OLT

advertisement
BAB 4
Hasil Dan Pembahasan
4.1 Spesifikasi Sistem GPON
1. Optical Line Termination (OLT)
Berawal dari metro cabang sampai end user menggunakan
media transmisi fiber optic.
Gambar 4.1 OLT ZTE ZXA10 C220
OLT yang oleh PT Telkom adalah OLT ZTE ZXA10 C220.
OLT ini terdiri dari 14 slot yang masing – masing slot terdiri dari
service board dan control board.
Gambar 4.2 Frame Arsitektur ZXA10 C220
89
Pada gambar 4.2 adalah frame arsitektur dari ZXA10 C220 yang
terdiri dari service frame, service board dan control board, berikut
adalah fungsi service board dan control board yang terdapat pada
service frame ZXA10 C220.
1. Service Board
Berfungsi sebagai board layanan dan juga sebagai port downlink
kearah pelanggan, service board berada pada slot 1 – 6 dan 9 – 14, yang
terdiri beberapa macam tipe board service berbeda yaitu tipe board
GPFA dan CEIBB, EIGMF, E1T1F. Pada PT.Telkom slot 1 – 5 dan 813
berisi
tipe
service
board
GPFA,
yang
berfungsi
untuk
mentransmisikan data ke pelanggan. Terdiri dari 4 port, yang masing –
masing port bisa di split untuk 256 CPE.
2. Control Board
Berfungsi sebagai board control yaitu
memiliki fungsi
memonitor perangkat dan konfigurasi perangkat serta berfungsi sebagai
uplink GE untuk setiap service board, control board terdiri dari
beberapa macam tipe board control berbeda yaitu tipe board EIGMF,
CL1A, CE1B, GCSA, dan GCSA, pada PT.Telkom seluruh slot control
board berisi tipe board GSCA yang mendukung uplink 1GE atau 10 GE
ke arah penyedia layanan.
Berikut akan dijelaskan prinsip dasar sistem GPON :
Gambar 4.3 Transmisi Downstream Dari OLT Sampai ONU
90
91
Pada gambar 4.3 merupakan ilustrasi dari transmisi downstream
dari pusat terminal GPON yaitu OLT sampai perangkat CPE yaitu
ONU,
pada
arah
downstream
sinyal
data
dan
suara
akan
dienkapsulasikan menjadi satu paket lalu di broadcast melewati
rangkaian splitter PON sampai kearah ONU dengan menggunakan
panjang gelombang 1490 nm.
Sinyal tersebut berisi tanda pengenal yang dimiliki oleh ONU
dan layanan yang di minta oleh ONU (dalam gambar 4.3 diilustrasikan
dengan nomor 1, 2 dan 3). Selanjutnya ONU akan otomatis mengambil
isi paket sesuai dengan tanda pengenal yang berada pada paket tersebut
dan mendapatkan sesuai dengan layanan yang pertama kali di minta
oleh ONU.
Gambar 4.4 Transmisi Upstream Dari ONU sampai OLT
Pada gambar 4.4 merupakan ilustrasi dari transmisi upstream
dari perangkat CPE yaitu ONU sampai pusat terminal GPON yaitu
OLT, pada arah upstream sinyal data dan suara akan dienkapsulasikan
menjadi satu paket lalu di broadcast melewati rangkaian splitter PON
sampai kearah OLT dengan menggunakan panjang gelombang 1310
nm, sinyal tersebut berisi tanda pengenal yang dimiliki oleh ONU dan
layanan yang di minta oleh ONU (dalam gambar 4.4 diilustrasikan
permintaan layanan ONU dengan nomor 1, 2 dan 3 yang berasal dari
ONU yang berbeda).
92
Selanjutnya OLT akan mengurutkan paket yang dikirimkan oleh
ONT berdasarkan time port ONT (dalam gambar 4.4 diilustrasikan
dengan pengurutan nomor yang berasal dari ONT, terlihat nomor 1
terlebih dahulu dikirimkan dari ONT) dan meneruskannya sampai ke
arah penyedia layanan, sesuai permintaan layanan tiap – tiap ONU.
4.1.1 Perancangan GPON
Pada sub bab ini akan dijelaskan tahapan dalam proses survey,
desain lokasi penempatan AP dan ONT, Rancangan topologi FTTH
untuk implementasi WiFi-ID, serta konfigurasi GPON terhadap hasil
instalasi fisik.
a.
Survey Lokasi Penempatan AP dan ONT
Pada tahapan ini akan dibahas survey lokasi pada
penempatan AP dan ONT dan pembuatan denah lokasi sesuai
dengan hasil survey tersebut, berikut prosedur survery lokasi
penempatan AP dan ONT :
•
Survey lokasi untuk menentukan daerah jangkauan AP,
yang bertujuan untuk menentukan
banyaknya AP dan
ONT yang akan di pasang pada lokasi tersebut, dengan
ketentuan daerah jangkauan setiap AP adalah 30 m.
•
Menentukan jalur distribusi kabel utp dari ONT yang
sudah direncanakan letaknya hingga letak AP yang sudah
direncanakan, untuk dapat menjangkau seluruh lokasi
pemasangan AP dengan ketentuan panjang maximal kabel
UTP adalah 80m.
•
Pembuatan denah lokasi sesuai dengan hasil survey lokasi.
Lokasi yang kami gunakan untuk implementasi adalah
93
Lotte Mart Jakarta Barat yang menghasilkan data hasil
survey sebagai berikut :
•
Luas Lokasi
= 120 m x 140 m
•
Luas Pasar Swalayan
= 100 m x 100 m
•
Total AP yang digunakan
= 4 AP (Access Point)
•
Total ONT yang digunakan = 2 ONT
Gambar 4.5 Denah Lokasi Penempatan AP dan ONT
b.
Topologi FTTH Existing Dari Pusat Terminal
Pada tahapan ini menggambarkan konfigurasi jaringan FTTH
existing
yang akan digunakan untuk implementasi GPON pada
layanan WiFi-ID sesuai dengan hasil survey penempatan AP dan
ONT pada tahapan sebelumnya.
94
Gambar 4.6 Topologi Jaringan FTTH Untuk Implementasi WiFi-ID
Topologi ini merupakan rancangan standard topologi FTTH
eksisting yang dimiliki oleh PT.Telkom, dimana terdapat 1 OLT, 1
ODC yang menggunakan splitter pasif 1:4 dan 1 ODP yang
menggunakan 1 buah splitter pasif 1:8. Kabel fiber optik yang
digunakan dengan ketentuan sambungan pada setiap 2 KM. seperti
pada gambar dibawah ini.
Gambar 4.7 Sambungan per 2 KM
c.
Perhitungan Redaman Jaringan Existing
Perhitungan redaman bertujuan untuk menjelaskan redaman
dengan range yang ditentukan oleh PT.Telkom sebesar 15 – 28 dB.
Dengan adanya perhitungan Redaman ini maka jaringan tersebut
95
bisa dikatakan bagus atau tidak akan terjadi gangguan secara
teknikal dari media transmisi apabila berada pada range tersebut atau
tidak melebihi range tersebut.
Berikut list Redaman yang telah ditentukan PT.Telkom :
•
Redaman Range
= 15 – 28 dB
•
Redaman Kabel
= 0.5 dB/ KM
•
Redaman Splice
= 0.2 dB/ Sambungan
•
Redaman Patch Core
= 0,5 dB – 1,0 dB / Sambungan
•
Redaman Splitter 1 : 4
= 6 dB
•
Redaman Splitter 1 : 8
= 11 dB
•
Redaman Splitter 1:16
= 15 dB
Rumus yang digunakan untuk menghitung redaman total seperti
pada tabel 4.1 ini :
Tabel 4.1 Rumus Redaman Total
Redaman TOTAL =
Redaman Kabel OLT – ODC
+
Redaman Kabel ODC – ODP
+
Redaman Kabel ODP – ONU
+
Redaman Splitter ODC
+
Redaman Splitter ODP
+
Redaman Splice Total
+
Redaman Patch Core
Perhitungan Redaman dari OLT sampai ONT sebagai berikut :
96
1. ONT A
Redaman Kabel OLT-ODC = 4.7 KM x 0.5 dB
= 2.35 dB
Redaman Kabel ODC-ODP= 0.5 KM x 0.5 dB
= 0.25 dB
Redaman Kabel ODP-ONU= 0.07 KM x 0.5 dB = 0.035dB
Redaman Splitter 1:4 ODC
= 6 dB
Redaman Splitter 1:8 ODP
= 11 dB
Redaman Splice Total
= 3 x 0.2 dB
= 0.6 dB
Redaman Patch Core
= 0.5 + 0.7 + 0.6
= 1.8 dB
Redaman TOTAL ONU A
= 21.03 dB
Masih berada pada range yang ditentukan yaitu 15 – 28 dB.
2. ONT B
Redaman Kabel OLT-ODC = 4.7 KM x 0.5 dB
= 2.5 dB
Redaman Kabel ODC-ODP= 0.5 KM x 0.5 dB
= 0.25 dB
Redaman Kabel ODP-ONU= 0.1 KM x 0.5 dB
= 0.05 dB
Redaman Splitter 1:4 ODC
= 6 dB
Redaman Splitter 1:8 ODP
= 11 dB
Redaman Splice Total
= 3 x 0.2 dB
= 0.6 dB
Redaman Patch Core
= 0.5+0.7+0.9
= 2.1 dB
Redaman TOTAL ONU B
=22.06 dB
Masih berada pada range yang ditentukan yaitu 15 – 28 dB.
Setelah semua redaman yang dihitung sesuai dengan range
yang ditentukan PT.Telkom maka perancangan topologi tidak
menyalahi aturan yang telah ditetapkan, sehingga banyaknya splitter
yang ada di ODC ataupun ODP bisa diimplementasikan sesuai jumlah
perhitungannya, yaitu 1:4 pada splitter ODC dan 1:8 pada splitter
ODP.
4.1.2
Konfigurasi GPON
Setelah dilakukannya instalasi fisik pada lokasi penempatan
AP sesuai dengan desain lokasi penempatan AP dan ONT, maka
tahapan selanjutnya adalah melakukan konfigurasi GPON untuk
97
layanan WiFi-ID terhadap perangkat yang sudah dipasang di lokasi
penempatan AP.
Pada tahapan ini akan dibahas cara melakukan konfigurasi
GPON untuk layanan WiFi-ID yang di implementasikan pada
penelitian ini yaitu di lotte mart daan mogot yang menggunakan 2
ONT sesuai dengan hasil survey yang dilakukan. Konfigurasi bisa
menggunakan CLI (command line interface) pada perangkat OLT
melalui telnet. Konfigurasi bisa dilakukan setelah ONT yang
terpasang dilokasi sudah terhubung ke port OLT melalui jaringan
FTTH yang digunakan dalam implementasi penelitian ini. Berikut
tahapan dan cara konfigurasi GPON untuk layanan WiFi-ID :
•
Register ONT pada Port OLT
Gambar 4.8 ONT Yang Belum Teregister Pada Port OLT
Setelah dipastikan bahwa ONT sudah terhubung pada
port OLT maka akan muncul report ONT yang belum
terkonfigurasi seperti yang ditunjukkan Gambar 4.8, yang
98
memperlihatkan bahwa 2 ONT yang terpasang belum terdaftar
/ teregister pada port OLT yang digunakan yaitu port 0/5/1.
Selanjutnya adalah melakukan register 2 ONT tersebut pada
port OLT 0/5/1, berikut cara untuk melakukan register ONT
pada port OLT.
Gambar 4.9 Register ONT A Pada Port OLT 0/5/1
Gambar 4.10 Register ONT B Pada Port OLT 0/5/1
99
Setelah melakukan register ONT terhadap Port OLT
0/5/1, selanjutnya adalah melakukan cek hasil register yang
sebelumnya telah dilakukan, gambar 4.11 menunjukkan
register yang terdapat pada port OLT 0/5/1.
Gambar 4.11 Daftar Register ONT Pada Port OLT 0/5/1
•
Konfigurasi VLANID Pada Port Uplink OLT
VLANID yang digunakan oleh OLT harus dibuat
berdasarkan VLANID yang telah ditentukan oleh WAC (Wide
Access Controller), konfigurasi VLAN pada OLT sebagai
berikut :
Gambar 4.12 Konfigurasi VLANID Pada Port Uplink OLT
100
Setelah melakukan konfigurasi VLANID pada port
uplink OLT, selanjutnya adalah melakukan cek hasil
konfigurasi VLANID yang sebelumnya telah dibuat, gambar
4.13 menunjukkan status VLANID yang terdapat pada port
uplink OLT 0/5/1.
Gambar 4.13 Cek Status VLANID Pada Port Uplink OLT
•
Konfigurasi Bandwidth Profile
Bandwidth Profile berfungsi sebagai bandwidth yang
akan digunakan pada arah downstream dan upstream ONT,
bandwidth profile disesuaikan dengan layanan yang akan
digunakan pada ONT dan jumlah AP yang akan dihubungkan
pada ONT, dalam hal ini bandwidth profile yang digunakan
adalah 30 Mbps untuk layanan WiFi-ID pada lokasi
implementasi, karena menggunakan 2 AP pada ONT A dan 2
AP pada ONT B serta margin toleransi sebesar 10 Mbps.
Berikut adalah tahapan dalam membuat bandwidth profile
untuk jalur upstream dan downstream.
101
Gambar 4.14 Membuat Bandwidth Profile
Gambar 4.15 Konfigurasi Bandwidth Profile
Pada gambar 4.14 merupakan konfigurasi tcont (TContainer) pada jaringan GPON, dimana T-CONT tersebut
berfungsi sebagai besarnya paket yang terjaminkan untuk
dikirimkan dan diterima oleh segmen CPE yaitu berupa
perangkat ONT dan AP, pada konfigurasi T-CONT tersebut
digunakan command Fixed 30720 yang berarti ukuran paket
102
yang dijamikan adalah maksimal sebesar 30720 Kbps untuk
arah upstream dan downstream dari ONT, sehingga apabila
traffic padat, perangkat GPON akan tetap menjaminkan
ukuran
paket
tersebut
sesuai
dengan
T-CONT
yang
dikonfigurasikan tersebut. Pada gambar 4.15 menggambarkan
konfigurasi downstream dan upstream sesuai dengan T-CONT
yang sudah dibuat, didalam gambar tersebut downstream yang
di konfigurasikan adalah sebesar 30720 Kbps dan upstream
yang dikonfigurasikan sebesar 30720 Kbps, sesuai dengan
layanan WiFi-ID, untuk menjamin bandwidth masing-masing
AP adalah sebesar 10Mbps, karena menggunakan 2 AP pada
masing-masing ONT dan menambahkan margin toleransi
bandwidth sebesar 10 Mbps untuk menjaga kualitas layanan
pada lokasi apabila terjadi link down pada jaringan GPON.
•
Konfigurasi ONT
Pada tahapan konfigurasi ONT, dalam tahapan ini
semua konfigurasi yang dilakukan sebelumnya akan dipetakan
kedalam perangkat ONT dengan membuat virtual port sebagai
jalur virtual OLT ke ONT, dan mapping layanan berdasarkan
VLAN ke dalam virtual port tersebut.
Gambar 4.16 Konfigurasi ONT A
103
Gambar 4.17 Konfigurasi ONT B
Pada
gambar
4.16
dan
4.17
memperlihatkan
konfigurasi dari vport sebagai jalur virtual dari ONT dari dan
ke arah OLT dengan menggunakan gemport sebagai layanan
yang akan diproses oleh OLT, dimana layanan tersebut
merupakan layanan WiFi-ID dengan menggunakan bandwidth
profile sesuai dengan T-CONT yang telah dikonfigurasikan
sebelumnya.
Gambar 4.18 Konfigurasi VLANID dan Bandwidth Profile Pada ONT A
104
Gambar 4.19 Konfigurasi VLANID dan Bandwidth Profile Pada ONT B
4.2 Deskripsi Hasil Pengukuran Performansi Jaringan GPON
Dari hasil pengumpulan data yang dilakukan dengan mengukur
ONT pada jaringan berbasis GPON, didapat data pengukuran
berdasarkan acuan parameter kualitas jaringan dan QoS (Quality of
Service) sebagai berikut:
4.2.1 Hasil Pengukuran Kualitas jaringan GPON
Berikut hasil pengukuran parameter kualitas jaringan pada
jaringan GPON, data kualitas jaringan yang digunakan didapat dari
hasil pengukuran 4 jaringan GPON yang sudah ada, dan 1 jaringan
GPON hasil implementasi penelitian ini.
105
Tabel 4.2 Hasil pengukuran Attainable Rate Jaringan GPON
Keterangan
Attainable Rate (Kbps)
Downstream
Upstream
ONT Jarak 1KM
29048
28724
ONT Jarak 2KM
29174
29012
ONT Jarak 3KM
28374
28082
ONT Jarak 5KM
28079
27804
ONT Jarak 7KM
27779
27102
Mean Attainable Rate GPON
28491
28145
Pada tabel 4.2 merupakan hasil pengukuran attainable rate
jaringan GPON, yang menunjukkan hasil dari pengukuran antara
ONT yang terletak pada radius 1-7 KM dari pusat terminal, yang
masing-masing ONT dihubungkan dengan 2 AP. Didapat hasil
pengukuran pada pengukuran ONT pertama yang berjarak 1 KM nilai
attainable Rate yang didapat sebesar 29048 Kbps pada downstream
dan 28724 Kbps pada upstream.
Kemudian pada pengukuran ONT berjarak 2 KM didapat
attainable Rate sebesar 29174 Kbps pada downstream dan 29012
Kbps pada upstream. Hingga pengukuran AP berjarak 7 KM didapat
attainable Rate sebesar 27779 Kbps pada downstream dan 27102
Kbps pada upstream. Dari hasil penarikan data pada sistem jaringan
GPON pada parameter Attainable Rate ONT mampu memberikan
bandwidth pada masing-masing AP sebesar 10 Mbps. Pada sistem
jaringan ini juga diketahui bahwa jarak yang ditempuh data untuk
sampai pada titik user tidak terlalu berpengaruh signifikan, karena
GPON memiliki mekanisme DBA (Dynamic Bandwidth Allocation)
yang menjamin bandwidth dari masing-masing ONT sesuai dengan
yang telah dikonfigurasikan pada T-CONTAINER.
106
Tabel 4.3 Hasil pengukuran Attenuation Jaringan GPON
Keterangan
Attenuation (dB)
Downstream
Upstream
ONT Jarak 1KM
20,1
19,8
ONT Jarak 2KM
20,7
20,5
ONT Jarak 3KM
21,5
21,7
ONT Jarak 5KM
22,8
23,4
ONT Jarak 7KM
24,5
24,8
Mean Attenuation GPON
21,92
22,04
Pada tabel 4.3 memaparkan hasil pengukuran parameter
atenuasi dari 5 ONT yang berjarak 1 – 7 KM dari pusat terminal pada
jaringan GPON. Pada jarak 1 KM tingkat attenuation sebesar 20,1 dB
pada downstream dan 19,8 dB pada upstream. Berlanjut hingga
pengukuran ONT yang berjarak 7 KM dari pusat terminal yang
tercatat memiliki tingkat attenuation sebesar 24,5 dB pada
downstream dan 24,8 dB pada upstream.
Tabel 4.4 Hasil pengukuran SNR Jaringan GPON
Keterangan
SNR (dB)
Downstream
Upstream
ONT Jarak 1KM
31,05
31,76
ONT Jarak 2KM
29,87
29,79
ONT Jarak 3KM
28,46
27,18
ONT Jarak 5KM
25,01
24,89
ONT Jarak 7KM
27,31
26,54
Mean SNR GPON
28,34
28,03
107
Pada tabel 4.4 merupakan hasil pengukuran parameter SNR
pada ONT yang berjarak 1 – 7 KM dari pusat terminal. Hasil yang
didapat pada pengukuran ONT pertama yaitu nilai SNR sebesar 31,05
dB pada downstream dan 31,76 dB pada upstream. Hingga didapat
pengukuran AP berjarak 7 KM nilai SNR sebesar 27,31 dB pada
downstream dan 26,54 dB pada upstream. Makin besar nilai SNR
yang dihasilkan pada sebuah jaringan maka akan menghasilkan
kualitas jaringan yang baik.
4.2.2 Hasil Pengukuran Kualitas Layanan (QoS) Jaringan GPON
Berikut akan ditampilkan hasil pengukuran parameter kualitas
layanan pada jaringan GPON, data hasil implementasi penelitian ini
kemudian dilakukan pengukuran parameter throughput, packet loss,
latency, dan jitter pada simulasi 1-5 user selama 50 detik, berikut hasil
pengukuran tersebut :
Tabel 4.5 Hasil Pengukuran Throughput Jaringan GPON
Jumlah Client
Throughput (Kbps)
1
9520
2
9515
3
9510
4
9503
5
9492
Mean
9508
Kategori
95%
Indeks QoS
4
Pada tabel 4.5 merupakan hasil pengukuran parameter
throughput dari jaringan GPON , data berurut dari atas hingga bawah
menunjukan jumlah client dalam simulasi pengukuran yaitu berjumlah
1 - 5 client, didapat hasil pengukuran throughput pada 1 client yaitu
108
sebesar 9520 Kbps , 2 client sebesar 9515 Kbps, 3 client sebesar 9510
Kbps, 4 client sebesar 9503 Kbps, dan 5 client sebesar 9492 Kbps.
Dari 5 hasil pengukuran throughput tersebut didapat rata-rata
sebesar 9508 Kbps yang artinya bandwidth yang mampu di sediakan
oleh jaringan GPON sudah mencapai bandwidth yang diinginkan
PT.Telkom yakni sebesar 10 Mbps atau sama dengan 10240 Kbps,
sehingga apabila dikategorikan pada tabel QoS throughput jaringan
GPON dikategorikan pada indeks 4.
Tabel 4.6 Hasil Pengukuran Delay/Lantency Jaringan GPON
Jumlah Client
Latency (ms)
1
9
2
25
3
33
4
47
5
57
Mean
34,20
Kategori
<150
Indeks QoS
4
Pada tabel 4.6 merupakan hasil pengukuran parameter latency
dari jaringan GPON, skenario untuk pengukuran latency adalah
membanjiri jaringan dengan melakukan koneksi TCP antara PC client
dan PC server, dimana salah satu pihak menjadi client dan pihak lain
menjadi server. Setelah skenario dilakukan maka selanjutnya adalah
memulai proses membanjiri jaringan, lalu melihat berapa latency yang
dihasilkan.
Data berurut dari atas hingga bawah menunjukan jumlah
client dalam simulasi pengukuran yaitu berjumlah 1 - 5 client, didapat
hasil pengukuran latency pada simulasi 1 client sebesar 9 ms, 2 client
109
sebesar 25 ms, 3 client sebesar 33 ms, 4 client sebesar 47 ms, dan 5
client sebesar 57 ms. Dari 5 hasil pengukuran latency didapatkan ratarata sebesar 34,20 ms, sehingga apabila dikategorikan pada tabel QoS,
maka hasil pengukuran latency jaringan GPON dapat dikategorikan
ke dalam indeks 4. Dengan demikian indeks pencapaian GPON untuk
Latency berada pada level yang sangat baik, karena kadar rata-rata
yang tercatat masih dibawah batas yaitu masih dalam lingkup dibawah
150ms. Sehingga performa jaringan GPON tentu hanya mengalami
sedikit kendala dalam parameter ini.
Tabel 4.7 Hasil Pengukuran Packet Loss Jaringan GPON
Jumlah Client
Packet Loss (%)
1
3,5
2
4,54
3
5,21
4
6,49
5
7,79
Mean
5,51
Kategori
>3%
Indeks QoS
3
Pada tabel 4.7 merupakan hasil pengukuran parameter packet
loss dari jaringan GPON, merepresentasikan kadar paket data yang
tidak diterima oleh user karena hilang dalam proses pengiriman data.
Skenario yang digunakan dalam pengukuran packet loss adalah
membanjiri jaringan dengan menggunakan koneksi UDP yang
memakai bandwidth sebesar 10 Mbps/client pada simulasi 1-5 client
yang melakukan koneksi dengan server, lalu melihat berapa packet
loss yang dihasilkan, untuk kemudian dicari rata-rata dari hasil
penarikan data tersebut.
110
Data berurut dari atas hingga bawah menunjukan jumlah user
dalam simulasi pengukuran yaitu berjumlah 1 - 5 client, didapat hasil
pengukuran packet loss pada 1 client sebesar 3,5 %, 2 client sebesar
4,54 %, 3 client sebesar 5,21 %, 4 client sebesar 6,49 %, dan 5 client
sebesar 7,79 %. Dari 5 hasil pengukuran packet loss didapatkan ratarata sebesar 5,51%. Sehingga apabila dikategorikan pada tabel QoS,
maka hasil pegukuran packet loss jaringan GPON dapat dikategorikan
ke dalam indeks 3. Indeks 3 merupakan kategori yang masuk ke
dalam jangkauan “Baik”. Kadarnya yaitu apabila rata-rata packet loss
sudah melebihi angka 3% dan masih dibawah kisaran 15%. Untuk
selebihnya akan dikategorikan kedalam indeks 2, dan apabila rata-rata
kisaran packet loss berada dibawah 3% maka tergolong ke dalam
kategori indeks 4 yang artinya “Sangat Baik”.
Tabel 4.8 Hasil Pengukuran Jitter Jaringan GPON
Jumlah Client
Jitter (ms)
1
5,31
2
7,11
3
20,31
4
31,60
5
47,32
Mean
22,33
Kategori
0-75ms
Indeks QoS
3
Pada tabel 4.8 merupakan hasil pengukuran parameter jitter
dari jaringan GPON, skenario dari pengukuran jitter adalah
membanjiri jaringan dengan menggunakan koneksi UDP yang
memakai bandwidth sebesar 10 Mbps/client pada simulasi 1- 5 client
yang terhubung dengan server, lalu melihat berapa jitter yang
dihasilkan dari koneksi tersebut.
111
Data berurut dari atas hingga bawah menunjukan jumlah user
dalam simulasi pengukuran yaitu berjumlah 1 - 5 client, didapat hasil
pengukuran jitter pada 1 client sebesar 5,31 ms, 2 client sebesar 7,11
ms, 3 client sebesar 20,31 ms, 4 client sebesar 31,60 ms, dan 5 client
sebesar 47,32 ms.
Dari 5 hasil pengukuran jitter didapatkan rata-rata sebesar
22,33 ms, sehingga apabila dikategorikan pada tabel QoS, maka hasil
pegukuran jitter jaringan GPON dikategorikan ke dalam indeks 3.
4.3 Analisis dan Perbandingan Performansi Jaringan
Setelah dilakukan pengukuran dan mendapatkan hasil dari seluruh
parameter uji yang ditentukan, berikut akan ditampilkan perbandingan
performansi jaringan DSLAM dan GPON yang disajikan dalam bentuk
grafik histogram.
4.3.1 Analisis dan Perbandingan Kualitas Jaringan DSLAM dan
GPON
1. Komparasi SNR Jaringan DSLAM dan GPON
40
SNR
Upstream (dB)
30
31,76
20
20,8
29,79
27,18
24,89 26,54
SNR
Downstream
(dB)
40
20
11,3
10
6,6
6
5,8
31,05 29,87 28,46
27,31
20,8 19,7 18 25,01
10,2 9,2
0
1
0
1
2
3
DSLAM
4
5
GPON
2
DSLAM
3
4
5
GPON
Gambar 4.20 Perbandingan Data SNR Jaringan DSLAM dan GPON
112
Pada gambar 4.20 membuktikan bahwa pada sistem DSLAM
nilai SNR yang dihasilkan berpengaruh pada faktor kualitas Redaman
dari kabel tembaga terhadap noise yang diterimanya, dikarenakan
pada DSLAM menggunakan media akses kabel tembaga yang
terpengaruh oleh faktor induktor, yaitu semakin panjang jalur yang
disediakan untuk fluks medan magnet, maka menghasilkan semakin
besarnya hambatan terhadap fluks medan itu dalam nilai gaya medan
tertentu.
Hal tersebut dapat dibuktikan dengan adanya penurunan dari
nilai SNR berturut – turut pada DSLAM yaitu : 20.6 dB, 11.3 dB, 6,6
dB, 6 dB, dan 5.8 untuk upstream dan pada GPON : 31.76 dB, 29.79
dB, 27.18 dB, 24.89 dB, dan 26.54 dB untuk downstream, pada AP 1
– AP 5 yang berjarak 1 – 5 KM dari pusat terminal.
Sedangkan pada sistem DSLAM downstream SNR dengan
hasil pada percobaan AP ke-1 hingga AP ke-5 berturut – turut nilai
SNR dari hasil pengukuran dari pusat terminal adalah 31.05 dB, 29.87
dB, 28.46 dB, 25.01 dB, dan 27.31 dB untuk GPON : 31.05 dB, 29.87
dB, 28.46 dB, 25.01 dB, 27.31 dB untuk downstream .
Tabel 4.9 Rata-rata Pengukuran SNR Jaringan DSLAM dan GPON
DSLAM
DSLAM
GPON
GPON
Upstream Downstream Upstream Down,stream
Mean SNR (dB)
10,1
15,58
28,03
28,34
Pada tabel 4.9 menunjukkan rata-rata nilai SNR upstream dan
downstream jaringan DSLAM dan GPON, pada jaringan DSLAM
rata-rata SNR pada upstream sebesar 10,1 dB dikategorikan kedalam
“Fair” dan pada downstream sebesar 15,58 dB masuk kategori
“Good” pada tabel parameter kualitas jaringan. Untuk sistem GPON
rata-rata nilai SNR pada upstream sebesar 28,032 dB dan di
113
kategorikan kedalam “Excellent”, begitu juga pada downstream 28,34
dB dikategorikan “Excellent”.
2. Komparasi Attainable Rate Jaringan DSLAM dan GPON
Attainable Rate Upstream (Kbps)
40000
28724
29012
1012
1
1002
2
DSLAM
28082
27804
27102
904
4
848
5
20000
0
986
3
GPON
Attainable Rate Downstream
(Kbps)
40000
29048
29174
28374
28079
27779
9644
8992
7024
5009
1
2
3
4
2140
5
20000
0
DSLAM
GPON
Gambar 4.21 Perbandingan Data Attainable Rate Jaringan
DSLAM dan GPON
Pada gambar 4.21 menunjukkan tingkat Attainable Rate dari
jaringan DSLAM dan GPON. Attainable Rate menunjukkan
kecepetan maksimum data yang dapat ditransmisikan melalui
jaringan, yang merujuk pada kapasitas maksimum data yang dapat
ditransmisikan melalui saluran tersebut, attainable rate dari jaringan
DSLAM masih dibawah angka 10240 Kbps yang berarti belum
sanggup
memenuhi
harapan
PT.Telkom
untuk
menyediakan
bandwidth 10Mbps pada setiap AP, belum lagi pada jaringan DSLAM
114
menggunakan kabel tembaga sehingga nilai attainable rate masih
tergantung pada jarak jaringan yang dilaluinya.
Sedangkan pada jaringan GPON penurunan attainable rate
tidak terlalu signifikan bisa dilihat bahwa pada pengukuran ONT 1 –
ONT 5 yang berjarak 1-7 KM, kisaran penurunan attainable rate
hanya sebesar 1Mbps.
Tabel 4.10 Rata-rata Hasil Pengukuran Attainable Rate DSLAM dan GPON
DSLAM
DSLAM
Upstream
Mean Attainable
GPON
GPON
Downstream Upstream Downstream
950,4
6561,8
28145
28491
Rate (Kbps)
Hasil rata-rata dari pengukuran parameter attainable rate pada
DSLAM untuk upstream sendiri didapati data sebesar 950,4 Kbps dan
6561,8 Kbps pada pengukuran downstream. Sedangkan didapati
angka sebesar 28145 Kbps pada upstream dengan GPON dan 28491
Kbps pada downstream, maka GPON lebih handal dalam penyediaan
kapasitas laju bit per detik untuk upstream dan downstream.
3. Komparasi Attenuation Jaringan DSLAM dan GPON
Attenuation
Downstream (dB)
Attenuation
Upstream (dB)
30
25
20
15
80
27,5
25,5
23,6 23,4 24,8
21,7
19,8 20,5
67,1
60
60
52
40
13,6 14,3
33
10
20
5
20,1
19,6
20,7
21,5
22,8
24,5
1
2
3
4
5
0
0
1
2
DSLAM
3
4
5
GPON
DSLAM
GPON
115
Gambar 4.22 Perbandingan Data Atenuation Jaringan
DSLAM dan GPON
Pada gambar 4.22 tertera data atenuation dari DSLAM dan
GPON. Atenuasi akan berpengaruh positif terhadap kualitas jaringan
apabila memiliki nilai semakin rendah dan sebaliknya akan
berpengaruh negatif terhadap kualitas jaringan apabila nilai semakin
besar. Satuan yang digunakan adalah (dB).
Data yang tercatat pada grafik diatas menampakkan tingkat
atenuasi upstream pada DSLAM yang didapat yaitu : atenuasi sebesar
13,6 dB pada pengukuran pertama hingga kelima sebesar 14,3 dB,
23,6 dB, 25,5 dB, dan beranjak naik pada pengukuran terakhir sebesar
27,5 dB. Sedangkan pada downstream : 19,6 dB, 33 dB, 52 dB, 60 dB
dan 67,1 dB.
Pada upstream GPON tercatat berturut-turut dari pengukuran
pertama hingga terakhir, sebesar 19,8 dB, 20,5 dB, 21,7 dB, 23,4 dB
dan terakhir sebesar 24,8 dB. Sedangkan pada downstream : 20,1 dB,
20,7 dB, 21,5 dB, 22,8 dB dan 24,5 dB.
Tabel 4.11 Rata-rata Hasil Pengukuran Attenuation DSLAM dan GPON
DSLAM
Upstream
Mean
20,9
DSLAM
GPON
GPON
Downstream Upstream Downstream
46,34
22,04
21,92
Atenuasi (dB)
Hasil rata-rata pada parameter Attenuation didapat DSLAM
untuk upstream sebesar 20,9 dB termasuk kedalam kategori
“Excellent” dan 46,34 dB pada downstream termasuk dalam kategori
“Good”, sedangkan pada jaringan GPON termasuk dalam kategori
“Outstanding” pada upstream dan downstream.
116
4.3.2 Analisis dan Perbandingan QoS Jaringan DSLAM dan GPON
1. Grafik Komparasi Throughput Jaringan DSLAM dan GPON
Throughput (Kbps)
9520
9515
9510
9503
9492
6817
6813
6808
6798
6793
1
2
3
4
5
10000
8000
6000
4000
2000
0
DSLAM
GPON
Gambar 4.23 Perbandingan Data Throughput
Dari gambar 4.23 diketahui bahwa tingkat throughput kedua
sistem sangat berbeda jauh. Pada pengukuran parameter throughput
GPON dapat mencapai 9520 Kbps pada pengukuran pertama
dibanding dengan DSLAM yang hanya mampu menghasilkan 6817
Kbps pada pengukuran pertama. Selanjutnya pada pengukuran
berikutnya kedua sistem cenderung mengalami penurunan sedikit
demi sedikit hingga pada pengukuran terakhir diketahui hasil untuk
parameter throughput yang didapat pada DSLAM sebesar 6793 Kbps
dan 9492 Kbps pada GPON.
Tabel 4.12 Rata-rata Throughput DSLAM dan GPON
Mean Throughput (Kbps)
DSLAM
GPON
6805,8
9508
Tabel 4.12 merupakan hasil rata-rata pengukuran pada
parameter kualitas layanan throughput pada jaringan DSLAM dan
117
GPON, dimana rata-rata throughput yang mampu dihasilkan oleh
DLSAM adalah sebesar 6805,8 Kbps, sedangakan pada GPON
parameter throughput yang mampu dihasilkan jauh lebih baik dengan
9508 Kbps, apabila dikategorikan kedalam tabel QoS untuk
throughput maka DSLAM masuk kedalam indeks 3 dan GPON masuk
kedalam indeks 4, apabila maksimum througput yang diharapkan
adalah 10 Mbps sesuai dengan harapan PT.Telkom.
2. Grafik Komparasi Latency/Delay Jaringan DSLAM dan GPON
Latency/Delay (ms)
140
120
100
80
60
40
20
0
132
118
101
82
36
47
57
33
25
9
1
2
3
DSLAM
4
5
GPON
Gambar 4.24 Perbandingan Data Latency/Delay
Pada gambar 4.24 menggambarkan perbandingan hasil
pengukuran delay antara jaringan DSLAM dan GPON pada saat
jaringan dipakai untuk koneksi TCP dengan simulasi menggunakan 1
– 5 client, pada gambar tersebut terjadi delay yang cukup besar pada
sistem DSLAM, yaitu yang tertinggi mencapai 132 ms.
Sedangkan, pada sistem GPON hanya mencapai 57 ms untuk
nilai delay tertinggi. Nilai delay terendah DSLAM didapat sebesar 36
ms dan GPON sebesar 9 ms.
Dengan demikian GPON memiliki tingkat delay yang lebih
rendah dibandingkan DSLAM. Hal ini dikarenakan jalur pengiriman
118
data pada DSLAM penuh pada saat jaringan dipakai untuk koneksi
TCP antara client dan server yaitu perlakukan 1 – 5 client , sehingga
waktu untuk response time antara client dan server semakin lama,
pada jaringan DSLAM menggunakan media akses tembaga yang
memiliki jalur pengiriman data terbatas sehingga hal tersebut bisa
terjadi.
Berbeda dengan GPON yang memiliki jalur pengiriman data
lebih lebar sehingga waktu round trip time antara client dan server
bisa lebih cepat meskipun jalur pengiriman sedang dipakai untuk
koneksi TCP antara client dan server, hal tersebut dapat dibuktikan
dengan rumus yang diperoleh pada bab 2 yaitu latency dihasilkan oleh
jumlah bit yang dikirim dibagi dengan throughput (bandwidth
sebenarnya dari jaringan) yang dimiliki oleh jaringan, dalam hal ini
pembuktian akan dihitung pada pengujian latency 1 client dari
masing-masing jaringan. Berikut hasil perhitungan latency jaringan
DSLAM dan GPON:
A. Perhitungan Latency jaringan DSLAM 1 Client
Bit yang dikirim (Bit dalam PING) :32 Byte = 256 Bit.
Mean Attainable Rate Dslam
:6561 Kbps.
Latency (Second)
:256 / 6817 = 0,036 second.
Latency (Milisecond)
:0,037*1000 = 36 milisecond.
B. Perhitungan Latency jaringan GPON 1 Client
Bit yang dikirim (Bit dalam PING) :32 Byte = 256 Bit.
Mean Attainable Rate GPON
:28491 Kbps.
Latency (Second)
:256 / 28491 = 0,009 second.
Latency (Milisecond)
:0,009 *1000 = 9 milisecond.
Tabel 4.13 Rata-rata latency/delay DSLAM dan GPON
Mean Latency/Delay (%)
DSLAM
GPON
93,8
34,2
119
Jika diambil rata-rata dari gambar 4.24, maka akan didapat
rata-rata nilai delay pada DSLAM sebesar 93,8 ms dan rata-rata nilai
delay pada GPON sebesar 34,2 ms. Rata-rata nilai delay DSLAM jauh
lebih besar dibandingkan GPON yang hanya mencapai rata-rata
latency sebesar 34,2 ms.
3. Grafik Komparasi data Packet Loss Jaringan DSLAM dan GPON
Packet Loss (%)
27,8
30
23,11
25
20,36
20
15,63
15
10,9
10
5
6,49
3,5
5,21
7,79
4,54
1
2
3
4
5
0
DSLAM
GPON
Gambar 4.25 Perbandingan Data Packet Loss
Pada gambar 4.25 merupakan gambar grafik perbandingan
hasil pengukuran packet loss pada jaringan DSLAM dan GPON.
Parameter selanjutnya yang dilakukan pengukuran yaitu packet loss.
Hasil pengukuran packet loss pada jaringan DSLAM yaitu 10,9 % –
27,8 %. Sedangkan GPON menghasilkan nilai packet loss sebesar 3,5
% – 7,79 % lebih rendah dibandingkan presentase Packet Loss
DSLAM.
Semakin rendah presentase tingkat packet loss yang hilang
dapat dinyatakan bahwa jaringan tersebut lebih stabil untuk
pengiriman data dari sumber sampai ke tujuan, karena presentase
packet loss menandakan seberapa banyak paket data yang hilang
120
dalam perjalanan menuju tujuan.
Dalam hal ini GPON memiliki
presentase packet loss yang lebih rendah apabila dibandingkan
DSLAM.
Tabel 4.14 Rata-rata Packet Loss DSLAM dan GPON
Mean Packet Loss (%)
DSLAM
GPON
19,56
5,51
Tabel 4.14 merupakan rata-rata hasil pengukuran dari 5 kali
percobaan pengukuran berdasarkan pada jumlah client yang
digunakan. Hasil rata-rata packet loss yang dihasilkan dari jaringan
DSLAM sebesar 19,56%, sedangkan 5,51% pada GPON, apabila
dikelompokkan kedalam tabel QoS versi TIPHON untuk packet loss
maka DSLAM masuk ke dalam indeks 2, sedangkan GPON masuk ke
dalam indeks 3.
4. Grafik komparasi data Jitter jaringan DSLAM dan GPON
Jitter (ms)
100
82,49
90,73
88,56
93,41
80
47,32
60
35,72
31,6
40
20
20,31
5,31
7,11
1
2
0
3
DSLAM
4
5
GPON
Gambar 4.26 Perbandingan Data Jitter
Pada gambar 4.26 merupakan tabel perbandingan hasil
pengukuran parameter uji yang terakhir yaiut jitter. Pada gambar
121
tersebut memperlihatkan nilai jitter pada DSLAM lebih tinggi
dibandingkan dengan nilai jitter pada GPON, dengan perolehan data
pada DSLAM sebesar 35,72 ms hingga 93,41 ms. Sedangkan pada
GPON didapati antara 5,31 ms – 47,32 ms.
Tabel 4.15 Rata-rata Jitter DSLAM dan GPON
Mean Jitter (ms)
DSLAM
GPON
78,18
22,33
Rata-rata yang didapat dari dari jitter untuk kedua sistem
adalah 78,18 ms untuk DSLAM dan 22,33 ms untuk GPON. Jitter
merupakan variasi delay antar paket pengiriman yang terjadi pada
jaringan IP. Besarnya nilai jitter akan sangat berpengaruh oleh variasi
beban trafik dan besarnya tumbukan antar paket (collision) yang ada
dalam jaringan IP. Semakin besar beban trafik didalam jaringan akan
menyebabkan semakin besar pula peluang terjadinya congestion.
Dikatakan congestion disini adalah kondisi yang terjadi pada lalu
lintas data yang padat ketika banyak paket dalam jumlah besar harus
melewati suatu jaringan yang sama pada waktu yang bersamaan.
Semakin besar nilai jitter yang didapati dalam jaringan, maka
akan berpengaruh terhadap penurunan QoS jaringan tersebut. Hal ini
terjadi pada sistem jaringan DSLAM dengan tingkat jitter yang tinggi.
Maka dengan ini GPON mampu lebih baik dibandingkan DSLAM,
dan apabila dikelompokkan ke dalam tabel menurut TIPHON untuk
jitter maka DSLAM dimasukkan ke dalam indeks 2 dan GPON ke
dalam indeks 3.
Dalam aspek parameter pengukuran jitter GPON unggul satu
tingkat lebih tinggi pada indeks rata-rata jitter. Dengan kemampuan
yang dimiliki GPON menghasilkan nilai jitter yang cukup kecil
berdampak pada kualitas jaringan yang tentunya akan semakin baik.
Karena ketentuan semakin kecil nilai jitter yang terkandung pada
jaringan, maka akan semakin baik jaringan tersebut dalam hal
performansinya.
122
4.3.3. Indeks Performansi Jaringan DSLAM dan GPON
Berikut adalah hasil pengelompokkan data pengukuran parameter
kualitas jaringan yang meliputi : Attainable Rate, SNR, dan Attenuation dan
kualitas layanan QoS yang meliputi Throughput, Latency, Packet Loss, dan
Jitter berdasarkan tabel yang ada pada tinjauan pustaka.
1. Grafik Hasil Pengelompokan Rata-rata Parameter QoS
Index
Rekapitulasi Hasil Parameter QoS
5
4
4
3
3
4
3
3
2
2
2
1
0
Throughput
Packet Loss
Jitter
Delay/Latency
Parameter QoS
DSLAM
GPON
Gambar 4.27 Indeks QoS DSLAM dan GPON
Gambar 4.27 mewakili hasil perhitungan perolehan indeks ukur
dari 4 parameter QoS, yaitu : Throughput, Packet Loss, Jitter dan
Delay/Latency pada kedua sistem jaringan yang di uji coba performanya.
Pada gambar diatas perolehan untuk sistem DSLAM meliputi indeks
Throughput : 3 (good), Packet Loss : 2 (fair), Jitter : 2 (fair) dan
Delay/Latency : 4 (excellent). Sedangkan pada GPON meliputi indeks
Throughput : 4 (excellent), Packet Loss : 3 (good), Jitter : 3 (good) dan
Delay/Latency : 4 (excellent). Total keseluruhan dari rata-rata adalah
DSLAM memperoleh indeks rata-rata sebesar 2,75. Sedangkan GPON
memperoleh indeks rata-rata sebesar 3,5. Maka dengan demikian pada
parameter QoS GPON lebih unggul daripada DSLAM.
123
2. Grafik Hasil Pengelompokan Kualitas Jaringan Downstream
INDEX
Downstream
6
5
4
3
2
1
0
5
5
4
3
3
2
SNR
Attenuation
Attainable Rate
PARAMETER KUALITAS JARINGAN
DSLAM
GPON
Gambar 4.28 Indeks Kualitas Jaringan DSLAM dan GPON Downstream
Gambar 4.28 mewakili hasil perhitungan rata-rata dari 3
parameter ukur kualitas jaringan pada sisi downstream yang diujikan
kepada sistem DSLAM dan GPON. Dari indeks perolehan tersebut
DSLAM mendapat nilai indeks bervariatif pada ke-3 parameter uji
kualitas jaringan, untuk SNR : 3 (good), attenuation : 2 (fair), dan
attainable Rate : 3 (good).
Sedangkan untuk perolehan GPON pada parameter uji rata-rata
yang sama yaitu, SNR : 4 (excellent), attenuation : 5 (outstanding), dan
attainable Rate : 5 (outstanding). Maka perolehan rata-rata untuk
keduanya adalah dengan DSLAM sebesar 2,6. Sedangkan untuk GPON
perolehan sebesar 4,6. Unggul dengan selisih indeks rata-rata 2 poin
lebih baik daripada DSLAM membuat GPON dapat lebih baik dalam
performa. Dengan demikian GPON mampu untuk lebih baik dibanding
DSLAM pada kategori parameter jaringan tingkat downstream. Kualitas
jaringan dari aspek downstream akan berpengaruh besar terhadap user
yang menggunakan layanan PT.Telkom, maka dengan implementasi
GPON diharapkan dapat meningkatkan kepuasan dikalangan user yang
menggunakan layanan PT.Telkom.
124
3. Grafik Hasil Pengelompokan Kualitas Jaringan Upstream
INDEX
Upstream
6
5
4
3
2
1
0
5
4
4
5
2
SNR
2
Attenuation
Attainable Rate
PARAMETER KUALITAS JARINGAN
DSLAM
GPON
Gambar 4.29 Indeks Kualitas Jaringan DSLAM dan GPON Upstream
Gambar 4.29 merepresentasikan hasil rata-rata indeks perolehan
dari parameter kualitas jaringan untuk kedua sistem yang diuji DSLAM
dan GPON kategori upstream. Untuk DSLAM diperoleh berturut-turut
pada parameter uji kualitas jaringan SNR : 2 (fair), attenuation : 4
(excellent), dan attainable Rate : 2 (fair). Sedangkan untuk GPON
sendiri memperoleh hasil dari rata-rata pengukuran di tiap-tiap
parameternya sebesar SNR : 4 (excellent), attenuation : 5 (outstanding),
dan attainable Rate : 2 (fair). Sehingga dengan demikian rata-rata
perolehan dari ke-3 parameter kualitas jaringan DSLAM mendapat poin
indeks sebesar 2,6.
Sedangkan GPON mendapat 4,3. Maka dapat diketahui untuk
kategori upstream sistem GPON mampu lebih baik dari DSLAM.
Unggul tipis dibanding DSLAM pada aspek Upstream adalah hal yang
positif karena diimbangi dengan keunggulan pula di aspek Downstream
yang dimiliki oleh sistem jaringan GPON.
Sehingga dari beberapa paparan data diatas sudah dipastikan
bahwa sistem jaringan GPON unggul dalam sektor QoS dan juga pada
aspek kualitas jaringan, baik itu untuk arah upstream maupun
downstream keduanya sama-sama memberikan kelebihan dibandingkan
sistem sebelumnya yang digunakan, yakni menggunakan DSLAM.
Download