BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Olahraga endurance seperti sepatu roda adalah tipe olahraga yang memiliki tingkat stres oksidatif tinggi, meningkatkan kerusakan otot dan jaringan, serta memicu terjadinya inflamasi yang berdampak pada penurunan imunitas tubuh (Calle dan Fernandez, 2010). Beberapa penelitian yang dilakukan pada atlet balap sepeda, marathon dan triathlon, menunjukkan bahwa peningkatan kejadian ISPA pada atlet berhubungan dengan penurunan sekresi dan konsentrasi imunoglobulin A secretory (SIgA). Selain itu, olahraga dengan intensitas tinggi dalam durasi yang lama juga mensupresi fungsi imun tubuh melalui mekanisme penurunan jumlah dan fungsi sel darah putih. Efek ini bersifat akut, di mana jumlah sel darah putih akan kembali normal setelah 24 jam. Pengaruh olahraga endurance terhadap fungsi sistem imun juga terjadi lewat perubahan aktivitas neuroendokrin, yaitu pelepasan hormon stres seperti katekolamin dan kortikosteroid yang memicu penurunan fungsi sistem imun (Ferrari, 2013). Berkaitan dengan imunitas, salah satu zat gizi yang berperan dalam fungsi imun adalah zink. Zink berperan penting dalam perkembangan dan aktivitas sistem imun non spesifik termediasi sel seperti neutrofil dan sel NK, perkembangan, aktivasi, dan produksi sel T-helper dan limfosit B, pengaturan makrofag, replikasi DNA serta transkripsi RNA, serta berfungsi sebagai antioksidan yang melindungi membran (Shankar dan Prasad, 1998). Peran zink yang lain adalah pengatur stabilitas struktur protein dan kofaktor 1 metaloenzim seperti lactate dehydrogenase (LDH), superoxide dismutase (SOD), dan carbonic anhydrase (CA) (Chu dan Samman, 2014). Selain diperlukan pada sistem imun, zink juga berperan dalam menjaga integritas kulit, penyembuhan luka, perkembangan otot, penglihatan dan fungsi gastrointestinal pada manusia. Meskipun konsentrasi zink pada otot skelet tidak besar (51 µg/g), namun massa pembentuk otot skelet paling besar adalah zink. Tingginya zink ditemukan pada otot skelet karena otot skelet mengalami stres oksidatif yang tinggi (Driskell dan Wolinsky, 2006). Status zink atlet memiliki pengaruh terhadap performanya. Penelitian oleh Khaled et al (1997) menunjukkan bahwa atlet sepakbola yang memiliki kadar serum zink rendah (hipozincemia) mengalami penurunan performa dan peningkatan viskositas darah yang disebabkan oleh peningkatan fragilitas eritrosit. Kadar zink yang rendah dalam darah disebabkan oleh keluarnya zink dari keringat dan peningkatan zinc uptake dari darah ke otot akibat adanya kerusakan atau inflamasi sel otot (Chu dan Samman, 2014). Rendahnya konsentrasi serum zink dikaitkan dengan penurunan kekuatan otot dan pengurangan kapasitas latihan. Konsentrasi serum zink memiliki hubungan yang signifikan dengan kekuatan isometric adductor. Rendahnya jumlah zink mengurangi peak power output dan menurunkan lactate threshold. Oleh sebab itu, konsentrasi serum zink yang kurang dapat menjadi indikator melemahnya fungsi fisiologis terkait dengan ketidakcukupan (rendahnya) asupan zink dan/atau kehilangan zink dalam jumlah yang besar (Driskell dan Wolinsky, 2006). Menanggapi adanya hubungan antara latihan endurance, status zink dan performa, beberapa penelitian telah dilakukan untuk mengkaji pengaruh 2 pemberian suplementasi zink pada performa atlet. Pemberian zink dosis rendah sebanyak 20 mg/hr selama tujuh hari pada sepuluh laki-laki dewasa yang melakukan aktivitas moderat tidak berpengaruh terhadap kadar serum zink (Khaled, 1998). Sementara pemberian suplementasi zink dosis tinggi (135 mg/hari selama 14 hari) meningkatkan performa isokinetik dan isometrik pada atlet wanita, serta memperbaiki reologi darah yaitu peningkatan deformabilitas eritrosit dan penurunan agregabilitas eritrosit (Khaled, 1999). Suplementasi zink juga berpengaruh pada peningkatan aktivitas antioksidan tubuh melalui penekanan peroksidasi lipid dan aktivasi sistem antioksidan tubuh (Ozturk, 2003). Penelitian oleh de Oliveira et al (2009) yang memberikan suplementasi zink 22 mg/hari selama 12 minggu pada atlet sepakbola laki-laki memberikan hasil adanya peningkatan kadar plasma zink dan Fe eritrosit, penurunan kadar zink urin, serta penurunan fragilitas eritrosit, tetapi memberi efek samping penurunan kadar plasma Fe dan Cu. Tidak seperti mikronutrien lain seperti zat besi, zink tidak memiliki bentuk simpanan dalam tubuh. Sehingga demi menjaga kadar zink yang normal dalam tubuh, diperlukan dari asupan makanan yang cukup. Adanya peningkatan aktivitas fisik dan hilangnya zink pada keringat dan urin pada atlet menyebabkan kebutuhan akan zink meningkat, meskipun jumlah spesifik asupan zink yang diperlukan tidak bisa ditentukan dengan mudah (Michelletti, 2001). Rekomendasi suplementasi zink untuk atlet berkisar antara 30-60 mg/hari (Barrie et al, 1987). Konsumsi suplemen zink dalam dosis tinggi (>150 mg/hari atau 10 kali lipat dari AKG) dalam jangka panjang akan menyebabkan penurunan konsentrasi plasma lipoprotein dan penurunan absorbsi Cu yang 3 berpengaruh pada gangguan transport Fe dan berujung pada anemia (Festa, 1987). Zink banyak terkandung dalam bahan makanan hewani, sementara bahan makanan serealia cenderung menghambat penyerapan zink karena kandungan asam fitatnya. Demi memenuhi kebutuhan zink pada atlet, diperlukan pemberian makanan yang kaya kandungan zink dan memiliki availibilitas yang tinggi sehingga mudah diabsorpsi (Michelleti, 2001). Pengaruh pemberian suplementasi zink terhadap status zink atlet setelah latihan endurance masih menjadi hal yang belum dapat dijelaskan secara pasti. Oleh karena itu, diperlukan kajian lebih lanjut mengenai pengaruh pemberian suplementasi zink terhadap status zink atlet setelah latihan endurance. B. Rumusan Masalah 1. Bagaimana pengaruh latihan endurance terhadap perubahan kadar serum zink atlet? 2. Bagaimana pengaruh pemberian suplemen zink terhadap kadar serum zink atlet setelah latihan endurance? 3. Adakah perbedaan perubahan kadar serum zink atlet setelah latihan endurance pada kondisi tidak tersuplementasi zink dan tersuplementasi zink? C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Mengetahui pengaruh pemberian suplementasi zink terhadap status zink atlet sepatu roda setelah latihan endurance. 4 2. Tujuan Khusus a) Mengetahui pengaruh latihan endurance terhadap kadar serum zink atlet setelah latihan. b) Mengetahui pengaruh pemberian suplemen zink terhadap kadar serum zink atlet setelah latihan endurance. c) Mengetahui perbedaan perubahan kadar serum zink atlet setelah latihan endurance pada kondisi tidak tersuplementasi zink dan tersuplementasi zink. D. Manfaat Penelitian 1. Bagi Perkembangan Ilmu Pengetahuan Penelitian ini bermanfaat sebagai bentuk pengkajian lebih dalam tentang manfaat zink terhadap status zink atlet sepatu roda setelah endurance training. 2. Bagi Peneliti Hasil dari penelitian ini menjadi jawaban tentang pengaruh suplementasi zink terhadap status zink atlet yang berkaitan dengan endurance atlet. 3. Bagi Atlet Hasil dari penelitian ini menjadi informasi kepada atlet tentang manfaat suplemen zink untuk menjaga status zink atlet setelah endurance training. 4. Bagi Official Team Sepatu Roda Hasil dari penelitian ini menjadi referensi bagi manajemen tim untuk memberikan suplementasi zink demi menjaga status zink atlet setelah endurance training. 5 5. Bagi Masyarakat Luas Penelitian ini menjadi informasi kepada masyarakat luas tentang manfaat suplementasi zink dalam menjaga status zink atlet setelah melakukan endurance training. 6. Bagi Peneliti Lain Penelitian ini dapat menjadi acuan bagi peneliti lain untuk melakukan penelitian lebih lanjut tentang manfaat suplementasi zink terhadap status zink atlet. E. Keaslian Penelitian 1. Khaled, S. (1998) dengan judul Effect of Zinc Supplementation on Blood Rheology During Exercise menguji pengaruh suplementasi zink glukonat sebanyak 20 mg/hari selama seminggu pada 10 laki-laki dewasa yang dites dengan latihan submaksimal terhadap status reologi darah dan ketahanan terhadap kelelahan. Hasil yang diperoleh adalah intervensi yang dilakukan dapat memperbaiki deformabilitas eritrosit, mencegah peningkatan viskositas darah karena faktor stress dan meningkatkan ketahanan terhadap latihan sehingga tidak mudah lelah. Perbedaan dengan penelitian yang dilakukan adalah subjek yang dipilih, jenis suplementasi zink yang diberikan dan variabel terikat yang digunakan. 2. DiSilvestro et al (2015) dalam penelitiannya yang berjudul Moderately High Dose Zinc Gluconate or Zinc Glycinate: Effects on Plasma Zinc and Erythrocyte Superoxide Dismutase Activities in Young Adult Women bertujuan untuk mengetahui efek suplementasi zink glukonat dan glikinat 6 sebanyak 60 mg/hari selama 6 minggu terhadap kadar zink plasma dan SOD eritrosit pada wanita dewasa. Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa terjadi peningkatan kadar zink plasma yang signifikan pada kelompok intervensi suplemen zink glikinat, sementara pada kelompok suplemen zink glikonat dan plasebo tidak terdapat peningkatan yang signifikan. Aktivitas SOD eritrosit tidak mengalami perubahan di ketiga kelompok. Kesimpulan yang diambil adalah suplementasi zink glikinat lebih efektif dalam memperbaiki status zink bila dila dibandingkan dengan zink glukonat. Perbedaan dengan penelitian ini terletak pada subjek yang dipilih jenis suplementasi zink yang diberikan, serta dosis dan periode pemberian suplemen. 3. Penelitian oleh de Oliveira et al (2009) yang berjudul Effects of Zinc Supplementation on the Antioxidant, Copper, and Iron Status of Physically Active Adolescents bertujuan untuk mengetahui pengaruh suplementasi zink terhadap parameter antioksidan, zink, dan tembaga pada atlet sepakbola remaja. Suplementasi zink diberikan dalam bentuk zink gluconate sebanyak 22 mg/hari selama 12 minggu. Penilaian plasma zink, Fe eritrosit, zink urin, zink eritrosit, plasma Fe, dan fragilitas eritrosit diukur setelah pemberian intervensi selesai. Hasil dari penelitian menunjukkan adanya peningkatan plasma zink, zink eritrosit dan Fe eritrosit setelah intervensi, serta penurunan plasma besi dan tembaga. Kesimpulan yang diambil adalah suplementasi zink pada atlet remaja bermanfaat untuk 7 peningkatan kapasitas antioksidan tubuh, tetapi menurunkan status besi dan tembaga dalam tubuh. Perbedaan dengan penelitian ini terletak pada subjek yang dipilih, jenis suplementasi zink yang diberikan, dan variabel terikat yang digunakan. 4. Polat, Yahya (2011) dalam penelitiannya Effects of Zinc Supplementation on Hematological Parameters of High Performance Athletes bertujuan untuk mengetahui pengaruh suplementasi zink sebanyak 2,5 mg/kg BB/hari selama 8 minggu terhadap jumlah eritrosit dan leukosit serta parameter hematologi lain pada atlet tinju laki-laki. Hasil dari penelitian adalah jumlah eritrosit, leukosit, hemoglobin, hematokrit, dan platelet pada kelompok latihan dengan suplementasi zink lebih tinggi daripada kelompok tanpa suplementasi. Kesimpulan yang ditarik adalah pemberian suplementasi zink memberikan manfaat positif terhadap parameter hematologi pada atlet, yang berhubungan dengan peningkatan performa dan endurance atlet. Perbedaan penelitian ini terletak pada subjek yang dipilih, variabel terikat yang digunakan, dan jenis suplementasi yang diberikan. 8