Jurnal Pesona, Volume 3 No. 1, Januari 2017 Hlm. 25-42 ISSN Cetak : 2356 - 2080 ISSN Online : 2356 - 2072 PARODI CALON ARANG DALAM NOVEL JANDA DARI JIRAH KARYA COK SAWITRI Netari Mulyawati¹, Lina Meilinawati Rahayu², Acep Iwan Saidi³ ¹Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Padjadjaran [email protected] ²Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Padjadjaran [email protected] ³Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Padjadjaran Abstract This research described characters parody in the novel Janda dari Jirah by Cok Savitri. Parodi appears indicating that the glorification of Calon Arang. This research method uses descriptive analytical with the theory of parody as part of intertextuality. Parody which appears also associated with feminine and masculine leadership style defined by Parker. This study shows that there is a glorification through figures and depictions of feminine leadership style Candidate Arang. Keywords: parody, intertextuality, glorification dan kebenaran. Akan tetapi, pada masa 1. PENDAHULUAN Mitos banyak digunakan oleh romantisme mitos tidak dianggap sebagai penulis sastra sebagai tema cerita. Mitos saingan muncul kembali dalam bentuk karya beriringan dengan kebenaran sebagai sastra berupa puisi, novel, dan drama. pelengkap (Wellek Mitos 222). berarti cerita-cerita anonim mengenai asal mula alam semesta dan nasib serta tujuan hidup (Wellek Werren, 1993: 224). konotasi negatif pada kebenaran. Mitos menjadi dan Werren, 1993: Penulis sastra di Indonesia kerap dan mengangkat mitos sebagai tema cerita. Mitos memiliki Mitos Sangkuriang telah diangkat oleh pada zaman Utuy Tatang Sontani dalam drama pencerahan atau sekitar abad ke-17 dan Sangkuriang-Dayang Sumbi (1953) dan abad ke-18. Pada saat itu mitos hanya Sang Kuriang (1959). Femmy Syaharani dianggap sebagai khayalan, cerita rekaan menulis novel Panah Patah Sangkuriang dan dugaan yang berlebihan. Mitos juga (2003). Ajip Rosidi menulis novel dari dianggap tidak memiliki landasan ilmiah mitos Lutung Kasarung dengan judul Received 18 October 2016, Published 30 Januari 2017 Ciptaan disebarluaskan di bawah Lisensi Creative Commons Atribusi-BerbagiSerupa 4.0 Internasional. Diterbitkan Oleh: http://ejournal.stkipmpringsewu-lpg.ac.id/index.php/fokus Pesona : Jurnal Kajian Bahasa dan Sastra Netari Mulyawati… Purba sari Ayu Wangi (1986). Wisran dan Empu Baradah mengalahkan Calon Hadi menulis drama berdasarkan mitos Arang. Malin Kundang berjudul Malin Kundang (1977). Mitos Roro Mendut Mitos Calon Arang dianggap ditulis memiliki unsur kesejarahan dan dianggap kembali oleh Ajip Rosidi dengan judul benar-benar terjadi oleh kalangan tertentu Roro Mendut (1961) dan Mangunwijaya dalam masyakarat Bali. Mereka yang dengan judul Roro Mendut (2008). mengganggap Calon Arang benar-benar Pertimbangan bahwa mitos telah ada percaya bahwa Empu Tantular hadir sejak lama dan telah dikenal (penulis naskah Arjuna Wiwaha dan khalayak Sutasoma) memudahkan penulis adalah keturunan Empu menyampaikan ide cerita. Terutama bila Bahula dan Ratna Manggali (I Gusti mitos karena Agung Mas Triadnyani, 2012: 402). pembaca akan mudah diingatkan. Makna Calon Arang dianggap sebagai tokoh mitos juga sering dianggap masih relevan yang berperan penting dalam keturunan hingga masa kini. Oleh karena itu, Empu di Bali. Selain itu, Airlangga pengarang cenderung meminjam mitos sebagai tokoh raja dalam cerita memiliki secara langsung atau pun tak langsung catatan sejarah sebagai Raja Kediri pada cerita yang telah dikenal khalayak luas tahun baik untuk mengukuhkan maupun untuk 2010:12). bersifat kesejarahan membantah cerita tersebut (Sapardi Djoko Damono, 2005: 20). 1009-1042 Calon Arang (Ninie Susanti, mengilhami para pengarang dan muncul dalam bentuk Peminjaman mitos oleh pengarang puisi, drama, dan novel. Calon Arang terjadi pula pada mitos Calon Arang. muncul dalam bentuk novel Dongeng Mitos Calon Arang berkembang di Jawa Calon Arang (1957) karya Pramoedya Timur dan Bali. Mitos Calon Arang yang Ananta Toer. Pada tahun 2003 Dongeng dikenal khalayak adalah cerita seorang Calon Arang dicetak ulang dengan judul janda meneluh penduduk karena anak Cerita Calon Arang. Galau Putri Calon perempuannya tidak kunjung dilamar Arang (2005) karya Femmy Syaharani laki-laki di Desa Jirah. Keadaan yang dan Yulyana, juga Janda dari Jirah kacau dapat diamankan setelah tokoh (2007) karya Cok Sawitri. Ketiga novel Raja Airlangga mengutus tokoh Empu menjadikan tokoh Calon Arang sebagai Bahula untuk melamar Ratna Manggali tokoh utama. Toer dan Femmy Syaharani bersama Yulyana tetap menceritakan 26 Glorifikasi Calon Arang… Calon Arang sebagai Pendeta Durga yang bukan hanya untuk bernostalgia dengan meneluh Sawitri masa lalu tetapi untuk mengkritik atau Arang mempertanyakan cerita sejarah. Oleh sebagai Pendeta Kabikuan (Kabikuan karena itu, sesuai pendapat Piliang bahwa adalah parodi desa mengubah sedangkan penokohan asrama Calon Budha Tantra) yang membangun desa di dekat Kabikuan. juga berhubungan dengan semangat zaman. Perubahan penggambaran penulis tentang tokoh Calon Arang merupakan bagian dari merupakan bentuk parodi. Parodi bagian dari teori intertekstualitas. Pada masa modernisme parodi diartikan sebagai lucu, jenaka dan menghibur. Ahli post- modernisme menganggap parodi sebagai istilah yang patut diperhitungkan dan serius. Teks parodi ditulis bukan untuk melecehkan teks terdahulu, tetapi sebagai ironi untuk menyampaikan fakta yang terpisah antara masa lalu dan kini (Linda Hutcheon, Dalam penelitian ini, novel Janda dari Jirah (yang kemudian disingkat JDJ) akan dibandingkan dengan teks De Calon Arang. Teks De Calon Arang merupakan transliterasi bahasa Belanda dari Naskah Kuno berbahasa Kawi. Pada naskah kuno terdapat keterangan bahwa penulisan naskah dilakukan pada tahun 1459. Teks De Calon Arang disusun oleh Poerbatajaraka pada tahun 1829. Selain Calon Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan teori parodi sebagai bagian dari intertekstualitas. Meski demikian, teks sastra disusun oleh unsur struktur berupa judul, tokoh, alur, dan latar cerita antara teks JDJ. Oleh karena itu, dilakukan analisis imitasi unsur struktur parodi teks JDJ. Melalui analisis parodi maka akan diketahui unsur cerita sejarah dan keadan sosial yang melatari teks, serta pengaruh pengalaman pribadi. Unsur sejarah dan keadaan sosial dalam 1991: 3). tersebut 2. METODE PENELITIAN arang, tokoh-tokoh lain juga dianalisis untuk menunjukkan bentuk glorifikasi. Parodi dimunculkan penulis teks bisa jadi dipengaruhi oleh unsur sejarah dan kondisi sosial yang ada di sekitar penulis saat menuliskan teks. Oleh karena itu, akan dianalisis kaitan unsur sejarah teks dengan unsur sejarah umum. Telaah kondisi sosial teks dengan kondisi sosial di lingkungan penulis saat penyusunan teks juga menjadi penting. Selain itu, pengaruh pengalaman penulis yang kemungkinan menyisip dalam teks akan dianalisis dalam bentuk pengalaman penulis dapat berupa pengalaman bacaan dan pengalaman kehidupan. 27 Netari Mulyawati… Melalui paparan pengalaman Tidak ada pendeta lain yang sanggup bacaan dapat diketahui kedudukan teks mengalahkan Calon Arang DCA dan JDJ. sebagai teks tanggapan terhadap teks terdahulu. Begitu pengalaman kehidupan mungkin menyisip pula dengan penulis dalam teks yang dan Calon Arang merupakan tokoh pembawa kemakmuran dalam JDJ. Calon Arang JDJ memakmurkan menyejahterakan penduduk dan Kabikuan tersusun dalam bentuk epik memengaruhi Jirah dengan cara menjaga tata krama bentuk teks secara keseluruhan. Melalui Kabikuan. Tata krama kabikuan adalah rangkaian analisis yang telah dipaparkan aturan yang mengikat penduduk desa-desa di atas, maka akan tampak tujuan penulis Kabikuan Jirah dan kerajaan di sekitar melakukan penceritaan kembali mitos Kabikuan Jirah. Tata krama Kabikuan Calon dapat memastikan setiap desa Kabikuan dan memperkuat, desa Kerajaan tidak saling mengganggu. mempertanyakan atau membantah mitos Tanah Kabikuan tidak terikat dengan Calon Arang. kerajaan Wangsa Isana manapun. Desa- dikenali Arang. Tujuan dalam bentuk penulis desa Kabikuan tidak boleh dilewati untuk 3. HASIL DAN PEMBAHASAN Parodi inversi Calon Arang dalam tujuan perang atau penyerangan apapun. Raja-raja Wangsa Isana JDJ adalah pendeta sakti dan dihormati di memberikan Kabikuan Jirah, sedangkan Calon Arang hadiah pada Kabikuan Jirah. Kabikuan DCA adalah pendeta yang sakti meneluh. Jirah boleh membeli tanah-tanah Kerajaan Kesaktian Calon Arang sudah menjadi Wangsa Isana bila raja menjualnya. perbincangan penduduk Girah, sehingga Peraturan tentang tanah sangat jelas mereka menjadi takut. Apalagi Calon dalam tata krama Kabikuan. Arang menggunakan kesaktiannya dengan tanah-tanahnya boleh sebagai Calon Arang JDJ mengajarkan yoga cara yang jahat dan bengis. Hingga pada dan bekerja akhirnya tidak ada yang berani melamar Kabikuan Jirah. “Bekerja adalah yoga anak tunggal Calon Arang yaitu Ratna bagi orang-orang seperti kami” (Cok Manggali. Meski demikian, Calon Arang Sawitri, DCA dan JDJ sama-sama Calon Arang tersebut tampak tingkatan yoga untuk merupakan pendeta perempuan Candi sudra-paria-waisya-satria-brahmana. Durga di Jirah yang tidak tertandingi. Bagi kaum sudra dan paria yoga bukan 2007: pada 89) penduduk melalui desa kutipan semedi atau bertapa seperti pada kaum 28 Glorifikasi Calon Arang… waisya-satria-brahmana. Calon Arang JDJ penduduk melalui murid utama Kabikuan bahkan merupakan bentuk parodi inversi dari mampu membangun Desa Buangan. Desa Calon Arang DCA. Calon Arang DCA Buangan berisi bukan tokoh yang memakmurkan apalagi narapidana, pembuat onar, bromocorah, diagungkan. Calon Arang DCA adalah pencuri dan orang-orang yang kehilangan tokoh yang menimbulkan konflik berupa harapan. teluh adalah desa Bekerja adalah yang obat bagi penduduk Desa Buangan. Calon pemimpin Arang upacara JDJ Desa yang Kabikuan menyengsarakan Jirah rakyat Kerajaan Kadiri. merupakan Arang DCA dan JDJ di merupakan tokoh yang berilmu sehingga Kabikuan. Sembahyang yang dimaksud memiliki murid utama. Calon Arang DCA adalah penyembahan Dewi Durga. Batin memiliki enam murid utama, sedangkan penduduk Desa Kabikuan Jirah terisi Calon Arang JDJ memiliki delapan murid dengan yang utama. Murid utama Calon Arang DCA diajarkan oleh Calon Arang. Semua adalah Wökçirsa, Mahisawadana, Lěndě, penduduk tidak ada yang melewatkan dan Guyang, Larung dan Gandi. Murid Utama selalu khidmat dalam acara sembahyang. Calon Arang JDJ adalah Lenda Lendi, Oleh karena itu, penduduk Desa Kabikuan Jaran Guyang, Weksirsa, Rarung, Gandi, Jirah ditunjukkan sebagai penduduk yang Mahisawadana, dan Damalung. Murid- sopan, berkemauan keras, disiplin, dan murid Calon Arang DCA dan JDJ sama- tenang. sama sakti. ajaran Calon sembahyang Calon Buddha Tantra Arang JDJ memberikan Perbedaan kedudukan ilmu yang contoh bertani dan kriya untuk diperjual- dimiliki Calon Arang DCA dan JDJ belikan. Murid-murid Kabikuan Jirah adalah pada kebijaksanaan penggunaan digambarkan rutin berjualan ke pasar- ilmu pasar di desa-desa Kerajaan Wangsa menggunakan ilmu yang dimiliki tanpa Isana, termasuk pasar Desa Kerajaan kebijaksanaan, sedangkan Calon Arang Kadiri. Jirah JDJ menggunakan ilmu yang dimiliki menjual bahan pangan dan hasil kriya. dengan penuh kebijaksanaan. Murid- Dagangan mereka selalu laku dan habis murid Calon Arang DCA menggunakan bahkan sebelum tengah hari. Gambaran ilmu mereka untuk membuat kekacauan, tindakan sedangkan murid Murid-murid Calon memakmurkan Kabikuan Arang dan JDJ yang tersebut. Calon Calon Arang DCA Arang JDJ menyejahterakan 29 Netari Mulyawati… menggunakan ilmu yang dimiliki untuk Arang digunakan untuk melindungi desa- membangun desa. desa Kabikuan agar orang luar tidak Parodi inversi juga ditunjukkan melalui perubahan kesaktian mudah mencapai Jirah. Kesaktian yoga Calon tantra menjadikan Calon Arang sebagai Arang. Calon Arang DCA tidak hanya pendeta sakti yang dapat menghadapi sakti bentuk teluh, tetapi juga ditunjukkan lawan dan bertempur. melalui kemampuan fisik. Calon arang Calon Arang JDJ juga mengalami DCA perempuan paruh baya kuat dan serangan saat tidur sama seperti Calon mampu mengeluarkan api dari mata, Arang DCA. Bedanya penyerang JDJ hidung, telinga dan kepalanya. Kesaktian adalah telik sandi dan tidak mengaku itu digunakan saat menghadapi prajurit utusan Patih Utama Kadiri, sedangkan raja yang menyelinap ke kamarnya dan prajurit DCA mengaku sebagai utusan saat menghadapi Empu Baradah. Calon raja. Arang menggunakan kesaktian berupa api membunuh dari tubuhnya untuk membunuh dua sedangkan prajurit tentara yang dikirim Airlangga Melalui ilmu yoga tantra Calon Arang untuk menangkapnya. Calon Arang juga JDJ berhasil membuat mereka kaku. menunjukkan kesaktian saat membakar Calon Arang JDJ menanyakan latar pohon besar dan membuatnya terbelah belakang dan mengajak mereka berduel. dua dengan api dari tangannya. Calon Arang JDJ menjaga harga diri dua Calon Arang telik Calon DCA sandi Arang segera tersebut, JDJ tidak. Calon Arang JDJ menggunakan telik sandi itu dengan cara berduel, ia kesaktian dengan cara berbeda dengan tidak membunuh mereka begitu saja. Calon Arang DCA. Calon Arang JDJ Calon Arang JDJ dengan parodi kesaktian menggunakan kesaktian bukan untuk yoga tantra membuat pori-pori kedua telik menimbulkan sandi pecah, sehingga dua telik sandi itu rasa ketakutan pada penduduk Desa Kabikuan Jirah, tetapi untuk mempertahankan diri. Kesaktian tewas tanpa sisa. Parodi inversi kesaktian adalah Calon Arang JDJ bukan berupa teluh, pengantar menuju tetapi berupa kekuatan halimun dan yoga kekuasaan. Calon Arang JDJ sebagai tantra. Bentuk kesaktian Calon Arang JDJ pemimpin menjadi parodi inversi dari kesaktian merupakan Calon Arang DCA karena digunakan kekuasaan dari Calon Arang DCA. Calon untuk kebaikan. Kesaktian halimun Calon Arang JDJ dihormati, disegani, dan pendeta bentuk parodi Kabikuan parodi inversi Jirah inversi 30 Glorifikasi Calon Arang… disayangi karena parodi kesaktian dan kekuasaannya parodi kekuasaannya, sedangkan Calon Airlangga. Airlangga DCA dan JDJ Arang DCA dicemooh dan ditakuti. Calon terganggu Arang JDJ pemimpin Kabikuan Jirah kekuasaan Calon Arang DCA dan JDJ. memiliki latar belakang kedudukan yang Calon Arang DCA dan JDJ merupakan tidak dapat dibantah sebagai penyokong tokoh pendeta perempuan di Candi Durga kekuasaannya. Calon Arang JDJ memiliki yang kekerabatan raja-raja Perbedaannya adalah pada gambaran Kabikuan. karakter. Calon Arang DCA adalah Apalagi ditegaskan oleh Calon Arang peneluh yang jahat dan kejam sedangkan bahwa kerajaan Wangsa Isana selalu Calon Arang JDJ adalah raja pandita. dimenangkan oleh perempuan. Meski demikian, Calon Arang sama-sama Wangsa garis Isana ibu di dari sekitar Calon Arang JDJ dengan parodi selalu dengan sakti diperhatikan kesaktian dan kebal dan senjata. duri dalam daging bagi dan Airlangga. kesaktian dan kekuasaannya tidak berniat Calon Arang DCA meneluh sampai untuk menguasai semua kerajaan di ke ibukota, bahkan hendak meneluh sekitar Jirah. Calon Arang hanya menjaga Airlangga. Calon Arang JDJ dalam kerajaan-kerajaan Wangsa Isana menjaga keagungannya tata krama Kabikuan agar tidak terjadi mengancam kedaulatan Airlangga sebagai serangan raja. dan peperangan. Parodi sebagai Tindakan raja Calon Arang memegang bahkan raja-raja membelenggu kekuasaan Airlangga di Wangsa Isana dengan penobatan Raja Kadiri. Melalui gambaran Calon Arang Pandita. Raja Pandita adalah raja yang DCA dan JDJ yang berbeda tetapi sama- dianggap ideal dan bijaksana. Raja Wura- sama mengancam dan menjadi duri dalam Wuri dinobatkan Calon Arang sebagai daging bagi Airlangga. Hal ini membuat Raja Pandita karena berhasil membangun Airlangga kerajaannya dan paham dengan arti kedamaian dan bagi kedamaian. menajdi mengangkat Pemberian desa-desa krama yang kekuasaan ditunjukkan saat Calon Arang berhak tata pandita DCA sulit sulit Kabikuan mendapatkan Airlangga mendapat JDJ pengakuan perbatasan kepada Calon Arang dianggap kekuasaan. Berikut adalah kutipan yang sebagai bentuk pemahaman kedamaian menunjukkan dari Raja Wura-Wuri. membelenggu Airlangga: Tata Krama Kabikuan Strategi Calon Arang DCA dan JDJ dalam penggunaan kesaktian dan 31 Netari Mulyawati… “Siapa pun dipersiapkan yang yang teluh. Begitu pula Calon Arang JDJ menjadi raja menyerang istana Airlangga melalui dalam garis keturunan Wangsa Samarawijaya sebagai penerus tahta dari Isana akan selalu dimenangkan keturunan Wangsa Isana. Ancaman Calon dan Arang bagi Airlangga ini melanggengkan dikalahkan oleh perempuan.” pola mitos dan cerita DCA. “Dalam tata krama Kabikuan, perjanjian dan arkeologis karena terdapat dalam Prasasti pandita; tidak ada alasan apa Puncangan. Menurut Ninie Susanti (2010, pun yang mengizinkan raja 98-99) yang meneliti Prasasti Puncangan, membolehkan ada sosok perempuan yang berseteru pejabatnya suci raja Mitos ini juga dianalisis secara pejabatmemasuki dan dengan Airlangga dan perempuan itu melewati Kabikuan, terutama diyakini sebagai Calon Arang. Dalam apabila itu dimaksudkan untuk prasasti puncangan Airlangga diceritakan melakukan menyerang ratu wanita yang pembunuhan, gagah sekalipun atas tujuan membela perkasa seperti raksasa. Airlangga juga negara. Semua raja-raja di diceritakan menyerang Haji Wura-Wuri pulau ini tahu hal itu. Apabila dalam prasasti puncangan. Pelanggengan melanggar, mandala akan pola mitos ini menjadi identitas teks dan kehilangan padmanya, dan sesuai dengan harapan pembaca yang Siwa dan Budha tidak lagi telah memiliki pengalaman membaca berlingga, bagai raja mitos Calon Arang baik dari DCA, cerita merobohkan tahtanya bila lisan, maupun dari Prasasti Puncangan. melanggar tata krama Kabikuan.” (Cok Sawitri, 2007: 96-98) Parodi inversi kesaktian dan kebijaksanaan yoga tantra Calon Arang JDJ didapatkan dari kitab-kitab kuno. Calon Arang JDJ digambarkan membaca Calon Arang diserang oleh telik kitab saat bercengkrama dengan Ratna sandi yang dikirim Airlngga, kemudian Manggali. Hal ini menunjukkan bahwa Calon Arang mengganggu keamanan Calon Arang memiliki akses terhadap sehingga keagungan Airlangga sebagai pengetahuan raja dipertaruhkan. Calon Arang DCA Kesaktian Calon Arang digambarkan juga menyerang istana Airlangga dengan dengan kesaktian fisik, wawasan luas, dari kitab tersebut. 32 Glorifikasi Calon Arang… kemampuan baca-tulis, dan kebijaksaan. menolaknya. Calon Arang berstrategi agar Kesaktian Calon Arang didukung oleh dapat muncul, dikenal, dan menunjukkan status sosial yang tinggi sebagai kerabat eksistensinya di balik predikat „Janda ing raja-raja dapat Jirah‟ dan „Ibu Ratna Manggali‟. Meski Raja demikian, Calon Arang tetap menekankan meninggikan bahwa dirinya merupakan individu utuh Isyana, mengangkat Pandita. sehingga raja-raja Parodi menjadi inversi predikat Calon Arang JDJ sebagai „raja bernama Calon Arang. pandita‟ Arang terhadap penamaan dirinya tampak dan merendahkan predikat Airlangga menjadi „raja menantu‟. Sikap Calon pada kutipan di bawah ini: Semangat zaman yang diwakili oleh “Namaku, telah lenyap sejak Sawitri dalam JDJ bisa jadi merupakan putriku dilahirkan. Aku lebih proyeksi harapan komunal. Parodi JDJ dikenal sebagi ibu Ratna merupakan cerita yang berisi konsekuensi Manggali dan mereka yang dari biang masalah dalam DCA, biang sangsi, masalah itu adalah represi terhadap kematian perempuan. Sawitri meletakkan parodi- menyebutku parodi dalam teks JDJ, yaitu parodi Jirah, inversi, parodi negasi, parodi relativitas, kelahiranku, dan JDJ Kabikuan di wilayah menunjukkan pola cerita Calon Arang Medang.” (Cok Sawitri, dari sudut pandang baru dan tidak populer 2007: 51-52) sebelumnya. Penduduk ruang parodi. Semangat zaman Parodi yang diusung memanggil hanya mengingat suamiku, Rangda Jirah ing adalah tanah Jirah Calon digambarkan Arang dengan Sawitri adalah tentang dekonstruksi tokoh panggilan ibu di sepanjang penceritaan Calon Arang “tentunya, Bukan tentang JDJ. Panggilan „Ibu‟ bermakna superior lelaki dan perempuan” (Cok Sawitri, karena dimaksudkan sebagai „Ibu sumber 2007: 56). Calon Arang dalam CCA kehidupan‟ dengan beberapa kutipan. menerima begitu saja penamaan dirinya. Sawitri menempatkan Calon Arang bukan Akan tetapi, Calon Arang JDJ mengakui hanya sebagai sumber kehidupan tapi juga sekaligus menolak panggilan Janda dari sebagai sumber peraturan yang mengikat Jirah dan Ibu Ratna Manggali. Calon segala aspek kehidupan manusia di Jirah Arang dan raja-raja Wangsa Isyana termasuk mengakui panggilan dirinya sebagai janda dan tidak serta merta Airlangga. Strategi Sawitri menamai 33 Netari Mulyawati… tokoh Calon Arang seperti yang Melalui latar belakang Sawitri di dijelaskan di atas menunjukkan strategi atas maka tidak mengherankan bila JDJ dekonstruktif melalui feminisme. penuh dengan parodi yang Sawitri adalah aktivis, feminis, mempertanyakan dan mengkritik pada penulis, dan pemberdaya teater. Sawitri teks mitos Calon Arang. Parodi kesaktian, dengan sadar melakukan dekonstruksi pengagungan dan parodi kekuasaan dalam sejarah terhadap mitos cerita Calon JDJ Arang. Pengakuan ini ditulis Sawitri pada kepemimpinan catatan facebook Cok Sawitri dengan Kepemimpinan feminin sangat dominan judul “MOVE ON” -kah saya (?) - Debat ditunjukkan oleh Calon Arang, Ratna terbuka dengan Ayu Weda- bagian 2”. Manggali, Narotama, dan Samarawijaya. Sawitri dalam catatannya mengungkapkan Meski demikian, terdapat juga indikasi bahwa dirinya membaca artikel-artikel kepemimpinan maskulin yang cenderung ilmiah ditunjukkan oleh Airlangga, murid-murid dan buku-buku teori untuk mendekonstruksi mitos Calon Arang. Cok Sawitri dalam wawancara juga menunjukkan feminin indikasi dalam JDJ. utama Calon Arang, Empu Baradah, Permaisuri Airlangga, dan Patih Utama tahun 2012 juga mengungkapkan bahwa Kabikuan. dirinya mendapatkan cerita Calon Arang (2011:132) dari naskah lontar milik tantenya “Tapi kepemimpinan feminin dan maskulin saya kan cucu kesayangan. Saya lalu bedasarkan penelitian Patricia S. Parker merayu tante saya” (2008). Cok Sawitri (1996). tidak semua ciri-ciri tersebut mendapat banyak cerita tentang asal usul dimiliki tokoh-tokoh dalam JDJ. Meski keluarganya yang berhubungan dengan demikian, ciri-ciri kepemimpinan feminin Calon Arang. Cok Sawitri membacakan tidak berarti hanya dimiliki tokoh dengan lontar Calon Arang diiringi dengan ritual- gender ritual tertentu. Sawitri juga menyebutkan sebaliknya. Berikut adalah tabel ciri-ciri bahwa dirinya mengakses naskah kuno kepemimpinan feminim dan maskulin: yang ada di Belanda. Nina Zulida Situmorang menyusun perempuan, begitu ciri-ciri pula Naskah kuno di Belanda yang dimaksud Sawitri adalah naskah yang ditransliterasi Poerbatjaraka menjadi DCA yang digunakan sebagai pembanding dalam penelitian ini. 34 Glorifikasi Calon Arang… Tabel 1 Ciri-ciri kepempinan feminin dan maskulin Arang tersenyum. Ratna Manggali yang KEPEMIMPINAN KEPEMIMPINAN depan. Narottama yang selalu hormat FEMININ MASKULIN penyayang dan kalem melihat masa pada Calon Arang dan setia pada Tidak Agresif Sangat Agresif Tergantung Tidak Tergantung Emosional Tidak Emosional Sangat Subjektif Sangat Objektif Mudah Tidak Mudah Terpengaruh Terpengaruh Pasif Aktif pernah Tidak Kompetitif Sangat Kompetitif mengamuk, seperti dalam DCA. Calon Sulit Mengambil Mudah Mengambil Arang juga tidak mengungkapkan hal-hal Keputusan Keputusan negatif Tidak Mandiri Mandiri lawannya yaitu Airlangga. Hal-hal negatif Mudah Tersinggung Tidak Mudah tentang Airlangga. sebagai Gambaran ekspresi keputusan lemah dalam lembut pengambilan tokoh-tokoh menunjukkan indikasi kepemimpinan feminim. Calon Arang selalu tenang dan tidak Tersinggung diceritakan dengan Sangat Suka Spekulasi Spekulasi Kurang Percaya Sangat Percaya pada pada Diri Sendiri Diri Sendiri Membutuhkan Rasa Tidak Terlalu Aman Membutuhkan Rasa gamblang Airlangga diceritakan Tidak Suka Arang. marah oleh atau tentang Calon Arang murid-murid Bahkan, saat Calon memberikan pengajaran pada Narottama Calon Arang memilih dengan metode trans atau kerasukan. Calon Arang tidak digambarkan Aman ikut membangun desa-desa dan hanya Sangat Tidak mengirim murid-murid utamanya, tetapi Memperhatikan Memperhatikan ia Penampilan Penampilan memimpin sembahyang di Candi Durga Membutuhkan Rasa Tidak Terlalu Kabikuan. Aman Membutuhkan Rasa Aman merupakan pendeta Pada saat yang selalu sembahyang penduduk Desa Kabikuan dapat melihat Calon Arang. Oleh karena itu, penduduk Desa Kabikuan mengenal, menghormati, Calon Narotama, digambarkan Arang, dan Ratna Manggali, Samawijaya melalui ekspresi sering lemah lembut. Mata Calon Arang yang selalu dan menyayangi Calon Arang. Kepemimpinan seperti ini menunjukkan kepemimpinan bagian dari yang hening kepemimpinan sebagai feminin. lembut, bahkan saat tidur pun Calon 35 Netari Mulyawati… Politik hening Calon Arang juga Manggali memiliki tanah di desa-desa ditunjukkan melalui strategi melindungi Kabikuan atas nama dirinya diserahkan Samarawijaya. Calon Arang tidak gaduh pada Samarawijaya sebagai bekal untuk menolak penobatan Airlangga, tidak juga menjadi pewaris Kadiri. gaduh mengungkapkan akan mengambil Narottama juga menunjukkan sikap alih kekuasaan Airlangga. Strategi Calon kepemimpinan Arang sangat hening dan halus. merupakan kanuruhan dalam DCA atau Calon Arang memberikan feminin. Narottama rasa seumpama ajudan Airlangga. Narottama Desa juga memiliki peran sebagai kepala duta penduduk kerajaan Kadiri yang membawa para Kabikuan ditandai dengan terpenuhinya penyair ke Kabikuan. Narottama datang kebutuhan dengan aman bagi murid dan penduduk Kabikuan. Kesejahteraan makanan, kemampuan kriya bervariasi sehingga membuat dan hubungan politik yang baik antara Kadiri transaksi jual beli yang aman. Murid dan Kabikuan. Narottama sebagai orang Kabikuan tidak hanya pandai yoga dan terdekat Airlangga dan Calon Arang bela diri, tetapi juga ilmu bertani, menampakkan gambaran problematis dari berternak, niaga, dan kriya sehingga sudut pandangnya. Narottama paham Kabikuan aman meski tanpa prajurit. kesengsaraan Kebutuhan rasa aman yang dipenuhi oleh Airlangga sehingga menyimpan dendam Calon dan melahirkan ketamakan, tetapi ia juga Arang penduduk, damai merupakan indikasi kepemimpinan feminim. yang pernah dirasakan paham ajaran Budha Tantra Calon Arang Ciri kepemimpinan feminin juga merupakan jalan yang benar. tampak saat Ratna Manggali mengatakan Narotama juga digambarkan sering di masa depan Calon Arang dan ajarannya terharu bahkan menangis menanggapi akan dipinggirkan. Calon Arang tidak suatu kejadian. Narotama digambarkan bertindak kompetitif, ia menerima saja mengeluarkan air mata haru dan tangis jalan yang harus dihadapinya. Calon saat mengalami trans atau kerasukan Arang juga tidak berusaha merebut flashback masa lalu Kabikuan secara kekuasaan dari Airlangga. Calon Arang magis (Cok Sawitri, 2007: 83). Narottama menyerahkan kepada juga menangis haru saat kelahiran putri Samarawijaya yang memang berhak atas mahkota dan saat mengenang kehebatan tahta Airlangga (Cok Sawitri, 2007: 31 dan 82). kekuasaan Kadiri. ditunjukkan Hal Ratna demikian Manggali. juga Ratna Narotama cenderung investigatif 36 Glorifikasi Calon Arang… menyikapi permasalahan Kadiri, hal ini kepemimpinan menimbulkan rasa bangga dari Airlangga melalui tindakan dan keputusan yang sebagai atasannya. Narotama yang tidak dibuatnya. Disebut cenderung karena agresif, tergantung pada Airlangga dan Airlangga Calon Arang, emosional, sangat subjektif, kepemimpinana dan dominan. sulit mengambil menunjukkan indikasi keputusan kepemimpinan feminin. cenderung juga maskulin memiliki feminin indikasi tetapi tidak Airlangga memiliki sikap tidak percaya diri karena penolakan Wangsa Samarawijaya juga menunjukkan indikasi kepemimpinan feminin. Isyana terhadap penobatannya sebagai raja (Cok Sawitri, 2007: 88-89). Samarawijaya tidak menampakkan diri Airlangga menyesali kelahirannya sebagai sampai waktu yang ditentukan Calon pangeran. Arang. Samarawijaya muncul saat umur pemuda biasa sehingga bebas menjadi 20 penyair, tahun dengan membawa tanda Airlangga ingin pedagang, menjadi petani, atau Kerajaan Kadiri berupa senjata keramat pemancing. Airlangga bahkan menangis dan cap Garudamukha beserta wilayah “pedih, membiarkan rambutnya tergerai. atas nama dirinya (Cok Sawitri, 2007: Terguncang ia dalam lara yang teramat 151). Tindakan politik Samarawijaya dihinakan” (Cok Sawitri, 2007: 89). sangat Airlangga saat mencapai keinginannya hening, sejak dirinya bayi. Airlangga melalui Narotama dan Empu memperhatikan Baradah pernah menanyakan tentang tindakan mengikatnya (menggelung ke Samarawijaya yang masih bayi, tetapi ia atas) saat dirinya berhasil mengalahkan tidak kerajaan-kerajaan Wangsa Isyana (Cok pernah muncul. Kemunculan Samarawijaya mengaburkan kemenangan Airlangga Sawitri, 2007: 149). Rasa tidak percaya menyerang diri dan memerhatikan penampilan pada kepemimpinan Airlangga merupakan ciri kepemimpinan feminin feminin. telah dijelaskan di atas. Selanjutnya, pembahasan indikasi dengan suasana kerajaan-kerajaan Wangsa Isyana. Indikasi penampilan kepemimpinan Meski terdapat ciri kepemimpinan feminin yang melakat pada penokohan, maskulin yang cenderung ditunjukkan tetapi oleh memiliki ciri kepemimpinan maskulin. Airlangga, murid-murid Calon Airlangga Arang, Permaisuri Airlangga, dan Empu Sebelum Baradah. Airlangga menunjukkan indikasi selalu mencapai menggerai tetapi tujuan cenderung Airlangga rambutnya yang 37 Netari Mulyawati… panjangnya sebahu. Hal ini menunjukkan Airlangga tidak Airlangga selalu menyimpan memperhatikan dendam tentang penyerangan perlaya atau penampilan dan lebih mementingkan malam pawiwahan. Perlaya terjadi saat pencapaian balas dendam dan kekuasaan. perayaan pernikahan Airlangga dengan Ekspresi Airlangga saat memimpin rapat Putri Mahkota Medang. Mertua, istri atau sering Airlangga (Putri Mahkota Medang) dan digambarkan dengan mata tajam, lidah banyak orang yang tewas saat perlaya yang menahan amarah dan kelu, telinga (Cok yang menahan hujatan, tangan mengepal berhasil merebut kembali membangun menahan Kadiri dan tidak ada kerajaan Isyana yang mengambil amarah, keputusan getar suara yang Sawitri, 2007: diredam. Ekpresi Airlangga yang ditahan menyerangnya tersebut bahwa kerajaan Wangsa Isyana di sekitar merupakan indikasi lagi. 18). Airlangga Kadiri Kepemimpinan yang tidak emosional keberhasilannya memperbanyak prajurit. merupakan Airlangga kepemimpinan maskulin. sangat menyerang yakin kepemimpinan yang tidak emosional. indikasi tidak Airlangga suka karena berspekulasi tentang tindakan dan sikap penolakan Airlangga memerintahkan untuk Wangsa Isana terhadap dirinya sebagai menulis segala hal tentang Kabikuan dan raja Kadiri, oleh karena itu Airlangga Calon Arang (Cok Sawitri, 2007: 33). tetap memelihara dendam. Pengamatan dan penulisan ini didasarkan Kerajaan Wangsa Isyana di sekitar pada rasa kompetitif yang tinggi pada Kadiri disebutkan oleh Calon Arang Airlangga. mengamati, „membiarkan‟ Airlangga (Cok Sawitri, mencatat, dan meniru pembangunan dan 2007: 123). Hal ini menunjukkan maksud perlindungan bisa Airlangga dilakukan Calon Kabikuan. Rasa Isyana menyerang Kadiri kalau mereka merupakan ingin. Kerajaan-kerajaan Wangsa Isyana indikasi kepemimpinan maskulin. Rasa yang lain telah sampai pada pemahaman kompetitif ini pula yang menggerakan saling Airlangga membalas dendam, tamak, dan menghibahkan tanah dan desa pada manipulatif. Sikap Airlangga dendam, Kabikuan tamak, dan menyadari tindakan tersebut dan semakin secara problematis Arang yang terhadap kompetitif Narottama. yang tinggi manipulatif digambarkan melalui tokoh saja kerajaan-kerajaan menjaga Jirah. kedamaian, sehingga Airlangga tenggelam dalam dendam. akhirnya memunculkan Wangsa tidak Dendam ketamakan. 38 Glorifikasi Calon Arang… Airlangga menyerang kerajaan-kerajaan langsung Wangsa Isyana di sekitar Kadiri dengan Samarawijaya adalah sangat Dharmmawangsa Tguh agresif. Serangan Airlangga dengan Wangsa Isyana. keturunan yang tersisa menjadi parodi karena berhasil sekaligus setelah perlaya. Keputusan Airlangga gagal. menobatkan Keberhasilan menunjukkan kegagalan strategi politik yang gaduh. Putrinya penyerangan Kadiri terhadap kerjaan- menerima penobatan itu dikategorikan, kerajaan sehingga dapat dianggap sebagai tindakan Wangsa dan putrinya Isyana ditenggerai Jenderal Utama Kabikuan (Cok Sawitri, 2007: 145). Jenderal Utama kepemimpinan maskulin pula. Kadiri Airlangga mengusung gaya kepemimpinan maskulin kemunculan yang otokratik menjadi penyebab prajurit dinobatkan Airlangga Samarawijaya melanggar tata krama berstrategi dengan Samarawijaya untuk sebagai memiliki Raja Kadiri. ikatan darah Kabikuan. Jenderal Utama kadiri tidak Wangsa Isyana, memiliki senjata pusaka menunggu Empu Baradah membeli tanah- dan cap Garudamukha serta wilayah desa tanah Utama yang luasnya setengah dari Kadiri (Cok Kabikuan memerintahkan untuk segera Sawitri, 2007:157). Ketamakan Airlangga melakukan pembantaian penduduk Desa memunculkan parodi karena tidak dapat Buangan, membangun jembatan gantung menolak Samarawijaya tetapi juga ingin dan menyerang Kerajaan Wura-Wuri. Putri Mahkota menjadi pewaris tahta. Airlangga baru mengetahui pelanggaran Airlangga membagi dua kerajaan menjadi tata krama Kabikuan setelah berhasil Kadiri dan Jenggala. Kadiri diserahkan menyerang Wura-Wuri atau Wuratan, pada Wengker dan Haji Hasyim. diwariskan pada Putri Mahkota. Kabikuan. Jenderal Rasa bersalah hanya menjadi parodi Samarawijaya Permaisuri dan Airlangga Jenggala memiliki dari ketamakan Airlangga yang semakin pemikiran yang sama dengan Airlangga. menjadi, ingin memberikan tahta pada Permaisuri mengganggap anaknya berhak anaknya Putri Mahkota (Cok Sawitri, atas tahta warisan ayahnya. Permaisuri 2007:150). Putri Airlangga tidak memiliki tidak paham dengan tata krama Kabikuan. hak meneruskan tahta menurut tata krama Permaisuri melakukan tindakan politis Kabikuan. Putri Airlangga merupakan agresif berupa penyerangan desa-desa anak dari permaisuri dari wangsa lain, Samarawijaya.Empu Baradah ditugaskan sehingga tidak memiliki hubungan darah memimpin penyerbuan itu (Cok Sawitri, 39 Netari Mulyawati… 2007: 172). Penyerbuan dan pembantaian Empu Bahula. Akhir cerita Calon Arang dilakukan saat Samarawijaya dinobatkan JDJ sama dengan CCA dan DCA, tetapi menjadi Raja Kadiri. bukan imitasi melainkan parodi. Calon Empu Baradah merupakan saudara Arang JDJ tewas dalam pertarungan seperguruan Calon Arang (Cok Sawitri, dengan Empu Baradah, bukan menyerah 2007: 66). Empu Baradah sangat tahu dan meminta pengapunan Empu Baradah latar belakang Calon Arang sebagai seperti pada CCA dan DCA. Kematian penguasa yang secara ikatan darah, Calon Arang juga bukan hanya menjadi kemampuan yoga tantra, kecerdasan, dan tragedi menyedihkan bagi Kabikuan saja, kebijaksanaan tidak dapat digugat. Empu tapi juga bagi Airlangga. Airlangga Baradah adalah tokoh yang menjelaskan adalah tirani atas serangan pada kerajaan alasan-alasan tindakan Calon Arang yang Wura-Wuri, Wuratan, Wengker, Haji tidak Hasyim dan Kabikuan Jirah Calon Arang. dipahami demikian, Airlangga. Empu kecenderungan Baradah Meski memiliki autokratis. Sikap autokratis Empu Baradah bukan terhadap Airlangga menempatkan diri sebagai beban dari kematian Calon Arang, sedangkan Calon Arang tewas dengan keagungan. orang lain, tetapi terhadap dirinya. Empu Baradah menanggung Sawitri menempatkan Calon Arang yang memiliki gaya kemepimpinan penasihat raja yang harus melakukan feminis dan Airlangga yang bergaya tugas sesuai perintah raja dan ratunya. kepemimpinan maskulin. Sawitri yang Empu Baradah membuka halimun yang memiliki menutupi jalan menuju Desa Kabikuan menunjukkan yang dipasang Calon Arang. Tindakan ini feminin menunjukkan Empu Baradah mengikuti kepemimpinan maskulin. Empu perintah Baradah Permaisuri menjalankan Airlangga untuk LSM perempuan bahwa lebih tertindas kepemimpinan efektif daripada kepemimpinan maskulin. Menurut Patricia Parker S (1996:193) kepemimpinan feminim lebih bersifat demokratis, sedangkan kepemimpinan menyerang Desa Kabikuan (Cok Sawitri, maskulin lebih autokratis. Kepemimpinan 2007: 171). Calon Arang memerintahkan yang bersifat demokratis adalah harapan Murid Utama Kabikuan, Ratna Manggali komunal pasca reformasi. Oleh karena itu, dan Empu Bahula untuk mengungsi gambaran kepemimpinan menyelamatkan merupakan harapan anak-anak dan feminim komunal yang perempuan. Calon Arang menghadapai 40 Glorifikasi Calon Arang… diwakili Sawitri sekaligus dapat memenuhi harapan pembaca. menggunakan ciri kepemimpinan feminin untuk menjadi tokoh superior. Airlangga Sawitri memangkas toko Wedawati meskipun memiliki ciri kepemimpinan dalam JDJ sehingga tidak dalam JDJ. feminin berupa rasa sensitif dan abai pada Tokoh anak perempuan ideal yang manis, penampilan cantik, senang Airlangga superior, karena ciri maskulin menolong tapi mengalami represi dari ibu lebih menonjol. Sawitri menunjukkan tirinya. Hal ini merupakan indikasi bahwa bahwa kepemimpinan feminin lebih bisa Sawitri menganggap tokoh Wedawati menjadikan tokoh menjadi superior. rajin, cekatan dan tetapi tidak Penyelesaian tidak perlu dimunculkan karena sudah membuat masalah tetap tidak sesuai dengan semangat zaman. membuat Calon Arang tewas tetapi Sudah meninggalkan tidak relevan mengangkat beban tersebut pada perempuan yang mengalami represi di Airlangga. Calon Arang yang tewas tidak rumahnya sendiri. menutup cerita melainkan membuka memiliki cerita baru. Hal ini menunjukkan indikasi hubungan emosional dengan mitos Calon ideologi Hegel yang menunjukkan bahwa Arang, karena tantenya pemilik naskah dalam suatu pertempuran bukan menang lontar Calon Arang. Menurut I Gusti dan Sawitri Agung setidaknya Mas Triadnyani keturunan-keturunan (2012: Calon 23) Arang sebagian besar masih memiliki naskah lontar yang berisi cerita Calon Arang. Naskah lontar tersebut tidak bisa sembarangan dibaca, harus diiringi ritual tertentu. Hal ini sesuai dengan ucapan Sawitri saat diwawancara tahun 2012. Sawitri menekankan dalam JDJ bahwa kepemimpinan feminin lebih ideal diterapkan pada tahun 2007 (dan mungkin hingga saat ini). Pola menjadi persoalan. Menurut Hegel seperti yang dikutip Rahardjo (2014) dalalam Diskusi Islam dan Marxisme menyebutkan bahwa saat terjadi pertempuran ada kemungkinan menang dan kalah. Adapula kemungkinan tidak ada yang kalah dan tidak ada yang menang melainkan melahirkan rezim atau aliran baru. Hal ini seringkali dianggap sebagai tesis berhadapan dengan antitesis sehingga menjadi sintesis. Apabila sintesis telah memiliki pola yang mapan maka kembali menjadi tesis dan begitu seterusnya. gaya yang Dengan demikian, Sawitri kepemimpinan tidak mengagungkan teks DCA sebagai feminin dan maskulin dimiliki tokoh laki- mitos Calon Arang seperti yang dilakukan laki Toer dalam CCA. Akan tetapi, Sawitri dan dan kalah perempuan. Calon Arang 41 Netari Mulyawati… juga mengkritik dan menambah khazanah 5. DAFTAR PUSTAKA mitos Cok Sawitri. (2007). Janda dari Jirah. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Calon Arang sehingga memproduksi karya sastra kontemporer yaitu JDJ. Hutcheon, Linda. (1991). The Politic of Postmodern parody (ed. Heinrich F Plett). New York: Walter de Gruyer. 4. SIMPULAN Parodi dalam JDJ menunjukkan Posisi pengarang yang mempertanyakan dan mengkritik mitos. Posisi pengarang dianalisis melalui faktor geografis, faktor politis, dan faktor budaya. Cok Sawitri dalam JDJ mengkritik, membantah dan menambah khasanah mitos JDJ. Cok Sawitri menggunakan kepemimpinan feminin mendekosntruksi represi ciri-ciri terhadap yang telah ada sebelumnya. Tindakan Cok Sawitri diidentifikasi dipengaruhi oleh pemikiran Hegel tentang tesis-antitesissintesis. Analisis penelitian ini juga menunjukkan bahwa konvensi mitos tetap untuk Nina Zulida Situmorang. (2011). Gaya Kepemimpinan Perempuan. Depok: Universitas Gunadarma. untuk perempuan pada teks-teks Calon Arang relevan I Gusti Agung Mas Triadnyani. (2012). Fenomena Rangdadan Pemaknaannya dalam Novel Janda dari Jirah. Prosiding The 4th International Conference on Indonesian Studies “Unity, Diversity dan Future”. dipertahankan atau diparodikan oleh pengarang pada teks novel terkini. Selain itu, bentuk kritik terhadap mitos sudah bukan hal tabu. Selain melanggengkan peminjaman mitos pada masa kini juga digunakan untuk Ninie Susanti. (2010). Airlangga: Biografi Raja Pembaru Jawa Abad XI. Jakarta: Komunitas bambu. Parker, Patricia S. (1996). Gender, culture, and leadership: Toward a culturally distinct model of AfricanAmerican women executives' leadership strategies. New Jersey: The Leadership Quarterly Sapardi Djoko Damono. (2005). Pegangan Penelitian Sastra Bandingan. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional Pusat Bahasa. Wellek dan Warren. (1993). Kesusastraan. Jakarta: Gramedia Teori PT. mengkritisi melalui parodi-parodi yang disusun dalam satu kesatuan dalam teks novel JDJ. 42