Chapter I

advertisement
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Rute pemberian oral merupakan rute yang paling digemari untuk berbagai
macam obat karena pemberiannya mudah sehingga dapat meningkatkan
kepatuhan pasien serta merupakan terapi dengan biaya yang relatif murah
(Bandari, et.al., 2008). Salah satu di antara sediaan oral yang banyak digunakan
adalah tablet. Tablet merupakan bentuk sediaan yang mudah dibawa, memiliki
durasi aksi kerja obat yang dapat dikontrol, dan dengan teknik tertentu, rasa dan
aromanya yang dapat diperbaiki. Namun pasien tertentu, terutama pediatri dan
geriatri, seringkali mengalami kesulitan menelan tablet konvensional secara utuh
walaupun telah minum air (Koseki, et.al., 2009).
Suatu studi mengungkapkan bahwa lebih dari 26% pasien mengalami
kesulitan menelan tablet. Oleh karena itu, praktisi medis dan farmasi dituntut agar
turut mempertimbangkan masalah ini dalam mengembangkan formulasi obat yang
tepat bagi pasien. Formulasi obat yang dapat larut atau hancur di mulut dalam
waktu singkat tanpa minum air, dipandang dapat mengatasi masalah menelan
tablet. Obat seperti ini akan memberikan keuntungan lebih besar dibandingkan
tablet konvensional, lebih nyaman digunakan, dan berpotensi meningkatkan
kepatuhan pasien dalam menggunakan obat (Andersen, et.al., 1995).
Formulasi obat yang dimaksud adalah Orally Disintegrating Tablet (ODT)
atau tablet hancur di mulut. Menurut FDA (Food and Drugs Administration,
Amerika Serikat), ODT didefinisikan sebagai suatu bentuk sediaan padat
mengandung senyawa aktif obat, yang dapat hancur atau disintegrasi secara cepat,
7
biasanya dalam hitungan detik, ketika diletakkan di atas lidah. ODT akan melarut
dengan cepat dengan adanya air ludah tanpa perlu minum air lagi. Sebagai
tambahan, bentuk sediaan ODT juga memiliki disolusi, laju absorpsi, dan
bioavailabilitas
yang
lebih
tinggi
dibandingkan
bentuk
sediaan
tablet
konvensional lainnya (Hirani, et.al., 2009). Lebih lanjut, efek samping obat yang
disebabkan oleh metabolit lintas pertama di hati dapat dikurangi (Dobetti, 2000).
ODT dapat diformulasi dengan berbagai metode. Di antaranya, cetak
langsung (direct compression) merupakan metode paling mudah dan murah,
karena proses pembuatannya dapat menggunakan peralatan cetak tablet
konvensional, bahan tambahan yang umumnya telah tersedia, dan membutuhkan
prosedur kerja yang singkat (Kundu dan Sahoo, 2008). Hal ini kemudian
mendorong penelitian ini memanfaatkan metode cetak langsung untuk membuat
ODT. Tiga pendekatan dasar dalam pengembangan ODT untuk mendapatkan
berbagai
keuntungan
seperti
yang
telah
disebutkan
sebelumnya
yaitu
memaksimalkan struktur berpori dari matriks tablet, menambahkan senyawa
penghancur (disintegrant) yang tepat, dan menggunakan bahan yang sangat
mudah larut air dalam formulasinya (Shukla, et.al., 2009). Kedua pendekatan
yang terakhir akan diaplikasikan untuk memformulasi ODT dalam penelitian ini.
Kriteria utama ODT adalah cepat larut atau hancur dalam rongga mulut,
sehingga ODT, terutama yang diformulasi dengan teknologi cetak langsung,
umumnya mengandung kadar superdisintegrant yang relatif tinggi. Kadarnya
ditentukan berdasarkan karakteristik dan jumlah zat aktif serta profil pelepasan
obat yang dikehendaki. Oleh karena itu, pemilihan jenis dan jumlah
superdisintegrant yang tepat sangat penting sebagai pendekatan pertama dalam
8
pengembangan
formulasi
ODT
(Camarco,
et.al.,
2006).
Krospovidon
(crosspovidone) dan natrium kroskarmelosa (crosscarmellose sodium) merupakan
dua contoh superdisintegrant yang diketahui dapat menghasilkan profil
disintegrasi cukup baik. Atas pertimbangan demikian, maka penelitian ini
dimaksudkan untuk membandingkan penggunaan krospovidon dan natrium
kroskarmelosa
sebagai
superdisintegrant
dalam
formulasi
ODT
terkait
pengaruhnya terhadap karakteristik tablet.
Pendekatan berikutnya adalah menggunakan bahan-bahan yang sangat
mudah larut air dalam formulasi ODT, terutama bahan aktif yang akan digunakan.
Hal ini disebabkan bahan aktif ODT harus dapat melarut dengan cepat dalam air
ludah (Sharma, et.al., 2005). Dalam penelitian ini, piroksikam yang digunakan
sebagai model bahan aktif memiliki karakteristik sangat sukar larut dalam air (FI,
1995). Oleh karena itu, diperlukan suatu langkah tambahan agar kelarutan
piroksikam dapat meningkat.
Salah satu langkah yang dapat dilakukan adalah dengan memperkecil
ukuran partikel piroksikam ke dalam skala nano. Partikel demikian dikenal
dengan istilah nanopartikel. Nanopartikel dapat diperoleh dengan berbagai metode
dan yang paling umum digunakan adalah media mill (Möschwitzher dan Müller,
2007). Metode ini merupakan suatu teknologi pengurangan ukuran partikel yang
terpenting dan telah dibuktikan kehandalannya lewat persetujuan registrasi 4 jenis
produk obat yang menggunakan metode ini oleh FDA (Junghanns dan Müller,
2008). Oleh karena itu, metode yang sama juga akan digunakan pada penelitian
ini untuk menghasilkan nanopartikel piroksikam.
9
Piroksikam merupakan obat antiinflamasi nonsteroid (AINS), analgesik, dan
antipiretik yang digunakan dalam terapi simptomatik pada rematoid artritis,
osteoartritis, ankilosing spondilitis, gangguan muskuloskeletal akut, dan gout akut
(IONI, 2008). Terapi yang demikian umumnya membutuhkan pelepasan obat
yang cepat agar segera mendapatkan respon farmakologi yang diinginkan
sehingga piroksikam dianggap ideal sebagai model untuk dibuat formulasi ODTnya.
Pada penelitian ini, ODT akan dibuat secara cetak langsung menggunakan
dua
superdisintegrant
yang
berbeda
yakni
krospovidon
dan
natrium
kroskarmelosa. Nanopartikel piroksikam dihasilkan dengan metode media mill
untuk mendapatkan ukuran partikel yang lebih kecil dari 1000 nm. Selanjutnya,
dibandingkan pelepasan obat antara ODT nanopartikel dan ODT mikropartikel
piroksikam.
1.2 Kerangka Pikir Penelitian
Berdasarkan latar belakang di atas, diduga bahwa ODT piroksikam akan
memperlihatkan karakteristik yang berbeda bila menggunakan superdisintegrant
dan ukuran partikel piroksikam yang berbeda. Pengamatan yang dilakukan pada
penelitian ini dimulai dari pembuatan nanopartikel sampai pada studi pelepasan
obat secara in vitro yang dibandingkan antara ODT nanopartikel dengan ODT
mikropartikel. Parameter yang diukur antara lain kadar zat berkhasiat, kekerasan,
kerengasan, waktu hancur, waktu pembasahan, keseragaman sediaan, sensorium,
dan disolusi.
10
Secara skematis, kerangka pikir penelitian ditunjukkan pada Gambar 1.1.
Variabel Bebas
Variabel Terikat
Parameter
Kadar zat berkhasiat
Kekerasan
Kerengasan
Fisik
Keseragaman sediaan
Waktu Pembasahan
Waktu Hancur
Ukuran Partikel
Disolusi
Karakteristik
Tablet
Profil
Pelepasan
Obat
in vitro
Simulasi
Superdisintegrant
Sensorium
Gambar 1.1
Rasa
Kerangka pikir penelitian.
1.3 Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut:
a. apakah ukuran partikel akan mempengaruhi karakteristik ODT?
b. apakah superdisintegrant krospovidon dan natrium kroskarmelosa
mempengaruhi karakteristik ODT?
11
1.4 Hipotesis Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah penelitian di atas, maka hipotesis penelitian
adalah sebagai berikut:
a. ukuran partikel piroksikam akan mempengaruhi karakteristik ODT,
b. superdisintegrant krospovidon dan natrium kroskarmelosa mempengaruhi
karakteristik ODT.
1.5 Tujuan Penelitian
1.5.1 Tujuan Umum
Tujuan umum penelitian ini adalah mengembangkan suatu formula ODT
yang memiliki karakteristik ideal.
1.5.2 Tujuan Khusus
Secara khusus penelitian ini bertujuan antara lain:
a. mengetahui pengaruh ukuran partikel piroksikam terhadap karakteristik ODT,
b. mengetahui pengaruh krospovidon dan natrium kroskarmelosa sebagai
superdisintegrant terhadap karakteristik ODT.
1.6 Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan kepatuhan pasien terutama
pediatri dan geriatri dalam menggunakan tablet sehingga tujuan terapi yang
diinginkan dapat tercapai.
12
Download