BUDDHA MERAMALKAN KEDATANGAN NABI MUHAMMAD S.A.W. ( / ) ‘Metteya’ apakah itu artinya? Istilah “Maitreya” diketemukan di semua buku tentang Buddhisme dengan sedikit perbedaan pengucapan. Dalam Sinhali dia adalah Maitri, dalam Siami dialah Phrae, Bayampaspa dalam Tibetan Chamra atau Po dalam Mgon, dalam bahasa Pali dia adalah Metteya, dalam Sanskrit Maitreya, dalam Burma Aremideia, dalam bahasa Cina Mei-ta-li-ye atau Mili Pusa atau Tzushih. Nama kedua dalam bahasa Tibet adalah Mahitreja, di Jepang Miroku, di Mongolia kita dapati Maidari. (14) Setelah kita saksikan di pelbagai negeri yang berbeda pengucapannya sedikit berlainan mengikuti logat masing-masing, artinya juga sedikit berubah sebagaimana kita perlihatkan di bawah ini: Maitreya dalam bahasa Sanskerta berarti mencintai dengan penuh kehangatan, dan penyayang, pemurah. (15) “Ini juga nama dari Buddhisatva seorang yang diberkahi yang akan datang yang adalah Buddha ke lima dari dunia ini”. (16) Ini berasal dari Maitai yang berarti persaudaraan, kemauan baik. (“Buddhism”, oleh Monier Williams, halaman 128). “Ini berarti kualitas dari persahabatan, pemurah, kasih yang hangat, persaudaraan antar bangsa, simpati, penuh perhatian kepada yang lain” (“Pali Dictionary”, oleh William Steade). “Dia yang namanya adalah kebaikan” (“The Gospel of Buddha”, oleh Paul Carus, hal. 218). “Kasih-sayang universal atau pemurah” (“Essence of Buddhism”, halaman 101, 105). Nabi Muhammad layak bergelar Maitreya. Menurut ramalan Buddha ini, nama Maitreya perlu dipertimbangkan. Rujukan di atas nampak menunjukkan bahwa kata maitreya berarti penuh kasih-sayang atau sahabat baik. Quran Suci telah menggambarkan Nabi Muhammad seperti itu, dan untuk memperkuat hal ini bisa ditemui dalam kehidupannya: “Dan tiada Kami mengutus engkau kecuali sebagai rahmat bagi sekalian bangsa” (Q.S. 21:107). “Jadi dengan rahmat Allah itulah engkau bertindak lemah-lembut terhadap mereka. Dan sekiranya engkau kasar (dan) kejam, niscaya mereka akan bubar dari sekeliling engkau” (Q.S. 3:158). “Dan ( Muhammad adalah) rahmat bagi orang yang beriman di antara kamu” (Q.S. 9:61). “Sesungguhnya telah datang kepada kamu seorang Utusan dari kalangan kamu sendiri, pedih terasa olehnya kamu jatuh dalam kesengsaraan, sangat cemas terhadap kamu, kepada kaum mukmin ia belas kasih” (Q.S. 9:128). Ini adalah gembaran yang sebenarnya dari hati yang sedih, tidak saja terhadap para pengikutnya sendiri, tidak kepada kabilah atau negerinya, melainkan kepada seluruh kemanusiaan. Dia sedih demi beban yang mesti dipikul oleh semuanya, dan dia solider demi kesejahteraan semuanya. Tetapi ada suatu hubungan khusus yang diberikan kepada para pengikutnya; kepada mereka ini, sebagai tambahan, dia penuh kasih sayang dan rahmat. Inilah sebabnya, mengapa Nabi Muhammad itu terbukti sebagai Maitreya yang dijanjikan, karena rahmat, kebaikan dan kasih-sayangnya yang melimpah. Alasan lain dia sebagai Maitreya yang Dijanjikan. Bagi orang biasa, apa yang dibaca, diulangi atau difikirkan itu adalah perkara yang mengawang dan kabur serta habislah sampai di sini. Bagi seorang siswa pemikir, apa yang diulang-ulang adalah suatu kekuatan besar, suatu daya tenaga yang bisa mengendalikan daya-daya yang lain. Seorang penulis terkenal, yang berbicara tentang pemikiran universal, berkata: Dia berfikir, dan jumlahnya berkembang menjadi bentuk; dia berkehendak, dan dunia menjadi terpecah; dia mencinta, maka lahirlah jiwa. Seperti dalam fikiran Universal, begitu pula fikiran manusia yang luhur; perbedaan itu tidak satu macam, melainkan dalam tingkatan. Ada pepatah Latin “Lex orandi, lex credendi”. Cara terbaik untuk menemukan dasar keimanan dari seseorang yalah menelaah kata-kata yang digunakannya ketika berdoa. Adalah dengan cara yang tepat sama bahwa fikiran nabi itu membidik kata-kata pujian yang sama seperti pancuran, ketika kata pujian Tuhan diulang-ulangi dalam komunikasi dengan Tuhannya. Seorang pencinta sejati akan selalu mengulang-ulangi nama kecintaannya. Tidak ada kitab agama atau kitab suci lain dimana nama Tuhan Yang Maha-pemurah dan Maha-pengasih begitu seringnya disebut kecuali dalam Quran Suci. Kaum Kristiani meng-klaim bahwa Tuhan itu kasih. Tetapi dalam kualitas pengutamaan Tuhan, bahkan gambaran Tuhan semacam ini sulit disebutkan bahkan oleh Yesus sendiri. Nabi Suci Muhammad telah menggambarkan manifestasi rahmat Ilahi ini adalah tujuan penciptaan manusia: “Kecuali orang yang diberi rahmat oleh Tuhan dikau; dan untuk itulah Ia menciptakan mereka”. (Q.S. 11:119). Nabi Suci telah menggambarkan rahmat sebagai batu landasan dari seluruh kepercayaan agama. Dia menyebutkan semua ikatan perkawinan dan hubungan darah sebagai sarana manifestasi rahmat Ilahi.(Q.S. 30:21). Wahyu Ilahi, adanya malaikat, kedatangannya utusan, semuanya adalah perwujudan rahmat-Nya. (Q.S. 55: 1-2, 40:7, 6:148, 7:156). Dia menekankan, bahwa argumen dan penalaran adalah rahmat Tuhan. (Q.S. 16:125). Keadilan, persamaan dan kewargaan adalah berdasarkan rahmat Ilahi, dia mengaku. Di dalam peperangan maupun perang salib, yang merupakan kejahatan terburuk dari setan, dia menetapkan rambu-rambu, sehingga merubah peristiwa itu menjadi rahmat yang lengkap. Asal-usul penciptaan, ikhtiar di bumi dan hidup sesudah mati, dia nisbahkan semuanya itu menjadi rahmat Ilahi. Bahkan pada saat-saat yang penuh duka-cita dalam hidup manusia dia tidak membiarkan manusia melupakan kemurahan dan kasih-sayang Tuhan. Dia mengajarkan agar manusia tidak mengeluh kepada Tuhan bahkan karena kematian dari seorang yang dekat dan tersayang , tetapi harus membacakan doa untuk rahmat dan kasih-sayang-Nya. Inilah sebabnya mengapa Nabi Muhammad adalah perwujudan dari maitreya, utusan yang baik hati, pengasih-penyayang, dan karenanya menggenapi nubuatan dari Buddha. “Berdakwahlah ke jalan Tuhan dikau dengan bijaksana dan nasehat yang baik, dan berbantahlah dengan mereka dengan cara yang amat baik”. (Q.S. 16:125). “Dan jika kamu memberi hukuman, maka berilah mereka hukuman yang sepadan dengan hukuman yang ditimpakan kepada kamu. Tetapi jika kamu bersabar, niscaya ini lebih baik bagi orang yang bersabar” (Q.S. 16:126). “Dan bersabarlah, dan kesabaran dikau tiada lain hanyalah karena (pertolongan) Allah; dan janganlah engkau berduka cita akan mereka, dan jangan pula engkau merasa kuatir akan apa yang mereka rencanakan” (Q.S. 16:127). “Sesungguhnya Allah itu menyertai orang yang bertaqwa dan mereka yang berbuat baik” (QS.16:128) “Ia menganugerahkan hikmah kepada siapa yang Ia kehendaki. Dan barangsiapa diberi hikmah, dia itu sebenarnya diberi banyak kebaikan. Dan tak seorang pun akan ingat, kecuali orang yang mempunyai akal” (Q.S. 2:269). Kitab Maitreya (Muhammad) akan merupakan Kebenaran yang sempurna. Buddha dengan jelas meramalkan: “Kecintaan kepada Kebenaran dalam tingkat tinggi akan diumumkannya, baik dalam semangat maupun dalam tulisannya”. (“Sacred Books of the East”, jilid 4, halaman 74). “Wahyunya akan lebih elok. Mereka yang mendengarkannya tidak akan mengenal bosan dalam menyimaknya, mereka ingin mendengar lebih lagi darinya”. (T.W.Rhys Davids, “Buddhism” halaman 183). “Maitreya akan menerbitkan Pengetahuan Langitnya sendiri atas alam semesta ini…. Sepenuhnya sempurna dan seluruhnya murni” (Chakkavatti Sinhnad Suttanta D.III :76). Quran Suci disebut „kebenaran yang sempurna‟ karena: Dia diturunkan oleh Tuhan, Tuhan yang Sejati. Ini diwahyukan pada saat yang paling dibutuhkan (diturunkan pada saat yang benar). Kepalsuan tidak dapat menemukan jalan ke dalamnya, atau bisa berbuat demikian. Kitab ini kebal terhadap penggantian dan perubahan; (Q.S. 41:42). Semua nabi telah meramalkan kedatangan dari seorang nabi ke seluruh bangsa-bangsa yang akan membuktikan kebenaran dari semua nabi serta kitab suci keagamaan (Q.S. 3:80). Di masa depan tidak ada nubuatan semacam itu yang tetap belum tergenapi (Q.S. 41:42). Kitab ini datang dari Kebenaran Yang-sempurna dan membimbing ke tujuan yang sama.