Dampak Liberalisasi Perdagangan Terhadap

advertisement
VII. KESIMPULAN DAN SARAN
7.1
Kesimpulan
Dari hasil penelitian mengenai perilaku makroekonomi lndonesia
dikaitkan dengan liberalisasi perdagangan, maka dapat ditarik beberapa
kesimpulan :
1.
Dari pembahasan yang ada terlihat bahwa model makroekonometrika
yang dikembangkan cukup mampu untuk :
a. Menggambarkan perilaku beberapa indikator makroekonomi
lndonesia baik dari aspek Fiskal, Moneter, maupun Perdagangan.
b. Menjelaskan perilaku variabel-variabel perdagangan yaitu ekspor
dan impor beberapa komoditi utama, sehingga dapat dianalisis
pengaruhnya terhadap kinerja ekonomi Indonesia.
c. Menganalisis berbagai skenario kebijakan atau non-kebijakan
dalam rangka melakukan evaluasi kebijakan maupun peramalan.
Model makroekonometrika yang dikembangkan merupakan sistem
persamaan simultan yang mengaitkan semua variabel makroekonomi
melalui pendekatan sisi aggregate demand. Dalam model tersebut
dimuat
blok-blok
Neraca
Pembayaran,
Fiskal, Moneter, dan
Perdagangan. Aspek Perdagangan diperinci lebih jauh dengan
melakukan disagregasi berdasarkan 13 komoditi ekspor dan 4
komoditi impor, dimana masing-masing komoditi juga didisagregasi
berdasarkan maksimum tiga negara utama tujuan ekspor atau tiga
negara utama asal impor.
Liberalisasi perdagangan ternyata berdampak positif terhadap kinerja
ekonomi Indonesia, lebih khusus lagi terhadap kinerja perdagangan
Indonesia. Eliminasi tarif secara sekaligus memberikan hasil lebih baik
daripada secara gradual terhadap peningkatan kinerja perdagangan
Indonesia. Dengan meningkatnya neraca perdagangan maka akan
diikuti
dengan
meningkatnya
komponen-komponen
aggregate
demand, dan pada akhimya Produk Domestik Bruto juga meningkat.
Nilai tukar juga menguat walaupun diimbangi dengan meningkatnya
inflasi serta suku bunga, sedangkan disisi lain net capital inflow akan
berkurang sejalan dengan menguatnya cadangan devisa. Fenomena
ini diperlihatkan ketika dilakukan evaluasi kebijakan pada simulasi
Historis (skenario 3), dimana dilakukap. kebijakan penurunan proteksi
sebesar 50% dari yang berlaku. Hasil yang lebih baik diperlihatkan
ketika dilakukan kombinasi kebijakan penurunan proteksi 50%)
peningkatan perolehan pajak 20%, serta diasumsikan terjadi
peningkatan Foreign Direct investment sebesar 25%. Sedangkan dari
hasil simulasi Peramalan (Ex-ante), diramalkan bahwa liberalisasi
perdagangan juga berdampak positif terhadap kinerja ekonomi
Indonesia dimasa mendatang. Kebijakan penghapusan proteksi
(skenario 10) memberikan hasil yang identik dengan kebijakan
penurunan proteksi sesuai AFTA (skenario 11). Naraca perdagangan
akan meningkat, Produk Domestik Bruto meningkat, nilai tukar
menguat, meskipun inflasi dan suku bunga juga meningkat. Dengan
melakukan kombinasi masing-masing kebijakan diatas dengan asumsi
terjadinya peningkatan FDI sebesar 15% (skenario 13 dan 14) akan
diperoleh hasil yang tidak jauh berbeda, namun kombinasi pada
skenario (13) memberikan hasil lebih baik dibandingkan kombinasi
pada skenario (14)) yang berarti bahwa eliminasi tarif sekaligus
memberi hasil lebih baik daripada secara bertahap. Yang patut
dicermati adalah kombinasi kebijakan penurunan proteksi sesuai
AFTA, kebijakan peningkatan pajak sebesar 20%, serta asumsi
terjadinya peningkatan FDI 15% (skenario 16). Walaupun kombinasi ini
sekilas memberikan dampak yang hampir sama, namun secara jangka
panjang akan menurunkan penerimaan pemerintah dalam negeri yang
tidak terjadi bila tanpa dikombinasi dengan kebijakan peningkatan
pajak. Dapat disimpulkan bahwa pemberlakuan pajak yang berlebihan
akan menjadi bumerang khususnya bagi industri ekspor, karena sektor
industri tersebut justru sedang berjuang keras untuk meningkatkan
efisiensi agar dapat bersaing didunia internasional.
Dari hasil simulasi Historis juga dievaluasi dampak beberapa kebijakan
domestik maupun pengaruh faktor eksternal :
a. Keb,ijakan devaluasi nilai tukar Rupiah (skenario I ) ternyata tidak
cukup ampuh untuk menolong daya saing produk-produk ekspor
kita. Ini terbukti dengan terjadinya penurunan cukup besar pads
neraca perdagangan. Terjadinya fenomena ini dicurigai karena
sebagian besar komoditi ekspor kita masih sangat tergantung pada
bahan baku impor. Timbuinya defisit neraca perdagangan
diperburuk dengan terjadinya fluktuasi yang besar pada inflasi serta
meningkatnya suku bunga. Ternyata skenario ini menurunkan
semua komponen aggregate demand.
Terjadinya peningkatan pada Foreign Direct Investment (skenario
2 ) ternyata tidak menolong kinerja perdagangan Indonesia, bahkan
terjadi defisit neraca perdagangan walaupun dalam jumlah kecil.
Diperkirakan bahwa FDI yang masuk sebagian besar merupakan
hasil strategi relokasi investor asing dimana industri mereka
sebenarnya sudah kurang kompetitif dinegaranya. Namun skenario
ini umumnya meningkatkan komponen-komponen aggregate
demand. Produk Domestik Bruto meningkat, nilai tukar menguat,
dan ekonomi cukup stabil dimana inflasi dan suku bunga relatif
tidak berfluktuasi. Kecenderungan hasil yang sama diperoleh dari
kebijakan penurunan ketersediaan dana kredit (skenario 5), dimana
respons yang langsung dapat dilihat adalah berkurangnya
pinjaman swasta dari sumber dalam negeri, namun investasi
swasta ternyata terus mengalami peningkatan walaupun dalam
per$entase
yang
kecil,
mengindikasikan
bahwa
mendapatkan sumber dana pinjaman dari luar negeri.
investor
c. Kebijakan pengurangan pengeluaran pembangunan (skenario 4)
menurunkan Produk Domestik Bruto, konsumsi masyarakat dan
pemerintah, serta menurunkan investasi swasta, namun neraca
perdagangan tetap surplus. Nilai transaksi modal turun cukup
besar, ha1 ini disebabkan berkurangnya hutang pemerintah yang
merupakan sumber
pendanaan pengeluaran pembangunan.
Penurunan komponen aggregate demand ini diikuti dengan
menurunnya inflasi dan suku bunga serta menguatnya nilai tukar.
Kecenderungan hasil yang sama terjadi pula pada alternatif
kebijakan peningkatan perolehan pajak (skenario 7).
d. Salah satu faktor non-kebijakan yang merupakan pengaruh kondisi
ekstemal juga dievaluasi, melalui perubahan pada nilai tukar Yen
terhadap US-Dollar (skenario 6). Akibat Yen yang melemah akan
memberikan dampak cukup serius pada kinerja ekonomi Indonesia,
dimana terjadi penurunan pada nilai ekspor yang relatif lebih besar
dibandingkan penurunan nilai impor sehingga neraca perdagangan
menurun, dan berdampak pula pada penurunan Produk Domestik
Bruto.
4.
Dampak liberalisasi perdagangan terhadap komoditi pertanian
dianalisis melalui beberapa komoditi terpilih yaitu 5 komoditi ekspor
pertanian (karet, kopi, kelapa sawit, kayu gergajian, dan udang) dan
komoditi beras mewakili komoditi impor pertanian. Secara umum
kebijakan penghapusan proteksi akan meningkatkan nilai ekspor
komoditi pertanian, kecuali udang yang justru mengalami penurunan
nilai ekspor. Beberapa aspek produksi yang berkaitan dengan
kuantitas dan kualitas produk dicurigai merupakan faktor kelemahan.
Apalagi bila dilihat secara makro, maka liberalisasi perdagangan yang
meningkatkan neraca perdagangan akan berdampak pada penguatan
nilai Rupiah, sehingga justru mengurangi daya saing komoditi
Perikanan ini. Sementara itu komoditi beras sebagai komoditi impor
Pertanian yang bersifat strategis memperlihatkan peningkatan nilai
impor yang cukup besar setelah diberlakukan kebijakan penghapusan
proteksi. Fenomena ini mengindikasikan belum siapnya sektor
produksi beras kita. Selain disebabkan kebutuhan domestik yang
meningkat juga karena faktor beras luar negeri yang lebih kompetitif.
7.2 lmplikasi Kebijakan
1.
Dengan diterapkannya liberalisasi perdagangan ternyata akan
memberikan dampak positif terhadap kinerja perdagangan Indonesia.
Namun demikian penurunan atau penghapusan proteksi tersebut juga
menurunkan kinerja ekspor
beberapa komoditi ekspor,
yang
mengindikasikan bahwa selama ini masih banyak industri ekspor yang
disubsidi bahkan dapat hidup karena kebijakan yang bersifat protektif.
Industri-industri tersebut perlu dipersiapkan segera agar lebih efisien
dan dapat bersaing dikemudian waktu, apalagi bila industri tersebut
berbasis keunggulan komparatif yang sesungguhnya, misalnya industri
yang berbasis sumber daya alam dan tenaga keja tidak terampil.
Sejalan dengan itu perlu adanya kebijakan deregulasi guna
memelihara dan mengoptimalkan keunggulan komparatif yang telah
dimiliki, sekaligus upaya untuk meningkatkan kualitas keunggulan
komparatif tersebut melalui peningkatan struktur ekspor.
Dalam analisis terhadap sektor pertanian, secara umum liberalisasi
perdagangan meningkatkan kinerja ekspor di sektor tersebut, karena
sektor ini merupakan basis keunggulan komparatif yang sebenarnya.
Oleh karena itu perlu perhatian pemerintah lebih besar untuk
membenahi sektor pertanian demi rnemanfaatkan peluang yang ada.
Selain itu perlu kebijakan khusus berkaitan dengan beberapa komoditi
strategis seperti beras, karena kornoditi ini mempunyai darnpak secara
nasional, dimana selain merupakan makanan pokok juga berdampak
terhadap kesejahteraan petani. Kebijakan penurunan tarif perlu
dipertimbangkan dengan matang melalui analisis cost benefit yang
terpadu.
Baik dari hasil evaluasi kebijakan maupun hasil peramalan ditemukan
bahwa adanya peningkatan Foreign Direct lnvestment tidak berperan
dalam
meningkatkan neraca perdagangan Indonesia, bahkan
mengakibatkan defisit perdagangan walaupun dalam jumlah kecil.
Keadaan ini dapat terjadi karena diperkirakan masih cukup banyak
industri ekspor yang berbasis impor. Dalam kondisi krisis saat ini
memang Foreign Diract lnvestment adalah alternatif terbaik yang
dapat diharapkan untuk segera menggerakkan sektor riil serta
membuka lapangan kerja. Namun alangkah baiknya jika momentum
krisis juga digunakan untuk mendesain kembali struktur industri yang
tepat bagi negara ini, sehingga tidak ada salahnya memunculkan
instrumen peraturan agar investasi asing yang masuk dapat
memberikan manfaat lebih besar bagi industri-industri berorientasi
ekspor. Memang terbuka peluang untuk meningkatkan global capital
dengan adanya liberalisasi investasi, tetapi perlu dicermati mekanisme
FDI itu sendiri agar lebih efektif.
4.
Melihat bahwa transaksi perdagangan Indonesia sangat tergantung
dari dua negara utama yaitu Jepang dan Amerika Serikat, maka perlu
dilakukan langkah antisipatif dengan membuka pasar alternatif bagi
tujuan komoditi ekspor Indonesia. Hal ini dalam rangka mengantisipasi
terjadinya perubahan kondisi ekonomi di kedua negara tersebut, agar
tidak berdampak berat bagi perekonomian kita. Sejalan dengan itu
perlu dilakukan perluasan pasar tujuan ekspor dengan memperkuat
pasar basis tradisional altematif yaitu ASEAN, MEE, Amerika Latin, Ex
Uni Soviet, bahkan anggota-anggota OKI. Berkaitan dengan hat
tersebut tentunya perlu ditingkatkan efektifitas perwakilan luar negeri
dan misi-misi dagang.
5.
Dari hqsil evaluasi kebijakan depresiasi nilai tukar, ternyata kebijakan
tersebut tidak meningkatkan total neraca perdagangan Indonesia. Hal
ini mengindikasikan bahwa industri ekspor yang ada ternyata sangat
rapuh, dimana sebagian besar komoditi ekspor memiliki kandungan
impor yang sangat tinggi. Diperkirakan bahwa sebagian besar industri
ekspor merupakan industri berbasis impor hasil relokasi dari negara
lain. Dengan demikian kebijakan-kebijakan perdagangan yang akan
diambil perlu dikaitkan pula dengan kebijakan makro, industri, dan
institusional.
6.
Dengan ikut sertanya lndonesia dalam kesepakatan-kesepakatan
global, berarti akan mempengaruhi derajat kebebasan kebijakan
ekonomi yang dapat diambil pemerintah, sehingga mau tidak mau
lndonesia harus mempersiapkan diri sebaik mungkin apalagi terbuka
kesempatan untuk berkompetisi secara adil. Adalah tugas pemerintah
untuk mensosialisasikan hasil dan kesepakatan intemasional (WTO,
APEC, dan AFTA) kepada seluruh pelaku ekonomi, agar mereka dapat
mengantisipasinya.
7.3 Saran Penelitian Lanjutan
1.
Dengan ketersediaan data maka model makroekonometrika yang ada
dapat diperkaya dengan memasukkan variabel-variabel baru yang
terkait, sekaligus memungkinkan untuk dapat memperbanyak altematif
simulasi kebijakan. Apalagi dalam kondisi krisis ekonomi yang terjadi
telah memunculkan fenomena khusus pada perilaku beberapa variabel
ekonomi. Misalnya penerimaan pemerintah saat ini juga dipengaruhi
oleh setoran BPPN, dimana seperti telah diketahui bahwa BPPN saat
ini menguasai kurang lebih 80% aset nasional akibat rekapitulasi
Perbankan Nasional. Studi dampak liberalisasi perdaganganjuga akan
sangat tergantung pada ketersediaan data yang berkaitan dengan
proteksi untuk setiap perdagangan komoditi ke atau dari suatu negara.
2. Model juga dapat diperluas dengan mengikut sertakan dan memerinci
sisi aggregate supply, sehingga perilaku setiap sektor ekonomi dapat
dianalisis.
3.
Pemilihan kualitas dan kuantitas komoditi baik ekspor maupun impor
akan sangat mempengaruhi hasil analisis kinerja perdagangan
Indonesia. Oleh karena itu diperlukan penelitian tersendiri sebelum
menentukan layak tidaknya komoditi-komoditi yang bersangkutan
dilibatkan dalam model makroekonometrika ini.
4.
Untuk tujuan lebih luas, maka model dapat diperlengkapi dengan
memasukkan indikator-indikator ekonomi Indonesia lainnya seperti
pengangguran, distribusi pendapatan, maupun indikator lainnya.
5. Dalam era globalisasi dimana sebagian besar negara didunia terikat
pada kesepakatan-kesepakatan multilateral, maka akan lebih relevan
bila dilakukan studi yang mampu menangkap fenomena liberalisasi
perdagangan secara bilateral maupun multilateral.
Download