekitar 95% (Gambar 4 dan 5). Timbal yang tertimbun di dalam tubmg akan bertahan hjngga pu luhan tahun dan sewaktu-waktu dapat diremobilisasi ke dalam darah jika scscorang mengalami fraktur, osteoporosis, kebamilan, dan hipertiroidisme (Anorum 2003a). Gambar 5 Diagram metaholisme timbal (Ratdiffe 1981. dalam Sacni 1997) 20 Timbal dalam darah terutama terdapat di dalam eritrosit, yang mencapai 16 kati dari konsentrasinya di dalam plasma darah. Di dalam eritrosit, Pb terutama terikat pada hemoglobin, selain itu Pb dapat terikat pada membran sel dan membran mitokondria. Waktu paruh biologis Ph di dalam darah dan jaringan lunak manusia dewasa antara 26 - 36 hari, sedangkan pada tulang antara 10-20 tahWl (Kelafant 1988; WHO 2003). Waktu pamh Pb dalam darah mencapai keadaan stabil setelab lebib kurang 6 bulan. Keadaan ini penling Wltuk tegadinya akumulasi Pb dalam jaringan tubuh manusia (Rahde 1991). Laju eksresi Pb oleh tubuh sangat rendah. Timbal terutama diekresikan lewat urine, yaitu mencapai 75 % dari ekskresi harian. 16 % diekskresikan lewat saluran gastrointestinal dan 8 % diekskresikan melalui nunbut, kuku, keringal, serta rute lainnya (Rahde 1991). Efek tohiik timbol Timbal merupakan salah satu 10gam herat yang bersifat toksik. Toksisitas Pb tergantung pada jalur pendedaban, dosis, dan tahap perl<embangan makhluk hidup yang terkena dampak. Dosis akut yang mematikan bagi manusia dewasa diperkirakan terjadi jika 500 mg Pb terabsorbsi ke dalam tubuh (Rahde 1991). Gosselin (1984 dalam Rahde 1991) mengWIgkapkan pula babwa pendedaban Pb asetat atau Pb karbonat dengan dosis lebih dari 30 g dapat menimbulkan kematian bagi manusia Toksisitas kronis teIjadi jika setiap hari mengabsorpsi Pb lebih dari 0,5 mg/hari. tubuh seseorang Anak-anak lebib renlan terhadap Pb dibanding orang dewasa. Pada konsentrasi Pb darah sehesar 10 ~g/dl sudab dapat menyebabkan tegadinya penurunan kecerdasan anak. Kemalian pada anak-anak dapat terjadi pada konsentrasi Pb darah mencapai 125 Hu (2002). KeracWlan aIrut ~g/d1 Pb dapat menyebabkan atau lebib (Rohde 1991; gangguan sistern saraf, gangguan hematologis, gangguan fungsi hali, disfungsi ginjal, ganguan fungsi tulang, dan gangguan terhadap sistem reproduksi. Gangguan sistem saraf (neurotoksik), terjadi katena Pb dapat mengganggu stroktur dan fungsi saraf tepi maupWl saraf pusat. Gangguan fungsi saraf tepi terjadi karena Ph dapat mengganggu pembentukan selaput mielin pada aksoIl, 21 sehingga akson dapat kehilangan selaput mielinnya. Keadaan ini dapat mengganggu penghantaran impuls saraf dari reseptor menuju efeklor, sebingga menyebabkan ke\emahan otot dan gangguan pada indera peraba. Gangguan saraf pusat terjadi karena Pb dapat mempengaruhi: (1) fungsi mitokondria pada sel otak, sehingga metabolisme sel-sel otak. terganggu yang pada akhimya dapat merusak sel-sel tersebut: (2) pelepasan neurotransmiter (dopamin, norepinefrin, dan asetilkolin), sehingga mengganggu aktivitas sel saraf, bahkan dapa! menyebabkan penyakit Parkinson (Carola et al. 1992; Martinez et al. 2001); (3) fungsi normal oligodendrosit. menyebabkan bilang atau cacatnya selaput rnielin pada serabut saraf; dan (4) struktur pembulub darab otak yang dapat menyebabkan pendaraban dan pembesaran otak secara abnormal. saraf terjadi karena Rusak atau cacatnya sel.put mielin pada sel terjadinya gangguan terhadap enzim pembentuk galaktolipid yang merupakan pembentuk selaput mielin (Tong et al. 1996; Flom & Seth 2000; Deng & Portez 2001). Timbal mempengaruhi banyak bagian otak, seperti korteks, serebelum, dan hipokampus. Timbal juga menyebabkan gangguan pertumbuban dan fungsi otak karena Ph dapat mengganggu fungsi protein kinase, sintesis dan pelepasan neurotransmitter, dan pembentukan selaput mielin, yang sangat penting dalarn pengbantaran impuls saraf (Goldstein 1990; Murakami et al 1993; Chen et al 1999; Walls 2004). Timbal dapat menimbu1kan gangguan hematologis yang ditandai adany. gejala anemia dan hipertensi. Anemia tetjadi karena Ph yang terikat eritrosit menyebabkan mudah pecahnya sel darah merah (dosis akut) dan pada dosis kronis dapat mengganggu proses eritropoiesis dan sintesis hemoglobin (WHO 1972; Vettorazzi 1982). Timbal juga menyebabkan gangguan atau disfungsi ginjal dan hali (Manahan 1994). Kerusakan sel bali, yang ditandai adanya abnormalitas fungsi dan dapat menimbu1kan penyakit hepatitis; sedangkan gangguan Pb pada sel ginjal dapa! mengakibatkan kerusakan pada dinding tubulus ginjal bagian proksimal (Juberg et af. 1997; ATSDR 2003; Cullen et af. 2005). Timbal mengganggu proses pembentukan dan fungsi tulang, karena Pb mengganggu metabolisme vitamin D yang sangat penting da\arn pertumbuban dan 22 pernanjangan tulang. Gangguan metabolisme vitamin D terjadi pada anak-anak dengan konsentrasi Pb darah 12 f'g/dl atau lebih, sehingga pertumbuhan anak tersebut dapat terganggu Efek toksik Pb juga dapat menyebabkan gangguan reproduksi baik pada pria maupuu wanita. Pengarub Pb pada organ reproduksi wanita dapat menyebabkan gangguan kesuburan. Pada ibu hamil, Pb dapat menyebabkan kelainan janm, kematian bayi yang dilahirkan, dan hambatan pertumbuhan dan kecerdasan jika bayi terlahir dengan selamat (Tuormaa 1995; Juberg el al 1997). Pb juga dapat menyebabkan infertilitas pada pria. Hal ini tetjadi karena pendedaban Pb dapat penurunan kualitas semen, kelainan pada menyebabkan morfologi spenna, penuruuan jumlab dan motilitas spenna, serta merusak epitel tubulus seminiferus (HSEC 1992; Anonim 1999; Erikson 1999). Timbal juga mengganggu hipotalamus dan hipofisis yang merupakan pengontrol utama proses spermatogenesis hormonal dalam sistem reproduksi. dan Akibatnya dapat menyebabkan ganguan spennatogenesis dan produksi hormon reproduksi, sehingga fungsi organ seksual lainnya (seperti prostat) juga terganggu. Penuruuan hormon seksnal pada pria, diindikasikan dengan menuruunya libido dan fertilitas. Mekanisme gangguan Pb terbadap organ reproduksi adalab sebagai berikut: I) Mengganggu fuugsi sel Leydig, yang merupakan sel Testosteron ini merupakan hormon yang berperan pengbasil testosteron. penting dalam spermatogenesis (Johnson & Everitt 1988). Dengan demikian proses gangguan ter1tadap sel Leydig akan menyebabkan gangguan pada proses spermatogenesis yang pada akhirnya akan menyebabkan gangguan produksi sperma 2) Mengganggu fuugsi hipotalamus dan hipofisis dalam mengontrol pembentukan hormon testosteron. Keadaan ini menyebabkan gangguan pada proses spennatogenesis dan konsentrasi testosteron di dalam testis. 3) Menuronkan stabilitas kromatin di dalam sperma. 4) Mengganggu spermiogenesis yang mempengaruhi morfologi dan motilitas sperma yang dibasilkannya, sehingga dapat mengurangi kemampuan sperma untuk melakukan penetrasi terbadap sel telur yang akan dibuahinya. 23 Kuo e/ a/. (1996) mengungkapkan bahwa pengaruh pendedahan Pb terhadap bersifilt sementara dan fertilitas meneit jantan segera pulih jika perlakuan Hal ini disimpulkan dari hasil penelitiannya dengan cara pemberian dihentikan. Pb asetat pada meneit secara intraperitoneal (dosis 50 atau JOO mg/kg bobot badan). Perlakuan tersebut dapat menurunkan kemampuan kawin dan fertilitas meneit jantan selama 2 minggu setelah perlakuan, tetapi pada minggu ketiga setelah perlakuan kemampuan kawin dan fertilitasnya pulih kernbali. Irwin (1997) yang meneliti pengaruh Pb pada sejumlah pria pekeIja tarnbang mengungkapkan bahwa gangguan seksual pria teIjadi pada konsentrasi Pb darah mencapai lebih dari 41 sedangkan pada konsentrasi 74,5 ± 26 bahkan 50"10 di antaranya menjadi infertil. ~g/dl ~g/dl; menyebabkan hipofertil (75%), Peningkatan Pb darah pada anak dan remaja (mour 8 - 18 tabun) dapat menyebabkan gangguan pematangan seksual, yang ditandai dengan adanya keterlambatan masa pubertas dan keterlambatan menarche pada rernaja putri (Rogan & Ware 2003; Gener 2003; Denham et a/. 2005). Terganggunya infertilitas pada pria dapat teIjadi karena Pb mengganggu produksi dan transportasi sperma, sehingga mengakibatkan azoospermia dan oligospermia (Melba 2003) Hubungan Ph darah dengan kesehatan manusia Dalam penelitian akhir-akhir ini terungkap adanya hubungan yang erat antara konsentrasi Pb dalam darah dengan gangguan kesehatan manusia. Konsentrasi Pb darah lebih dari 40 ~g/dl menyebahkan ganguan sara!; otak, ginjal, reprodoksi, dan hati; sedangkan jika konsentrasinya kurang dari 40 ~g/dl organ darah meropakan penyebab ulama hipertensi dan gangguan kecerdasan (Hu 2002). Untuk lebih jelasnya kesebatan mengenai hubungan antara konsentrasi Pb dalam darah dengan anak-anak dan dewasa dapat dilihat pada Gambar 6. Pada garobar tersebut narnpak jelas bahwa anak-anak lebih rentan terbadap Pb dibandingkan dengan orang dew.... Pada anak-anak, konsentrasi Pb darah yang cukup rendah, yaitu kurang dari 10 ~g/dl, telah menyebabkan gangguan perturnbuhan, pendengaran, dan IQ atau kecerdasan yang tidak teIjadi pada orang dewasa. Efek lainnya juga teIjadi pada konsentrasi Pb darah yang lebih rendah daripada orang 24 Anak-anak .. Dewasa Konsentrasi timbal darah (flg/dl) Kcmatian Ensefalopati Enscfalopati Nefropali Anemia Frank Anem ia Frank Penurunan usia haTapan hidup Kolik $intcsis Hb .. Neuropali pcriferal Inrcrtilitas laki-laki Ncfropali Si ntesis lib .. Tckanan darah sistotik (Iaki-Iaki) Kctajaman Pendengaran t MetaboJisme ViI D .. ErilrQsiL Protoporfirin (Laki-Iaki) t t Kecepalan halllar saraf .. Eritrosit Protoporfirin Mctabolisme viI 0 (?) t Eritrosit Proloporlirin ( Pcrempuan) t .. Toksik lernadap Perkembangan Hipenensi (?) IQ • Pcndcngarun 1Pertumbuhan .. t Transfcr lransplanscnla f meningkar ! menurun Gambar 6 Hubungan kOl1sentrdsi timbal darah dengan kesehatan (Hu 2002) manusia 25 Keadaan ini tetjadi karena dewasa. ahsorpsi Pb pada anak-anak lebih cepat, sebagai akihat tingginya kecepatan metabolisme dlbandingkan dengan metabolisme pada orang dewasa dan karena sistem saraf serta pembuluh darah otak yang masih da!am tahap perkembangan. Lajis (1996) mengungkapkan pula hubungan antara konsentrasi Pb dalam darah dengan kesehatan manusia. Konsentrasi Pb dalam darah eli bawab 25"gldl tidak menunjukkan gejala khusus, walaupun pada beberapa peneiitian menyebabkan penurunan lQ anak. Konsentrasi Pb darah antara 25-50 "gldI menyehabkan gangguan ginja!. Geja!a kurang darah, sembelit, dan kolik teljadi bila konsentrasi Pb dalam darah mencapai 70"gldl. Pada wanita hamil, konsentrasi Pb darah 25 "gI dl dapat menyebabkan gangguan perkembangan mental dan fisik janin yang dikandungnya. Pencegahan dan Perawatao Masyarakat yang Terkena Efek Toksik Timbal Untuk mencegab bahaya yang ditimbulkan sebaiknya masyarakat yang berada di daerah akibat adanya efek kronis Pb, rawan gangguan keracunan Pb, mendapat perhatian khusus dari pemerintah daerah setempat. Pengujian timbal darah sangat diperlukan untuk mengetahui sejauh mana kandungan Pb pada darab masyarakat, khususnya yang berada di daerah tercemar Pb, sebingga wahab penyakit kronis akibat logam berat, khususnya Pb, dapat segera diketahui untuk selanjutnya ditindaklanjuti dengan penanganan medis yang meroadai. demiki~ masyarakat Dengan di daerah rawan pencemaran akan merasa arnan dan terlindungi dari gangguan yang menghantui mereka. Dengan mengetahui sebempa besar kandungan Pb darah masyarakat tersebut, maka pemerintah daerah, melalui dinas kesehatan setempat dapat dengan mudah melakukan tindakan medis guna menanggulangi dan mencegah keracunan kronis Pb yang umum teljadi akibat dengan pendedahan Pb dosis subletal. Jika kandungan Pb darah masyarakat cukup tinggi. maka pemerintah. melalui dinas kesehatan setempat wajib melakukan penyuluhan guna mencegah terjadinya wabah penyakit. dan pengobatan pada penderita dengan menggunakan agen pengkelat. Pemerintah juga dapat melakukan evaluasi, dari mana sumber pencemar tersebut dan menangani sumber pencemar, sehingga efek kroms Pb dapat ditekan 26 bahkan dapat dihilangkan. CDC (1991, dalam AAP 1998) merekomendasikan eara penanganan dan pencegaban erek toksik Pb, dengan melakukan pemeriksaan Pb darab (Tabel 3). Tabel 3 Cara penanganan dan peneegaban penyakit pada masyarakat yang terkena dampak negatir peneemaran Pb berdasarkan diagnostik Pb darab Pbdarab (Ilg/dl) <10 10-14 Tindakan yang diperlukan: Tidak: memerlukan tindakan medis - Perlu uji konfinnasi Pb darab, dalam selang I bulan. - Jika Ph darah masih dalam rentang yang sarna, diperlukan penyululaan pada masyarakat guna mengurangi pendedaban Pb padadarab. - Perlu uji ulang Pb darab setelab 3 bulan. - Perlu uji konfinnasi Ph darah dalam selang 1 bulan 15-19 - Jika Pb darab masih dalarn rentang yang sama, diperlukan penyululaan kepada masyarakat guna menurunkan pendedaban dan absorpsi Pb ke dalarn darab. - Men~an~ u;i Pb darab dalam selan~ waktu 2 bulan. - Perlu uj; konfirmasi Pb darab dalam selang waktu I minggu. 20 -44 - Jika Pb darab masih berada pada rentang konsentrasi tersebu!, eek lengkap sejarah medisnya (tennasuk harus dilakukan evaluasi lingkungan dan nutrisi) dan lakukan pula pemeriksaan fisiknya. - Diperlukan penyululaan untuk menurunkan pendedaban dan absorpsi Pb ke dalam darab. - Jika lebih besar dari 25 Ilg/dl, bendaknya Pb darab dipertimbangkan untuk melakukan pengohatan dengan menggunakan agen kela!, setelab berkonsultasi dengan dokter yang alaman menangani pasien keracunan Ph. 45 - 69 Lakukan eek ulang Pb darab dalarn selang 2 hari - Jika Ph darah masih dalam rentang konsentrasi yang sarna, lakukan eek lengkap sejarah medisnya (termasuk evaluasi lingkungan dan nutrisi) dan lakukan pula pemeriksaan fisiknya. - Lakukan tindakan terapi dengan menggunakan agen kelat dengan terlebih dabulu berkonsultasi pada dokter yang berpengalarnan dalam menangani pasien akibat efek toksik Ph. - Lakukan uji konfirmasi Pb darab dengan segera. >70 - Rawatlab pasien tersebut di nnnab saki!, lakukan tindakan medis dengan segera, setelab konsultasi dengan dokter yang berpengalaman. - Lakukan segera tes konfinnasi Pb darab. (CDC 1991,dalam AAP 1998) 27 Agen pengkelat yang biasa digunakan untuk terapi terhadap pasien yang menderita penyakit akib.t efek tokaik logam berat terutam. Pb, antara lain: kalsium disodium versenat (CaNa2EDTA), British Anti-Lewisite (BAL) atau dimerkaprol. Cuprimine (d-Penisilamin), dan chemet (succimer atau asam 2,3-dimerkapto-suksinat}. Kalsium disodium versenat merupakan agen kelat yang diberikan secara intra muskular atau intra vena. Agen kelat ini relatif tidak spesiftk, sehingga menurunkan dapat mineral esensial seperti Zll, Mg, Cn, Co, dan Fe dalam tubuh pasien. Jik. diberikan secara tunggal dapat menyebabkan gejal. yang berhubungan dengoo enchepaiopathy, yang diseb.bkan Kombinasi oleh tempi dengan dosis awa1 adooy. redistribusi Pb ke dalam otak. menggunakan kelator BAL, dilanjutkan dengan kalsium disodium versenat seeara penuh, akan mengurangi efek samping yang mungkin terjadi. BAL .tau dimerkaprol merupakan agen kel.t logam berat ( antara lain Pb), yang diberikan secara intra muskular dan diberikan setiap 4 jam sekali. Tempi Ph dengan dimerkaprol dapat membuat pasien kesakitan. sehingga sangat sukar untuk diterapkan pada ooak-anak. BAL pada anak-anak dapat diberikan bersamaan dengan kalsium disodium versenate untuk lebih memaksimalkan efisiensi dan mengurangi efek toksik dari kedua agen kelat tersebut. Cuprimine (d-penisilamin) merupakan agen kelat yang diberikan secara oral. Obat ini dapat menyebabkan kontra indikasi terhadap pasien yang sensitif terhadap penisilin. Selain itu, cuprimine dapat menyebabkan tetjadinya reaksi alergi pada tubuh pasien (33 %). Chemet (succimer) merupakan kelator Pb yang diberikoo seeara oral dan mempunyai efek samping yang paling rendah. Obat ini lebih spesifIk terlladap Pb dan tidak menyebabkan penurunan mineral esensial dari tubuh pasien.