pengaruh model interactive conceptual intruction (ici)

advertisement
Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014)
PENGARUH MODEL INTERACTIVE CONCEPTUAL INTRUCTION (ICI)
TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA
Dwi Ari Nitra Putri1, Made Sulastri 2, I Gst. Ngr. Japa3
1,2,3
Jurusan PGSD, FIP
Universitas Pendidikan Ganesha
Singaraja, Indonesia
e–mail: [email protected], [email protected],
[email protected]
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: 1) perbedaan yang signifikan hasil belajar
matematika antara siswa yang mengikuti pembelajaran dengan Model ICI dan siswa
yang mengikuti pembelajaran menggunakan model pembelajaran konvensional pada
siswa kelas V semester ganjil SD No. 2 Anturan Kecamatan Buleleng Kabupaten
Buleleng tahun pelajaran 2013/2014. Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimen
semu. Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa kelas V di SD Desa Anturan
Kecamatan Buleleng tahun pelajaran 2013/2014 yang berjumlah 118 orang. Sampel
penelitian ini yaitu siswa kelas V SD No 2 Anturan yang berjumlah 41 orang dan siswa
kelas V SD No 1 Anturan yang berjumlah 39 orang. Data hasil belajar Matematika siswa
dikumpulkan dengan instrumen tes berbentuk uraian. Data yang dikumpulkan dianalisis
menggunakan analisis statistik deskriptif dan statistik inferensial (uji–t). Berdasarkan hasil
analisis data, diperoleh thit = 16,31 dan ttab (pada taraf signifikansi 5%) = 1,980. Hal ini
berarti bahwa thit > ttab, sehingga dapat diinterpretasikan bahwa terdapat perbedaan yang
signifikan hasil belajar antara siswa yang mengikuti pembelajaran dengan model (ICI)
dan siswa yang mengikuti pembelajaran dengan model konvensional. Dari rata–rata (
X)
X kelompok eksperimen adalah 33,27 dan X kelompok kontrol
adalah 20,39. Hal ini berarti bahwa X eksperimen > X kontrol, sehingga dapat
hitung, diketahui
disimpulkan bahwa penerapan model ICI berpengaruh positif terhadap hasil belajar
matematika siswa kelas V di SD No 2 Anturan Kecamatan Buleleng.
Kata kunci: model Interactive Conceptual Intruction (ICI), Hasil Belajar Matematika.
Abstract
This study aimed at finding: 1) significant difference of mathematic learning outcome
between students’ taught by Interactive Conceptual Intruction (ICI) model and students’
taught conventionally conducted to the fifth grade students’ of SD No. 2 Anturan in odd
semester of academic year 2013/2014. This study is a quasi experiment and the
population are all fifth grade students of SD Desa Anturan Kecamatan Buleleng with
amount of 118 students. Sample of this study are 41 students of SD No 2 Anturan and 39
students of SD No 1 Anturan. The data of students’ mathematic learning outcome were
gathered by using essay test instrument. The data gathered were analyzed by descriptive
and inferential statistic (t-test) analysis. Based on the result of data analysis, thit is 16,31
and ttab (with frequency level 5%) is 1,980. It means that thit > ttab, it can be interpreted that
there is a significant difference between students’ who taught by using ICI model and
conventional teaching. From the result of arithmetic mean ( X ), it found that
eksperiment group is 33,27 and
X of
X of control group is 20,39. It means that
Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014)
X eksperiment > X control. To sum up, the implementation of ICI model has positive
influence toward mathematic learning outcome of fifth grade students at SD No 2 Anturan
Kecamatan Buleleng.
Key Terms: Interactive Conceptual Intruction (ICI) model, Mathematic learning outcome.
PENDAHULUAN
Pendidikan saat ini memiliki posisi
yang sangat strategis dalam menciptakan
sumber daya manusia (SDM) yang
berkualitas. Sumber daya manusia yang
berkualitas, akan dapat mengantisipasi
perkembangan Ilmu Pengetahuan dan
Teknologi (IPTEK). Kualitas sumber daya
manusia dapat di tingkatkan, salah satunya
melalui pendidikan sistem formal maupun
informal.
Peningkatan
sumber
daya
manusia
yang
diwujudkan
melalui
pendidikan
tidaklah
mudah,
banyak
hambatan yang dialami khususnya dalam
kegiatan belajar mengajar di sekolah.
Hambatan
yang
dialami
tersebut
berdampak pada hasil belajar siswa yang
belum memenuhi tuntutan kurikulum,
terutama pada pelajaran matematika.
Padahal matematika banyak manfaatnya
dalam kehidupan sehari-hari.
Matematika
tumbuh
dan
berkembang seiring tuntutan zaman yang
mendorong manusia untuk lebih kreatif
dalam mengembangkan atau menerapkan
sebagai
ilmu
dasar.
Salah
satu
pengembangan penting yang dimaksud
adalah
masalah
pengembangan
pembelajaran matematika. Hal ini sangat
dibutuhkan mengingat keterkaitan proses
belajar matematika pada diri siswa yang
nantinya ikut andil dalam pengembangan
matematika lebih lanjut ataupun dalam
mengaplikasikan
matematika
dalam
kehidupan
sehari-hari.
Pembelajaran
matematika
menurut
pandangan
konstruktivis bertujuan membantu siswa
dalam membangun konsep-konsep atau
prinsip-prinsip
matematika
dengan
kemampuan sendiri melalui proses interaksi
sehingga konsep atau prinsip tersebut
terbangun kembali dan terjadi transformasi
informasi yang diperoleh menjadi konsep
atau prinsip baru (Herman Hudojo,
1998:27). Menurut pandangan tersebut
dalam belajar siswa mengkonstruksi sendiri
pengetahuan dan pemahaman mereka.
Guru tidak dapat secara pasif mengirimkan
atau mentransformasi ide atau materi ke
pelajaran karena hal tersebut akan
membuat
matematika
menjadi
tidak
bermakna. Setiap siswa memiliki ide-ide
yang kaya dan unik. Ide-ide ini merupakan
alat
yang
dapat
digunakan
untuk
mengkonstruksi konsep dan prosedur baru
saat siswa bergulat dengan ide-ide,
membahas penyelesaian, menguji dugaan
sendiri maupun dugaan dari orang lain,
sehingga dalam pembelajaran guru harus
menyediakan ruang yang memungkinkan
siswa untuk menggunakan ide-ide mereka
dalam mengkonstruksi konsep.
Pembelajaran matematika di SD,
hingga dewasa ini masih dipandang
memberikan tingkat kesulitan yang tinggi.
Namun, tidak dipungkiri minat siswa
terhadap matematika tidak terlalu besar.
Banyak
siswa
beranggapan
bahwa
matematika merupakan mata pelajaran
yang sulit, membosankan, dan memerlukan
konsentrasi berpikir yang kuat untuk
menyelesaikan
persoalan
matematika.
Akibatnya, siswa tidak bisa belajar
matematika secara optimal. Disisi lain,
matematika merupakan mata pelajaran
yang berstruktur. Pelajaran matematika
yang bersifat abstrak sangat sulit dipahami
secara benar oleh siswa. Berdasarkan
permasalahan
tersebut
proses
pembelajaran yang dilakukan belum
optimal. Optimalnya proses pembelajaran
dapat dicapai dengan menyesuaikan model
pembelajaran dengan materi pelajaran
yang diberikan. Salah satu akibat yang
timbul dari belum optimalnya proses
pembelajaran adalah rendahnya hasil
belajar
siswa.
Sudjana
(1989:22)
menyatakan bahwa “hasil belajar adalah
kemampuan-kemampuan
yang
dimiliki
siswa setelah ia menerima pengalaman
belajarnya”.
Berdasarkan data yang diperoleh
dari guru mata pelajaran matematika
Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014)
mengenai rata-rata nilai ulangan akhir
semester (UAS), diketahui bahwa nilai ratarata UAS di beberapa sekolah masih
tergolong rendah karena berada di bawah
kriteria ketuntasan minimal (KKM). Adapun
rata-rata nilai UAS mata pelajaran
Tabel 1. Nilai Rata-Rata UAS matematika siswa
Buleleng.
Nama SD
SD No 1 Anturan
SD No 2 Anturan
SD No 3 Anturan
Jumlah Siswa
39
41
38
Rata-rata nilai UTS di atas,
memperlihatkan bahwa hasil belajar
matematika siswa kelas V masih belum
maksimal. Kurang maksimalnya hasil
belajar siswa tersebut akibat dari pemilihan
model pembelajaran yang tidak sesuai
dengan siswa. Selain itu juga guru dalam
proses pembelajaran masih menggunakan
metode ceramah sehingga siswa semakin
tidak mengerti dengan pembelajaran
matematika. Guru selalu menggunakan
model pembelajaran konvensional yakni
guru lebih mendominasi pembelajaran,
sehingga pembelajaran masih bersifat
teacher centered.
Untuk meningkatkan hasil belajar
siswa tersebut, maka perlu dilakukan upaya
untuk menggunakan model pembelajaran
yang tepat. Dan juga guru seharusnya
dapat mengaitkan pengalaman siswa
dengan materi pelajaran yang akan
dipelajari di kelas. Oleh karena itu,
diperlukan
model
pembelajaran
konstruktivistik yang dapat mempengaruhi
hasil
belajar
serta
menyajikan
permasalahan matematika yang berkaitan
dengan kehidupan sehari-hari siswa. Salah
satu alternative model pembelajaran yang
dapat mempengaruhi hasil belajar adalah
Model ICI.
Model ICI merupakan pendekatan
pembelajaran yang memiliki ciri-ciri utama,
yaitu berfokus pada penanaman konsep,
sistem kolaborasi dalam kelompok kecil dan
mengutamakan interaksi kelas. Pendekatan
ini
merupakan
gabungan
berbagai
pendekatan baru yang telah dikembangkan
dan terbukti berhasil meningkatkan hasil
belajar matematika dibandingkan dengan
matematika siswa kelas V SD di Desa
Anturan Kecamatan Buleleng, dapat dilihat
pada Tabel 1.
kelas V SD di Desa Anturan Kecamatan
Nilai Rata-Rata
59,51
58,34
64,05
pendekatan
konvensional.
Sehingga
diharapkan kegiatan belajar akan dirasakan
lebih menyenangkan untuk siswa serta
menambah motivasi siswa dalam belajar.
Mengingat masalah tersebut sangat
penting, maka dilakukan penelitian dengan
tujuan untuk mengetahui: 1) perbedaan
yang signifikan hasil belajar matematika
antara
siswa
yang
dibelajarkan
menggunakan model ICI dan siswa yang
dibelajarkan menggunakan pembelajaran
konvensional kelas V di Desa Anturan
Kecamatan Buleleng.
METODE
Jenis penelitian yang dilakukan
adalah
eksperimen
semu
(quasi
experimen). Tempat pelaksanaan penelitian
ini adalah SD di Desa Anturan Kecamatan
Buleleng, Kabupaten Buleleng pada
rentang waktu semester I (ganjil) tahun
pelajaran 2013/2014. Populasi penelitian ini
adalah seluruh siswa kelas V semester 1 di
Desa Anturan. Jumlah SD keseluruhannya
sebanyak 3 SD dengan jumlah seluruh
siswa adalah 118 siswa.
Teknik pengambilan sampel yang
digunakan dalam penelitian ini adalah
teknik random sampling. Teknik ini
dilakukan dengan mencampur subjeksubjek di dalam populasi sehingga semua
subjek dianggap sama dan mendapat
kesempatan yang sama untuk dipilih
menjadi anggota sampel (Agung, 2010).
Sampel yang dirandom dalam penelitian ini
adalah kelas, karena dalam eksperimen
tidak memungkinkan untuk merubah kelas
yang ada. Kelas yang dirandom merupakan
kelas dalam jenjang yang sama. Kelas-
Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014)
kelas tersebut adalah kelas V dari masingmasing sekolah dasar di Desa Anturan
Kecamatan Buleleng Kabupaten Buleleng.
Sebelum melakukan pengundian
dilakukan uji kesetaraan untuk mengetahui
apakah kemampuan siswa kelas V masingmasing SD setara atau tidak. Uji kesetaraan
pada penelitian ini dilakukan dengan
menganalisis nilai ulangan akhir semester
(UAS) mata pelajaran matematika siswa
kelas V pada semester ganjil tahun
pelajaran 2012/2013 di SD Desa Anturan
Kecamatan Buleleng. Uji kesetaraan
dilakukan dengan menggunakan uji-t
kesetaraan dengan rumus separated
varian.
Berdasarkan hasil analisis dengan
uji-t kesetaraan pada taraf signifikansi 5%
diperoleh
nilai
thitung
sebesar
0,74
sedangkan nilai ttab pada dbt = 78 yaitu
diperoleh
sebesar
2,00.
Dengan
demikian, maka terlihat
≤
sehingga Ho diterima. Dari pernyataan
tersebut maka dapat ditarik kesimpulan
bahwa Ho yang menyatakan tidak ada
perbedaan nilai ulangan umum Matematika
kelas IV di SD No. 1 Anturan dan SD No. 2
Anturan adalah diterima. Jadi tidak terdapat
perbedaan nilai ulangan umum Matematika
kelas IV di SD No. 1 Anturan dan SD No. 2
Anturan.
Dari tiga sekolah dasar yang ada di
Desa Anturan
Kecamatan Buleleng,
dilakukan pengundian untuk diambil dua
kelas yang dijadikan sampel penelitian.
“Sampel adalah sebagian dari populasi
yang diambil, yang dianggap mewakili
seluruh populasi dan diambil dengan
menggunakan teknik tertentu” (Agung,
2010:47). Berdasarkan hasil random
sampling, diperoleh siswa kelas V SD No 2
Anturan yang berjumlah 41 orang dan
siswa kelas V SD No 1 Anturan yang
berjumlah 39 orang sebagai sampel
penelitian. Berdasarkan hasil pengundian
untuk menentukan kelas eksperimen dan
kontrol, diperoleh siswa kelas V SD No 2
Anturan sebagai kelas eksperimen dan
siswa kelas V SD No 1 Anturan sebagai
kelas kontrol. Kelas eksperimen diberikan
perlakuan model ICI dan kelas kontrol
diberikan pembelajaran konvensional.
Penelitian ini merupakan penelitian
quasi experimental yang meneliti hubungan
sebab akibat dengan memanipulasi satu
atau lebih variabel pada satu atau lebih
kelompok eksperimental. Hasil yang
diperoleh kemudian dibandingkan dengan
kelompok kontrol (tidak dimanipulasi). Pada
penelitian ini, tidak semua variabel dan
kondisi eksperimen dapat diatur dan
dikontrol secara ketat, dengan kata lain
tidak mungkin memanipulasi semua
variabel yang relevan, sehingga penelitian
ini dikategorikan penelitian eksperimen
semu atau quasi experiment. Tujuan dari
penelitian ini adalah untuk memaparkan
perbedaan
model
ICI
dan
model
pembelajaran konvensional terhadap hasil
belajar Matematika.
Desain penelitian yang digunakan
dalam penelitian ini adalah Post-test Only
Control Group Design. Desain ini dipilih
karena eksperimen tidak memungkinkan
mengubah kelas desain yang ada.
Walaupun tidak dilakukan tes awal, desain
penelitian ini dianggap terhindar dari
variabel bebas karena kemampuan awal
siswa di masing-masing kelompok telah
diuji kesetaraannya dan dari hasil pengujian
tersebut diketahui bahwa kemampuan awal
kelompok sampel setara.
Instrumen yang digunakan untuk
memperoleh data tentang hasil belajar
matematika dalam penelitian ini berupa tes
essay yang terdiri dari 10 butir soal yang
diberikan setelah diberikan perlakuan
pembelajaran (post-test). Sebanyak 15 butir
soal tersebut diberikan kepada siswa kelas
VI dengan tujuan validasi butir tes. Hasil
validasi tes sebanyak 10 butir diberikan
kepada siswa kelas eksperimen dan kelas
kontrol sebagai post–test.
Berdasarkan hasil penghitungan
reliabilitas tes hasil belajar matematika
dengan banyak butir tes (k) 15 adalah 0,75
dengan derajat reliabilitas tes tergolong
tinggi. Dari uji validitas yang telah dilakukan
terdapat 10 butir soal yang valid, kemudian
dilakukan penghitungan reliabilitas dengan
harga
reliabilitas
tes
hasil
belajar
matematika adalah sebesar 0,80 dengan
kriteria reliabilitas tes tergolong sangat
tinggi. Banyak butir tes yang digunakan
untuk post–test adalah 10, dengan
reliabilitas tes hasil belajar matematika
Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014)
adalah sebesar 0,75 dengan kriteria
reliabilitas tes tergolong tinggi.
Setiap butir item akan diberikan skor
4 untuk siswa yang menjawab benar, dan
disertai pemecahan masalah yang tepat,
skor 3 untuk siswa yang menjawab salah,
dan disertai pemecahan masalah yang
tepat, skor 2 untuk siswa yang menjawab
benar, dan disertai pemecahan masalah
tidak tepat, skor 1 untuk siswa yang
menjawab benar, tanpa disertai pemecahan
masalah, dan skor 0 untuk siswa yang tidak
menjawab. Skor setiap jawaban kemudian
dijumlahkan
dan
jumlah
tersebut
merupakan skor variabel hasil belajar
matematika. Rentang skor ideal yang
mungkin diperoleh siswa adalah 0–40. Skor
0 merupakan skor minimal ideal dan skor
40 merupakan skor maksimal ideal tes hasil
belajar matematika.
Analisis data yang digunakan dalam
penelitian ini yaitu analisis statistik
deskriptif, dan statistik inferensial (uji-t),
yang artinya bahwa data dianalisis dengan
menghitung nilai rata-rata, modus, median,
standar deviasi, varian, skor maksimum,
dan skor minimum. Dalam penelitian ini
data disajikan dalam bentuk kurva poligon.
Teknik yang digunakan untuk menganalisis
data guna menguji hipotesis penelitian
adalah uji-t (polled varians). Sebelum
melakukan uji hipotesis, ada beberapa
persyaratan yang harus dipenuhi dan perlu
dibuktikan. Persyaratan yang dimaksud
yaitu: (1) data yang dianalisis harus
berdistribusi normal, (2) mengetahui data
yang dianalisis bersifat homogen atau tidak.
Kedua prasyarat tersebut harus dibuktikan
terlebih dahulu, maka untuk memenuhi hal
tersebut dilakukanlah uji prasyarat analisis
dengan melakukan uji normalitas dan uji
homogenitas.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Data hasil belajar matematika yang
diperoleh melalui post–test terhadap 41
orang siswa menunjukkan bahwa skor
tertinggi adalah 39 dan skor terendah
adalah 24. Sedangkan data hasil belajar
matematika yang diperoleh melalui post–
test terhadap 39 orang siswa menunjukkan
bahwa skor tertinggi adalah 30 dan skor
terendah adalah 13
Adapun hasil analisis data statistik
deskriptif disajikan pada tabel 2 berikut.
Tabel 2. Deskripsi hasil belajar Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol
Statistik
Mean
Median
Modus
Varians
Standar Deviasi
Kelompok Eksperimen
33,27
33,82
36,52
20,28
4,50
Kelompok Kontrol
20,39
19,82
17,51
21,42
4,63
Data hasil post–test kelompok
eksperimen, dapat disajikan ke dalam
bentuk kurva poligon seperti pada Gambar
1.
Gambar 1. Kurva Polygon Data Hasil Post–
Test Kelompok Eksperimen
Berdasarkan kurve poligon pada
Gambar 1, Mo>Md>M. Dengan demikian,
kurva di atas adalah kurva juling negatif
yang berarti sebagian besar skor hasil
belajar matematika cenderung tinggi.
Mo = 36,52
M = 33,27
Md = 33,82
Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014)
Berdasarkan kurva poligon di atas,
diketahui Mo<Md<M. Dengan demikian,
kurva di atas adalah kurva juling positif
yang
berarti
sebagian
besar
skor
cenderung rendah.
Hasil Uji Prasyarat Analisis
Sebelum melakukan uji hipotesis
maka harus dilakukan beberapa uji
prasyarat. terhadap sebaran data yang
meliputi uji normalitas terhadap data tes
hasil belajar matematika. Uji normalitas ini
dilakukan untuk membuktikan bahwa kedua
sampel tersebut bedistribusi normal.
Adapun hasil perhitungan dari uji normalitas
dapat disajikan pada tabel 3.
Md = 19,82
Md = 19,82
Mo = 17,52
Gambar 2. Kurva Poligon Data Hasil Post–
test Kelompok Kontrol
Tabel 3. Hasil Uji Normalitas Distribusi Data hasil belajar matematika
2
Kelompok Data hasil
belajar matematika
Kelompok eksperimen
Kelompok kontrol
2
hitung
4,954
2,781
Berdasarkan
hasil
perhitungan
dengan menggunakan rumus chi-kuadrat,
2
diperoleh  hitung hasil post-test kelompok
tabel
7,815
7,815
berdistribusi normal. Setelah melakukan uji
prasyarat yang pertama yaitu uji normalitas,
selanjutnya dilakukan uji prasyarat yang ke
dua yaitu uji homogenitas. Uji homogenitas
varians data hasil belajar matematika
dianalisis dengan uji F dengan kriteri kedua
kelompok memiliki varians homogen jika F
hitung < F tabel. Hasil uji homogenitas varians
data hasil belajar matematika dapat dilihat
pada tabel 4.
eksperimen adalah 4,954 dan  tabel
dengan taraf signifikansi 5% dan db = 3
2
adalah 7,815. Hal ini berarti,  hitung hasil
post-test kelompok eksperimen lebih kecil
2
2
2
dari  tab (  hit   tab ), sehingga data
hasil post-test kelompok eksperimen
2
Tabel 4. Hasil Uji Homogenitas Data hasil belajar matematika
Sumber Data
Hasil belajar kelompok Eksperimen
dan Kontrol
Berdasarkan tabel di atas, diketahui Fhitung
hasil post–test kelompok eksperimen dan
kontrol adalah 1,06. Sedangkan Ftabel
dengan dbpembilang = 38, dbpenyebut = 40, dan
taraf signifikansi 5% adalah 1,21. Hal ini
berarti, varians data hasil post–test
kelompok eksperimen dan kontrol adalah
homogen
F hitung
F tabel
Status
1,06
1,21
Homogen
Hasil Uji Hipotesis
Hipotesis penelitian yang diuji
adalah terdapat perbedaan yang signifikan
hasil belajar matematika siswa antara
kelompok yang di belajarkan dengan
model ICI dengan siswa yang diberi
pembelajaran konvensional pada siswa
kelas V di SD Desa Anturan kecamatan
Buleleng.
Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014)
Uji hipotesis ini menggunakan uji–t
Selain itu jumlah siswa pada tiap
independent “sampel tak berkorelasi”.
kelas sama, baik itu kelas eksperimen
Pada tabel 3 di atas telah disampaikan
maupun kelas kontrol, maka pada uji-t
bahwa data hasil belajar matematika
sampel tak berkorelasi ini digunakan
kelompok eksperimen dan kelompok
rumus uji-t separated varians. Adapun
kontrol adalah normal. Pada tabel 4 di
hasil analisis untuk uji-t dapat disajikan
atas juga telah disampaikan bahwa
pada tabel 5
homogenitas kelompok eksperimen dan
kelompok kontrol adalah homogen.
Tabel 5. Hasil uji Hipotesis
Hasil belajar matematika
Kelompok Eksperimen
Kelompok Kontrol
N
41
39
X
Db
thitung
ttabel
Kesimpulan
33,27
20,39
78
16,31
1,980
H0 ditolak
Berdasarkan tabel hasil perhitungan
uji–t di atas, diperoleh t hitung sebesar
16,31. Sedangkan, t tabel dengan db = 41 +
39 – 2 = 78 dan taraf signifikansi 5%
adalah 1,980. Hal ini berarti, t hitung lebih
besar dari t tabel ( t hitung  ttabel ), sehingga H0
ditolak dan H1 diterima. Dengan demikian,
dapat diinterpretasikan bahwa terdapat
perbedaan
yang
signifikan
model
pembelajaran ICI terhadap hasil belajar
dalam mata pelajaran Matematika pada
siswa kelas V Semester Ganjil Tahun
Pelajaran 2013/2014 di SD No 2 Anturan
Kecamatan Buleleng Kabupaten Buleleng.
Berdasarkan deskripsi data hasil
penelitian, kelompok siswa yang mengikuti
pembelajaran dengan model ICI memiliki
hasil
belajar
yang
lebih
tinggi
dibandingkan dengan kelompok siswa
yang mengikuti pembelajaran dengan
model
konvensional.
Tinjauan
ini
didasarkan pada rata–rata skor hasil
belajar siswa. Rata–rata skor hasil belajar
siswa yang mengikuti pembelajaran
dengan model ICI adalah 33,27 dan rata–
rata skor hasil belajar siswa yang
mengikuti pembelajaran dengan model
konvensional adalah 20,39.
Berdasarkan
analisis
data
menggunakan uji–t, diketahui thit = 16,31
dan ttab (db = 41 + 39 - 2 = 78 dan taraf
signifikansi 5%) = 1,980. Hasil perhitungan
tersebut menunjukkan bahwa thit lebih
besar dari ttab (thit > ttab), sehingga hasil
penelitian adalah signifikan. Hal ini berarti,
terdapat perbedaan yang signifikan hasil
belajar antara siswa yang mengikuti
pembelajaran dengan model ICI dan siswa
yang mengikuti pembelajaran dengan
model konvensional.
Dari perbedaan perlakuan yang
diberikan pada kedua kelas yakni kelas
eksperimen dan kelas kontrol maka
diperoleh hasil yaitu terdapat pengaruh
yang signifikan hasil belajar matematika
antara siswa yang mengikuti pembelajaran
dengan model ICI dan siswa yang
dibelajarkan
dengan
pembelajaran
konvensional, yang artinya hipotesis
dalam penelitian ini diterima.
“Model pembelajaran ICI adalah
salah satu alternative model pembelajaran
perubahan konseptual yang berbasis
konstruktivistik” Astari (2011:16). Model
ICI merupakan pendekatan pembelajaran
yang memiliki ciri-ciri utama, yaitu
berfokus pada penanaman konsep, sistem
kolaborasi dalam kelompok kecil dan
mengutamakan interaksi kelas Sriyanti,
(dalam Wahyuni 2011:20). Pendekatan ini
merupakan
gabungan
berbagai
pendekatan
baru
yang
telah
dikembangkan dan terbukti berhasil
meningkatkan hasil belajar matematika
dibandingkan
dengan
pendekatan
konvensional. Adapun langkah-langkah
pembelajaran dengan model ICI, yaitu:
Tahap 1 (Conceptual focus), Tahap 2 (Use
of texts), Tahap 3 (Research based
materials), dan Tahap 4 (Classroom
interactions). Pembelajaran dengan model
ICI menekankan aktivitas siswa lebih
banyak dibandingkan guru. Pembelajaran
dengan model ICI berfokus pada
penanaman konsep, sistem kolaborasi
Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014)
dalam kelompok kecil dan mengutamakan
interaksi kelas. Selain itu siswa dapat
saling berbagi pengetahuan dan berusaha
menggali informasi secara mandiri melalui
fenomena nyata yang dekat dengan
kehidupan siswa, serta siswa dipandang
sebagai subjek belajar sedangkan guru
hanya bertindak sebagai fasilitator dan
motivator.
Dari temuan yang ada, dengan
penerapan model ICI siswa mengalami
peningkatan hasil belajar matematika. Hal
tersebut dapat dilihat dari keaktifan siswa
dalam mengikuti pembelajaran di kelas,
siswa dengan mudah memahami materi
yang dijelaskan oleh guru, siswa dapat
mengkonstruksi pengetahuannya sendiri
dari fenomena nyata, motivasi dan
kreativitas belajar siswa tinggi, dan
suasana belajar di dalam kelas menjadi
menyenangkan sehingga siswa tidak
mudah bosan.
Berbeda halnya dengan model ICI,
dalam pembelajaran konvensional tidak
menekankan pada peran aktif siswa dalam
membangun pemahaman mereka sendiri
tentang pengetahuan yang dipelajarinya.
Tetapi guru langsung memberikan segala
informasi
yang
dianggap
penting,
sehingga siswa akan berperan pasif dalam
proses pembelajaran dan suasana belajar
akan cendrung membosankan. Jadi dalam
pembelajaran
konvensional
kurang
menekankan
pada
pemberian
keterampilan proses.
Hal tersebut didukung pendapat Ni
Wayan Astari (2011) yang menyebutkan
bahwa “Model ICI ini, terbukti
dapat
meningkatkan hasil belajar matematika
siswa”. Hasil belajar siswa lebih meningkat
karena telah diterapkannya model ICI. Ini
terlihat dari siswa dapat membangun
pengetahuannya sendiri dari fenomena
nyata yang ada. Oleh karena itu, siswa
lebih aktif dalam pembelajaran sehingga
hasil belajar siswa meningkat. Sejalan
dengan ini, penelitian tentang model ICI
juga dilakukan oleh
Agus Satrya
Mahadiana (2010) pada kelas V SD No 3
Tua
Tabanan
yang
berjudul
“Meningkatkan Aktivitas dan Prestasi
Belajar IPA melalui Penerapan Model ICI
pada Siswa Kelas V Semester I SD No 3
Tua Tabanan” menunjukkan bahwa model
ICI terbukti dapat meningkatkan aktivitas
dan prestasi belajar IPA dengan nilai ratarata persentase pada siklus I adalah
70,90% dan meningkat pada siklus II
dengan nilai rata-rata persentase 81,80%.
Pembelajaran
konvensional
dimaksud juga dengan ceramah sebagai
model mengajar ialah penerangan dan
penuturan secara lisan oleh guru terhadap
kelasnya Winarto, (dalam Suryosubroto,
2002:165). Pembelajaran konvensional
ditandai dengan guru lebih banyak
mengajarkan
konsep–konsep
bukan
kompetensi, tujuannya adalah siswa
mengetahui sesuatu bukan untuk mampu
untuk melakukan sesuatu dan pada saat
proses pembelajaran siswa lebih banyak
mendengarkan. Hal ini bisa terlihat bahwa
pembelajaran
konvensional
yang
dimaksud adalah proses pembelajaran
yang lebih banyak didominasi gurunya
sebagai pentransfer ilmu, sementara siswa
lebih pasif sebagai penerima ilmu. Model
pembelajaran konvensional lebih berpusat
pada guru (teacher centered). Sudjana
(2005) menyatakan bahwa kegiatan
pembelajaran yang berpusat pada guru
menekankan pentingnya aktivitas guru
dalam membelajarkan peserta didik.
Peserta didik berperan sebagai pengikut
dan penerima pasif dari kegiatan yang
dilaksanakan.
Adapun
ciri-ciri
pembelajaran konvensional adalah 1)
dalam kegiatan pembelajaran lebih
didominasi oleh guru, sedangkan peserta
didik bersifat pasif dan hanya melakukan
kegiatan melalui perbuatan pendidik, 2)
bahan ajar terdiri atas konsep–konsep
dasar atau materi belajar yang tidak
dikaitkan dengan pengetahuan awal siswa
sehingga peserta didik membutuhkan
informasi yang tuntas dari guru, 3)
pembelajaran tidak dilakukan secara
berkelompok, dan 4) pembelajaran tidak
dilaksanakan
melalui
kegiatan
laboratorium. Hal ini mengakibatkan hasil
belajar yang diperoleh siswa menjadi
kurang maksimal.
Meskipun temuan dalam penelitian
ini sejalan dengan penelitian sebelumnya
yang telah dilakukan dan
teori
pendukungnya, namun ada beberapa hal
yang memerlukan pembahasan lebih
lanjut mengenai hasil belajar yakni faktor-
Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014)
faktor yang menyebabkan pencapaian
hasil belajar matematika belajar siswa
pada
kelompok
eksperimen
belum
sepenuhnya
optimal.
Hal
tersebut
disebabkan oleh beberapa faktor yakni,
pertama siswa belum terbiasa dengan
pembelajaran yang menggunakan model
ICI. Kedua
jumlah siswa yang telalu
banyak membuat siswa tidak dapat
bekerja secara maksimal saat kegiatan
pembelajaran.
Implikasi
yang
ditimbulkan
pada
pembelajaran dikelas akibat penerapan
model ICI adalah pertama, temuan dalam
penelitian ini membuktikan bahwa secara
umum hasil belajar matematika dengan
menggunakan model ICI lebih baik
daripada pembelajaran konvensional.
Kedua, adalah tidak terdapat kebosanan
pada saat proses pembelajaran. Hal
tersebut
dikarenakan
siswa
dapat
mengkonstruksi pemahamannya sendiri
melalui kegiatan observasi. Dengan cara
seperti itu siswa menjadi kritis dan aktif
belajar.
SIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan hasil penelitian dan
pembahasan di atas, maka simpulan
penelitian ini adalah sebagai berikut. 1.
Deskripsi data hasil belajar matematika
siswa yang tidak menggunakan Model ICI
pada siswa kelas V SD di Desa Anturan
Kecamatan Buleleng tergolong kriteria
cukup . Hal ini dapat dilihat dari data hasil
post–test siswa, skor rata-rata hasil belajar
matematika siswa tergolong cukup yakni
20,39.
2.
Deskripsi
hasil
belajar
matematika siswa yang menggunakan
Model ICI pada siswa Kelas V SD di Desa
Anturan Kecamatan Buleleng tergolong
kriteria sangat baik. Hal ini dapat dilihat
dari data hasil post–test siswa, skor ratarata hasil belajar matematika siswa
tergolong sangat tinggi yakni 33,27. 3.
Berdasarkan hasil uji hipotesis yang
dilakukan dengan menggunakan uji–t
diperoleh
sebesar
16,31.
t hitung
Sedangkan, t tabel dengan db = 41 + 39 - 2
= 78 dan taraf signifikansi 5% adalah
1,980. Hal ini berarti, thit lebih besar dari ttab
(thit > ttab), sehingga H0 ditolak dan H1
diterima.
Dengan
demikian,
dapat
diinterpretasikan
bahwa
terdapat
perbedaan
yang
signifikan
model
pembelajaran ICI terhadap hasil belajar
dalam mata pelajaran Matematika pada
siswa kelas V Semester Ganjil Tahun
Pelajaran 2013/2014 di SD Desa Anturan
Kecamatan Buleleng Kabupaten Buleleng.
Hal ini berarti bahwa model ICI
berpengaruh positif terhadap hasil belajar
matematika siswa kelas V di SD No 2
Anturan Kecamatan Buleleng
Saran disampaikan berdasarkan
penelitian yang telah dilakukan adalah
sebagai berikut. 1. Disarankan kepada
guru pengajar agar selalu menggunakan
strategi pembelajaran yang sesuai dengan
perkembangan zaman. Dalam hal ini
adalah metode pembelajaran ICI yang
membuat siswa lebih aktif di dalam
pembelajaran di kelas dan dapat
meningkatkan hasil belajar siswa. 2.
Disarankan bagi mahasiswa lulusan
PGSD agar selalu lebih inovatif dalam hal
menemukan metode pembelajaran agar
dapat dipergunakan dalam meningkatkan
hasil belajar siswa. 3. Disarankan bagi
pembaca agar lebih kritis menyikapi hasil
penelitian ini, sebab peneliti merupakan
peneliti pemula yang jauh dari kata
sempurna.
DAFTAR RUJUKAN
Agung, A. A. Gede. 2010. Metodologi
Penelitian Pendidikan. Singaraja:
Undiksha.
Astari,
Ni Wayan. 2011. Penerapan
Model ICI Untuk Meningkatkan
Hasil Belajar Matematika Siswa
Kelas V Sekolah Dasar No 3
Kapal. Laporan Penelitian (tidak
diterbitkan). Singaraja: Undiksha.
Hudojo, H. Herman.1988. Teori Belajar
Untuk Pengajaran Matematika.
Jakarta: Depdikbud.
Sudjana, Nana. 1989. Penilaian Hasil
Proses
Belajar
Mengajar.
Bandung:Rosdakarya.
Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014)
Suryosubroto. 2002. Proses Belajar
Mengajar
di
Sekolah.
Jakarta:Rineka Cipta.
Wahyuni, Ayu Sri. 2011. Pengaruh Model
Pembelajaran Interactive
Conceptual Intruction (ICI)
Terhadap Pemahaman Konsep
Fisika Siswa Kelas X SMA Negeri
1 Abiansemal Tahun Pelajaran
2009/2010.
Download