bab ii tinjuan pustaka, landasan teori, kerangka pemikiran dan

advertisement
BAB II
TINJUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA
PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN
2.1.Tinjauan Pustaka
Petani adalah setiap orang yang melakukan usaha untuk memenuhi
sebagian atau seluruh kebutuhan hidupnya di bidang pertanian dalam arti luas
yang meliputi usahatani pertanian, peternakan, perikanan dan pemungutan hasil
laut. Peranan petani sebagai pengelola usahatani berfungsi mengambil keputusan
dalam mengorganisir faktor-faktor produksi yang diketahui (Hernanto, 1993).
Moore (1966), mencirikan petani sebagai kelompok yang berbeda dengan
kelompok masyarakat yang lain, dengan melihat posisinya sebagai golongan yang
tersubordinasi serta mempunyai budaya yang tersendiri.
Petani selain sebagai manusia dan juru tani, seorang petani umumnya juga
pengelola atau “manajer” dari usahataninya. Hal ini berati bahwa petani adalah
orang yang memiliki wewenang untuk mengambil keputusan sendiri tentang
usahatani yang dikelolanya, serta terbiasa mempertanggungjawabkan hasil
pengelolaannya itu kepada keluarga serta masyarakat di lingkungannya
(Mosher, 1987).
Dalam upaya memberdayakan petani diperlukan pengelolaan kelompok
yang dilakukan dari, oleh dan untuk petani. Pada dasarnya menajemen kelompok
tani
meliputi
empat
pokok
penting
yakni
perencanaan
(planning),
pengorganisasian (organizing), pelaksanaan (actuating) dan evaluasi (evaluating)
yang semuanya ini diharapkan dapat dilakukan oleh kelompok tani sendiri
(Dinas Pertanian Tanaman Pangan Dati I Kal-Sel, 1999).
Universitas Sumatera Utara
Kelompok tani pada dasarnya merupakan sistem sosial yaitu suatu
kumpulan unit yang berbeda secara fungsional dan terikat oleh kerjasama untuk
memecahkan masalah dalam rangka mencapai tujuan bersama. Dalam kelompok
ini akan terjadi suatu situasi kelompok dimana setiap petani anggota telah
melakukan interaksi untuk mencapai tujuan bersama dan mengenal satu sama lain.
(Samsudin, 1993).
Menurut Suhardiyono (1992), kelompok tani biasanya dipimpin oleh
seorang ketua kelompok, yang dipilih atas dasar musyawarah dan mufakat
diantara anggota kelompok tani. Pada waktu pemilihan ketua kelompok tani
sekaligus dipilih kelengkapan struktur organisasi kelompok tani yaitu sekretaris
kelompok, bendahara kelompok, serta seksi-seksi yang mendukung kegiatan
kelompoknya. Seksi-seksi yang ada disesuai kan dengan tingkat dan volume
kegiatan yang akan dilakukan. Masing-masing pengurus dan anggota kelompok
tani harus memiliki tugas dan wewenang serta tanggung jawab yang jelas dan
dimengerti oleh setiap pemegang tugasnya. Selain itu juga kelompok tani harus
memiliki dan menegakkan peraturan-peraturan yang berlaku bagi setiap
kelompoknya dengan sanksi-sanksi yang jelas dan tegas. Biasanya jumlah anggota
kelompok tani berkisar antara 10 ─ 25 orang anggota.
Perusahaan ekportir adalah perusahaan yang telah lebih dari tiga tahun
melakukan kegiatan ekspor dan nilai penjualan ekspornya minimal satu persen
dari total penjualan kotornya (gross annual sales) per tahun (Ogram,1982).
Suatu perusahaan eksportir harus memiliki kemampuan dan fasilitas
pengolahan untuk bisa melakukan ekspor, serta bersedia membeli seluruh
produksi dari petani untuk selanjutnya diolah di pabrik dan atau diekspor.
Universitas Sumatera Utara
Disamping itu, perusahaan perlu memberikan bimbingan teknis usaha dan
membantu dalam pengadaan sarana produksi untuk keperluan petani.
2.2.Landasan Teori
2.2.1. Kemitraan
Kemitraan adalah kerjasama yang sinergis antar dua atau lebih pihak untuk
melaksanakan suatu kegiatan (in acion with). Kerjasama tersebut merupakan
pertukaran sosial yang saling memberi (sosial rewards), bersifat timbal balik
(dyadic) dan saling menerima (reinforcement). Kemitraan mempunyai beberapa
prinsip dasar yang harus dilakukan agar proses kemitraan tersebut dapat berjalan
baik serta tujuan dapat tercapai. Prinsip-prinsip kemitraan adalah saling
membutuhkan, saling ketergantungan, saling percaya, saling menguntungkan,
saling
mendukung,
saling
membangun
dan
saling
melindungi
( Mardikanto, 2009).
Martodireso, S dan Suryanto, W.A, (2002) mengatakan bahwa kemitraan
usaha pertanian merupakan salah satu instrumen kerja sama yang mengacu kepada
terciptanya suasana keseimbangan, keselarasan, dan keterampilan yang didasari
saling percaya antara perusahaan mitra dan kelompok melalui perwujudan sinergi
kemitraan, yaitu terwujudnya hubungan yang saling membutuhkan, saling
menguntungkan dan saling memperkuat.
Hafsah (1999), mengatakan bahwa tujuan kemitraan yang ingin dicapai
dalam pelaksanaan kemitraan adalah meningkatkan pendapatan usaha kecil dan
masyarakat, meningkatkan perolehan nilai tambah bagi pelaku kemitraan,
meningkatkan pemerataan dan pemberdayaan masyarakat, meningkatakan
Universitas Sumatera Utara
pertumbuhan ekonomi pedesaan, wilayah dan nasional, memperluas kesempatan
kerja, meningkatkan ketahanan ekonomi nasional.
Pengembangan kelembagaan kemitraan dalam sistem agribisnis telah
memberikan dampak positif bagi keberhasilan pengembangan sistem agribisnis.
Dampak positif tersebut (Sumardjo dan Darmono, 2004) adalah :
1. Keterpaduan dalam sistem pembinan yang saling mengisi antara materi
pembinaan dengan kebutuhan riil petani, meliputi permodalan sarana,
teknologi, bentuk usaha bersama atau koperasi dan pemasaran.
2.
Kejelasan aturan atau kesepakatan, sehingga menumbuhkan kepercayaan
dalam hubungan kemitraan bisnis yang ada. Kesepakatan tentang aturan,
perubahan harga, dan pembagian hasil harus dibuat secara adil oleh pihakpihak yang bermitra. Dengan demikian, tujuan, kepentingan dan
kesinambungan bisnis dari kedua pihak dapat terlaksana dan saling
menguntungkan.
3. Keterkaitan antarpelaku dalam sistem agribisnis (hulu-hilir) yang
mempunyai komitmen terhadap kesinambungan bisnis. Komitmen ini
menyangkut mutu dan kuantitas, serta keinginan saling melestarikan
hubungan dengan menjalin kerjasama saling menguntungkan secara adil.
4. Terjadinya
penyerapan
tenaga
kerja
yang
cukup
banyak
dan
berkesinambungan di sektor pertanian.
Terdapat 3 prinsip kunci yang perlu dipahami dalam membangun suatu
kemitraan oleh masing-masing anggota kemitraan yaitu:
Universitas Sumatera Utara
1. Prinsip Kesetaraan (Equity), Individu, organisasi atau institusi yang telah
bersedia menjalin kemitraan harus merasa sama atau sejajar kedudukannya
dengan yang lain dalam mencapai tujuan yang disepakati.
2. Prinsip Keterbukaan, Keterbukaan terhadap kekurangan atau kelemahan
masing-masing anggota serta berbagai sumber daya yang dimiliki. Semua
itu harus diketahui oleh anggota lain. Keterbukaan ada sejak awal
dijalinnya kemitraan sampai berakhirnya kegiatan. Dengan saling
keterbukaan ini akan menimbulkan saling melengkapi dan saling
membantu diantara golongan (mitra).
3. Prinsip Azas manfaat bersama (mutual benefit), Individu, organisasi atau
institusi yang telah menjalin kemitraan memperoleh manfaat dari
kemitraan yang terjalin sesuai dengan kontribusi masing-masing. Kegiatan
atau pekerjaan akan menjadi efisien dan efektif bila dilakukan bersama
(Notoatmodjo, 2005).
2.2.2.Kinerja
Kinerja adalah gambaran mengenai tingkat pencapaian pelaksanaan suatu
program/kebijakan dalam mewujudkan sasaran, tujuan, misi dan visi organisasi
yang tertuang dalam strategic planing suatu organisasi . Indikator kinerja adalah
ukuran kuantitatif dan/atau kualitatif yang menggambarkan tingkat pencapaian
suatu sasaran atau tujuan yang telah ditetapkan. Oleh karena itu indikator kinerja
harus merupakan sesuatu yang akan dihitung dan diukur serta digunakan sebagai
dasar untuk menilai atau melihat tingkat kinerja, baik dalam tahap perencanaan,
tahap pelaksanaan maupun tahap setelah kegiatan selesai (Mahsun,2006).
Universitas Sumatera Utara
Menurut Hayadi dan Kristiani (2007) istilah kinerja sering dipakai untuk
menyebut prestasi atau tingkat keberhasilan individu atau kelompok individu.
Pengukuran kinerja merupakan suatu aktivitas penilaian pencapaian target-target
tertentu yang mempuyai tujuan strategis organisasi. Hasil pengukuran terhadap
capaian kinerja sebagai dasar bagi pengelola organisasi untuk perbaikan kinerja
periode berikutnya.
2.2.3. Persepsi
Persepsi merupakan pengalaman tentang obyek, peristiwa atau hubungan
yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan penafsiran peran. Setiap
orang memiliki pengalaman yang berbeda-beda, maka persepsinya pun berbedabeda pula terhadap stimulus yang diterimanya, meskipun dengan objek yang sama
(Rakhmat, 1992).
Persepsi adalah pengindraan yang dipengaruhi oleh pengalaman,
kebiasaan dan kebutuhan kemampuan mempersepsi antara orang yang satu
dengan yang lain, tidak akan sama meskipun mereka sama-sama dalam satu
organisasi atau kelompok. Hal ini disebabkan persepsi tersebut dipengaruhi oleh
aktifitas komunikasi orang tersebut baik yang ia seorang komunikator atau
komunikan (Effendy,2003).
Menurut Asngari (1984), persepsi orang dipengaruhi oleh pandangan
seseorang pada suatu keadaan, fakta, atau tindakan. Terdapat tiga mekanisme
pembentukan persepsi, yaitu selectivity, closure, interpretation. Informasi yang
sampai kepada seseorang menyebabkan individu yang bersangkutan membentuk
persepsi, dimulai dengan pemilihan atau menyaringnya, kemudian informasi yang
Universitas Sumatera Utara
masuk tersebut disusun menjadi kesatuan yang bermakna, dan akhirnya terjadilah
interpretasi mengenai fakta keseluruhan informasi.
Empat hal yang berpengaruh dalam persepsi, yaitu persepsi dalam belajar
yang berbeda, kesiapan mental atau kematangan usia, kebutuhan dan motivasi,
serta persepsi gaya berpikir yang berbeda. Persepsi atau tanggapan di dalam
bentuk data aktualnya disebut informasi (Widayatun, 1999).
2.2.4. Model CIPP
Model Evaluasi Decision oriented Evaluation adalah salah satu model
yang banyak digunakan oleh para ahli, salah satu contoh adalah CIPP (Context,
Input, Process, dan Product). Model ini melihat kepada empat dimensi yaitu
dimensi konteks, dimensi input, dimensi proses, dimensi produk. Keunikan model
ini adalah pada setiap tipe evaluasi terkait pada perangkat pengambil keputusan
(decision)
yang
menyangkut
perencanaan
operasional
sebuah
program.
Keunggulan model CIPP memberikan suatu format evaluasi yang komperhensif
pada setiap tahapan yaitu tahap konteks, msukan, proses dan produk.
Evaluasi konteks mencakup analisis masalah yang berkaitan dengan
lingkungan program atau kondisi obyektif yang akan dilaksanakan. Berisi tentang
analisis kekuatan dan kelemahan obyek tertentu. Evaluasi konteks sebagai fokus
institusi yang mengidentifikasi peluang dan menilai kebutuhan. Suatu kebutuhan
dirumuskan sebagai suatu kesenjangan (discrepancy view) kondisi nyata (reality)
dengan kondisi yang diharapkan (ideality). Dengan kata lain evaluasi konteks
berhubungan dengan analisis masalah kekuatan dan kelemahan dari obyek tertentu
yang akan atau sedang berjalan. Evaluasi konteks memberikan informasi bagi
Universitas Sumatera Utara
pengambil keputusan dalam perencanaan suatu program yang akan on going.
Selain itu, konteks juga bermaksud bagaimana rasionalnya suatu program.
Analisis ini akan membantu dalam merencanakan keputusan, menetapkan
kebutuhan dan merumuskan tujuan program secara lebih terarah dan demokratis.
Evaluasi konteks juga mendiagnostik suatu kebutuhan yang selayaknya tersedia
sehingga tidak menimbulkan kerugian jangka panjang (Isaac and Michael, 1981).
Evaluasi input meliputi analisis personal yang behubungan dengan
bagaimana penggunaan sumber-sumber yang tersedia, alternatif-alternatif strategi
yang harus dipertimbangkan untuk mencapai suatu program. Mengidentifikasi dan
menilai kapabilitas sistem, alternatif strategi program, desain prosedur untuk
strategi implementasi, pembiayaan dan penjadwalan. Evaluasi masukan
bermanfaat
untuk
membimbing
pemilihan
strategi
program
dalam
menspesifikasikan rancangan prosedural. Informasi dan data yang terkumpul
dapat digunakan untuk menentukan sumber dan strategi dalam keterbatasan yang
ada. Pertanyaan yang mendasar adalah bagaimana rencana penggunaan sumbersumber yang ada sebagai upaya memperoleh rencana program yang efektif dan
efisien (Isaac and Michael, 1981).
Evaluasi proses merupakan evaluasi yang dirancang dan diaplikasikan
dalam praktik implementasi kegiatan. Termasuk mengidentifikasi permasalahan
prosedur baik tatalaksana kejadian dan aktivitas. Setiap aktivitas dimonitori
perubahan-perubahan yang terjadi secara jujur dan cermat. Pencatatan aktivitas
harian demikian penting karena berguna bagi pengambil keputusan untuk
menentukan tindak lanjut penyempurnaan. Disamping itu catatan akan berguna
Universitas Sumatera Utara
untuk menentukan kekuatan dan kelemahan atau program ketika dikaitkan dengan
keluaran yang ditemukan. Tujuan utama evaluasi proses, yaitu:
1. Mengetahui kelemahan selama pelaksanaan termasuk hal-hal yang baik
untuk dipertahankan.
2. Memperoleh informasi mengenai keputusan yang ditetapkan.
3. Memelihara catatan-catatan lapangan mengenai hal-hal penting saat
implementasi dilaksanakan (Isaac and Michael, 1981).
Evaluasi produk merupakan kumpulan deskripsi dan judgement outcomes
dalam
hubungannya
dengan
konteks,
input,
dan
proses,
kemudian
diinterpretasikan harga dan jasa yang diberikan. Evaluasi produk adalah evaluasi
mengukur keberhasilan pencapaian tujuan. Evaluasi ini merupakan catatan
pencapaian hasil dan keputusan-keputusan untuk perbaikan dan aktualisasi.
Aktivitas evaluasi produk adalah mengukur dan menafsirkan hasil yang telah
dicapai. Pengukuran dikembangkan dan diadministrasikan secara cermat dan
teliti. Keakuratan analisis akan menjadi bahan penarikan kesimpulan dan
pengajuan saran sesuai standar kelayakan. Secara garis besar, kegiatan evaluasi
produk meliputi kegiatan penetapan tujuan operasional program, kriteria-kriteria
pengukuran yang telah dicapai, membandingkannya antara kenyataan lapangan
dengan
rumusan
tujuan,
dan
menyusun
penafsiran
secara
rasional
(Isaac and Michael, 1981).
2.3.Kerangka Pemikiran
Kelompok Tani Lau Lengit adalah salah satu kelompok tani yang berada
di Kabupaten Karo yang memproduksi tanaman hortikultura. Dan PD. Rama Putra
Universitas Sumatera Utara
merupakan perusahaan eksportir yang melakukan ekspor tanaman hortikultura ke
berbagai negara seperti ke Taiwan , Singapura, Malaysia dan Korea Selatan.
Antara Kelompok Tani Lau Lengit dengan PD Rama Putra telah terjalin kemitraan
yang berlangsung kurang lebih selama 4 tahun. Maka tujuan dari penelitian ini
adalah untuk mengetahui sampai dimana tingkat pencapaian pelaksanaan program
kemitraan yang telah terjalin dengan mengukur kinerja kemitraan antara
Kelompok Tani Lau Lengit dengan PD Rama Putra dengan menggunakan model
evaluasi CIPP ( Context, Input, Process, Product).
Berdasarkan penilaian terhadap kinerja kemitraan kelompok tani dan
perusahaan eksportir, maka dapat dilihat juga bagaimana persepsi petani terhadap
kinerja kemitraan tersebut, apakah petani memiliki persepsi yang positif atau
persepsi negatif terhadap kinerja kemitraan yang telah terjalin.
Berdasarkan uraian diatas, maka dibuat kerangka pemikiran penelitian
dalam skema berikut:
Universitas Sumatera Utara
Kelompok Tani
Lau Lengit
Kemitraan
PD Rama Putra
Kinerja Kemitraan
Model CIPP
Persepsi Petani
Positif
Negatif
Gambar 1. Skema Kerangka Pemikiran Persepsi Petani Terhadap Kinerja Kemitraan Kelompok
Tani dengan Perusahaan Eksportir
Keterangan :
: Menyatakan Hubungan
: Menyatakan Mitra
: Menyatakan dievaluasi dengan
2.4.Hipotesis Penelitian
1. Kinerja kemitraan kelompok tani dengan perusahaan eksportir adalah baik.
2. Persepsi petani terhadap kinerja kemitraan kelompok tani denga
perusahaan eksportir adalah positif.
Universitas Sumatera Utara
Download