BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Teori Umum Berikut ini disertakan teori berkaitan dengan jaringan komputer yang digunakan dalam penelitian ini. 2.1.1 Pengertian Jaringan Komputer Jaringan komputer (computer networks) adalah himpunan interkoneksi sejumlah komputer autonomous. Kata “autonomous” mengandung pengertian bahwa komputer tersebut memiliki kendali atas dirinya sendiri. Bukan merupakan bagian komputer lain, seperti sistem terminal yang biasa digunakan pada computer mainframe. Komputer juga tidak mengendalikan komputer lain yang dapat mengakibatkan komputer lain restart, shutdown, merusak file dan sebagainya. Dua buah komputer dikatakan “interkoneksi” apabila keduanya bisa berbagi resources yang dimiliki, seperti saling bertukar data/informasi, berbagi printer, berbagi media penyimpanan (hard disk, floppy disk, CD ROM, flash disk, dan sebagainya). Data berupa teks, audio maupun video, mengalir melalui media jaringan (baik kabel atau nirkabel) sehingga memungkinkan pengguna jaringan komputer bertukar file/data, menggunakan printer yang sama, menggunakan hardware atau software yang terhubung dalam jaringan. Jadi, jaringan komputer dapat dikatakan sebagai kumpulan beberapa buah komputer yang terhubung satu sama lain dan dapat saling berbagi resources. (Sofana, 2012:4) 2.1.2 Jenis Jaringan Komputer Menurut Sofana (2012:108), jenis jaringan komputer berdasarkan luas daerahnya dapat dibedakan menjadi: • PAN (Personal Area Network) PAN merupakan jaringan komputer yang dibentuk oleh beberapa buah komputer atau antara komputer dengan peralatan non-komputer (seperti: printer, mesin fax, PDA). Sebuah PAN 5 6 dapat dibangun menggunakan teknologi wire dan wireless network. Teknologi wire PAN biasanya mengandalkan perangkat USB dan Firewire. Sedangkan wireless PAN mengandalkan teknologi Bluetooth, WiFi, dan Infrared. Cakupan area PAN sangat terbatas, yaitu sekitar 9-10 meter. Namun dengan semakin canggihnya perkembangan teknologi maka cakupan PAN dapat diperluas lagi. (Sofana, 2012:111) • LAN (Local Area Network) LAN berhubungan dengan area network yang berukuran relatif kecil. Oleh sebab itu, LAN dapat dikembangkan dengan mudah dan mendukung kecepatan transfer data cukup tinggi. Ada 4 topologi fisik LAN, yaitu: (Sofana, 2012:113-114) • Topologi Bus Topologi bus menggunakan sebuah kabel backbone dan semua host terhubung secara langsung pada kabel tersebut. Gambar 2.1 Topologi Bus (Sumber: http://med.unhas.ac.id/neo/materikuliah/jarkom/chapter2.pdf, diakses 16 Oktober 2014) • Topologi Star Topologi Star menghubungkan semua komputer pada sentral atau konsentrator. Biasanya konsentrator adalah hub atau switch. 7 Gambar 2.2 Topologi Star (Sumber: http://med.unhas.ac.id/neo/materikuliah/jarkom/chapter2.pdf, diakses 16 Oktober 2014) • Topologi Tree Topologi jaringan ini disebut juga sebagai topologi jaringan bertingkat. Topologi ini biasanya digunakan untuk interkoneksi antar sentral dengan hirarki yang berbeda. (Syamsu, 2008: 4) Gambar 2.3 Topologi Tree (Sumber: http://med.unhas.ac.id/neo/materikuliah/jarkom/chapter2.pdf, diakses 16 Oktober 2014) 8 • Topologi Ring Topologi ring menghubungkan host dengan host lainnnya hingga membentuk ring (lingkaran tertutup). Gambar 2.4 Topologi Ring (Sumber: http://med.unhas.ac.id/neo/materikuliah/jarkom/chapter2.pdf, diakses 16 Oktober 2014) • Topologi Mesh Topologi mesh menghubungkan setiap komputer secara point-to-point. Artinya semua komputer akan saling terhubung sehingga tidak dijumpai ada link yang putus. 9 Gambar 2.5 Topologi Mesh (Sumber:http://med.unhas.ac.id/neo/materikuliah/jarkom/chapter2.pdf, diakses 16 Oktober 2014) • MAN (Metropolitan Area Network) MAN merupakan jaringan komputer yang meliputi area seukuran kota atau gabungan LAN yang dihubungkan menjadi sebuah jaringan besar. MAN bisa saja gabungan jaringan komputer beberapa sekolah atau kampus. MAN dapat diimplementasikan pada wire atau wireless network. MAN dapat memanfaatkan jaringan TV kabel yang umumnya menggunakan kabel jenis coaxial atau serat optik. Dewasa ini, infrastruktur MAN mulai dipadukan dengan teknologi wireless. Karena tidak memerlukan instalasi kabel yang cukup rumit dan mahal, wireless network dapat menjangkau area yang sulit dijangkau oleh kabel. (Sofana, 2012:112) • WAN (Wide Area Network) WAN merupakan beberapa LAN yang dihubungkan dengan media komunikasi publik atau media lainnya, seperti jaringan telpon dan melibatkan area geografis yang cukup besar, seperti antarnegara. WAN biasanya mellibatkan “campur tangan” provider 10 atau pemerintah sebagai penyedia infrastruktur jaringan. Hal ini merupakan konsekuensi yang sangat logis karena tidak mungkin personal mampu menyediakan kabel dan peralatan yang menghubungkan network sebuah negara atau bahkan lebih besar lagi. Jika pada LAN dapat mendefinisikan berbagai topologi dasar, seperti Bus, Star, Ring, dan sebagainya, maka pada WAN juga ada topologi yang mirip dengan topologi LAN. Tentu saja topologi WAN hanya sama dari segi nama, namun berbeda dari segi bentuk dan teknologi yang digunakan. Pada umumnya topologi yang digunakan WAN adalah topologi partial-mesh dan Fully mesh. Namun beberapa sumber menyebutkan bahwa topologi WAN tidak hanya Mesh, bisa juga berupa berupa: (Sofana, 2012:191,195) • Peer-to-peer Gambar 2.6 Topologi Peer-to-Peer (Sumber: Sofana, 2012:193) 11 • Star Gambar 2.7 Topologi Star (Sumber: Sofana, 2012:194) • Ring Gambar 2.8 Topologi Ring (Sumber: Sofana, 2012:193) • Mesh Gambar 2.9 Topologi Mesh (Sumber: Sofana, 2012:194) 12 • Tiered Gambar 2.10 Topologi Tiered (Sumber: Sofana, 2012:195) Meskipun secara diagram hampir mirip dengan topologi LAN, namun teknologi yang digunakan sangat berbeda sehingga tidak dapat begitu saja menerapkan pengetahuan yang sudah diperoleh saat mempelajari LAN untuk memahami WAN. 2.1.3 Perangkat Jaringan 1. Router Router sering digunakan untuk menghubungkan beberapa network, baik network yang sama maupun berbeda dari segi teknologi. Router juga digunakan untuk membagi network besar menjadi beberapa buah subnet network (network kecil). Setiap subnet network seolah-oleh “terisolir” dari network lainnya. Hal ini dapat membagi traffic yang akan berdampak positif pada performa network. Sebuah router memilik kemampuan routing. Artinya router secara cerdas dapat mengetahui kemana rute perjalanan informasi (yang biasa disebut paket) akan dilewatkan. Jika paket-paket ditujukan untuk host pada network lain maka router akan meneruskannya ke network tersebut. Sebaliknya, jika paket-paket ditujukan untuk host yang satu network maka router akan menghalangi paket-paket keluar, sehingga paket-paket tidak “membanjiri” network yang lain. (Sofana, 2012:58) 13 Router bisa dikelompokan menjadi 3 kategori, yaitu: • Fixed access router Kelompok router yang memiliki interface tetap (tidak dapat diganti). Biasannya digunakan untuk membangun WAN yang sederhana. • Modular access router Kelompok router yang memiliki interface yang dapat diganti sesuai kebutuhan. Biasanya digunakan untuk membangun WAN yang lebih kompleks. • Modular access router for enterprise Kelompok router dengan interface yang dapat diganti sesuai kebutuhan dan menyediakan fitur tambahan yang cocok digunakan untuk membangun WAN yang kompleks. 2. Switch Menurut Sofana (2012:70), Switch biasa disebut multiport bridge karena cara kerja switch mirip dengan bridge. Switch berfungsi sebagai sentral atau konsentrator pada sebuah network. Switch dapat mempelajari alamat hardware host tujuan, sehingga informasi (disebut frame) bisa langsung dikirim ke host tujuan. Switch yang lebih cerdas dapat mengecek frame yang error dan dapat mem-blok frame yang error tersebut. Dilihat dari cara kerjannya, maka switch dapat dikelompokan menjadi beberapa jenis, yaitu: • Cut through atau fast forward Switch jenis ini hanya mengecek alamat tujuan (yang ada pada header frame). Selanjutnya frame akan diteruskan ke host tujuan. Kondisi ini dapat mengurangi “waktu tunggu” atau latency. Kelemahan dari ini yaitu tidak dapat mengecek frame yang error sehingga frame yang error tetap diteruskan ke host tujuan. 14 • Store and forward Switch jenis ini akan menyimpan semua frame untuk sementara waktu sebelum diteruskan ke host tujuan. Seluruh frame akan dicek melalui mekanisme CRC (Cyclic Redundant Check). Jika ditemukan error maka frame akan “dibuang” dan tidak diteruskan ke host tujuan. Switch jenis ini paling “terpercaya” di antara jenis lainnya. Kelemahan dari switch ini adalah meningkatnya latency akibat adanya proses pengecekan seluruh frame yang melalui switch. 2.1.4 OSI Layer Menurut Sofana (2012:18-20), OSI Reference Model atau model referensi OSI terdiri atas lapisan berjumlah 7 buah (layer). ketujuh buah layer tersebut adalah: 1. Physical Layer ini menentukan masalah kelistrikan/gelombang dan berbagai prosedur/fungsi yang berkaitan dengan link fisik, seperti besar tegangan/arus listrik, panjang media transmisi, pergantian fasa, jenis kabel, dan konektor. 2. Data Link Menentukan pengalamatan fisik (hardware address), error notification (pendeteksi error), frame flow control (kendali aliran frame), dan topologi network. Ada 2 sublayer pada data link, yaitu: • Logical Link Control (LLC) LLC mengatur komunikasi, seperti error notification dan flow control. • Media Access Control (MAC) MAC mengatur pengalamatan fisik yang digunakan dalam proses komunikasi antar adapter. 15 3. Network Menentukan rute yang dilalui oleh data. Layer ini menyediakan logical addressing (pengalamatan logika) dan path determination (penentuan rute tujuan). 4. Transport Menyediakan end-to-end communication protocol. Layer ini bertanggung jawab terhadap "keselamatan data", seperti mengatur flow control (kendali aliran data), error detection (deteksi error), data sequencing (urutan data), dan size of the packet (ukuran paket). 5. Session Mengatur sesi (session) yang meliputi establishing (memulai sesi), maintaining (mempertahankan sesi), dan terminating (mengakhiri sesi) antar entitas yang dimiliki presentation layer. 6. Presentation Mengatur konversi dan translasi berbagai format data, seperti kompresi data dan enkripsi data. 7. Application Menyediakan servis bagi berbagai aplikasi network. 2.2 Teori Khusus 2.2.1 Routing Protokol routing merupakan salah satu komponen terpenting pada network TCP/IP. Protokol routing secara dinamis berkomunikasi untuk menentukan rute terbaik mencapai tujuan. Paket di-forward dari satu router ke router yang lain. Sudah cukup banyak routing protocol yang dikembangkan, seperti RIP, EIGRP, OSPF, BGP, IS-IS, dan sebagainya. Ada yang bersifat open (terbuka dan didukung berbagai vendor tertentu) ada juga yang bersifat proprietary (hanya untuk perangkat vendor tertentu). Kadangkala ada kemiripan antara satu protokol routing dengan yang lain, sehingga cukup sulit untuk menguasai semuanya. (Sofana, 2012:86-88) 16 Protokol routing bisa dikelompokkan menjadi beberapa jenis. Di masa awal perkembangan Internet, hanya ada dua jenis protokol routing, yaitu: • Gateway to Gateway Protocol (GGP), digunakan pada core internetwork. • Exterior Gateway Protocol (EGP), digunakan antara core dan noncore router (router standalone yang terhubung dengan network internal). Namun, saat ini ada protokol routing telah berkembang menjadi lebih kompleks. Jika dilihat dari cakupannya, maka protokol routing bisa dikelompokkan menjadi: 1. Interior Routing Protocol Disebut juga Interior Gateway protocol, protokol yang termasuk dalam kategori ini adalah: RIP, RIPv2, RIPng, IGRP, EIGRP, untuk ipv6, OSPF, OSPFv2, OSPFv3, IS-IS, IS-IS untuk ipv6. Kata interior disini dimaksudkan untuk menunjukan bahwa protokol tersebut hanya bekerja di dalam sebuah independent network system atau autonomous system (AS). 2. Exterior Routing Protocol Disebut juga Exterior Gateway Protocol, protokol yang termasuk dalam kategori ini adalah: EGP, BGPv4, BGPv4 untuk ipv6. Kata exterior disini dimaksudkan untuk menunjukan bahwa protokol tersebut dapat bekerja antar beberapa buah independent atau autonomous system (AS). Jika dilihat dari algoritma atau prosesnya maka protokol routing dapat dibagi menjadi: 1. Distance Vector Merupakan jenis protokol lama. Beberapa ciri distance vector: • Distance Distance atau jarak untuk mencapai tujuan akhir. Distance dapat ditemukan berdasarkan cost yang ditentukan dari jumlah host (hitungan hop) yang dilalui rute atau jumlah total perhitungan metric pada rute tersebut. Informasi diperoleh dari router tetangga yang terhubung langsung dengannya. 17 • Vector Vector merupakan arah traffic. Ketika data akan di-forward ke tujuan maka data tersebut pasti akan melalui network interface hingga dapat mencapai tujuan. • Perubahan topologi network biasanya akan direspon oleh protokol secara lambat. Istilahnya adalah slow converge. • Merupakan classful routing protocol, artinya tidak mendukung Variable Length Subnet Mask (VLSM) dan Classless Inter Domain Routing (CIDR). • Tidak mudah diimplementasikan pada network berskala besar. • Menggunakan algoritma Bellma dan Ford. Contoh protokolya: RIP, RIPv2, RIPng, IGRP, AppleTalk. 2. Link State Merupakan jenis protokol yang lebih baru. Beberapa ciri link state: • Link State dapat menentukan status dan tipe koneksi setiap link dan menghasilkan sebuah perhitungan metric berdasarkan beberapa faktor termasuk yang ditentukan oleh network administrator. • Protokol dapat mengetahui apakah link sedang up atau down, dan dapat mengetahui seberapa cepat untuk mencapai kesana. Link state akan memilih rute tercepat meskipun harus melalui banyak network interface, dibandingkan rute yang lambat meskipun hanya terdapat sedikit network interface. • Dapat mengetahui perubahan topologi network dengan cepat disebut fast converge. • Merupakan classless routing protocol, artinya mendukung Variable Length Subnet Mask (VLSM) dan Classless Inter Domain Routing (CIDR). • Cocok diimplementasikan pada network skala besar. • Menggunakan algoritma Dijkstra. Contoh protokolnya: OSPF, OSPFv2, OSPFv3, IS-IS, IS-IS untuk ipv6. 18 3. Hybrid Contoh protokolnya: EIGRP, EIGRP untuk ipv6. 2.2.2 Bandwidth dan Throughput 2.2.2.1 Pengertian Bandwidth Menurut Sofana (2011: 96), bandwidth dapat diartikan sebagai jumlah bit-bit yang ditransmisikan dalam waktu tertentu. Sebagai contoh, sebuah network dengan bandwidth 10 Mbps artinya network tersebut mampu mentransmisikan data sebanyak 10x106 bit per detik. Bandwidth dapat juga diartikan sebagai “berapa lama” waktu yang diperlukan untuk mengirim sebuah bit data. 2.2.2.2 Metode Pengendalian Traffic Menurut Santosa (2006: 3-4), dalam mengendalikan traffic, administrator jaringan bisa memilih beberapa metode: • Prioritas Pada metode prioritas, paket data yang melintasi gateway diberikan prioritas berdasarkan port, alamat IP atau subnet. Jika traffic pada gateway sedang tinggi maka prioritas dengan nilai terendah (nilai paling rendah berarti prioritas tertinggi) akan diproses terlebih dahulu, sedangkan yang lainnya akan diberikan ke antrian atau dibuang. • FIFO (First In First Out) Pada metode FIFO, jika traffic melebihi nilai set maka paket data akan dimasukkan ke antrian, paket data tidak mengalami pembuangan hanya tertunda beberapa saat. Paket data jika melebihi batas konfigurasi akan dimasukkan ke dalam antrian dan pada saat jaringan LAN tidak sibuk maka paket data dalam antrian akan dikeluarkan. • Penjadwalan Metode penjadwalan memiliki kemampuan membagi paket data ke dalam ukuran yang sama besar, kemudian memasukkan ke dalam beberapa antrian. 19 • Shape & Drop Shape & drop merupakan metode paling cocok serta efektif untuk jaringan yang memiliki beben traffic yang sangat tinggi. Jika traffic melebihi nilai set maka paket data akan dimasukna ke dalam antrian sehingga traffic menurun secara perlahan. 2.2.2.3 Throughput Throughput adalah jumlah bit yang diterima dengan sukses perdetik melalui sebuah sistem atau media komunikasi (kemampuan sebenarnya suatu jaringan dalam melakukan pengiriman data). Throughput diukur setelah transmisi data (host/client) karena suatu sistem akan menambah delay yang disebabkan processor limitations, kongesti jaringan buffering inefficients error transmisi traffic loads atau mungkin desain hardware yang tidak mencukupi. Aspek utama throughput yaitu berkisar pada ketersediaan bandwidth yang cukup untuk menjalankan aplikasi. 2.2.3 Quality of Service (QoS) 2.2.3.1 Pengertian Quality of Service (QoS) Menurut Forouzan (2010:752-753), QoS merupakan suatu aliran data yang berusaha untuk dicapai. Meskipun QoS dapat diterapkan baik data tekstual maupun multimedia, itu bisa lebih bermasalah ketika berhadapan dengan QoS multimedia. Terdapat empat karakteristik dari sebuah aliran, yaitu: • Reliability Reliability merupakan karakteristik yang diperlukan dari sebuah aliran. Kurangnya reliability berarti kehilangan paket atau acknowledgment, yaitu yang diperlukan untuk retransmission. Akan tetapi, kepekaan dari suatu program aplikasi akan reliability tidaklah sama. • Delay Penundaan dari source menuju destination adalah karaktersitik lainnya. Aplikasi dapat mentolerir delay dalam 20 derajat yang berbeda. Dalam kasus ini, telepon, audio conferencing, video conferencing, dan remote log-in membutuhkan minimum delay, sementara delay untuk file transfer atau e-mail kurang penting. • Jitter Jitter merupakan variasi dalam delay untuk paket yang tergabung pada aliran yang sama. Jitter yang tinggi berarti perbedaan antar delay sangat besar, sementara jitter yang rendah berarti variasinya kecil. • Bandwidth Aplikasi yang berbeda memerlukan bandwidth yang berbeda. 2.2.3.2 Pentingnya Quality of Service (QoS) Menurut Rizaldi, dkk (2010: 4-7), ada beberapa alasan mengapa QoS dibutuhkan, yaitu: • Untuk memberikan prioritas untuk aplikasi-aplikasi yang kritis pada jaringan. • Untuk memaksimalkan penggunaan investasi jaringan yang sudah ada. • Untuk meningkatkan performansi untuk aplikasi-aplikasi yang sensitif terhadap delay, seperti voice dan video. • Untuk merespon terhadap adanya perubahan-perubahan pada aliran trafik di jaringan. Saat ini di kebanyakan jaringan di perkantoran tidak begitu memperhatikan QoS. Dengan berkembangnya aplikasi- aplikasi, misalnya mulicast, streaming multimedia, dan Voice over IP (VoIP) kebutuhan akan QoS akan semakin terasa. Terlebih lagi aplikasi-aplikasi tersebut membutuhkan pembagian QoS yang merata, jika tidak maka akan mengalami performansi yang buruk, sehingga sangat terasa pada end user. 21 2.2.3.3 Parameter Quality of Service (QoS) • Rate Rasio jumlah bits yang dipindahkan/ditransmisikan antar dua perangkat dalam satuan waktu tertentu, umumnya dalam detik. Bit rate sama dengan istilah lain data rate, data transfer rate dan bit time. • Latency Latency didefinisikan sebagai total waktu tunda suatu paket yang diakibatkan oleh proses transmisi dari satu titik ke titik lain yang menjadi tujuannya. • Packet loss atau error Packet loss merupakan suatu parameter yang menggambarkan suatu kondisi yang menunjukkan jumlah total paket yang hilang. Salah satu penyebab paket loss adalah antrian yang melebihi kapasitas buffer pada setiap node. • Jitter Jitter didefinisikan sebagai variasi dari delay atau variasi waktu kedatangan paket. Banyak hal yang dapat menyebabkan jitter, diantaranya adalah peningkatan trafik secara tiba-tiba sehingga menyebabkan penyempitan bandwith dan menimbulkan antrian. Selain itu, kecepatan terima dan kirim paket dari setiap node juga dapat menyebabkan jitter. 2.2.4 Access List Menurut Sofana (2012:313,318-319), access control list (ACL) merupakan sebuah metode yang digunakan untuk menyeleksi paket-paket yang keluar masuk network. Jika tidak yakin dengan asal-usul paket yang datang maka sebaiknya paket tersebut "dibuang" saja. Hal ini untuk menghindari kemungkinan masuknya "penyusup" ke network yang sedang dikelola. Prinsip inilah yang diterapkan oleh ACL. 22 ACL merupakan sekumpulan packet filters yang diimplementasikan di router atau gateway. Perangkat semacam ini dapat mengendalikan keluar masuknya paket (berdasarkan IP address asal/tujuan). Ada beberapa tipe ACL, yaitu: • Standard IP • Extended IP • IPX • AppleTalk Pada penelitian ini hanya akan disinggung ACL jenis Standard dan Extended IP, karena kedua jenis ACL tersebut merupakan teori pendukung yang dibutuhkan pada penelitian ini. Secara umum boleh membuat 99 buah Standard IP ACL yang diberi nomor 1-99 dan 99 buah Extended IP ACL yang diberi nomor 100-199. • Standard IP ACL Merupakan jenis ACL yang hanya dapat digunakan untuk mengizinkan (permit/allow) atau melarang (deny) traffic dari IP address tertentu. Dengan kata lain, hanya dapat menyeleksi source IP dari paket-paket yang datang. Sedangkan destination dan port tidak dapat di-filter. • Extended IP ACL Merupakan jenis ACL yang dapat digunakan untuk mengatur traffic berdasarkan source/destination IP address dan port. Pada extended ACL juga dapat menentukan berbagai protokol, seperti ICMP,TCP,UDP, dan sebagainya. Dapat dikatakan bahwa, extended IP ACL mampu menangani bebagai kondisi firewall. 23 2.2.5 GNS3 Menurut Sofana (2012:14), GNS3 adalah aplikasi simulator network. Dengan bantuan GNS3 maka dapat membuat diagram topologi network. Kemudian topologi tersebut dapat "dihidupkan". Seolah-olah dapat berhadapan dengan network sungguhan. GNS atau Graphical Network Simulator merupakan salah satu aplikasi aplikasi emulator yang dapat di-download dari situs http://www.gns3.net/download. Agar GNS3 dapat berjalan dengan baik maka wajib menyiapkan: (Sofana, 2011:258) • Komputer dengan RAM dan prosesor yang memadai. • Aplikasi GNS3. • Cisco IOS image dari Cisco Router tipe 7200 (atau tipe yang lain). 2.2.6 Policy Based Routing (PBR) 2.2.6.1 Pengertian Policy Based Routing (PBR) Menurut Putra (2013: 1-3), Policy Based Routing (PBR) merupakan sebuah metode yang memungkinkan untuk menerapkan policy pada routing, mengizinkan atau menolak suatu rute atau lintasan didasarkan bukan hanya pada alamat tujuan (destination based) tapi juga berdasarkan alamat sumber (source address), tipe trafik, protokol aplikasi, ukuran paket dan lain-lain. PBR menyediakan mekanisme untuk mengekspresikan dan menerapkan forwarding dan routing paket berdasarkan kebijakan yang ditetapkan administrator jaringan. Mekanismenya menjadi lebih fleksibel melengkapi mekanisme yang sudah ada pada protokol routing. Trafik dapat dialihkan melalui jalur khusus sesuai dengan yang diinginkan. 2.2.6.2 Manfaat Policy Based Routing (PBR) Manfaat dari Policy Based Routing adalah: • Fleksibilitas dalam routing Kebijakan routing memungkinkan administrator jaringan untuk menyediakan akses berdasarkan alamat sumber. 24 • Penghematan biaya Biaya hemat dengan menggunakan jalur alternatif trafik IP dapat dimanipulasi dengan PBR, misalnya, lalu lintas seperti transfer file besar dapat dikirim melalui link murah dan bandwidth rendah, sedangkan lebih sensitif terhadap waktu, lalu lintas pengguna interaktif dikirim melalui high cost dan link kecepatan lebih tinggi. Suatu organisasi dapat mengarahkan trafik massal terkait dengan aktivitas spesifik untuk menggunakan bandwidth yang lebih tinggi, link biaya tinggi untuk waktu yang singkat dan terus konektivitas dasar atas bandwidth yang lebih rendah, biaya rendah link untuk trafik interaktif. • Load Sharing Kebijakan routing dapat digunakan untuk keseimbangan beban trafik dibeberapa path dan merata berdasarkan karakteristik lalu lintas versus biaya rute. Selain beban, berbagi kemampuan dinamis yang ditawarkan oleh tujuan based routing bahwa perangkat lunak selalu mendukung, manajer jaringan sekarang dapat menerapkan kebijakan untuk mendistribusikan traffic antara beberapa jalur berdasarkan pada karakteristik traffic.