konsep perjanjian (covenant) sebagai keunikan teologia

advertisement
Konsep Perjanjian (Covenant) Sebagai Keunikan Teologia Reformed – Pdt. I. Bagus Seta
KONSEP PERJANJIAN (COVENANT) SEBAGAI
KEUNIKAN TEOLOGIA REFORMED
Pdt. I. Bagus Seta
Abstrak
Pemahaman teologia Reformed seringkali dipahami hanya sebagai
predestinasi saja. Padahal sebenarnya, teologia Reformed berbicara
tentang satu wawasan berpikir yang utuh dan terintegrasi. Dalam
membentuk dan menyusun suatu rancang bangun teologia, dibutuhkan satu
cara penafsiran yang mencakup keseluruhan benang merah dari Alkitab.
Di sinilah teologia Reformed menunjukkan keunikannya dibandingkan
dengan paham-paham teologia yang lain: Konsep Perjanjian (Covenant)
yang bersifat dinamis dan aktif. Konsep perjanjian menurut paham
teologia Reformed ini merupakan satu turunan dari pemahaman mengenai
Kedaulatan Allah yang mutlak, manusia sebagai mahkota ciptaan yang
jatuh dalam dosa, serta anugerah keselamatan dalam Kristus Yesus. Dari
mana asal konsep perjanjian ini? Tidak lain dari Alkitab sendiri, yang
dibaca secara utuh dan sebagai satu kesatuan kanonik yang berotoritas
sebagai Firman Allah. Di dalam kerangka berpikir inilah Wawasan
Reformed (Reformed Wildview) dibentuk untuk membawa kemuliaan
hanya bagi Allah saja (Soli Deo Gloria).
Pengertian Istilah
Pemahaman konsep Perjanjian (Covenant) merupakan salah satu
keunikan teologia Reformed yang tidak banyak dipahami oleh orang.
Padahal, pemahaman ini merupakan salah satu pembeda antara teologia
Reformed dengan theologia yang lain. Penulis masih ingat ketika di
sekolah teologia, dosen Teologia Sistematika, Chris Balzer, menegaskan
bahwa banyak teolog yang menyebut diri Reformed tetapi sesungguhnya
tidak memiliki pemahaman yang utuh mengenai Teologia Perjanjian
Page 1 Konsep Perjanjian (Covenant) Sebagai Keunikan Teologia Reformed – Pdt. I. Bagus Seta
(Covenant Theology). Bahkan, banyak dari para pemikir di dunia teologia
yang hanya membaca dan mengerti Teologia Perjanjian tetapi tidak
sungguh-sungguh mendalami dan merenungkan keajaiban teologia ini.
James Packer bahkan berani menegaskan bahwa tidak ada pemahaman
teologia yang sejati tanpa mengerti konsep Perjanjian.1 Mengapa kita harus
berbicara tentang keajaiban Perjanjian (Covenant)? Karena konsep
Perjanjian Allah adalah kekayaan teologi yang sangat praktis. Teologi -pelajaran tentang Allah, perenungan akan Pribadi dan rahasia-Nya2 -- telah
membuka suatu harta yang tidak pernah kita bayangkan. Kekayaan
perjanjian bagi emreka yang ada di bawah, atau di dalam, perjanjian
berarti memiliki hubungan dengan Allah. Dialah Kepala yang Kekal dari
perjanjian itu, dan Dia peduli kepada mereka yang mengikat perjanjian
dengan-Nya. Mereka ini adalah miliknya, dan Dia bertanggung jawab atas
diri mereka. Bahkan, anak-anak dan keluarga merekapun ada dalam
perlindungan perjanjian ini.
Apa itu Perjanjian? Definisi umum adalah suatu kontrak, yang
diselenggarakan oleh dua pihak yang setara dan sederajat statusnya.
Namun ternyata, bukan definisi ini yang digunakan di dalam Alkitab. Di
dalam Perjanjian, kita mendapat satu jaminan yang kekal dan hidup dari
Kristus Yesus sendiri akan perlindungan dan pemeliharaan di dalam dunia
ini. Jika kita ingin berbicara tentang jaminan hidup, maka hal yang
sedemikian hanya dapat timbul dari keberadaan di dalam perjanjian Allah - yakni, perjanjian Sang Bapa sendiri. Menyadari akan hal ini memberikan
perbedaan yang utama di dalam hidup kita dan memberikan kedamaian di
dalam hati kita. Tentu saja, perjanjian ini bukanlah sekedar ide saja,
melainkan janji yang teguh dari Allah, dan membantu kita untuk
menegaskan pengharapan bagi masa depan yang lebih cemerlang.
Mengerti Perjanjian hanya sebagai sebuah kontrak akan menyebabkan
pemahaman yang salah tentang Allah. Allah dipandang bukanlah sebagai
Allah yang berjanji melainkan Allah yang melakukan kontrak. Perjanjian
bukan kontrak namun di dalamnya tetap mengandung satu kewajiban:
kewajiban kasih dan ucapan syukur bahwa kita tidak perlu memikirkannya
sebagai suatu kontrak. Jika demikian halnya, apakah perjanjian itu?
Kata 'perjanjian' secara umum berbicara tentang relasi antara dua
pihak, biasanya dalam bisnis. Pada jaman Israel kuno, istilah ini sangat
umum dipakai. Hampir setiap budaya kuno mempergunakan kata ini. Ada
Page 2 Konsep Perjanjian (Covenant) Sebagai Keunikan Teologia Reformed – Pdt. I. Bagus Seta
perjanjian antara raja-raja dengan rakyatnya; ada perjanjian antar-pribadi;
perjanjian tentang tanah dan lain sebagainya. Alkitab menggunakan kata
'perjanjian' ini beratus-ratus kali dalam berbagai situasi yang baru kita
jelaskan. Istilah ini pertama kali muncul di dalam Alkitab yakni di dalam
kitab Kejadian 6:18 -- suatu perjanjian antara Allah dengan Nuh -- dan
penyebutan terakhir adalah di dalam kitab Wahyu 11:19 dimana
disebutkan kata 'tabut perjanjian'. Sejarah Kerajaan Allah pada dasarnya
berbicara tentang Perjanjian Allah (God's Covenant) dengan umat-Nya.
Apa itu Perjanjian? Perjanjian adalah hubungan persekutuan yang intim
antara Allah dengan manusia, ditetapkan, dipelihara dan dipenuhi secara
berdaulat oleh Allah sendiri; dan menuntut baik hidup maupun mati dari
kedua belah pihak.3 Ada tujuh tokoh penting dalam konsep Perjanjian ini
sebelum Perjanjian itu mencapai puncaknya di dalam diri Tuhan Yesus
Kristus: Adam dan Hawa, Nuh, Abraham, Musa (dan Yosua), Daud serta
Para Nabi. Mereka semua termasuk di dalam Perjanjian Lama. Mereka
memainkan peranan yang sangat penting dalam Perjanjian yang bersifat
makin maju dan tersingkap (progressive and unfolding), yang dapat
diringkas sebagai berikut:
Page 3 Konsep Perjanjian (Covenant) Sebagai Keunikan Teologia Reformed – Pdt. I. Bagus Seta
1.
Adam dan Hawa -- Perjanjian Penciptaan.
2. Nuh -- Perjanjian Pemeliharaan.
3. Abraham -- Perjanjian Anugerah Dijanjikan
4.
Musa (dan Yosua) -- Pembaruan Perjanjian
5.
Daud -- Perjanjian Kerajaan
6.
Para Nabi -- Para Pengawal Perjanjian
Ketika kita membahas tentang konsep Alkitab tentang perjanjian, kita
harus membaca Alkitab seluruhnya. Alkitab menggunakan istilah
perjanjian ini pertama kali ketika Allah berbicara dengan Nuh. Dalam
Kejadian 6:18 perjanjian ini dilakukan pertama kali dengan Nuh, dan
dengan perjanjian ini Allah menjanjikan Nuh bahwa dia dan keluarganya
tidak akan dimusnahkan oleh air bah lagi. Perjanjian Allah dengan Nuh
dan keturunannya ini bersifat kekal.4 Hal inilah yang kemudian
memperluas perjanjian itu ke seluruh dunia, 'perjanjian antara Aku dengan
bumi ini.'
Perjanjian berikutnya dibuat antara Abraham dengan Allah perjanjian
ini menjanjikan banyak berkat, dan seluruh bangsa-bangsa di atas bumi
yang mengenal Abraham dan memberkati diri mereka dengan berkat
Abraham ini akan juga dilimpahi berkat. Sebaliknya mereka yang
mengutuk Abraham dan/atau keturunannya akan juga dikutuk. Sekalipun
Allah menolak Ismail sebagai pewaris berkat dan perjanjian ini, namun
Allah tetap menjanjikan berkat atasnya. Ishak, anak Abraham dari Sara,
adalah sang pewaris dan berkat ini, dan anaknya, Yakub -- dan bukannya
si sulung Esau -- adalah pewaris berikutnya. Anak-anak Yakub yang
jumlahnya dua belas orang anak laki-laki yang merupakan nenek moyang
dari seluruh bangsa Israel mewarisi janji-janji dan berkat-berkat dari
Perjanjian ini.
Selama berabad-abad Israel sering tidak menaati perjanjian yang telah
dibuat Allah dengan mereka sebagai suatu bangsa, dan oleh karena itu
Israel dihukum; kadang melalui pendudukan oleh bangsa lain; kadangkala
Page 4 Konsep Perjanjian (Covenant) Sebagai Keunikan Teologia Reformed – Pdt. I. Bagus Seta
melalui perubahan cuaca dan bencana alam; dan mencapai puncaknya
melalui pembuangan mereka. Pembuangan Kerajaan Utara mengakibatkan
lenyapnya kerajaan ini dari sejarah. Sedangkan Kerajaan Selatan yang
terdiri atas suku-suku Yehuda dan Benyamin juga mengalami
pembuangan, namun beberapa dari antara mereka kembali ke Palestina.
Ketika Israel dalam keadaan yang cukup baik, Allah membuat suatu
janji yang sebenarnya merupakan suatu perjanjian; yang dikenal sebagai
Perjanjian Daud. Tentu saja Daud sendiri telah tiada, namun Allah akan
membangkitkan seseorang yang seperti Daud, dan bahkan lebih besar dari
Daud sendiri. Israel akan memperluas kerajaannya dan, melalui perjanjian
ini, damai akan memerintah di atas bumi. Oleh karena itulah maka raja
keturnan Daud yang baru ini adalah Sang Mesias. Sebagai seorang
Gembala-Raja dia akan memerintah atas kawanan domba Allah, Israel,
namun kemudian yang lain akan membawa domba-domba ini. Kita tahu
bahwa para nabi sudah dibangkitkan Allah untuk menjadi utusan-Nya
kepada umat-Nya. Mereka akan memperbaiki kesalahan, memberikan
pandangan-pandangan yang segar akan Allah sebagai Allah yang telah
berjanji kepada umat-Nya, menjaga hukum Allah sesuai nasihat mereka
dan menubuatkan hal-hal yang akan terjadi di masa depan. Satu hal besar
yang akan terjadi di masa depan adalah Perjanjian Daud dan Kerajaan
Daud. Apa yang lambat laun tampak di permukaan adalah bahwa
perjanjian Allah yang baru akan dibuat dengan umat-Nya, dan bahwa
perjanjian ini akan menggantikan perjanjian yang telah Dia buat dengan
Israel di gunung Sinai. Tidak ada petunjuk bahwa Perjanjian Baru ini akan
menggantikan perjanjian yang telah dibuat dengan Abraham. Bahkan,
Perjanjian Baru akan merupakan penggenapan dari Perjanjian Abraham
ini.
Oleh karena itu, tampaknya sejarah perjanjian bermula dari Nuh, dan
perjanjian ini berkaitan dengan ciptaan. Segenap ciptaan akan dilindungi
oleh perjanjian ini. Perjanjian dengan Abraham lebih diarahkan kepada
berkat Allah kepada para keturunan Abraham, dan kemudian kita akan
melihat bahwa para keturunan ini bukan hanya yang merupakan keturunan
darah, melainkan juga yang menajdi keturunan secara iman. Janji-janji
kepada Abraham mengalir melalui Israel dan, dalam Perjanjian Baru, ke
seluruh dunia. Janji-janji ini hanya dapat diperoleh dengan iman. Hal ini
berlaku untuk semua perjanjian. Jikalau kesimpulan ini benar, maka ada
Page 5 Konsep Perjanjian (Covenant) Sebagai Keunikan Teologia Reformed – Pdt. I. Bagus Seta
dua pertanyaan khusus yang harus kita lontarkan, "Apakah perjanjian
mulai dengan Nuh?" dan "Apakah anugerah Allah mulai dengan perjanjian
yang dibuat-Nya dengan Abraham?"
Keberadaan Perjanjian-perjanjian Manusia
Sebelum kita dapat menjawab pertanyaan ini kita perlu memahami
keberadaan perjanjian-perjanjian Allah. Sebagian besar perjanjian manusia
bersifat bilateral, yakni, kontrak yang dibuat oleh dua orang atau pihak.
Jikalau hanya satu orang atau pihak yang menetapkan suatu persetujuan
dan menetapkan semua syarat-syaratnya, maka ini disebut perjanjian
unilateral.
Beberapa pakar menduga bahwa Israel mendapat ide tentang
perjanjian ini dari bangsa-bangsa di sekelilingnya.5 Memang harus diakui
bahwa ide perjanjian memang ada. Hal ini disebabkan karena manusia
tidak dapat hidup bersama tanpa terlebih dahulu menetapkan suatu
kesepakatan atau persetujuan. Mereka juga perlu untuk menetapkan
klausa-klausa pengikat dan bahkan hukum-hukuman atau pemulihanpemulihan jika salah satu melanggar kesepakatan. Sistem-sistem politik
juga bekerja dengan cara perjanjian atau kesepakatan. Demikianlah jika
kita menganut suatu sistem demokratis, sosialis dan diktaktor dengan mana
berbagai bangsa diatur. Dalam hidup manusia sehari-hari kita
membutuhkan hal-hal seperti kesepakatan dan kontrak, dan hukuman bagi
mereka yang melanggarnya. Alasan mengapa kita perlu membuat kontrakkontrak dan kesepakatan-kesepakatan serta persetujuan-persetujuan adalah
karena kita tidak dapat mempercayai orang-orang atau kelompokkelompok atau bangsa-bangsa. Ini adalah hal yang wajar ketika kita
mencoba untuk hidup di dunia dimana manusia tidak lagi dapat dipercayai.
Page 6 Konsep Perjanjian (Covenant) Sebagai Keunikan Teologia Reformed – Pdt. I. Bagus Seta
Keberadaan Perjanjian atau Perjanjian-perjanjian Allah
Ketika kita kaitkan dengan Allah, maka perihal perjanjian ini menjadi
berbeda. Hampir semua yang kita bicarakan di atas tidak dapat diterapkan
pada perjanjian atau perjanjian-perjanjian Allah. Yang menyolok misalnya
kenyataan bahwa Perjanjian-perjanjian Allah selalu bersifat unilateral dan
bukannya bilateral.
Bagaimana dengan indikasi aturan kontrak dalam isi Perjanjian antara
Allah dengan manusia? Secara langsung kita kemudian menunjuk kepada
Perjanjian Hukum yang dibuat dengan Israel di Sinai. Mereka menunjuk
bahwa Allah berkata kepada mereka bahwa jika mereka menaati hukumNya, maka Dia akan menyelamatkan mereka. Sebenarnya tidaklah
demikian, namun susah sekali untuk meyakinkan manusia yang sudah
memiliki suatu pemahaman tertentu akan hal ini. Hukum ini diberikan
dalam anugerah, dan dalam menaatinya haruslah dengan kasih: kalau tidak
maka tidak akan disebut sebagai suatu ketaatan. Hukum itu sendiri
sebenarnya merupakan suatu hal yang baik kalau ditaati. Yang paling
dapat kita katakan mengenai manusia dalam upaya 'menaati perjanjian' itu
adalah bahwa mereka harus melakukannya keluar dari tuntutan kasih.
Apa yang menjadi pemikiran Allah tentang perjanjian? Allah adalah
kasih dan ketika Dia mencipta ciptaan-Nya Dia telah menanamkan
keseluruhan prinsip tentang perjanjian. Hal ini tidak perlu diungkapkan
secara tersurat, dan oleh karena itu tidak secara jelas tertulis dalam naskah
pasal-pasal awal kitab Kejadian.
Allah kita pada hakekatnya adalah Allah yang menegakkan
perjanjian. Karena ada Tiga Pribadi dalam satu hakekat keAllah-an maka
terjadi satu kesatuan dalam kasih yang mengalir Bapa kepada Anak dan
Roh Kudus, dan mereka menanggapinya dengan kasih kepada Bapa.
Ketritunggalan Allah selalu berhubungan satu dengan yang lain. Masingmasing Pribadi bersesuaian dengan dua Pribadi yang lain. Mereka hidup
dalam satu sama lain; yakni, mereka hidup dalam persekutuan kasih -ketiganya yang esa.
Ketika Allah menciptakan manusia menurut gambar-Nya, maka
manusia hidup dalam hubungan persekutuan dengan Allah. Hubungan
persekutuan ini harus dipahami sebagai suatu perjanjian dari mulanya,
Page 7 Konsep Perjanjian (Covenant) Sebagai Keunikan Teologia Reformed – Pdt. I. Bagus Seta
namun bukan dalam pengertian hidup secara kontrak. Allah tidak pernah
mengatakan, 'Jika engkau melakukan hal ini maka Aku akan melakukan
hal itu', atau 'Aku memberikan ini tetapi kamu harus menaati-Ku, kalau
tidak kamu akan dihukum.'
Hal ini tidak mudah diterima bagi beberapa orang. Beberapa dari
orang-orang ini mempunyai anggapan bahwa di Taman Eden, Allah
mengatakan kepada manusia untuk berlaku baik, kalau tidak maka ia -laki-laki dan perempuan-- akan mati. Namun jika dia menaati Allah, yakni
menjaga hukum Allah, maka ia akan diselamatkan. Ada orang lain lagi
yang beranggapan bahwa Allah telah membuat suatu perjanjian dengan
Sang Anak sebelum dunia diciptakan, dan kesepakatannya adalah bahwa
Anak akan datang ke dunia untuk mati bagi manusia berdosa untuk
menyelamatkan mereka. Inilah yang disebut 'Perjanjian Penebusan.' Lebih
baik dikatakan bahwa Tritunggal adalah Esa secara hakekat, dan di dalam
keesaan ini direncanakan keselamatan manusia sebelum adanya waktu.
Ketika manusia dicipta, dia ada di dalam satu persekutuan dengan Allah,
dan inilah hubungan yang kita sebut sebagai Perjanjian. Perjanjian ini
diadakan dengan semua manusia, diwakili di dalam diri Adam. Ketika
Adam memutuskan hubungan dengan Allah, dia memutuskan perjanjian;
tetapi dari pihak Allah, Dia tidak melanggar perjanjian itu. Dia
menetapkan untuk menebus manusia melalui Anak-Nya, dan inilah yang
disebut sebagai Perjanjian Baru. Tidak ada satupun klausul perjanjian yang
ditinggalkan oleh Allah, tetapi banyak yang telah meninggalkan Allah, dan
oleh karena itu menggap dirinya telah ditinggalkan oleh Allah.6
Jika kita telusuri semua perjanjian yang disebutkan di dalam Alkitab - dengan Nuh, Abaraham, Israel, Daud dan Perjanjian baru dengan Kristus
sebagai Pengantaranya -- maka kita akan melihat bahwa semuanya
dikeluarkan di dalam anugerah. Anugerah adalah kasih Allah dalam
tindakan bagi manusia yang tak berlayak menerimanya. Tidak mungkin
hal ini disebut sebagai suatu kontrak. Tentulah Allah mempunyai suatu
pengharapan bahwa ketika Dia membuat suatu perjanjian maka mereka
yang menerima perjanjian itu akan tinggal di dalam hubungan perjanjian,
dan akan tetap menjaga ketentuan kasih. Mereka tidak akan menyianyiakan atau berpaling dari perjanjian yang sudah dibuat-nya karena
mereka memiliki hubungan pribadi dengan Dia, dan oleh karena itu
mereka akan bersatu dengan Dia, dan mencintai dan menjaga hukum-Nya.
Page 8 Konsep Perjanjian (Covenant) Sebagai Keunikan Teologia Reformed – Pdt. I. Bagus Seta
MELIHAT PERJANJIAN-PERJANJIAN DALAM ALKITAB
Perjanjian Pertama
Sebagai bentuk perjanjian yang bersifat ciptaan dan umum, perjanjian
pertama muncul di dalam penciptaan. Berada di dalam keberadaan
Tritunggal sudah ditanamkan di dalam diri manusia ketika diciptakan.
Sebagaimana Pribadi-Pribadi dalam Tritunggal bersekutu satu dengan
yang lain, demikianlah manusia ada di dalam hubungan dengan Allah
ketika diciptakan dalam gambar-Nya. Kita tidak memiliki bukti Alkitab
secara eksplisit mengenai hal ini, namun hal ini tidak perlu dipersoalkan
jikalau kita bisa memahami pokok permasalahannya. Ayat yang paling
dekat yang menunjukkan bahwa Allah memiliki suatu perjanjian dengan
Adam adalah Hosea 6:7 yang oleh para Reformator digunakan untuk
menyatakan bahwa Allah membuat suatu perjanjian dengan manusia yang
pertama, 'Tetapi mereka itu telah melangkahi perjanjian di Adam, di sana
mereka telah berkhianat terhadap Aku.' Terjemahan Authorised Version
menafsirkan Adam sebagai pribadi, sementara sebagian besar penafsir
menganggap kata Adam menunjuk kepada tempat. Bahasa Ibraninya
berbunyi demikian, 'sebagaimana Adam mereka telah melanggar
perjanjian', dan jika ini merupakan terjemahan yang tepat, akan
mendukung kepada pemahaman bahwa memang ada perjanjian antara
Adam dengan Allah. Namun apapun juga persoalannya, kita tidak dapat
mendasarkan seluruh doktrin bahwa Allah mengadakan perjanjian dengan
Adam pada satu ayat yang maknanya sendiri masih simpang siur. Satu
penafsir menerjemahkannya demikian, 'Tapi lihatlah -- mereka melangkahi
perjanjian-Ku seperti layaknya debu'.7
Cara terbaik untuk memikirkan tentang perjanjian yang diadakan
dengan Adam adalah dengan melihat kepada perjanjian dengan Nuh,
secara khusus dapat dilihat di dalam Kejadian 6:18 dan 9:8-17 dimana
terdapat kalimat '... dengan engkau Aku akan mengadakan perjanjian-Ku.'
Kata mengadakan yang dipakai tidak mengacu kepada kata membuat
perjanjian yang baru, melainkan bahwa Allah meneguhkan perjanjian yang
Page 9 Konsep Perjanjian (Covenant) Sebagai Keunikan Teologia Reformed – Pdt. I. Bagus Seta
sudah dibuat. Mungkin kita dapat menggunakan kata 'mengulang'. Jelas
terlihat bahwa mandat ciptaan yang diberikan dalam Kejadian 1:28
dibaharui di dalam Kejadian 9:1 dst., sehingga Nuh dapat dipandang
sebagai semacam kedua. Istilah heqim berith diterjemahkan sebagai
'meneguhkan apa yang sudah ada', sementara karat berith dipakai untuk
'membuat suatu perjanjian'.
Perjanjian dengan Nuh
Kita sekarang ada di dalam posisi bahwa jika perjanjian Allah dengan
Nuh merupakan peneguhan atas apa yang sudah berlaku sejak pada masa
penciptaan, maka pembaruan mandat penciptaan -- sebagaimana yang
diberikan dalam Kejadian 1:28-30 dengan menggunakan pengkalimatan
Kejadian 9:1-7 -- adalah hal yang biasa bagi perjanjian semacam ini, dan,
oleh karena itu, menyingkapkan tentang makna kekalnya di masa depan.
Pengakiman Air Bah terjadi oleh kaerna kebobrokan dan dosa manusia
yang sudah meliputi segenap bumi.
Anugerah dalam Perjanjian Nuh adalah bahwa Allah tidak akan
menghakimi dengan cara yang sama lagi, bahwa jika kebobrokan manusia
sudah meliputi segenap bumi. Hal ini tidak berarti bahwa Allah tidak akan
menghakimi manusia menurut cara-Nya (Roma 1:18 dst). Fakta Alkitab
adalah bahwa sekalipun Nuh sudah diberikan kesempatan kedua, namun
keinginan dosa itu sudah ada di dalam keluarganya, dan hal ini terjadi jauh
sebelum kita mendengar istilah penyembahan berhala (Roma 1:19-25).
Perjanjian dengan Abraham
Dalam Kisah Para Rasul 7:2 Stefanus mengatakan, 'Allah yang Mahamulia
telah menampakkan diri-Nya kepada bapa leluhur kita Abraham, ketika ia
masih Mesopotamia.' Inilah awal iman Abraham yang termasyur itu. Janji
Allah kemudian diungkapkan dalam Kejadian 12:1-3, namun istilah
Page 10 Konsep Perjanjian (Covenant) Sebagai Keunikan Teologia Reformed – Pdt. I. Bagus Seta
perjanjian tidak muncul sampai dengan pasal 15. Di dalam pasal
selanjutnya, Kejadian 17:7, muncul istilah Perjanjian kekal. Perjanjian
inilah yang kemudian diturunkan kepada Ishak dan Yakub dan menjadi
dasar pembebasan uamt Israel dari perbudakan di Mesir ke Kanaan yang
sering diulas dan diungkapkan oelh Perjanjian Baru.
Allah dan Janji-jani kepada Abraham
Satu hal yang pokok dari Perjanjian Abraham adalah fakta bahwa Allah
menjanjikan sesuatu kepada Abraham dan keturunannya. Di sini kita mulai
melihat adanya Janji secara khusus dalam perjanjian. Ini mengindikasikan
kepada kesetiaan Allah dan bahwa dalam memenuhi janji-janji-Nya Dia
adalah Allah yang berpegang kepada perkataan-Nya. Paulus dan penulis
surat Ibrani menangkap arti penting janji-janji kepada Abraham ini, dan
menegaskan bahwa janji-janji ini juga berlaku bagi keturunan Abrahaman
di dalam iman (Ibrani 11 dan Galatia pasal 3-5).
Sifat Universalitas dari Perjanjian Abraham
Perjanjian dengan Abraham merupakan tonggak yang juga kemudian
mencakup Perjanjian-perjanjian yang lain: dengan Israel dan Daud, serta
digenapi dalam Perjanjian Baru. Kitab-kitab dalam Perjanjian Baru
melihat bahwa Perjanjian Abraham ini digenapi dalam Perjanjian Baru.
Perjanjian dengan Israel
Allah berjanji bahwa Ia akan menegakkan suatu perjanjian dengan Ishak
(Kej. 17:21; cf. 21:12; 26:1-5), dan Yakub digariskan untuk meneruskan
garis perjanjian ini (Kej. 25:23; 27:29; 28:12-15; Mal. 1:2-3). Yakub, yang
kemudian disebut 'Israel', diberkati di dalam Perjanjian Abraham, namun
ketika orang Israel mendapat kesulitan di Mesir, Allah mengingat
perjanjian-Nya dengan Abraham, Ishak dan Yakub, dan menolong bangsa
Israel. Bangsa Israel kemudian dipelihara di dalam Perjanjian ini sampai
mereka mencapai Sinai, dimana Tuhan memperbarui Perjanjian-Nya
Page 11 Konsep Perjanjian (Covenant) Sebagai Keunikan Teologia Reformed – Pdt. I. Bagus Seta
dengan mereka (Keluaran 19:24). Musa membaca buku Perjanjian ini, dan
orang Israel berjanji untuk menaatinya. Pengabdian Israel ditegaskan di
dalam Keluaran 19:5-6. Apa yang menjadi tanda ketaatan Perjanjian Allah
dengan umat-Nya? Dengan cara memelihara Sabat (Kel. 31:12-17). Roma
9-11 dan 2Korintus 3 memaparkan sifat kesementaraan dari Perjanjian
Sinai ini.
Perjanjian Daud
Baca 2 Samuel 7:8-17. Inilah bagian penting dari Perjanjian Daud, yang
mendapatkan penggenapannya dalam diri Tuhan Yesus Kristus, yang
mempertemukan dan menyatukan antara pemahaman akan Kerajaan
dengan Perjanjian Allah yang kekal. Yesaya 55:3 menegaskan sifat
kekekalan dari Perjanjian dengan Daud ini, yang kemudian juga
diteguhkan oleh Kisah Para Rasul 13:34. Mazmur 89 mengungkap kembali
fakta Perjanjian Daud ini, juga Mazmur 132:11-12 menekankan pada hal
'perjanjian'. Yeremia 33:19-26 menegaskan tentang nilai kekekalan dari
Perjanjian Daud ini.
Perjanjian Baru
Setelah kita melihat pemahaman perjanjian dalam Perjanjian Lama, baru
kita dapat beranjak ke Perjanjian Baru. Perjanjian Baru tidak mungkin kita
pahami tanpa terlebih dahulu kita mengenali konsep perjanjian dalam
Perjanjian Lama, perjanjian yang diberikan kepada Abraham dan Daud.
Tiga Bagian Penting dari Perjanjian Penciptaan dan Perjanjian Baru
Tiga bagian penting dari Perjanjian Lama adalah Pengabdian, Pernikahan
dan Sabat. Ketiga-tiganya muncul dalam Perjanjian Sinai. Ternyata,
Page 12 Konsep Perjanjian (Covenant) Sebagai Keunikan Teologia Reformed – Pdt. I. Bagus Seta
konsep yang sama muncul dalam Perjanjian Baru. Pengabdian yang
ditegaskan dalam Kejadian 1:28, muncul kembali di Perjanjian Baru dalam
bentuk pemberitaan Injil ke seluruh dunia (Matius 28:18-20). Prinsip
pernikahan muncul dalam pemahaman Kristus sebagai Mempelai Pria dan
Gereja sebagai Mempelai Perempuan-Nya (Ef. 5:32). Ibrani 4-5
memaparkan tentang Sabat, di dalam perspektif ketika sejarah berakhir
dengan Pernikahan Agung. Kota Suci, Bait Suci dan Surga Suci membawa
seluruh umat tebusan masuk ke dalam Sabat yang kekal. Di sini kita
menghargai pemahaman Kristus sebagai Imam Besar Agung kita.
Pengajaran Perjanjian Baru dalam Kitab-kitab Perjanjian Baru
Pujian Zakharia ayah Yohanes menunjuk kepada mulainya jaman
Perjanjian Baru ini. Hidup dan Karya Kristus dalam Injil merupakan
penggenapan dari seluruh nubuat Perjanjian Lama. Dalam Perjamuan
Terakhir, Tuhan Yesus menetapkan tentang Perjanjian Baru, yang
ditumpahkan bagi banyak orang untuk pengampunan dosa (Mat. 26:2728). Dengan mempertimbangkan Lukas 22:20 serta 1 Korintus 11:25 maka
kita dapat menyimpulkan bahwa itulah saat Penetapan Perjanjian Baru
(karat berith), yakni, pembuatan perjanjian melalui kematian di atas Salib.
Perjanjian Baru dan Kitab Ibrani
Kitab Ibrani secara tegas dan jelas menguraikan kebenaran ini lebih jauh,
dengan menghubungkan antara Perjanjian Daud dengan Yesus Kristus
sang Mesias, Pengantara dari Perjanjian Baru. Kitab Ibrani 1-10
membahas tentang pelayanan Kristus sebagai Imam Besar Agung.8
Perjanjian Baru ini dinubuatkan di dalam kitab Yeremia 31:31-34. Dalam
Ibrani 10:29 dan 13:20, penulis surat Ibrani berbicara tentang 'darah
Perjanjian.' Apa yang diuraikan dalam kitab Yeremia 31:31-34 -- yang
sedemikian pentingnya sampai dikutip dua kali oleh penulis surat Ibrani
(8:8-12; 10:16-17)? Berikut prinsip-prinsip yang bisa ditarik:
(a) Perjanjian Baru ini pertama-tama akan diberikan kepada bangsa Israel.9
Page 13 Konsep Perjanjian (Covenant) Sebagai Keunikan Teologia Reformed – Pdt. I. Bagus Seta
(b) Namun demikian, secara hakekat akan berbeda dari Perjanjian Lama
yang dibuat dengan Israel ketika mereka dibebaskan dari tanah Mesir oleh
Allah.
(c) Perjanjian ini akan ditanamkan di dalam hati semua yang percaya
kepada hukum Allah yang kudus,
(d) Pengetahuan akan Allah tidak akan perlu diberikan lagi karena setiap
orang akan mengenal Allah 'dari yang terkecil sampai kepada yang
terbesar.'
(e) Hasil utama dari perjanjian ini berupa pengampunan dosa oleh Allah.
Ini merupakan pengampunan dosa bagi mereka yang mengenal Allah.10
Segala dosa-dosa dan pelanggaran yang terjadi di masa lamapu tidak akan
diingat lagi.
Kesimpulan Perjanjian Baru
Perjanjian Baru memiliki kaitan yang erat dengan janji kepada Abraham,
dan tema kesetiaan Allah kepada janji-Nya. Secara bentuk, Perjanjian Baru
berbeda dengan Perjanjian Lama. Namun demikian, hukum masih ada
dalam Perjanjian yang Baru.11
Fakta yang luar biasa dalam Perjanjian Baru adalah bahwa
pengampunan itu dapat datang kepada seluruh umat manusia melalui
penumpahan darah Kristus. Ketika kita melihat bagian-bagian dalam
Yeremia (31:31-34; 32:36-41) dengan Yehezkiel (36:24-28; 37:1-14) dan
Yoel (2:28f.), maka kita akan dapat melihat bahwa inilah perjanjian yang
terakhir -- sebagaimana yang juga dijelaskan oleh Paulus dan penulis surat
Ibrani. Perjanjian ini diantarai oleh Kristus, dan ditegaskan secara efektif
oleh Roh Kudus yang mereka umat Perjanjian Baru ini kepada
kemerdekaan Injil dan kebebasan hukum Kristus. Perjanjian ini juga
ditandai dengan pertobatan, dan berlaku bagi anak-anak dari mereka yang
percaya (Kis 2:38-39).
Page 14 Konsep Perjanjian (Covenant) Sebagai Keunikan Teologia Reformed – Pdt. I. Bagus Seta
Sampai di sini kita melihat bahwa menjadi bagian dari Gereja,
Keluarga Kerajaan Allah, berarti bahwa anggotanya juga berhak atas janjijanji dari Perjanjian yang diberikan Allah kepada mereka. Beberapa orang
Kristen berpikiran bahwa anak-anak ada di luar Perjanjian Allah sampai
tiba saat mereka menerima Tuhan Yesus sebagai Juruselamat pribadi
mereka. Pemahaman di dalam konsep Perjanjian Allah ini untuk
menghadirkan Kristus secara nyata dalam rumah tangga sebagai Tuhan
dan Juruselamat bahkan selagi belum ada anak-anak; terlebih lagi jika
mereka lahir dan dibesarkan. Jika keluarga Kristen tetap setia di dalam
Perjanjian Allah, maka janji-janji itu tetap berlaku. Namun jika mereka
menolak, maka kutuk-perjanjian itulah yang akan terjadi. Kesetiaan untuk
tinggal dalam Perjanjian Allah adalah keputusan pribadi seseorang.
Pengampunan ini juga berbicara tentang karunia Roh Kudus, sebagai
Penolong, Pembimbing dan Penghibur kita. Dialah yang mengerjakan
kasih Allah dalam hidup kita. Pada saat yang sama, dia membawa hukum
Allah dalam hati kita. Sekali kita dibenarkan di dalam Kristus, maka kita
akan semakin bertumbuh mengenal Allah dan karya-Nya.
KESIMPULAN UNTUK
'BERBAGAI MAKNA PERJANJIAN'
Buku-buku dan tulisan-tulisan menganai tpik perjanjian kurang
memberikan definisi-definisi yang jelas dan baku karena pokok ini
mencakup dimensi yang amat luas. Dalam Perjanjian Lama saja kita sudah
melihat keberadaan berbagai perjanjian, dan para penafsir telah terjebak
dalam pemahaman mutakhir akan perjanjian ini yang ditemukan di
kalangan suku-suku dan bangsa-bangsa sekitar Israel, atau bangsa-bangsa
besar yang berperang melawan Israel dan menaklukkan mereka. Kita dapat
memilih untuk mempercayai apakah Israel mengambil ide-ide tentang
perjanjian dari bangsa-bangsa ini atau bahwa pemahaman yang mereka
miliki sebenarnya telah diterima dalam penciptaan dan dari berbagai
tindakan perjanjian yang sudah dilakukan Allah dengan mereka. Namun
apapun juga perihalnya, Israel jelas memiliki suatu pemahaman yang
Page 15 Konsep Perjanjian (Covenant) Sebagai Keunikan Teologia Reformed – Pdt. I. Bagus Seta
canggih tentang perjanjian ini. Dalam Perjanjian Baru kata Ibrani untuk
'perjanjian' (berith) yang diterjemahkan melalui Septuaginta adalah
diatheke dan berarti 'warisan'. Yang dapat kita ketahui mengenai hidup
dalam perjanjian di Israel dan umat Perjanjian Baru, yakni Gereja, adalah
bahwa kata perjanjian berarti: (i) masyarakat umat Allah yang hidup dalam
kasih; (ii) anugerah penebusan dan oleh karenanya umat ini hidup dalam
kemerdekaan; (iii) Kehadiran Allah dengan umat-Nya sebagaimana dalam
Perjanjian Lama, "Aku akan menjadi Allahmu dan engkau akan menjadi
Umat-Ku." Keberadaan ini ditunjukkan dalam beberapa ayat-ayat
pembukaan dalam Wahyu pasal 1; dan (iv) semua umat perjanjian akan
mewarisi segala sesuatu yang dijanjikan Allah -- perjanjian adalah perihal
warisan.
Artikel ini sebagai pengantar pada tema semijurnal Reformata edisi
Januari-Juni 2004: "Covenant Theology"
1
James Packer, Publisher's Introduction to Herman Witsius' The Economy
of the Covenants between God and Man (Escondindo, California: The den
Dulk Christuan Foundation, 1990), n.p.
2
RC Sproul, Kebenaran-kebenaran Dasar Iman Kristen (Malang: SAAT,
2002), xxvi-xxvii.
3
Stephen Renn, The Covenantal Framework of the Scripture (2 vols.),
Vol. 1 (monograph) (Sydney: Sydney Missionary & Bible College, n.d.).
"Covenant is: an intimate relationship between God and man; sovereignly
initiated, maintained and fulfilled by God himself; and it requires life and
death of both parties."
4
Susah untuk diselidiki apakah ada dua perjanjian dalam Kejadian pasal 6
sampai 9, atau hanya satu.
Page 16 Konsep Perjanjian (Covenant) Sebagai Keunikan Teologia Reformed – Pdt. I. Bagus Seta
5
F.C. Fenham, article "Covenant, Alliance" in J.D. Douglas (ed.), New
Bible Dictionary (2nd ed.) (Leicester, England: Inter-Varsity Press, 1982),
240. Namun coba baca juga Geoffrey W. Bromiley, Kittel's Theological
Dictionary of the New Testament Abridged in One Volume (Grand Rapids,
Michigan: Wm. B. Eerdmans, 1992), 156-161.
6
Prinsip ini bisa dibaca dalam Yehezkiel 18:30-32. Walaupun seolah-olah
Allah sudah meninggalkan Israel, namun kenyataannya tidak demikian.
Hal ini dibuktikan dengan janji Induk yang diberikan di dalam Kejadian
3:15, dimana janji itu menungkap penghakiman atas si Setan dan
pemulihan manusia berdosa.
7
Douglas Stuart, Hosea-Jonah, Word Biblical Commentary Series, vol. 31
(Waco, Texas: Word, 1987), 98.
8
Lihat Ibrani 7:22; 8:6-7; 9:15; 12:24; 13:20.
9
Dalam konteks ini mengacu kepada orang-orang Israel.
10
Tema pokok Perjanjian Baru adalah bahwa Allah dikenal sebagai kasih
dalam tindakan pengampunan yang dikerjakan-Nya.
11
Keluaran 19:1-23:33 menegaskan bahwa Kitab Hukum adalah Hukum
Perjanjian Musa. Kesepuluh hukum ini masih berlaku kepada kita.
Sumber: Semi Jurnal Reformata Vol 2. 2003
Pengutipan dari artikel ini harus mencantumkan:
Dikutip dari
http://www.geocities.com/thisisreformed/artikel/covenant.html
Page 17 
Download