BAB V. PENUTUP A. Kesimpulan Sebagian besar hak-hak anak dalam kelima keluarga dalam penelitian ini memiliki kondisi yang berbeda-beda pada masing-masing keluarga. Hanya hak anak untuk hidup dan hak anak untuk mengetahui orang tuanya, dibesarkan dan diasuh orang tuanya sendiri yang kondisinya sama yaitu terpenuhi untuk semua anak kelima keluarga. Kondisi hak-hak anak lainnya memiliki perbedaan pada anak-anak tiap keluarga, ada yang terpenuhi, ada yang kondisinya terpenuhi dengan catatan-catatan khusus yang menandakan kondisi yang terpenuhi tersebut belum sempurna dan rawan untuk kondisi menjadi kurang terpenuhi, ada yang kondisinya kurang terpenuhi, dan ada yang tidak terpenuhi. Masing masing dari varian kondisi selain kondisi terpenuhi dari hak-hak anak tersebut, memiliki kecenderungan kondisi dari kelima keluarga obyek penelitian. Hak-hak anak dengan kondisi cenderung kurang terpenuhi adalah hak tumbuh & berkembang secara wajar sesuai dengan harkat dan martabat manusia, hak beribadah menurut agamanya dalam bimbingan orang tua, hak memperoleh kesehatan sesuai kebutuhan fisik & mental, dan hak mendapat perlindungan dari perlakuan diskriminasi, eksploitasi baik ekonomi maupun seksual, penelantaran, kekejaman, kekerasan, & penganiayaan serta ketidakadilan & perlakuan salah lainnya. Kemudian hak-hak anak dengan kondisi cenderung terpenuhi namun dengan catatan adalah hak memperoleh nama sebagai identitas diri & status kewarganegaraan, hak menyatakan & didengar pendapatnya, menerima, mencari, & memberikan informasi sesuai dengan tingkat kecerdasan & usianya demi perkembangan dirinya sesuai dengan nilai-nilai kesusilaan & kepatutan, dan hak Beristirahat, memanfaatkan waktu luang, bergaul dengan sebaya, 273 bermain, berekreasi, & berkreasi sesuai minat, bakat, & tingkat kecerdasannya demi pengembangan diri. Sedangkan hak memperoleh pendidikan & pengajaran demi pengembangan pribadinya dan tingkat kecerdasannya sesuai minat & bakatnya kondisinya ada yang terpenuhi dengan catatan dan ada yang tidak terpenuhi, serta ada yang kurang terpenuhi. Beberapa aspek telah ditemukan sebagai penyebab atau latar belakang kondisi hak-hak anak tersebut. Aspek-aspek tersebut terlihat ada yang berasal dari dalam atau internal dari lima keluarga tersebut dan ada yang sifatnya dari luar atau eksternal keluarga. Aspek internal keluarga terdiri dari ekonomi keluarga dan interaksi sosial keluarga. Sedangkan aspek eksternal keluarga adalah masyarakat dan pemerintah. Pada aspek internal keluarga berupa kondisi ekonomi menunjukkan kondisi ekonomi rendahkeluarga yang lekat dengan kemiskinan dan lengkap dengan segala simbol-simbolnya turut mewarnai kondisi hak-hak anak pada kelima keluarga. Pada kebanyakan kondisi hak anak, aspek ekonomi tersebut menyebabkan kondisi yang kurang terpenuhi dan tidak terpenuhi dari hak-hak anak tersebut. Namun ada pengecualian pada hak anak mendapatkan pendidikan dan pengajaran demi pengembangan dirinya, beberapa anak dari keluarga tersebut mendapatkan motivasi dari orang tuanya dalam hak anak tersebut dengan menggunakan “kemiskinan” mereka agar anak menjadi lebih semangat berpendidikan agar kelak di kemudian hari dapat keluar dari kondisi mereka yang miskin. Aspek internal lainnya adalah interaksi sosial dalam keluarga. Interaksi antara anggota keluarga terutama orang tua sangat mempengaruhi kondisi beberapa hak anak. Hubungan orang tua dari beberapa keluarga yang kurang atau tidak harmonis menyebabkan kondisi beberapa hak anak menjadi kurang terpenuhi dan menyebabkan interaksi antara anak juga kurang harmonis juga beberapa anak bersikap agresif pada orang tuanya. Namun disisi lain hubungan orang tua dalam keluarga yang terlihat tidak 274 terlalu berkonflik dan hubungan antara anak dengan anak juga anak dengan orang tua juga demikian, ternyata tidak selalu membuat semua kondisi hak-hak anak terpenuhi. Keluarga yang cenderung tidak berkonflik tersebut memiliki anak-anak yang kurang antusias dalam pengembangan dirinya, mereka semua mengalami putus sekolah, dan beberapa mengalami pernikahan usia anak. Jadi tampak dari interaksi sosial diantara anggota keluarga dalam keluarga miskin ini cenderung mengalami kegagalan dalam mereka mendefinisikan anak sebagai individu yang mempunyai hak dan harus dipenuhi haknya. Sedangkan dalam hubungannya dengan interkasi keluarga, namun sedikit keluar dari keluarga ini yaitu interaksi para keluarga obyek penelitian yang tinggal bersama maupun tinggal tidak jauh dari keluarga besarnya dengan anggota keluarga besar tersebut turut mempengaruhi beberapa kondisi hak anak dalam keluarga tersebut. Hak-hak anak tersebut adalah hak anak tumbuh kembang dan hak anak berekreasi pada keluarga NS/NK yang terbantu karena adanya interaksi dengan ibu dari ibu NK. Kemudian pada keluarga PM/NT hak anak yang terbantu karena adanya interaksi dengan anggota keluarga besar adalah hak tumbuh kembang, hak kesehatan, hak pendidikan, dan hak bermain. Sedangkan pada keluarga SG/I interaksi dengan keluarga besar cenderung berpengaruh negatif pada pemenuhan hak anak dalam hal tumbuh kembang, kesehatan, dan pendidikan meskipun dengan catatan ada sedikit pengaruh positif berupa dalam hal kesehatan dalam wujud anjuran dari ibu bapak SG pada ibu I tentang imunisasi dan pemberian ASI pada anak. Aspek internal lain yang mempengaruhi kondisi hak-hak anak dalam penelitian dan masih berhubungan dengan interaksi sosial adalah aspek sosialisasi nilainilai dan pola pengasuhan yang diterima anak-anak dalam keluarga oleh orang tuanya. Dengan sosialisasi yang baik dan benar pada nilai-nilai yang berkaitan dengan hak-hak anak dalam kajian maka kondisi dari hak-hak anak tersebut juga menjadi terpenuhi dan 275 sebaliknya ketika nilai-nilai yang ada tidak tersosialisasi dengan baik dan salah, maka kondisi hak-hak anak tersebut kurang atau tidak terpenuhi. Nilai-nilai tersebut adalah nilai-nilai yang kaitan dengan agama, kesehatan, pendidikan, dan pergaulan. Sosialisasi nilai-nilai tersebut mempengaruhi hak anak beribadah menurut agamanya, hak anak mendapatkan kesehatan, hak anak memperoleh pendidikan dan pengajaran dalam rangka pengembangan dirinya, anak dari perlakuan yang salah yaitu pernikahan usia anak. Menjadi catatan dalam hal sosialisasi nilai ini, unsur kesadaran, pengetahuan, motivasi, dan pengalaman hidup orang tua terhadap nilai-nilai yang dimaksud linear ikut melatar belakangi kondisi hak-hak anak sama seperti aspek sosialisasi nilai. Kesadaran orang tua yang dimaksud adalah kesadaran untuk mengurus akta kelahiran anak yang berkaitan untuk pemenuhan hak anak tentang identitas dirinya, kesadaran untuk mengusahakan anak memiliki pendidikan formal kaitan pemenuhan hak anak tentang pendidikan, dan kesadaran untuk melindungi anak dari pergaulan bebas yang berkaitan dengan hak perlindungan anak dari perlakuan salah yang menyebabkan anak mengalami penikahan usia anak. Kemudian kaitan pengetahuan orang tua, yang dimaksud adalah pengetahuan akan pola hidup sehat termasuk asupan makanan dan gizi untuk anak yang berkaitan dengan pemenuhan hak anak tentang tumbuh kembang, pengetahuan akan pentingnya akta kelahiran anak yang berkaitan untuk pemenuhan hak anak tentang identitas dirinya, pengetahuan tentang jam istirahat anak yang berkaitan dengan pemenuhan hak anak tentang beristirahat, dan pengetahuan akan akibat buruk pernikahan anak yang berkaitan dengan hak perlindungan anak dari perlakuan salah yang menyebabkan anak mengalami penikahan usia anak. Sedangkan motivasi maksudnya dorongan yang dilakukan orang tua berupa dorongan pada anak untuk berpendidikan agar dapat hidup lebih baik di kemudian hari. Menjadi kesimpulan juga pada penelitian ini jika berkaitan dengan pengalaman hidup, ternyata unsur pengalaman hidup lebih berperan daripada unsur atau 276 aspek latar belakang pendidikan orang tua. Hal tersebut tampak pada pembeda dari keluarga-keluarga dengan orang tua atau salah satu dari orang tua berpendidikan tinggi atau menengah dibandingkan dengan satu keluarga yaitu keluarga GN yang dalam hal ini orang tua atau ibu berpendidikan rendah. Meskipun berpendidikan rendah GN sebagai orang tua lebih memiliki kesadaran beberapa nilai seperti pentingnya pendidikan dan pentingnya surat atau arsip kependudukan yang berkaitan dengan akta lahir anak, kesadaran tersebut terbentuk karena latar belakang GN yang berpengalaman hidup dalam lingkungan keluarga yang memiliki kesadaran akan nilai-nilai tersebut. Sedangkan pola asuh dalam keluarga melengkapi penjelasan dari aspek internal keluarga dengan turut menjadi latar belakang bagaimana kondisi hak-hak anak pada keluarga obyek penelitian. Masing-masing keluarga memiliki kecenderungan pada salah satu pola asuh yaitu otoriter, demokratis, atau permisif, dan ada yang campuran. Pada keluarga pertama (NS/NK) cenderung berpola asuh otoriter demokratis yang berpengaruh pada kondisi hak anak dalam hal berpendapat dan perlindungan dari kekerasan. Dalam keluarga tersebut yang lebih berperan dalam pengasuhan anak adalah sang ibu, ibu dapat memberi penjelasan dan alasan-alasan yang membantu anak agar mengerti mengapa ia diminta untuk mematuhi suatu aturan, namun disisi lain ibu maupun sang ayah menerapkan beberapa peraturan dengan kaku dan melakukan kekerasan jika anak tidak menurut dengan beberapa hal yang dikehendaki mereka. Sehingga berpengaruh dalam hak anak berpendapat, anak keluarga tersebut kadangkala dapat mengemukakan pendapat tapi seringkali tidak dapat karena adanya kekerasan dari orang tua dan itu berarti mereka kurang memenuhi kondisi hak anak untuk mendapatkan perlindungan dari perlakuan salah. Pada keluarga kedua (PM/NT), anak menjadi bingung karena orang tuanya memiliki pola asuh yang berbeda, sang ayah cenderung berpola asuh demokratis otoriter sedangkan ibu cenderung permisif, ayah seringkali menggunakan diskusi, penjelasan dan alasan-alasan yang membantu anak 277 agar mengerti mengapa ia diminta untuk mematuhi suatu aturan tetapi juga terdapat ciri otoriter ketika ayah memiliki kaidah-kaidah dan peraturan-peraturan yang kaku dalam mengasuh anaknya dalam bentuk hukuman untuk sesuatu yang dianggap sangat penting. Sedangkan sang ibu yang cenderung permisif dengan lebih banyak memberi kebebasan anak-anak dalam sehari-hari dalam berperilaku. Oleh sebab itudari pola asuh demikian itu, hak anak untuk mendapatkan bimbingan untuk pengembangan dirinya kurang karena cenderung memilih cara dari ibu yang permisif dengan tidak berupaya lebih untuk pengembangan diri. Pola asuh cenderung permisif juga terjadi pada ketiga keluarga lainnya (keluarga SK/NY, keluarga SG/I, keluarga GN). Orang tua pada ketiga keluarga tersebut cenderung permisif dengan membiarkan dan membebaskan anak melakukan hampir semua hal dengan tanpa kontrol yang memadai. Oleh sebab itu ketiga keluarga tersebut memiliki beberapa kondisi hak anak yang sama yang menunjukkan karena pola asuh permisif anak-anak menjadi cenderung bebas tak terkendali sehingga terjadilah putus sekolah hingga hamil dan pernikahan di usia anak, maka hak-hak anak dalam hal tumbuh kembang, pendidikan, menyatakan & didengar pendapatnya & mendapat informasi demi pengembangan dirinya, dan perlindungan dari perlakuan salah dalam keluarga-keluarga tersebut cenderung kurang terpenuhi. Selain aspek internal keluarga yang telah disimpulkan di atas, aspek eksternal keluarga yang juga mempengaruhi kondisi hak-hak anak dalam penelitian adalah masyarakat atau lingkungan sekitar dan pemerintah. Pada aspek masyarakat atau lingkungan sekitar terdiri dari unsur LSM (lembaga Swadaya Masyarakat), komunitas mahasiswa KKN (Kuliah Kerja Nyata), lembaga atau komunitas keagamaan Gereja, lembaga atau komunitas keagamaan Masjid, dan masyarakat setempat. Sedangkan pemerintah memiliki peran pada hak-hak anak keluarga obyek penelitian lewat lembaga kesehatan Puskesmas, dan program-program jaminan sosial untuk keluarga miskin. 278 Meskipun peran dari aspek eksternal keluarga ini lebih cenderung sifatnya pendukung pada peran keluarga dalam pemenuhan hak-hak anak, namun cukup membantu keluarga dalam berusaha memenuhi hak-hak anak mereka meskipun ada catatan bahwa terdapat unsur lingkungan sekitar masyarakat setempat yang masih kurang mendukung dalam salah satu hak anak yaitu penyediaan lingkungan bermain yang aman dan kondusif bagi anak mengingat kondisi lingkungan sekitar rumah beberapa keluarga tersebut cukup berbahaya untuk arena bermain anak-anak. Terakhir, menjadi pemahaman bahwa konteks lima keluarga dominan berbudaya Jawa dengan segala kearifan lokalnya, termasuk dalam hal pengasuhan anak yang tidak dapat dilepaskan dari latar belakang obyek penelitian dalam pemenuhan hakhak anak dalam keluarga. B. Refleksi Teoritis Kondisi hak-hak anak dalam penelitian ini terungkap sebagai akibat dari berbagai aspek dalam internal keluarga dan eksternal keluarga. Dari berbagai aspek tersebut dijelaskan dengan menggunakan pendekatan dari teori dan konsep dari perspektif interaksi simbolik yang dikembangkan oleh Herbert Mead, Blumer, dan para tokoh interaksi simbolik. Aspek-aspek yang terkandung dalam pendekatan interaksi simbolik yaitu makna simbol, diri (self), interaksi sosial, sosialisasi, dan masyarakat dapat menjelaskan sebagian kondisi hak-hak anak dalam keluarga miskin dari obyek kajian penelitian. Dikatakan sebagian karena terdapat bagian tertentu dari kondisi hakhak anak tersebut yang kurang dapat dijelaskan dengan pendekatan interaksi simbolik, sehingga harus dilengkapi beberapa teori lain yang dapat memperkuat penjelasan dari konsep atau teori interaksi simbolik atau melakukan penjelasan secara independen. Teori atau konsep interaksi simbolik yang dapat digunakan adalah yang berkaitan dengan aspek makna simbol melalui makana simbol kemiskinan anak-anak keluarga miskin obyek penelitian. Kemudian aspek diri (self) melalui teori pembentukan kepribadian yang dikembangkan Cooley dan Freud sebagai penjelasan bagaimana 279 beberapa keluarga miskin tersebut menyamakan diri dengan orang lain untuk selanjutnya membentuk kepribadian dalam rangka berperan dalam suatu kondisi hak anak sehingga kepribadian tersebut mempengaruhi keluarga berperan dalam kondisi hak-hak anak mereka terpenuhi dan ada yang tidak terpenuhi. Selanjutnya aspek interaksi sosial melalui interaksi sosial dalam keluarga, dengan melihat hubunganhubungan antara individu dalam keluarga tersebut maka dapat dilihat beberapa kondisi hak anak. Aspek lainnya adalah sosialisasi, dapat dilihat dari proses sosialisasi nilai dan pola asuh yang dilakukan orang tua keluarga obyek penelitian sebagai agen sosialisasi terhadap anak-anak mereka, maka dari konsep aspek ini terlihat beberapa kondisi hakhak anak yang terpenuhi atau tidak terpenuhi. Aspek terakhir dari interaksi simbolik tersebut adalah aspek masyarakat, bagi Blumer masyarakat terbentuk dari aktor-aktor sosial yang saling berinteraksi dan dari tindakan mereka dalam hubungannya dengan orang lain, dalam penelitian ini bahwa melalui interaksi dengan masyarakat, beberapa keluarga diuntungkan dalam beberapa kondisi hak-hak dari anak-anak mereka. Teori dan konsep dari perspektif interaksi simbolik di atas hanya mampu menjelaskan sebagian dari kondisi hak-hak anak pada obyek penelitian. Peneliti menemukan beberapa aspek lain diluar perspektif tersebut, yaitu aspek budaya kemiskinan termasuk yang disebut sebagai malaise (rasa tidak enak) yang turut menjadi latar belakang beberapa kondisi hak anak. Aspek lain adalah kesadaran dan pengetahuan dari anggota keluarga dewasa dalam hal ini terutama orang tua pada beberapa nilai yang seharusnya disosialisasikan dengan baik dan benar sehingga kondisi hak-hak anak dapat terbantu terpenuhi. Aspek selanjutnya adalah motivasi atau motif sosial, yang menjadi latar belakang beberapa keluarga dapat berperan dalam kondisi hak anak yang terpenuhi. Aspek terakhir adalah yang sifatnya sangat eksternal dari keluarga dan keluarga hampir tidak memiliki akses menyentuh jika tidak tersentuh yaitu pemerintah, pemerintah turut memberikan pengaruh pada keluarga dalam kondisi hak anak mereka dengan berbagai bantuan dan jaminan sosial. 280 Terlihat bahwa interaksi simbolik belum dapat sepenuhnya menjelaskan kondisi hak-hak anak yang menjadi rumusan masalah pada penelitian ini. Peneliti menemukan bahwa beberapa kritik yang dikemukakan oleh George Ritzer dan Douglas J. Goodman dalam buku Teori Sosiologi Modern (2004: 309-312) sebangun dengan apa yang menjadi temuan dalam penelitian ini, yaitu: 1. Interaksi simbolik terlalu meremehkan atau menganggap struktur yang berskala luas. Kelompok interaksionisme simbolik meminimalkan atau menyangkal fakta tentang struktur sosial dan mempengaruhi gambaran kontrol masyarakat akan perilaku. Hal ini tampak dari hasil penelitian ini bahwa struktur sosial dan masyarakat pun dapat mempengaruhi perilaku anggota keluarga obyek penelitian dalam rangka pemenuhan hak-hak anak-anak mereka. 2. Interaksionisme simbolik tampaknya mengabaikan keterkaitan (connectedless) antara hasil mikro dan makro, yang sejauh ini merupakan titik perhatian sosiologi. Hal ini tampak dari aspek pemerintah yang bergerak dalam tataran makro dengan pengaruhnya dalam berbagai struktur sosial msyarakat merupakan salah satu aspek yang tidak dapat diabaikan keterkaitannya dengan keluarga obyek penelitian dalam pemenuhan hak-hak anak. 3. Interaksionisme simbolik sebagai tidak cukup mikroskopis, mengabaikan aspek penting seperti ketidaksadaran, emosi, dan mengabaikan aspek psikologis, sebagai contoh kebutuhan perasaan, motif, tujuan, dan aspirasi. Hal ini terlihat dari aspek malaise (rasa tidak enak) dan motivasi yang dimiliki beberapa keluarga obyek penelitian yang juga menjadi latar belakang keluarga tersebut berperan dalam kondisi hak-hak anak mereka. 4. Teoretisi interaksionisme simbolik menentang adanya kekuatan abadi yang memaksa aktor sosial untuk bertindak. Mereka malah memusatkan diri pada arti, simbol, tindakan, dan interaksi, semua perhatian kepada masalah perilaku keseharian, kepercayaan yang berlebihan kepada situasi langsung dan perhatian yang obsesif 281 terhadap situasi sementara, episodik, dan singkat. Penelitian ini mengungkapkan berbagai fakta yang diperoleh dari informan dengan berbagai informasi yang tidak ataupun tidak bisa hanya berdasarkan situasi sementara, episodik, dan singkat, terdapat informasi-informasi yang juga berasal dari keterangan masa lalu para informan yang berlangsung hingga saat penelitian berlangsung, bahkan ada informasi yang saat keseharian dalam waktu penelitian tidak dapat direkam oleh peneliti sehingga mengandalkan informasi tentang apa yang sudah terjadi. C. Saran Peneliti menyadari penulisan penelitian ini masih jauh dari sempurna, mengingat berbagai keterbatasan yang ada. Peneliti mengharapkan semakin banyak penulisan riset-riset untuk anak terutama anak-anak miskin yang kondisi mereka berlipatlipat dalam ketidak berdayaan, terpinggirkan, tersubordinasi, dan termarginalkan karena sebagai anak seringkali mereka disebut sebagai individu yang tidak berdaya tanpa uluran tangan dari yang lebih dewasa dan sebagai bagian dari anggota kemiskinan mereka semakin tidak berdaya karena keterbatasan berbagai hal dari kemiskinannya tersebut. Dengan adanya berbagai riset yang menggunakanberbagai metode dan teori yang lebih bermanfaat semoga dapat lebih mendorong berbagai pihak untuk lebih memperhatikan dengan sungguh-sungguh mengenai persoalan anak yang merupakan aset penting keberlangsungan masyarakat sehingga dapat turut andil dalam menyelamatkan masa depan dunia. Akhir kata, tiada gading yang tak retak, kritik dan saran membangun sangat peneliti harapkan dalam rangka menuju kesempurnaan dari penulisan karya ini. 282