36 Hariyono, Pentingnya Pendidikan Karakter Bagi Siswa SMK... PENTINGNYA PENDIDIKAN KARAKTER BAGI SISWA SMK SEBAGAI UPAYA PENINGKATAN MUTU PENDIDIKAN Oleh: Hariyono SMK Veteran 1 Kabupaten Tulungagung Abstrak. Rendahnya kualitas lulusan SMK berakibat produktifitas tenaga kerja terampil di dunia usaha/industri Indonesia semakin terpuruk. Hal ini berdampak pada semakin berkurangnya kepercayaan dunia industri dalam menerima tenaga kerja dari SMK. Sebagai lembaga pendidikan SMK mendidik calon tenaga kerja harus memprioritaskan pengembangan sistem pendidikan yang berorientasi pada peningkatan tamatan yang memiliki karakter sesuai yang dengan kebutuhan dunia usaha/industri. Pendidikan karakter merupakan upaya yang dirancang dan dilaksanakan secara sistematis untuk membantu peserta didik memahami nilai-nilai perilaku manusia yang berhubungan dengan Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama manusia, lingkungan, dan kebangsaan yang terwujud dalam pikiran, sikap, perasaan, perkataan, dan perbuatan berdasarkan norma-norma agama, hukum, tata krama, budaya, dan adat istiadat yang melibatkan aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik. Pendidikan karakter bertujuan untuk mempersiapkan peserta didik untuk siap bekerja sesuai dengan karakter yang dibutuhkan oleh dunia usaha/industri. Kata Kunci: pendidikan karakter, mutu pendidikan, SMK Indonesia membutuhkan sumberdaya manusia dalam jumlah dan mutu yang memadai sebagai pendukung dalam pembangunan bangsa. Untuk memenuhi kebutuhan sumber daya manusia yang memadai tersebut, pendidikan memiliki peran yang sangat penting. Hal ini sesuai dengan UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 3, yang menyebutkan bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk karakter serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Pendidikan nasional bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Kerjasama yang dijalin antara Indonesia dan negara-negara di kawasan ASEAN yaitu MEA membawa dampak persaingan terbuka bagi penduduknya. Dalam kerjasama MEA, salah satunya adalah melalui arus bebas tenaga kerja terampil, akan dipastikan membuka kesempatan kerja seluasluasnya bagi warga negara ASEAN. Masyarakat dapat keluar dan masuk dari satu negara ke negara lain untuk mendapatkan sebuah pekerjaan tanpa hambatan di negara yang dituju. Diperlukan persiapan yang matang untuk meningkatkan kualitas dan mutu sumber daya manusia yang ada, khususnya di Indonesia. Salah satu upaya yang dilakukan oleh pemerintah adalah dengan mempersiapkan lulusan SMK yang disiapkan untuk mampu bersaing di dunia kerja yang nyata, tidak hanya pandai dalam bidang teori maupun keterampilan saja tetapi juga menunjukkan perilaku yang baik sesuai dengan pengembangan nilai-nilai pendidikan karakter yang merupakan inti dari tujuan Pendidikan Nasional. JUPEDASMEN, Volume 2, Nomor 1, April 2016 Upaya untuk meningkatkan kesesuaian dan mutu pendidikan karakter, Kementerian Pendidikan Nasional mengembangkan grand design pendidikan karakter untuk setiap jalur, jenjang dan jenis satuan pendidikan. Grand design pendidikan karakter menjadi rujukan konseptual dan operasional pengembangan, pelaksanaan, dan penilaian pada setiap jalur dan jenjang pendidikan. Selama ini, pendidikan informal terutama dalam lingkungan keluarga belum memberikan kontribusi berarti dalam mendukung pencapaian kompetensi dan karakter peserta didik. Peserta didik mengikuti pendidikan di sekolah hanya sekitar 7 jam per hari atau kurang 30%. Selebihnya (70%) aktivitas peserta didik berada dalam lingkungan keluarga dan lingkungan sekitarnya. Jika dilihat dari kuantitas waktu, pendidikan di sekolah hanya berkontribusi sebesar 30% terhadap hasil pendidikan peserta didik. Untuk mencetak SDM berkualitas dan berkarakter, maka harus ada sinergitas antara keluarga, sekolah dan masyarakat, karena karakter berawal dari sebuah kebiasaan. Sekolah sebagai lembaga pendidikan adalah salah satu tempat yang strategis dalam pembentukan karakter, selain pendidikan di keluarga dan masyarakat. Melalui sekolah proses penanaman nilai-nilai karakter siswa akan diaplikasikan baik melalui kegiatan belajar mengajar, budaya sekolah dan kegiatan pengembangan diri. Menurut Lickona tujuan pendidikan yang benar adalah membentuk peserta didik yang cerdas secara intelektual dan berkarakter “intellegence plus character, that is true education” (Lickona, 2004). Banyak negara yang dalam menghadapi krisis menempatkan pembangunan karakter sebagai fokus untuk menemukan solusi. Revitalisasi bangsa Jerman oleh kekalahan perang dengan Perancis 37 dilakukan dengan pendidikan karakter dan spiritualitas. Bangsa Amerika pada akhir abad keduapuluh yang sarat dengan aneka masalah mengintroduksi kembali pendidikan karakter (Suyata, 2011:4). Sejak ditetapkannya “Pendidikan Karakter” pertama kali oleh Kementerian Pendidikan Nasional pada Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas) pada tanggal 2 Mei 2011, merupakan upaya perwujudan amanat Pancasila dan pembukaan UUD 1945 yang dilatarbelakangi oleh realita permasalahan kebangsaan yang berkembang saat ini, seperti: disorientasi dan belum dihayatinya nilai-nilai Pancasila; bergesernya nilai etika dalam kehidupan berbangsa dan bernegara; memudarnya kesadaran terhadap nilai-nilai kebudayaan bangsa; ancaman disintegrasi bangsa; dan melemahnya kemandirian bangsa. Untuk mendukung perwujudan cita-cita pembangunan karakter di atas, maka pendidikan karakter ditempatkan sebagai landasan untuk mewujudkan visi pembangunan nasional, yaitu “mewujudkan masyarakat berakhlak mulia, bermoral, beretika, berbudaya dan beradab berdasarkan filsafah Pancasila. PEMBAHASAN Tuntutan Perkembangan Pendidikan Kejuruan Pokok-pokok sistem pendidikan Indonesia adalah sekolah dasar 6 tahun yang dilanjutkan dengan 3 tahun pendidikan lanjutan pertama yang sekarang dikenal dengan istilah pendidikan dasar 9 tahun yang dicanangkan sebagai wajib belajar pendidikan dasar 9 tahun sejak bulan Mei 1994. Pada tingkat lanjutan atas pendidikan dibagi menjadi dua yakni pendidikan umum yang dilaksanakan melalui Sekolah Menengah Umum (SMU) atau Sekolah Menengah Atas (SMA), dan sekolah kejuruan yang secara 38 Hariyono, Pentingnya Pendidikan Karakter Bagi Siswa SMK... umum disebut Sekolah Menengah Kejuruan (SMK). SMK dituntut untuk mengimplementasikan dan mengembangkan pendidikan karakter di satuan pendidikannya. Tujuan pengembangan pendidikan kejuruan dan vokasi secara holistik semestinya tidak tereduksi hanya pada proses pembentukan keterampilan teknis semata untuk pemenuhan kebutuhan ekonomi. Pendidikan kejuruan (vokasi) adalah pendidikan yang menuju pada proses inkulturisasi dan akulturasi yaitu proses memperadabkan suatu generasi baru masa depan yang berlangsung di sekolah, keluarga, industri, dunia usaha, dan masyarakat (Sudira, 2012:1), sehingga implementasi pendidikan karakter di SMK dapat mengupayakan terciptanya keselarasan antara karakter yang dikembangkan di sekolah dengan pembiasaan di rumah dan masyarakat. Agar pendidikan karakter dapat dilaksanakan secara optimal, pendidikan karakter bisa dilaksanakan melalui integrasi dengan mata pelajaran yang ada, mata pelajaran dalam muatan lokal (mulok) serta kegiatan pengembangan diri, namun realita di lapangan untuk mengimplementasikan pendidikan karakter di masing-masing sekolah mengalami kesulitan, karena tidak adanya standar yang jelas sehingga pendidikan karakter masih belum menemukan bentuknya, dan masih dalam batas trial and eror, namun disisi lain tidak adanya draf standar yang jelas tentang pendidikan karakter, memberikan ruang untuk mengembangkan pendidikan karakter di masing-masing satuan pendidikannya. Tuntutan perkembangan teknologi berdampak pula pada perkembangan pendidikan kejuruan. Pergeseran paradigma yang semakin global dalam segala aspek kehidupan harus diantisipasi sebagai upaya untuk meningkatkan kemampuan bersaing yang memerlukan serangkaian kekuatan daya saing yang tangguh, antara lain kemampuan manajemen, teknologi dan sumber daya manusia. SMK sebagai pendidikan kejuruan yang menyiapkan peserta didik atau sumber daya manusia yang memiliki kemampuan kerja sebagai tenaga kerja menengah sesuai dengan tuntutan dunia usaha dan dunia industri. Upaya untuk mempertahankan SMK dalam menjawab tuntutan kebutuhan masyarakat, SMK harus mampu menjalankan peran dan fungsinya dengan baik. Dalam menjalankan peran dan fungsinya, SMK perlu memperhatikan prinsip-prinsip pendidikan kejuruan yang dikemukakan Prosser (Djojonegoro, 1998), diantaranya: (1) pendidikan kejuruan akan efisien jika lingkungan dimana siswa dilatih merupakan replika lingkungan dimana nanti ia akan bekerja; (2) pendidikan kejuruan yang efektif hanya dapat diberikan dimana tugas-tugas latihan dilakukan dengan cara, alat dan mesin yang sama seperti yang ditetapkan di tempat kerja; (3) pendidikan kejuruan akan efektif jika ia melatih seseorang dalam kebiasaan berpikir dan bekerja seperti yang diperlukan dalam pekerjaan itu sendiri; (4) pendidikan kejuruan akan efektif jika dia dapat memampukan setiap individu memodali minat, pengetahuan dan keterampilannya pada tingkat yang paling tinggi. Oleh karena itu dibutuhkan pembaruan pendidikan dan pelatihan kejuruan di SMK untuk masa depan. Djojonegoro (1988) mengemukakan bahwa secara teoritik pendidikan kejuruan sangat penting karena lebih dari 80% tenaga kerja di lapangan kerja adalah tenaga kerja tingkat menengah ke bawah dan sisanya kurang dari 20% bekerja pada lapisan atas. Oleh karena itu, pengembangan pendidikan kejuruan jelas merupakan hal penting. SMK JUPEDASMEN, Volume 2, Nomor 1, April 2016 sebagai salah satu lembaga penyelenggara pendidikan dan pelatihan kejuruan harus mampu memberikan layanan pendidikan terbaik kepada peserta didik walaupun kondisi fasilitasnya sangat beragam. Layanan pendidikan harus diberikan secara optimal baik dalam kegiatan pembelajaran di sekolah maupun di dalam memberikan pengalaman bekerja pada pembelajaran di luar sekolah (pembelajaran di dunia kerja). Konsep Pendidikan Karakter Secara etimologis, kata karakter berasal dari bahasa Yunani Charrassein yang berarti membuat tajam, membuat dalam. Sedang dalam kamus karakter berasal dari kata character yang berarti watak, karakter atau sifat (Echols dan Shadily, 1996:5). Samani & Hariyanto (2012:43) memaknai karakter sebagai nilai-nilai dasar yang membangun pribadi seseorang, terbentuk baik karena pengaruh hereditas maupun pengaruh lingkungan, yang membedakannya dengan orang lain, serta diwujudkan dalam sikap dan perilakunya dalam kehidupan sehari-hari. Dari beberapa definisi tersebut diatas, dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa, pendidikan karakter menanamkan kebiasaan (habituation) tentang hal mana yang baik sehingga peserta didik menjadi faham (kognitif) tentang mana yang benar dan yang salah, mampu merasakan (afektif) nilai yang baik dan biasa melakukannya (psikomotor). Pendidikan karakter pada intinya bertujuan membentuk bangsa yang tangguh, kompetitif, berakhlak mulia, bermoral, bertoleran, bergotong royong, berjiwa patriotik, berkembang dinamis, berorientasi ilmu pengetahuan dan teknologi yang semuanya dijiwai oleh iman dan takwa kepada Tuhan yang Maha Esa berdasarkan Pancasila (Balitbang Kemendiknas, 2011:2). 39 Kementerian Pendidikan Nasional mengidentifikasi ada 18 nilai yang bersumber dari Agama, Pancasila, budaya, yang sesuai dengan tujuan pendidikan nasional yaitu: (1) religius, (2) jujur, (3) toleransi, (4) disiplin, (5) kerja keras, (6) kreatif, (7) mandiri, (8) demokratis, (9) rasa ingin tahu, (10) semangat kebangsaan, (11) cinta tanah air, (12) menghargai prestasi, (13) bersahabat/komunikatif, (14) cinta damai, (15) gemar membaca, (16) peduli lingkungan, (17) peduli sosial, dan (18) tanggungjawab. SMK mempunyai ciri khas tentang pendidikan karakter yaitu: pendidikan karakter kerja, sebagai pendidikan yang mempersiapkan lulusannya memiliki daya hati (heart set) kerja, baik sebagai pekerja (pegawai), bekerja sendiri (sebagai pengusaha kecil), maupun sebagai orang yang memperkerjakan orang lain. Definisi ini jelas menuntut dilakukannya restrukturalisasi, rekulturasi dan refigurisasi pembelajaran pada institusiinstitusi pendidikan yang khususnya memang dirancang untuk menyiapkan lulusannya memasuki lapangan kerja, yaitu Sekolah Menengah Kejuruan (SMK). Pendidikan Karakter di SMK Pendidikan kejuruan bertujuan untuk menghasilkan manusia yang produktif, yakni manusia kerja, bukan manusia beban bagi keluarga, masyarakat dan bangsanya. Slamet (2011) membagi pekerjaan dikategorikan menurut sektor primer (pertanian, kehutanan, kelautan, perikanan, peternakan, pertambangan, dan sebagainya), sektor sekunder (perusahaan mobil, perusahaan sepatu, perusahaan makanan dan sebagainya), sektor tersier atau jasa langsung misalnya transportasi, bank, perhotelan, dan sebagainya, dan sektor kuarter atau jasa tidak langsung misalnya penasihat, konsultan, dan sebagainya. 40 Hariyono, Pentingnya Pendidikan Karakter Bagi Siswa SMK... Pekerjaan dapat juga diklasifikasikan menjadi sektor publik (pemerintahan) dan sektor swasta (perusahaan), sektor profit dan non profit, sektor riil dan keuangan, dan sektor formal dan informal. Tiap pekerjaan tersebut menuntut karakter kerja yang berbeda-beda meski secara umum ada yang berlaku sama untuk semua jenis pekerjaan. Karakter kerja adalah nilai-nilai dasar kerja yang merupakan saripati kualitas rohaniah kerja seseorang yang dimensidimensinya meliputi intrapersonal dan interpersonal kerja. Kualitas intrapersonal adalah kualitas batiniah (kualitas rohaniah) manusia yang bersumber dari lubuk hati manusia yang dimensi-dimensinya meliputi antara lain, etika kerja, rasa keingintahuan tinggi, disiplin diri, kejujuran, tanggung jawab, respek diri, kerja keras, integritas, ketekunan, motivasi kerja, inisiatif, keberanian moral, kerajinan, pengendalian diri, pembelajar cepat, kemauan mempelajari hal-hal baru, tahu cara belajar, keluwesan, kerendahan hati, dapat dipercaya, dan berjiwa kewirausahaan. Pendidikan karakter dalam pelaksanaannya disesuaikan dengan kebutuhan dan kebutuhan sekolah maupun institusi yang menggunakannya. Dari lingkungan kerja yang nyata membutuhkan bahwa seseorang yang bekerja tersebut harus mempunyai karakterisitik tanggung jawab terhadap pekerjaan yang diberikan kepadanya, menjunjung kejujuran di atas segala-galanya, disiplin terhadap waktu yang ada, mempunyai rasa ingin tahu yang tinggi akan sesuatu hal yang baru sehingga mampu menemukan penemuan yang baru, bersifat komunikatif dengan orang-orang yang ada di tempat kerja. Sebagai contoh dalam pelaksanaan pendidikan karakter pada praktik kerja industri menunjukkan nilai-nilai karak- ter yang ada pada siswa dalam pelaksanaannya, yaitu (1) Tanggung jawab. Nilai karakter yang pertama yaitu nilai tanggung jawab. Menurut Kemendiknas (2011) tanggung jawab ialah sikap dan perilaku seseorang untuk melaksanakan tugas dan kewajiban yang seharusnya dilakukan. Penanaman niai karakter berupa tanggung jawab yang harus dimiliki siswa dilakukan dengan cara memberikan tugas kepada siswa untuk melaksanakan pekerjaan sesuatu. Tanggung jawab ini sangat penting sebagai bekal awal yang ditanamkan kepada siswa tentang tanggung jawab terhadap segala sesuatu yang ada pada dirinya baik hari ini, hari besok dan hari-hari kedepannya. (2) Disiplin. Nilai karakter disiplin menurut Kemendiknas (2011) adalah tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh pada berbagai ketentuan dan peraturan. Kedisiplinan yang nampak pada siswa yang melaksanakan praktik kerja industri terlihat dari siswa yang mengikuti aturan untuk datang dan pulang sesuai dengan ketentuan perusahaan dan juga tidak pernah melakukan bolos maupun terlambat. Kedisiplinan yang ada akan menjadikan siswa mempunyai rasa disiplin yang tinggi dalam hal apapun. (3) Kerja Keras. Sahlan (2012:39-40) memberikan penjabaran tentang perilaku yang menunjukkan upaya sungguh-sungguh dalam mengatasi berbagai hambatan belajar dan tugas, serta menyelesaikan tugas dengan sebaik-baiknya. Nilai karakter kerja keras sebagai salah satu nilai karakter yang ada dalam etos kerja perusahaan. Apabila siswa mampu melakukan pekerjaanya dengan menunjukkan kerja keras dan semangat yang tinggi akan pekerjannya, maka lulusan yang diharapkan akan sesuai dengan kebutuhan yang dibutuhkan oleh perusahaan pada saat ini. Mengingat begitu banyaknya pengangguran yang ada di JUPEDASMEN, Volume 2, Nomor 1, April 2016 Indonesia karena manusia Indonesia yang kebanyakan tidak mempunya semangat kerja keras. Sesuai dengan Kesuma (2012:8) yang mengemukakan bahwa kenyataannya banyak pemuda yang merupakan penduduk Indonesia yang masih produktif lebih memilih bekerja ringan meskipun tidak halal dan sebenarnya dia mampu untuk berusaha lebih baik lagi. PENUTUP Kesimpulan Dari seluruh kajian yang berkaitan dengan pentingnya pendidikan karakter bagi siswa SMK sebagai upaya peningkatan mutu pendidikan SMK dapat disimpulkan bahwa pendidikan kerujuan dikembangkan berdasar pada tuntutan dunia usaha dan dunia industri yang berkembang di masyarakat. Sebagai realisasi dalam pemenuhan tuntutan tersebut, diperlukan karakter yang sesuai dengan yang diterapkan di dunia kerja. Sehingga terjadi kesesuaian antara yang diajarkan di sekolah dengan yang dibutuhkan di dunia kerja sesungguhnya. Integrasi pendidikan karakter dalam proses pendidikan di SMK merupakan langkah strategis yang perlu segera dilakukan untuk menghasilkan lulusan yang dibutuhkan oleh dunia kerja. Langkah ini sekaligus sebagai upaya meningkatkan relevansi kom- DAFTAR RUJUKAN Djojonegoro, W. 1998. Pengembangan Sumber Daya Manusia: Melalui Sekolah Menengah Kejuruan. Jakarta: PT. Jayakarta Agung Offset. Echols, J.M & Shadily, H. 1996. Kamus Inggris Indonesia. Jakarta: PT Gramedia. Kemdiknas. 2011. Pedoman Pelaksanaan Pendidikan Karakter (Berdasarkan 41 petensi lulusan dengan kebutuhan dunia kerja. Pengintegrasian pendidikan karakter dalam kurikulum, proses pembelajaran dan iklim budaya di sekolah diharapkan mampu menghasilkan lulusan yang memiliki kemampuan utuh berupa hardskills yang terintegrasi dengan pendidikan karakter yang sesuai. Kualitas lulusan SMK merupakan penentu keberhasilan pendidikan dan pelatihan di SMK, dimana siswa harus mencerminkan individu yang berakhlak mulia, sehat, cakap, kreatif, mandiri, dan bertanggung jawab. Lulusan SMK diharapkan mampu mengembangkan seluruh potensi yang dimiliki, sehingga memiliki kemampuan bekerja sesuai dengan keahlian yang dipelajari dan tuntutan dari dunia kerja. Lulusan SMK harus mampu bersaing secara kompetitif, sehingga dapat memasuki dunia kerja baik pada dunia usaha maupun industri pada tingkat nasional, bahkan tidak menutup kemungkinan pada tingkat internasional. Saran Mengingat pentingnya pendidikan karakter dalam proses pendidikan di SMK, maka perlu dikembangkan pola-pola implementasi pendidikan karakter dalam proses pendidikan di SMK. Setiap lembaga pendidikan SMK hendaknya mampu mengembangkan “model pendidikan karakter” yang sesuai dengan karakteristik sekolah. Pengalaman di Satuan Pendidikan Rintisan). Jakarta: Balitbang Puskur. Kesuma, D. 2012. Pendidikan Karakter. Bandung: Remaja Rosda Karya. Lickona, T. 2004. Character Matters: How To Help Our Children Develop Good Judgment, Integrity, and Other Essential Virtues. New York: Toughstone. 42 Hariyono, Pentingnya Pendidikan Karakter Bagi Siswa SMK... Samani, M. & Hariyanto. 2012. Konsep dan Model Pendidikan Karakter. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Slamet, P.H. 2011. Implementasi Pendidikan Kerja dalam Pendidikan Kejuruan dalam Pendidikan Karakter: dalam Perspektif Teori dan Praktik. Zuchdi, D (Ed.). Yogyakarta: UNY Press. Sudira, P. 2011. Pendidikan Kejuruan dan Vokasi Berbasis Tri Hita Karana. Dalam (Prosiding Kongres Pendidikan, Pengajaran dan Kebudayaan). Yogyakarta: Pusat Studi Pancasila Universitas Gajah Mada. Suyata. 2011. Pendidikan Karakter: Dimensi Filosofis dalam Pendidikan Karakter: dalam perspektif teori dan praktik: Zuchdi, D. (Ed). Yogyakarta: UNY Press Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta: Citra Umbara.