5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Rumput Rumput

advertisement
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.
Rumput
Rumput merupakan tanaman yang termasuk dalam kelompok tanaman
monokotil. Hal ini dikarenakan rumput memiliki satu buah kotiledon pada bijinya
(Christians, 2001). Menurut Turgeon (2002), rumput termasuk dalam famili
Poaceae, yang biasanya disebut Graminae. Rumput mempunyai bagian atas yang
terdiri atas batang, daun dan organ reproduktif serta bagian bawah yang berupa
akar ( Munandar dan Hardjosuwignyo, 1990 ). Daun rumput ini terbagi menjadi
dua, untuk bagian atas disebut sebagai blade dan untuk bagian bawah disebut
sebagai sheath. Kedua bagian tersebut terhubung oleh sebuah meristem. Dari
jaringan meristem inilah awal dari pertumbuhan dari sehelai rumput. Jaringan
meristem pada tanaman biasa terletak pada pucuk, tetapi untuk rumput jaringan
ini berada dibawah pucuk. Hal ini yang memungkinkan rumput memiliki toleransi
tinggi terhadap pemangkasan dan tekanan. Selain itu, rumput memiliki bagian
yang disebut crown yang merupakan pusat aktivitas dari rumput, apabila bagian
ini mati maka rumput pun ikut mati (Christians, 2001).
Rumput dapat diperbanyak secara generatif yaitu dengan benih dan
vegetatif yaitu dengan stolon, rhizome dan lempengan (Sulistyantara, 1992).
Dalam tipe pertumbuhan, rumput memiliki tiga tipe yaitu Bunch-type, Rhizomatype, dan Stoloniferous (Gambar 2). Bunch-type adalah pertumbuhan yang
dipengaruhi oleh kualitas biji, dimana apabila kualitas bijinya tinggi maka akan
menghasilkan rumput yang seragam. Sebaliknya, jika kualitas biji yang rendah
akan menghasilkan rumput yang tidak seragam. Setelah musim tumbuh, beberapa
anakan akan berkembang menjadi kelompok yang rapat mengelilingi crown. Pada
beberapa rumput, perkembangan tunas mungkin juga muncul secara lateral dan
menembus tanaman induk. Apabila batang lateral tersebut menembus tanaman
induk berlangsung pada permukaan tanah, batang tersebut biasa disebut stolon dan
apabila berada di dalam tanah maka disebut rhizome. Jadi, Rhizoma-type adalah
tipe rumput yang perbanyakannya melalui akar bawah tanah yang biasa disebut
rhizoma. Karena akar memiliki jangkauan yang luas, maka rumput yang
6
dihasilkannya akan seragam. Sedangkan Stoloniferous adalah tipe rumput yang
perbanyakannya melalui akar atas tanah yang disebut stolon. (Christians, 2001).
Gambar 2 Tipe Pertumbuhan Rumput (Christians,2001)
Rumput memiliki fungsi penting dalam lanskap. Rumput mampu menjadi
pembentuk estetika maupun menjadi tanaman konservasi. Rumput mampu
membentuk pola aktivitas ruang terbuka yang diinginkan. Sebagai contoh, rumput
ditanam untuk membentuk sirkulasi, tempat olahraga, tempat bermain, maupun
tempat parkir mobil. Dalam hal fungsinya sebagai konservasi tanah, rumput
mampu menjadi penahan erosi yang mengurangi jumlah serta kecepatan aliran
permukaan tanah (run-off).
Pemilihan jenis rumput dalam suattu perencanaan lanskap adalah salah
satu faktor penting karena berhubungan dengan kesesuaian dan tujuan
perencanaan desain tersebut.
Peruntukan rumput
lanskap
berbeda-beda,
tergantung pada area yang direncanakan. Jenis rumput yang biasa digunakan
untuk lapangan olahraga yaitu Rumput Golf Bermuda, Rumput Gajah, Rumput
Manila, dan Rumput Agrostis (Kumurur, 2002).
7
2.2.
Jenis Rumput
2.2.1. Rumput manila (Zoysia matrella [L.] Merr. )
Rumput Zoysia (Gambar 3) merupakan rumput yang berasal dari Asia
Tenggara, Cina dan Jepang. Rumput ini merupakan rumput yang lambat
pertumbuhannya, merambat, dan tahan terhadap panas. Rumput ini memiliki
tekstur, warna dan kualitas yang mirip dengan Rumput Bermuda. Rumput ini
merupakan
rumput
dengan
kualitas
dan
pemeliharan
tinggi
karena
pertumbuhannnya lambat. Rumput Manila juga sangat rentan terhadap nematoda
yang memiliki tekstur halus dan dapat tumbuh dengan baik di daerah yang hangat.
Mempunyai toleransi yang rendah terhadap suhu dingin dan tumbuh lebih lambat
dibandingkan Rumput Jepang (Munandar dan Hardosuwignyo,1990).
Rumput Manila memiliki stolon dan rhizome yang kuat dan bercabang ke
segala arah. Rumput ini memiliki panjang ruas stolon yang seragam. Biasanya,
ujung daun Rumput Manila selalu menggulung ke dalam. Helaian daun halus dan
berwarna hijau tua ataupun hijau kebiruan. Rumput ini memiliki bunga yang
membentuk sebuah bulir (Christians, 2001).
Gambar 3 Morfologi Rumput Manila (Christians,2001)
Rumput Manila tumbuh baik pada tanah berpasir, tanah liat berpasir, atau
tanah yang banyak mengandung garam. Pertumbuhan rumput ini dipengaruhi oleh
keadaan lingkungannya. Misalnya, di tempat yang lembab dan agak ternaungi,
daunnya lebih halus dan panjang dibandingkan rumput yang tumbuh di tempat
terbuka. Rumput ini sering digunakan untuk penutup tanah lapangan olahraga,
lapangan bermain, maupun tempat parkir (Kumurur, 2002).
8
2.2.2. Rumput Paitan ( Axonopus Compressus [Swartz.] Beauv.)
Menurut Munandar dan Hardosuwignyo (1990), Rumput Paitan (Gambar
4) atau rumput karpet berasal dari India dan Amerika Tengah bagian selatan.
Rumput ini merupakan rumput daerah tropis yang dapat beradaptasi dengan
kekeringan. Rumput Paitan memiliki lebar helai daun berkisar 4 – 8 mm, tidak
berbulu atau berbulu jarang pada pangkal daun. Rumput Paitan dapat membentuk
hamparan yang lebat dengan warna hijau muda. Sistem perakarannya lebat tetapi
dangkal. Rumput Paitan dapat tumbuh pada pH tanah 4,5 – 5,5.
Gambar 4 Morfologi Rumput Paitan (Christians,2001)
Menurut Emmons (2000), Rumput Paitan memiliki daun lebar, berstolon
dan membentuk lapisan rumput yang padat. Rumput paitan merupakan rumput
dengan tingkat pertumbuhan yang lambat dan biasanya ditanam dengan benih.
Rumput ini memiliki toleransi terhadap garam yang rendah dan suhu dingin,
sehingga sangat sesuai untuk area dengan pemeliharaan minimum dan basah serta
drainase yang buruk. Rumput Paitan biasa digunakan di pinggir jalan atau di
daerah yang miring sebagai tanaman pengontrol erosi. Spesies ini juga dapat
tumbuh di area dengan tingkat pemeliharaan rendah dengan sedikit tekanan.
2.3
Lingkungan Tumbuh Rumput
Menurut Rodney (2004), pertumbuhan rumput memiliki banyak kaitan
dengan seluruh elemen pada lingkungan. Lingkungan tumbuh rumput terdiri atas
suhu, kelembaban, cahaya, angin, lokasi, dan bahkan faktor manusia. Kombinasi
9
dari faktor-faktor ini adalah indikator bagaimana rumput dapat bertahan hidup
dalam suatu area.
Suhu adalah faktor lain untuk mengukur pertumbuhan rumput yang baik.
Ada suhu minimum, optimum, dan maksimum untuk setiap spesies rumput. Suhu
minimum adalah suhu paling rendah dimana rumput dapat bertahan hidup ketika
musim dingin atau periode suhu sangat dingin. Suhu optimum adalah suhu dimana
rumput dapat tumbuh dengan subur. Suhu maksimum dimana suhu ketika itu
menjadi terlalu panas bagi rumput untuk tumbuh. Terkadang suhu maksimum
akan mendorong sebagian spesies rumput melakukan dormansi dan sebagian
lainnya akan menimbulkan kematian. Rumput mempunyai kisaran suhu tertentu
untuk pertumbuhan optimum dan suhu optimum untuk perkecambahan biji. Biji
dari setiap spesies rumput biasanya berkecambah dalam satu kisaran suhu tertentu
meskipun dapat tumbuh baik dalam kisaran suhu lebih lebar (Rodney, 2004).
Kelembaban adalah kondisi yang paling penting bagi kelangsungan hidup
rumput. Rumput terdiri dari 90 % air. Fungsi dari air adalah menjaga turgiditas,
menyalurkan nutrisi, membantu proses kimiawi dan membantu rumput dalam
menghadapi fluktuasi suhu yang lebar (Rodney,2004).
Angin biasanya tidak dianggap sebagai faktor lingkungan yang
mempengaruhi secara langsung terhadap pertumbuhan rumput. Tekanan angin
pada hamparan rumput tertentu berhubungan langsung pola cuaca secara
keseluruhan yang terjadi saat itu. Topografi dan lokasi geografis juga
mempengaruhi efek langsung terhadap pertumbuhan rumput. Hembusan angin
juga dapat menyebabkan biji rumput atau hama potensial ke dalam area tertentu.
Polutan dan patogen juga dapat dibawa oleh angin (Rodney,2004).
Semua
tanaman
membutuhkan
cahaya
untuk
melakukan
proses
fotosintesis. Rumput membutuhkan jumlah cahaya tertentu untuk bertahan hidup
namun tidak semua species rumput membutuhkan jumlah cahaya tertentu untuk
bertahan hidup, namun tidak semua spesies rumput membutuhkan cahaya dalam
jumlah banyak dalam mencapai pertumbuhan optimum (Rodney,2004).
Faktor
manusia
adalah efek
yang
dilakukan
manusia
terhadap
perkembangan dan pertumbuhan rumput. Kegiatan yang dilakukan manusia di
atas rumput memberikan efek penghancuran terhadap lingkungan dan rumput
10
tidak terkecuali. Rumput yang sedang tumbuh tidak akan tumbuh dengan baik jika
di atasnya dilakukan lalu lintas baik oleh manusia maupun oleh kendaraan atau
apapun yang akan merusak pertumbuhan bibit. Oleh karena itu, faktor manusia
adalah faktor yang sangat penting untuk dipertimbangkan ketika akan menanam
rumput (Rodney,2004).
2.4.
Kriteria Rumput Lapangan Olahraga
Menurut Munandar dan Hardjosuwignyo (1990), rumput untuk lapangan
olahraga mampu menghadapi berbagai tekanan, yang utama berupa aktivitas lalu
lintas dengan frekuensi tinggi di atas padang rumput. Secara biologi, rumput
untuk lapangan olahraga harus mempunyai kemampuan tumbuh yang baik.
Rumput harus memiliki penutupan yang luas dan kemampuan tumbuh yang baik.
Rumput juga harus memiliki kemampuan jelajah yang tinggi, daya regenerasi
tinggi, serta ketebalan penutupan karena stolon, rhizoma maupun cabang-cabang
lateral cukup tebal sehingga menjamin elastisitas yang baik. Selain itu, rumput
juga harus memiliki daya adaptasi terhadap air dan suhu yang baik. Tiap rumput
memiliki toleransi yang berbeda-beda. Rumput juga harus memiliki daya adaptasi
yang baik terhadap tanah. Rumput Zoysia dan Bermuda adalah rumput yang
beradaptasi dengan baik terhadap kondisi tanah yang kurang menguntungkan
seperti kondisi topsoil yang relatif tipis pada kebanyakan lapangan olahraga.
Standar rumput yang digunakan untuk lapangan bola dalam Football Stadiums
Book menurut FIFA (2010) diantaranya adalah :

lapangan memiliki tinggi rumput yang sama / rata,

harus dalam kondisi yang paling baik,

memiliki rumput yang seragam,

rumput mampu meredam laju bola,

rumput menutupi seluruh lapangan bola,

bertekstur halus lembut,

memiliki perakaran kuat dan saling menjalin,

arah tumbuh ke atas,

rumput yang ada tidak menghambat pergerakan pemain,

menyediakan permukaan yang dapat mengurangi resiko cedera,
11

media tumbuh rumput menggunakan pasir bukan tanah. Media pasir
mampu membuat air cepat terserap.
Rumput harus memiliki fleksibilitas dan resistensi untuk mengakomodasi
aktivitas-aktivitas lari, melompat dan menginjak-injak dalam olahraga. Aktivitas
menginjak-injak dalam derajat ringan akan memperpendek stolon dan ukuran
batang, mengurangi ketebalan dan meningkatkan jumlah anakan atau tunas, stolon
dan helaian daun. Akan tetapi jika berlebihan, aktivitas tersebut akan merobohkan
rumput, mengubah warna pangkal-pangkal daun menjadi lebih putih dan pucat,
menyobek helaian daun, memadatkan tanah dan meluruhkan pelapah-pelapah
daun. Rumput yang baik untuk olahraga hingga batas tertentu mempunyai
fleksibilitas dan toleransi yang baik terhadap kerusakan-kerusakan tersebut
sehingga
padang
rumput
(turf)
tampak
selalu
hijau
(Munandar
dan
Hardjosuwignyo, 1990).
2.5
Kualitas Visual dan Fungsional Rumput
Menurut Emmons (2000), rumput merupakan penutup tanah yang sangat
baik untuk lapangan olahraga dan tempat rekreasi. Rumput dapat membuat
permukaan yang kuat dan tahan injakan. Ketika luka, rumput mempunyai
kemampuan menyembuhkan diri yang baik. Rumput juga dapat menyediakan
permukaan yang baik untuk pijakan atlet dan permukaan yang lembut untuk
menahan atlet ketika jatuh.
Menurut Turgeon (2002), kualitas rumput ditentukan melalui dua hal yaitu
kualitas visual dan kualitas fungsional. Kualitas visual rumput dapat diukur
melalui empat karakter yaitu warna, tekstur, densitas, dan keseragaman (Turgeon,
2002).
a.
Warna merupakan ukuran cahaya yang direfleksikan oleh rumput. Pada
umumnya, semakin hijau rumput semakin menarik untuk dipandang.
Kebanyakan orang lebih menyukai warna hijau yang gelap. Warna hijau
yang buruk biasanya disebabkan oleh faktor kekurangan nitrogen,
kekeringan atau stres suhu, penyakit, hama atau hal lain. Normal saja bagi
beberapa spesies memiliki warna hijau terang. Kurangnya warna hijau
gelap bukan berarti rumput dalam kondisi tidak sehat.
12
b.
Tekstur menandakan ukuran dari daun rumput. Rumput yang memilki
ukuran lebar daun yang lebih kecil dianggap lebih menarik. Pemangkasan
yang sering dan semakin tinggi densitasnya mampu membuat ukuran daun
menjadi lebih kecil. Kehalusan adalah tampilan permukaan rumput yang
berpengaruh pada kualitas visual dan kualitas permainan. Kecepatan dan
durasi perputaran bola akan berkurang apabila rumput tidak halus dan
tidak seragam. Ilustrasi mengenai perbandingan tekstur rumput yang baik
dan buruk dapat dilihat pada Gambar 5.
Gambar 5 Kualitas Tekstur Rumput yang Baik dan Buruk
(Christians,2001)
c.
Indikator yang paling penting adalah densitas. Densitas adalah banyaknya
tunas rumput dalam sebuah area. Densitas juga merupakan ukuran dari
kemampuan rumput dalam beradaptasi dengan lingkungannya. Rumput
dalam sebuah lapangan sepakbola akan menjadi jarang jika pertumbuhan
rumputnya buruk. Ilustrasi mengenai perbandingan kualitas densitas
rumput yang baik dan buruk dapat dilihat pada Gambar 6.
Gambar 6
d.
Kualitas Densitas Rumput yang Baik dan Buruk
(Christians,2001)
Keseragaman merupakan kombinasi dari ketiga karakter yang telah
disebutkan. Rumput yang menarik memiliki penampilan yang seragam dan
13
konsisten. Apabila warna, tekstur, dan densitasnya sama dalam satu
hamparan rumput, hamparan tersebut dapat dikatakan seragam. Gulma,
penyakit,
perbedaan tekstur,
dan warna rumput
dapat
merusak
keseragaman rumput. Ilustrasi mengenai perbandingan keseragaman
rumput yang baik dan buruk dapat dilihat pada Gambar 7.
Gambar 7 Kualitas Keseragaman Rumput yang Baik dan Buruk
(Christians,2001)
Kualitas fungsional dari rumput meliputi rigiditas, elastisitas, kemampuan
menahan beban, yield, verdure, perakaran, dan kemampuan memulihkan diri.
Dan istilah-istilah tersebut memiliki pengertian sebagai berikut :
a. Rigiditas adalah ketahanan daun rumput
terhadap tekanan dan
berhubungan dengan katahanan tanaman rumput. Hal ini dipengaruhi oleh
komposisi kimiawi dari jaringan tanaman, kandungan air, suhu, ukuran
tanaman, dan densitas.
b. Elastisitas adalah kemampuan rumput untuk kembali tegak setelah tekanan
diatasnya berpindah. Elastisitas rumput akan berkurang secara dramatis
apabila rumput membeku.
c. Kemampuan menahan beban adalah kemampuan rumput dalam menyerap
beban tanpa merubah karakteristik permukaannya. Pada beberapa kasus,
ketahanan ini dipengaruhi oleh daun rumput dan akar. Pada lapangan golf,
ketahanan ini dapat menahan bola secara baik sehingga dapat dibidikkan
sesuai target. Pada lapangan sepakbola, ketahanan ini membantu dalam
mengurangi potensi cedera pada pemain.
d. Yield adalah ukuran jumlah sisa potongan rumput yang telah dipangkas.
Hal ini merupakan indikasi pertumbuhan rumput terhadap pemupukan,
irigasi, dan faktor- faktor alami lainnya. Jumlah yield yang berlebihan,
14
mengindikasi penggunaan pupuk yang berlebihan, terutama nitrogen dan
indikasi lainnya seperti perakaran lemah, toleransi terhadap stres, dan
ketahanan terhadap penyakit.
e. Verdure adalah jumlah rumpun rumput yang masih tertanam setelah
pemotongan. Pada beberapa genotip rumput tertentu, peningkatan verdure
berhubungan dengan peningkatan rigiditas dan kemampuan menahan
beban.
f. Perakaran adalah jumlah pertumbuhan akar dalam suatu masa tanam. Hal
ini dapat dilihat dari banyaknya jumlah akar yang berwarna putih dan dari
kedalamannya. Semakin banyak jumlah dan semakin dalam perakarannya,
maka semakin baik kualitas rumputnya.
g. Kemampuan memulihkan diri adalah kemampuan rumput dalam
memulihkan diri setelah terserang hama penyakit, penggunaan diatasnya,
dan sebagainya.
Kemampuan memulihkan diri sangat
bervariasi
bergantung pada genotip rumput dan sangat dipengaruhi oleh kondisi alam
maupun buatan. Faktor-faktor yang mengurangi kemampuan memulihkan
diri adalah kepadatan tanah yang kurang baik, pemupukan yang berlebihan
ataupun kurang, kelembaban, suhu yang kurang baik, penyinaran yang
kurang baik, tanah yang masih menyimpan residu racun dan penyakit.
Kedua aspek diatas harus diperhatikan untuk mencapai kualitas rumput
yang baik, karena apabila kedua aspek tersebut diabaikan, selain dapat
mempengaruhi penampilan dan pertumbuhan rumput, juga dapat mempengaruhi
kualitas permainan.
2.6
Pemeliharaan Rumput Lapangan Olahraga
Menurut Emmons (2000), memelihara kualitas rumput lapangan olahraga
dapat menjadi sulit karena efek yang merusak dari aktifitas olahraga yang
dilakukan diatasnya. Rugby, sepakbola, baseball, lacrosse, dan hoki lapangan
adalah olahraga yang biasanya dilakukan diatas hamparan rumput. Permasalahan
utama pada lapangan olahraga yaitu pemadatan dan kualitas rumput yang buruk.
Permasalahan ini dapat diatasi dengan konstruksi lapangan yang baik dan
pemilihan spesies dan kultivar rumput yang sesuai. Kunci utama dalam membuat
15
lapangan olahraga yang baik adalah dengan menyediakan zona akar yang cukup.
Drainase dan irigasi yang baik sangat diperlukan untuk menjaga rumput agar tetap
padat dan subur.
Lapangan dengan media pasir memerlukan irigasi yang hati-hati karena
zona perakaran sangat mudah kehilangan air. Penyiraman sebaiknya tidak
dilakukan sehari sebelum lapangan digunakan agar lapangan tidak digenangi air.
Penyiraman segera setelah lapangan digunakan sangat disarankan untuk
mempercepat pemulihan rumput. Lapangan yang menggunakan tanah liat akan
mengeras jika tidak disiram secara regular. Coring untuk mengurangi kepadatan
sangat penting. Coring adalah pembuatan lubang pada tanah untuk menjaga agar
tanah menjadi gembur, terjaga porositasnya, terjaga kestabilan oksigen dalam
tanah, dan mengurangi kepadatan tanah (Emmons, 2000).
Rumput dapat mengalami kerusakan yang parah sehingga harus diganti
maupun ditambal. Kegiatan penggantian ini dilakukan dengan sodding. Rumput
harus dipupuk dengan baik untuk menghasilkan hamparan rumput yang padat,
tingkat pemulihan diri yang baik dan sehat. Pemupukan beberapa minggu sebelum
lapangan digunakan sangat diperlukan (Emmons, 2000).
Pengendalian gulma dan hama penyakit yang dapat mengancam kesuburan
rumput harus dikontrol. Gulma adalah permasalahan yang biasa terjadi jika
terdapat titik kebotakan yang tidak segera ditambal. Olahraga yang cukup keras
dapat membuat kerusakan yang cukup sering pada rumput. Penelitian
menunjukkan bahwa lapangan dengan tingkat pemeliharaan yang rendah memiliki
tingkat kerusakan yang lebih tinggi. Lapangan dengan media pasir adalah
lapangan yang paling aman karena lebih mudah dalam memelihara kepadatan
rumput dan merupakan permukaan yang tidak padat (Emmons, 2000).
2.7
Lapangan Sepakbola
Sepakbola merupakan salah satu olahraga yang menggunakan lapangan
sebagai area bermainnya. Lapangan yang digunakan biasanya adalah lapangan
rumput yang berbentuk persegi panjang dengan panjang 105 meter dan lebar 68
meter (FIFA,2010). Dimensi ini merupakan dimensi wajib yang digunakan dalam
Piala Dunia maupun untuk semua pertandingan tingkat profesional, baik dalam
16
maupun luar negeri. Peraturan permainan memang menggunakan rentang panjang
100-110 meter dan lebar 64-75 meter, namun sangat direkomendasikan untuk
lapangan baru menggunakan ukuran 105x68meter (FIFA,2010). Ilustrasi lapangan
dan ukurannya dapat dilihat pada Gambar 8 dan Gambar 9.
Pada area permukaan rumput, dapat diperpanjang bukan hanya pada area
bermain saja, tetapi mencapai area papan iklan yaitu sekitar 5 meter dari batas
lapangan itu sendiri. Bahan yang digunakan bisa menggunakan bahan yang sama
yaitu rumput atau dapat pula menggunakan beton yang mampu memfasilitasi
pergerakan dari ambulans maupun keamanan. Setiap bagian tambahan yang
digunakan sebagai area pemanasan, harus memiliki material permukaan yang
sama dengan area permainan (FIFA,2010).
Gambar 8 Lapangan Sepakbola (FIFA,2010)
Gambar 9 Detail Ukuran Lapangan Sepakbola (FIFA,2010)
17
2.8
Liga Super Indonesia
Liga Super Indonesia (LSI) atau Indonesia Super League (ISL) adalah
kompetisi sepakbola antar klub profesional level tertinggi di Liga Indonesia. LSI
diselenggarakan oleh PT Liga Indonesia (dahulu BLI) yang dimiliki oleh PSSI.
LSI dikuti 18 tim terbaik yang akan saling bertanding satu putaran penuh
kompetisi 34 pertandingan, kandang dan tandang. Musim kompetisi tidak
menentu dan disesuaikan dengan kondisi atau suasana yang terjadi di Indonesia.
Sponsor utama LSI adalah Perusahaan Rokok Djarum, oleh karena itu LSI secara
resmi dikenal sebagai Djarum Indonesia Super League. Ide dari pelaksanaan
sistem liga ini telah dikemukakan sejak tahun 2007 sebagai upaya mewujudkan
profesionalisme dalam persepakbolaan nasional.
Tabel 1 Sembilan Tim Teratas dari Divisi Utama Liga Indonesia 2007
Wilayah Barat:
Wilayah timur:
1. Sriwijaya FC Palembang
1. Persipura Jayapura
2. Persija Jakarta
2. Persiwa Wamena
3. PSMS Medan
3. Deltras Sidoarjo
4. Persik Kediri
4. Arema Malang
5. Persib Bandung
5. PSM Makasar
6. Persela Lamongan
6. Persiter Ternate
7. Persitara Jakarta Utara
7. Persiba Balikpapan
8. Pelita Jaya Purwakarta
8. Persmin Minahasa
9. Persita Tangerang
9. Persijap Jepara
LSI pertama kali diselenggarakan pada tahun 2008. Kompetisi ini
dilaksanakan untuk mengikuti persyaratan FIFA yang menyatakan bahwa liga
teratas dari suatu negara harus diikuti oleh paling sedikit 18 klub dan setiap klub
diharapkan merupakan klub profesional tanpa dibantu dana subsidi Pemerintah
APBD.
Pada awal LSI 2008 diadakan dengan menyeleksi sembilan tim teratas dari
Divisi Utama Liga Indonesia 2007. Tim-tim tersebut dipaparkan dalam Tabel 1.
Tetapi setelah diverifikasi, beberapa klub mengundurkan diri dengan alasan
kekurangan dana. Sebagai penggantinya dipilihlah klub Divisi Utama Liga
18
Indonesia 2007 dengan syarat menempati posisi klasemen tepat dibawah klub
yang digantikan kemudian diverikasi kembali.
Format kompetisi memakai satu wilayah dan tidak ada lagi format dua
wilayah. Pemenang akan ditentukan dari jumlah poin paling banyak selama 34
pertandingan. Juara akan mewakili Indonesia di Liga Champions AFC. Runner-up
akan mewakili Indonesia di Piala AFC dan Liga Champions AFC dengan play-off.
Tiga tim penghuni terbawah klasemen akan langsung terdegradasi. Sementara
satu tim (peringkat ke-15) akan melakukan play-off melawan peringkat ke-4
Divisi Utama.
Download