Perbandingan Konversi Peta Struktur Waktu

advertisement
Seminar Nasional ke-II Fakultas Teknik Geologi Universitas Padjadjaran
Perbandingan Konversi Peta Struktur Waktu Menjadi Peta Struktur
Kedalaman Menggunakan Metode Time Depth Curve Dan Kriging
External Drift Pada Lapangan Ay Di Cekungan Sumatera Selatan,
Indonesia
Yusi Firmansyah *, Reza Mohammad Ganjar Gani* dan Edy Sunardi *
* Fakultas Teknik Geologi, Universitas Padjadjaran Bandung, Indonesia
Abstrak
Metode seismik refleksi mampu menggambarkan batuan bawah permukaan dalam
domain waktu. Formasi batuan bawah permukaan digambarkan dalam penampang seismik
umumnya dalam domain waktu. Konversi peta struktur waktu menjadi peta struktur domain
kedalaman merupakan hal yang sangat penting dalam dunia eksplorasi minyak dan gas bumi.
Pemilihan metode konversi yang kurang tepat akan menghasilkan peta kedalaman yang
kurang akurat, dalam hal ini memiliki tingkat error yang tinggi. Dalam studi ini akan
dibandingkan metode Time Depth Curve dengan metode Kriging External Drift. Data yang
tersedia pada lapangan AY adalah 3 sumur yang terdiri dari sumur Ardiani, Halli dan Berty
serta penampang seismic 2D sebanyak 6 buah. Data-data penampang seismik 2D kemudian
di interpretasi sehingga diperoleh peta struktur waktu dan dikonversi menjadi peta struktur
kedalaman menggunakan metode Time Depth Curve dan metode Kriging External Drift.
Hasil yang akan diperoleh dari studi ini adalah memberikan informasi mengenai penggunaan
metode konversi yang tepat, sehingga nantinya dapat dijadikan bahan pertimbangan dalam
dunia eksplorasi minyak dan gas bumi.
Kata Kunci : Lapangan AY, Time Depth Curve, Kriging External Drift.
1. Pendahuluan
Metode seismik refleksi merupakan
salah satu metode yang dapat
menggambarkan batuan dalam bawah
permukaan dalam domain waktu.
Konversi peta struktur dari domain
waktu menjadi domain kedalaman
merupakan hal yang sangat penting
didalam dunia eksplorasi migas.
Pengambilan keputusan untuk program
pengeboran didalam domain waktu
merupakan
hal
yang
sangat
membahayakan. Karena, seringkali
interpretasi didalam domain waktu akan
menghasilkan penafsiran yang kurang
tepat. Pada tulisan ini secara khusus
membahas mengenai perbandingan
metode
konversi
peta
struktur
kedalaman dari domain waktu menjadi
domain kedalaman. Daerah yang
digunakan dalam penelitian adalah
wilayah sumatera selatan.
2. Metode Penelitian
Dalam praktiknya, terdapat beberapa
metoda yang dapat dilakukan untuk
melakukan
konversi
waktu
ke
kedalaman,
diantaranya
dengan
menggunakan Time
Depth
Curve.
Kurva ini dibangun dari data sonic,
checkshot dan VSP. Disamping Time
Depth Curve, digunakan juga hubungan
Geostatistik, kecepatan dari PSTM (Pre
Stack Time Migration), kecepatan dari
PSDM
(Pre
Stack
Depth
Migration), velocity
tomography.
Pemilihan
metoda-metoda
ini
didasarkan pada keperluan dan data
yang tersedia.
Dalam penelitian ini penulis secara
khusus akan membandingkan dua
metode yang sering digunakan dengan
ketersediaan data yang terbatas. Metode
pertama
yang
digunakan
untuk
mendapatkan peta struktur kedalaman
63
Seminar Nasional ke-II Fakultas Teknik Geologi Universitas Padjadjaran
adalah metode Time Depth Curve .
Metode Time Depth Curve pada
dasarnya menggunakan data checkshot
yang terdiri dari data kedalaman dan
waktu. Dari data chekshot kemudian
dibuat suatu kurva yang nantinya akan
diperoleh suatu rumus dan digunakan
untuk konversi dari peta struktur waktu
menjadi peta kedalaman. Metode kedua
yang digunakan dalam penelitian ini
adalah metode geostatistik dalam hal ini
metode Kriging External Drift. Pada
prinsipnya metode Kriging External
Drift digunakan untuk melakukan
koreksi pada daerah yang tidak
memiliki sumur sehingga nantinya pada
daerah yang tidak ada sumur akan
dilakukan interpolasi menggunakan
metode geostastik. Tahapan metode
time Depth curve dan metode
geostatistik (Kriging External Drift)
dapat dilihat pada gambar 1 dan 2.
3. Hasil Dan Pembahasan
Peta Struktur waktu diperoleh dari
hasil interpretasi pada penampang
seismic 2D menggunakan software
interpretasi. Untuk metode Time Depth
Curve , data chekshot yang digunakan
diperoleh dari 3 buah sumur. Langkah
berikutnya adalah menggabungkan 3
data chekshot sumur yang berada pada
daerah penelitian. Hasil dari gabungan
data chekshot kemudian dibuat suatu
kelompok dan nantinya akan diperoleh
suatu rumus yang nantinya akan
digunakan dalam proses konversi ke
peta kedalaman. Langkah dan hasil
konversi menggunakan metode Time
Depth Curve dapat dilihat pada gambar
3 dan 4.
Gambar 3. Metode Time Depth Curve
Gambar 1. Tahapan metode time Depth curve
Gambar 4. Perbandingan peta struktur dalam
domain waktu dengan peta struktur dalam
domain kedalaman dengan menggunakan
metode Time Depth Curve
Gambar 2. Tahapan metode geostastistik
( Kriging External Drift)
Metode kedua yang digunakan dalam
penelitian ini adalah metode geostatistik
dalam hal ini metode Kriging External
Drift (KED). Dalam metode Kriging
External Drift (KED) langkah pertama
yang dilakukan adalah memasukan
marker masing-masing sumur dan peta
struktur waktu. Dari data tersebut
kemudian disebarkan dengan cara
geostastik dengan metode Kriging
64
Seminar Nasional ke-II Fakultas Teknik Geologi Universitas Padjadjaran
External Drift (KED). Daerah yang
tidak memiliki sumur akan dilakukan
interpolasi dengan metode Kriging
External Drift. Untuk proses dan hasil
menggunakan tahapan
geostastistik
(Kriging External Drift) dapat dilihat
pada gambar 5 dan 6.
Gambar 5. Metode Geostastistik (Kriging
External Drift)
Gambar 6. Perbandingan peta struktur dalam
domain waktu dengan peta struktur dalam
domain kedalaman dengan menggunakan
metode Geostastistik (Kriging External Drift)
Dari kedua metode yang telah
dilakukan yaitu metode Time Depth
Curve dan metode Kriging External
Drift kemudian dilakukan perbandingan
(gambar 7). Hasil dengan metode Time
Depth Curve ketika dikoreksi dengan
data marker sumur diperoleh hasil yang
kurang tepat (nilai error tinggi).
Sementara dengan metode Kriging
External Drift dengan melakukan hal
yang sama diperoleh hasil yang sesuai
(nilai error kecil). Hal ini dikarenakan
metode Time Depth Curve hanya
berdasarkan rumus yang mewakili
untuk semua daerah yang terdapat data
sumur maupun tidak. sehingga pada saat
dicek kembali dengan data marker akan
diperoleh hasil yang kurang sesuai.
Sedangkan metode Kriging External
Drift akan sesuai dikarenakan pada saat
dilakukan penyebaran sudah dikoreksi
dengan data sumur terlebih dahulu
sehingga hasil yang diperoleh akan baik
sementara daerah-daerah yang tidak
terdapat terdapat data sumur akan
dilakukan interpolasi dengan cara
geostatistik.
Gambar 7. Perbandingan peta struktur
kedalaman dengan menggunakan metode time
depth curve dan Geostastistik (Kriging External
Drift)
4. Kesimpulan
Hasil dari perbandingan Metode
Time Depth Curve dengan metode
geostastika
diperoleh
metode
geostatistika memiliki tingkat error
yang lebih kecil dan menggambarkan
peta kedalaman yang relatif sama
dengan peta struktur waktu. Metode
Time Depth Curve adalah metoda yang
paling murah, cepat tetapi kurang
akurat, dan hanya cocok jika tidak ada
variasi
kecepatan
secara
lateral
Sedangkan metode Kriging External
Drift dapat digunakan dengan area yang
memiliki minimal 3 sumur.
Ucapan Terima Kasih
Penulis mengucapkan terima kasih
kepada Dirjen Migas yang telah
memberikan izin atas penggunaan data
dalam penelitian ini sehingga penelitian
ini dapat terselesaikan dengan baik.
65
Seminar Nasional ke-II Fakultas Teknik Geologi Universitas Padjadjaran
Daftar Pustaka
[1]. Bambang
Hariyanto,
Agus
Susianto, Lothar Schulte, 2010.
Time Depth Convertion and
reservoir modeling in the shadow
zone of tengah thrust fault and
volumetric uncertainty handling
of seturian Gas field,Kutei basin,
Indonesia, Indonesian Petroleum
Association, Proceedings Annual
Convention Jakarta, 2010, G-092
[2]. Saifatur Rusli dan Suparto, 2004.
Pembuatan
Peta
Struktur
Kedalaman Shelft-Edge Formasi
Kujung, Laut Jawa Timur,
Makara. Teknologi, vol.8, April
2004 : 21-24
66
Download