Karakteristik pertumbuhan bakteri asam laktat

advertisement
TINJAUAN PUSTAKA
Yogurt dan Kultur Starter Yogurt
Yogurt berdasarkan SNI 01-2981-1992 adalah produk yang diperoleh dari
susu yang telah dipasteurisasi dan difermentasi dengan bakteri tertentu sehingga
diperoleh keasaman, bau dan rasa khas, dengan atau tanpa penambahan bahan lain
yang diizinkan (BSN, 1992).
Yogurt adalah susu asam yang dihasilkan dari
fermentasi susu oleh campuran bakteri asam laktat termofilik yaitu Lactobacillus
delbrueckii ssp. bulgaricus dan Streptococcus salivarius ssp. thermophilus. Kedua
bakteri ini bersama-sama membentuk rasa asam, kekentalan, memperbanyak asam
laktat dan intensitas flavor (Rahman et al., 1992).
Bakteri asam laktat sering
digunakan untuk menghasilkan produk akhir dengan karakteristik tertentu. Yogurt
adalah salah satu pangan yang mengandung probiotik, dengan syarat produk akhir
yogurt harus mengandung bakteri asam laktat ≥ 108 organisme/g (Adolfsson et al.,
2004).
Kultur starter merupakan bagian yang penting dalam pembuatan yogurt.
Aspek yang harus diperhatikan untuk suatu mikroorganisme digunakan sebagai
kultur yaitu bebas dari kontaminasi, pertumbuhan yang cepat, menghasilkan flavor
yang khas, tekstur dan bentuk yang bagus, tahan terhadap bakteriofage dan juga
tahan terhadap antibiotik. Kultur starter yogurt terdiri atas bakteri asam laktat yang
berperan dalam pengasaman dan fermentasi susu. Lactobacillus delbrueckii ssp.
bulgaricus dan Streptococcus salivarius ssp. thermophilus merupakan bakteri asam
laktat homofermentatif yang terutama memproduksi asam laktat. Perbandingan yang
baik antara bakteri ini untuk memproduksi yogurt adalah 1:1 (Rahman et al., 1992).
Lactobacillus delbrueckii ssp. bulgaricus dan Streptococcus salivarius ssp.
thermophilus biasa digunakan dalam produk fermentasi. Kedua bakteri asam laktat
ini populasinya dalam saluran pencernaan manusia dan hewan masih sangat rendah
jika dibandingkan dengan bakteri probiotik lainnya (Campo et al., 2005).
Lactobacillus delbrueckii ssp. bulgaricus (L. bulgaricus). L. bulgaricus adalah
bakteri Gram positif, berbentuk batang panjang dengan ukuran 0,5-0,8 x 2-9 µm,
tidak berspora, katalase negatif, bersifat termodurik, tidak tumbuh pada 10oC,
tumbuh optimal pada 50-55oC dan pH 5,2-5,8 (Rahman et al., 1992; Tamime dan
3
Robinson, 2008). Kultur starter L. bulgaricus sering digunakan dalam kombinasi
dengan starter bakteri lain untuk memproduksi yogurt.
L. bulgaricus bersifat
homofermentatif, memecah gula laktosa terutama menjadi asam laktat yang termasuk
asam laktat D(-). L. bulgaricus akan menyediakan peptida dan asam amino yang
menstimulir pertumbuhan S. thermophilus, mengingat bakteri ini kemampuan
proteolitiknya lebih rendah bila dibandingkan dengan L. bulgaricus (Walstra et al.,
2006; Rahman et al., 1992).
Streptococcus salivarius ssp. thermophilus (S. thermophilus). S. thermophilus
dibedakan dari Genus Streptococcus lainnya berdasarkan pertumbuhannya pada suhu
45oC, tidak tumbuh pada 10oC, berbentuk kokus dengan diameter <1µm, dengan
bentuk berpasangan atau membentuk rantai pendek dan panjang, termasuk kelompok
Gram positif, tidak berspora dan dengan pH optimal untuk pertumbuhannya adalah
6,5. S. thermophilus tidak mati dengan pemanasan suhu rendah karena bersifat
termofilik.
S. thermophilus tidak membutuhkan oksigen, meskipun tidak mati
dengan adanya oksigen dan bersifat homofermentatif (Tamime dan Robinson, 2008;
Walstra et al., 2006).
S. thermophilus menghasilkan asam folat yang dibutuhkan oleh L. bulgaricus,
yang sebagai imbalannya menghasilkan asam amino dan peptida yang dibutuhkan
oleh S. thermophilus. S. thermophilus dan L. bulgaricus pada yogurt akan saling
mendukung dalam menghasilkan asam laktat dan aroma. S. thermophilus menghasilkan asam laktat, asam piruvat, asam format serta asam folat yang menstimulir
pertumbuhan L. bulgaricus (Surono, 2004; Silva et al., 2005).
Bakteri Probiotik
Bakteri probiotik merupakan mikroorganisme hidup yang dapat dimanfaatkan
untuk meningkatkan keseimbangan populasi mikroba di dalam usus. Manfaat probiotik biasa dikaitkan dengan produk susu, yang secara nyata memberikan efek
positif untuk kesehatan manusia, terutama dalam saluran pencernaan (Nowroozi et
al., 2004).
Kelompok Lactobacilli seperti L. bulgaricus, L. acidophilus dan
kelompok Bifidobacterium seperti B. bifidum dan B. longum merupakan strain yang
biasa digunakan sebagai sumber probiotik dalam pengolahan susu fermentasi.
4
Naidu dan Clemens (2000) menambahkan bahwa suatu bakteri dapat
dikatakan sebagai bakteri probiotik apabila memenuhi beberapa kriteria, yaitu 1)
bersifat nonpatogenik dan mewakili mikrobiota normal usus dari inang tertentu serta
masih aktif pada kondisi asam lambung dan konsentrasi garam empedu yang tinggi
dalam usus halus, 2) mampu tumbuh dan melakukan metabolisme dengan cepat dan
terdapat dalam jumlah yang banyak dalam usus, 3) dapat mengkolonisasi beberapa
bagian dari saluran usus untuk sementara, 4) dapat memproduksi asam-asam organik
secara efisien dan memiliki sifat antimikroba terhadap bakteri merugikan serta 5)
mudah diproduksi, mampu tumbuh dalam sistem produksi skala besar dan hidup
selama kondisi penyimpanan. Usus kecil dan usus besar adalah tempat yang paling
banyak ditemukan bakteri probiotik, di mana mungkin probiotik juga menemukan
lingkungan yang lebih menguntungkan.
Bifidobacterium longum.
Beberapa jenis dari genus Bifidobacterium dianggap
probiotik dan digunakan sebagai bahan aktif dalam bahan dasar produk-produk susu
fungsional. Mikroorganisme dari genus Bifidobacterium dapat mengkolonisasi usus
dan merupakan komponen penting dari mikrobiota usus manusia, yang terdapat
dalam konsentrasi 109-1010 sel per gram tinja. Bakteri ini harus mampu mengatasi
hambatan biologis yang mencakup asam di lambung dan empedu dalam usus untuk
mencapai kolonisasi ini (Madiedo et al., 2005).
Genus Bifidobacterium yang banyak digunakan sebagai probiotik adalah B.
longum, B. animalis, B. adolescentes, B. infantis, B. thermophilum dan B. bifidum.
Bakteri B. longum memiliki bentuk batang, anaerob strict, Gram positif, tidak
berspora, pertumbuhan optimal pada suhu 36-37oC dan menghasilkan asam laktat
dan asam asetat (Naidu dan Clemens, 2000).
Lactobacillus acidophilus. Tamime dan Robinson (2008) mengemukakan bahwa L.
acidophilus merupakan bakteri berbentuk batang, termasuk famili Lactobacillaceae
dan genus Lactobacillus.
Bakteri ini tergolong bakteri Gram positif dan tidak
membentuk spora. L. acidophilus merupakan Lactobacili yang bersifat obligat
homofermentatif dan non motil.
Suhu optimum pertumbuhan L. acidophilus adalah 35-45oC, tidak tumbuh
pada suhu kurang dari 15oC. Nilai pH optimum untuk pertumbuhannya adalah 5,55
6,0 serta memproduksi asam laktat sebesar 0,3%–1,9%. L. acidophilus mempunyai
kemampuan koagregasi yang sangat baik setelah diinkubasi selama 25 jam.
Koagregasi berperanan penting dalam usaha mencari bakteri probiotik yang baik
karena dapat mencegah infeksi bakteri patogen (Natalia dan Priadi, 2006).
Waktu transit makanan melalui perut manusia adalah sekitar 90 menit.
Menurut Chou dan Weimer (1999), beberapa strain L. acidophilus pada pH 3,5 hanya
dapat bertahan dalam jangka waktu yang pendek, hal ini dapat dilihat dari
pertumbuhannya yang sedikit setelah diinkubasi selama 90 menit. L. acidophilus
menunjukkan kemampuannya untuk tumbuh dengan pesat dalam media MRSB pada
pH 3,5 yang mengandung 0,2% garam empedu. Isolat Lactobacillus spp. yang
diisolasi dari berbagai pangan fermentasi asal Indonesia, dinilai dapat bertahan hidup
dan resisten terhadap pH rendah (Hardiningsih et al., 2005).
Bakteri Asam Laktat
Mikroba yang paling banyak digunakan dalam fermentasi susu adalah bakteri
asam laktat.
Menurut Surono (2004), bakteri asam laktat adalah bakteri Gram
positif, bersifat katalase negatif, tidak mempunyai cytochrome, yang berbentuk
batang atau kokus, tidak membentuk spora dan ada yang berbentuk rantai tunggal.
Secara umum, bakteri asam laktat mempunyai toleransi terhadap konsentrasi asam
tinggi. Bakteri asam laktat memerlukan nutrisi yang sangat kompleks, karena itu
umumnya memerlukan habitat yang kaya akan nutrisi seperti susu dan daging.
Bakteri asam laktat yang bersifat sebagai probiotik pada pencernaan manusia,
merupakan mikroflora normal usus, terdiri atas Bifidobacteria dan L. acidophilus.
Genera Bifidobacteria dan Lactobacillus merupakan konsumsi probiotik yang utama
bagi manusia yang kebanyakan dikonsumsi dalam bentuk makanan berbasis susu.
Peningkatan jumlah bakteri asam laktat di usus dapat menekan pertumbuhan
bakteri patogen, mengurangi infeksi dan efek antikarsinogenik. Bakteri asam laktat
dengan demikian, mempunyai kemampuan untuk bertahan hidup dalam saluran
pencernaan. Ketahanan bakteri asam laktat dalam saluran pencernaan bervariasi
dengan pH lambung. Kemampuan bakteri asam laktat bersaing dengan patogen
untuk melakukan adesi ke dinding usus sangat mungkin dipengaruhi oleh membran
fluiditas (Adolfsson et al., 2004).
Diantara genus Lactobacillus, L. acidophilus
6
mempunyai ketahanan hidup yang lebih tinggi terhadap asam lambung daripada
kultur bakteri lain, misalnya L. bulgaricus dan S. thermophilus. Meydani dan Ha
(2000) menyatakan, bahwa dari empat spesies Bifidobacterium (B. infantis, B.
bifidum, B. adolescentis dan B. longum), B. longum adalah yang paling tahan
terhadap asam lambung.
Toleransi Isolat Bakteri Asam Laktat terhadap Asam
Ketahanan terhadap kondisi asam merupakan syarat penting bakteri asam
laktat untuk dapat dikelompokkan sebagai bakteri probiotik. Jika isolat bakteri asam
laktat masuk ke dalam saluran pencernaan, maka harus mampu bertahan dalam
lambung yang mempunyai pH sekitar 2,5 (Jacobsen et al., 1999), bahkan bila
lambung dalam keadaan kosong akan mempunyai pH sekitar 1,5–2.
Menurut
Mitsuoka (1990), nilai pH lambung dalam keadaan normal berkisar 3,2-3,5.
Chou dan Weimer (1999) menyatakan, bahwa waktu yang diperlukan mulai
dari bakteri masuk sampai keluar lambung adalah sekitar 90 menit. Jadi bakteri
asam laktat yang diseleksi untuk digunakan sebagai probiotik harus mampu bertahan
dalam keadaan asam lambung selama sedikitnya 90 menit. Toleransi yang tinggi
dari bakteri asam laktat terhadap asam disebabkan oleh kemampuannya untuk
mempertahankan pH sitoplasma dalam kondisi lebih basa daripada pH ekstraseluler.
Menurut Siegumfeldt et al. (2000), pada bakteri asam laktat terjadi perubahan secara
dinamis dari pH intraseluler seiring dengan terjadinya penurunan pH ekstraseluler,
sehingga tidak terjadi gradien proton yang besar.
Tiap galur bakteri memiliki
ketahanan yang berbeda terhadap asam atau pH rendah, sebagai contohnya
Lactobacillus dan Bifidobacteria adalah lebih toleran terhadap pH rendah
dibandingkan Lactococci dan Streptococci (Farida, 2006; Zinedine dan Faid, 2007).
Toleransi Isolat Bakteri Asam Laktat terhadap Garam Empedu
Toleransi isolat bakteri asam laktat terhadap garam empedu merupakan syarat
penting untuk disebut sebagai probiotik. Bakteri asam laktat yang dapat bertahan
dan tumbuh pada saluran pencernaan harus mampu melewati bagian atas saluran
usus yang berisi cairan empedu yang disekresikan ke dalam usus. Asam empedu
disintesa dalam hati dari kolesterol, menghasilkan senyawa yang disebut asam
empedu primer. Asam empedu utama ini berkonjugasi dengan gliserin atau taurin
7
dan disekresikan ke dalam kantung empedu sebagai asam empedu terkonjugasi.
Asam empedu di dalam kantung empedu dilepaskan ke dalam lumen duodenum
dalam bentuk misel dengan asam lemak dan gliserol yang dihasilkan oleh pencernaan
lipase pankreatik.
Mekanisme saat asam empedu diserap dalam usus kecil dan
kolon, lalu disintesa kembali dan disekresikan lagi dikenal sebagai sirkulasi hati
(Corzo dan Gilliland, 1999).
Menurut Madiedo et al. (2005), garam empedu yang disintesis dalam hati dari
kolesterol dan disekresikan sebagai konjugat asam amino ke dalam duodenum, yang
merupakan tempat memfasilitasi penyerapan lemak. Senyawa empedu bersifat racun
untuk sel-sel mikroba, sehingga mikrobiota gastrointestinal asli harus telah
mengembangkan strategi untuk mempertahankan diri terhadap aksi beracun dari
empedu.
Seperti halnya ketahanan terhadap asam, menurut Jacobsen et al. (1990),
semua mikroba yang berhasil hidup setelah ditumbuhkan dalam MRSA yang
ditambah 0,3% oxgall, dinyatakan bersifat tahan terhadap garam empedu.
Konsentrasi garam empedu sebesar 0,3% merupakan konsentrasi yang kritikal, serta
merupakan nilai yang cukup tinggi untuk melakukan seleksi terhadap isolat yang
resisten terhadap garam empedu. Ray (2004) dan Drouault et al. (1999) melaporkan,
bahwa jumlah bakteri asam laktat yang terdapat pada jejunum lebih rendah dibanding
ileum, sekum dan kolon. Hal ini disebabkan konsentrasi garam empedu pada bagian
jejunum paling tinggi daripada ileum, karena lokasinya paling dekat bila garam
empedu masuk ke dalam saluran usus.
Antibiotik
Antibiotik adalah salah satu jenis senyawa antibakteri, baik alami maupun
sintetik, yang mempunyai efek menekan atau menghentikan suatu proses biokimia di
dalam organisme, khususnya dalam proses infeksi oleh bakteri. Setiap antibiotik
sangat beragam efektivitasnya dalam melawan berbagai jenis bakteri. Ada antibiotik yang mempunyai sasaran hanya bakteri Gram negatif atau Gram positif, namun
ada pula yang spektrumnya lebih luas. Antibiotika dapat digolongkan berdasarkan
sasaran kerja senyawa tersebut dan susunan kimiawinya. Pelczar dan Chan (2008)
8
mengemukakan antibiotik adalah produk metabolik yang dihasilkan suatu organisme
tertentu, yang dalam jumlah kecil dapat merusak atau menghambat organisme lain.
Kloramfenikol.
Kloramfenikol adalah antibiotik yang mempunyai aktivitas
bakteriostatik dan pada dosis tinggi bersifat bakterisidal. Aktivitas antibakterinya
bekerja dengan cara menghambat sintesa protein dengan jalan mengikat ribosom
subunit, yang merupakan langkah penting dalam pembentukan ikatan peptida
(Pelczar dan Chan, 2008). Kloramfenikol adalah suatu antibiotik berspektrum luas
dengan cara kerja bakteriostatik (Schunack et al., 1990). Aktivitas kloramfenikol
sangat nyata terhadap Salmonella (tergolong tifus dan paratipus) dan mempunyai
difusi ringan yang baik. Kloramfenikol efektif terhadap bakteri aerob Gram positif,
termasuk Streptococcus pneumonia dan beberapa bakteri aerob Gram negatif,
termasuk Haemophilus influenzae, Neisseria meningitides, Salmonella, Proteus
mirabilis, Pseudomonas mallei, Ps. cepacia, Vibrio cholera, Francisella tularensis,
Yersinia pestis, Brucella dan Shigella.
Amoksisilin. Amoksisilin adalah antibiotik termasuk ke dalam golongan penisilin,
dengan aktivitas membunuh bakteri secara langsung, tetapi dengan cara mencegah
bakteri membentuk semacam lapisan yang melekat di sekujur tubuhnya. Lapisan ini
mempunyai fungsi yang sangat vital bagi bakteri, yaitu untuk melindungi bakteri dari
perubahan lingkungan dan menjaga agar tubuh bakteri tidak tercerai-berai.
Amoksisilin sangat efektif untuk beberapa bakteri seperti H. influenza, N. gonorrhea,
E.coli, Pneumococci, Streptococci dan beberapa strain dari Staphylococci (Schunack
et al., 1990). Pada penelitian didapatkan bahwa amoksisilin dapat menghambat
pertumbuhan mikroorganisme Gram positif dan Gram negatif.
Karena itu,
amoksisilin biasa digunakan dalam pengobatan infeksi yang diduga disebabkan
karena bakteri (Kline, 2009).
Antimikroba
Zat antimikroba adalah senyawa biologis atau kimia yang dapat menghambat
pertumbuhan dan aktivitas mikroba. Menurut Fardiaz (1989), zat antimikroba dapat
bersifat bakterisidal (membunuh bakteri), bakteristatik (menghambat pertumbuhan
9
bakteri), fungisidal (membunuh kapang), fungistatik (menghambat pertumbuhan
kapang) dan germisidal (menghambat germinasi spora bakteri).
Sifat antimikroba dapat digunakan untuk menghambat pertumbuhan atau
membunuh mikroba lain. Mekanisme merusak dinding sel dengan menghambat
proses pembentukannya atau menyebabkan lisis pada dinding sel yang sudah
terbentuk dan perubahan permeabilitas membran sitoplasma akan menyebabkan
terhambatnya pertumbuhan atau matinya sel. Pada konsentrasi rendah, sebaiknya
aktivitas mikroba harus dapat mematikan berbagai macam mikroba (Pelczar dan
Chan, 2008).
Komponen antimikroba dari bakteri asam laktat antara lain adalah asam
organik, hidrogen peroksida, karbondioksida, diasetil, reuterin dan bakteriosin. Asam
organik yang dihasilkan oleh bakteri asam laktat menghasilkan akumulasi asam pada
produk akhir yang menyebabkan pH menjadi turun, yang berakibat pada
penghambatan yang luas terhadap bakteri baik Gram positif maupun Gram negatif.
Nilai pH yang rendah, konstanta disosiasi dan konsentrasi asam menentukan aktivitas
penghambatan dari asam yang dihasilkan. Asam-asam lipofilik seperti asam laktat
dan asetat dalam bentuk tidak terdisosiasi dapat menembus sel mikroba dan pada pH
intraseluler yang lebih tinggi, berdisosiasi menghasilkan ion-ion hidrogen dan
mengganggu fungsi metabolik essensial seperti translokasi substrat dan fosforilasi
oksidatif, dengan demikian mereduksi pH intraseluler (Naidu dan Clemens, 2000).
Hidrogen peroksida yang diproduksi oleh bakteri asam laktat dapat merusak
susunan membran lipida mikroba, sehingga meningkatkan permeabilitas membran,
kemudian akan merusak susunan asam nukleat dan protein sel. Bakteri asam laktat
mampu memproduksi hidrogen peroksida melalui transport aktif dengan bantuan
enzim flavin (Naidu dan Clemens, 2000). Senyawa antimikroba lain yang dihasilkan
bakteri asam laktat adalah bakteriosin. Bakteriosin merupakan produk metabolit
sekunder dari bakteri asam laktat. Bakteriosin mempunyai cara kerja yang sama
seperti antibiotik, yaitu mampu menghambat pertumbuhan beberapa bakteri tertentu.
Bakteriosin dalam melakukan aktivitas antimikrobanya akan menyerang sitoplasma.
10
Bakteri Patogen
Bakteri patogen adalah bakteri yang menimbulkan kerugian pada manusia.
Cara penularan penyakit pada manusia, yaitu (1) intoksikasi, makanan mengandung
toksin yang dihasilkan bakteri yang tumbuh pada makanan tersebut dan (2) infeksi,
masuknya bakteri ke dalam tubuh melalui makanan yang terkontaminasi.
Tiga
bakteri patogen yang sering ditemukan dalam pangan dan ada secara alami dalam
tubuh manusia adalah E. coli, S. Typhimurium dan S. aureus (Todar, 2008).
Escherichia coli.
Bakteri ini tumbuh pada kondisi aerobik ataupun anaerobik,
berbentuk batang, berukuran lebar 1,1-1,5 µm dan panjang 2,0-6,0 µm. Bakteri ini
terdapat dalam bentuk berpasangan atau tunggal, bersifat motil dengan flagella
peritrikal atau non motil. Tumbuh optimum pada pH 7-7,5 dengan pH mínimum 4
dan pH maksimum 8,5. Suhu pertumbuhan adalah 37oC dengan kisaran pertumbuhannya adalah pada suhu 10-40oC (Fardiaz, 1989). E. coli ditemukan di dalam
saluran usus hewan dan manusia, sehingga sering ditemukan dalam feses.
Menurut Todar (2008), terdapat lima kelas (virotipes) E. coli yang
menyebabkan diare, yaitu E. enterotoxigenic coli (ETEC), E. enteroinvasive coli
(EIEC), E. enterohemorrhagic coli (EHEC), E. enteropathogenic coli (EPEC) dan E.
enteroaggregative coli (EAEC). ETEC menyebabkan diare pada bayi dan beberapa
masyarakat di negara-negara berkembang dengan sanitasi lingkungan yang buruk.
Penyakit ini timbul akibat mengkonsumsi makanan dan air yang terkontaminasi,
sayuran mentah, bahkan dari beberapa jenis keju lunak. EPEC menyebabkan diare,
terutama pada anak-anak di negara berkembang. Penyakit ini disebabkan oleh air,
daging dan produk daging yang terkontaminasi. EHEC menyebabkan diare berdarah
atau kolitis hemorragik. Penyakit ini disebabkan oleh air atau makanan
terkontaminasi, misalnya daging sapi, susu mentah, jus apel yang tidak dipasteurisasi
dan sayuran mentah.
Staphylococcus aureus. Walstra et al. (2006) menyatakan bahwa S. aureus adalah
bakteri Gram positif berbentuk cocci, katalase positif, ukuran diameter 0,5-1,5 µm
dan berbentuk seperti anggur. Suhu optimum pertumbuhan S. aureus adalah 37oC
dengan kisaran 6-48oC. S. aureus mempunyai pH optimum pertumbuhan 7,0-7,5
dengan kisaran 4,2-9,3 dan masih dapat tumbuh pada pH rendah ketika terdapat asam
11
organik pada medium pertumbuhannya. Bakteri ini mempunyai waktu generasi 2730 menit S. aureus dapat memproduksi senyawa beracun enterotoksin dan
menyebabkan gastroenteritis.
Pertumbuhan S. aureus dapat dihambat dengan
menurunkan suhu, menurunkan pH dan karena adanya komponen antagonistik dari
BAL. Pemanasan juga dapat membunuh S. aureus.
Salmonella enteridis serotipe Typhimurium (S. Typhimurium).
Salmonella
termasuk Gram negatif dan bersifat anaerobik fakultatif. S. Typhimurium berbentuk
batang lurus, berukuran 0,7-1,5 x 2-5 µm, tidak membentuk spora, oksidase negatif,
katalase positif dan memecah nitrat. Bakteri ini tumbuh pada pH netral 6,6–8,2.
Nilai pH media yang lebih besar dari 9,0 atau lebih kecil dari 4,0 akan
mengakibatkan kematian bakteri ini. Suhu optimum untuk pertumbuhan adalah
37oC, suhu maksimum 45,6oC. S. Typhimurium menyebabkan gejala gastrointestinal
(gangguan perut), menyebabkan tifus dan gangguan pada usus (Walstra et al., 2006).
12
Download