33 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Histopatologi pankreas dengan pewarnaan Chromium Hematoxylin Gomori Pewarnaan Chromium Hematoxylin Gomori dilakukan untuk melihat morfologi secara umum dari jaringan pankreas. Hasil pewarnaan Chromium Hematoxylin Gomori dapat dibedakan antara sel alfa, sel beta, dan sel delta. Menurut Erwin, dkk (2012), berdasarkan pewarnaan Gomori, sel beta terlihat berwarna biru dan sel alfa terlihat berwarna merah. Pada Tabel 2 dapat dilihat bahwa kelompok perlakuan pelarut glibenklamid (Na CMC) menunjukkan sedikitnya sel beta pankreas, dan disertai dengan kerusakan sel beta. Hal ini dapat terjadi karena tikus dalam kondisi diabetes sehingga sel beta pankreas mengalami kerusakan dan tidak dapat memproduksi insulin. Menurut Erwin, et al (2012) Peningkatan persentase jumlah sel beta yang mengalami nekrosis menunjukkan kerusakan pada sel beta yang berakibat menurunnya sekresi insulin sehingga menimbulkan DM. Hal ini tidak berbeda nyata pada kondisi kelompok perlakuan glibenklamid, kedua kelompok mengalami kondisi yang sama. Selain jumlah sel beta yang sedikit dan kerusakan sel juga dapat dilihat ukuran pulau Langerhans yang kecil. Kondisi morfologi pulau Langerhans pada diabetes tipe 2 secara detail diteliti oleh Deng, et al (2004) dalam Seungbum et al, (2007) bahwa kelenjar endokrin pankreas tersusun atas pulau langerhans yang merupakan cluster yang commit to user tersebar di sepanjang kelenjar eksokrin pankreas. Unit endokrin yang disebut 33 34 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id sebagai pulau langerhans memiliki 4 macam sel yaitu sel alfa, sel beta, sel delta, dan sel PP (Polipeptida pankreas). Tabel 2. Rata-rata jumlah sel β Pankreas pada Pulau Langerhans Kelompok Jumlah sel β di pulau Langerhans (buah) K1 16,3± K2 20,0± K3 49,5± Keterangan: Superscript yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan berbeda nyata (p<0,05). Dalam keadaan normal, jumlah sel beta diperkirakan 65% dan sel alpha 35%. Pada tikus diabetes derajat sedang, ditemukan hampir 67% pulau Langerhans berdiameter kurang dari 150 μm, sedangkan pada tikus normal jumlah pulau Lengerhans yang berdiameter lebih dari 150 μm sekitar 50%. Selain terjadi perubahan pada ukuran, dan bentuk juga terjadi fragmentasi pulau Langerhans. Pada kondisi diabetes derajat sedang, jumlah sel beta secara nyata berkurang bahkan pada diabetes parah sel beta tidak ditemukan, namun sel alpha masih ditemukan di bagian perifer pulau Langerhans. Menurut Guyton et al (2006), Kerusakan sel beta Langerhans pankreas menyebabkan gangguan sintesis insulin. Insulin memegang peranan penting dalam pengaturan glukosa darah, kekurangan insulin menyebabkan terjadinya hiperglikemia. Pada kelompok perlakuan umbi kimpul menunjukkan adanya produksi sel beta pankreas yang lebih banyak dibandingkan kedua kelompok lainnya. Dengan jumlah sel beta yang banyak tersebar di area pulau Langerhans memungkinkan commit to user 35 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id produksi insulin yang optimal. Menurut Erwin, et al (2012), Peningkatan jumlah sel beta Langerhans dapat terjadi akibat kemampuan tubuh untuk meregenerasi sel beta yang rusak. Regenerasi sel beta yang rusak diawali dengan perbaikan sel-sel beta dan pembelahan sel beta yang baru (mitosis). Penurunan proporsi nekrosis sel beta terjadi secara bertahap. Hasil pewarnaan Chromium hematoxylin gomori pada potongan jaringan pankreas pada Gambar 6 terlihat bahwa K1 susunan sel endokrin tidak teratur, mengalami perubahan struktur morfologi dan ditemui sedikit sel endokrin dan banyak yang mengalami perubahan degenerasi sel endokrin yang menuju nekrosa sel. Hal ini disebabkan induksi STZ yang merusak sel endokrin khususnya sel beta pankreas. Pada diabetes muda umumnya beberapa sel beta menunjukkan degranulasi lengkap dan sitoplasma yang kosong (Cooperstein, 1981). commit to user 36 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id A B C Gambar 6. Gambaran Histologi Pulau Langerhans Pewarnaan Chromium Hematoxylin Gomori A= K1 (Na CMC), B= K2 (Glibenklamid), C= K3 (Kimpul). Ket: ( )= sel alfa( )= sel beta, ( )= sel delta. Perubahan juga terlihat pada K2, pada kelompok ini terjadi degenerasi sel endokrin terlihat pada intinya berubah bentuk menjadi polimorf (tidak seragam). Perubahan yang terjadi digambarkan dalam bentuk perubahan inti sel endokrin menjadi lebih kecil (piknotik) bahkan ada yang menghilang. Namun pada K2 commit to user 37 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id jumlah sel beta lebih banyak dibandingkan pada K1. Hal ini menunjukkan bahwa glibenklamid dapat meregenerasi sel beta meskipun masih banyak yang mengalami degenerasi, sedangkan pada K3 menunjukkan sel beta yang banyak tersebar di dalam pulau langerhans, menunjukkan sel endokrin yang mulai melakukan regenerasi menuju bentuk normal, walapun masih banyak ditemukan beberapa sel endokrin yang mengalami degenerasi. B. Histopatologi pankreas dengan pewarnaan imunohistokimia Pada penelitian ini dilakukan tiga perlakuan yaitu perlakuan kontrol negatif (Na CMC), perlakuan glibenklamid, dan perlakuan umbi kimpul. Dari ketiga perlakuan diamati pulau langerhans serta sebaran sel β pankreasnya dari preparat yang telah dibuat dengan menggunakan pewarnaan imunohistokimia. Menurut Kim et al (2007) pada tikus dewasa, sebaran sel-sel β pada pulau langerhans berada ditengah-tengah, sementara sel-sel lainnya seperti sel alfa, sel delta, dan sel PP tersebar dibagian perifer. Hal ini sesuai dengan hasil yang ditunjukkan pada Gambar 7, sel β tersebar di tengah-tengah dan sel alfa, sel delta tersebar di bagian perifer. Hasil pengamatan jumlah sel-sel β dari pewarnaan imunohistokimia disajikan pada Tabel 3. Tabel 3 menunjukkan hasil uji statistik terhadap jumlah sel β pankreas yang terdapat di dalam pulau Langerhans dari tiga lapang pandang. Dari hasil uji menunjukkan bahwa kelompok dengan perlakuan umbi kimpul memiliki jumlah sel β pankreas yang paling banyak, menurut penelitian yang dilakukan oleh Immadudin (2015) bahwa struktur histologi pankreas pada mencit hiperglikemik yang diberi umbi to user perbaikan kimpul commit menunjukkan pada pulau-pulau 38 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id Langerhansnya. Perbaikan tersebut meliputi sel endokrin pada pulau Langerhans yang mulai melakukan regenerasi menuju bentuk normal, walaupun masih ditemukan beberapa sel endokrin yang mengalami degenerasi. Tabel 3. Rata-rata jumlah sel β Pankreas pada Pulau Langerhans Kelompok Jumlah sel β di pulau Langerhans (buah) K1 15,5± K2 22,5± K3 70,5± Keterangan: Superscript yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan berbeda nyata (p<0,05). Pada kelompok yang diberi perlakuan pelarut glibenklamid (Na CMC) dan glibenklamid memiliki jumlah sel β pankreas yang tidak berbeda signifikan hal ini menunjukkan bahwa banyak sel β yang mengalami kerusakan akibat pemberian STZ dan tidak ada induksi untuk memperbaiki sel dalam keadaan diabetes tersebut. Menurut Ressang (1963), perubahan-perubahan pada sel-sel yang ditimbulkan oleh zat-zat yang mempunyai efek sitotoksik yakni pengecilan pulaupulau Langerhans pankreas, pengurangan jumlah sel beta dan degranulasi. Salah satu mekanisme streptozotocin menyebabkan terjadinya DM berkaitan dengan pembentukan radikal bebas diantaranya NO, O2, dan H2O2 yang dapat menyebabkan fragmentasi DNA sel akibat sitotoksik streptozotocin. Radikal bebas memiliki waktu paruh yang sangat pendek hanya dalam satuan mikrodetik (Utomo et al., 1991). Oleh karena itu, radikal bebas sangat reaktif dan dapat menimbulkan kerusakan di berbagai bagian sel antara lain kerusakan membran sel, protein, dan DNA. commit to user perpustakaan.uns.ac.id 39 digilib.uns.ac.id Tabel 3. menunjukkan bahwa kelompok tikus sebagai kontrol negatif (KI) mempunyai jumlah sel β pankreas paling sedikit dibandingkan dengan kelompok dengan perlakuan glibenklamid (K2) dan kelompok dengan perlakuan umbi kimpul (K3). Data ini menunjukkan bahwa sel β pada jaringan pankreas mengalami kerusakan akibat induksi STZ. Kerusakan sel β yang tinggi dan sekresi insulin menjadi sangat sedikit (Uray, 2009). Menurut Suarsana et al (2010), kerusakan sel β menyebabkan produksi insulin berkurang sehingga ketika hormon insulin dideteksi pada sel β menggunakan pewarnaan imunohistokimia, sel β jumlahnya sangat sedikit. Pada perlakuan kelompok tikus yang diberikan glibenklamid tidak berbeda nyata dengan kelompok pertama, jumlah sel β juga sedikit dibandingkan dengan sel β pada perlakuan umbi kimpul namun lebih banyak dibandingkan dengan kelompok pertama, kemudian pada perlakuan kelompok yang diberikan umbi kimpul terlihat bahwa jumlah sel β lebih banyak dari kelompok pertama dan kelompok kedua. Hal tersebut menunjukkan bahwa terjadi regenerasi sel β pulau Langerhans pada kelompok perlakuan umbi kimpul. Pengamatan terhadap potongan jaringan pankreas khususnya pada sel beta yang diwarnai dengan imunohistokimia dilakukan secara deskriptif dengan melihat populasi dan tampilan kadar reaksi Ag dan Ab sel beta yang mengalami perubahan. Pengamatan dengan teknik pewarnaan imunohistokimia dapat terlihat sel beta yang menghasilkan insulin dalam pulau Langerhans yang ditunjukkan dengan sel yang sitoplasmanya terwarnai coklat yang tersebar diluar sel tersebut.. Pulau Langerhans didominasi oleh sel beta. commit to user 40 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id pengamatan preparat yang ditunjukkan pada Gambar 7 dengan Hasil menggunakan pewarnaan imunohistokimia menunjukkan bahwa pada kelompok dengan perlakuan pelarut glibenklamid sel β pankreas terdeteksi sedikit dibuktikan dengan kadar reaksi positif Ag terhadap Ab insulin pada sel beta yang sedikit sehingga hormon yang diekspresikan juga sedikit. Menurut Kim, et al (2007) sel lain yang berwarna biru didapakan dari counterstain menggunakan pewarna hematosilin yang mewarnai sel-sel pankreas selain dari sel β yang berwarna coklat yang terwarnai dengan immunohistokimia. Hal ini menunjukkan bahwa sel β pada jaringan pankreas mengalami kerusakan akibat induksi STZ, tidak ada pengobatan yang dilakukan pada kelompok ini sehingga hormon insulin sudah tidak dapat diproduksi oleh sel β pankreas. Kerusakan sel β yang tinggi dan sekresi insulin menjadi sangat sedikit (Uray, 2009). Menurut Suarsana et al (2010), kerusakan sel β menyebabkan produksi insulin berkurang sehingga ketika hormon insulin dideteksi pada sel β menggunakan pewarnaan imunohistokimia, hasil sel β jumlahnya sangat sedikit. Penurunan ekspresi insulin dari sel beta Langerhans pankreas yang imunoreaktif terhadap antibodi insulin menandakan berkurangnya sintesis insulin oleh sel-sel tersebut, sehingga pemberian antibodi terhadap insulin (pewarnaan imunohistokimia) hanya bereaksi dengan sel-sel yang masih menghasilkan insulin. Penurunan sintesis insulin menandakan kerusakan sel beta Langerhans pankreas oleh induksi streptozotocin. Streptozotocin adalah suatu senyawa kombinasi glukosamine achromogenes, dan streptozotocin nitrosouren diproduksi menimbulkan toksik commit to user oleh Streptomycetes dengan menyebabkan 41 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id kerusakan pada DNA sel. Di dalam sel, streptozotocin serupa dengan glukosa yang diangkut oleh protein pengangkut glukosa yaitu GLUT2, tapi tidak dikenali oleh protein pengangkut glukosa lainnya (Schnedl et al., 2006). A B C Gambar 7. Gambaran histopatologi pankreas dengan pengecatan Imunohistokimia, pembesaran 400x. Sel β pankreas menunjukkan immunoreaktif terhadap insulin. Ket: A = KI (Na CMC), B = K2 (Glibenklamid), C = K3 (Umbi Kimpul),( ) = menunjukkan reaksi positif Ag terhadap Ab insulin pada sel beta yang berwarna coklat. Pada perlakuan kelompok tikus yang diberikan glibenklamid tidak berbeda nyata dengan kelompok pertama, sel β yang mengekspresikan insulin juga sedikit commit to user 42 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id dibandingkan dengan sel β pada perlakuan umbi kimpul namun lebih banyak dibandingkan dengan kelompok pertama, kemudian pada perlakuan kelompok yang diberikan umbi kimpul terlihat bahwa sebaran sel β yang mengekspresikan insulin lebih banyak daripada kelompok pertama dan kelompok kedua, ekspresi sel beta Langerhans pankreas yang imunoreaktif terhadap insulin sudah kembali meningkat, akibat regenerasi sel beta Langerhans pankreas. Tabel 4. Pengamatan Chromium Hematoxylin Gomori dan Imunohistokimia. Kelompok K1 (Pelarut Glibenklamid/Na CMC) Chromium Hematoxylin Imunohistokimia Gomori - Jumlah sel beta - Sel- sel beta yang pankreas paling menunjukkan sedikit. reaksi positif Ag - Sel endokrin terhadap Ab mengalami insulin sel beta perubahan bentuk paling sedikit. menjadi tidak seragam - Terjadi degenerasinekrosa sel. K2 (Glibenklamid) - Jumlah sel beta K3>K2>K1. - K3 (Umbi kimpul) - Sel beta paling banyak dibandingkan dua kelompok lain Terjadi regenerasi sel beta. - - commit to user - Sel-sel beta yang menunjukkan reaksi positif Ag terhadap Ab insulin K3>K2 >K1 Sel-sel beta yang menunjukkan reaksi positif Ag terhadap Ab insulin lebih banyak dibandingkan dua kelompok lain. Terjadi regenerasi sel beta 43 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id Hasil pengamatan Chromium Hematoxylin Gomori dan imunohistokimia menunjukkan bahwa pemberian umbi kimpul dapat memperbaiki gambaran sel endokrin dengan regenerasi sel beta pankreas dan penurunan glukosa darah dari hari ke-3 sampai hari ke-9. C. Pengaruh Pemberian Umbi Kimpul Terhadap Kadar Glukosa Darah Hasil uji efek hiperglikemik umbi kimpul pada tikus yang diinduksi STZ dipaparkan pada tabel5. Tabel 5. Rataan kadar glukosa darah sebelum dan sesudah perlakuan Perlakuan Rata-rata kadar glukosa darah (mg/dl) ± SD Hari ke-1 Hari ke-3 Hari ke-6 Hari ke-9 Na CMC 158,9 ± 11,5 347,6 ± 73,7 475,0 ± 20,7 266,1 ± 85,7 Glibenklamid 288,7 ± 44,8 369,7 ± 63,4 434,9 ± 51,9 273,3 ± 118,7 Kimpul (ad libitum) 249 ± 54,7 118,3 ± 37,0 83,5 ± 35,1 33,9 ± 3,6 Kadar glukosa darah saat hari ke-0 pada ketiga kelompok dinyatakan normal, setelah diinduksi STZ pada kelompok kedua dan ketiga menunjukkan kenaikan kadar glukosa dara yang drastis yaitu >200 mg/dl. Sedangkan pada kelompok pertama kenaikan glukosa darahnya lebih rendah dibandingkan pada kelompok pertama dan kedua hal ini disebabkan beberapa faktor diantaranya karena pakan pelet yang diberikan setiap kelompok berbeda jumlahnya dan tidak semua kelompok memakan habis pakannya, sehingga hal ini sangat mempengaruhi jumlah karbohidrat yang masuk ke dalam tubuh yang to user mempengaruhi kadar gula darahcommit saat pengukuran kadar gula darah. Menurut perpustakaan.uns.ac.id 44 digilib.uns.ac.id Wulandari (2010), kadar glukosa darah puasa normal pada tikus dalam rentang antara 50-109 mg/dl dan tikus dalam keadaan hiperglikemik jika kadar glukosa darahnya ≥109 mg/dl. Terdapat tiga perlakuan yaitu kelompok pertama dengan perlakuan diberi pelarut glibenklamid (Na CMC) dan pakan pelet sebagai kontrol negatif. Pada hari pertama kelompok kedua dan ketiga kadar gula mengalami kenaikan yang drastis Dari kelompok pertama dapat diketahui bahwa kadar glukosa darah cenderung mengalami kenaikan pada hari ke-3 yaitu sebesar 188,7 dan pada hari ke-6 sebesar 127,4. Kenaikan pada hari ke-3 dan ke-6 pasca dinyatakan diabetes ini dapat terjadi karena kerusakan sel beta Langerhans oleh induksi STZ. Induksi STZ dengan dosis rendah secara berulang dapat menghasilkan hewan model DM yang kronis.STZ dapat merusak sel β pankreas dengan bekerja langsung pada sel β pankreas melalui glucose transporter (GLUT2) dan akan menyebabkan kerusakan fragmen DNA (Elsner et al., 2001). Elsner et al (2000), melaporkan bahwa penyebab kematian sel-sel β pankreas hasil induksi STZ adalah alkilasi DNA. Di samping itu kerusakan DNA pada sel β diduga juga akibat aktivitas senyawa oksigen reaktif dari nitrit oksida (NO). Senyawa STZ adalah donor NO yang telah ditemukan sebagai penyebab kerusakan sel β pulau Langerhans pankreas, dengan cara meningkatkan aktivitas guanilil siklase. Dalammitokondria, NO juga akan meningkatkan aktivitas xanthin oksidase dan menurunkan oksigen yang berdampak pada penghambatan siklus Krebs, sehingga terjadi pembatasan produksi ATP dalam mitokondria yang commit to user kemudian menyebabkan deplesi nukleotida dalam sel βdan pada akhirnya perpustakaan.uns.ac.id 45 digilib.uns.ac.id mengakibatkan kerusakan DNA (Szkudelski, 2001), sedangkan pada hari ke-9 mengalami penurunan rata-rata kadar gula darah secara drastis yaitu sebesar 208,9 mg/dL. Selanjutnya pada kelompok perlakuan glibenklamid dengan dosis 0,9 mg/kg BB mengalami kenaikan rata-rata kadar gula darah sebesar 81 pada hari ke-3, pada hari ke-6 mengalami kenaikan lagi sebesar 65,2. Jumlah rata-rata kenaikan kadar gula darah pada hari ke-3 dan ke-6 tidak signifikan seperti kenaikan yang terjadi pada kelompok pertama. Pada kelompok perlakuan glibenklamid dapat terjadi kenaikan rata-rata gula darah pada hari ke-3 dan ke-6. Kemudian pada hari ke-9 mengalami penurunan rata-rata kadar gula darah secara signifikan sebesar 161,6. Hal ini dapat terjadi karena glibenklamid merupakan obat diabates secara oral jenis derivat sulfurylunea yaitu bekerja dengan menstimulasi sel-sel β pankreas secara langsung untuk mempertinggi sekresi insulinnya. Secara garis besar obat ini dapat menurunkan kadar gula darah yang tinggi dengan cara merangsang keluarnya insulin dari sel β pankreas (Ranakusuma, 1987). Glibenklamid digunakan sebagai kontrol positifkarena biasanya digunakan untuk pengobatandiabetes melitus dan diberikan peroral. Glibenklamidmemiliki efek hipoglikemik, mampu menstimulasipengeluaran insulin pada setiap pemasukanglukosa(Tjay et al, 2002).Hasil penelitian pada tabel 2 menunjukkan bahwa kadar gula darah pada perlakuan kontrol negatif dan perlakuan glibenklamid memiliki perbedaan nyata, hal ini karena p=0, 000 (p<0,05), pada commit to user perlakuan kimpul memiliki kadar gula darah paling rendah secara nyata 46 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id dibandingkan dua kelompok perlakuan lainnya. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pemberian umbi kimpul kukus mempengaruhi kadar gula darah. Dari Gambar 8 dapat dilihat bahwa pada kelompok Na CMC sebagai kontrol negatif rata-rata kadar gula darah mengalami kenaikan pada hari ke-3 dan hari ke-6, kemudian mengalami penurunan secara drastis pada hari ke-9. Hal ini juga terjadi pada perlakuan glibenklamid pada hari ke-3 dan hari ke-6 mengalami kenaikan namun nilai kenaikannya lebih sedikit dibandingkan dengan kenaikan yang terjadi pada perlakuan pelarut glibenklamid (Na CMC). Penurunan drastis terjadi pada hari ke-9. Berbeda dengan perlakuan pelarut glibenklamid (Na CMC) dan perlakuan glibenklamid pada perlakuan kimpul pada hari ke-3, hari ke-6, dan hari ke-9 terus mengalami penurunan yang cukup konstan. Dari hasil grafik (gambar 9) dapat dilihat bahwa dari ketiga perlakuan, perlakuan yang diberi umbi kimpul yang dapat dikatakan dapat menurunkan guladarah lebih cepat dibandingkan dengan kelompok Na CMC dan kelompok glibenklamid. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Immadudin (2014) bahwa setelah mengkonsumsi umbi kimpul kadar gula darah hewan mengalami penurunan yang nyata commit to user 47 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id Kadar Glukosa Darah (mg/dl) 500 450 400 350 300 Na CMC 250 Glibenklamid 200 Kimpul 150 100 50 0 H0 H3 Hari ke- H6 H9 Gambar 8. Grafik rata-rata kadar glukosa darah dengan berbagai perlakuan. Ket: Tikus kontrol diabetes yang diberi Na CMC ( ), tikus diabetes yang diberi glibenklamid ( ), tikus diabetes yang diberi umbi ). kimpul ad libitum ( Umbi kimpul yang digunakan dalam penelitian ini adalah umbi kimpul yang diberikan dengan cara dikukus. Dari penelitian yang telah dilakukan oleh Immadudin (2014) bahwa umbi kimpul yang diberikan secara direbus dapat menurunkan kadar glukosa darah mencit dan dapat meregenerasi sel-sel β pankreas yang rusak. Pada penelitian sebelumnya yang telah dilakukan oleh Immadudin (2014) pada hari ke-9 terjadi penurunan glukosa darah yang menjadikan glukosa darah mencit mendekati seperti sebelum di induksi aloksan, sedangkan pada penelitian ini yang menggunakan umbi kimpul kukus yang diberikan secara ad libitum dapat menjadikan glukosa darah tikus mendekati seperti sebelum di induksi STZ pada hari ke-6. Dari hal ini membuktikan bahwa umbi kimpul yang dikukus lebih efektif menurukan kadar glukosa darah daripada umbi kimpul yang direbus. commit to user Makanan yang dikukus dapat semaksimal mungkin mempertahankan gizi perpustakaan.uns.ac.id 48 digilib.uns.ac.id makanan, sedangkan pada makanan yang direbus dapat melarutkan kandungan gizi yang terdapat pada makanan tersebut. Menurut Wulandari (2014), pengukusan merupakan proses pengolahan yang paling baik karena tidak banyak menyebabkan perubahan terhadap kandungan zat gizi seperti kadar vitamin C dan antioksidan. Selain itu pemasakan dengan cara dikukus menunjukkan kandungan antioksidan yang lebih tinggi. Kimpul memiliki kandungan vitamin C sebesar 2 mg per 100 gram berat kimpul (Lingga, 1995). Vitamin C adalah antioksidan terpenting dalam plasma yang larut air dan dapat membersihkan radikal bebas. Peran vitaminC (asam askorbat) pada perjalanan diabetes adalah sebagai inhibitor enzim aldose reduktase, sehingga penggunaan ekuivalen pereduksi berkurang. Kesediaan ekuivalen pereduksi berguna untuk konversi glutation teroksidasi (GSGG) menjadi glutation teroksidasi (GSH). Hal tersebut selanjutnya dapat mencegah penumpukan sorbitol pada jaringan (Setiawan et al., 2005). Pada penelitian ini vitamin C diperkirakan dapat menurunkan kadar glukosa darah, hal ini sesuai dengan penelitian Subroto (2006), pemberian 2 gram vitamin C per hari dapat mengendalikan kadar glukosa darah dari keadaan hiperglikemia. Menurut Azrimaidaliza (2011), vitamin C berperan sebagai antioksidan, yaitu menurunkan stress oksidatif sehingga mencegah kejadian diabetes melitus. Vitamin C memiliki kemampuan antioksidan lebih kuat bila dibandingkan dengan vitamin A dan vitamin E (Klenner, 2005). Vitamin C memiliki efek biologis untuk menghambat kerusakan oksidatif oleh radikal bebas (Wise, 2001) pada penelitian ini digunakan commit to user radikal bebas yang menimbulkan STZ yang salah satu mekanismenya membentuk 49 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id kerusakan sel, dengan adanya vitamin C pada kimpul dapat menghambat kerusakan sel beta pankreas. Hasil penelitianWulandari et al (2012), menunjukkan ada hubungan yang signifikan antara asupan vitamin C dengan kadar gula darah penderita diabetes, hal ini karena vitamin C dapatmeningkatkan sensitivitas insulin dan dapat menurunkan kadar glukosa darah. Vitamin Cmengurangi toksisitas glukosa dan berkontribusi dalam pencegahan penurunan massa sel beta danpeningkatan jumlah insulin. Berkaitan dengan peran menurunkan kadar glukosa darah ,vitamin C memainkan peran dalam memodulasi aksi insulin pada penderita DM, terutama dalam metabolisme glukosa non oksidatif. Kimpul merupakan tanaman yang mempunyai kandungan saponin dan flavonoid pada daun dan umbinya (Rita et al., 2010). Senyawa dari flavonoid yang diduga memiliki aktivitas dalam penurunan kadar glukosa darah adalah kuersetin. Mekanisme kuersetin sebagai antioksidan sekunder adalah dengan cara memotong reaksi oksidasi berantai radikal bebas atau dengan cara menangkapnya (Winarsi, 2007).Peranan antioksidan sangat penting dalam menetralkan dan menghancurkan radikal bebas yang dapat menyebabkan kerusakan sel dan juga merusak biomolekul, seperti DNA, protein, dan lipoprotein di dalam tubuh yang akhirnya dapat memicu terjadinya penyakit degeneratif, seperti kanker, jantung, artritis, katarak, diabetes, dan hati (Silalahi, 2002). Kuersentin memperlihatkan aktivitas sebagai antioksidan dengan menurunkan peroksidasi lipid (MDA) dan meningkatkan aktivitas enzim commit to user perpustakaan.uns.ac.id 50 digilib.uns.ac.id antioksidan pada tikus diabetes melitus yang diinduksi STZ. Pada penelitian ini kuersetin pada umbi kimpul diperkirakan meningkatkan induksi sekresi insulin oleh glukosa pada sel beta pankreas yang masih berfungsi. Kuersetin yang mempunyai kemampuan untuk mengikat atom atau sebagai scavenging bagi radikal bebas sehingga tidak terbentuk ROS berlebihan. Aktivitas yang kuat sebagai scavenger yang mampu meningkatkan aktivitas superoxide dismutase (SOD) dan juga catalase (CAT). SOD adalah garis pertahanan pertama terhadap ROS yang mengkonversi selanjutnya catalase melakukan detoksifikasi menjadi molekul oksigen dan air (Sulistyorini et al., 2015). Menurut Sulistyorini et al (2015), kuersetin merupakan senyawa yang mampu meregenerasi sel beta pankreas,hal ini sesuai dengan penelitian ini bahwa sel beta mengalami regenerasi pada perlakuan umbi kimpul dari jumlah sel beta pankreas (Tabel 2 dan Tabel 3) yang lebih banyak dibandingkan dua perlakuan lainnya. Penelitian yang dilakukan oleh Adewole et al (2006), bahwa tikus diabetes melitus yang diinduksi STZ dan terapi kuersetin tidak ditemukan infiltrasi sel radang dan islet terlihat mengalami peningkatan dalam intensitas granulasi. Menurut Sulistyorini et al (2015), kuersetin mampu menstimulasi sel-sel progenitor pada saluran pankreas untuk berdiferensiasi membentuk sel pulau Langerhans baru atau sel endokrin pada tikus diabetes. Menurut Shreeve (2005), makanan yang memiliki indeks glikemik (IG) tinggi menyebabkan peningkatan besar glukosa darah dengan cepat, sedangkan makanan yang memiliki IG rendah membantu menjaga kadar glukosa darah tetap commit to user stabil, sehingga dapat dikatakan bahwa kimpul merupakan makanan yang 51 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id memiliki IG rendah. Listiatiet et al (2011), mengatakan bahwa pada penderita diabetes menunjukkan bahwa penggantian karbohidrat yang memiliki IG tinggi dengan pangan yang memiliki IG rendah akan memperbaiki pengendalian gula darah. Salah satu komponen yang mendukung besar kecilnya IG dalam bahan pangan adalah karbohidrat. Kimpul yang dimasak degan dikukus menurut Yuliningsih (2015) memiliki karbohidrat 30,34 gram/100 gram berat bahan. Semakin berlebihan asupan karbohidrat besar kemungkinan terjangkitnya DM (Maulana., 2008). Mekanisme hubungan konsumsi karbohidrat dengan kadar glukosa darah yaitu karbohidrat akan dipecah dan diserap dalam bentuk monosakarida, terutama glukosa. Penyerapan glukosa menyebabkan peningkatan kadar gula darah dan meningkatnya sekresi insulin (Linder, 2000). commit to user