Pengaruh Economic Value Added Terhadap Created Shareholder

advertisement
Pengaruh Economic Value Added Terhadap Created
Shareholder Value
Idamiharti
Universitas Andalas
Abstract
This research is conducted to test empirically the influence capacity of human
resources and the use of information technology to validity and timeliness of financial statement
of regional government. Independent variables are the capacity of human resources and the
use of information technology. Validity and timeliness of financial statement of regional
government are dependent variables. Data are collected by using some questioners given
directly to Kasubag and staff of financial departement in 29 SKPD of Pesisir Selatan regency.
Data are processed by SPSS version 15. The results of hipothesis in this research, first, the
capacity of human resources significantly has influence to validity of financial statement of
regional government. It means that information value will be valid if it is supported by human
resources. Based on statistical process, the capacity of human resources has big value about
48,10%, while the use of information technology only 38,30%. It can be said that human
resources capacity and the use of information technology influence the validity to the value of
financial statement of regional government.
Second, the use of information technology significantly has influence to timeliness of
financial statement of regional goverment. It shows that information technology will increase the
timeliness of financial statement of regional goverment. The use of information technology has
big value about 61,60%. This value influences the timeliness of financial statement of regional
goverment, while the capacity of human resources is 4,9%. It can be concluded that capacity of
human resources does not have influence significantly toward the timeliness of financial
statement of regional government.
Keywords : capacity of human resources, the use of information technology, validity and
timeliness of financial statement of regional government.
1.
Pendahuluan
Metoda penilaian kinerja ada berbagai
macam bentuk, mulai dari analisis rasio
keuangan,
analisis
perbandingan,
analisis common size, dan analisis Du
Pont. Metoda penilaian kinerja dengan
menggunakan data akuntansi seperti
yang telah disebutkan sebelumnya,
nampaknya belum memasukkan harga
saham,
meskipun
tujuan
utama
manajemen
adalah
untuk
memaksimalkan
kemakmuran
pemegang saham (Hanafi, 2004). Oleh
karena
itu,
ahli
keuangan
mengembangkan konsep baru sebagai
pengukur kinerja yang berbasis nilai,
seperti Economic Value Added (EVA).
EVA
berfokus
pada
keefektifan
manajerial dalam satu tahun tertentu.
Melalui metoda EVA, dapat diperkirakan
laba ekonomis yang benar-benar
diperoleh perusahaan dari kegiatan
bisnisnya dalam satu tahun. EVA
menggambarkan
sisa
pendapatan
perusahaan setelah dikurangi dengan
biaya modal secara keseluruhan.
Dengan kata lain, EVA dapat mengukur
sampai di mana perusahaan telah
meningkatkan nilai bagi pemegang
saham. Oleh karena itu, jika manajer
berfokus pada EVA, hal ini akan dapat
membantu untuk menjamin bahwa
manajer beroperasi secara konsisten
dalam
memaksimalkan
kekayaan
pemegang saham. Hasil penghitungan
EVA mencerminkan efisiensi internal
perusahaan, sehingga melalui hal
tersebut dapat dilihat apakah laba
operasi perusahaan dapat menutup
modal yang digunakan. EVA yang positif
Pengaruh Economic Value Added Terhadap Created Shareholder Value
menandakan
perusahaan
berhasil
menciptakan nilai (creates value).
Kinerja perusahaan yang baik ini akan
ditangkap oleh pasar, sehingga pasar
memberikan respon positif terhadap
kinerja perusahaan. Hal ini akan
membuat investor tertarik dan semakin
percaya terhadap perusahaan, sehingga
harga saham perusahaan naik dan
terjadi peningkatan nilai pasar (market
value) perusahaan, yang pada akhirnya
dapat menciptakan nilai bagi pemegang
saham.
Shareholder value jika selama ini dilihat
melalui Market Value Added (MVA) juga
dapat diperhitungkan melalui Created
Shareholder Value (CSV). CSV pertama
kali dikembangkan oleh Fernandez
(2001). Menurut Fernandez, perusahaan
dapat menciptakan nilai bagi pemegang
saham ketika return yang didapat oleh
pemegang saham melebihi biaya (the
required return to equity).
Antara EVA dan CSV terdapat suatu
hubungan. Menurut Mir dan Seboui
(2008) ditemukan bahwa, perbedaan
antara Economic Value Added (EVA)
dan Created Shareholder Value (CSV)
sebagian
besar
dijelaskan
oleh
karakteristik governance.
2.
Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian di atas, dapat
dirumuskan masalah sebagai berikut:
Apakah Economic Value Added (EVA)
berpengaruh
terhadap
Created
Shareholder Value (CSV)?
3.
Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk
mendapatkan bukti empiris mengenai:
pengaruh Economic Value Added (EVA)
terhadap Created Shareholder Value
(CSV).
4.
Landasan Teori Dan
Pengembangan Hipotesis
4.1.
Economic Value Added (EVA)
EVA merupakan indikator tentang
adanya penciptaan nilai dari suatu
investasi. EVA yang positif menandakan
perusahaan berhasil menciptakan nilai
bagi pemilik perusahaan, ini sejalan
dengan tujuan memaksimumkan nilai
perusahaan (Utama, 1997). Suatu
survei di Amerika Serikat menemukan
bahwa sebagian besar senior eksekutif
berbagai
perusahaan
berpendapat
bahwa, penggunaan EVA membuat
perusahaan
lebih
memfokuskan
perhatian
pada
penciptaan
nilai
perusahaan.
Berbeda
dengan
pengukuran kinerja akuntansi yang
tradisional, EVA mencoba mengukur
nilai tambah yang dihasilkan suatu
perusahaan dengan cara mengurangi
beban biaya modal yang timbul sebagai
akibat investasi yang dilakukan.
EVA merupakan salah satu ukuran
kinerja operasional yang pertama kali
dipopulerkan oleh Stern Steward
Management
Service,
sebuah
perusahaan konsultan dari Amerika
Serikat. Stern Steward menghitung EVA
sebagai laba operasi setelah pajak
dikurangi dengan total biaya modal,
dimana total biaya modal dihitung
dengan mengalikan tingkat biaya modal
dengan total modal yang diinvestasikan.
EVA yang positif menandakan bahwa
tingkat pengembalian yang dihasilkan
melebihi tingkat biaya modal. Keadaan
ini menunjukkan bahwa perusahaan
berhasil menciptakan nilai bagi pemilik
modal.
EVA
secara
langsung
menunjukkan
seberapa
besar
perusahaan telah menciptakan nilai bagi
pemilik modal. EVA yang semakin tinggi
akan meningkatkan nilai perusahaan,
dan penciptaan nilai ini akan tercermin
pada harga saham yang tinggi.
EVA sangat bermanfaat digunakan
sebagai penilai kinerja perusahaan,
dimana fokus penilaian kinerja adalah
pada penciptaan nilai. Di Amerika
Serikat
semakin
meluasnya
22
Jurnal Akuntansi & Manajemen Vol 5 No.1 Juni 2010 ISSN 1858-3687 hal 21-31
Pengaruh Economic Value Added Terhadap Created Shareholder Value
penggunaan EVA terkait dengan
semakin
meningkatnya
kesadaran
manajer bahwa tugas mereka adalah
untuk
memaksimumkan
nilai
perusahaan serta meningkatkan nilai
pemegang saham. Penilaian kinerja
dengan menggunakan pendekatan EVA
menyebabkan perhatian manajemen
sesuai dengan kepentingan pemegang
saham (Utama dan Cynthia, 2005).
Dengan EVA, para manajer akan
berpikir
dan
juga
bertindak
sebagaimana pemegang saham, yaitu
memilih
investasi
yang
memaksimumkan tingkat pengembalian
dan meminimumkan tingkat biaya
modal, sehingga nilai perusahaan dapat
dimaksimalkan dan menciptakan nilai
bagi pemegang saham.
Hasil penelitian Lehn dan Makhijd
(1996) dalam Utama (1997) meneliti
kaitan antara berbagai pengukur kinerja
seperti EVA, ROA dan ROE dengan
return saham dan menemukan bahwa,
EVA mempunyai hubungan yang paling
erat dengan return saham. Kelemahan
utama pengukur akuntansi tradisional
tersebut dibandingkan EVA dalam
mengukur penciptaan nilai adalah;
bahwa pengukur akuntansi tradisional
tersebut mengabaikan adanya biaya
modal, sehingga sulit untuk mengetahui
apakah
suatu
perusahaan
telah
menciptakan nilai atau tidak.
Dengan
menggunakan
EVA,
perusahaan
juga
akan
lebih
memperhatikan struktur modalnya. EVA
secara eksplisit memperhitungkan biaya
modal atas ekuitas dan mengakui
bahwa, karena lebih tingginya risiko
yang dihadapi pemilik ekuitas, besarnya
tingkat biaya modal atas ekuitas adalah
lebih tinggi daripada tingkat biaya modal
atas hutang. Selain itu, EVA juga dapat
digunakan
untuk
mengidentifikasi
kegiatan atau proyek yang memberikan
pengembalian lebih tinggi daripada
biaya modalnya. Dengan demikian,
penggunaan EVA akan mendorong para
manajer untuk selalu melakukan
evaluasi atas tingkat risiko dari proyek
yang bersangkutan.
Dari berbagai keunggulannya, EVA juga
mempunyai
beberapa
kelemahan
sebagaimana yang disebutkan oleh
Utama (1997), antara lain EVA hanya
menggambarkan penciptaan nilai pada
suatu tahun tertentu. Selain itu, secara
praktis EVA belum tentu dapat
diterapkan dengan mudah karena
proses penghitungan EVA memerlukan
estimasi atas biaya modal, dan estimasi
ini terutama untuk perusahaan yang
belum go public sulit untuk dilakukan
dengan tepat.
4.2.
Created Shareholder Value
(CSV)
Created Shareholder Value (CSV)
merupakan
cara
baru
dalam
pengukuran kinerja yang dikembangkan
oleh Fernandez (2001). CSV dapat
didefinisikan
sebagai
nilai
yang
diciptakan perusahaan untuk para
pemegang saham, ketika return yang
didapatkan pemegang saham melebihi
biaya (the required return to equity).
Dengan
kata
lain,
perusahaan
menciptakan nilai dalam satu tahun
ketika menghasilkan kinerja yang
melebihi dari apa yang diharapkan.
Metoda CSV ini muncul juga untuk
mengatasi kritik terhadap metoda EVA
dan mencoba semakin memperbaiki
metoda pengukuran penciptaan nilai
bagi pemegang saham.
4.3.
4.3.1.
Pengembangan Hipotesis
Economic Value Added dan
Created Shareholder Value
EVA menggambarkan sisa pendapatan
perusahaan setelah dikurangi dengan
biaya modal secara keseluruhan.
Dengan kata lain, EVA dapat mengukur
sampai di mana perusahaan telah
meningkatkan nilai bagi pemegang
saham. Oleh karena itu, jika manajer
berfokus pada EVA, hal ini akan dapat
membantu untuk menjamin bahwa
manajer beroperasi secara konsisten
dalam
memaksimalkan
kekayaan
pemegang saham. Hasil penghitungan
Jurnal Akuntansi & Manajemen Vol 5 No.1 Juni 2010 ISSN 1858-3687 hal 21-31
23
Pengaruh Economic Value Added Terhadap Created Shareholder Value
EVA mencerminkan efisiensi internal
perusahaan, sehingga melalui hal
tersebut dapat dilihat apakah laba
operasi perusahaan dapat menutup
modal yang digunakan. EVA yang positif
menandakan
perusahaan
berhasil
menciptakan nilai (creates value).
Kinerja perusahaan yang baik ini akan
ditangkap oleh pasar, sehingga pasar
memberikan respon positif terhadap
kinerja perusahaan. Hal ini akan
membuat investor tertarik dan semakin
percaya terhadap perusahaan, sehingga
harga saham perusahaan naik dan
terjadi peningkatan nilai pasar (market
value) perusahaan, yang pada akhirnya
dapat menciptakan nilai bagi pemegang
saham, sehingga terdapat hubungan
yang positif antara EVA dengan
shareholder value.
Created Shareholder Value (CSV)
adalah nilai yang diciptakan perusahaan
untuk para pemegang saham, ketika
return yang didapatkan pemegang
saham melebihi biaya (the required
return to equity). CSV ini merupakan
cara baru dalam pengukuran kinerja
yang dikembangkan oleh Fernandez
(2001). Salah satu peneliti yang telah
menggunakan
CSV
dalam
memperhitungkan market value adalah
Mir dan Seboui (2008). Mir dan Seboui
(2008) meneliti apakah EVA merupakan
nilai yang relevan dalam menjelaskan
CSV. Dari hasil penelitian mereka
tersebut, didapatkan hasil penelitian
yang sama dengan Fernandez (2001),
bahwa EVA bukanlah nilai yang relevan
dalam menjelaskan CSV dan MVA.
Berdasarkan uraian di atas, maka dapat
dibangun hipotesis bahwa:
Hipotesis:
Economic Value Added
berpengaruh
terhadap
Created Shareholder Value.
Adapun kerangka pemikiran dalam
penelitian ini dapat digambarkan
sebagai berikut:
EVA
24
CSV
5.
Metoda Penelitian
5.1.
Populasi dan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah
perusahaan-perusahaan yang terdaftar
di Bursa Efek Indonesia (BEI). Sampel
penelitian
adalah
perusahaan
nonkeuangan yang terdapat dalam
populasi. Metoda pengambilan sampel
adalah purposive sampling, dengan
kriteria sampel adalah sebagai berikut:
Perusahaan
nonkeuangan
yang
terdaftar di BEI selama lima tahun
terakhir, yaitu mulai tahun 2003 sampai
dengan 2007 dan ada disetiap tahun.
Perusahaan yang menerbitkan laporan
tahunan yang berakhir pada tanggal 31
Desember selama perioda pengamatan.
Laporan keuangan dinyatakan dalam
mata uang rupiah.
Memiliki semua data yang digunakan
untuk menghitung variabel yang menjadi
fokus dalam penelitian ini.
5.2.
Pengumpulan Data
Data yang digunakan dalam penelitian
ini merupakan data sekunder, yaitu data
yang dikumpulkan dari database BEI
berupa Laporan Tahunan perusahaan
yang terdaftar di BEI yang tersedia di
DPM UGM, dari Indonesian Capital
Market Directory (ICMD) dan data dari
OSIRIS.
5.3.
5.3.1.
Operasionalisasi Variabel
Economic Value Added (EVA)
EVA merupakan variabel independen
dalam
penelitian
ini.
EVA
menggambarkan
sisa
pendapatan
perusahaan setelah dikurangi dengan
biaya modal secara keseluruhan.
Berbeda dengan pengukuran kinerja
akuntansi yang tradisional (seperti
ROE), EVA mencoba mengukur nilai
tambah
yang
dihasilkan
suatu
perusahaan, dengan cara mengurangi
biaya modal (cost of capital) yang timbul
sebagai akibat investasi yang dilakukan.
Dengan kata lain, EVA dapat mengukur
sampai di mana perusahaan telah
Jurnal Akuntansi & Manajemen Vol 5 No.1 Juni 2010 ISSN 1858-3687 hal 21-31
Pengaruh Economic Value Added Terhadap Created Shareholder Value
meningkatkan nilai bagi pemegang
saham. Pendekatan EVA dikembangkan
oleh lembaga konsultan manajemen
asal Amerika Serikat yang bernama
Stern Stewart Management Services
pada pertengahan tahun 1990-an.
Definisi operasi EVA adalah sebagai
berikut:
EVA
NOPAT
Biaya Modal
WACC
= NOPAT – Biaya Modal
= EBIT(1- Pajak)
= Total Modal Yang Diinvestasikan x WACC
= (biaya hutang x proporsi hutang) + (biaya
modal saham x proporsi modal saham)
Biaya hutang (kd*) = kd (1-Pajak)
kd 
BiayaBunga Tahunan
TotalHu tan g
Biaya modal saham (ke) = krf + (km-krf) β
Notasi:
EVA
= Economic Value Added.
NOPAT = Net Operating Profit After Taxes.
EBIT
= Earnings Before Interest & Taxes.
WACC = Weighted Average Cost of Capital.
krf
= tingkat suku bunga bebas risiko yang
diukur dengan tingkat suku bunga
Sertifikat Bank Indonesia (SBI).
km
= tingkat return harapan dalam pasar
saham.
β
= koefisien beta saham yang digunakan
sebagai indeks risiko untuk saham
perusahaan.
Increase of equity market value = Equity market
valuet – Equity
market valuet1
Equity market value = jumlah lembar saham x
harga saham
ke = biaya modal = krf + (km-krf) β
Notasi:
SVA
krf
km
Β
5.3.3.
Created Shareholder Value
(CSV)
Created Shareholder Value (CSV)
merupakan variabel dependen dalam
penelitian ini. CSV merupakan cara baru
dalam
pengukuran
kinerja
yang
dikembangkan oleh Fernandez (2001).
CSV dapat didefinisikan sebagai nilai
yang diciptakan perusahaan untuk para
pemegang saham, ketika return yang
didapatkan pemegang saham melebihi
biaya (the required return to equity).
Definisi operasi CSV menurut rumus
yang dikembangkan oleh Fernandez
(2001), yaitu:
CSV = Shareholder Value Added – (Equity market
value x ke)
SVA = Increase of equity market value – payments
from shareholders + dividends
+
repurchases – conversions
Ukuran Perusahaan
Ukuran perusahaan merupakan variabel
kontrol dalam penelitian ini. Ukuran
perusahaan diukur dengan logaritma
total aset yang dimiliki perusahaan.
Ukuran
perusahaan
berpengaruh
terhadap nilai perusahaan. Semakin
besar perusahaan, semakin besar nilai
perusahaan
(Herawaty,
2008).
Perusahaan
besar
mempunyai
kecenderungan melakukan tindakan
manajemen
laba
lebih
kecil
dibandingkan
perusahaan
yang
ukurannya lebih kecil.
5.3.4.
5.3.2.
= Shareholder Value Added
= tingkat suku bunga bebas risiko yang
diukur dengan tingkat suku bunga
Sertifikat Bank Indonesia (SBI).
= tingkat return harapan dalam pasar
saham.
= koefisien beta saham yang digunakan
sebagai indeks risiko untuk saham
perusahaan.
Leverage Perusahaan
Leverage
perusahaan
merupakan
variabel kontrol dalam penelitian ini.
Leverage merupakan total hutang dibagi
dengan total aset. Menurut penelitian
Siallagan dan Machfoedz (2006) dalam
Rachmawati dan Triatmoko (2007)
menyatakan bahwa leverage dapat
mengurangi konflik kepentingan antara
manajer, pemilik maupun bondholders.
Perusahaan yang memiliki leverage
yang besar dapat menurunkan nilai
perusahaan
(Rachmawati
dan
Triatmoko, 2007).
5.4.
Teknik Analisis Data dan
Pengujian Hipotesis
1. Untuk menguji hipotesis digunakan
analisis regresi biasa.
Jurnal Akuntansi & Manajemen Vol 5 No.1 Juni 2010 ISSN 1858-3687 hal 21-31
25
Pengaruh Economic Value Added Terhadap Created Shareholder Value
Hipotesis diuji dengan menggunakan
persamaan:
CSVi,t = a0 + a1EVAi,t + a2LogASSTi,t
+ a3LEVi,t + εi,t
Notasi:
CSVi,t
= Created Shareholder Value
(CSV) perusahaan i pada
tahun t.
a0
= konstan model
a1
= pengukuran nilai relevan EVA.
EVAi,t
=Economic
Value
Added
perusahaan i pada tahun t.
ASSTi,t =ukuran perusahaan yang
diukur dengan logaritma total
aset di perusahaan i pada
tahun t, merupakan variabel
kontrol.
LEVi,t
=leverage perusahaan yang
diukur dengan membagi total
hutang per total
aset di
perusahaan i pada tahun t,
merupakan variabel kontrol.
εi,t
= kesalahan residu
Hipotesis
signifikan.
akan terdukung bila a1
6.
Analisis Data
6.1.
Pengumpulan Data
Populasi dalam penelitian ini adalah
semua perusahaan yang terdaftar di
BEI. Sampelnya adalah perusahaan
nonkeuangan yang terdaftar di BEI yang
datanya tersedia untuk menghitung
variabel-variabel yang diuji dalam
penelitian ini. Periode penelitian adalah
dari tahun 2003 sampai dengan 2007.
Perusahaan yang terdaftar di BEI
selama tahun tersebut sebanyak 300
perusahaan. Dari 300 perusahaan yang
terdaftar, dikeluarkan dari sampel
sebanyak 50 yang berasal dari
perusahaan keuangan (perbankan,
perusahaan
kredit
selain
bank,
perusahaan sekuritas dan perusahaan
asuransi).
Dari
250
perusahaan
nonkeuangan yang dijadikan sampel
tersebut, 10 perusahaan datanya tidak
lengkap atau dinyatakan dalam dolar,
sehingga harus dikeluarkan dari sampel.
Dengan demikian yang digunakan
26
sebagai sampel dalam penelitian ini
adalah 240 perusahaan selama 5 tahun
pengamatan dengan total observasi
1200. Pemilihan sampel secara ringkas
dapat dilihat pada tabel 4.1 berikut:
Tabel 1.
Pemilihan Sampel Penelitian
Jumlah Perusahaan/Tahun
Keterangan
2007
2006
2005
2004
2003
Perusahaan yang
terdaftar di BEI tahun
2003 – 2007
300
300
300
300
300
Perusahaan keuangan
(50)
(50)
(50)
(50)
(50)
(10)
(10)
(10)
(10)
(10)
240
240
240
240
240
Perusahaan yang
datanya tidak lengkap
atau dinyatakan dalam
dolar
Total perusahaan yang
dijadikan sampel
Total observasi
1200
6.2. Statistik Deskriptif
Sebelum melakukan uji hipotesis maka
akan dilihat terlebih dahulu statistik
deskriptif setiap variabel yang diuji
dalam penelitian ini. Statistik deskriptif
variabel yang menjadi fokus penelitian
ini digambarkan pada tabel 4.2 berikut
ini:
Tabel 2.
Statistik Deskriptif
Variabel
EVA
CSV
LOGASST
LEV
N
1200
1200
1200
1200
Min
Mak
-59,9.109 1,65.1012
-59,8.109 1,67.1012
5,0276 12,5763
0,0035
5,1945
Mean
42,4.109
67,1.109
10,4709
0,6258
Tabel 4.2 di atas memperlihatkan nilai
mean EVA dari sampel yang diobservasi
adalah 42,4.109. Nilai tertinggi EVA
adalah 1,65.1012 sedangkan nilai
terendah adalah -59,9.109 dengan
deviasi standar sebesar 178,6.109. Dari
data tersebut terlihat bahwa nilai
terendah EVA perusahaan bernilai
negatif yang menandakan bahwa
perusahaan memiliki total biaya modal
yang lebih besar dibandingkan laba
operasi setelah pajak atau dengan kata
lain
perusahaan
tidak
dapat
menciptakan nilai tambah ekonomis.
Nilai mean CSV dari sampel yang
diobservasi adalah 67,1.109. Nilai
Jurnal Akuntansi & Manajemen Vol 5 No.1 Juni 2010 ISSN 1858-3687 hal 21-31
Std Dev
178,6.109
183,0.109
1,8319
0,5306
Pengaruh Economic Value Added Terhadap Created Shareholder Value
tertinggi
CSV
adalah
1,67.1012
sedangkan nilai terendah adalah 59,8.109 dengan deviasi standar
sebesar 183.109. Nilai CSV yang
bertanda negatif juga menunjukkan
bahwa perusahaan memiliki biaya yang
lebih besar dibandingkan return yang
diberikan kepada pemegang saham
atau dengan kata lain rata-rata tidak
dapat menciptakan nilai bagi pemegang
saham.
6.3.
Pengujian Asumsi Klasik
Pengujian atas hipotesis yang diajukan
dalam penelitian ini menggunakan
teknik analisis regresi biasa dan analisis
regresi berjenjang. Teknik estimasi
variabel dependen yang melandasi
analisis regresi disebut Ordinary Least
Squares (OLS). Menurut Gujarati
(2003), terdapat sepuluh asumsi utama
yang mendasari model regresi linier
klasik dengan menggunakan model
OLS. Dari sepuluh asumsi tersebut,
terdapat 4 asumsi yang penting untuk
diperhatikan,
yaitu
normalitas,
heteroskedastisitas,
multikolinearitas,
dan autokorelasi.
Berdasarkan pengujian yang dilakukan,
hanya asumsi multikolinearitas yang
terpenuhi
dalam
model
regresi
penelitian ini. Untuk mengatasi masalah
tersebut, maka dilakukan transformasi
logaritma terhadap variabel dependen
dan independen sehingga persamaan
regresi untuk hipotesis menjadi:
LogCSVi,t = a0 + a1LogEVAi,t
+
a2LogASSTi,t + a3LogLEVi,t + εi,t
6.3.1.
Uji Normalitas
Pengujian normalitas dalam penelitian
ini dilakukan dengan menguji distribusi
residual
model
regresi
dengan
menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov.
Hasil uji normalitas digambarkan pada
tabel 4.3 berikut:
Tabel 3.
Hasil Uji Normalitas
LogCSV
N
1200
Normal Parameters
(a,b)
Most Extreme
Differences
Mean
0,000
Std. Dev.
0,931
Absolute
0,051
Positive
0,029
Negative
-0,051
Kolmogorov-Smirnov Z
0,748
Asymp. Sig. (2-tailed)
0,619
Besarnya nilai Kolmogorov-Smirnov
untuk model regresi ini adalah 0,748
dengan tingkat signifikansi sebesar
0,619. Hal ini berarti bahwa residual
model regresi terdistribusi secara
normal.
6.3.2.
Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk
menguji apakah dalam model regresi
terjadi ketidaksamaan variansi dari
residual
satu
pengamatan
ke
pengamatan yang lain. Model regresi
yang baik adalah yang homoskedastis
atau tidak terjadi heteroskedastisitas. Uji
heteroskedastisitas pada penelitian ini
dilakukan dengan uji Park.
Uji Park dilakukan dengan cara
mengkuadratkan
nilai
residual,
kemudian melakukan logaritma natural
atas
kuadrat
residual
tersebut.
Logaritma kuadrat residual kemudian
diregres terhadap variabel independen.
Apabila koefisien parameter beta dari
persamaan regresi tersebut signifikan
secara statistik menunjukkan data
model empiris yang diestimasi terdapat
heteroskedastisitas, dan sebaliknya jika
parameter beta tidak signifikan secara
statistik maka asumsi homoskedastisitas
pada data model tersebut tidak dapat
ditolak (Ghozali, 2009). Hasil uji
heteroskedastisitas dapat dilihat pada
tabel 4.4 berikut:
Jurnal Akuntansi & Manajemen Vol 5 No.1 Juni 2010 ISSN 1858-3687 hal 21-31
27
Pengaruh Economic Value Added Terhadap Created Shareholder Value
Tabel 4.
Hasil Uji Heteroskedastisitas
LogCSV
Variabel
t
Sig.
C
-0,172
0,861
LogEVA
-0,064
0,923
LogASST
-1,455
0,147
LogLEV
-0,230
0,819
Variabel Dependen: LNU1
Berdasarkan hasil pengujian, tidak
satupun koefisien parameter beta hasil
regresi antara logaritma kuadrat residual
dengan variabel independen yang
signifikan, sehingga tidak terdapat
heteroskedastisitas dalam model regresi
penelitian ini.
6.3.3.
Uji Multikolinearitas
Salah satu asumsi model regresi linear
adalah bahwa tidak terdapat masalah
multikolinearitas
antara
variabel
independen yang masuk dalam model
penelitian. Salah satu cara untuk
mendeteksi ada atau tidaknya masalah
multikolinearitas adalah dengan melihat
VIF dan tolerance. Bila nilai VIF kurang
dari 10 dan nilai tolerance diatas 0,10,
maka
tidak
terdapat
gejala
multikolinearitas yang berbahaya dan
begitu pula sebaliknya.
Dari hasil pengujian diperoleh hasil
bahwa untuk model regresi ini nilai VIF
kurang dari 10 dan nilai tolerance diatas
0,10, sehingga semua variabel dalam
model tersebut tidak terkena masalah
multikolinearitas.
Hasil
uji
multikolinearitas dapat dilihat pada tabel
4.5 berikut:
Tabel 5.
Hasil Uji Multikolinearitas
LogCSV
6.3.4.
Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi bertujuan untuk menguji
apakah dalam model regresi linear
terdapat korelasi antara kesalahan
pengganggu pada perioda t dengan
kesalahan pengganggu pada perioda t-1
(sebelumnya). Jika terjadi korelasi maka
dinamakan ada masalah autokorelasi.
Pengujian autokorelasi dalam penelitian
ini dilakukan dengan menggunakan
Runs Test, yaitu menguji residual
masing-masing model regresi.
Berdasarkan hasil pengujian, nilai test
untuk model regresi ini adalah
1,112, dengan probabilitas 0,245.
Dengan demikian hasil uji Runs pada
model regresi tidak signifikan pada 0,05
yang berarti bahwa residual random
atau tidak terjadi autokorelasi antar nilai
residual. Hasil Runs Test dapat dilihat
pada tabel 4.6 berikut:
Tabel 6.
Hasil Uji Autokorelasi
Test Value(a)
LogCSV
0,07056
Cases < Test Value
600
Cases >= Test Value
600
Total Cases
1200
Number of Runs
195
Z
-1,112
Asymp. Sig. (2-tailed)
0,245
6.4.
Pengujian Hipotesis dan
Pembahasan
Pengujian hipotesis dilakukan dengan
menggunakan model analisis regresi
biasa. Pengujian ini bertujuan untuk
mengetahui tingkat signifikansi statistis
masing-masing variabel independen dan
variabel moderasi. Ringkasan hasil
pengujian regresi dapat dilihat pada
tabel 4.7.
Variabel
28
Tolerance
VIF
LogEVA
0,975
1,026
LogASST
0,974
1,026
LogLEV
0,999
1,001
Hipotesis 1 menguji pengaruh EVA
terhadap CSV. Hipotesis yang diajukan
adalah sebagai berikut:
H: Economic Value Added berpengaruh
terhadap Created Shareholder Value.
Jurnal Akuntansi & Manajemen Vol 5 No.1 Juni 2010 ISSN 1858-3687 hal 21-31
Pengaruh Economic Value Added Terhadap Created Shareholder Value
Tabel 7.
Hasil Pengujian Hipotesis
Variabel Dependen:
LogCSV
Variabel Independen:
C
LogEVA
LogASST
LogLEV
R2
R2 sesuaian
F
Sig.
Koefisien
(t stat)
8,582
(17,645)*
0,365
(5,922)*
0,079
(2,746)**
-0,174
(-0,485)
0,232
0,221
11,994
0,000
Ket: * signifikan 1%, ** signifikan 5%, *** signifikan 10%.
Nilai uji F pada model untuk variabel
dependen CSV adalah 11,994 untuk
nilai p sebesar 0,000. Hal tersebut
menunjukkan
adanya
hubungan
regresional antara variabel independen
dengan variabel dependen, sehingga
dapat dinyatakan bahwa terdapat
hubungan regresional antara EVA
dengan CSV. Nilai R2 sesuaian
(Adjusted
R2)
22,1%.
Hal
ini
menunjukkan bahwa variabel CSV
mampu
dijelaskan
oleh
variabel
independen sebesar 22,1%, sedangkan
sisanya dijelaskan oleh sebab-sebab
lain diluar model.
Pengaruh EVA terhadap CSV secara
statistis signifikan pada alfa 1%. Hal ini
ditunjukkan melalui nilai t 5,922 dengan
signifikansi 0,000. Koefisien hubungan
EVA dengan CSV bernilai positif 0,365
untuk CSV, artinya setiap kenaikan EVA
1% akan meningkatkan CSV 0,365%.
Hal ini menunjukkan bahwa semakin
tinggi EVA maka semakin tinggi CSV.
Berdasarkan pengujian hipotesis di atas
menunjukkan
bahwa
hipotesis
terdukung
secara
statistis.
Hasil
pengujian
hipotesis
menunjukkan
semakin tinggi nilai EVA maka semakin
tinggi CSV. Hasil penelitian ini konsisten
dengan Stern (2004) yang menyatakan
bahwa
EVA
terhadap CSV.
berpengaruh
positif
Namun hasil penelitian ini bertentangan
dengan hasil Fernandez (2001) yang
menyatakan bahwa EVA bukanlah nilai
yang relevan dalam menjelaskan CSV
dan MVA. Menurut Fernandez, nilai
yang didapat oleh pemegang saham
tidak dapat ditentukan melalui nilai EVA
yang diperoleh perusahaan. Perbedaan
hasil ini salah satunya disebabkan
karena
tujuan
Fernandez
(2001)
memunculkan metoda CSV sebagai
salah satu metoda dalam mengukur
shareholder
value
adalah
untuk
mengatasi kritik terhadap metoda EVA.
Ukuran perusahaan sebagai variabel
kontrol yang diukur melalui logaritma
total asset, mempunyai pengaruh yang
positif dan signifikan terhadap CSV
dalam model regresi ini. Hal ini
menandakan bahwa semakin besar
perusahaan maka semakin besar pula
CSV. Temuan ini mendukung penelitian
Herawaty (2008) yang menyatakan
bahwa semakin besar perusahaan,
semakin besar nilai perusahaan.
Sedangkan
leverage
perusahaan
sebagai
variabel
kontrol
tidak
berpengaruh signifikan terhadap CSV.
5
5.1
Penutup
Simpulan
Penelitian
ini
bertujuan
untuk
memperoleh bukti empiris apakah
Economic
Value
Added
(EVA)
berpengaruh
terhadap
Created
Shareholder Value (CSV). Sampel
penelitian dalam penelitian ini adalah
perusahaan
nonkeuangan
yang
terdaftar di BEI dari tahun 2003-2007.
Hasil penelitian dapat diringkas sebagai
berikut:
Terdapat bukti yang mendukung bahwa
Economic
Value
Added
(EVA)
berpengaruh positif terhadap Created
Shareholder Value (CSV) atau dengan
kata lain semakin tinggi EVA maka
semakin tinggi pula CSV.
Jurnal Akuntansi & Manajemen Vol 5 No.1 Juni 2010 ISSN 1858-3687 hal 21-31
29
Pengaruh Economic Value Added Terhadap Created Shareholder Value
Ukuran perusahaan berpengaruh positif
terhadap CSV. Artinya semakin besar
perusahaan semakin besar CSV.
5.2
Keterbatasan
Sampel
yang
digunakan
adalah
perusahaan nonkeuangan, dan tidak
diklasifikasikan lagi dari perusahaan
nonkeuangan
tersebut
kedalam
perusahaan
manufaktur
dan
nonmanufaktur.
Penelitian
ini
hanya
mengontrol
pengaruh ukuran perusahaan dan
hutang. Pengaruh jenis industri yang
juga
mempengaruhi
CSV
belum
dimasukkan dalam model, sehingga
diharapkan
penelitian
selanjutnya
memasukkan variabel jenis industri dan
variabel-variabel lain yang berpengaruh
terhadap CSV.
5.3
Implikasi
Penelitian
dan
Cahan, S.F., M. Lal, and S.S. Ricemen.
2002. Do Managers Perform
Better Under EVA Bonus
Schemes?.
European
Accounting Review 11 (3), 537572.
Chen, S., and L. Dodd. 2001. Operating
Income, Residual Income and
EVA: Which Metric is More
Value Relevant?. Journal of
Managerial Issues 13 (1), 65-86.
Fernandez, Pablo. 2001. A Defenition of
Shareholder Value Creation.
Working
Paper,
SSRN,
Rochester, New York.
. 2001. EVA and Cash
Value Added Do Not Measure
Shareholder Value Creation.
Working
Paper,
SSRN,
Rochester, New York.
Saran
Bagi
investor,
diharapkan
hasil
penelitian ini memberikan pertimbangan
dalam menentukan perkiraan CSV yang
diciptakan
perusahaan.
Melalui
penelitian ini diharapkan para investor
Indonesia juga dapat mengetahui dan
memakai
cara
penghitungan
shareholder
value
dengan
menggunakan metoda CSV. Metoda
CSV ini sebenarnya memberikan nilai
yang lebih bersih dibandingkan dengan
MVA,
hanya
saja
data
untuk
menggunakan metoda tersebut belum
tersedia secara lengkap dalam semua
laporan keuangan perusahaan. Dan
diharapkan bagi penelitian selanjutnya
dapat memasukkan variabel-variabel
lain yang berpengaruh terhadap CSV.
Daftar Referensi
Booth, Laurence. 1998. What Drives
Shareholder Value?. Working
Paper, SSRN, Toronto, Canada.
Brigham, Eugene F., and Michael C.
Ehrhardt.
2005.
Financial
Management:
Theory
and
30
Practice.
Thomson-South
Western, 11th edition.
Ghozali, I. 2009. Aplikasi Analisis
Multivariate dengan Program
SPSS.
Semarang:
Badan
Penerbit
Universitas
Diponegoro, cetakan IV.
Griffith, J.M. 1999. CEO Ownership and
Firm Value. Managerial and
Decision Economics 20, 1-8.
Gujarati,
D.N.
2003.
Basic
Econometrics.
New
York:
McGraw-Hill
Companies,
International Edition, 4th edition.
Hanafi, Mamduh M. 2004. Manajemen
Keuangan. Yogyakarta: BPFE,
edisi 1.
Hartono, J. 2007. Metodologi Penelitian
Bisnis: Salah Kaprah dan
Pengalaman-Pengalaman.
Yogyakarta: BPFE, edisi 2007.
Irala,
L.R., and R. Reddy. 2006.
Performance
Evaluation,
Economic Value Added and
Jurnal Akuntansi & Manajemen Vol 5 No.1 Juni 2010 ISSN 1858-3687 hal 21-31
Pengaruh Economic Value Added Terhadap Created Shareholder Value
Managerial Behaviour. PES
Business Review 1 (1), 1-7.
Kyriazis, D., and C. Anastassis. 2007.
The Validity of the Economic
Value Added Approach: An
Empirical Application. European
Financial Management 13 (1),
71-100.
Mir, Ali E., and S. Seboui. 2006.
Corporate Governance and
Earnings Management and the
Relationship Between EVA and
Created Shareholder Value.
Journal of Asset Management 7
(3/4), 242-254.
Ramezani, C.A., L. Soenen, and A.
Jung. 2002. Growth, Corporate
Profitability, and Value Creation.
Financial Analysts Journal, 5666.
Stern,
Joel.
2004.
Corporate
Governance,
EVA
and
Shareholder Value. Journal of
Applied Corporate Finance 16
(2/3), 91-99.
Utama,
S. 1997. EVA: Pengukur
Penciptaan Nilai Perusahaan.
Usahawan No.4.
.
2008.
Corporate Governance and the
Relationship Between EVA and
Created Shareholder Value.
Corporate Governance 8 (1),
46-58.
Rachmawati, A., dan H. Triatmoko.
2007. Analisis Faktor-Faktor
yang Mempengaruhi Kualitas
Laba dan Nilai Perusahaan.
Makalah Simposium Nasional
Akuntansi X.
Jurnal Akuntansi & Manajemen Vol 5 No.1 Juni 2010 ISSN 1858-3687 hal 21-31
31
Download