BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Teori Umum Berikut ini

advertisement
BAB 2
LANDASAN TEORI
2.1 Teori Umum
Berikut ini disertakan teori berkaitan dengan jaringan komputer yang
digunakan dalam penelitian ini.
2.1.1 Pengertian Jaringan Komputer
Jaringan
komputer
(computer
networks)
adalah
himpunan
interkoneksi sejumlah komputer autonomous. Kata “autonomous”
mengandung pengertian bahwa komputer tersebut memiliki kendali atas
dirinya sendiri. Bukan merupakan bagian komputer lain, seperti sistem
terminal yang biasa digunakan pada computer mainframe. Komputer juga
tidak mengendalikan komputer lain yang dapat mengakibatkan komputer
lain restart, shutdown, merusak file dan sebagainya.
Dua buah komputer dikatakan “interkoneksi” apabila keduanya bisa
berbagi resources yang dimiliki, seperti saling bertukar data/informasi,
berbagi printer, berbagi media penyimpanan (hard disk, floppy disk, CD
ROM, flash disk, dan sebagainya).
Data berupa teks, audio maupun video, mengalir melalui media
jaringan (baik kabel atau nirkabel) sehingga memungkinkan pengguna
jaringan komputer bertukar file/data, menggunakan printer yang sama,
menggunakan hardware atau software yang terhubung dalam jaringan.
Jadi, jaringan komputer dapat dikatakan sebagai kumpulan beberapa buah
komputer yang terhubung satu sama lain dan dapat saling berbagi
resources. (Sofana, 2012:4)
2.1.2 Jenis Jaringan Komputer
Menurut Sofana (2012:108), jenis jaringan komputer berdasarkan luas
daerahnya dapat dibedakan menjadi:
• PAN (Personal Area Network)
PAN merupakan jaringan komputer yang dibentuk oleh
beberapa buah komputer atau antara komputer dengan peralatan
non-komputer (seperti: printer, mesin fax, PDA). Sebuah PAN
5
6
dapat dibangun menggunakan teknologi wire dan wireless network.
Teknologi wire PAN biasanya mengandalkan perangkat USB dan
Firewire. Sedangkan wireless PAN mengandalkan teknologi
Bluetooth, WiFi, dan Infrared. Cakupan area PAN sangat terbatas,
yaitu sekitar 9-10 meter. Namun dengan semakin canggihnya
perkembangan teknologi maka cakupan PAN dapat diperluas lagi.
(Sofana, 2012:111)
• LAN (Local Area Network)
LAN berhubungan dengan area network yang berukuran relatif
kecil. Oleh sebab itu, LAN dapat dikembangkan dengan mudah dan
mendukung kecepatan transfer data cukup tinggi. Ada 4 topologi
fisik LAN, yaitu: (Sofana, 2012:113-114)
• Topologi Bus
Topologi bus menggunakan sebuah kabel backbone dan
semua host terhubung secara langsung pada kabel tersebut.
Gambar 2.1 Topologi Bus
(Sumber: http://med.unhas.ac.id/neo/materikuliah/jarkom/chapter2.pdf, diakses 16 Oktober 2014)
• Topologi Star
Topologi Star menghubungkan semua komputer pada
sentral atau konsentrator. Biasanya konsentrator adalah hub
atau switch.
7
Gambar 2.2 Topologi Star
(Sumber: http://med.unhas.ac.id/neo/materikuliah/jarkom/chapter2.pdf, diakses 16 Oktober 2014)
• Topologi Tree
Topologi jaringan ini disebut juga sebagai topologi jaringan
bertingkat.
Topologi
ini
biasanya
digunakan
untuk
interkoneksi antar sentral dengan hirarki yang berbeda.
(Syamsu, 2008: 4)
Gambar 2.3 Topologi Tree
(Sumber: http://med.unhas.ac.id/neo/materikuliah/jarkom/chapter2.pdf, diakses 16 Oktober 2014)
8
• Topologi Ring
Topologi ring menghubungkan host dengan host lainnnya
hingga membentuk ring (lingkaran tertutup).
Gambar 2.4 Topologi Ring
(Sumber: http://med.unhas.ac.id/neo/materikuliah/jarkom/chapter2.pdf, diakses 16 Oktober 2014)
• Topologi Mesh
Topologi mesh menghubungkan setiap komputer secara
point-to-point. Artinya semua komputer akan saling
terhubung sehingga tidak dijumpai ada link yang putus.
9
Gambar 2.5 Topologi Mesh
(Sumber:http://med.unhas.ac.id/neo/materikuliah/jarkom/chapter2.pdf, diakses 16 Oktober 2014)
• MAN (Metropolitan Area Network)
MAN merupakan jaringan komputer yang meliputi area
seukuran kota atau gabungan LAN yang dihubungkan menjadi
sebuah jaringan besar. MAN bisa saja gabungan jaringan komputer
beberapa sekolah atau kampus. MAN dapat diimplementasikan
pada wire atau wireless network. MAN dapat memanfaatkan
jaringan TV kabel yang umumnya menggunakan kabel jenis
coaxial atau serat optik. Dewasa ini, infrastruktur MAN mulai
dipadukan dengan teknologi wireless. Karena tidak memerlukan
instalasi kabel yang cukup rumit dan mahal, wireless network dapat
menjangkau area yang sulit dijangkau oleh kabel. (Sofana,
2012:112)
• WAN (Wide Area Network)
WAN merupakan beberapa LAN yang dihubungkan dengan
media komunikasi publik atau media lainnya, seperti jaringan
telpon dan melibatkan area geografis yang cukup besar, seperti
antarnegara. WAN biasanya mellibatkan “campur tangan” provider
10
atau pemerintah sebagai penyedia infrastruktur jaringan. Hal ini
merupakan konsekuensi yang sangat logis karena tidak mungkin
personal
mampu
menyediakan
kabel
dan
peralatan
yang
menghubungkan network sebuah negara atau bahkan lebih besar
lagi.
Jika pada LAN dapat mendefinisikan berbagai topologi dasar,
seperti Bus, Star, Ring, dan sebagainya, maka pada WAN juga ada
topologi yang mirip dengan topologi LAN. Tentu saja topologi
WAN hanya sama dari segi nama, namun berbeda dari segi bentuk
dan teknologi yang digunakan. Pada umumnya topologi yang
digunakan WAN adalah topologi partial-mesh dan Fully mesh.
Namun beberapa sumber menyebutkan bahwa topologi WAN tidak
hanya Mesh, bisa juga berupa berupa: (Sofana, 2012:191,195)
• Peer-to-peer
Gambar 2.6 Topologi Peer-to-Peer
(Sumber: Sofana, 2012:193)
11
• Star
Gambar 2.7 Topologi Star
(Sumber: Sofana, 2012:194)
• Ring
Gambar 2.8 Topologi Ring
(Sumber: Sofana, 2012:193)
• Mesh
Gambar 2.9 Topologi Mesh
(Sumber: Sofana, 2012:194)
12
• Tiered
Gambar 2.10 Topologi Tiered
(Sumber: Sofana, 2012:195)
Meskipun secara diagram hampir mirip dengan topologi LAN,
namun teknologi yang digunakan sangat berbeda sehingga tidak
dapat begitu saja menerapkan pengetahuan yang sudah diperoleh
saat mempelajari LAN untuk memahami WAN.
2.1.3 Perangkat Jaringan
1. Router
Router sering digunakan untuk menghubungkan beberapa
network, baik network yang sama maupun berbeda dari segi teknologi.
Router juga digunakan untuk membagi network besar menjadi beberapa
buah subnet network (network kecil). Setiap subnet network seolah-oleh
“terisolir” dari network lainnya. Hal ini dapat membagi traffic yang
akan berdampak positif pada performa network.
Sebuah router memilik kemampuan routing. Artinya router
secara cerdas dapat mengetahui kemana rute perjalanan informasi (yang
biasa disebut paket) akan dilewatkan. Jika paket-paket ditujukan untuk
host pada network lain maka router akan meneruskannya ke network
tersebut. Sebaliknya, jika paket-paket ditujukan untuk host yang satu
network maka router akan menghalangi paket-paket keluar, sehingga
paket-paket tidak “membanjiri” network yang lain. (Sofana, 2012:58)
13
Router bisa dikelompokan menjadi 3 kategori, yaitu:
• Fixed access router
Kelompok router yang memiliki interface tetap (tidak dapat
diganti). Biasannya digunakan untuk membangun WAN yang
sederhana.
• Modular access router
Kelompok router yang memiliki interface yang dapat diganti
sesuai kebutuhan. Biasanya digunakan untuk membangun
WAN yang lebih kompleks.
• Modular access router for enterprise
Kelompok router dengan interface yang dapat diganti sesuai
kebutuhan dan menyediakan fitur tambahan yang cocok
digunakan untuk membangun WAN yang kompleks.
2. Switch
Menurut Sofana (2012:70), Switch biasa disebut multiport bridge
karena cara kerja switch mirip dengan bridge. Switch berfungsi sebagai
sentral atau konsentrator pada sebuah network. Switch dapat
mempelajari alamat hardware host tujuan, sehingga informasi (disebut
frame) bisa langsung dikirim ke host tujuan. Switch yang lebih cerdas
dapat mengecek frame yang error dan dapat mem-blok frame yang
error tersebut.
Dilihat dari cara kerjannya, maka switch dapat dikelompokan
menjadi beberapa jenis, yaitu:
• Cut through atau fast forward
Switch jenis ini hanya mengecek alamat tujuan (yang ada
pada header frame). Selanjutnya frame akan diteruskan ke host
tujuan. Kondisi ini dapat mengurangi “waktu tunggu” atau
latency. Kelemahan dari ini yaitu tidak dapat mengecek frame
yang error sehingga frame yang error tetap diteruskan ke host
tujuan.
14
• Store and forward
Switch jenis ini akan menyimpan semua frame untuk
sementara waktu sebelum diteruskan ke host tujuan. Seluruh
frame akan dicek melalui mekanisme CRC (Cyclic Redundant
Check). Jika ditemukan error maka frame akan “dibuang” dan
tidak diteruskan ke host tujuan. Switch jenis ini paling
“terpercaya” di antara jenis lainnya. Kelemahan dari switch ini
adalah meningkatnya latency akibat adanya proses pengecekan
seluruh frame yang melalui switch.
2.1.4 OSI Layer
Menurut Sofana (2012:18-20), OSI Reference Model atau model
referensi OSI terdiri atas lapisan berjumlah 7 buah (layer). ketujuh
buah layer tersebut adalah:
1. Physical
Layer ini menentukan masalah kelistrikan/gelombang dan
berbagai prosedur/fungsi yang berkaitan dengan link fisik, seperti
besar tegangan/arus listrik, panjang media transmisi, pergantian
fasa, jenis kabel, dan konektor.
2. Data Link
Menentukan pengalamatan fisik (hardware address), error
notification (pendeteksi error), frame flow control (kendali aliran
frame), dan topologi network. Ada 2 sublayer pada data link, yaitu:
• Logical Link Control (LLC)
LLC mengatur komunikasi, seperti error notification dan
flow control.
• Media Access Control (MAC)
MAC mengatur pengalamatan fisik yang digunakan dalam
proses komunikasi antar adapter.
15
3. Network
Menentukan
rute
yang
dilalui
oleh
data. Layer ini
menyediakan logical addressing (pengalamatan logika) dan path
determination (penentuan rute tujuan).
4. Transport
Menyediakan end-to-end communication protocol. Layer ini
bertanggung jawab terhadap "keselamatan data", seperti mengatur
flow
control
(kendali
aliran
data), error
detection (deteksi error), data sequencing (urutan data), dan size of
the packet (ukuran paket).
5. Session
Mengatur sesi (session) yang meliputi establishing (memulai
sesi), maintaining (mempertahankan sesi), dan terminating
(mengakhiri sesi) antar entitas yang dimiliki presentation layer.
6. Presentation
Mengatur konversi dan translasi berbagai format data, seperti
kompresi data dan enkripsi data.
7. Application
Menyediakan servis bagi berbagai aplikasi network.
2.2 Teori Khusus
2.2.1 Routing
Protokol routing merupakan salah satu komponen terpenting pada
network TCP/IP. Protokol routing secara dinamis berkomunikasi untuk
menentukan rute terbaik mencapai tujuan. Paket di-forward dari satu
router ke router yang lain. Sudah cukup banyak routing protocol yang
dikembangkan, seperti RIP, EIGRP, OSPF, BGP, IS-IS, dan sebagainya.
Ada yang bersifat open (terbuka dan didukung berbagai vendor tertentu)
ada juga yang bersifat proprietary (hanya untuk perangkat vendor
tertentu). Kadangkala ada kemiripan antara satu protokol routing dengan
yang lain, sehingga cukup sulit untuk menguasai semuanya. (Sofana,
2012:86-88)
16
Protokol routing
bisa dikelompokkan menjadi beberapa jenis. Di
masa awal perkembangan Internet, hanya ada dua jenis protokol routing,
yaitu:
• Gateway to Gateway Protocol (GGP), digunakan pada core
internetwork.
• Exterior Gateway Protocol (EGP), digunakan antara core dan noncore router (router standalone yang terhubung dengan network
internal).
Namun, saat ini ada protokol routing telah berkembang menjadi lebih
kompleks. Jika dilihat dari cakupannya, maka protokol routing bisa
dikelompokkan menjadi:
1. Interior Routing Protocol
Disebut juga Interior Gateway protocol, protokol yang
termasuk dalam kategori ini adalah: RIP, RIPv2, RIPng, IGRP,
EIGRP, untuk ipv6, OSPF, OSPFv2, OSPFv3, IS-IS, IS-IS untuk
ipv6. Kata interior disini dimaksudkan untuk menunjukan bahwa
protokol tersebut hanya bekerja di dalam sebuah independent
network system atau autonomous system (AS).
2. Exterior Routing Protocol
Disebut juga Exterior Gateway Protocol, protokol yang
termasuk dalam kategori ini adalah: EGP, BGPv4, BGPv4 untuk
ipv6. Kata exterior disini dimaksudkan untuk menunjukan bahwa
protokol tersebut dapat bekerja antar beberapa buah independent
atau autonomous system (AS).
Jika dilihat dari algoritma atau prosesnya maka protokol routing dapat
dibagi menjadi:
1. Distance Vector
Merupakan jenis protokol lama. Beberapa ciri distance vector:
• Distance
Distance atau jarak untuk mencapai tujuan akhir. Distance
dapat ditemukan berdasarkan cost yang ditentukan dari jumlah
host (hitungan hop) yang dilalui rute atau jumlah total
perhitungan metric pada rute tersebut. Informasi diperoleh dari
router tetangga yang terhubung langsung dengannya.
17
• Vector
Vector merupakan arah traffic. Ketika data akan di-forward
ke tujuan maka data tersebut pasti akan melalui network
interface hingga dapat mencapai tujuan.
• Perubahan topologi network biasanya akan direspon oleh
protokol secara lambat. Istilahnya adalah slow converge.
• Merupakan classful routing protocol, artinya tidak mendukung
Variable Length Subnet Mask (VLSM) dan Classless Inter
Domain Routing (CIDR).
• Tidak mudah diimplementasikan pada network berskala besar.
• Menggunakan algoritma Bellma dan Ford.
Contoh protokolya: RIP, RIPv2, RIPng, IGRP, AppleTalk.
2. Link State
Merupakan jenis protokol yang lebih baru. Beberapa ciri link state:
• Link State dapat menentukan status dan tipe koneksi setiap link
dan menghasilkan sebuah perhitungan metric berdasarkan
beberapa faktor termasuk yang ditentukan oleh network
administrator.
• Protokol dapat mengetahui apakah link sedang up atau down,
dan dapat mengetahui seberapa cepat untuk mencapai kesana.
Link state akan memilih rute tercepat meskipun harus melalui
banyak network interface, dibandingkan rute yang lambat
meskipun hanya terdapat sedikit network interface.
• Dapat
mengetahui
perubahan
topologi
network
dengan
cepat disebut fast converge.
• Merupakan classless routing protocol, artinya mendukung
Variable Length Subnet Mask (VLSM) dan Classless Inter
Domain Routing (CIDR).
• Cocok diimplementasikan pada network skala besar.
• Menggunakan algoritma Dijkstra.
Contoh protokolnya: OSPF, OSPFv2, OSPFv3, IS-IS, IS-IS untuk
ipv6.
18
3. Hybrid
Contoh protokolnya: EIGRP, EIGRP untuk ipv6.
2.2.2 Bandwidth dan Throughput
2.2.2.1 Pengertian Bandwidth
Menurut Sofana (2011: 96), bandwidth dapat diartikan sebagai
jumlah bit-bit yang ditransmisikan dalam waktu tertentu. Sebagai
contoh, sebuah network dengan bandwidth 10 Mbps artinya
network tersebut mampu mentransmisikan data sebanyak 10x106
bit per detik. Bandwidth dapat juga diartikan sebagai “berapa
lama” waktu yang diperlukan untuk mengirim sebuah bit data.
2.2.2.2 Metode Pengendalian Traffic
Menurut Santosa (2006: 3-4), dalam mengendalikan traffic,
administrator jaringan bisa memilih beberapa metode:
• Prioritas
Pada metode prioritas, paket data yang melintasi gateway
diberikan prioritas berdasarkan port, alamat IP atau subnet.
Jika traffic pada gateway sedang tinggi maka prioritas
dengan nilai terendah (nilai paling rendah berarti prioritas
tertinggi) akan diproses terlebih dahulu, sedangkan yang
lainnya akan diberikan ke antrian atau dibuang.
• FIFO (First In First Out)
Pada metode FIFO, jika traffic melebihi nilai set maka
paket data akan dimasukkan ke antrian, paket data tidak
mengalami pembuangan hanya tertunda beberapa saat.
Paket data jika melebihi batas konfigurasi akan dimasukkan
ke dalam antrian dan pada saat jaringan LAN tidak sibuk
maka paket data dalam antrian akan dikeluarkan.
• Penjadwalan
Metode penjadwalan memiliki kemampuan membagi paket
data ke dalam ukuran yang sama besar, kemudian
memasukkan ke dalam beberapa antrian.
19
• Shape & Drop
Shape & drop merupakan metode paling cocok serta efektif
untuk jaringan yang memiliki beben traffic yang sangat
tinggi. Jika traffic melebihi nilai set maka paket data akan
dimasukna ke dalam antrian sehingga traffic menurun
secara perlahan.
2.2.2.3 Throughput
Throughput adalah jumlah bit yang diterima dengan sukses
perdetik
melalui
sebuah
sistem
atau
media
komunikasi
(kemampuan sebenarnya suatu jaringan dalam melakukan
pengiriman data). Throughput diukur setelah transmisi data
(host/client) karena suatu sistem akan menambah delay yang
disebabkan processor limitations, kongesti jaringan buffering
inefficients error transmisi traffic loads atau mungkin desain
hardware yang tidak mencukupi. Aspek utama throughput yaitu
berkisar pada ketersediaan bandwidth yang cukup untuk
menjalankan aplikasi.
2.2.3 Quality of Service (QoS)
2.2.3.1 Pengertian Quality of Service (QoS)
Menurut Forouzan (2010:752-753), QoS merupakan suatu
aliran data yang berusaha untuk dicapai. Meskipun QoS dapat
diterapkan baik data tekstual maupun multimedia, itu bisa lebih
bermasalah ketika berhadapan dengan QoS multimedia. Terdapat
empat karakteristik dari sebuah aliran, yaitu:
• Reliability
Reliability merupakan karakteristik yang diperlukan dari
sebuah aliran. Kurangnya reliability berarti kehilangan
paket atau acknowledgment, yaitu yang diperlukan untuk
retransmission. Akan tetapi, kepekaan dari suatu program
aplikasi akan reliability tidaklah sama.
• Delay
Penundaan
dari
source
menuju
destination
adalah
karaktersitik lainnya. Aplikasi dapat mentolerir delay dalam
20
derajat yang berbeda. Dalam kasus ini, telepon, audio
conferencing, video conferencing, dan remote log-in
membutuhkan minimum delay, sementara delay untuk file
transfer atau e-mail kurang penting.
• Jitter
Jitter merupakan variasi dalam delay untuk paket yang
tergabung pada aliran yang sama. Jitter yang tinggi berarti
perbedaan antar delay sangat besar, sementara jitter yang
rendah berarti variasinya kecil.
• Bandwidth
Aplikasi yang berbeda memerlukan bandwidth yang
berbeda.
2.2.3.2 Pentingnya Quality of Service (QoS)
Menurut Rizaldi, dkk (2010: 4-7), ada beberapa alasan
mengapa QoS dibutuhkan, yaitu:
• Untuk memberikan prioritas untuk aplikasi-aplikasi yang
kritis pada jaringan.
• Untuk memaksimalkan penggunaan investasi jaringan yang
sudah ada.
• Untuk meningkatkan performansi untuk aplikasi-aplikasi
yang sensitif terhadap delay, seperti voice dan video.
• Untuk merespon terhadap adanya perubahan-perubahan
pada aliran trafik di jaringan.
Saat ini di kebanyakan jaringan di perkantoran tidak begitu
memperhatikan
QoS.
Dengan
berkembangnya
aplikasi-
aplikasi, misalnya mulicast, streaming multimedia, dan Voice
over IP (VoIP) kebutuhan akan QoS akan semakin terasa.
Terlebih
lagi
aplikasi-aplikasi
tersebut
membutuhkan
pembagian QoS yang merata, jika tidak maka akan mengalami
performansi yang buruk, sehingga sangat terasa pada end user.
21
2.2.3.3 Parameter Quality of Service (QoS)
• Rate
Rasio jumlah bits yang dipindahkan/ditransmisikan antar
dua perangkat dalam satuan waktu tertentu, umumnya dalam
detik. Bit rate sama dengan istilah lain data rate, data transfer
rate dan bit time.
• Latency
Latency didefinisikan sebagai total waktu tunda suatu paket
yang diakibatkan oleh proses transmisi dari satu titik ke titik
lain yang menjadi tujuannya.
• Packet loss atau error
Packet
loss
merupakan
suatu
parameter
yang
menggambarkan suatu kondisi yang menunjukkan jumlah total
paket yang hilang. Salah satu penyebab paket loss adalah
antrian yang melebihi kapasitas buffer pada setiap node.
• Jitter
Jitter didefinisikan sebagai variasi dari delay atau variasi
waktu kedatangan paket. Banyak hal yang dapat menyebabkan
jitter, diantaranya adalah peningkatan trafik secara tiba-tiba
sehingga
menyebabkan
penyempitan
bandwith
dan
menimbulkan antrian. Selain itu, kecepatan terima dan kirim
paket dari setiap node juga dapat menyebabkan jitter.
2.2.4 Access List
Menurut Sofana (2012:313,318-319), access control list (ACL)
merupakan sebuah metode yang digunakan untuk menyeleksi paket-paket
yang keluar masuk network. Jika tidak yakin dengan asal-usul paket yang
datang maka sebaiknya paket tersebut "dibuang" saja. Hal ini untuk
menghindari kemungkinan masuknya "penyusup" ke network yang sedang
dikelola. Prinsip inilah yang diterapkan oleh ACL.
22
ACL merupakan sekumpulan packet filters yang diimplementasikan
di router atau gateway. Perangkat semacam ini dapat mengendalikan
keluar masuknya paket (berdasarkan IP address asal/tujuan). Ada beberapa
tipe ACL, yaitu:
• Standard IP
• Extended IP
• IPX
• AppleTalk
Pada penelitian ini hanya akan disinggung ACL jenis Standard dan
Extended IP, karena kedua jenis ACL tersebut merupakan teori pendukung
yang dibutuhkan pada penelitian ini. Secara umum boleh membuat 99
buah Standard IP ACL yang diberi nomor 1-99 dan 99 buah Extended IP
ACL yang diberi nomor 100-199.
• Standard IP ACL
Merupakan jenis ACL yang hanya dapat digunakan untuk
mengizinkan (permit/allow) atau melarang (deny) traffic dari IP
address tertentu. Dengan kata lain, hanya dapat menyeleksi source
IP dari paket-paket yang datang. Sedangkan destination dan port
tidak dapat di-filter.
• Extended IP ACL
Merupakan jenis ACL yang dapat digunakan untuk mengatur
traffic berdasarkan source/destination IP address dan port. Pada
extended ACL juga dapat menentukan berbagai protokol, seperti
ICMP,TCP,UDP, dan sebagainya. Dapat dikatakan bahwa,
extended IP ACL mampu menangani bebagai kondisi firewall.
23
2.2.5 GNS3
Menurut Sofana (2012:14), GNS3 adalah aplikasi simulator network.
Dengan bantuan GNS3 maka dapat membuat diagram topologi network.
Kemudian topologi tersebut dapat "dihidupkan". Seolah-olah dapat
berhadapan dengan network sungguhan.
GNS atau Graphical Network Simulator merupakan salah satu
aplikasi
aplikasi
emulator
yang
dapat
di-download
dari
situs
http://www.gns3.net/download. Agar GNS3 dapat berjalan dengan baik
maka wajib menyiapkan: (Sofana, 2011:258)
• Komputer dengan RAM dan prosesor yang memadai.
• Aplikasi GNS3.
• Cisco IOS image dari Cisco Router tipe 7200 (atau tipe yang lain).
2.2.6 Policy Based Routing (PBR)
2.2.6.1 Pengertian Policy Based Routing (PBR)
Menurut Putra (2013: 1-3), Policy Based Routing (PBR)
merupakan
sebuah
metode
yang
memungkinkan
untuk
menerapkan policy pada routing, mengizinkan atau menolak suatu
rute atau lintasan didasarkan bukan hanya pada alamat tujuan
(destination based) tapi juga berdasarkan alamat sumber (source
address), tipe trafik, protokol aplikasi, ukuran paket dan lain-lain.
PBR menyediakan mekanisme untuk mengekspresikan dan
menerapkan forwarding dan routing paket berdasarkan kebijakan
yang ditetapkan administrator jaringan. Mekanismenya menjadi
lebih fleksibel melengkapi mekanisme yang sudah ada pada
protokol routing. Trafik dapat dialihkan melalui jalur khusus
sesuai dengan yang diinginkan.
2.2.6.2 Manfaat Policy Based Routing (PBR)
Manfaat dari Policy Based Routing adalah:
• Fleksibilitas dalam routing
Kebijakan routing memungkinkan administrator jaringan
untuk menyediakan akses berdasarkan alamat sumber.
24
• Penghematan biaya
Biaya hemat dengan menggunakan jalur alternatif trafik IP
dapat dimanipulasi dengan PBR, misalnya, lalu lintas
seperti transfer file besar dapat dikirim melalui link murah
dan bandwidth rendah, sedangkan lebih sensitif terhadap
waktu, lalu lintas pengguna interaktif dikirim melalui high
cost dan link kecepatan lebih tinggi. Suatu organisasi dapat
mengarahkan trafik massal terkait dengan aktivitas spesifik
untuk menggunakan bandwidth yang lebih tinggi, link biaya
tinggi untuk waktu yang singkat dan terus konektivitas
dasar atas bandwidth yang lebih rendah, biaya rendah link
untuk trafik interaktif.
• Load Sharing
Kebijakan routing dapat digunakan untuk keseimbangan
beban trafik dibeberapa path dan merata berdasarkan
karakteristik lalu lintas versus biaya rute. Selain beban,
berbagi kemampuan dinamis yang ditawarkan oleh tujuan
based routing bahwa perangkat lunak selalu mendukung,
manajer jaringan sekarang dapat menerapkan kebijakan
untuk mendistribusikan traffic antara beberapa jalur
berdasarkan pada karakteristik traffic.
Download