BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pajak merupakan penerimaan Negara yang akan digunakan untuk pembiayaan umum dari segala kegiatan pemerintahan ,bahkan pajak merupakan suatu alat ukur untuk keberhasilan perekonomian suatu Negara.Kepatuhan wajib pajak merupakan faktor utama untuk realisasi penerimaan pajak (Dewi, 2011).Kesadaran masyarakat atau kepatuhan masyarakat (tax compliance) yang tinggi sangat dibutuhkan untuk menopang penerimaan Negara.Kesadaran masyarakat yang tinggi akan mendorong semakin banyak masyarakat untuk memenuhi kewajibannya untuk mendaftarkan diri sebagai wajib pajak, melaporkan,dan membayar pajaknya dengan benar sebagai wujud tanggung jawab berbangsa dan bernegara.Hal ini sesuai dengan pendapat James dan Nobes (1997 : 7) bahwa “ No Tax System can function effectively without the cooperation of the great majority of taxpayer , so the factors which affect compliance are importance “ .Tidak satupun system pajak dapat berfungsi secara efektif tanpa peran serta sebagian besar wajib pajak , karena itu faktor faktor yang mempengaruhi kepatuhan pajak sangatlah penting.Dengan demikian tax compliance merupakan kunci dari keseluruhan system perpajakan dan dengan tingkat kepatuhan wajib pajak yang tinggi akan mendongkrak penerimaan pajak yang tinggi pula. 1 2 Pajak Bumi dan Bangunan merupakan Pajak yang mulai berlaku mulai tanggal 1 januari 1986 berdasarkan UU No 12 tahun 1995.Kemudian UU ini diubah dengan UU No 12 tahun 1998 dan mulai terhitung 1 januari 1995.Pajak Bumi dan Bangunan merupakan pajak pusat yang hasilnya dibagi bagikan kepada daerah daerah karna hasil dari penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan merupakan hasil dana dan perimbangan. Imbangan pembagian penerimaan PBB diatur dalam pasal 18 UU No.12 tahun 1994 yakni tentang Pajak Bumi dan Bangunan serta melalui PP Nomor 16 tahun 2000 dan keputusan menteri keuangan Republik Indonesia nomor 82/KMK.0412000 tanggal 21 maret 2000 tentang Pembagian Hasil Pajak Bumi dan Bangunan antara pusat dan daerah, yaitu untuk pemerintah pusat 10% ( dikembalikan lagi ke daerah ) dan untuk daerah 90% , dalam anggaran pendapatan dan belanja daerah (APBD), Penerimaan PBB tersebut dimasukkan dalam kelompok Penerimaan bagi Hasil Pajak. Di Indonesia, salah satu kebijakan pajak dari pemerintah daerah yang mempunyai pengaruh signifikan Anggaran Fasilitas daerah yakni berasal dari anggaran PBB. 3 Oleh karena itu dalam merumuskan Kebijakan PBB,Pemerintah daerah senantiasa melakukannya dengan penuh kehati hatian karena PBB terkait dengan Aspek lainnya yang sangat sensitif terhadap ekonomi maupun politik.PBB jika dirancang dengan baik bisa menjadi sumber penerimaan yang besar,stabil dan elastis.Kadar Elastisitas tergantung pada sampai seberapa jauh tanah bersangkutan dapat ditaksir dengan teratur dan dengan harga jual yang berlaku.PBB juga dapat memperkuat pemerintah daerah, karena membuka peluang dasar pajak yang luas bagi penerimaan serta pembangunan fasilitas pemerintah sendiri. Sesuai dengan yang telah dijabarkan tentang Pajak Bumi dan Bangunan diatas maka setiap daerah pasti mempunyai anggaran fasilitas dari penerimaan Pajak Bumi dan bangunan yang bisa diukur dari segi luas tanah yang dimiliki oleh wajib pajak untuk membayar Pajak Bumi dan bangunannya. Anggaran menurut Simamora (2002:202) adalah anggaran sebuah rencana kuantitatif aktifitas sebuah organisasi ; anggaran mengidentifikasi tentang sumber daya dan komitmen yang dibutuhkan untuk memenuhi sebuah tujuan organisasi selama periode yang dianggarkan. 4 Pembayaran Pajak Bumi dan Bangunan dibayarkan oleh wajib pajaknya 1 tahun sekali.Agar anggaran fasilitas dari pembayaran Pajak Bumi dan Bangunan ini bisa sesuai dengan target yang telah disusun oleh suatu pemerintah daerah maka yang perlu diperhatikan adalah dari segi kepatuhan wajib pajak dalam membayarkan kewajibannya agar anggaran fasilitas yang telah disusun bisa mengasilkan kepuasan dalam perencanaannya.Sesuai pendapat dari Dewi( 2011 ) “Kepatuhan wajib pajak merupakan faktor utama untuk realisasi penerimaan pajak”. Penelitian pengaruh dari ini ditujukan Kepatuhan untuk memastikan bagaimanakah Wajib pajak terhadap Anggaran fasilitas.Kepatuhan Wajib Pajak bisa memberikan banyak hal yang bisa menjadikan sebuah anggaran fasilitas berada dalam titik keberhasilan.Berdasarkan hal hal tersebut maka penulis tertarik untuk membuat penelitian dengan Judul :”Analisis Kepatuhan membayar Pajak Bumi dan Bangunan dan pengaruhnya terhadap Anggaran Fasilitas Kelurahan Sambikerep.” 1.2 RUMUSAN MASALAH 1.Apakah ada pengaruh secara simultan faktor-faktor Kepatuhan membayar PBB terhadap Anggaran fasilitas? 2.Apakah ada pengaruh secara parsial faktor-faktor Kepatuhan Membayar PBB terhadap Anggaran Fasilitas ? 5 1.3 TUJUAN PENELITIAN Berdasarkan rumusan masalah yang telah dikemukakan di atas, maka tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah: 1.Untuk mengetahui pengaruh Kepatuhan membayar PBB secara simultan terhadap Anggaran Fasilitas di kelurahan Sambikerep. 2.Untuk mengetahui pengaruh Kepatuhan membayar PBB secara parsial terhadap Anggaran fasilitas di Kelurahan Sambikerep. 1.4 MANFAAT PENELITIAN Adapun manfaat diadakannya penelitian ini adalah: 1.Manfaat Teoritis Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran dan pembendaharaan tentang pengetahuan yang berkaitan dengan Pajak Bumi dan Bangunan khususnya bagi masyarakat sambikerep agar patuh untuk membayar pajak Bumi dan Bangunan . 2.Manfaat Praktis Penelitian ini dapat meningkatkan kepatuhan dalam membayar Pajak Bumi dan Bangunan agar Anggaran Fasilitas Daerah setiap tahunnya dinyatakan berhasil.