inovasi baru pengembangan obat kanker alami

advertisement
0272: M. Nurhalim Shahib dkk.
KO-30
INOVASI BARU PENGEMBANGAN OBAT KANKER ALAMI BERBASIS
BIOLOGI MOLEKULER: MEMBANGUN PROTOTIPE FORMULA ANTI
KANKER DARI EKSTRAK PANDANUS CONOIDEUS LAM,
PHYLLANTUS NIRURI L. DAN VITIS VINIFERA DALAM BENTUK
SERBUK ORAL
M. Nurhalim Shahib∗ , Diah Dhianawaty, dan Ani Melani
Laboratorium Biokimia Fakultas Kedokteran
Universitas Padjadjaran
Jl. Raya Bandung Sumedang KM 21, Jatinangor, Sumedang
∗
e-Mail: [email protected], telp: (022) 7794560
Disajikan 29-30 Nop 2012
ABSTRAK
Dalam penelitian ini telah dikembangkan obat kanker baru berdasarkan ekspresi gen sel HeLa dalam bentuk kombinasi
ekstrak tanaman obat yang terdiri dari Phyllanthus niruri L. (Pn) Vitis vinifera (Vv). Kedua kombinasi ini efeknya menghambat
ekspresi gen caspase-3, p53, siklin D1, siklin D2, siklin D3, bcl-2, Rock-1, Rip-1, BRCA-1, BRCa-2, GAPDH dan PARP-1,
sedangkan terhadap gen Cox-2 meningkat ringan. Kedua kombinasi tersebut lebih kuat hambatannya dibandingkan kombinasi
tiga herbal (dari Phyllanthus niruri L., Vitis vinifera dan Pandanus connoideus Lam), sehingga layak dilanjutkan ke tahap
percobaan hewan. Pada percobaan hewan yang diinduksi dengan dextrose sodium sulphate (DSS) dan Aoxymethan (AOM)
terjadi penurunan ekpsresi Muc-2 dan Ascl-2 (Mash-2). Kedua gen tersebut adalah marker untuk adanya perubahan sekresi
dan proliferasi pada mukosa usus mencit, sehingga dapat dianggap sebagai petanda awal perkembangan kanker usus (colon).
Kombinasi ekstrak Phyllanthus niruri dan Vitis vinifera ternyata dapat meningkatkan kembali ekspresi gen Muc-2, namun tidak
sepenuhnya dapat mengembalikan ekspresi Ascl-2. Efek terhadap eskpresi gen yang lain seperti siklin D tidak berpengaruh tetapi
menurunkan ekpresi gen bcl-2. Sebaliknya terhadap PARP-1 terjadi penguatan ekspresi. Data selanjutnya telah diketahui bahwa
Cox-2 merupakan gen yang penting untuk proliferasi sel, tetapi tidak spesifik. Pada penelitian ini ekspresinya tidak berubah
setelah ditambahkan kombinasi ekstrak Phyllanthus niruri dan Vitis vinifera. Ini berarti fenomena molekuler yang diperoleh
pada penelitian ini masih berada pada tahap perkembangan awal suatu kanker. Keadaan ini dapat dianggap sebagai precancer
dan masih diperlukan pemeriksaan gen-gen lain yang spesifik dan perlu dianalisis gen-gen yang spesifik. Berdasarkan data
ekspresi gen tersebut di atas, kombinasi Phyllanthus niruri dan Vitis vinifera dapat dikembangkan menjadi obat kanker colon.
Dalam penelitian ini pula telah dapat disajikan dalam bentuk serbuk sesuai dengan tujuan penelitian.
Kata Kunci: kanker, herbal, ekspresi gen, Real-Time PCR, target molekuler
I.
PENDAHULUAN
Beberapa tahun belakangan ini pemerintah Indonesia melalui Departemen Kesehatan telah memberdayakan pemanfaatan obat generik untuk memenuhi
kebutuhan masyarakat dalam bidang kesehatan. Tetapi
hasilnya masih belum memuaskan. Berkaitan dengan hal itu diperlukan suatu upaya mempertajam sasaran dengan mengarahkan efeknya sampai ke
tingkat molekuler atau seluler, sehingga dapat ditentukan target molekuler suatu herbal.
Hal ini
penting untuk mengimbangi superioritas penggunaan
obat modern yang hanya melegalitaskan senyawa ak-
tif. Sejalan dengan program pemerintah yang sedang
mengembangkan dan meningkatkan obat generik di
Indonesia, pemberdayaan bahan alam berkhasiat obat
sekarang saatnya dikembangkan sampai uji klinik agar
dapat diproduksi secara nasional. Diharapkan pengembangan obat generik yang dieksplorasi secara ilmiah
akan dapat memenuhi kebutuhan masyarakat Indonesia sehingga dapat menunjang kemandirian bangsa.
Pada penelitian ini direncanakan pengembangan bahan
alam herbal menjadi obat kanker (generik). Kanker atau
neoplasma maligna adalah sekelompok penyakit yang
etiologinya multifaktorial dan secara spesifik menye-
Prosiding InSINas 2012
0272: M. Nurhalim Shahib dkk.
babkan kelainan proliferasi sel. Keadaan tersebut dapat terjadi karena gangguan siklus sel dan regulasinya
yang semuanya diatur melalui protein-protein yang
dikode oleh gen-gen spesifik.[1] Hingga kini upaya
pengembangan obat kanker dari bahan alam di Indonesia masih belum berhasil baik, sehingga pengelolaan penyakit kanker masih sepenuhnya bergantung
kepada obat impor. Alasan logis mengenai hal itu
karena orientasi pengembangan obat kanker di Indonesia terlalu kaku, hanya mengikuti pola barat dengan mengandalkan khasiat senyawa aktif. Sedangkan kenyataannya keberhasilan kemoteurapeutik dengan senyawa akif tersebut masih belum memuaskan,
bahkan boleh dikatakan belum menurunkan angka
kematian penyakit kanker secara bermakna. Alasan
ilmiah yang kedua, jalur kematian sel dan cell survival
belum seluruhnya dipahami, sehingga belum dapat dijawab dengan tuntas mengapa sel kanker dapat mati
semu (dorman), dapat rekuren, bahkan dapat pula resisten terhadap terapi. Hal ini menunjukkan bahwa
jalur kematian sel bukan hanya merupakan satu jalur
lurus, tetapi multi pathways.[2] Sehingga dengan mengandalkan aktivitas satu senyawa aktif saja sukar untuk membunuh sel kanker. Alasan lain bahwa spesifisitas masing-masing jaringan menggunakan jalur kematian pada waktu yang berbeda, sehingga umur sel
organ yang satu berbeda dari organ yang lain. Ini menunjukkan pathway yang digunakan untuk mempertahankan cell survival juga berbeda. Sudut pandang
pengembangan obat kanker (generik) ini berdasarkan
patogenesis kanker yang multifaktorial yang berarti secara molekuler terapi kanker tidak dapat hanya menggantungkan kepada satu macam senyawa aktif saja.
Beberapa tahun terakhir telah dilaporkan bahwa
Amerika Serikat telah mengembangkan penelitian alternative dan complementary medicine (Cruzen J.,
1998). Ternyata para ahli telah sepakat bahwa bahan terapi alternatif dapat mengurangi efek toksik
dan ketidaknyamanan terapi (Colic M. dan Povelic
K., 2000). Permasalahannya apakah sel kanker dapat dihambat pertumbuhannya oleh pemberian ekstrak
herbal. Dapatkah profil ekspresi gen dijadikan indikator hambatan sel kanker oleh ekstrak herbal. Untuk
memecahkan masalah tersebut peneliti bertekad untuk mengembangkan obat kanker dalam bentuk kombinasi ekstrak tanaman obat Indonesia yang telah dikenal mempunyai efek anti kanker tetapi belum diuji secara akademik. Bentuk kombinasi tersebut terdiri dari
Pandanus conoideus Lam, Phyllantus niruri L. dan Vitis vinifera yang disajikan dalam bentuk ekstrak etanol.
Kombinasi tersebut untuk meningkatkan daya bunuh
terhadap sel kanker, menghindari kematian semu (dorman), menghindari rekurensi dan resistensi terhadap
obat kanker serta mencegah kanker yang disebabkan
virus. Untuk mendeteksi suatu sel masuk ke fase
KO-31
proliferasi perlu diselidiki ekspresi gen siklin D yang
berperan pada awal siklus sel (fase G1). Selanjutnya untuk mengetahui suatu sel kanker mempertahankan kehidupannya (cell survival) atau beralih ke resisten perlu
diperiksa ekspresi bcl-2, Atg-6 dan p53. Disamping
itu gen-gen pengendali proliferasi sel yang lain, seperti
Cox-2 juga penting diteliti. Pada penelitian ini juga tumor suppressor gen seperti BRCA-1/2 disamping p53
perlu diteliti profil ekspresinya. Inilah salah satu alasan
diformulasikannya kombinasi senyawa-senyawa yang
mempunyai efek anti kanker dalam bentuk satu formula kombinasi obat kanker. Dalam hal ini, diperlukan kombinasi herbal dan konsentrasi yang tepat, sehingga mencapai kematian sel maksimal dan spesifik.
Sebagai pembanding digunakan doxorubicin dan cisplatin. Efek kedua obat kanker ini terhadap kematian
sel kanker disetarakan dengan efek herbal maka formula kombinasi herbal akan dapat ditentukan. Untuk
mengetahui tipe kematian sel yang terjadi akan dianalisis berdasarkan ekspresi gen. Profil ekspresi gen bcl-2,
caspase-3 menunjukkan apoptosis, sedangkan ekspresi
RIP-1 menunjukkan nekrosis dan Atg-6 untuk menunjukkan autofagi.
Analisis kombinasi ketiga obat kanker yang terdiri
dari Pandanus conoideus Lam, Phyllantus niruri L. dan
Vitis vinifera diharapkan akan menghasilkan suatu anti
kanker yang ideal bagi dunia kedokteran di Indonesia.
Yang selanjutnya diharapkan kombinasi tersebut dapat
dikembangkan menjadi obat kanker generik yang efektif, efek sampingnya rendah dan murah.
Tujuan Penelitian
1. Pengembangan obat kanker baru dari bahan alam
dalam bentuk serbuk herbal berstandar.
2. Menghasilkan target molekuler ekstrak etanol
herbal terhadap sel kanker berupa 14 macam profil
ekspresi gen yaitu bcl-2, caspase-3, p53, cyclin D1,
cyclin D2, cyclin D3, Atg-6, RIP-1, BRCA-1/2, Cox2, GAPDH, dan PARP-1
3. Meningkatkan perolehan hak paten nasional.
4. Membuka peluang baru pemanfaatan tanaman asli
Indonesia yang berarti membuka peluang baru
bagi petani Indonesia.
TABEL 1: Nilai IC50 Phyllanthus niruri, Pandanus conoideus dan
Vitis vinivera terhadap sel HeLa
Prosiding InSINas 2012
0272: M. Nurhalim Shahib dkk.
KO-32
II.
METODOLOGI
1. Penyediaan bahan herbal didapat dari PT. Puspita
Jelita.
2. Metode analisis kimia kuantitatif dan kualitatif ekstrak etanol terhadap Phyllanthus niruri, Pandanus
connoideus Lam dan Vitis vinifera yang dilakukan
oleh ahli kimia dan farmasi.
3. Kultur sel HeLa untuk menentukan ekspresi gen
caspase 3, p53, Atg-6, CCND-1, CCND-2, CCND3, Bcl-2, Rock-1, RIPK-1, BRCA-1/2, Cox-2 dan
GAPDH.
4. Menyetarakan efek herbal dibandingkan dengan
obat kanker cisplatin dan doxorubicin
5. Menggunakan hewan uji mencit/tikus penderita
kanker yang diinduksi dengan zat karsinogenik.
6. Isolasi jaringan kanker untuk memperoleh ekstrak
RNA
7. Penentuan konsentrasi Real-Time PCR. Dari sini
akan didapat profil masing-masing efek herbal terhadap kadar RNA.
8. Formula kombinasi herbal sebagai obat kanker dapat diproduksi dalam bentuk serbuk.
III.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Penelitian ini merupakan sebagian dari tahap penelitian translasi (translational research) dalam bidang
medis di Fakultas Kedokteran UNPAD meliputi bidang
penelitian dasar sampai dengan terapan, namun pada
tahap ini belum sampai ke uji klinis. Walaupun demikian melalui penelitian ini telah banyak informasi baru
yang dapat diungkapkan, terutama dalam bidang biologi molekuler tentang kaitannya dengan penentuan
IC50 (inhibition concentration 50) tiga macam ekstrak
tanaman obat yang dikaitkan dengan ekpresi gen. Gengen tersebut meliputi siklin D (D1, D2 dan D3), p53,
caspase-3, beclin-1, bcl-2, Cox-2, Rock-1, RIP-1, GAPDH
dan PARP-1. Ke 12 gen tersebut mempunyai fungsi atau
terkait dengan fungsi seluler sebagai berikut:
Tentu saja keempat peran tersebut tidak terlalu
kaku terbatas itu saja, karena ada pula gen-gen yang
berperan ganda bahkan berperan multiple seperti p53,
GAPDH yang selain berperan dalam glikolisis juga
berperan dalam apoptosis. Hasil penetuan IC50 (inhibition concentration 50) telah dilakukan terhadap 3
macam herbal; Phyllanthus niruri, Pandanus conoideus
dan Vitis vinivera terhadap sel HeLa (TABEL 1)
Dari TABEL 1 di atas dapat diketahui bahwa hambatan terhadap proliferasi sel HeLa yang paling kuat
adalah ekstrak Pandanus conoideus dibandingkan dengan Phyllanthus niruri dan Vitis vinivera.
Berdasarkan IC50 masing-masing herbal ditentukan
variasi hambatan terhadap proliferasi sel HeLa seperti
tertera pada TABEL 3.
Berdasarkan TABEL 3 dapat diketahui bahwa semakin
tinggi konsentrasi yang digunakan semakin rendah kemampuan proliferasi, sedangkan persentasi penghambatan proliferasi semakin tinggi.
Hasil uji hambatan terhadap proliferasi sel HeLa
tampak konsentrasi Phyllanthus niruri (Pn) yang
bervariasi dari 1000 µg/ml sampai dengan 2000
µg/ml tidak mengalami peningkatan yang berarti.
Berdasarkan reaksi substrat-enzim ataupun suatu
senyawa kimia tertentu dengan protein tertentu,
fenomena yang demikian memperlihatkan reaksi
tingkat nol.
Artinya penambahan substart tidak
berpengaruh lagi terhadap laju reaksi. Berdasarkan
hasil itu maka kadar efektif Pn adalah 1000 µg/ml.
Hasil yang lebih menarik adalah bila kedua herbal
tersebut dikombinasikan (Pn+Vv) timbul sinergivitas
yang sangat tinggi. Tampaknya ada mekanisme lain
dan pathway reaksi yang lain daripada yang ditunjukkan oleh konsentrasi tunggal.
TABEL 3: Konsentrasi Herbal yang Digunakan Beserta Persentasi
Proliferasi dan Penghambatan Proliferasi (PP)
1. Peran siklus sel dan regulasinya yang melibatkan
berbagai gen di antaranya yang penting adalah siklin D1, D2, D3 dan p53.
2. Peran dalam cell death pathway yang melibatkan
juga banyak gen, termasuk caspase-3, bcl-2, beclin1, RIP-1 dan p53.
3. Peran dalam cell movement, termasuk cell detachment yang dalam penelitian ini oleh gen Rock-1.
4. Peran dalam DNA repair seperti PARP-1 dan
GAPDH.
Prosiding InSINas 2012
0272: M. Nurhalim Shahib dkk.
KO-33
TABEL 2: Ekspresi Gen
Pengaruh gabungan herbal terhadap kultur sel HeLa
menghasilkan hambatan proliferasi yang bervariasi
dari rendah sampai lebih dari 95% (TABEL 2). Pada
(TABEL 2 tertera pengaruh kombinasi herbal terhadap
sel HeLa dianalisis berdasarkan sel yang masih hidup
dan sel yang sudah mati (sel yang telah mengalami
pelepasan dari dasar atau disebut detachment cell). Sel
yang bebas dari dasar flash (cell detachment) dianggap
sel mati, sedangkan sel yang masih melekat pada dasar
tabung dianggap masih hidup. Hasil penelitian dengan
herbal terhadap kehidupan sel HeLa akan dibandingkan berdasarkan ekspresi gen. Setelah ditentukan nilai IC50 ternyata gabungan Pc dengan Vv (IC50=8,70
µg/ml) dapat menghambat proliferasi sel HeLa lebih
kuat dibandingkan dengan Pn dan Vv dalam kondisi
ekstrak tunggal. Kalau dibandingkan dengan IC50
masing-masing herbal, tampak Pn dan Vv tidak mempunyai efek toksik atau mempunyai efek toksik yang
sangat lemah. Mekanisme reaksi biokimia saja belum
cukup dapat menerangkan efek interaksi obat tersebut.
Hal ini harus dikaitkan dengan perubahan yang terjadi
pada tingkat molekuler. Penulis mencoba mengaitkan
hambatan proliferasi tersebut dengan 14 macam ekspresi gen ((TABEL 2). Proliferasi sel sangat tergantung
kepada siklus sel yang dikendalikan oleh gen Siklin D1
dan p53. Kedua ekspresi gen tersebut pada sel yang
mati tampak negatif. Tetapi yang menarik pada sel mati
masih terdapat ekspresi gen bcl-2, sedangkan yang lain
negatif, kecuali Atg-6 dan RIP-1 yang terekspresi lemah.
Mengenai BRCA-2 belum dapat ditarik kesimpulan.
Bila dibandingkan dengan sel HeLa yang hidup
ternyata p53 dan siklin D1 serta GAPDH terekspresi sangat kuat. Di samping itu pada sel yang hidup tampak
caspase-3, Atg-6, siklin D3, bcl-2, RIP-1, semua positif. Tetapi gen siklin D2, Rock-1, Cox-2, PARP-1 Dan
BRCA-1 tidak berbeda dengan sel mati. Untuk sementara dapat disimpulkan bahwa sel akan mati bila siklin
D1 dan GAPDH tidak terekpresi. Kemungkinan kematian tersebut bukan karena apoptosis, tetapi mungkin
sel sedang melakukan mekanisme kematian sel dengan autofagi. Berdasarkan pengujian bcl-2 dan adanya
Atg-6 (Beclin-1) yang pernah positif pada sel hidup.
Dilakukan penetuan kosentrasi IC50 untuk gabungan
herbal dengan hasil seperti yang tertera pada TABEL 2.
Pada penelitian ini telah dapat ditetapkan bahwa kemampuan hambatan proliferasi masing-masing herbal
terhadap pertumbuhan sel HeLa bervariasi dari yang
kuat sampai yang rendah berdasarkan IC50 (TABEL 1).
Seperti telah diketahui bahwa kematian sel terdiri dari
tiga cara, apoptosis, autifagi dan nekrotik (Kroemer G.
et al., 2009). Untuk pengembangan obat kanker pada
penelitian ini ditujukan pada peningkatan kematian
apoptosis dan autofagi. Oleh karena itu pengembangan
selanjutnya adalah penentuan konsentrasi kombinasi
yang dibandingkan dengan Doxorubicin dan Cisplatin
yang dikaitkan dengan profil ekspresi. Pada percobaan
in vitro yang menggunakan sel HeLa telah didapatkan
suatu kombinasi herbal yang terdiri dari Phyllanthus
niruri dan Vitis vinivera yang dapat menghambat proliferasi sel sebesar 95,65%. Berdasarkan data di atas kombinasi tersebut diuji pada hewan percobaan (mencit).
Sebagaimana telah dilaporkan dan diperlihatkan pada
hasil terdahulu bahwa gen Muc-2 terekspresi positif
pada usus mencit sedangkan MASH-2 tidak terekspresi
atau terekspresi lemah. Pada penelitian ini hasilnya menunjukkan bahwa kombinasi tersebut dapat meningkatkan ekspresi gen Muc-2 dan menurunkan bcl-2. Hal
ini berarti kombinasu herbal tersebut dapat digunakan
untuk mencegah terjadinya tahap awal proliferasi sel
kanker usus.
IV.
KESIMPULAN
1. Efek kombinasi Phyllanthus niruri dan Vitis
vinifera lebih potensial dalam menghambat proliferasi sel HeLa dibandingkan dengan dosis tunggal.
2. Kematian sel oleh kombinasi Phyllanthus niruri
dan Vitis vinifera dapat menyebabkan kematian sel
namun tidak spesifik.
3. Pada sel HeLa yang mati terdapat ekspresi bcl-2,
belum dapat dijelaskan mekanismenya.
4. Ekspresi gen Muc-2 dan Ascl-2 dapat dijadikan
petanda (marker) proliferasi sel mukosa usus, seProsiding InSINas 2012
KO-34
0272: M. Nurhalim Shahib dkk.
hingga kemungkinan dapat dikembangkan marker
pada kanker usus.
5. Kombinasi Phyllanthus niruri dan Vitis vinifera dapat mengembalikan ekspresi gen Muc-2 kembali
normal pada usus mencit.
6. Telah dapat dihasilkan crude extract Phyllanthus
niruri dalam bentuk serbuk sebagaimana yang diharapkan.
SARAN
Masih diperlukan efek spesifik dari kombinasi herbal
dalam mengatur ekspresi gen dengan memeriksa
micro-RNA dan metilasi DNA.
DAFTAR PUSTAKA
[1] Lodish, H., Berk, A., Zipursky, S.L, Matsudaira, P.,
Baltimore, D., Darnel, J. 2000. Molecular Cell Biology, 4th ed. Freeman and Company, New York
[2] Kroemer, G., Galluzzi, L., Vandenabeele, P.,
Abrams, J., Alnemri, E.S., Baehrecke, E.H.,
Blagosklonny, M.V., El-Deiry, W.S., Golstein P.,
Green, D.R., Hengartner, M., Knight, R.A., Kumar, S., Lipton, S.A., Malorni, W., Nunez, G., Peter,
M.E., Tschopp, J., Yuan, J., Piacentini, M., Zhivotovsky, B., Melino, G. 2009. Classification of Cell
Death. Cell Death Differ. 2009 January; 16(1): 3-11
Prosiding InSINas 2012
Download