parodi calon arang dalam novel janda dari jirah karya cok

advertisement
Jurnal Pesona, Volume 3 No. 1, Januari 2017 Hlm. 25-42
ISSN Cetak : 2356 - 2080
ISSN Online : 2356 - 2072
PARODI CALON ARANG DALAM NOVEL JANDA DARI
JIRAH KARYA COK SAWITRI
Netari Mulyawati¹, Lina Meilinawati Rahayu², Acep Iwan Saidi³
¹Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Padjadjaran
[email protected]
²Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Padjadjaran
[email protected]
³Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Padjadjaran
Abstract
This research described characters parody in the novel Janda dari Jirah by Cok
Savitri. Parodi appears indicating that the glorification of Calon Arang. This research
method uses descriptive analytical with the theory of parody as part of intertextuality.
Parody which appears also associated with feminine and masculine leadership style
defined by Parker. This study shows that there is a glorification through figures and
depictions of feminine leadership style Candidate Arang.
Keywords: parody, intertextuality, glorification
dan kebenaran. Akan tetapi, pada masa
1. PENDAHULUAN
Mitos
banyak
digunakan
oleh
romantisme mitos tidak dianggap sebagai
penulis sastra sebagai tema cerita. Mitos
saingan
muncul kembali dalam bentuk karya
beriringan dengan kebenaran sebagai
sastra berupa puisi, novel, dan drama.
pelengkap (Wellek
Mitos
222).
berarti
cerita-cerita
anonim
mengenai asal mula alam semesta dan
nasib serta tujuan hidup (Wellek
Werren, 1993: 224).
konotasi
negatif
pada
kebenaran.
Mitos
menjadi
dan Werren, 1993:
Penulis sastra di Indonesia kerap
dan
mengangkat mitos sebagai tema cerita.
Mitos memiliki
Mitos Sangkuriang telah diangkat oleh
pada
zaman
Utuy
Tatang
Sontani
dalam
drama
pencerahan atau sekitar abad ke-17 dan
Sangkuriang-Dayang Sumbi (1953) dan
abad ke-18. Pada saat itu mitos hanya
Sang Kuriang (1959). Femmy Syaharani
dianggap sebagai khayalan, cerita rekaan
menulis novel Panah Patah Sangkuriang
dan dugaan yang berlebihan. Mitos juga
(2003). Ajip Rosidi menulis novel dari
dianggap tidak memiliki landasan ilmiah
mitos Lutung Kasarung dengan judul
Received 18 October 2016, Published 30 Januari 2017
Ciptaan disebarluaskan di bawah Lisensi Creative Commons Atribusi-BerbagiSerupa 4.0 Internasional.
Diterbitkan Oleh: http://ejournal.stkipmpringsewu-lpg.ac.id/index.php/fokus
Pesona : Jurnal Kajian Bahasa dan Sastra
Netari Mulyawati…
Purba sari Ayu Wangi (1986). Wisran
dan Empu Baradah mengalahkan Calon
Hadi menulis drama berdasarkan mitos
Arang.
Malin Kundang berjudul Malin Kundang
(1977).
Mitos
Roro
Mendut
Mitos
Calon
Arang
dianggap
ditulis
memiliki unsur kesejarahan dan dianggap
kembali oleh Ajip Rosidi dengan judul
benar-benar terjadi oleh kalangan tertentu
Roro Mendut (1961) dan Mangunwijaya
dalam masyakarat Bali. Mereka yang
dengan judul Roro Mendut (2008).
mengganggap Calon Arang benar-benar
Pertimbangan bahwa mitos telah
ada
percaya
bahwa
Empu
Tantular
hadir sejak lama dan telah dikenal
(penulis naskah Arjuna Wiwaha dan
khalayak
Sutasoma)
memudahkan
penulis
adalah
keturunan
Empu
menyampaikan ide cerita. Terutama bila
Bahula dan Ratna Manggali (I Gusti
mitos
karena
Agung Mas Triadnyani, 2012: 402).
pembaca akan mudah diingatkan. Makna
Calon Arang dianggap sebagai tokoh
mitos juga sering dianggap masih relevan
yang berperan penting dalam keturunan
hingga masa kini. Oleh karena itu,
Empu di Bali. Selain itu, Airlangga
pengarang cenderung meminjam mitos
sebagai tokoh raja dalam cerita memiliki
secara langsung atau pun tak langsung
catatan sejarah sebagai Raja Kediri pada
cerita yang telah dikenal khalayak luas
tahun
baik untuk mengukuhkan maupun untuk
2010:12).
bersifat
kesejarahan
membantah cerita tersebut (Sapardi Djoko
Damono, 2005: 20).
1009-1042
Calon
Arang
(Ninie
Susanti,
mengilhami
para
pengarang dan muncul dalam bentuk
Peminjaman mitos oleh pengarang
puisi, drama, dan novel. Calon Arang
terjadi pula pada mitos Calon Arang.
muncul dalam bentuk novel Dongeng
Mitos Calon Arang berkembang di Jawa
Calon Arang (1957) karya Pramoedya
Timur dan Bali. Mitos Calon Arang yang
Ananta Toer. Pada tahun 2003 Dongeng
dikenal khalayak adalah cerita seorang
Calon Arang dicetak ulang dengan judul
janda meneluh penduduk karena anak
Cerita Calon Arang. Galau Putri Calon
perempuannya tidak kunjung dilamar
Arang (2005) karya Femmy Syaharani
laki-laki di Desa Jirah. Keadaan yang
dan Yulyana, juga Janda dari Jirah
kacau dapat diamankan setelah tokoh
(2007) karya Cok Sawitri. Ketiga novel
Raja Airlangga mengutus tokoh Empu
menjadikan tokoh Calon Arang sebagai
Bahula untuk melamar Ratna Manggali
tokoh utama. Toer dan Femmy Syaharani
bersama Yulyana tetap menceritakan
26
Glorifikasi Calon Arang…
Calon Arang sebagai Pendeta Durga yang
bukan hanya untuk bernostalgia dengan
meneluh
Sawitri
masa lalu tetapi untuk mengkritik atau
Arang
mempertanyakan cerita sejarah. Oleh
sebagai Pendeta Kabikuan (Kabikuan
karena itu, sesuai pendapat Piliang bahwa
adalah
parodi
desa
mengubah
sedangkan
penokohan
asrama
Calon
Budha
Tantra)
yang
membangun desa di dekat Kabikuan.
juga
berhubungan
dengan
semangat zaman.
Perubahan penggambaran penulis
tentang tokoh Calon Arang merupakan
bagian
dari
merupakan
bentuk
parodi.
Parodi
bagian
dari
teori
intertekstualitas. Pada masa modernisme
parodi diartikan sebagai lucu, jenaka dan
menghibur.
Ahli
post-
modernisme
menganggap parodi sebagai istilah yang
patut diperhitungkan dan serius. Teks
parodi ditulis bukan untuk melecehkan
teks terdahulu, tetapi sebagai ironi untuk
menyampaikan fakta yang terpisah antara
masa lalu dan kini (Linda Hutcheon,
Dalam penelitian ini, novel Janda
dari Jirah (yang kemudian disingkat JDJ)
akan dibandingkan dengan teks De Calon
Arang. Teks De Calon Arang merupakan
transliterasi bahasa Belanda dari Naskah
Kuno berbahasa Kawi. Pada naskah kuno
terdapat
keterangan
bahwa
penulisan naskah dilakukan pada tahun
1459. Teks De Calon Arang disusun oleh
Poerbatajaraka pada tahun 1829. Selain
Calon
Penelitian ini menggunakan metode
kualitatif dengan teori parodi sebagai
bagian dari
intertekstualitas. Meski
demikian, teks sastra disusun oleh unsur
struktur
berupa judul, tokoh, alur, dan
latar cerita antara teks JDJ. Oleh karena
itu, dilakukan analisis imitasi unsur
struktur parodi teks JDJ. Melalui analisis
parodi maka akan diketahui unsur cerita
sejarah dan keadan sosial yang melatari
teks, serta pengaruh pengalaman pribadi.
Unsur sejarah dan keadaan sosial dalam
1991: 3).
tersebut
2. METODE PENELITIAN
arang,
tokoh-tokoh
lain
juga
dianalisis untuk menunjukkan bentuk
glorifikasi. Parodi dimunculkan penulis
teks bisa jadi dipengaruhi oleh unsur
sejarah dan kondisi sosial yang ada di
sekitar penulis saat menuliskan teks. Oleh
karena itu, akan dianalisis kaitan unsur
sejarah teks dengan unsur sejarah umum.
Telaah kondisi sosial teks dengan kondisi
sosial
di
lingkungan
penulis
saat
penyusunan teks juga menjadi penting.
Selain itu, pengaruh pengalaman penulis
yang kemungkinan menyisip dalam teks
akan dianalisis dalam bentuk pengalaman
penulis dapat berupa pengalaman bacaan
dan pengalaman kehidupan.
27
Netari Mulyawati…
Melalui
paparan
pengalaman
Tidak ada pendeta lain yang sanggup
bacaan dapat diketahui kedudukan teks
mengalahkan Calon Arang DCA dan JDJ.
sebagai teks tanggapan terhadap teks
terdahulu.
Begitu
pengalaman
kehidupan
mungkin
menyisip
pula
dengan
penulis
dalam
teks
yang
dan
Calon
Arang merupakan
tokoh
pembawa kemakmuran dalam JDJ. Calon
Arang
JDJ
memakmurkan
menyejahterakan penduduk
dan
Kabikuan
tersusun dalam bentuk epik memengaruhi
Jirah dengan cara menjaga tata krama
bentuk teks secara keseluruhan. Melalui
Kabikuan. Tata krama kabikuan adalah
rangkaian analisis yang telah dipaparkan
aturan yang mengikat penduduk desa-desa
di atas, maka akan tampak tujuan penulis
Kabikuan Jirah dan kerajaan di sekitar
melakukan penceritaan kembali mitos
Kabikuan Jirah. Tata krama Kabikuan
Calon
dapat
memastikan setiap desa Kabikuan dan
memperkuat,
desa Kerajaan tidak saling mengganggu.
mempertanyakan atau membantah mitos
Tanah Kabikuan tidak terikat dengan
Calon Arang.
kerajaan Wangsa Isana manapun. Desa-
dikenali
Arang. Tujuan
dalam
bentuk
penulis
desa Kabikuan tidak boleh dilewati untuk
3. HASIL DAN PEMBAHASAN
Parodi inversi Calon Arang dalam
tujuan perang atau penyerangan apapun.
Raja-raja
Wangsa
Isana
JDJ adalah pendeta sakti dan dihormati di
memberikan
Kabikuan Jirah, sedangkan Calon Arang
hadiah pada Kabikuan Jirah. Kabikuan
DCA adalah pendeta yang sakti meneluh.
Jirah boleh membeli tanah-tanah Kerajaan
Kesaktian Calon Arang sudah menjadi
Wangsa Isana bila raja menjualnya.
perbincangan penduduk Girah, sehingga
Peraturan tentang tanah sangat jelas
mereka menjadi takut. Apalagi Calon
dalam tata krama Kabikuan.
Arang menggunakan kesaktiannya dengan
tanah-tanahnya
boleh
sebagai
Calon Arang JDJ mengajarkan yoga
cara yang jahat dan bengis. Hingga pada
dan
bekerja
akhirnya tidak ada yang berani melamar
Kabikuan Jirah. “Bekerja adalah yoga
anak tunggal Calon Arang yaitu Ratna
bagi orang-orang seperti kami” (Cok
Manggali. Meski demikian, Calon Arang
Sawitri,
DCA dan JDJ sama-sama Calon Arang
tersebut tampak tingkatan yoga untuk
merupakan pendeta perempuan Candi
sudra-paria-waisya-satria-brahmana.
Durga di Jirah yang tidak tertandingi.
Bagi kaum sudra dan paria yoga bukan
2007:
pada
89)
penduduk
melalui
desa
kutipan
semedi atau bertapa seperti pada kaum
28
Glorifikasi Calon Arang…
waisya-satria-brahmana. Calon Arang JDJ
penduduk
melalui murid utama Kabikuan bahkan
merupakan bentuk parodi inversi dari
mampu membangun Desa Buangan. Desa
Calon Arang DCA. Calon Arang DCA
Buangan
berisi
bukan tokoh yang memakmurkan apalagi
narapidana, pembuat onar, bromocorah,
diagungkan. Calon Arang DCA adalah
pencuri dan orang-orang yang kehilangan
tokoh yang menimbulkan konflik berupa
harapan.
teluh
adalah
desa
Bekerja
adalah
yang
obat
bagi
penduduk Desa Buangan.
Calon
pemimpin
Arang
upacara
JDJ
Desa
yang
Kabikuan
menyengsarakan
Jirah
rakyat
Kerajaan Kadiri.
merupakan
Arang
DCA
dan
JDJ
di
merupakan tokoh yang berilmu sehingga
Kabikuan. Sembahyang yang dimaksud
memiliki murid utama. Calon Arang DCA
adalah penyembahan Dewi Durga. Batin
memiliki enam murid utama, sedangkan
penduduk Desa Kabikuan Jirah terisi
Calon Arang JDJ memiliki delapan murid
dengan
yang
utama. Murid utama Calon Arang DCA
diajarkan oleh Calon Arang. Semua
adalah Wökçirsa, Mahisawadana, Lěndě,
penduduk tidak ada yang melewatkan dan
Guyang, Larung dan Gandi. Murid Utama
selalu khidmat dalam acara sembahyang.
Calon Arang JDJ adalah Lenda Lendi,
Oleh karena itu, penduduk Desa Kabikuan
Jaran Guyang, Weksirsa, Rarung, Gandi,
Jirah ditunjukkan sebagai penduduk yang
Mahisawadana, dan Damalung. Murid-
sopan, berkemauan keras, disiplin, dan
murid Calon Arang DCA dan JDJ sama-
tenang.
sama sakti.
ajaran
Calon
sembahyang
Calon
Buddha Tantra
Arang
JDJ
memberikan
Perbedaan kedudukan ilmu yang
contoh bertani dan kriya untuk diperjual-
dimiliki Calon Arang DCA dan JDJ
belikan. Murid-murid Kabikuan Jirah
adalah pada kebijaksanaan penggunaan
digambarkan rutin berjualan ke pasar-
ilmu
pasar di desa-desa Kerajaan Wangsa
menggunakan ilmu yang dimiliki tanpa
Isana, termasuk pasar Desa Kerajaan
kebijaksanaan, sedangkan Calon Arang
Kadiri.
Jirah
JDJ menggunakan ilmu yang dimiliki
menjual bahan pangan dan hasil kriya.
dengan penuh kebijaksanaan. Murid-
Dagangan mereka selalu laku dan habis
murid Calon Arang DCA menggunakan
bahkan sebelum tengah hari. Gambaran
ilmu mereka untuk membuat kekacauan,
tindakan
sedangkan murid
Murid-murid
Calon
memakmurkan
Kabikuan
Arang
dan
JDJ
yang
tersebut.
Calon
Calon
Arang
DCA
Arang JDJ
menyejahterakan
29
Netari Mulyawati…
menggunakan ilmu yang dimiliki untuk
Arang digunakan untuk melindungi desa-
membangun desa.
desa Kabikuan agar orang luar tidak
Parodi inversi juga ditunjukkan
melalui
perubahan
kesaktian
mudah mencapai Jirah. Kesaktian yoga
Calon
tantra menjadikan Calon Arang sebagai
Arang. Calon Arang DCA tidak hanya
pendeta sakti yang dapat menghadapi
sakti bentuk teluh, tetapi juga ditunjukkan
lawan dan bertempur.
melalui kemampuan fisik. Calon arang
Calon Arang JDJ juga mengalami
DCA perempuan paruh baya kuat dan
serangan saat tidur sama seperti Calon
mampu mengeluarkan api dari mata,
Arang DCA. Bedanya penyerang JDJ
hidung, telinga dan kepalanya. Kesaktian
adalah telik sandi dan tidak mengaku
itu digunakan saat menghadapi prajurit
utusan Patih Utama Kadiri, sedangkan
raja yang menyelinap ke kamarnya dan
prajurit DCA mengaku sebagai utusan
saat menghadapi Empu Baradah. Calon
raja.
Arang menggunakan kesaktian berupa api
membunuh
dari tubuhnya untuk membunuh dua
sedangkan
prajurit tentara yang dikirim Airlangga
Melalui ilmu yoga tantra Calon Arang
untuk menangkapnya. Calon Arang juga
JDJ berhasil membuat mereka kaku.
menunjukkan kesaktian saat membakar
Calon Arang JDJ menanyakan latar
pohon besar dan membuatnya terbelah
belakang dan mengajak mereka berduel.
dua dengan api dari tangannya.
Calon Arang JDJ menjaga harga diri dua
Calon
Arang
telik
Calon
DCA
sandi
Arang
segera
tersebut,
JDJ
tidak.
Calon Arang JDJ menggunakan
telik sandi itu dengan cara berduel, ia
kesaktian dengan cara berbeda dengan
tidak membunuh mereka begitu saja.
Calon Arang DCA. Calon Arang JDJ
Calon Arang JDJ dengan parodi kesaktian
menggunakan kesaktian bukan untuk
yoga tantra membuat pori-pori kedua telik
menimbulkan
sandi pecah, sehingga dua telik sandi itu
rasa
ketakutan
pada
penduduk Desa Kabikuan Jirah, tetapi
untuk mempertahankan diri. Kesaktian
tewas tanpa sisa.
Parodi inversi kesaktian adalah
Calon Arang JDJ bukan berupa teluh,
pengantar
menuju
tetapi berupa kekuatan halimun dan yoga
kekuasaan. Calon Arang JDJ sebagai
tantra. Bentuk kesaktian Calon Arang JDJ
pemimpin
menjadi parodi inversi dari kesaktian
merupakan
Calon Arang DCA karena digunakan
kekuasaan dari Calon Arang DCA. Calon
untuk kebaikan. Kesaktian halimun Calon
Arang JDJ dihormati, disegani, dan
pendeta
bentuk
parodi
Kabikuan
parodi
inversi
Jirah
inversi
30
Glorifikasi Calon Arang…
disayangi karena parodi kesaktian dan
kekuasaannya
parodi kekuasaannya, sedangkan Calon
Airlangga. Airlangga DCA dan JDJ
Arang DCA dicemooh dan ditakuti. Calon
terganggu
Arang JDJ pemimpin Kabikuan Jirah
kekuasaan Calon Arang DCA dan JDJ.
memiliki latar belakang kedudukan yang
Calon Arang DCA dan JDJ merupakan
tidak dapat dibantah sebagai penyokong
tokoh pendeta perempuan di Candi Durga
kekuasaannya. Calon Arang JDJ memiliki
yang
kekerabatan
raja-raja
Perbedaannya adalah pada gambaran
Kabikuan.
karakter. Calon Arang DCA adalah
Apalagi ditegaskan oleh Calon Arang
peneluh yang jahat dan kejam sedangkan
bahwa kerajaan Wangsa Isana selalu
Calon Arang JDJ adalah raja pandita.
dimenangkan oleh perempuan.
Meski demikian, Calon Arang sama-sama
Wangsa
garis
Isana
ibu
di
dari
sekitar
Calon Arang JDJ dengan parodi
selalu
dengan
sakti
diperhatikan
kesaktian
dan
kebal
dan
senjata.
duri dalam daging bagi dan Airlangga.
kesaktian dan kekuasaannya tidak berniat
Calon Arang DCA meneluh sampai
untuk menguasai semua kerajaan di
ke ibukota, bahkan hendak meneluh
sekitar Jirah. Calon Arang hanya menjaga
Airlangga. Calon Arang JDJ dalam
kerajaan-kerajaan Wangsa Isana menjaga
keagungannya
tata krama Kabikuan agar tidak terjadi
mengancam kedaulatan Airlangga sebagai
serangan
raja.
dan
peperangan.
Parodi
sebagai
Tindakan
raja
Calon
Arang
memegang
bahkan
raja-raja
membelenggu kekuasaan Airlangga di
Wangsa Isana dengan penobatan Raja
Kadiri. Melalui gambaran Calon Arang
Pandita. Raja Pandita adalah raja yang
DCA dan JDJ yang berbeda tetapi sama-
dianggap ideal dan bijaksana. Raja Wura-
sama mengancam dan menjadi duri dalam
Wuri dinobatkan Calon Arang sebagai
daging bagi Airlangga. Hal ini membuat
Raja Pandita karena berhasil membangun
Airlangga
kerajaannya dan paham dengan arti
kedamaian dan bagi
kedamaian.
menajdi
mengangkat
Pemberian
desa-desa
krama
yang
kekuasaan ditunjukkan saat Calon Arang
berhak
tata
pandita
DCA
sulit
sulit
Kabikuan
mendapatkan
Airlangga
mendapat
JDJ
pengakuan
perbatasan kepada Calon Arang dianggap
kekuasaan. Berikut adalah kutipan yang
sebagai bentuk pemahaman kedamaian
menunjukkan
dari Raja Wura-Wuri.
membelenggu Airlangga:
Tata
Krama
Kabikuan
Strategi Calon Arang DCA dan JDJ
dalam
penggunaan
kesaktian
dan
31
Netari Mulyawati…
“Siapa
pun
dipersiapkan
yang
yang
teluh. Begitu pula Calon Arang JDJ
menjadi
raja
menyerang
istana
Airlangga
melalui
dalam garis keturunan Wangsa
Samarawijaya sebagai penerus tahta dari
Isana akan selalu dimenangkan
keturunan Wangsa Isana. Ancaman Calon
dan
Arang bagi Airlangga ini melanggengkan
dikalahkan
oleh
perempuan.”
pola mitos dan cerita DCA.
“Dalam tata krama Kabikuan,
perjanjian
dan
arkeologis karena terdapat dalam Prasasti
pandita; tidak ada alasan apa
Puncangan. Menurut Ninie Susanti (2010,
pun yang mengizinkan raja
98-99) yang meneliti Prasasti Puncangan,
membolehkan
ada sosok perempuan yang berseteru
pejabatnya
suci
raja
Mitos ini juga dianalisis secara
pejabatmemasuki
dan
dengan Airlangga dan perempuan itu
melewati Kabikuan, terutama
diyakini sebagai Calon Arang. Dalam
apabila itu dimaksudkan untuk
prasasti puncangan Airlangga diceritakan
melakukan
menyerang ratu wanita yang
pembunuhan,
gagah
sekalipun atas tujuan membela
perkasa seperti raksasa. Airlangga juga
negara. Semua raja-raja di
diceritakan menyerang Haji Wura-Wuri
pulau ini tahu hal itu. Apabila
dalam prasasti puncangan. Pelanggengan
melanggar,
mandala
akan
pola mitos ini menjadi identitas teks dan
kehilangan
padmanya,
dan
sesuai dengan harapan pembaca yang
Siwa dan Budha tidak lagi
telah memiliki pengalaman membaca
berlingga,
bagai
raja
mitos Calon Arang baik dari DCA, cerita
merobohkan
tahtanya
bila
lisan, maupun dari Prasasti Puncangan.
melanggar
tata
krama
Kabikuan.”
(Cok
Sawitri,
2007: 96-98)
Parodi
inversi
kesaktian
dan
kebijaksanaan yoga tantra Calon Arang
JDJ didapatkan dari kitab-kitab kuno.
Calon Arang JDJ digambarkan membaca
Calon Arang diserang oleh telik
kitab saat bercengkrama dengan Ratna
sandi yang dikirim Airlngga, kemudian
Manggali. Hal ini menunjukkan bahwa
Calon Arang mengganggu keamanan
Calon Arang memiliki akses terhadap
sehingga keagungan Airlangga sebagai
pengetahuan
raja dipertaruhkan. Calon Arang DCA
Kesaktian Calon Arang digambarkan
juga menyerang istana Airlangga dengan
dengan kesaktian fisik, wawasan luas,
dari
kitab
tersebut.
32
Glorifikasi Calon Arang…
kemampuan baca-tulis, dan kebijaksaan.
menolaknya. Calon Arang berstrategi agar
Kesaktian Calon Arang didukung oleh
dapat muncul, dikenal, dan menunjukkan
status sosial yang tinggi sebagai kerabat
eksistensinya di balik predikat „Janda ing
raja-raja
dapat
Jirah‟ dan „Ibu Ratna Manggali‟. Meski
Raja
demikian, Calon Arang tetap menekankan
meninggikan
bahwa dirinya merupakan individu utuh
Isyana,
mengangkat
Pandita.
sehingga
raja-raja
Parodi
menjadi
inversi
predikat Calon Arang JDJ sebagai „raja
bernama Calon Arang.
pandita‟
Arang terhadap penamaan dirinya tampak
dan
merendahkan
predikat
Airlangga menjadi „raja menantu‟.
Sikap Calon
pada kutipan di bawah ini:
Semangat zaman yang diwakili oleh
“Namaku, telah lenyap sejak
Sawitri dalam JDJ bisa jadi merupakan
putriku dilahirkan. Aku lebih
proyeksi harapan komunal. Parodi JDJ
dikenal sebagi ibu Ratna
merupakan cerita yang berisi konsekuensi
Manggali dan mereka yang
dari biang masalah dalam DCA, biang
sangsi,
masalah itu adalah represi terhadap
kematian
perempuan. Sawitri meletakkan parodi-
menyebutku
parodi dalam teks JDJ, yaitu parodi
Jirah,
inversi, parodi negasi, parodi relativitas,
kelahiranku,
dan
JDJ
Kabikuan
di
wilayah
menunjukkan pola cerita Calon Arang
Medang.”
(Cok
Sawitri,
dari sudut pandang baru dan tidak populer
2007: 51-52)
sebelumnya.
Penduduk
ruang
parodi.
Semangat zaman
Parodi
yang diusung
memanggil
hanya
mengingat
suamiku,
Rangda
Jirah
ing
adalah
tanah
Jirah
Calon
digambarkan
Arang
dengan
Sawitri adalah tentang dekonstruksi tokoh
panggilan ibu di sepanjang penceritaan
Calon Arang “tentunya, Bukan tentang
JDJ. Panggilan „Ibu‟ bermakna superior
lelaki dan perempuan” (Cok Sawitri,
karena dimaksudkan sebagai „Ibu sumber
2007: 56). Calon Arang dalam CCA
kehidupan‟ dengan beberapa kutipan.
menerima begitu saja penamaan dirinya.
Sawitri menempatkan Calon Arang bukan
Akan tetapi, Calon Arang JDJ mengakui
hanya sebagai sumber kehidupan tapi juga
sekaligus menolak panggilan Janda dari
sebagai sumber peraturan yang mengikat
Jirah dan Ibu Ratna Manggali. Calon
segala aspek kehidupan manusia di Jirah
Arang
dan raja-raja Wangsa Isyana termasuk
mengakui
panggilan
dirinya
sebagai janda dan tidak serta merta
Airlangga.
Strategi
Sawitri
menamai
33
Netari Mulyawati…
tokoh
Calon
Arang
seperti
yang
Melalui latar belakang Sawitri di
dijelaskan di atas menunjukkan strategi
atas maka tidak mengherankan bila JDJ
dekonstruktif melalui feminisme.
penuh
dengan
parodi
yang
Sawitri adalah aktivis, feminis,
mempertanyakan dan mengkritik pada
penulis, dan pemberdaya teater. Sawitri
teks mitos Calon Arang. Parodi kesaktian,
dengan sadar melakukan dekonstruksi
pengagungan dan parodi kekuasaan dalam
sejarah terhadap mitos cerita Calon
JDJ
Arang. Pengakuan ini ditulis Sawitri pada
kepemimpinan
catatan facebook Cok Sawitri dengan
Kepemimpinan feminin sangat dominan
judul “MOVE ON” -kah saya (?) - Debat
ditunjukkan oleh Calon Arang, Ratna
terbuka dengan Ayu Weda- bagian 2”.
Manggali, Narotama, dan Samarawijaya.
Sawitri dalam catatannya mengungkapkan
Meski demikian, terdapat juga indikasi
bahwa dirinya membaca artikel-artikel
kepemimpinan maskulin yang cenderung
ilmiah
ditunjukkan oleh Airlangga, murid-murid
dan
buku-buku
teori
untuk
mendekonstruksi mitos Calon Arang.
Cok
Sawitri
dalam
wawancara
juga
menunjukkan
feminin
indikasi
dalam
JDJ.
utama Calon Arang, Empu Baradah,
Permaisuri Airlangga, dan Patih Utama
tahun 2012 juga mengungkapkan bahwa
Kabikuan.
dirinya mendapatkan cerita Calon Arang
(2011:132)
dari naskah lontar milik tantenya “Tapi
kepemimpinan feminin dan maskulin
saya kan cucu kesayangan. Saya lalu
bedasarkan penelitian Patricia S. Parker
merayu tante saya” (2008). Cok Sawitri
(1996). tidak semua ciri-ciri tersebut
mendapat banyak cerita tentang asal usul
dimiliki tokoh-tokoh dalam JDJ. Meski
keluarganya yang berhubungan dengan
demikian, ciri-ciri kepemimpinan feminin
Calon Arang. Cok Sawitri membacakan
tidak berarti hanya dimiliki tokoh dengan
lontar Calon Arang diiringi dengan ritual-
gender
ritual tertentu. Sawitri juga menyebutkan
sebaliknya. Berikut adalah tabel ciri-ciri
bahwa dirinya mengakses naskah kuno
kepemimpinan feminim dan maskulin:
yang ada di Belanda.
Nina Zulida Situmorang
menyusun
perempuan,
begitu
ciri-ciri
pula
Naskah kuno di
Belanda yang dimaksud Sawitri adalah
naskah yang ditransliterasi Poerbatjaraka
menjadi DCA yang digunakan sebagai
pembanding dalam penelitian ini.
34
Glorifikasi Calon Arang…
Tabel 1 Ciri-ciri kepempinan feminin dan
maskulin
Arang tersenyum. Ratna Manggali yang
KEPEMIMPINAN
KEPEMIMPINAN
depan. Narottama yang selalu hormat
FEMININ
MASKULIN
penyayang dan kalem melihat masa
pada
Calon
Arang
dan
setia
pada
Tidak Agresif
Sangat Agresif
Tergantung
Tidak Tergantung
Emosional
Tidak Emosional
Sangat Subjektif
Sangat Objektif
Mudah
Tidak Mudah
Terpengaruh
Terpengaruh
Pasif
Aktif
pernah
Tidak Kompetitif
Sangat Kompetitif
mengamuk, seperti dalam DCA. Calon
Sulit Mengambil
Mudah Mengambil
Arang juga tidak mengungkapkan hal-hal
Keputusan
Keputusan
negatif
Tidak Mandiri
Mandiri
lawannya yaitu Airlangga. Hal-hal negatif
Mudah Tersinggung
Tidak Mudah
tentang
Airlangga.
sebagai
Gambaran
ekspresi
keputusan
lemah
dalam
lembut
pengambilan
tokoh-tokoh
menunjukkan
indikasi kepemimpinan feminim.
Calon Arang selalu tenang dan tidak
Tersinggung
diceritakan
dengan
Sangat Suka
Spekulasi
Spekulasi
Kurang Percaya
Sangat Percaya pada
pada Diri Sendiri
Diri Sendiri
Membutuhkan Rasa
Tidak Terlalu
Aman
Membutuhkan Rasa
gamblang
Airlangga
diceritakan
Tidak Suka
Arang.
marah
oleh
atau
tentang
Calon
Arang
murid-murid
Bahkan,
saat
Calon
memberikan
pengajaran pada Narottama Calon Arang
memilih
dengan
metode
trans
atau
kerasukan.
Calon Arang tidak digambarkan
Aman
ikut membangun desa-desa dan hanya
Sangat
Tidak
mengirim murid-murid utamanya, tetapi
Memperhatikan
Memperhatikan
ia
Penampilan
Penampilan
memimpin sembahyang di Candi Durga
Membutuhkan Rasa
Tidak Terlalu
Kabikuan.
Aman
Membutuhkan Rasa
Aman
merupakan
pendeta
Pada
saat
yang
selalu
sembahyang
penduduk Desa Kabikuan dapat melihat
Calon Arang. Oleh karena itu, penduduk
Desa Kabikuan mengenal, menghormati,
Calon
Narotama,
digambarkan
Arang,
dan
Ratna
Manggali,
Samawijaya
melalui
ekspresi
sering
lemah
lembut. Mata Calon Arang yang selalu
dan
menyayangi
Calon
Arang.
Kepemimpinan seperti ini menunjukkan
kepemimpinan
bagian
dari
yang
hening
kepemimpinan
sebagai
feminin.
lembut, bahkan saat tidur pun Calon
35
Netari Mulyawati…
Politik
hening
Calon
Arang
juga
Manggali memiliki tanah di desa-desa
ditunjukkan melalui strategi melindungi
Kabikuan atas nama dirinya diserahkan
Samarawijaya. Calon Arang tidak gaduh
pada Samarawijaya sebagai bekal untuk
menolak penobatan Airlangga, tidak juga
menjadi pewaris Kadiri.
gaduh mengungkapkan akan mengambil
Narottama juga menunjukkan sikap
alih kekuasaan Airlangga. Strategi Calon
kepemimpinan
Arang sangat hening dan halus.
merupakan kanuruhan dalam DCA atau
Calon
Arang
memberikan
feminin.
Narottama
rasa
seumpama ajudan Airlangga. Narottama
Desa
juga memiliki peran sebagai kepala duta
penduduk
kerajaan Kadiri yang membawa para
Kabikuan ditandai dengan terpenuhinya
penyair ke Kabikuan. Narottama datang
kebutuhan
dengan
aman bagi murid dan penduduk
Kabikuan.
Kesejahteraan
makanan,
kemampuan
kriya
bervariasi
sehingga
membuat
dan
hubungan politik yang baik antara Kadiri
transaksi jual beli yang aman. Murid
dan Kabikuan. Narottama sebagai orang
Kabikuan tidak hanya pandai yoga dan
terdekat Airlangga dan Calon Arang
bela diri, tetapi juga ilmu bertani,
menampakkan gambaran problematis dari
berternak, niaga, dan kriya sehingga
sudut pandangnya. Narottama paham
Kabikuan aman meski tanpa prajurit.
kesengsaraan
Kebutuhan rasa aman yang dipenuhi oleh
Airlangga sehingga menyimpan dendam
Calon
dan melahirkan ketamakan, tetapi ia juga
Arang
penduduk,
damai
merupakan
indikasi
kepemimpinan feminim.
yang
pernah
dirasakan
paham ajaran Budha Tantra Calon Arang
Ciri kepemimpinan feminin juga
merupakan jalan yang benar.
tampak saat Ratna Manggali mengatakan
Narotama juga digambarkan sering
di masa depan Calon Arang dan ajarannya
terharu bahkan menangis menanggapi
akan dipinggirkan. Calon Arang tidak
suatu kejadian. Narotama digambarkan
bertindak kompetitif, ia menerima saja
mengeluarkan air mata haru dan tangis
jalan yang harus dihadapinya. Calon
saat mengalami trans atau kerasukan
Arang juga tidak berusaha merebut
flashback masa lalu Kabikuan secara
kekuasaan dari Airlangga. Calon Arang
magis (Cok Sawitri, 2007: 83). Narottama
menyerahkan
kepada
juga menangis haru saat kelahiran putri
Samarawijaya yang memang berhak atas
mahkota dan saat mengenang kehebatan
tahta
Airlangga (Cok Sawitri, 2007: 31 dan 82).
kekuasaan
Kadiri.
ditunjukkan
Hal
Ratna
demikian
Manggali.
juga
Ratna
Narotama
cenderung
investigatif
36
Glorifikasi Calon Arang…
menyikapi permasalahan Kadiri, hal ini
kepemimpinan
menimbulkan rasa bangga dari Airlangga
melalui tindakan dan keputusan yang
sebagai atasannya. Narotama yang tidak
dibuatnya. Disebut cenderung karena
agresif, tergantung pada Airlangga dan
Airlangga
Calon Arang, emosional, sangat subjektif,
kepemimpinana
dan
dominan.
sulit
mengambil
menunjukkan
indikasi
keputusan
kepemimpinan
feminin.
cenderung
juga
maskulin
memiliki
feminin
indikasi
tetapi
tidak
Airlangga memiliki sikap tidak
percaya diri karena penolakan Wangsa
Samarawijaya juga menunjukkan
indikasi
kepemimpinan
feminin.
Isyana terhadap penobatannya sebagai
raja
(Cok
Sawitri,
2007:
88-89).
Samarawijaya tidak menampakkan diri
Airlangga menyesali kelahirannya sebagai
sampai waktu yang ditentukan Calon
pangeran.
Arang. Samarawijaya muncul saat umur
pemuda biasa sehingga bebas menjadi
20
penyair,
tahun
dengan
membawa
tanda
Airlangga
ingin
pedagang,
menjadi
petani,
atau
Kerajaan Kadiri berupa senjata keramat
pemancing. Airlangga bahkan menangis
dan cap Garudamukha beserta wilayah
“pedih, membiarkan rambutnya tergerai.
atas nama dirinya (Cok Sawitri, 2007:
Terguncang ia dalam lara yang teramat
151). Tindakan politik Samarawijaya
dihinakan” (Cok Sawitri, 2007: 89).
sangat
Airlangga saat mencapai keinginannya
hening,
sejak
dirinya
bayi.
Airlangga melalui Narotama dan Empu
memperhatikan
Baradah pernah menanyakan tentang
tindakan mengikatnya (menggelung ke
Samarawijaya yang masih bayi, tetapi ia
atas) saat dirinya berhasil mengalahkan
tidak
kerajaan-kerajaan Wangsa Isyana (Cok
pernah
muncul.
Kemunculan
Samarawijaya
mengaburkan
kemenangan
Airlangga
Sawitri, 2007: 149). Rasa tidak percaya
menyerang
diri dan memerhatikan penampilan pada
kepemimpinan
Airlangga merupakan ciri kepemimpinan
feminin
feminin.
telah dijelaskan di atas. Selanjutnya,
pembahasan
indikasi
dengan
suasana
kerajaan-kerajaan Wangsa Isyana.
Indikasi
penampilan
kepemimpinan
Meski terdapat ciri kepemimpinan
feminin yang melakat pada penokohan,
maskulin yang cenderung ditunjukkan
tetapi
oleh
memiliki ciri kepemimpinan maskulin.
Airlangga,
murid-murid
Calon
Airlangga
Arang, Permaisuri Airlangga, dan Empu
Sebelum
Baradah. Airlangga menunjukkan indikasi
selalu
mencapai
menggerai
tetapi
tujuan
cenderung
Airlangga
rambutnya
yang
37
Netari Mulyawati…
panjangnya sebahu. Hal ini menunjukkan
Airlangga
tidak
Airlangga
selalu
menyimpan
memperhatikan
dendam tentang penyerangan perlaya atau
penampilan dan lebih mementingkan
malam pawiwahan. Perlaya terjadi saat
pencapaian balas dendam dan kekuasaan.
perayaan pernikahan Airlangga dengan
Ekspresi Airlangga saat memimpin rapat
Putri Mahkota Medang. Mertua, istri
atau
sering
Airlangga (Putri Mahkota Medang) dan
digambarkan dengan mata tajam, lidah
banyak orang yang tewas saat perlaya
yang menahan amarah dan kelu, telinga
(Cok
yang menahan hujatan, tangan mengepal
berhasil merebut kembali membangun
menahan
Kadiri dan tidak ada kerajaan Isyana yang
mengambil
amarah,
keputusan
getar
suara
yang
Sawitri,
2007:
diredam. Ekpresi Airlangga yang ditahan
menyerangnya
tersebut
bahwa kerajaan Wangsa Isyana di sekitar
merupakan
indikasi
lagi.
18). Airlangga
Kadiri
Kepemimpinan yang tidak emosional
keberhasilannya memperbanyak prajurit.
merupakan
Airlangga
kepemimpinan
maskulin.
sangat
menyerang
yakin
kepemimpinan yang tidak emosional.
indikasi
tidak
Airlangga
suka
karena
berspekulasi
tentang tindakan dan sikap penolakan
Airlangga
memerintahkan
untuk
Wangsa Isana terhadap dirinya sebagai
menulis segala hal tentang Kabikuan dan
raja Kadiri, oleh karena itu Airlangga
Calon Arang (Cok Sawitri, 2007: 33).
tetap memelihara dendam.
Pengamatan dan penulisan ini didasarkan
Kerajaan Wangsa Isyana di sekitar
pada rasa kompetitif yang tinggi pada
Kadiri disebutkan oleh Calon Arang
Airlangga.
mengamati,
„membiarkan‟ Airlangga (Cok Sawitri,
mencatat, dan meniru pembangunan dan
2007: 123). Hal ini menunjukkan maksud
perlindungan
bisa
Airlangga
dilakukan
Calon
Kabikuan.
Rasa
Isyana menyerang Kadiri kalau mereka
merupakan
ingin. Kerajaan-kerajaan Wangsa Isyana
indikasi kepemimpinan maskulin. Rasa
yang lain telah sampai pada pemahaman
kompetitif ini pula yang menggerakan
saling
Airlangga membalas dendam, tamak, dan
menghibahkan tanah dan desa pada
manipulatif. Sikap Airlangga dendam,
Kabikuan
tamak,
dan
menyadari tindakan tersebut dan semakin
secara
problematis
Arang
yang
terhadap
kompetitif
Narottama.
yang
tinggi
manipulatif
digambarkan
melalui
tokoh
saja
kerajaan-kerajaan
menjaga
Jirah.
kedamaian,
sehingga
Airlangga
tenggelam
dalam
dendam.
akhirnya
memunculkan
Wangsa
tidak
Dendam
ketamakan.
38
Glorifikasi Calon Arang…
Airlangga menyerang kerajaan-kerajaan
langsung
Wangsa Isyana di sekitar Kadiri dengan
Samarawijaya
adalah
sangat
Dharmmawangsa
Tguh
agresif.
Serangan
Airlangga
dengan
Wangsa
Isyana.
keturunan
yang
tersisa
menjadi parodi karena berhasil sekaligus
setelah perlaya. Keputusan Airlangga
gagal.
menobatkan
Keberhasilan
menunjukkan
kegagalan
strategi politik yang gaduh. Putrinya
penyerangan Kadiri terhadap kerjaan-
menerima penobatan itu dikategorikan,
kerajaan
sehingga dapat dianggap sebagai tindakan
Wangsa
dan
putrinya
Isyana
ditenggerai
Jenderal Utama Kabikuan (Cok Sawitri,
2007:
145).
Jenderal
Utama
kepemimpinan maskulin pula.
Kadiri
Airlangga
mengusung gaya kepemimpinan maskulin
kemunculan
yang otokratik menjadi penyebab prajurit
dinobatkan
Airlangga
Samarawijaya
melanggar
tata
krama
berstrategi
dengan
Samarawijaya
untuk
sebagai
memiliki
Raja
Kadiri.
ikatan
darah
Kabikuan. Jenderal Utama kadiri tidak
Wangsa Isyana, memiliki senjata pusaka
menunggu Empu Baradah membeli tanah-
dan cap Garudamukha serta wilayah desa
tanah
Utama
yang luasnya setengah dari Kadiri (Cok
Kabikuan memerintahkan untuk segera
Sawitri, 2007:157). Ketamakan Airlangga
melakukan pembantaian penduduk Desa
memunculkan parodi karena tidak dapat
Buangan, membangun jembatan gantung
menolak Samarawijaya tetapi juga ingin
dan menyerang Kerajaan Wura-Wuri.
Putri Mahkota menjadi pewaris tahta.
Airlangga baru mengetahui pelanggaran
Airlangga membagi dua kerajaan menjadi
tata krama Kabikuan setelah berhasil
Kadiri dan Jenggala. Kadiri diserahkan
menyerang Wura-Wuri atau Wuratan,
pada
Wengker dan Haji Hasyim.
diwariskan pada Putri Mahkota.
Kabikuan.
Jenderal
Rasa bersalah hanya menjadi parodi
Samarawijaya
Permaisuri
dan
Airlangga
Jenggala
memiliki
dari ketamakan Airlangga yang semakin
pemikiran yang sama dengan Airlangga.
menjadi, ingin memberikan tahta pada
Permaisuri mengganggap anaknya berhak
anaknya Putri Mahkota (Cok Sawitri,
atas tahta warisan ayahnya. Permaisuri
2007:150). Putri Airlangga tidak memiliki
tidak paham dengan tata krama Kabikuan.
hak meneruskan tahta menurut tata krama
Permaisuri melakukan tindakan politis
Kabikuan. Putri Airlangga merupakan
agresif berupa penyerangan desa-desa
anak dari permaisuri dari wangsa lain,
Samarawijaya.Empu Baradah ditugaskan
sehingga tidak memiliki hubungan darah
memimpin penyerbuan itu (Cok Sawitri,
39
Netari Mulyawati…
2007: 172). Penyerbuan dan pembantaian
Empu Bahula. Akhir cerita Calon Arang
dilakukan saat Samarawijaya dinobatkan
JDJ sama dengan CCA dan DCA, tetapi
menjadi Raja Kadiri.
bukan imitasi melainkan parodi. Calon
Empu Baradah merupakan saudara
Arang JDJ tewas dalam pertarungan
seperguruan Calon Arang (Cok Sawitri,
dengan Empu Baradah, bukan menyerah
2007: 66). Empu Baradah sangat
tahu
dan meminta pengapunan Empu Baradah
latar belakang Calon Arang sebagai
seperti pada CCA dan DCA. Kematian
penguasa yang secara ikatan darah,
Calon Arang juga bukan hanya menjadi
kemampuan yoga tantra, kecerdasan, dan
tragedi menyedihkan bagi Kabikuan saja,
kebijaksanaan tidak dapat digugat. Empu
tapi juga bagi Airlangga. Airlangga
Baradah adalah tokoh yang menjelaskan
adalah tirani atas serangan pada kerajaan
alasan-alasan tindakan Calon Arang yang
Wura-Wuri, Wuratan, Wengker, Haji
tidak
Hasyim dan Kabikuan Jirah Calon Arang.
dipahami
demikian,
Airlangga.
Empu
kecenderungan
Baradah
Meski
memiliki
autokratis.
Sikap
autokratis Empu Baradah bukan terhadap
Airlangga
menempatkan
diri
sebagai
beban
dari
kematian Calon Arang, sedangkan Calon
Arang tewas dengan keagungan.
orang lain, tetapi terhadap dirinya. Empu
Baradah
menanggung
Sawitri menempatkan Calon Arang
yang
memiliki
gaya
kemepimpinan
penasihat raja yang harus melakukan
feminis dan Airlangga yang bergaya
tugas sesuai perintah raja dan ratunya.
kepemimpinan maskulin. Sawitri yang
Empu Baradah membuka halimun yang
memiliki
menutupi jalan menuju Desa Kabikuan
menunjukkan
yang dipasang Calon Arang. Tindakan ini
feminin
menunjukkan Empu Baradah mengikuti
kepemimpinan maskulin.
Empu
perintah
Baradah
Permaisuri
menjalankan
Airlangga
untuk
LSM
perempuan
bahwa
lebih
tertindas
kepemimpinan
efektif
daripada
kepemimpinan
maskulin.
Menurut
Patricia
Parker
S
(1996:193)
kepemimpinan feminim lebih bersifat
demokratis,
sedangkan
kepemimpinan
menyerang Desa Kabikuan (Cok Sawitri,
maskulin lebih autokratis. Kepemimpinan
2007: 171). Calon Arang memerintahkan
yang bersifat demokratis adalah harapan
Murid Utama Kabikuan, Ratna Manggali
komunal pasca reformasi. Oleh karena itu,
dan Empu Bahula untuk mengungsi
gambaran
kepemimpinan
menyelamatkan
merupakan
harapan
anak-anak
dan
feminim
komunal
yang
perempuan. Calon Arang menghadapai
40
Glorifikasi Calon Arang…
diwakili
Sawitri
sekaligus
dapat
memenuhi harapan pembaca.
menggunakan ciri kepemimpinan feminin
untuk menjadi tokoh superior. Airlangga
Sawitri memangkas toko Wedawati
meskipun memiliki ciri kepemimpinan
dalam JDJ sehingga tidak dalam JDJ.
feminin berupa rasa sensitif dan abai pada
Tokoh anak perempuan ideal yang manis,
penampilan
cantik,
senang
Airlangga superior, karena ciri maskulin
menolong tapi mengalami represi dari ibu
lebih menonjol. Sawitri menunjukkan
tirinya. Hal ini merupakan indikasi bahwa
bahwa kepemimpinan feminin lebih bisa
Sawitri menganggap tokoh Wedawati
menjadikan tokoh menjadi superior.
rajin,
cekatan
dan
tetapi
tidak
Penyelesaian
tidak perlu dimunculkan karena sudah
membuat
masalah
tetap
tidak sesuai dengan semangat zaman.
membuat Calon Arang tewas tetapi
Sudah
meninggalkan
tidak
relevan
mengangkat
beban
tersebut
pada
perempuan yang mengalami represi di
Airlangga. Calon Arang yang tewas tidak
rumahnya sendiri.
menutup
cerita
melainkan
membuka
memiliki
cerita baru. Hal ini menunjukkan indikasi
hubungan emosional dengan mitos Calon
ideologi Hegel yang menunjukkan bahwa
Arang, karena tantenya pemilik naskah
dalam suatu pertempuran bukan menang
lontar Calon Arang. Menurut I Gusti
dan
Sawitri
Agung
setidaknya
Mas
Triadnyani
keturunan-keturunan
(2012:
Calon
23)
Arang
sebagian besar masih memiliki naskah
lontar yang berisi cerita Calon Arang.
Naskah
lontar
tersebut
tidak
bisa
sembarangan dibaca, harus diiringi ritual
tertentu. Hal ini sesuai dengan ucapan
Sawitri saat diwawancara tahun 2012.
Sawitri menekankan dalam JDJ bahwa
kepemimpinan
feminin
lebih
ideal
diterapkan pada tahun 2007 (dan mungkin
hingga saat ini).
Pola
menjadi
persoalan.
Menurut Hegel seperti yang dikutip
Rahardjo (2014) dalalam Diskusi Islam
dan Marxisme menyebutkan bahwa saat
terjadi pertempuran ada kemungkinan
menang dan kalah. Adapula kemungkinan
tidak ada yang kalah dan tidak ada yang
menang melainkan melahirkan rezim atau
aliran baru. Hal ini seringkali dianggap
sebagai tesis berhadapan dengan antitesis
sehingga
menjadi
sintesis.
Apabila
sintesis telah memiliki pola yang mapan
maka kembali menjadi tesis dan begitu
seterusnya.
gaya
yang
Dengan demikian, Sawitri
kepemimpinan
tidak mengagungkan teks DCA sebagai
feminin dan maskulin dimiliki tokoh laki-
mitos Calon Arang seperti yang dilakukan
laki
Toer dalam CCA. Akan tetapi, Sawitri
dan
dan
kalah
perempuan.
Calon
Arang
41
Netari Mulyawati…
juga mengkritik dan menambah khazanah
5. DAFTAR PUSTAKA
mitos
Cok Sawitri. (2007). Janda dari Jirah.
Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Calon
Arang
sehingga
memproduksi karya sastra kontemporer
yaitu JDJ.
Hutcheon, Linda. (1991). The Politic of
Postmodern parody (ed. Heinrich F
Plett). New York: Walter de Gruyer.
4. SIMPULAN
Parodi dalam JDJ menunjukkan
Posisi pengarang yang mempertanyakan
dan mengkritik mitos. Posisi pengarang
dianalisis melalui faktor geografis, faktor
politis, dan faktor budaya. Cok Sawitri
dalam JDJ mengkritik, membantah dan
menambah khasanah mitos JDJ. Cok
Sawitri
menggunakan
kepemimpinan
feminin
mendekosntruksi
represi
ciri-ciri
terhadap
yang telah ada sebelumnya. Tindakan Cok
Sawitri diidentifikasi dipengaruhi oleh
pemikiran Hegel tentang tesis-antitesissintesis. Analisis penelitian ini juga
menunjukkan bahwa konvensi mitos tetap
untuk
Nina Zulida Situmorang. (2011). Gaya
Kepemimpinan Perempuan. Depok:
Universitas Gunadarma.
untuk
perempuan pada teks-teks Calon Arang
relevan
I Gusti Agung Mas Triadnyani. (2012).
Fenomena
Rangdadan
Pemaknaannya dalam Novel Janda
dari Jirah. Prosiding The 4th
International
Conference
on
Indonesian
Studies
“Unity,
Diversity dan Future”.
dipertahankan
atau
diparodikan oleh pengarang pada teks
novel terkini. Selain itu, bentuk kritik
terhadap mitos sudah bukan hal tabu.
Selain melanggengkan peminjaman mitos
pada masa kini juga digunakan untuk
Ninie
Susanti. (2010). Airlangga:
Biografi Raja Pembaru Jawa Abad
XI. Jakarta: Komunitas bambu.
Parker, Patricia S. (1996). Gender,
culture, and leadership: Toward a
culturally distinct model of AfricanAmerican
women
executives'
leadership strategies. New Jersey:
The Leadership Quarterly
Sapardi
Djoko
Damono.
(2005).
Pegangan
Penelitian
Sastra
Bandingan. Jakarta: Departemen
Pendidikan Nasional Pusat Bahasa.
Wellek dan Warren. (1993).
Kesusastraan.
Jakarta:
Gramedia
Teori
PT.
mengkritisi melalui parodi-parodi yang
disusun dalam satu kesatuan dalam teks
novel JDJ.
42
Download