Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014) PENGARUH MODEL INTERACTIVE CONCEPTUAL INTRUCTION (ICI) TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA Dwi Ari Nitra Putri1, Made Sulastri 2, I Gst. Ngr. Japa3 1,2,3 Jurusan PGSD, FIP Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja, Indonesia e–mail: [email protected], [email protected], [email protected] Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: 1) perbedaan yang signifikan hasil belajar matematika antara siswa yang mengikuti pembelajaran dengan Model ICI dan siswa yang mengikuti pembelajaran menggunakan model pembelajaran konvensional pada siswa kelas V semester ganjil SD No. 2 Anturan Kecamatan Buleleng Kabupaten Buleleng tahun pelajaran 2013/2014. Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimen semu. Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa kelas V di SD Desa Anturan Kecamatan Buleleng tahun pelajaran 2013/2014 yang berjumlah 118 orang. Sampel penelitian ini yaitu siswa kelas V SD No 2 Anturan yang berjumlah 41 orang dan siswa kelas V SD No 1 Anturan yang berjumlah 39 orang. Data hasil belajar Matematika siswa dikumpulkan dengan instrumen tes berbentuk uraian. Data yang dikumpulkan dianalisis menggunakan analisis statistik deskriptif dan statistik inferensial (uji–t). Berdasarkan hasil analisis data, diperoleh thit = 16,31 dan ttab (pada taraf signifikansi 5%) = 1,980. Hal ini berarti bahwa thit > ttab, sehingga dapat diinterpretasikan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar antara siswa yang mengikuti pembelajaran dengan model (ICI) dan siswa yang mengikuti pembelajaran dengan model konvensional. Dari rata–rata ( X) X kelompok eksperimen adalah 33,27 dan X kelompok kontrol adalah 20,39. Hal ini berarti bahwa X eksperimen > X kontrol, sehingga dapat hitung, diketahui disimpulkan bahwa penerapan model ICI berpengaruh positif terhadap hasil belajar matematika siswa kelas V di SD No 2 Anturan Kecamatan Buleleng. Kata kunci: model Interactive Conceptual Intruction (ICI), Hasil Belajar Matematika. Abstract This study aimed at finding: 1) significant difference of mathematic learning outcome between students’ taught by Interactive Conceptual Intruction (ICI) model and students’ taught conventionally conducted to the fifth grade students’ of SD No. 2 Anturan in odd semester of academic year 2013/2014. This study is a quasi experiment and the population are all fifth grade students of SD Desa Anturan Kecamatan Buleleng with amount of 118 students. Sample of this study are 41 students of SD No 2 Anturan and 39 students of SD No 1 Anturan. The data of students’ mathematic learning outcome were gathered by using essay test instrument. The data gathered were analyzed by descriptive and inferential statistic (t-test) analysis. Based on the result of data analysis, thit is 16,31 and ttab (with frequency level 5%) is 1,980. It means that thit > ttab, it can be interpreted that there is a significant difference between students’ who taught by using ICI model and conventional teaching. From the result of arithmetic mean ( X ), it found that eksperiment group is 33,27 and X of X of control group is 20,39. It means that Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014) X eksperiment > X control. To sum up, the implementation of ICI model has positive influence toward mathematic learning outcome of fifth grade students at SD No 2 Anturan Kecamatan Buleleng. Key Terms: Interactive Conceptual Intruction (ICI) model, Mathematic learning outcome. PENDAHULUAN Pendidikan saat ini memiliki posisi yang sangat strategis dalam menciptakan sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas. Sumber daya manusia yang berkualitas, akan dapat mengantisipasi perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK). Kualitas sumber daya manusia dapat di tingkatkan, salah satunya melalui pendidikan sistem formal maupun informal. Peningkatan sumber daya manusia yang diwujudkan melalui pendidikan tidaklah mudah, banyak hambatan yang dialami khususnya dalam kegiatan belajar mengajar di sekolah. Hambatan yang dialami tersebut berdampak pada hasil belajar siswa yang belum memenuhi tuntutan kurikulum, terutama pada pelajaran matematika. Padahal matematika banyak manfaatnya dalam kehidupan sehari-hari. Matematika tumbuh dan berkembang seiring tuntutan zaman yang mendorong manusia untuk lebih kreatif dalam mengembangkan atau menerapkan sebagai ilmu dasar. Salah satu pengembangan penting yang dimaksud adalah masalah pengembangan pembelajaran matematika. Hal ini sangat dibutuhkan mengingat keterkaitan proses belajar matematika pada diri siswa yang nantinya ikut andil dalam pengembangan matematika lebih lanjut ataupun dalam mengaplikasikan matematika dalam kehidupan sehari-hari. Pembelajaran matematika menurut pandangan konstruktivis bertujuan membantu siswa dalam membangun konsep-konsep atau prinsip-prinsip matematika dengan kemampuan sendiri melalui proses interaksi sehingga konsep atau prinsip tersebut terbangun kembali dan terjadi transformasi informasi yang diperoleh menjadi konsep atau prinsip baru (Herman Hudojo, 1998:27). Menurut pandangan tersebut dalam belajar siswa mengkonstruksi sendiri pengetahuan dan pemahaman mereka. Guru tidak dapat secara pasif mengirimkan atau mentransformasi ide atau materi ke pelajaran karena hal tersebut akan membuat matematika menjadi tidak bermakna. Setiap siswa memiliki ide-ide yang kaya dan unik. Ide-ide ini merupakan alat yang dapat digunakan untuk mengkonstruksi konsep dan prosedur baru saat siswa bergulat dengan ide-ide, membahas penyelesaian, menguji dugaan sendiri maupun dugaan dari orang lain, sehingga dalam pembelajaran guru harus menyediakan ruang yang memungkinkan siswa untuk menggunakan ide-ide mereka dalam mengkonstruksi konsep. Pembelajaran matematika di SD, hingga dewasa ini masih dipandang memberikan tingkat kesulitan yang tinggi. Namun, tidak dipungkiri minat siswa terhadap matematika tidak terlalu besar. Banyak siswa beranggapan bahwa matematika merupakan mata pelajaran yang sulit, membosankan, dan memerlukan konsentrasi berpikir yang kuat untuk menyelesaikan persoalan matematika. Akibatnya, siswa tidak bisa belajar matematika secara optimal. Disisi lain, matematika merupakan mata pelajaran yang berstruktur. Pelajaran matematika yang bersifat abstrak sangat sulit dipahami secara benar oleh siswa. Berdasarkan permasalahan tersebut proses pembelajaran yang dilakukan belum optimal. Optimalnya proses pembelajaran dapat dicapai dengan menyesuaikan model pembelajaran dengan materi pelajaran yang diberikan. Salah satu akibat yang timbul dari belum optimalnya proses pembelajaran adalah rendahnya hasil belajar siswa. Sudjana (1989:22) menyatakan bahwa “hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya”. Berdasarkan data yang diperoleh dari guru mata pelajaran matematika Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014) mengenai rata-rata nilai ulangan akhir semester (UAS), diketahui bahwa nilai ratarata UAS di beberapa sekolah masih tergolong rendah karena berada di bawah kriteria ketuntasan minimal (KKM). Adapun rata-rata nilai UAS mata pelajaran Tabel 1. Nilai Rata-Rata UAS matematika siswa Buleleng. Nama SD SD No 1 Anturan SD No 2 Anturan SD No 3 Anturan Jumlah Siswa 39 41 38 Rata-rata nilai UTS di atas, memperlihatkan bahwa hasil belajar matematika siswa kelas V masih belum maksimal. Kurang maksimalnya hasil belajar siswa tersebut akibat dari pemilihan model pembelajaran yang tidak sesuai dengan siswa. Selain itu juga guru dalam proses pembelajaran masih menggunakan metode ceramah sehingga siswa semakin tidak mengerti dengan pembelajaran matematika. Guru selalu menggunakan model pembelajaran konvensional yakni guru lebih mendominasi pembelajaran, sehingga pembelajaran masih bersifat teacher centered. Untuk meningkatkan hasil belajar siswa tersebut, maka perlu dilakukan upaya untuk menggunakan model pembelajaran yang tepat. Dan juga guru seharusnya dapat mengaitkan pengalaman siswa dengan materi pelajaran yang akan dipelajari di kelas. Oleh karena itu, diperlukan model pembelajaran konstruktivistik yang dapat mempengaruhi hasil belajar serta menyajikan permasalahan matematika yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari siswa. Salah satu alternative model pembelajaran yang dapat mempengaruhi hasil belajar adalah Model ICI. Model ICI merupakan pendekatan pembelajaran yang memiliki ciri-ciri utama, yaitu berfokus pada penanaman konsep, sistem kolaborasi dalam kelompok kecil dan mengutamakan interaksi kelas. Pendekatan ini merupakan gabungan berbagai pendekatan baru yang telah dikembangkan dan terbukti berhasil meningkatkan hasil belajar matematika dibandingkan dengan matematika siswa kelas V SD di Desa Anturan Kecamatan Buleleng, dapat dilihat pada Tabel 1. kelas V SD di Desa Anturan Kecamatan Nilai Rata-Rata 59,51 58,34 64,05 pendekatan konvensional. Sehingga diharapkan kegiatan belajar akan dirasakan lebih menyenangkan untuk siswa serta menambah motivasi siswa dalam belajar. Mengingat masalah tersebut sangat penting, maka dilakukan penelitian dengan tujuan untuk mengetahui: 1) perbedaan yang signifikan hasil belajar matematika antara siswa yang dibelajarkan menggunakan model ICI dan siswa yang dibelajarkan menggunakan pembelajaran konvensional kelas V di Desa Anturan Kecamatan Buleleng. METODE Jenis penelitian yang dilakukan adalah eksperimen semu (quasi experimen). Tempat pelaksanaan penelitian ini adalah SD di Desa Anturan Kecamatan Buleleng, Kabupaten Buleleng pada rentang waktu semester I (ganjil) tahun pelajaran 2013/2014. Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa kelas V semester 1 di Desa Anturan. Jumlah SD keseluruhannya sebanyak 3 SD dengan jumlah seluruh siswa adalah 118 siswa. Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik random sampling. Teknik ini dilakukan dengan mencampur subjeksubjek di dalam populasi sehingga semua subjek dianggap sama dan mendapat kesempatan yang sama untuk dipilih menjadi anggota sampel (Agung, 2010). Sampel yang dirandom dalam penelitian ini adalah kelas, karena dalam eksperimen tidak memungkinkan untuk merubah kelas yang ada. Kelas yang dirandom merupakan kelas dalam jenjang yang sama. Kelas- Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014) kelas tersebut adalah kelas V dari masingmasing sekolah dasar di Desa Anturan Kecamatan Buleleng Kabupaten Buleleng. Sebelum melakukan pengundian dilakukan uji kesetaraan untuk mengetahui apakah kemampuan siswa kelas V masingmasing SD setara atau tidak. Uji kesetaraan pada penelitian ini dilakukan dengan menganalisis nilai ulangan akhir semester (UAS) mata pelajaran matematika siswa kelas V pada semester ganjil tahun pelajaran 2012/2013 di SD Desa Anturan Kecamatan Buleleng. Uji kesetaraan dilakukan dengan menggunakan uji-t kesetaraan dengan rumus separated varian. Berdasarkan hasil analisis dengan uji-t kesetaraan pada taraf signifikansi 5% diperoleh nilai thitung sebesar 0,74 sedangkan nilai ttab pada dbt = 78 yaitu diperoleh sebesar 2,00. Dengan demikian, maka terlihat ≤ sehingga Ho diterima. Dari pernyataan tersebut maka dapat ditarik kesimpulan bahwa Ho yang menyatakan tidak ada perbedaan nilai ulangan umum Matematika kelas IV di SD No. 1 Anturan dan SD No. 2 Anturan adalah diterima. Jadi tidak terdapat perbedaan nilai ulangan umum Matematika kelas IV di SD No. 1 Anturan dan SD No. 2 Anturan. Dari tiga sekolah dasar yang ada di Desa Anturan Kecamatan Buleleng, dilakukan pengundian untuk diambil dua kelas yang dijadikan sampel penelitian. “Sampel adalah sebagian dari populasi yang diambil, yang dianggap mewakili seluruh populasi dan diambil dengan menggunakan teknik tertentu” (Agung, 2010:47). Berdasarkan hasil random sampling, diperoleh siswa kelas V SD No 2 Anturan yang berjumlah 41 orang dan siswa kelas V SD No 1 Anturan yang berjumlah 39 orang sebagai sampel penelitian. Berdasarkan hasil pengundian untuk menentukan kelas eksperimen dan kontrol, diperoleh siswa kelas V SD No 2 Anturan sebagai kelas eksperimen dan siswa kelas V SD No 1 Anturan sebagai kelas kontrol. Kelas eksperimen diberikan perlakuan model ICI dan kelas kontrol diberikan pembelajaran konvensional. Penelitian ini merupakan penelitian quasi experimental yang meneliti hubungan sebab akibat dengan memanipulasi satu atau lebih variabel pada satu atau lebih kelompok eksperimental. Hasil yang diperoleh kemudian dibandingkan dengan kelompok kontrol (tidak dimanipulasi). Pada penelitian ini, tidak semua variabel dan kondisi eksperimen dapat diatur dan dikontrol secara ketat, dengan kata lain tidak mungkin memanipulasi semua variabel yang relevan, sehingga penelitian ini dikategorikan penelitian eksperimen semu atau quasi experiment. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memaparkan perbedaan model ICI dan model pembelajaran konvensional terhadap hasil belajar Matematika. Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Post-test Only Control Group Design. Desain ini dipilih karena eksperimen tidak memungkinkan mengubah kelas desain yang ada. Walaupun tidak dilakukan tes awal, desain penelitian ini dianggap terhindar dari variabel bebas karena kemampuan awal siswa di masing-masing kelompok telah diuji kesetaraannya dan dari hasil pengujian tersebut diketahui bahwa kemampuan awal kelompok sampel setara. Instrumen yang digunakan untuk memperoleh data tentang hasil belajar matematika dalam penelitian ini berupa tes essay yang terdiri dari 10 butir soal yang diberikan setelah diberikan perlakuan pembelajaran (post-test). Sebanyak 15 butir soal tersebut diberikan kepada siswa kelas VI dengan tujuan validasi butir tes. Hasil validasi tes sebanyak 10 butir diberikan kepada siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol sebagai post–test. Berdasarkan hasil penghitungan reliabilitas tes hasil belajar matematika dengan banyak butir tes (k) 15 adalah 0,75 dengan derajat reliabilitas tes tergolong tinggi. Dari uji validitas yang telah dilakukan terdapat 10 butir soal yang valid, kemudian dilakukan penghitungan reliabilitas dengan harga reliabilitas tes hasil belajar matematika adalah sebesar 0,80 dengan kriteria reliabilitas tes tergolong sangat tinggi. Banyak butir tes yang digunakan untuk post–test adalah 10, dengan reliabilitas tes hasil belajar matematika Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014) adalah sebesar 0,75 dengan kriteria reliabilitas tes tergolong tinggi. Setiap butir item akan diberikan skor 4 untuk siswa yang menjawab benar, dan disertai pemecahan masalah yang tepat, skor 3 untuk siswa yang menjawab salah, dan disertai pemecahan masalah yang tepat, skor 2 untuk siswa yang menjawab benar, dan disertai pemecahan masalah tidak tepat, skor 1 untuk siswa yang menjawab benar, tanpa disertai pemecahan masalah, dan skor 0 untuk siswa yang tidak menjawab. Skor setiap jawaban kemudian dijumlahkan dan jumlah tersebut merupakan skor variabel hasil belajar matematika. Rentang skor ideal yang mungkin diperoleh siswa adalah 0–40. Skor 0 merupakan skor minimal ideal dan skor 40 merupakan skor maksimal ideal tes hasil belajar matematika. Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu analisis statistik deskriptif, dan statistik inferensial (uji-t), yang artinya bahwa data dianalisis dengan menghitung nilai rata-rata, modus, median, standar deviasi, varian, skor maksimum, dan skor minimum. Dalam penelitian ini data disajikan dalam bentuk kurva poligon. Teknik yang digunakan untuk menganalisis data guna menguji hipotesis penelitian adalah uji-t (polled varians). Sebelum melakukan uji hipotesis, ada beberapa persyaratan yang harus dipenuhi dan perlu dibuktikan. Persyaratan yang dimaksud yaitu: (1) data yang dianalisis harus berdistribusi normal, (2) mengetahui data yang dianalisis bersifat homogen atau tidak. Kedua prasyarat tersebut harus dibuktikan terlebih dahulu, maka untuk memenuhi hal tersebut dilakukanlah uji prasyarat analisis dengan melakukan uji normalitas dan uji homogenitas. HASIL DAN PEMBAHASAN Data hasil belajar matematika yang diperoleh melalui post–test terhadap 41 orang siswa menunjukkan bahwa skor tertinggi adalah 39 dan skor terendah adalah 24. Sedangkan data hasil belajar matematika yang diperoleh melalui post– test terhadap 39 orang siswa menunjukkan bahwa skor tertinggi adalah 30 dan skor terendah adalah 13 Adapun hasil analisis data statistik deskriptif disajikan pada tabel 2 berikut. Tabel 2. Deskripsi hasil belajar Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol Statistik Mean Median Modus Varians Standar Deviasi Kelompok Eksperimen 33,27 33,82 36,52 20,28 4,50 Kelompok Kontrol 20,39 19,82 17,51 21,42 4,63 Data hasil post–test kelompok eksperimen, dapat disajikan ke dalam bentuk kurva poligon seperti pada Gambar 1. Gambar 1. Kurva Polygon Data Hasil Post– Test Kelompok Eksperimen Berdasarkan kurve poligon pada Gambar 1, Mo>Md>M. Dengan demikian, kurva di atas adalah kurva juling negatif yang berarti sebagian besar skor hasil belajar matematika cenderung tinggi. Mo = 36,52 M = 33,27 Md = 33,82 Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014) Berdasarkan kurva poligon di atas, diketahui Mo<Md<M. Dengan demikian, kurva di atas adalah kurva juling positif yang berarti sebagian besar skor cenderung rendah. Hasil Uji Prasyarat Analisis Sebelum melakukan uji hipotesis maka harus dilakukan beberapa uji prasyarat. terhadap sebaran data yang meliputi uji normalitas terhadap data tes hasil belajar matematika. Uji normalitas ini dilakukan untuk membuktikan bahwa kedua sampel tersebut bedistribusi normal. Adapun hasil perhitungan dari uji normalitas dapat disajikan pada tabel 3. Md = 19,82 Md = 19,82 Mo = 17,52 Gambar 2. Kurva Poligon Data Hasil Post– test Kelompok Kontrol Tabel 3. Hasil Uji Normalitas Distribusi Data hasil belajar matematika 2 Kelompok Data hasil belajar matematika Kelompok eksperimen Kelompok kontrol 2 hitung 4,954 2,781 Berdasarkan hasil perhitungan dengan menggunakan rumus chi-kuadrat, 2 diperoleh hitung hasil post-test kelompok tabel 7,815 7,815 berdistribusi normal. Setelah melakukan uji prasyarat yang pertama yaitu uji normalitas, selanjutnya dilakukan uji prasyarat yang ke dua yaitu uji homogenitas. Uji homogenitas varians data hasil belajar matematika dianalisis dengan uji F dengan kriteri kedua kelompok memiliki varians homogen jika F hitung < F tabel. Hasil uji homogenitas varians data hasil belajar matematika dapat dilihat pada tabel 4. eksperimen adalah 4,954 dan tabel dengan taraf signifikansi 5% dan db = 3 2 adalah 7,815. Hal ini berarti, hitung hasil post-test kelompok eksperimen lebih kecil 2 2 2 dari tab ( hit tab ), sehingga data hasil post-test kelompok eksperimen 2 Tabel 4. Hasil Uji Homogenitas Data hasil belajar matematika Sumber Data Hasil belajar kelompok Eksperimen dan Kontrol Berdasarkan tabel di atas, diketahui Fhitung hasil post–test kelompok eksperimen dan kontrol adalah 1,06. Sedangkan Ftabel dengan dbpembilang = 38, dbpenyebut = 40, dan taraf signifikansi 5% adalah 1,21. Hal ini berarti, varians data hasil post–test kelompok eksperimen dan kontrol adalah homogen F hitung F tabel Status 1,06 1,21 Homogen Hasil Uji Hipotesis Hipotesis penelitian yang diuji adalah terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar matematika siswa antara kelompok yang di belajarkan dengan model ICI dengan siswa yang diberi pembelajaran konvensional pada siswa kelas V di SD Desa Anturan kecamatan Buleleng. Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014) Uji hipotesis ini menggunakan uji–t Selain itu jumlah siswa pada tiap independent “sampel tak berkorelasi”. kelas sama, baik itu kelas eksperimen Pada tabel 3 di atas telah disampaikan maupun kelas kontrol, maka pada uji-t bahwa data hasil belajar matematika sampel tak berkorelasi ini digunakan kelompok eksperimen dan kelompok rumus uji-t separated varians. Adapun kontrol adalah normal. Pada tabel 4 di hasil analisis untuk uji-t dapat disajikan atas juga telah disampaikan bahwa pada tabel 5 homogenitas kelompok eksperimen dan kelompok kontrol adalah homogen. Tabel 5. Hasil uji Hipotesis Hasil belajar matematika Kelompok Eksperimen Kelompok Kontrol N 41 39 X Db thitung ttabel Kesimpulan 33,27 20,39 78 16,31 1,980 H0 ditolak Berdasarkan tabel hasil perhitungan uji–t di atas, diperoleh t hitung sebesar 16,31. Sedangkan, t tabel dengan db = 41 + 39 – 2 = 78 dan taraf signifikansi 5% adalah 1,980. Hal ini berarti, t hitung lebih besar dari t tabel ( t hitung ttabel ), sehingga H0 ditolak dan H1 diterima. Dengan demikian, dapat diinterpretasikan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan model pembelajaran ICI terhadap hasil belajar dalam mata pelajaran Matematika pada siswa kelas V Semester Ganjil Tahun Pelajaran 2013/2014 di SD No 2 Anturan Kecamatan Buleleng Kabupaten Buleleng. Berdasarkan deskripsi data hasil penelitian, kelompok siswa yang mengikuti pembelajaran dengan model ICI memiliki hasil belajar yang lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok siswa yang mengikuti pembelajaran dengan model konvensional. Tinjauan ini didasarkan pada rata–rata skor hasil belajar siswa. Rata–rata skor hasil belajar siswa yang mengikuti pembelajaran dengan model ICI adalah 33,27 dan rata– rata skor hasil belajar siswa yang mengikuti pembelajaran dengan model konvensional adalah 20,39. Berdasarkan analisis data menggunakan uji–t, diketahui thit = 16,31 dan ttab (db = 41 + 39 - 2 = 78 dan taraf signifikansi 5%) = 1,980. Hasil perhitungan tersebut menunjukkan bahwa thit lebih besar dari ttab (thit > ttab), sehingga hasil penelitian adalah signifikan. Hal ini berarti, terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar antara siswa yang mengikuti pembelajaran dengan model ICI dan siswa yang mengikuti pembelajaran dengan model konvensional. Dari perbedaan perlakuan yang diberikan pada kedua kelas yakni kelas eksperimen dan kelas kontrol maka diperoleh hasil yaitu terdapat pengaruh yang signifikan hasil belajar matematika antara siswa yang mengikuti pembelajaran dengan model ICI dan siswa yang dibelajarkan dengan pembelajaran konvensional, yang artinya hipotesis dalam penelitian ini diterima. “Model pembelajaran ICI adalah salah satu alternative model pembelajaran perubahan konseptual yang berbasis konstruktivistik” Astari (2011:16). Model ICI merupakan pendekatan pembelajaran yang memiliki ciri-ciri utama, yaitu berfokus pada penanaman konsep, sistem kolaborasi dalam kelompok kecil dan mengutamakan interaksi kelas Sriyanti, (dalam Wahyuni 2011:20). Pendekatan ini merupakan gabungan berbagai pendekatan baru yang telah dikembangkan dan terbukti berhasil meningkatkan hasil belajar matematika dibandingkan dengan pendekatan konvensional. Adapun langkah-langkah pembelajaran dengan model ICI, yaitu: Tahap 1 (Conceptual focus), Tahap 2 (Use of texts), Tahap 3 (Research based materials), dan Tahap 4 (Classroom interactions). Pembelajaran dengan model ICI menekankan aktivitas siswa lebih banyak dibandingkan guru. Pembelajaran dengan model ICI berfokus pada penanaman konsep, sistem kolaborasi Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014) dalam kelompok kecil dan mengutamakan interaksi kelas. Selain itu siswa dapat saling berbagi pengetahuan dan berusaha menggali informasi secara mandiri melalui fenomena nyata yang dekat dengan kehidupan siswa, serta siswa dipandang sebagai subjek belajar sedangkan guru hanya bertindak sebagai fasilitator dan motivator. Dari temuan yang ada, dengan penerapan model ICI siswa mengalami peningkatan hasil belajar matematika. Hal tersebut dapat dilihat dari keaktifan siswa dalam mengikuti pembelajaran di kelas, siswa dengan mudah memahami materi yang dijelaskan oleh guru, siswa dapat mengkonstruksi pengetahuannya sendiri dari fenomena nyata, motivasi dan kreativitas belajar siswa tinggi, dan suasana belajar di dalam kelas menjadi menyenangkan sehingga siswa tidak mudah bosan. Berbeda halnya dengan model ICI, dalam pembelajaran konvensional tidak menekankan pada peran aktif siswa dalam membangun pemahaman mereka sendiri tentang pengetahuan yang dipelajarinya. Tetapi guru langsung memberikan segala informasi yang dianggap penting, sehingga siswa akan berperan pasif dalam proses pembelajaran dan suasana belajar akan cendrung membosankan. Jadi dalam pembelajaran konvensional kurang menekankan pada pemberian keterampilan proses. Hal tersebut didukung pendapat Ni Wayan Astari (2011) yang menyebutkan bahwa “Model ICI ini, terbukti dapat meningkatkan hasil belajar matematika siswa”. Hasil belajar siswa lebih meningkat karena telah diterapkannya model ICI. Ini terlihat dari siswa dapat membangun pengetahuannya sendiri dari fenomena nyata yang ada. Oleh karena itu, siswa lebih aktif dalam pembelajaran sehingga hasil belajar siswa meningkat. Sejalan dengan ini, penelitian tentang model ICI juga dilakukan oleh Agus Satrya Mahadiana (2010) pada kelas V SD No 3 Tua Tabanan yang berjudul “Meningkatkan Aktivitas dan Prestasi Belajar IPA melalui Penerapan Model ICI pada Siswa Kelas V Semester I SD No 3 Tua Tabanan” menunjukkan bahwa model ICI terbukti dapat meningkatkan aktivitas dan prestasi belajar IPA dengan nilai ratarata persentase pada siklus I adalah 70,90% dan meningkat pada siklus II dengan nilai rata-rata persentase 81,80%. Pembelajaran konvensional dimaksud juga dengan ceramah sebagai model mengajar ialah penerangan dan penuturan secara lisan oleh guru terhadap kelasnya Winarto, (dalam Suryosubroto, 2002:165). Pembelajaran konvensional ditandai dengan guru lebih banyak mengajarkan konsep–konsep bukan kompetensi, tujuannya adalah siswa mengetahui sesuatu bukan untuk mampu untuk melakukan sesuatu dan pada saat proses pembelajaran siswa lebih banyak mendengarkan. Hal ini bisa terlihat bahwa pembelajaran konvensional yang dimaksud adalah proses pembelajaran yang lebih banyak didominasi gurunya sebagai pentransfer ilmu, sementara siswa lebih pasif sebagai penerima ilmu. Model pembelajaran konvensional lebih berpusat pada guru (teacher centered). Sudjana (2005) menyatakan bahwa kegiatan pembelajaran yang berpusat pada guru menekankan pentingnya aktivitas guru dalam membelajarkan peserta didik. Peserta didik berperan sebagai pengikut dan penerima pasif dari kegiatan yang dilaksanakan. Adapun ciri-ciri pembelajaran konvensional adalah 1) dalam kegiatan pembelajaran lebih didominasi oleh guru, sedangkan peserta didik bersifat pasif dan hanya melakukan kegiatan melalui perbuatan pendidik, 2) bahan ajar terdiri atas konsep–konsep dasar atau materi belajar yang tidak dikaitkan dengan pengetahuan awal siswa sehingga peserta didik membutuhkan informasi yang tuntas dari guru, 3) pembelajaran tidak dilakukan secara berkelompok, dan 4) pembelajaran tidak dilaksanakan melalui kegiatan laboratorium. Hal ini mengakibatkan hasil belajar yang diperoleh siswa menjadi kurang maksimal. Meskipun temuan dalam penelitian ini sejalan dengan penelitian sebelumnya yang telah dilakukan dan teori pendukungnya, namun ada beberapa hal yang memerlukan pembahasan lebih lanjut mengenai hasil belajar yakni faktor- Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014) faktor yang menyebabkan pencapaian hasil belajar matematika belajar siswa pada kelompok eksperimen belum sepenuhnya optimal. Hal tersebut disebabkan oleh beberapa faktor yakni, pertama siswa belum terbiasa dengan pembelajaran yang menggunakan model ICI. Kedua jumlah siswa yang telalu banyak membuat siswa tidak dapat bekerja secara maksimal saat kegiatan pembelajaran. Implikasi yang ditimbulkan pada pembelajaran dikelas akibat penerapan model ICI adalah pertama, temuan dalam penelitian ini membuktikan bahwa secara umum hasil belajar matematika dengan menggunakan model ICI lebih baik daripada pembelajaran konvensional. Kedua, adalah tidak terdapat kebosanan pada saat proses pembelajaran. Hal tersebut dikarenakan siswa dapat mengkonstruksi pemahamannya sendiri melalui kegiatan observasi. Dengan cara seperti itu siswa menjadi kritis dan aktif belajar. SIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan di atas, maka simpulan penelitian ini adalah sebagai berikut. 1. Deskripsi data hasil belajar matematika siswa yang tidak menggunakan Model ICI pada siswa kelas V SD di Desa Anturan Kecamatan Buleleng tergolong kriteria cukup . Hal ini dapat dilihat dari data hasil post–test siswa, skor rata-rata hasil belajar matematika siswa tergolong cukup yakni 20,39. 2. Deskripsi hasil belajar matematika siswa yang menggunakan Model ICI pada siswa Kelas V SD di Desa Anturan Kecamatan Buleleng tergolong kriteria sangat baik. Hal ini dapat dilihat dari data hasil post–test siswa, skor ratarata hasil belajar matematika siswa tergolong sangat tinggi yakni 33,27. 3. Berdasarkan hasil uji hipotesis yang dilakukan dengan menggunakan uji–t diperoleh sebesar 16,31. t hitung Sedangkan, t tabel dengan db = 41 + 39 - 2 = 78 dan taraf signifikansi 5% adalah 1,980. Hal ini berarti, thit lebih besar dari ttab (thit > ttab), sehingga H0 ditolak dan H1 diterima. Dengan demikian, dapat diinterpretasikan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan model pembelajaran ICI terhadap hasil belajar dalam mata pelajaran Matematika pada siswa kelas V Semester Ganjil Tahun Pelajaran 2013/2014 di SD Desa Anturan Kecamatan Buleleng Kabupaten Buleleng. Hal ini berarti bahwa model ICI berpengaruh positif terhadap hasil belajar matematika siswa kelas V di SD No 2 Anturan Kecamatan Buleleng Saran disampaikan berdasarkan penelitian yang telah dilakukan adalah sebagai berikut. 1. Disarankan kepada guru pengajar agar selalu menggunakan strategi pembelajaran yang sesuai dengan perkembangan zaman. Dalam hal ini adalah metode pembelajaran ICI yang membuat siswa lebih aktif di dalam pembelajaran di kelas dan dapat meningkatkan hasil belajar siswa. 2. Disarankan bagi mahasiswa lulusan PGSD agar selalu lebih inovatif dalam hal menemukan metode pembelajaran agar dapat dipergunakan dalam meningkatkan hasil belajar siswa. 3. Disarankan bagi pembaca agar lebih kritis menyikapi hasil penelitian ini, sebab peneliti merupakan peneliti pemula yang jauh dari kata sempurna. DAFTAR RUJUKAN Agung, A. A. Gede. 2010. Metodologi Penelitian Pendidikan. Singaraja: Undiksha. Astari, Ni Wayan. 2011. Penerapan Model ICI Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas V Sekolah Dasar No 3 Kapal. Laporan Penelitian (tidak diterbitkan). Singaraja: Undiksha. Hudojo, H. Herman.1988. Teori Belajar Untuk Pengajaran Matematika. Jakarta: Depdikbud. Sudjana, Nana. 1989. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung:Rosdakarya. Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014) Suryosubroto. 2002. Proses Belajar Mengajar di Sekolah. Jakarta:Rineka Cipta. Wahyuni, Ayu Sri. 2011. Pengaruh Model Pembelajaran Interactive Conceptual Intruction (ICI) Terhadap Pemahaman Konsep Fisika Siswa Kelas X SMA Negeri 1 Abiansemal Tahun Pelajaran 2009/2010.