Pengaruh Economic Value Added Terhadap Created Shareholder Value Idamiharti Universitas Andalas Abstract This research is conducted to test empirically the influence capacity of human resources and the use of information technology to validity and timeliness of financial statement of regional government. Independent variables are the capacity of human resources and the use of information technology. Validity and timeliness of financial statement of regional government are dependent variables. Data are collected by using some questioners given directly to Kasubag and staff of financial departement in 29 SKPD of Pesisir Selatan regency. Data are processed by SPSS version 15. The results of hipothesis in this research, first, the capacity of human resources significantly has influence to validity of financial statement of regional government. It means that information value will be valid if it is supported by human resources. Based on statistical process, the capacity of human resources has big value about 48,10%, while the use of information technology only 38,30%. It can be said that human resources capacity and the use of information technology influence the validity to the value of financial statement of regional government. Second, the use of information technology significantly has influence to timeliness of financial statement of regional goverment. It shows that information technology will increase the timeliness of financial statement of regional goverment. The use of information technology has big value about 61,60%. This value influences the timeliness of financial statement of regional goverment, while the capacity of human resources is 4,9%. It can be concluded that capacity of human resources does not have influence significantly toward the timeliness of financial statement of regional government. Keywords : capacity of human resources, the use of information technology, validity and timeliness of financial statement of regional government. 1. Pendahuluan Metoda penilaian kinerja ada berbagai macam bentuk, mulai dari analisis rasio keuangan, analisis perbandingan, analisis common size, dan analisis Du Pont. Metoda penilaian kinerja dengan menggunakan data akuntansi seperti yang telah disebutkan sebelumnya, nampaknya belum memasukkan harga saham, meskipun tujuan utama manajemen adalah untuk memaksimalkan kemakmuran pemegang saham (Hanafi, 2004). Oleh karena itu, ahli keuangan mengembangkan konsep baru sebagai pengukur kinerja yang berbasis nilai, seperti Economic Value Added (EVA). EVA berfokus pada keefektifan manajerial dalam satu tahun tertentu. Melalui metoda EVA, dapat diperkirakan laba ekonomis yang benar-benar diperoleh perusahaan dari kegiatan bisnisnya dalam satu tahun. EVA menggambarkan sisa pendapatan perusahaan setelah dikurangi dengan biaya modal secara keseluruhan. Dengan kata lain, EVA dapat mengukur sampai di mana perusahaan telah meningkatkan nilai bagi pemegang saham. Oleh karena itu, jika manajer berfokus pada EVA, hal ini akan dapat membantu untuk menjamin bahwa manajer beroperasi secara konsisten dalam memaksimalkan kekayaan pemegang saham. Hasil penghitungan EVA mencerminkan efisiensi internal perusahaan, sehingga melalui hal tersebut dapat dilihat apakah laba operasi perusahaan dapat menutup modal yang digunakan. EVA yang positif Pengaruh Economic Value Added Terhadap Created Shareholder Value menandakan perusahaan berhasil menciptakan nilai (creates value). Kinerja perusahaan yang baik ini akan ditangkap oleh pasar, sehingga pasar memberikan respon positif terhadap kinerja perusahaan. Hal ini akan membuat investor tertarik dan semakin percaya terhadap perusahaan, sehingga harga saham perusahaan naik dan terjadi peningkatan nilai pasar (market value) perusahaan, yang pada akhirnya dapat menciptakan nilai bagi pemegang saham. Shareholder value jika selama ini dilihat melalui Market Value Added (MVA) juga dapat diperhitungkan melalui Created Shareholder Value (CSV). CSV pertama kali dikembangkan oleh Fernandez (2001). Menurut Fernandez, perusahaan dapat menciptakan nilai bagi pemegang saham ketika return yang didapat oleh pemegang saham melebihi biaya (the required return to equity). Antara EVA dan CSV terdapat suatu hubungan. Menurut Mir dan Seboui (2008) ditemukan bahwa, perbedaan antara Economic Value Added (EVA) dan Created Shareholder Value (CSV) sebagian besar dijelaskan oleh karakteristik governance. 2. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian di atas, dapat dirumuskan masalah sebagai berikut: Apakah Economic Value Added (EVA) berpengaruh terhadap Created Shareholder Value (CSV)? 3. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah untuk mendapatkan bukti empiris mengenai: pengaruh Economic Value Added (EVA) terhadap Created Shareholder Value (CSV). 4. Landasan Teori Dan Pengembangan Hipotesis 4.1. Economic Value Added (EVA) EVA merupakan indikator tentang adanya penciptaan nilai dari suatu investasi. EVA yang positif menandakan perusahaan berhasil menciptakan nilai bagi pemilik perusahaan, ini sejalan dengan tujuan memaksimumkan nilai perusahaan (Utama, 1997). Suatu survei di Amerika Serikat menemukan bahwa sebagian besar senior eksekutif berbagai perusahaan berpendapat bahwa, penggunaan EVA membuat perusahaan lebih memfokuskan perhatian pada penciptaan nilai perusahaan. Berbeda dengan pengukuran kinerja akuntansi yang tradisional, EVA mencoba mengukur nilai tambah yang dihasilkan suatu perusahaan dengan cara mengurangi beban biaya modal yang timbul sebagai akibat investasi yang dilakukan. EVA merupakan salah satu ukuran kinerja operasional yang pertama kali dipopulerkan oleh Stern Steward Management Service, sebuah perusahaan konsultan dari Amerika Serikat. Stern Steward menghitung EVA sebagai laba operasi setelah pajak dikurangi dengan total biaya modal, dimana total biaya modal dihitung dengan mengalikan tingkat biaya modal dengan total modal yang diinvestasikan. EVA yang positif menandakan bahwa tingkat pengembalian yang dihasilkan melebihi tingkat biaya modal. Keadaan ini menunjukkan bahwa perusahaan berhasil menciptakan nilai bagi pemilik modal. EVA secara langsung menunjukkan seberapa besar perusahaan telah menciptakan nilai bagi pemilik modal. EVA yang semakin tinggi akan meningkatkan nilai perusahaan, dan penciptaan nilai ini akan tercermin pada harga saham yang tinggi. EVA sangat bermanfaat digunakan sebagai penilai kinerja perusahaan, dimana fokus penilaian kinerja adalah pada penciptaan nilai. Di Amerika Serikat semakin meluasnya 22 Jurnal Akuntansi & Manajemen Vol 5 No.1 Juni 2010 ISSN 1858-3687 hal 21-31 Pengaruh Economic Value Added Terhadap Created Shareholder Value penggunaan EVA terkait dengan semakin meningkatnya kesadaran manajer bahwa tugas mereka adalah untuk memaksimumkan nilai perusahaan serta meningkatkan nilai pemegang saham. Penilaian kinerja dengan menggunakan pendekatan EVA menyebabkan perhatian manajemen sesuai dengan kepentingan pemegang saham (Utama dan Cynthia, 2005). Dengan EVA, para manajer akan berpikir dan juga bertindak sebagaimana pemegang saham, yaitu memilih investasi yang memaksimumkan tingkat pengembalian dan meminimumkan tingkat biaya modal, sehingga nilai perusahaan dapat dimaksimalkan dan menciptakan nilai bagi pemegang saham. Hasil penelitian Lehn dan Makhijd (1996) dalam Utama (1997) meneliti kaitan antara berbagai pengukur kinerja seperti EVA, ROA dan ROE dengan return saham dan menemukan bahwa, EVA mempunyai hubungan yang paling erat dengan return saham. Kelemahan utama pengukur akuntansi tradisional tersebut dibandingkan EVA dalam mengukur penciptaan nilai adalah; bahwa pengukur akuntansi tradisional tersebut mengabaikan adanya biaya modal, sehingga sulit untuk mengetahui apakah suatu perusahaan telah menciptakan nilai atau tidak. Dengan menggunakan EVA, perusahaan juga akan lebih memperhatikan struktur modalnya. EVA secara eksplisit memperhitungkan biaya modal atas ekuitas dan mengakui bahwa, karena lebih tingginya risiko yang dihadapi pemilik ekuitas, besarnya tingkat biaya modal atas ekuitas adalah lebih tinggi daripada tingkat biaya modal atas hutang. Selain itu, EVA juga dapat digunakan untuk mengidentifikasi kegiatan atau proyek yang memberikan pengembalian lebih tinggi daripada biaya modalnya. Dengan demikian, penggunaan EVA akan mendorong para manajer untuk selalu melakukan evaluasi atas tingkat risiko dari proyek yang bersangkutan. Dari berbagai keunggulannya, EVA juga mempunyai beberapa kelemahan sebagaimana yang disebutkan oleh Utama (1997), antara lain EVA hanya menggambarkan penciptaan nilai pada suatu tahun tertentu. Selain itu, secara praktis EVA belum tentu dapat diterapkan dengan mudah karena proses penghitungan EVA memerlukan estimasi atas biaya modal, dan estimasi ini terutama untuk perusahaan yang belum go public sulit untuk dilakukan dengan tepat. 4.2. Created Shareholder Value (CSV) Created Shareholder Value (CSV) merupakan cara baru dalam pengukuran kinerja yang dikembangkan oleh Fernandez (2001). CSV dapat didefinisikan sebagai nilai yang diciptakan perusahaan untuk para pemegang saham, ketika return yang didapatkan pemegang saham melebihi biaya (the required return to equity). Dengan kata lain, perusahaan menciptakan nilai dalam satu tahun ketika menghasilkan kinerja yang melebihi dari apa yang diharapkan. Metoda CSV ini muncul juga untuk mengatasi kritik terhadap metoda EVA dan mencoba semakin memperbaiki metoda pengukuran penciptaan nilai bagi pemegang saham. 4.3. 4.3.1. Pengembangan Hipotesis Economic Value Added dan Created Shareholder Value EVA menggambarkan sisa pendapatan perusahaan setelah dikurangi dengan biaya modal secara keseluruhan. Dengan kata lain, EVA dapat mengukur sampai di mana perusahaan telah meningkatkan nilai bagi pemegang saham. Oleh karena itu, jika manajer berfokus pada EVA, hal ini akan dapat membantu untuk menjamin bahwa manajer beroperasi secara konsisten dalam memaksimalkan kekayaan pemegang saham. Hasil penghitungan Jurnal Akuntansi & Manajemen Vol 5 No.1 Juni 2010 ISSN 1858-3687 hal 21-31 23 Pengaruh Economic Value Added Terhadap Created Shareholder Value EVA mencerminkan efisiensi internal perusahaan, sehingga melalui hal tersebut dapat dilihat apakah laba operasi perusahaan dapat menutup modal yang digunakan. EVA yang positif menandakan perusahaan berhasil menciptakan nilai (creates value). Kinerja perusahaan yang baik ini akan ditangkap oleh pasar, sehingga pasar memberikan respon positif terhadap kinerja perusahaan. Hal ini akan membuat investor tertarik dan semakin percaya terhadap perusahaan, sehingga harga saham perusahaan naik dan terjadi peningkatan nilai pasar (market value) perusahaan, yang pada akhirnya dapat menciptakan nilai bagi pemegang saham, sehingga terdapat hubungan yang positif antara EVA dengan shareholder value. Created Shareholder Value (CSV) adalah nilai yang diciptakan perusahaan untuk para pemegang saham, ketika return yang didapatkan pemegang saham melebihi biaya (the required return to equity). CSV ini merupakan cara baru dalam pengukuran kinerja yang dikembangkan oleh Fernandez (2001). Salah satu peneliti yang telah menggunakan CSV dalam memperhitungkan market value adalah Mir dan Seboui (2008). Mir dan Seboui (2008) meneliti apakah EVA merupakan nilai yang relevan dalam menjelaskan CSV. Dari hasil penelitian mereka tersebut, didapatkan hasil penelitian yang sama dengan Fernandez (2001), bahwa EVA bukanlah nilai yang relevan dalam menjelaskan CSV dan MVA. Berdasarkan uraian di atas, maka dapat dibangun hipotesis bahwa: Hipotesis: Economic Value Added berpengaruh terhadap Created Shareholder Value. Adapun kerangka pemikiran dalam penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut: EVA 24 CSV 5. Metoda Penelitian 5.1. Populasi dan Sampel Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan-perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). Sampel penelitian adalah perusahaan nonkeuangan yang terdapat dalam populasi. Metoda pengambilan sampel adalah purposive sampling, dengan kriteria sampel adalah sebagai berikut: Perusahaan nonkeuangan yang terdaftar di BEI selama lima tahun terakhir, yaitu mulai tahun 2003 sampai dengan 2007 dan ada disetiap tahun. Perusahaan yang menerbitkan laporan tahunan yang berakhir pada tanggal 31 Desember selama perioda pengamatan. Laporan keuangan dinyatakan dalam mata uang rupiah. Memiliki semua data yang digunakan untuk menghitung variabel yang menjadi fokus dalam penelitian ini. 5.2. Pengumpulan Data Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data sekunder, yaitu data yang dikumpulkan dari database BEI berupa Laporan Tahunan perusahaan yang terdaftar di BEI yang tersedia di DPM UGM, dari Indonesian Capital Market Directory (ICMD) dan data dari OSIRIS. 5.3. 5.3.1. Operasionalisasi Variabel Economic Value Added (EVA) EVA merupakan variabel independen dalam penelitian ini. EVA menggambarkan sisa pendapatan perusahaan setelah dikurangi dengan biaya modal secara keseluruhan. Berbeda dengan pengukuran kinerja akuntansi yang tradisional (seperti ROE), EVA mencoba mengukur nilai tambah yang dihasilkan suatu perusahaan, dengan cara mengurangi biaya modal (cost of capital) yang timbul sebagai akibat investasi yang dilakukan. Dengan kata lain, EVA dapat mengukur sampai di mana perusahaan telah Jurnal Akuntansi & Manajemen Vol 5 No.1 Juni 2010 ISSN 1858-3687 hal 21-31 Pengaruh Economic Value Added Terhadap Created Shareholder Value meningkatkan nilai bagi pemegang saham. Pendekatan EVA dikembangkan oleh lembaga konsultan manajemen asal Amerika Serikat yang bernama Stern Stewart Management Services pada pertengahan tahun 1990-an. Definisi operasi EVA adalah sebagai berikut: EVA NOPAT Biaya Modal WACC = NOPAT – Biaya Modal = EBIT(1- Pajak) = Total Modal Yang Diinvestasikan x WACC = (biaya hutang x proporsi hutang) + (biaya modal saham x proporsi modal saham) Biaya hutang (kd*) = kd (1-Pajak) kd BiayaBunga Tahunan TotalHu tan g Biaya modal saham (ke) = krf + (km-krf) β Notasi: EVA = Economic Value Added. NOPAT = Net Operating Profit After Taxes. EBIT = Earnings Before Interest & Taxes. WACC = Weighted Average Cost of Capital. krf = tingkat suku bunga bebas risiko yang diukur dengan tingkat suku bunga Sertifikat Bank Indonesia (SBI). km = tingkat return harapan dalam pasar saham. β = koefisien beta saham yang digunakan sebagai indeks risiko untuk saham perusahaan. Increase of equity market value = Equity market valuet – Equity market valuet1 Equity market value = jumlah lembar saham x harga saham ke = biaya modal = krf + (km-krf) β Notasi: SVA krf km Β 5.3.3. Created Shareholder Value (CSV) Created Shareholder Value (CSV) merupakan variabel dependen dalam penelitian ini. CSV merupakan cara baru dalam pengukuran kinerja yang dikembangkan oleh Fernandez (2001). CSV dapat didefinisikan sebagai nilai yang diciptakan perusahaan untuk para pemegang saham, ketika return yang didapatkan pemegang saham melebihi biaya (the required return to equity). Definisi operasi CSV menurut rumus yang dikembangkan oleh Fernandez (2001), yaitu: CSV = Shareholder Value Added – (Equity market value x ke) SVA = Increase of equity market value – payments from shareholders + dividends + repurchases – conversions Ukuran Perusahaan Ukuran perusahaan merupakan variabel kontrol dalam penelitian ini. Ukuran perusahaan diukur dengan logaritma total aset yang dimiliki perusahaan. Ukuran perusahaan berpengaruh terhadap nilai perusahaan. Semakin besar perusahaan, semakin besar nilai perusahaan (Herawaty, 2008). Perusahaan besar mempunyai kecenderungan melakukan tindakan manajemen laba lebih kecil dibandingkan perusahaan yang ukurannya lebih kecil. 5.3.4. 5.3.2. = Shareholder Value Added = tingkat suku bunga bebas risiko yang diukur dengan tingkat suku bunga Sertifikat Bank Indonesia (SBI). = tingkat return harapan dalam pasar saham. = koefisien beta saham yang digunakan sebagai indeks risiko untuk saham perusahaan. Leverage Perusahaan Leverage perusahaan merupakan variabel kontrol dalam penelitian ini. Leverage merupakan total hutang dibagi dengan total aset. Menurut penelitian Siallagan dan Machfoedz (2006) dalam Rachmawati dan Triatmoko (2007) menyatakan bahwa leverage dapat mengurangi konflik kepentingan antara manajer, pemilik maupun bondholders. Perusahaan yang memiliki leverage yang besar dapat menurunkan nilai perusahaan (Rachmawati dan Triatmoko, 2007). 5.4. Teknik Analisis Data dan Pengujian Hipotesis 1. Untuk menguji hipotesis digunakan analisis regresi biasa. Jurnal Akuntansi & Manajemen Vol 5 No.1 Juni 2010 ISSN 1858-3687 hal 21-31 25 Pengaruh Economic Value Added Terhadap Created Shareholder Value Hipotesis diuji dengan menggunakan persamaan: CSVi,t = a0 + a1EVAi,t + a2LogASSTi,t + a3LEVi,t + εi,t Notasi: CSVi,t = Created Shareholder Value (CSV) perusahaan i pada tahun t. a0 = konstan model a1 = pengukuran nilai relevan EVA. EVAi,t =Economic Value Added perusahaan i pada tahun t. ASSTi,t =ukuran perusahaan yang diukur dengan logaritma total aset di perusahaan i pada tahun t, merupakan variabel kontrol. LEVi,t =leverage perusahaan yang diukur dengan membagi total hutang per total aset di perusahaan i pada tahun t, merupakan variabel kontrol. εi,t = kesalahan residu Hipotesis signifikan. akan terdukung bila a1 6. Analisis Data 6.1. Pengumpulan Data Populasi dalam penelitian ini adalah semua perusahaan yang terdaftar di BEI. Sampelnya adalah perusahaan nonkeuangan yang terdaftar di BEI yang datanya tersedia untuk menghitung variabel-variabel yang diuji dalam penelitian ini. Periode penelitian adalah dari tahun 2003 sampai dengan 2007. Perusahaan yang terdaftar di BEI selama tahun tersebut sebanyak 300 perusahaan. Dari 300 perusahaan yang terdaftar, dikeluarkan dari sampel sebanyak 50 yang berasal dari perusahaan keuangan (perbankan, perusahaan kredit selain bank, perusahaan sekuritas dan perusahaan asuransi). Dari 250 perusahaan nonkeuangan yang dijadikan sampel tersebut, 10 perusahaan datanya tidak lengkap atau dinyatakan dalam dolar, sehingga harus dikeluarkan dari sampel. Dengan demikian yang digunakan 26 sebagai sampel dalam penelitian ini adalah 240 perusahaan selama 5 tahun pengamatan dengan total observasi 1200. Pemilihan sampel secara ringkas dapat dilihat pada tabel 4.1 berikut: Tabel 1. Pemilihan Sampel Penelitian Jumlah Perusahaan/Tahun Keterangan 2007 2006 2005 2004 2003 Perusahaan yang terdaftar di BEI tahun 2003 – 2007 300 300 300 300 300 Perusahaan keuangan (50) (50) (50) (50) (50) (10) (10) (10) (10) (10) 240 240 240 240 240 Perusahaan yang datanya tidak lengkap atau dinyatakan dalam dolar Total perusahaan yang dijadikan sampel Total observasi 1200 6.2. Statistik Deskriptif Sebelum melakukan uji hipotesis maka akan dilihat terlebih dahulu statistik deskriptif setiap variabel yang diuji dalam penelitian ini. Statistik deskriptif variabel yang menjadi fokus penelitian ini digambarkan pada tabel 4.2 berikut ini: Tabel 2. Statistik Deskriptif Variabel EVA CSV LOGASST LEV N 1200 1200 1200 1200 Min Mak -59,9.109 1,65.1012 -59,8.109 1,67.1012 5,0276 12,5763 0,0035 5,1945 Mean 42,4.109 67,1.109 10,4709 0,6258 Tabel 4.2 di atas memperlihatkan nilai mean EVA dari sampel yang diobservasi adalah 42,4.109. Nilai tertinggi EVA adalah 1,65.1012 sedangkan nilai terendah adalah -59,9.109 dengan deviasi standar sebesar 178,6.109. Dari data tersebut terlihat bahwa nilai terendah EVA perusahaan bernilai negatif yang menandakan bahwa perusahaan memiliki total biaya modal yang lebih besar dibandingkan laba operasi setelah pajak atau dengan kata lain perusahaan tidak dapat menciptakan nilai tambah ekonomis. Nilai mean CSV dari sampel yang diobservasi adalah 67,1.109. Nilai Jurnal Akuntansi & Manajemen Vol 5 No.1 Juni 2010 ISSN 1858-3687 hal 21-31 Std Dev 178,6.109 183,0.109 1,8319 0,5306 Pengaruh Economic Value Added Terhadap Created Shareholder Value tertinggi CSV adalah 1,67.1012 sedangkan nilai terendah adalah 59,8.109 dengan deviasi standar sebesar 183.109. Nilai CSV yang bertanda negatif juga menunjukkan bahwa perusahaan memiliki biaya yang lebih besar dibandingkan return yang diberikan kepada pemegang saham atau dengan kata lain rata-rata tidak dapat menciptakan nilai bagi pemegang saham. 6.3. Pengujian Asumsi Klasik Pengujian atas hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini menggunakan teknik analisis regresi biasa dan analisis regresi berjenjang. Teknik estimasi variabel dependen yang melandasi analisis regresi disebut Ordinary Least Squares (OLS). Menurut Gujarati (2003), terdapat sepuluh asumsi utama yang mendasari model regresi linier klasik dengan menggunakan model OLS. Dari sepuluh asumsi tersebut, terdapat 4 asumsi yang penting untuk diperhatikan, yaitu normalitas, heteroskedastisitas, multikolinearitas, dan autokorelasi. Berdasarkan pengujian yang dilakukan, hanya asumsi multikolinearitas yang terpenuhi dalam model regresi penelitian ini. Untuk mengatasi masalah tersebut, maka dilakukan transformasi logaritma terhadap variabel dependen dan independen sehingga persamaan regresi untuk hipotesis menjadi: LogCSVi,t = a0 + a1LogEVAi,t + a2LogASSTi,t + a3LogLEVi,t + εi,t 6.3.1. Uji Normalitas Pengujian normalitas dalam penelitian ini dilakukan dengan menguji distribusi residual model regresi dengan menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov. Hasil uji normalitas digambarkan pada tabel 4.3 berikut: Tabel 3. Hasil Uji Normalitas LogCSV N 1200 Normal Parameters (a,b) Most Extreme Differences Mean 0,000 Std. Dev. 0,931 Absolute 0,051 Positive 0,029 Negative -0,051 Kolmogorov-Smirnov Z 0,748 Asymp. Sig. (2-tailed) 0,619 Besarnya nilai Kolmogorov-Smirnov untuk model regresi ini adalah 0,748 dengan tingkat signifikansi sebesar 0,619. Hal ini berarti bahwa residual model regresi terdistribusi secara normal. 6.3.2. Uji Heteroskedastisitas Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variansi dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Model regresi yang baik adalah yang homoskedastis atau tidak terjadi heteroskedastisitas. Uji heteroskedastisitas pada penelitian ini dilakukan dengan uji Park. Uji Park dilakukan dengan cara mengkuadratkan nilai residual, kemudian melakukan logaritma natural atas kuadrat residual tersebut. Logaritma kuadrat residual kemudian diregres terhadap variabel independen. Apabila koefisien parameter beta dari persamaan regresi tersebut signifikan secara statistik menunjukkan data model empiris yang diestimasi terdapat heteroskedastisitas, dan sebaliknya jika parameter beta tidak signifikan secara statistik maka asumsi homoskedastisitas pada data model tersebut tidak dapat ditolak (Ghozali, 2009). Hasil uji heteroskedastisitas dapat dilihat pada tabel 4.4 berikut: Jurnal Akuntansi & Manajemen Vol 5 No.1 Juni 2010 ISSN 1858-3687 hal 21-31 27 Pengaruh Economic Value Added Terhadap Created Shareholder Value Tabel 4. Hasil Uji Heteroskedastisitas LogCSV Variabel t Sig. C -0,172 0,861 LogEVA -0,064 0,923 LogASST -1,455 0,147 LogLEV -0,230 0,819 Variabel Dependen: LNU1 Berdasarkan hasil pengujian, tidak satupun koefisien parameter beta hasil regresi antara logaritma kuadrat residual dengan variabel independen yang signifikan, sehingga tidak terdapat heteroskedastisitas dalam model regresi penelitian ini. 6.3.3. Uji Multikolinearitas Salah satu asumsi model regresi linear adalah bahwa tidak terdapat masalah multikolinearitas antara variabel independen yang masuk dalam model penelitian. Salah satu cara untuk mendeteksi ada atau tidaknya masalah multikolinearitas adalah dengan melihat VIF dan tolerance. Bila nilai VIF kurang dari 10 dan nilai tolerance diatas 0,10, maka tidak terdapat gejala multikolinearitas yang berbahaya dan begitu pula sebaliknya. Dari hasil pengujian diperoleh hasil bahwa untuk model regresi ini nilai VIF kurang dari 10 dan nilai tolerance diatas 0,10, sehingga semua variabel dalam model tersebut tidak terkena masalah multikolinearitas. Hasil uji multikolinearitas dapat dilihat pada tabel 4.5 berikut: Tabel 5. Hasil Uji Multikolinearitas LogCSV 6.3.4. Uji Autokorelasi Uji autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi linear terdapat korelasi antara kesalahan pengganggu pada perioda t dengan kesalahan pengganggu pada perioda t-1 (sebelumnya). Jika terjadi korelasi maka dinamakan ada masalah autokorelasi. Pengujian autokorelasi dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan Runs Test, yaitu menguji residual masing-masing model regresi. Berdasarkan hasil pengujian, nilai test untuk model regresi ini adalah 1,112, dengan probabilitas 0,245. Dengan demikian hasil uji Runs pada model regresi tidak signifikan pada 0,05 yang berarti bahwa residual random atau tidak terjadi autokorelasi antar nilai residual. Hasil Runs Test dapat dilihat pada tabel 4.6 berikut: Tabel 6. Hasil Uji Autokorelasi Test Value(a) LogCSV 0,07056 Cases < Test Value 600 Cases >= Test Value 600 Total Cases 1200 Number of Runs 195 Z -1,112 Asymp. Sig. (2-tailed) 0,245 6.4. Pengujian Hipotesis dan Pembahasan Pengujian hipotesis dilakukan dengan menggunakan model analisis regresi biasa. Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat signifikansi statistis masing-masing variabel independen dan variabel moderasi. Ringkasan hasil pengujian regresi dapat dilihat pada tabel 4.7. Variabel 28 Tolerance VIF LogEVA 0,975 1,026 LogASST 0,974 1,026 LogLEV 0,999 1,001 Hipotesis 1 menguji pengaruh EVA terhadap CSV. Hipotesis yang diajukan adalah sebagai berikut: H: Economic Value Added berpengaruh terhadap Created Shareholder Value. Jurnal Akuntansi & Manajemen Vol 5 No.1 Juni 2010 ISSN 1858-3687 hal 21-31 Pengaruh Economic Value Added Terhadap Created Shareholder Value Tabel 7. Hasil Pengujian Hipotesis Variabel Dependen: LogCSV Variabel Independen: C LogEVA LogASST LogLEV R2 R2 sesuaian F Sig. Koefisien (t stat) 8,582 (17,645)* 0,365 (5,922)* 0,079 (2,746)** -0,174 (-0,485) 0,232 0,221 11,994 0,000 Ket: * signifikan 1%, ** signifikan 5%, *** signifikan 10%. Nilai uji F pada model untuk variabel dependen CSV adalah 11,994 untuk nilai p sebesar 0,000. Hal tersebut menunjukkan adanya hubungan regresional antara variabel independen dengan variabel dependen, sehingga dapat dinyatakan bahwa terdapat hubungan regresional antara EVA dengan CSV. Nilai R2 sesuaian (Adjusted R2) 22,1%. Hal ini menunjukkan bahwa variabel CSV mampu dijelaskan oleh variabel independen sebesar 22,1%, sedangkan sisanya dijelaskan oleh sebab-sebab lain diluar model. Pengaruh EVA terhadap CSV secara statistis signifikan pada alfa 1%. Hal ini ditunjukkan melalui nilai t 5,922 dengan signifikansi 0,000. Koefisien hubungan EVA dengan CSV bernilai positif 0,365 untuk CSV, artinya setiap kenaikan EVA 1% akan meningkatkan CSV 0,365%. Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi EVA maka semakin tinggi CSV. Berdasarkan pengujian hipotesis di atas menunjukkan bahwa hipotesis terdukung secara statistis. Hasil pengujian hipotesis menunjukkan semakin tinggi nilai EVA maka semakin tinggi CSV. Hasil penelitian ini konsisten dengan Stern (2004) yang menyatakan bahwa EVA terhadap CSV. berpengaruh positif Namun hasil penelitian ini bertentangan dengan hasil Fernandez (2001) yang menyatakan bahwa EVA bukanlah nilai yang relevan dalam menjelaskan CSV dan MVA. Menurut Fernandez, nilai yang didapat oleh pemegang saham tidak dapat ditentukan melalui nilai EVA yang diperoleh perusahaan. Perbedaan hasil ini salah satunya disebabkan karena tujuan Fernandez (2001) memunculkan metoda CSV sebagai salah satu metoda dalam mengukur shareholder value adalah untuk mengatasi kritik terhadap metoda EVA. Ukuran perusahaan sebagai variabel kontrol yang diukur melalui logaritma total asset, mempunyai pengaruh yang positif dan signifikan terhadap CSV dalam model regresi ini. Hal ini menandakan bahwa semakin besar perusahaan maka semakin besar pula CSV. Temuan ini mendukung penelitian Herawaty (2008) yang menyatakan bahwa semakin besar perusahaan, semakin besar nilai perusahaan. Sedangkan leverage perusahaan sebagai variabel kontrol tidak berpengaruh signifikan terhadap CSV. 5 5.1 Penutup Simpulan Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh bukti empiris apakah Economic Value Added (EVA) berpengaruh terhadap Created Shareholder Value (CSV). Sampel penelitian dalam penelitian ini adalah perusahaan nonkeuangan yang terdaftar di BEI dari tahun 2003-2007. Hasil penelitian dapat diringkas sebagai berikut: Terdapat bukti yang mendukung bahwa Economic Value Added (EVA) berpengaruh positif terhadap Created Shareholder Value (CSV) atau dengan kata lain semakin tinggi EVA maka semakin tinggi pula CSV. Jurnal Akuntansi & Manajemen Vol 5 No.1 Juni 2010 ISSN 1858-3687 hal 21-31 29 Pengaruh Economic Value Added Terhadap Created Shareholder Value Ukuran perusahaan berpengaruh positif terhadap CSV. Artinya semakin besar perusahaan semakin besar CSV. 5.2 Keterbatasan Sampel yang digunakan adalah perusahaan nonkeuangan, dan tidak diklasifikasikan lagi dari perusahaan nonkeuangan tersebut kedalam perusahaan manufaktur dan nonmanufaktur. Penelitian ini hanya mengontrol pengaruh ukuran perusahaan dan hutang. Pengaruh jenis industri yang juga mempengaruhi CSV belum dimasukkan dalam model, sehingga diharapkan penelitian selanjutnya memasukkan variabel jenis industri dan variabel-variabel lain yang berpengaruh terhadap CSV. 5.3 Implikasi Penelitian dan Cahan, S.F., M. Lal, and S.S. Ricemen. 2002. Do Managers Perform Better Under EVA Bonus Schemes?. European Accounting Review 11 (3), 537572. Chen, S., and L. Dodd. 2001. Operating Income, Residual Income and EVA: Which Metric is More Value Relevant?. Journal of Managerial Issues 13 (1), 65-86. Fernandez, Pablo. 2001. A Defenition of Shareholder Value Creation. Working Paper, SSRN, Rochester, New York. . 2001. EVA and Cash Value Added Do Not Measure Shareholder Value Creation. Working Paper, SSRN, Rochester, New York. Saran Bagi investor, diharapkan hasil penelitian ini memberikan pertimbangan dalam menentukan perkiraan CSV yang diciptakan perusahaan. Melalui penelitian ini diharapkan para investor Indonesia juga dapat mengetahui dan memakai cara penghitungan shareholder value dengan menggunakan metoda CSV. Metoda CSV ini sebenarnya memberikan nilai yang lebih bersih dibandingkan dengan MVA, hanya saja data untuk menggunakan metoda tersebut belum tersedia secara lengkap dalam semua laporan keuangan perusahaan. Dan diharapkan bagi penelitian selanjutnya dapat memasukkan variabel-variabel lain yang berpengaruh terhadap CSV. Daftar Referensi Booth, Laurence. 1998. What Drives Shareholder Value?. Working Paper, SSRN, Toronto, Canada. Brigham, Eugene F., and Michael C. Ehrhardt. 2005. Financial Management: Theory and 30 Practice. Thomson-South Western, 11th edition. Ghozali, I. 2009. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro, cetakan IV. Griffith, J.M. 1999. CEO Ownership and Firm Value. Managerial and Decision Economics 20, 1-8. Gujarati, D.N. 2003. Basic Econometrics. New York: McGraw-Hill Companies, International Edition, 4th edition. Hanafi, Mamduh M. 2004. Manajemen Keuangan. Yogyakarta: BPFE, edisi 1. Hartono, J. 2007. Metodologi Penelitian Bisnis: Salah Kaprah dan Pengalaman-Pengalaman. Yogyakarta: BPFE, edisi 2007. Irala, L.R., and R. Reddy. 2006. Performance Evaluation, Economic Value Added and Jurnal Akuntansi & Manajemen Vol 5 No.1 Juni 2010 ISSN 1858-3687 hal 21-31 Pengaruh Economic Value Added Terhadap Created Shareholder Value Managerial Behaviour. PES Business Review 1 (1), 1-7. Kyriazis, D., and C. Anastassis. 2007. The Validity of the Economic Value Added Approach: An Empirical Application. European Financial Management 13 (1), 71-100. Mir, Ali E., and S. Seboui. 2006. Corporate Governance and Earnings Management and the Relationship Between EVA and Created Shareholder Value. Journal of Asset Management 7 (3/4), 242-254. Ramezani, C.A., L. Soenen, and A. Jung. 2002. Growth, Corporate Profitability, and Value Creation. Financial Analysts Journal, 5666. Stern, Joel. 2004. Corporate Governance, EVA and Shareholder Value. Journal of Applied Corporate Finance 16 (2/3), 91-99. Utama, S. 1997. EVA: Pengukur Penciptaan Nilai Perusahaan. Usahawan No.4. . 2008. Corporate Governance and the Relationship Between EVA and Created Shareholder Value. Corporate Governance 8 (1), 46-58. Rachmawati, A., dan H. Triatmoko. 2007. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kualitas Laba dan Nilai Perusahaan. Makalah Simposium Nasional Akuntansi X. Jurnal Akuntansi & Manajemen Vol 5 No.1 Juni 2010 ISSN 1858-3687 hal 21-31 31