BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ekspor & Pertumbuhan Ekonomi Ekspor merupakan bentuk paling sederhana dalam sistem perdagangan internasional dan merupakan suatu strategi dalam memasarkan produksi ke luar negeri. Faktor-faktor seperti pendapatan negara yang dituju dan populasi penduduk merupakan dasar pertimbangan dalam pengembangan ekspor (Kotler dan Amstrong, 2001). Secara teoritis ekspor suatu barang dipengaruhi oleh suatu penawaran (supply) dan permintaan (demand). Dalam teori Perdagangan Internasional (Global Trade) disebutkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi ekspor dapat dilihat dari sisi permintaan dan sisi penawaran (Krugman dan Obstfeld, 2000). Dari sisi permintaan, ekspor dipengaruhi oleh harga ekspor, nilai tukar riil, pendapatan dunia dan kebijakan devaluasi. Sedangkan dari sisi penawaran, ekspor dipengaruhi oleh harga ekspor, harga domestik, nilai tukar riil, kapasitas produksi yang bisa diproksi melalui investasi, impor bahan baku, dan kebijakan deregulasi. Terdapat korelasi positif antara PDB dengan permintaan produk impor. Peningkatan PDB akan meningkatkan permintaan terhadap produk impor, demikian sebaliknya. Peningkatan impor sebagai akibat meningkatnya PDB negara importir dapat terlihat dari dua mekanisme sebagai berikut: 12 Universitas Sumatera Utara 1. Kenaikan PDB negara importir menyebabkan meningkatnya investasi. Peningkatan investasi menyebabkan meningkatnya kebutuhan akan barang impor antara lain barang-barang modal dan bahan baku sebagai input dalam proses produksi. Kebutuhan akan barang modal dan bahan baku yang ditawarkan (supply) oleh negara lain. 2. Kenaikan PDB negara importir menyebabkan meningkatnya kebutuhan produk final (final product) karena tidak semua dipenuhi oleh produksi dalam negeri. Ekspor dapat mempengaruhi pertumbuhan ekonomi dalam beberapa cara. Pertama, pengaruh langsung ekspor yaitu dengan adanya perbaikan teknologi bagi masing-masing negara yang melakukan kegiatan perdagangan luar negeri. Kedua, ekspor dapat membantu mengatasi kendala nilai tukar mata uang (exchange rate). Hal ini kemudian menjadi pendorong bagi sebuah negara untuk melakukan impor, termasuk impor barang modal. Ketiga, berdasarkan penelitian Levine dan Renelt (1992) dalam Alam (2003) diperoleh bukti bahwa perbandingan antara ekspor dengan PDB memiliki hubungan yang sangat kuat dengan perbandingan antara investasi dengan PDB. Terdapat hubungan tidak langsung antara ekspor dan pertumbuhan ekonomi (PDB) melalui investasi. Pertumbuhan ekonomi berasal dari nilai laju pertumbuhan produk domestik bruto (PDB). Salah satu indikator penting untuk menganalisis pembangunan ekonomi yang terjadi disuatu Negara adalah pertumbuhan ekonomi, yang diukur dari perbedaan produk domestik bruto (PDB tahun tertentu dengan tahun sebelumnya atau Universitas Sumatera Utara dapat dituliskan dalam persamaan matematika sederhana Yt-Yt-1/Yt-1 (Setiawan & Handoko, 2005). Dalam pandangan umum di kalangan peneliti bahwa pertumbuhan ekspor telah memberi kontribusi penting bagi negara-negara yang perekonomiannnya berorientasi pada ekspor. Penelitian mengenai keabsahan dari hipotesis export-led growth (ELG) dan growth-driven export (GDE) di Taiwan dengan menggunakan alat uji Granger causality melalui uji vector error correction model (VECM) dan menggunakan metodologi bound testing yang dikembangkan oleh Pesaran et al. (PSS, 2001). Hasil empiris membuktikan bahwa dalam jangka panjang adanya hubungan antara tingkat equilibrium diantara ekspor, output, syarat-syarat perdagangan dan produktifitas buruh/pekerja didalam model tersebut dan adanya hubungan timbal balik antara ekspor riil dan output riil (Shyh-Wei Chen, 2007). Dengan demikian, hasil test oleh Shyh-Wei Chen atas keuntungan dari strategi export-led growth agar tetap ditingkatkan di Taiwan. Produk-produk yang betul-betul kompetitif, penawaran dan permintaan dalam negeri/domestik akan tergantung pada harga dalam mata uang domestik, sedangkan permintaan dan penawaran asing akan bergantung pada harga dalam mata uang asing (Krugman dan Obstfeld, 2000). Dijelaskan pula bahwa perdagangan akan terjadi di suatu pasar apabila terdapat perbedaan harga pada waktu sebelum perdagangan, jika kedua negara menghasilkan produk yang sama. Selain berbagai faktor di atas, hubungan perdagangan antar negara yang mempengaruhi aktivitas ekspor-impor adalah nilai tukar mata uang setiap negara. Universitas Sumatera Utara Nilai tukar mata uang (exchange rate/kurs) memainkan peranan sentral dalam hubungan perdagangan internasional, karena exchange rate memungkinkan dapat membandingkan harga-harga barang dan jasa yang dihasilkan oleh suatu negara. Hal ini juga dijelaskan pula oleh Salvatore (2007) bahwa dalam melakukan transaksi perdagangan antar negara-negara, mereka menggunakan mata uang asing bukan mata uang negaranya. Mereka membutuhkan mata uang standar seperti US$ untuk bertransaksi. Apabila mata uang domestik terapresiasi terhadap mata uang asing maka harga impor bagi penduduk domestik menjadi lebih murah, tetapi apabila nilai mata uang domestik terdepresiasi maka nilai mata uang asing menjadi lebih mahal yang mengakibatkan ekspor bagi pihak luar negeri menjadi lebih murah. Dalam perekonomian terbuka (Blanchard, 2006) dinyatakan bahwa sebagian dari hasil produksi yang dijual didalam negeri maka sebagiannya lagi akan diekspor keluar negeri. Pengeluaran atas hasil produksi atau output pada perekonomian terbuka dapat dibagi menjadi empat komponen, yaitu: Cd adalah konsumsi barang dan jasa domestik; Id adalah investasi barang dan jasa domestik; Gd adalah pembelian pemerintah atas barang dan jasa domestik; EX adalah ekspor barang dan jasa domestik. Jika keempat komponen tersebut disatukan dalam persamaan maka akan terbentuk persamaan identitas: Y= Cd + Id + Gd + EX …………………………………………… (2.1) Universitas Sumatera Utara Jumlah dari tiga komponen pertama (Cd + Id + Gd ) adalah pengeluaran dalam negeri atas barang dan jasa dalam negeri, sementara komponen terakhir yaitu EX adalah pengeluaran luar negeri atas barang dan jasa dalam negeri. Untuk pengeluaran dalam negeri atas seluruh barang dan jasa adalah jumlah pengeluaran dalam negeri untuk barang dan jasa dalam negeri serta barang dan jasa mancanegara. Oleh karena itu, konsumsi total (C) sama dengan konsumsi barang dan jasa dalam negeri (Cd) kemudian ditambah konsumsi dari barang dan jasa mancanegara (Cf); investasi total (I) sama dengan investasi dalam barang dan jasa dalam negeri (Id) ditambah dengan investasi dalam barang dan jasa mancanegara (If); dan belanja pemerintah total (G) adalah sama dengan belanja pemerintah atas barang dan jasa dalam negeri (Gd) ditambah dengan belanja pemerintah atas barang dan jasa mancanegara (Gf). Masing-masing komponen akan membentuk persamaan baru yaitu, C = Cd + Cf; I= Id + If; G = Gd + Gf. Ketiga persamaan diatas disubtitusi kedalam persamaan identitas diatas: Y = (C - Cf) + (I - If) + (G - Gf) + EX Y = C + I + G + EX - (Cf + If + Gf) ……….........……………..…….. (2.2) Total jumlah pengeluaran dalam negeri atas barang dan jasa mancanegara adalah (Cf + f I + Gf) yang artinya adalah pengeluaran untuk impor (IM). Jika kita subtitusikan kembali ke persamaan identitas maka didapat persamaan sebagai berikut: Universitas Sumatera Utara Y = C + I + G + EX – IM …………….……………….……. (2.3) Pengeluaran untuk impor dimasukkan kedalam pengeluaran dalam negeri (C + I + G) dan karena barang dan jasa yang diimpor dari mancanegara bukanlah bagian dari output suatu negara, maka persamaan tersebut harus dikurangi dengan pengeluaran untuk impor. Dengan mendefinisikan net ekspor sebagai ekspor dikurang impor (NX = EX – IM) sehingga persamaan identitas diatas menjadi: Y = C + I + G + NX ……………..………………………… (2.4) Persamaan ini menyatakan bahwa pengeluaran atas output dalam negeri adalah jumlah dari konsumsi, investasi, belanja pemerintah dan net ekspor. Persamaan identitas perhitungan pendapatan nasional ini menunjukkan hubungan antara output dalam negeri, pengeluaran dalam negeri dan net ekspor. NX = Y- (C + I + G) …………………….................................................... (2.5) NX: Net Ekspor; Y : Output; (C + I + G): Pengeluaran dalam negeri. Persamaan ini menerangkan bahwa dalam perekonomian kecil terbuka (closed open economy), pengeluaran dalam negeri tidak perlu harus selalu sama dengan output barang dan jasa dalam negeri. Jika output dalam negeri yang tersedia melebihi dari pengeluaran dalam negeri maka kita akan mengekspor perbedaan itu dan artinya net ekspor adalah positif. Bila output yang tersedia didalam negeri lebih sedikit/kecil dari pengeluaran domestik maka kita perlu mengimpor perbedaan/selisih itu dan ini berarti net ekspor adalah negatif. Universitas Sumatera Utara Didalam neraca pembayaran atau Balance of Payment (BoP) terdapat dua komponen utama yaitu current account (neraca perdagangan) dan financial account. Current account terdiri dari transaksi impor dan ekspor barang dan jasa. Pada current account ekspor dicatat sebagai debet karena mengurangi devisa negara. Ada transaksi lain yang termasuk dalam current account yaitu pembayaran faktor dan transfer unilateral. Financial account yang mencatat transaksi aset finansial, transfer pembayaran, piutang maupun utang internasional. Namun fokus perhatian kita akan dititik beratkan pada konteks current account (neraca perdagangan) saja dikarenakan net ekspor berada pada komponen neraca perdagangan. Menurut Mundell-Fleming (1999, 2001 & 2002) dalam Mankiw (2007) nama lain untuk net ekspor adalah neraca perdagangan karena menunjukkan bagaimana perdagangan barang dan jasa melenceng dari tolak ukur kesamaan ekspor dan impor. Net ekspor diambil dari komponen IS dari persamaan 2.5 diatas, dimana net ekspor dipengaruhi secara positif oleh pendapatan domestik bruto dalam negeri (Y), pendapatan domestik bruto luar negeri (Y*) dan dipengaruhi secara negatif oleh nilai tukar riil (ϵ). Sehingga didapat persamaan ekspor bersih yang merupakan turunan dari persamaan 2.5 ditambah dengan variabel yang mempengaruhi akan membentuk persamaan berikut: NX = NX (Y, Y*, ϵ) ……………………………………….................. (2.6) NX: Net Ekspor; Y : Produk domestik bruto (PDB) dalam negeri; Y* : Produk domestik bruto (PDB) luar negeri; Universitas Sumatera Utara ϵ : Nilai tukar riil/kurs riil (real exchange rate) Nilai tukar riil atau sering disebut juga dengan kurs riil adalah harga relatif dari barang-barang diantara dua negara. Kurs riil menyatakan tingkat dimana kita bisa memperdagangkan barang-barang dari suatu negara untuk barang-barang dari negara lain. Kurs riil terkadang juga disebut dengan terms of trade. Net ekspor (NX) merupakan fungsi dari kurs riil (ϵ). NX = NX (ϵ) Kurs riil berhubungan dengan net ekspor dimana bila kurs riil lebih rendah maka barang-barang didalam negeri akan lebih murah dibandingkan dengan barangbarang diluar negeri dan artinya net ekspor lebih besar. 2.2. Gross Domestic Product (GDP)/Produk Domestik Bruto (PDB) Produk domestik bruto (PDB) adalah penghitungan yang digunakan oleh suatu negara sebagai ukuran utama bagi aktivitas perekonomian nasionalnya, tetapi pada dasarnya PDB mengukur seluruh volume produksi dari suatu wilayah (negara) secara geografis. Menurut McEachern (2009), Gross Domestic Product (GDP) atau disebut juga dengan Produk Domestik Bruto (PDB) adalah mengukur nilai pasar dari barang dan jasa akhir yang diproduksi oleh sumber daya yang berada dalam suatu negara selama jangka waktu tertentu, biasanya satu tahun. PDB juga dapat digunakan untuk mempelajari perekonomian dari waktu ke waktu atau untuk membandingkan beberapa perekonomian pada suatu saat. Ada dua tipe PDB yaitu PDB dengan harga Universitas Sumatera Utara berlaku atau PDB nominal; yaitu nilai barang dan jasa yang dihasilkan suatu negara dalam suatu tahun dinilai menurut harga yang berlaku pada tahun tersebut, dan PDB dengan harga tetap atau PDB riil; yaitu nilai barang dan jasa yang dihasilkan suatu negara dalam suatu tahun dinilai menurut harga yang berlaku pada suatu tahun tertentu yang seterusnya digunakan untuk menilai barang dan jasa yang dihasilkan pada tahun-tahun lain. Ada dua macam pendekatan yang digunakan dalam perhitungan PDB (McEachern, 2009) yaitu pendekatan pengeluaran yaitu dengan menjumlahkan seluruh pengeluaran aggregat pada seluruh barang dan jasa akhir yang diproduksi selama satu tahun dan yang berikutnya adalah dengan pendekatan pendapatan yaitu dengan cara menjumlahkan seluruh pendapatan aggregat yang diterima selama satu tahun oleh mereka yang memproduksi output tersebut. Pendekatan penghitungan PDB yang umum digunakan dalam beberapa negara didunia adalah dengan pendekatan pengeluaran aggregat. Pengeluaran aggregat terdiri dari empat komponen yaitu konsumsi (C), investasi (I), pembelian/pengeluaran pemerintah (G) dan ekspor bersih (X-M). Konsumsi atau secara lebih spesifik pengeluaran konsumsi perorangan, adalah pembelian barang dan jasa akhir oleh rumah tangga selama satu tahun, misalnya biaya listrik, potong rambut, biaya perjalanan udara dan lain-lain. Sedangkan investasi, atau secara lebih spesifik investasi domestik swasta bruto, adalah belanja pada barang kapital baru dan tambahan untuk persediaan seperti bangunan dan peralatan mesin baru yang dibeli suatu perusahaan untuk menghasilkan barang dan Universitas Sumatera Utara jasa. Sementara pembelian pemerintah atau secara lebih spesifik konsumsi dan investasi bruto pemerintah mencakup semua belanja semua tingkat pemerintahan pada barang dan jasa, dari pembersihan jalan sampai pembersihan ruang pengadilan, dari buku perpustakaan sampai upah petugas perpustakaan. Didalam pembelian pemerintah ini tidak mencakup keamanan sosial, bantuan kesejahteraan dan asuransi pengangguran. Karena pembayaran tersebut mencerminkan bantuan pemerintah kepada penerimanya dan tidak mencerminkan pembelian pemerintah. Ekspor bersih atau sama dengan nilai ekspor barang dan jasa suatu negara dikurangi dengan impor barang dan jasa negara tersebut. Ekspor bersih tidak hanya meliputi nilai perdagangan barang tetapi juga jasa. Berbagai studi mengenai pengaruh volatilitas nilai tukar terhadap kinerja ekspor suatu negara telah banyak dilakukan dan memberikan hasil yang berbeda satu dengan lainnya (Rahmatsyah, 2002). Namun demikian, sebagian besar diantara studistudi tersebut menyatakan bahwa volatilitas nilai tukar mata uang memiliki pengaruh, baik dalam bentuk pengaruh positif maupun negatif terhadap kinerja ekspor dan impor suatu negara. Sementara sebagian kecil lainnya memberikan hasil korelasi tidak signifikan Sedangkan Salvatore dalam Schaum (2007) menyatakan ketika pendapatan total seseorang meningkat, dengan asumsi harga-harga tidak berubah, kita mungkin mengharapkan kuantitas yang dibeli untuk setiap barang juga akan meningkat. Barang barang yang mengikuti kecenderungan demikian disebut barang-barang normal (normal good). Sebagian besar barang merupakan barang normal, jika Universitas Sumatera Utara pendapatan meningkat, dalam prakteknya orang cenderung untuk membeli lebih banyak barang. Permintaan barang-barang mewah (luxury) akan meningkat lebih cepat jika pendapatan naik, tetapi permintaan barang untuk keperluan sehari-hari (necessity) akan meningkat lebih lambat. Selain itu Salvatore dalam Schaum (2007) juga menyebutkan barang-barang inferior, yang sifatnya apabila pendapatan seseorang meningkat maka individu akan mengurangi konsumsinya. Jadi apabila seseorang pendapatan meningkat maka akan mengalihkan konsumsi barang yang lebih mahal, contohnya barang ini adalah gaplek, ketika pendapatan suatu keluarga meningkat maka keluarga dimaksud akan mengkonsumsi nasi. 2.3. Pengertian Nilai Tukar (Kurs/Exchange Rate) Para ekonom membedakan nilai tukar/kurs menjadi dua yaitu kurs nominal dan kurs riil. Nilai Tukar (exchange rate) atau kurs adalah harga satu mata uang suatu negara terhadap mata uang negara lain (Krugman dan Obsfelt, 2000). Kurs nominal (nominal exchange rate) adalah harga relatif dari mata uang dua negara (Mankiw, 2007). Kurs riil adalah kurs nominal yang sudah dikoreksi dengan hargaharga barang didalam negeri dibandingkan dengan harga-harga barang di luar negeri. Kurs riil dapat dihitung dengan menggunakan rumus dibawah ini: ϵ = еPP* …………………………………………………………… (2.7) dimana ϵ dalah kurs riil, e adalah kurs nominal, P adalah tingkat harga domestik dan P* adalah tingkat harga di luar negeri. Universitas Sumatera Utara Perdagangan yang dilakukan antara dua negara tidaklah semudah yang dilakukan dalam satu negara, karena harus memakai dua mata uang yang berbeda misalnya antara Negara Indonesia dan Amerika Serikat, pengimpor Amerika harus membeli rupiah untuk membeli barang-barang dari Indonesia. Sebaliknya pengimpor Indonesia harus membeli dollar Amerika untuk menyelesaikan pembayaran terhadap barang yang dibelinya di Amerika. Sebagai contoh, jika antara Dollar Amerika Serikat dan Yen Jepang adalah ¥120 per dollar, maka orang Amerika Serikat bisa menukar 1 dollar untuk ¥120 di pasar uang. Sebaliknya orang Jepang yang ingin memiliki dollar akan membayar ¥120 untuk setiap Dollar yang dibeli. Ketika orang-orang mengacu pada “kurs” diantara kedua negara, mereka biasanya mengartikan kurs nominal (Mankiw, 2003). Sementara kurs riil adalah harga relatif dari barang-barang diantara dua negara. Diasumsikan pada pembelian mobil Jepang adalah ¥2.400.000 dan harga mobil Malaysia adalah 10.000 Ringgit. Untuk dapat membandingkan harga kedua mobil tersebut kita harus mengubahnya menjadi mata uang umum. Jika satu Ringgit bernilai ¥120 maka harga mobil Malaysia adalah ¥1.200.000. Dengan membandingkan harga mobil Malaysia (¥1.200.000) dan harga mobil Jepang (¥2.400.000) kita bisa menyimpulkan bahwa harga mobil Malaysia adalah setengah dari harga mobil Jepang, dengan kata lain, pada harga berlaku kita bisa menukar dua mobil Malaysia dengan satu mobil Jepang. Kurs dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti tingkat suku bunga (interest rate) dalam negeri, tingkat inflasi (inflation), dan intervensi Bank Sentral terhadap Universitas Sumatera Utara pasar uang jika diperlukan. Didalam perekonomian terbuka kecil, tingkat suku bunga dalam negeri/domestik (i) adalah sama dengan tingkat suku bunga dunia (i*) yaitu tingkat bunga riil yang berlaku dipasar uang dunia dikarenakan asumsi mobilitas modal sempurna. Dikatakan perekonomian terbuka kecil dikarenakan perekonomian ini adalah bagian kecil dari pasar dunia dan dengan sendirinya tidak memiliki dampak yang berarti terhadap tingkat bunga dunia. Dengan mobilitas modal sempurna diartikan bahwa penduduk negara itu memiliki akses penuh ke pasar uang dunia. Nilai tukar yang lazim disebut kurs, mempunyai peranan penting dalam rangka stabilitas moneter dan dalam mendukung kegiatan ekonomi. Kurs yang stabil diperlukan untuk tercapainya iklim usaha yang kondusif bagi peningkatan dunia usaha. Untuk menjaga stabilitas kurs, Bank Sentral pada waktu-waktu tertentu melakukan intervensi di pasar-pasar valuta asing, khususnya pada saat terjadi gejolak yang berlebihan. Kurs satu mata uang mempengaruhi perekonomian apabila kurs mata uang tersebut apresiasi atau depresiasi. Bila nilai kurs mata uang rupiah apresiasi, barang atau jasa luar negeri menjadi relatif lebih murah dibandingkan dengan barang atau jasa domestik. Sebaliknya bila kurs mata uang rupiah depresiasi, barang atau jasa luar negeri relatif lebih mahal dibandingkan dengan barang atau jasa domestik. Fluktuasi atau perubahan kurs merupakan pusat perhatian pasar mata uang luar negeri atau foreign exchange market. Universitas Sumatera Utara 2.4. Transaksi Mata Uang Luar Negeri Ada dua jenis transaksi kurs/nilai tukar, yaitu transaksi spot atau spot transactions dan transaksi berjangka atau forward transactions. Transaksi spot adalah pertukaran deposit bank atau bank deposit biasanya dengan waktu jatuh tempo dua hari. Transaksi berjangka adalah pertukaran deposit bank atau bank deposit dengan spesifikasi waktu berjangka bisanya dengan waktu jatuh tempo lebih dari dua hari. Oleh sebab itu nilai tukar spot atau spot rate adalah nilai tukar untuk transaksi dengan waktu jatuh tempo paling lama dua hari, sebaliknya nilai tukar berjangka atau forward rate adalah nilai tukar untuk transaksi berjangka dengan waktu jatuh tempo lebih dari dua hari. Bila suatu mata uang nilai tukarnya naik maka mata uang tersebut dikatakan apresiasi; sebaliknya bila suatu mata uang nilai tukarnya turun maka mata uang tersebut dikatakan depresiasi. Misalkan pada awal tahun 1995 nilai tukar mata uang Rupiah [Et] adalah Rp. 1 = USD 0.0004, dan menurut berita keuangan 15 April 2002, nilai tukar mata uang Rupiah [Et+1] adalah Rp 1 = USD 0.0001. Apresiasi atau depresiasi nilai tukar mata uang Rupiah adalah: [ Apresiasi (+), Depresiasi (−)] = E t +1 − Et Et ………………..………………… (2.8) Dari (2. 8) ditunjukkan bahwa nilai tukar mata uang Rupiah mengalami depresiasi sebesar 75% [(0.0001 - 0.0004)/0.0004]. Penilaian nilai tukar mata uang USD menggunakan kebalikan persamaan (2. 8), yaitu: Universitas Sumatera Utara [ Apresiasi (+), Depresiasi(−)] = 1 / Et +1 − 1 / Et ……………………………… (2.9) 1 / Et Dari persamaan (2.9) ditunjukkan bahwa nilai tukar mata uang USD mengalami apresiasi sebesar 300% [(1/ 0.0001 - 1/ 0.0004)/(1/ 0.0004)]. Nilai tukar mata uang penting karena mempengaruhi harga domestik relatif terhadap harga luar negeri. Harga barang atau jasa domestik dalam bentuk Rupiah terhadap harga barang atau jasa dalam bentuk USD ditentukan oleh interaksi dua faktor, yaitu harga barang atau jasa domestik dalam Rupiah, dan nilai tukar mata uang domestik per unit mata uang luar negeri. Misalkan harga bahan bakar minyak sebesar Rp. 7.500 per liter dan nilai tukar mata uang Rupiah terhadap mata uang USD adalah $ 0.0001. Oleh sebab itu harga bahan bakar minyak per liter sama dengan USD 0.7500 [7500 × 0.0001]. Misalkan pembelian bahan bakar minyak ditunda selama dua bulan dan sesudah dua bulan nilai tukar mata uang rupiah apresiasi dari $ 0.0001 menjadi $ 0.000125. Apresiasi mata uang Rupiah mengakibatkan harga bahan bakar minyak naik dari $ 0.7500 menjadi $ 0.9375. Dengan demikian apresiasi nilai tukar mata uang Rupiah membuat harga luar negeri bahan bakar minyak Indonesia lebih mahal. Sebaliknya, depresiasi nilai tukar mata uang Rupiah dari $ 0.0001 menjadi $ 0.00009 mengakibatkan harga bahan bakar minyak turun dari $ 0.7500 menjadi $ 0.6750 per liter. Secara umum dikatakan bahwa apresiasi nilai tukar mata uang suatu negara terhadap nilai tukar mata uang negara lain mengakibatkan barang atau jasa negara yang bersangkutan lebih mahal, dan barang atau jasa luar negeri di negara yang Universitas Sumatera Utara bersangkutan lebih murah, dengan asumsi bahwa harga domestik kedua negara konstan. Sebaliknya, depresiasi mata uang suatu negara terhadap mata uang negara lain mengakibatkan barang atau jasa luar negeri negara yang bersangkutan lebih murah, dan barang atau jasa luar negeri di negara yang bersangkutan lebih mahal, dengan asumsi bahwa harga domestik kedua negara konstan Mata uang luar negeri diperdagangkan pada bursa mata uang paralel atau pada sistem perbankan dan sistem pertukaran uang. Sistem perbankan siap membeli dan menjual denominasi deposit mata uang luar negeri karena dealer ini mempunyai media komunikasi dengan biaya transaksi lebih rendah. Pasar paralel mata uang luar negeri sangat bersaing sehingga pengaruhnya terhadap fungsi pasar tidak berbeda dengan pusat pasar mata uang internasional. Jika satu bank membeli deposit dalam bentuk mata uang USD dari pasar mata uang luar negeri maka bank tersebut membeli deposit dalam denominasi mata uang USD. Mata uang luar negeri dapat dibeli dari pasar dealer seperti bank dan atau pasar pengecer lainnya. Biasanya harga pada pasar dealer lebih tinggi dari harga pada pusat pasar mata uang internasional sehingga jumlah unit pembelian pada pasar dealer lebih kecil dibandingkan dengan jumlah unit pembelian pada pusat pasar mata uang internasional. 2.5. Model Ekonomi Terbuka Model perekonomian terbuka dikembangkan oleh Mundell-Fleming (1999, 2001 & 2002) dalam Mankiw (2007) adalah versi perekonomian terbuka dari model IS-LM. Salah satu pelajaran dari model Mundell-Fleming adalah perilaku Universitas Sumatera Utara perekonomian tergantung pada sistem nilai tukar/kurs yang diadopsinya. Analisis ekonomi moneter terbuka dengan ekspektasi rasional adalah mencakup penentuan nilai tukar mengambang atau floating exchange rate. Hubungan perdagangan dengan negara tertentu menganut sistem uang kertas atau fiat money, artinya uang kertas yang dijual oleh otoritas moneter merupakan alat transaksi internal. Harga satu unit mata uang terhadap mata uang lainnya ditentukan oleh pasar mata uang luar negeri atau foreign exchange market, yang disebut dengan nilai tukar. Penggunaan model agregasi ekonomi makro merupakan alat analisis dalam penentuan nilai tukar mata uang. Masuknya perdagangan internasional dalam Model IS menjelaskan model ekonomi terbuka, yaitu: y = c+i+ g + x ……………………………………………… (2.10) dimana: y = output riil agregat , c = konsumsi riil rumahtangga, i = investasi atau konsumsi riil perusahaan, g = konsumsi riil pemerintah, dan x = adalah ekspor riil neto. 2.6. Penelitian Terdahulu Penelitian Azis (2007), tentang implementasi algoritma cluster fuzzy dan neuro fuzzy studi kasus ekspor Indonesia ke Jepang, salah satu kesimpulan dari Universitas Sumatera Utara penelitian ini adalah menunjukkan bahwa secara keseluruhan peningkatan pendapatan Jepang dan nilai tukar riil Jepang-Indonesia (peningkatan harga kompetitif Indonesia) akan berdampak positif terhadap ekspor Indonesia ke Jepang. Aji (2006) dalam “Analisis Kinerja Ekspor Perikanan Indonesia ke Jepang dan Amerika Serikat Tahun 1984-2003” menganalisis kinerja ekspor serta faktorfaktor yang mempengaruhi ekspor perikanan Indonesia ke Jepang dan Amerika Serikat dengan analisis Constant Market Share dan adaptasi model Calna-Falcetti. Dengan membagi dua data time series 10 tahunan ekspor perikanan, memperlihatkan bahwa ekspor ke Jepang (1984-1993) mengalami kenaikan sedangkan (1994-2003) mengalami penurunan kedua periode ekspor ini didorong oleh efek pertumbuhan pasar Jepang. Ekspor ke Jepang signifikan dipengaruhi oleh pendapatan Jepang. Harga ekspor relatif berhubungan negatif sedangkan pendapatan mitra dagang berhubungan positif dengan permintaan ekspor. Kusumadewi (2005) melakukan penelitian faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan ekspor tekstil dan produk tekstil di Indonesia periode tahun 2000-2005. Dalam penelitian Kusumadewi, estimasi yang dipakai menggunakan model penelitian yang dilakukan sebelumnya tentang permintaan ekspor di Pakistan oleh Khumar dan Dhawan (1991). Penelitian dengan menggunakan data panel, dengan data triwulanan dari tahun 2000-2005 pernegara mitra dagang untuk mengetahui permintaan ekspor komoditi TPT (Industri Tekstil dan Produk Tekstil), final good dan intermediate good. Didalam estimasi, uji signifikansi yang dilakukan adalah random effect yang merupakan bagian dari analisis data panel. Dengan sebelumnya melakukan uji Universitas Sumatera Utara spesifikasi F-test dan Hausman-test. Hasil estimasi menunjukkan bahwa variabel nilai tukar berpengaruh secara positif terhadap permintaan ekspor TPT, variabel harga relatif berpengaruh secara negatif terhadap permintaan ekspor TPT. Analisa juga dilakukan untuk mengetahui jenis komoditi yang dapat ditingkatkan produksinya untuk dapat menjadi unggulan serta negara mitra dagang mana saja (menggunakan fixed effect model) yang memiliki potensi eskpor bagi Indonesia. Selanjutnya Hidayat (2004) meneliti tentang analisis ekspor produk pertanian dan non pertanian terhadap pendapatan nasional di Indonesia, dengan menggunakan data time series 1981, penelitian ini menunjukkan bahwa ekspor pertanian dan non pertanian berpengaruh positif terhadap pendapatan nasional. Dari penelitian ini juga terlihat bahwa ekspor pertanian lebih besar dampaknya terhadap pertumbuhan ekonomi. Malik (2004) menjelaskan dalam ekspor tekstil Pakistan dipengaruhi oleh permintaan ekspor dan penawaran ekspor. Permintaan ekspor dipengaruhi oleh harga tekstil ekspor, nilai tukar efektif riil (riil effective exchange rate) dan pendapatan dunia. Dari hasil regresi yang dilakukan oleh Afia Malik terhadap permintaan dan penawaran ekspor TPT di Pakistan disimpulkan bahwa : 1. Permintaan ekspor TPT Pakistan dipengaruhi oleh pendapatan dunia yang bertanda positif pada tingkat kepercayaan 95%, sedangkan variabel harga ekspor dan nilai tukar efektif riil bertanda negatif tetapi tidak signifikan; 2. Penawaran ekspor TPT Pakistan harga domestik bertanda negatif sedangkan variabel yang lain bertanda positif, dan pada tingkat kepercayaan 90% variabel Universitas Sumatera Utara nominal nilai tukar berpengaruh signifikan sedangkan variabel lainnya tidak signifikan; 3. Hasil dari regresi tersebut sama seperti yang dilakukan oleh Reidel (1988) yang melakukan penelitian terhadap penawaran dan permintaan ekspor manufaktur Hongkong, dimana variabel harga dan pendapatan tidak signifikan sedangkan permintaan ekspor dipengaruhi oleh harga. Sebagian negara-negara kecil dalam perdagangan, pendapatan dunia tidak mempunyai pengaruh terhadap ekspor. Tetapi ada perbedaan antara Hongkong dan Pakistan dalam menghadapi hambatan non tariff dan daya saing produknya. Dan ternyata faktor mutu produk berpengaruh terhadap ekspor di negara-negara berkembang. Anoraga (2004) dalam “Pengaruh Fluktuasi Rupiah & PDB Mitra Dagang Indonesia Terhadap Ekspor Indonesia” memperlihatkan bahwa variabel PDB Jepang dan Korea Selatan memiliki hubungan positif pada seluruh periode 1980-1997, 19982003, 1980-2003 dengan volume ekspor Indonesia hal ini disebabkan posisi Indonesia menduduki peringkat ke 6 di Jepang sedang di korea menduduki peringkat ke 5, sedangkan variabel PDB Amerika tidak signifikan mempengaruhi ekspor Indonesia hal ini juga diterangkan bahwa Indonesia hanya berada pada peringkat ke 19 di Amerika. Hal ini memberikan dukungan bahwa kondisi perekonomian Jepang punya pengaruh terhadap ekspor Indonesia secara keseluruhan. Penelitian Lihan dan Yogi (2003) tentang ekspor dan pengaruhnya terhadap PDB Indonesia. Tujuan penelitian ini adalah untuk mempelajari pengaruh pertumbuhan ekspor pada pertumbuhan PDB Indonesia. Data sekunder disusun dalam Universitas Sumatera Utara data runtun waktu (time series) dari tahun 1983 sampai dengan tahun 2001. Data dianalisis dengan menggunakan regresi berganda dengan pendekatan “Ordinary Least Square” (OLS). Hasil analisis menunjukkan bahwa peranan sektor ekspor di Indonesia tidak berpengaruh nyata terhadap perkembangan PDB di Indonesia. Sedangkan Hamori dan Matsubayashi (2001) menunjukkan bahwa tidak ada hubungan jangka panjang antara kuantitas impor, real income dan harga relatif dengan menggunakan pendekatan metode standar (Engle&Granger serta Gregory&Hansen), namun dengan tes Johansen terdeteksi paling tidak ada kointegrasi di lag pertama dan ke-delapan dari VAR dan tidak terjadi kointegrasi pada lag ke-empat. Demikian pula dengan tes Johansen Bahmani-Oskooee dan Niroomand (1998) serta Masih dan Masih (2001) memperlihatkan adanya kointegrasi. Beberapa penelitian tentang permintaan import Jepang ini menunjukkan implementasi empiris model permintaan import dimana kuantiti import memiliki hubungan dengan pendapatan dalam negeri (domestic income) dan harga relatif antara domestik dan harga impor. Susilo (2001) meneliti tentang dampak ketidakpastian nilai tukar efektif riil Indonesia terhadap pertumbuhan ekspor non migas riil, menggunakan periode waktu 1979.1 – 1998.4. Hipotesa yang diuji adalah apakah ketidakpastian nilai tukar efektif riil mempunyai dampak negatif terhadap ekspor non migas riil baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang. Hasil uji kointegrasi prosedur Johansen adanya kointegrasi/keterkaitan antara variabel ekspor non migas riil dengan pendapatan luar negeri, harga relatif, index nilai tukar dan ketidakpastian nilai tukar riil. Temuan Universitas Sumatera Utara penelitian ini juga menunjukkan bahwa hanya dalam jangka panjang variabel ketidakpastian nilai tukar efektif riil memberikan dampak negatif terhadap ekspor non migas riil, sedangkan dalam jangka pendek tidak mempengaruhi ekspor non migas riil. Zainal (2007), meneliti tentang faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan ekspor sepatu olah raga dan sepatu kulit Indonesia (tahun 2002 – 2006). Dalam penelitian ini penulis menggunakan data panel untuk mengestimasi permintaan ekspor sepatu olah raga dan sepatu kulit. Dari hasil regresi menggunakan eviews-4 diperoleh hasil bahwa permintaan ekspor sepatu olah raga, model yang terbaik adalah random effect, sedangkan permintaan eskspor sepatu kulit model yang terbaik adalah fixed effect. Hasil estimasi penelitian menunjukkan bahwa variabel PDB riil berpengaruh positif terhadap permintaan ekspor sepatu olah raga, variabel harga relatif berpengaruh negatif terhadap permintaan ekspor sepatu kulit, dan variabel nilai tukar rupiah terhadap mata uang negara mitra dagang berpengaruh positif terhadap permintaan ekspor sepatu kulit. Dalam penelitian Sinha Roy (2007) dikatakan bahwa hasil ekspor dalam jangka panjang dapat dihubungkan dengan faktor-faktor permintaan dan penawaran. Dalam model penelitian Goldstein dan Khan (1978, 1985) dalam Sinha Roy (2007) menunjukkan bahwa faktor-faktor penawaran dan permintaan adalah sama pentingnya dalam menentukan peningkatan ekspor lintas negara. Dengan mengembangkan model persamaan simultan disepanjang garis model subtitusi tidak sempurna dengan nilai tukar riil dan permintaan dunia sebagai determinan disisi Universitas Sumatera Utara permintaan, dan harga relatif dan kemampuan penawaran sebagai variable explanatory disisi penawaran. Dengan menggunakan Error Correction Model untuk sampai kepada estimasi. Hasil menunjukkan representasi signifikan error correction bagi keduanya yaitu sisi permintaan dan penawaran dan estimasi ditemukan menjadi kuat untuk semua group produk disaggregat. Hanya pengecualian dipola ini adalah diekspor garmen dan tekstil, dimana representasi simultan error correction ditemukan tidak sesuai. Faktor permintaan ditemukan lebih berpengaruh dalam menjelaskan pelaksanaan ekspor disaggregat di India selama 1960-1999. Dalam hubungannya dengan harga, respon permintaan terhadap ekspor manufaktur adalah tidak signifikan, tetapi signifikan terhadap ekspor barang-barang kimia, mesin dan peralatan transport. Seluruh ekspor disaggregate memiliki respon/kaitan terhadap permintaan dunia. Rendah atau penurunan atas permintaan dunia menghambat pertumbuhan ekspor. Ekspor, bagaimanapun, tidak merespon secara signifikan pertumbuhan permintaan dunia selama masa 1960-an. Hal ini dikarenakan pembatasan secara besar-besaran diperdagangan tekstil dunia dan tingginya volume perdagangan antara negara maju. Ekspor merespon permintaan dunia semenjak awal tahun 1970-an, khususnya semenjak pertengahan tahun 1980-an ketika meningkatnya pengaruh ekspor terhadap pertumbuhan permintaan dunia dari negara-negara berkembang di Asia. Penelitian Nuryadin & Sodik (2005) mengenai Volatilitas Nilai Tukar dan Pertumbuhan Ekspor (Studi Kasus Ekspor Indonesia: 1980:1-2004:4) dengan menggunakan uji kointegrasi Johansen Maximum Likelihood untuk estimasi jangka Universitas Sumatera Utara panjang dan Error Correction Model untuk mengestimasi hubungan jangka pendek. Data sekunder disusun dalam data runtut waktu dari tahun 1980 sampai dengan tahun 2004 dan variabel-variabel yang mempengaruhinya antara lain yakni rasio harga, pendapatan luar negeri, nilai tukar riil dan volatilitas nilai tukar. Hasil analisis menyimpulkan bahwa variabel-variabel tersebut memiliki hubungan dalam jangka panjang atau berkointegrasi dan secara umum koefisien estimasi setiap variabel baik dalam jangka panjang atau jangka pendek memiliki tanda konsisten dengan teori. 2.7. Kerangka Konsep Net export sangat dipengaruhi oleh kapasitas perekonomian dalam negeri, kurs atau nilai tukar riil, dan kapasitas perekonomian negara-negara lain didunia. Penulis mengambil empat sampel negara mitra dagang terbesar Indonesia yaitu Amerika yang selama ini hampir mendominasi perdagangan dunia, kemudian Malaysia dan Thailand yang merupakan negara yang memiliki kerjasama dalam kerangka IMT-GT (Indonesia, Malaysia, Thailand-Growth Triangle) dan salah satu negara industri di Asia yang letak geografisnya bersebelahan dengan negara Indonesia yaitu Singapura. Dalam jangka pendek maupun panjang perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui faktor-faktor mana yang paling dominan mempengaruhi kenaikan dan penurunan Net Ekspor Indonesia. Untuk melihat pengaruh tersebut maka kerangka konsep dalam penelitian ini disajikan sebagai berikut: Universitas Sumatera Utara PDB Indonesia (Y_Ind) PDB Amerika (Y_US) PDB Singapura (Y_Sin) ΔNXt ΔNXt-1 PDB Malaysia (Y_Mal) PDB Thailand (Y_Thai) Long Run Equation Kurs Riil (Kurs) Short Run Equation Gambar 2.1. Kerangka Konsep Determinan Net Ekspor Indonesia 2.8. Hipotesis Hipotesis dalam penelitian ini adalah: 1. PDB Indonesia berpengaruh positif terhadap Net Ekspor Indonesia dalam jangka pendek dan jangka panjang; 2. PDB Malaysia, Singapura, Amerika dan Thailand berpengaruh positif terhadap Net Ekspor Indonesia dalam jangka pendek dan jangka panjang; 3. Kurs riil Indonesia berpengaruh negatif terhadap Net Ekspor Indonesia dalam jangka pendek dan jangka panjang. Universitas Sumatera Utara