1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Analisis multivariat

advertisement
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Analisis multivariat dapat didefenisikan secara sederhana sebagai metode
pengolahan variabel dalam jumlah banyak untuk mencari pengaruhnya terhadap
suatu objek secara simultan (Santoso, 2010). Metode analisis multivariat secara
teoritis sudah diketahui sejak lama, namun dalam praktik perhitungannya baru
digunakan
saat
teknologi
komputer
berkembang
pesat.
Berdasarkan
ketergantungan variabel-variabel yang ada, analisis multivariat dapat dibagi
menjadi analisis dependensi dan analisis interdependensi (Dillon, 1984).
Analisis dependensi bertujuan untuk menerangkan atau memprediksi
variabel tergantung dengan menggunakan dua atau lebih variabel bebas, yang
termasuk dalam klasifikasi ini ialah analisis regresi multivariat, analisis
diskriminan, multivariate analysis of varians (MANOVA) dan analisis korelasi
kanonik. Sedangkan analisis interdependensi bertujuan untuk memberikan makna
terhadap seperangkat variabel atau membuat kelompok-kelompok secara bersamasama, yang termasuk dalam klasifikasi ini ialah analisis faktor, analisis
cluster/gerombol, dan multidimensional scaling (Narimawati, 2008).
Analisis korelasi kanonik merupakan teknik statistika multivariat yang
dikembangkan oleh Hoteling (1936), metode ini dikembangkan untuk
mengidentifikasi dan mengukur tingkat keratan hubungan linier antara dua
himpunan variabel, himpunan variabel dependen (y) dan himpunan variabel
independen (x) yang diukur pada unit sampling yang sama. Korelasi kanonik
1
Universitas Sumatera Utara
2
berfokus pada korelasi maksimum antara kombinasi linear himpunan variabel
dependen (y) dengan kombinasi linear himpunan variabel independen (x)
(Rencher, 2002).
Analisis korelasi kanonik adalah teknik yang cukup terkenal dalam
analisis statistik multivariat dan telah banyak digunakan dalam berbagai disiplin
ilmu seperti ilmu ekonomi, kimia, meteorologi, kecerdasan buatan, kesehatan dan
lain-lain. Analisis ini berfokus pada korelasi antara kombinasi linier satu set
variabel dengan kombinasi linier set variabel yang lain (Suzanna, 2013).
Di dalam bidang kesehatan, analisis korelasi kanonik dapat digunakan
untuk melihat hubungan antara kualitas pelayanan yang diberikan oleh institusi
pelayanan kesehatan dengan kepuasan pasien yang datang ke institusi tersebut.
Salah satu institusi yang memberi pelayanan kesehatan adalah puskesmas.
Sebagai salah satu institusi pelayanan kesehatan, puskesmas seharusnya
memberikan pelayanan yang berkualitas karena institusi pelayanan yang dapat
memberikan layanan yang terbaik kepada masyarakat akan lebih mudah dalam
meraih konsumen. Sebaliknya, jika institusi tersebut tidak mampu melayani
konsumen dengan baik, maka akan ditinggalkan oleh konsumen ataupun
kepercayaan masyarakat akan kinerja lembaga tersebut akan berkurang. Jasa
pelayanan yang baik dan prima akan dirasakan oleh masyarakat apabila instansi
tersebut benar- benar dapat melayani secara santun dan professional dengan
prosedur yang sederhana, lancar, aman, tertib, ada kepastian biaya dan waktu,
serta hukum atas jasa pelayanan yang diberikan (Tjiptono, 2011).
Universitas Sumatera Utara
3
Puskesmas sebagai penyedia pelayanan kesehatan primer memiliki peran
yang sangat penting dalam memelihara kesehatan masyarakat. Apabila berfungsi
dengan baik, maka akan mampu memberikan pelayanan yang bermutu bagi
masyarakat yang membutuhkan puskesmas.
Berdasarkan data Survei Sosial Ekonomi Nasional (2013) menunjukkan
sekitar 27% penduduk laki-laki dan 30% penduduk perempuan yang sakit berobat
ke Puskesmas, sedangkan layanan kesehatan lain yang dituju adalah praktik
dokter, poliklinik, rumah sakit pemerintah dan rumah sakit swasta. Di Sumatera
Utara, hanya sekitar 19% penduduk yang sakit berobat ke Puskesmas dan
merupakan persentase terendah jika dibandingkan dengan provinsi lainnya di
Indonesia. Rendahnya pemanfaatan pelayanan Puskesmas tersebut mungkin
dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya adalah umur, pengetahuan, status
pendidikan, ekonomi, jarak, waktu tempuh, perilaku petugas kesehatan,
kebutuhan kesehatan dan stigma atau pengaruh luar terhadap pelayanan
Puskesmas.
Puskesmas merupakan salah satu unit pelayanan publik terdepan di
kabupaten/kota. Di kota Tanjungbalai terdapat 8 Puskesmas yang terdiri dari 1
puskesmas perawatan dan 7 puskesmas non-perawatan dan tersebar di seluruh
kecamatan. Puskesmas Rawat Inap Sipori-Pori merupakan salah satu Puskesmas
yang ada di kota Tanjungbalai, yang mempunyai wilayah kerja di Kelurahan
Kapias Pulau Buaya dan Kelurahan Beting Kuala Kapias pada Kecamatan Teluk
Nibung. Puskesmas Rawat Inap Sipori-pori yang merupakan satu-satunya
puskesmas perawatan di Kota Tanjungbalai diharapkan mempunyai keunggulan
Universitas Sumatera Utara
4
dalam mutu pelayanan sehingga dapat menjadi salah satu sektor pendukung dalam
upaya peningkatan pembangunan kesehatan Kota Tanjungbalai.
Peningkatan kualitas pelayanan di Puskesmas merupakan faktor yang
sangat penting dalam meningkatkan sistem pelayanan kesehatan. Menurut Meliala
(2012) dalam Tamaseri (2012), penting untuk segera menata sistem rujukan
pelayanan kesehatan. Setiap orang sakit seharusnya berobat lebih dahulu di
fasilitas kesehatan primer, dan hanya yang benar-benar membutuhkan layanan
dokter spesialis atau sub spesialis yang dirujuk ke rumah sakit. Idealnya, dari
1.000 pasien, hanya 21 orang yang dirujuk ke rumah sakit sekunder, dan 1 orang
ke rumah sakit tertier. Agar masyarakat, khususnya kelompok menengah ke atas
mau berobat ke fasilitas pelayanan kesehatan primer, maka kualitas layanan
kesehatan primer tersebut harus ditingkatkan, baik dari proses maupun
peningkatan kompetensi dokter, termasuk cara berkomunikasi dengan pasien.
Selain itu, salah satu cara lainnya dalam memengaruhi konsumen untuk
menggunakan jasa pelayanan kesehatan yaitu dengan cara words of mouth. Dalam
kegiatan pemasaran words of mouth merupakan aktivitas yang dapat menghasilkan
publisitas dan informasi mengenai produk dan jasa dari suatu perusahaan. Konsumen
melakukan kegiatan words of mouth untuk berbagi ide, opini, dan informasi kepada
orang lain tentang produk dan jasa yang mereka beli atau gunakan. Melalui kegiatan
seperti inilah konsumen dapat mengetahui kualitas dari suatu produk atau jasa di
bengkel. Menurut Ali (2010) words of mouth dapat menjadi sumber informasi yang
kuat dalam mempengaruhi keputusan pembelian. Words of mouth dipercaya lebih
efektif mempengaruhi keputusan konsumen dalam menggunakan jasa pelayanan
kesehatan.
Universitas Sumatera Utara
5
Mutu pelayanan akan berpengaruh terhadap tingkat kepuasan pasien yang
pada gilirannya berdampak pada tingkat kunjungan pasien ke Puskesmas. Mutu
pelayanan yang baik akan memberikan kepuasan pada pelanggan dan pelanggan
akan memanfaatkan ulang dan merekomendasikan pelayanan kesehatan tersebut
pada orang di sekitarnya. Berikut ini disajikan tingkat kunjungan pasien rawat
jalan ke Puskesmas Rawat Inap Sipori-pori tahun 2011 s/d 2014.
Tabel 1.1
No
1
2
3
4
Jumlah Kunjungan Pasien Rawat Jalan Puskesmas Rawat
Inap Sipori-pori tahun 2011 s/d 2014
Tahun
Jumlah kunjungan Puskesmas Rawat Inap Sipori-pori
2011
5519
2012
5303
2013
5140
2014
5034
Sumber : diolah dari buku kunjungan pasien Puskesmas Rawat Inap Sipori-pori
Menurunnya jumlah kunjungan pasien rawat jalan pada Puskesmas Rawat
Inap Sipori-pori dapat disebabkan oleh beberapa kemungkinan. Salah satu
kemungkinan penyebab menurunnya jumlah pasien Puskesmas adalah lokasi
georgafis puskesmas yang cukup jauh dari pemukiman penduduk.
Puskesmas sebagai sarana pelayanan terdepan dalam memberikan
pelayanan kesehatan kepada masyarakat harus dapat meningkatkan kualitas
pelayanannya. Pelayanan kesehatan oleh Puskesmas merupakan salah satu
pelayanan publik yang produknya dalam bentuk jasa. Menurut Haryono (2006),
kualitas pelayanan jasa tidak hanya diperlukan perusahaan jasa yang berorientasi
laba (sektor non publik), tetapi untuk perusahaan penyedia jasa yang tidak
berorientasi laba (sektor publik) juga dituntut untuk memberikan kualitas layanan
terbaik bagi kepentingan masyarakat umum.
Universitas Sumatera Utara
6
Dalam rangka meningkatkan mutu pelayanan kepada pasien, petugas
Puskesmas diharapkan mampu mengetahui atau mengidentifikasi apa yang
menjadi harapan pasien ketika mendapat pelayanan. Kepuasan pasien akan
tercapai bila memperoleh pelayanan yang sesuai dengan harapannya. Untuk
mengukur kualitas pelayanan, diperlukan metode pengukuran yang dapat
menggambarkan tingkat kualitas pelayanan penyedia jasa pelayanan.
Menurut Tjiptono (2011), model kualitas layanan yang paling populer dan
hingga kini banyak dijadikan acuan dalam penilaian kualitas jasa adalah model
Servqual (singkatan dari service quality). Pengukuran kualitas pelayanan pada
model ini didasarkan atas pelayanan yang diharapkan pelanggan (expected
service) dan persepsi terhadap pelayanan (perceived service) pada lima dimensi
kualitas pelayanan, yaitu dimensi reliabilitas, daya tanggap, jaminan, empati, dan
bukti fisik.
Pemahaman yang baik tentang kepuasan pasien merupakan salah satu hal
penting yang dapat membantu dalam menentukan kebijakan dan pengambilan
keputusan untuk upaya perbaikan mutu pelayanan Puskesmas. Dengan
mengetahui kepuasan pasien terhadap pelayanan kesehatan yang diterimanya,
evaluasi dan proyeksi dalam penentuan kebijakan akan lebih mudah untuk
dilakukan.
Masalah utama suatu puskesmas adalah apabila pasien merasa tidak puas
terhadap pelayanan yang diberikan. Oleh karena itu, Puskesmas Rawat Inap
Sipori-pori
dituntut untuk selalu menjaga kepercayaan konsumen dengan
meningkatkan kualitas pelayanan agar kepuasan konsumennya meningkat. Dan
Universitas Sumatera Utara
7
dengan meningkatkan kualitas pelayanan, pasien merasa puas dan akan
melakukan WOM terhadap perawatan kesehatan yang mereka dapatkan kepada
keluarga, teman ataupun asosiasinya.
Berdasarkan uraian di atas, perlu kiranya dilakukan kajian untuk melihat
hubungan karakteristik pasien dan kualitas pelayanan dengan kepuasan dan
tindakan words of mouth pada pasien rawat jalan Puskesmas Rawat Inap Siporipori tahun 2015. Untuk mengukur hubungan antara variabel di atas, diperlukan
suatu alat uji statistik yang tepat yaitu analisis korelasi kanonik.
1.2 Rumusan Masalah
Rumusan masalah pada penelitian ini adalah: Bagaimana hasil penerapan
analisis korelasi kanonik untuk melihat hubungan karakteristik pasien dan kualitas
pelayanan dengan kepuasan dan tindakan words of mouth pada pasien rawat jalan
Puskesmas Rawat Inap Sipori-pori tahun 2015.
1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan Umum
Menerapkan
analisis
korelasi
kanonik
untuk
melihat
hubungan
karakteristik pasien dan kualitas pelayanan dengan kepuasan dan tindakan words
of mouth pada pasien rawat jalan Puskesmas Rawat Inap Sipori-pori Kota
Tanjungbalai tahun 2015.
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui hubungan antara karakteristik pasien dan kualitas
pelayanan dengan dengan kepuasan dan tindakan words of mouth pada
Universitas Sumatera Utara
8
pasien rawat jalan Puskesmas Rawat Inap Sipori-pori Kota Tanjungbalai
tahun 2015.
2. Untuk mengetahui keeratan hubungan antara karakteristik pasien dan
kualitas pelayanan dengan dengan kepuasan dan tindakan words of mouth
pada pasien rawat jalan Puskesmas Rawat Inap Sipori-pori Kota
Tanjungbalai tahun 2015.
1.4 Manfaat Penelitian
1. Memberikan masukan bagi manajemen Puskesmas Rawat Inap Sipori-pori
mengenai kualitas pelayanan rawat jalan Puskesmas Rawat Inap Siporipori berdasarkan analisis dengan kepuasan pasien dan tindakan words of
mouth sebagai salah satu bahan untuk peningkatan mutu pelayanan rawat
jalan Puskesmas Rawat Inap Sipori-pori.
2. Memberikan masukan bagi Dinas Kesehatan Kota Tanjungbalai mengenai
kualitas pelayanan rawat jalan Puskesmas Rawat Inap Sipori-pori
berdasarkan analisis dengan kepuasan pasien dan tindakan words of mouth
sebagai salah satu bahan untuk upaya pembinaan puskesmas dalam
peningkatan mutu pelayanan.
Universitas Sumatera Utara
Download