BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Landasan Teoritis 2.1.1 Return Saham Saham adalah surat berharga yang menunjukkan kepemilikan perusahaan sehingga pemegang saham memiliki hak klaim atas dividen atau distribusi lain yang dilakukan perusahaan kepada pemegang sahamnya, termasuk hak klaim atas aset perusahaan, dengan prioritas setelah hak klaim pemegang surat berharga lain dipenuhi jika terjadi likuiditas. Menurut Husnan (2004:303) sekuritas (saham) merupakan secarik kertas yang menunjukkan hak pemodal (yaitu pihak yang memiliki kertas tersebut) untuk memperoleh bagian dari prospek atau kekayaan organisasi yang menerbitkan sekuritas tersebut dan berbagai kondisi yang memungkinkan pemodal tersebut menjalankan haknya, sedangkan menurut Tandelilin (2001:18), saham merupakan surat bukti bahwa kepemilikan atas asetaset perusahaan yang menerbitkan saham. Jadi, saham adalah surat berharga yang diperdagangkan di pasar modal yang dikeluarkan oleh sebuah perusahaan yang berbentuk Perseroan Terbatas (PT), dimana saham tersebut menyatakan bahwa pemilik saham tersebut adalah juga pemilik sebagian dari perusahaan tersebut. Para investor termotivasi untuk melakukan investasi salah satunya adalah dengan membeli saham perusahaan dengan harapan untuk mendapatkan kembalian investasi yang sesuai dengan apa yang telah diinvestasikannya. Return merupakan hasil yang diperoleh dari suatu investasi. Menurut Jogiyanto (2013: 235), return saham dibedakan menjadi dua yaitu return realisasi (realized return) dan return ekspektasi (expected return). Return realisasi merupakan return yang sudah terjadi yang dihitung berdasarkan data historis. Return realisasi ini penting dalam mengukur kinerja perusahaan dan sebagai dasar penentuan return dan risiko dimasa mendatang. Return ekspektasi merupakan return yang diharapkan di masa mendatang dan masih bersifat tidak pasti. Dalam melakukan investasi investor dihadapkan pada ketidak pastian (uncertainty) antara return yang akan diperoleh dengan risiko yang akan dihadapinya. Semakin besar return yang diharapkan akan diperoleh dari investasi, semakin besar pula risikonya, sehingga dikatakan bahwa return ekspektasi memiliki hubungan positif dengan risiko. Risiko yang lebih tinggi biasanya dikorelasikan dengan peluang untuk mendapatkan return yang lebih tinggi pula (high risk high return, low risk low return). Tetapi return yang tinggi tidak selalu harus disertai dengan investasi yang berisiko. Hal ini bisa saja terjadi pada pasar yang tidak rasional. Return yang diterima oleh investor di pasar modal dibedakan menjadi dua jenis yaitu current income (pendapatan lancar) dan capital gain/capital loss (keuntungan selisih harga). Current income adalah keuntungan yang didapat melalui pembayaran yang bersifat periodik seperti dividen. Keuntungan ini biasanya diterima dalam bentuk kas atau setara kas sehingga dapat diuangkan secara cepat. Misalnya dividen saham yaitu dibayarkan dalam bentuk saham yang bisa dikonversi menjadi uang kas dengan cara menjual saham yang diterimanya, sedangkan Capital gain (loss) merupakan selisih laba (rugi) yang dialami oleh pemegang saham karena harga saham sekarang relatif lebih tinggi (rendah) dibandingkan harga saham sebelumnya. Jika harga saham sekarang (Pt) lebih tinggi dari harga saham periode sebelumnya (Pt-1) maka pemegang saham mengalami capital gain. Jika yang terjadi sebaliknya maka pemegang saham akan mengalami capital loss (Wijaya, 2010). 2.1.2 Investasi Dalam manajemen keuangan terdapat tiga keputusan, yaitu (1) keputusan investasi, (2) keputusan pendanaan, dana (3) keputusan deviden. Dari ketiga keputusan tersebut, keputusan investasi dianggap paling penting karena seseorang akan mengalokasikan dananya untuk investasi dengan harapan akan menerima keuntungan dimasa yang akan datang. Menurut Sunariyah (2006:4) investasi meupakan penanaman modal untuk satu atau lebih aktiva yang dimiliki dan biasanya berjangka waktu lama dengan harapan memperoleh keuntungan di masa yang akan datang. Ada beberapa teori yang mendukung keputusan investasi, keputusan pendanaan dan keputusan deviden, antara lain : 1) Teori Modigliani dan Merton Miller (MM) Teori ini ditemukan oleh Profesor Franco Modigliani dan Merton Miller selanjutnya disebut MM yang menerbitkan apa yang disebut sebagai artikel keuangan paling berpengaruh. MM membuktikan dengan menggunakan sekumpulan asumsi yang patut dipertanyakan, bahwa nilai suatu perusahaan seharusnya tidak dipengaruhi oleh struktur modal. Atau dengan kata lain, hasil yang diperoleh MM menunjukkan bahwa bagaimana cara perusahaan menandai operasinya tidak memiliki pengaruh, struktur modal adalah sesuatu yang tidak relevan (Brigham dan Houstan, 2011: 183). 2) Trade Off Theory Menurut Brigham dan Houstan (2011: 183) trade off theory adalah teori struktur modal yang menyatakan bahwa perusahaan menukar manfaat pajak dari pendanaan hutang dengan masalah yang ditimbulkan oleh potensi kebangkrutan. 3) Signal Theory Menurut Brigham dan Houstan (2011: 186) signal theory merupakan suatu tindakan yang diambil oleh manajemen suatu perusahaan memberikan petunjuk kepada investor tentang bagaimana manajemen menilai prospek perusahaan tersebut. Perusahaan dengan prospek yang sangat cerah lebih memilih untuk tidak melakukan pendanaan melalui penawaran saham baru, sementara perusahaan dengan prospek yang buruk memang menyukai pendanaan dengan ekuitas luar. 4) Pendekatan teori keagenan Teori ini menjelaskan bahwa struktur modal disusun untuk mengurangi konflik antar berbagai kelompok kepentingan. Konflik antar pemegang saham dengan manajer sebenarnya adalah konsep free cash flow. Tetapi ada kencendrungan bahwa manajer ingin menaham sumber daya (termasuk free cash flow) sehingga mempunyai control atas sumber daya tersebut. Hutang bisa dianggap sebagai cara untuk mengurangi konflik keagenan terkait free cash flow. Jika perusahaan menggunakan hutang maka manajer akan dipaksa untuk mengeluarkan kas dari perusahaan. 5) Balance theory Teori ini memprediksi suatu hubungan variabilitas pendapatan dengan penggunaan hutang. Teori tersebut menyatakan bahwa perusahaan dengan risiko bisnis rendah menggunakan hutang lebih banyak, dan menggunakan sedikit hutang pada risiko bisnis yang tinggi. Jadi pada kondisi yang rendah ketidak pastiannya, dampak keputusan pendanaan pada pertumbuhan akan positif, dan pada kondisi yang tidak pasti dampak keputusan pendanaan pada pertumbuhan negatif. 6) Deviden adalah tidak relevan Teori ini menyatakan bahwa kebijakan pembayaran deviden oleh perusahaan kepada pemegang saham tidak akan mempengaruhi kemakmuran pemegang saham. Selain itu, pembayaran deviden kepada pemegang saham tidak akan mempengaruhi nilai perushaan (Sartono, 2010:281). 7) Bird In Hand Theory Teori ini menyatakan bahwa investor lebih menyukai pendapatan berupa deviden yang sudah pasti diterima dibandingkan dengan mengharapkan keuntungan dari selisih harga saham (capital again) atau dengan kata lain pendapatan berupa deviden mempunyai risiko yang lebih kecil dibandingkan dengan keuntungan capital again (Sartono, 2010:281) 8) Tax Differential Theory Teori ini menyatakan bahwa deviden yang dibayarkan kepada pemegang saham cendrung dibebani dengan tingkat pajak yang lebih tinggi dibandingkan capital again. Oleh karena itu, para investor cendrung akan meminta tingkat keuntungan yang lebih tinggi dari pembayaran deviden (Sartono, 2010:281). 2.1.3 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Return Saham Investor dapat menilai kinerja keuangan perusahaan melalui analisa laporan keuangan tersebut sebelum melakukan investasi. Kinerja keuangan yang baik pada suatu perusahaan akan memberikan tingkat return yang lebih tinggi dari pada perusahaan yang memiliki kinerja keuangan yang buruk. Namun ada beberapa faktor yang harus diperhatikan investor yang mempengaruhi return saham. Ada faktor yang bersifat fundamental namun ada juga faktor eksternal yang mempengaruhi return saham seperti GDP, inflasi dan tingkat suku bunga. Informasi fundamental merupakan informasi yang berhubungan dengan kondisi perusahaan (emiten) yang meliputi kondisi manajemen, organisasi, sumber daya manusia dan kondisi keuangan yang tercermin dalam kinerja keuangan perusahaan. Analisis fundamental berlandaskan atas kepercayaan bahwa nilai suatu saham sangat dipengaruhi oleh kinerja suatu perusahaan yang menerbitkan saham tersebut. Semakin baik kinerja perusahaan, maka semakin meningkat harga sahamnya, yang kemudian akan meningkatkan tingakat return sahamnya. Teknik Analisis Fundamental biasanya menganalisis rasio-rasio keuangan. Menurut Hanafi dan Abdul Halim (2009 : 76) pada dasarnya analisis rasio bisa dikelompokkan ke dalam lima macam kategori, yaitu sebagai berikut: a. Rasio likuiditas, yaitu rasio yang mengukur kemampuan perusahaan memenuhi kewajiban jangka pendeknya. b. Rasio Solvabilitas, yaitu rasio yang mengukur sejauh mana kemampuan perusahaan memenuhi kewajiban jangka panjangnya. c. Rasio Aktivitas, yaitu rasio yang mengukur sejauh mana efektivitas penggunaan aset dengan melihat tingkat aktivitas asset. d. Rasio profitabilitas, yaitu rasio yang melihat kemampuan perusahaan menghasilkan laba (Profitabilitas). e. Rasio Pasar, yaitu rasio ini melihat perkembangan nilai perusahaan relatif terhadap nilai buku perusahaan. Salah satu tujuan dan keunggulan dari rasio adalah dapat digunakan untuk membandingkan hubungan return dan risiko dari perusahaan dengan ukuran yang berbeda. Rasio juga dapat menunjukkan profil suatu perusahaan, karakteristik ekonomi, strategi bersaing dan keunikan karakteristik operasi, keuangan dan investasi. Penelitian ini menggunakan empat rasio sebagai pengukuran kinerja perusahaan yang terdiri dari rasio profitabilitas, leverage, likuiditas dan penilaian pasar. Pada penelitian ini rasio aktivtas tidak digunakan karena belum ditemukan adanya pengaruh yang signifikan terhadap return saham pada penelitian-penelitian sebelumnya. 2.1.4 Profitabilitas Profitabilitas menunjukkan kemampuan perusahaan memperoleh laba atau ukuran efektivitas pengelolaan manajemen perusahaan. Kemampuan memperoleh laba bisa diukur dari modal sendiri maupun dari seluruh dana yang di investasikan ke dalam perusahaan. Dari batasan ini kita akan bisa mengatur rentabilitas perusahaan apabila kita tahu berapa laba perusahaan yang diperoleh pada suatu periode tertentu dan beberapa modal sendiri yang digunakan untuk memperoleh laba tersebut (Wiagustini, 2012:77). Rasio Profitabilitas adalah hasil akhir dari sejumlah kebijakan dan keputusan yang dilakukan oleh perusahaan. Profitabilitas ini mengukur kemampuan perusahaan menghasilkan keuntungan pada tingkat penjualan, asset, dan modal saham yang tertentu. Ada tiga rasio yang sering dibicarakan yaitu profit margin, return on total asset (ROA), dan return on equity (ROE). ROA mengukur kemampuan perusahaan menghasilkan laba bersih berdasarkan tingkat asset yang tertentu. ROA juga sering disebut juga sebagai ROI (Return On Investment). ROA yang tinggi menunjukkan efisiensi manajemen asset, yang berarti efisiensi manajemen. Tinggi rendahnya ROA tergantung pada pengolaan asset perusahaan oleh manajemen yang menggambarkan efisiensi dari operasional perusahaan dan sebaliknya. Rendahnya ROA dapat disebabkan oleh banyaknya asset perusahaan yang menganggur, investasi dalam persediaan terlalu banyak, kelebihan uang kertas, aktiva tetap beroperasi dibawah normal dan lain-lain. 2.1.5 Leverage Laverage mengukur kemampuan perusahaan memenuhi kewajiban- kewajiban jangka panjangnya. Perusahaan yang tidak solvabel adalah perusahaan yang total hutangnya lebih besar dibandingkan total asset dan modalnya. Laverage ini mengukur likuiditas jangka panjang perusahaan dan dengan demikian memfokuskan pada sisi kanan neraca. Ada beberapa macam rasio yang bisa dihitung yaitu rasio total hutang terhadap total asset, rasio hutang modal saham, rasio Times Interest Earned, rasio fixed charges coverage. Menurut Harahap (2009 : 303) rasio total hutang atas modal menggambarkan sampai sejauh mana modal pemilik dapat menutupi utang-utang kepada pihak luar. Semakin kecil rasio ini semakin baik. Rasio ini juga disebut rasio Leverage. Untuk keamanan pihak luar rasio terbaik jika jumlah modal lebih besar dari jumlah utang atau minimal sama. Namun bagi pemegang saham atau manajemen rasio Leverage ini sebaiknya lebih besar. Leverage memiliki tiga implikasi penting : (1) Dengan memperoleh dana melalui utang, para pemegang saham dapat mempertahankan kendali mereka atas perusahaan tersebut dengan sekaligus membatasi investasi yang mereka berikan. (2) Kreditor akan memihat pada ekuitas, atau dana yang diperoleh sendiri, sebagai suatu batasan keamanan, sehingga semakin tinggi proporsi dari jumlah modal yang diberikan oleh pemegang saham, maka semakin kecil resiko yang akan dihadapi kreditur. (3) Jika perusahaan mendapatkan hasil dari investasi yang didanai dengan dana hasil pinjaman lebih besar dari pada suku bunga yang dibayarkan, maka pengembalian dari modal pemilik akan diperbesar Brigham & Huston (2009:101). Debt to Equity Ratio (DER) merupakan rasio yang digunakan untuk menilai hutang dengan ekuitas. Rasio ini diukur dengan membandingkan antara hutang termasuk hutang lancar dengan seluruh ekuitas (Kasmir,2013:157). Menurut Basuki (2012) semakin besar rasio ini menunjukkan semakin besar tingkat ketergantungan perusahaan terhadap pihak eksternal dan semakin besar beban biaya hutang yang harus dibayar perusahaan. Semakin meningkat rasio hutang maka hal tersebut berdampak pada menurunnya profit yang diperoleh perusahaan, karena sebagian digunakan untuk membayar bunga pinjaman. 2.1.6 Likuiditas Likuiditas mengukur kemampuan jangka pendek perusahaan dengan melihat aktiva lancar perusahaan relative terhadap hutang lancar (hutang dalam hal ini merupakan kewajiban perusahaan). Misalnya membayar gaji, membayar biaya operasional, membayar hutang jangka pendek dan sebagainya yang membutuhkan biaya segera. Agar perusahaan selalu likuid, maka posisi dana lancar yang tersedia harus lebih besar dari pada utang lancar. Perusahaan yang tidak likuid berarti perusahaan tersebut tidak sehat. Rasio likuditas adalah rasio yang mengukur kemampuan perusahaan memenuhi kewajiban jangka pendeknya , rasio ini dapat dihitung melalui sumber informasi tentang modal kerja yaitu pospos aktiva lancar dan hutang lancar. Dengan demikian rasio likuditas berpengaruh dengan kinerja keuangan perusahaan sehingga rasio ini memiliki hubungan dengan harga saham perusahaan yang tetunya mempengaruhi return saham perusahaan. Rasio Lancar (Current Ratio) merupakan perbandingan aktiva lancar dan kewajiban lancar dan merupakan ukuran paling umum digunakan untuk mengetahui kesanggupan suatu perusahaan memenuhi kewajiban jangka pendeknya. Current Ratio menunjukkan sejauh mana aktiva lancar menutupi kewajiban-kewajiban lancar. Semakin besar perbandingan aktiva lancar dan kewajiban lancar semakin tinggi kemampuan perusahaan menutupi kewajiban jangka pendeknya. Current Ratio yang rendah biasanya dianggap menunjukkan terjadinya masalah dalam likuiditas, sebaliknya current ratio yang terlalu tinggi juga kurang bagus, karena menunjukkan banyaknya dana yang menganggur pada akhirnya dapat mengurangi laba perusahaan (Sawir,2009:10). Mengukur tingkat likuiditas dengan menggunakan current ratio sebagai alat ukur, maka tingkat likuditas atau current ratio dapet dipertinggi dengan cara (Riyanto,2008:28) : 1) Dengan hutang lancar tertentu, diusahakan untuk menambah aktiva lancar. 2) Dengan aktiva lancar tertentu, diusahakan untuk mengurangi jumlah hutang lancar. 3) Dengan mengurangi jumlah hutang lancar sama-sama dengan mengurangi aktiva lancar. 2.1.7 Penilaian Pasar Penilian pasar adalah menunjukkan pengakuan pasar terhadap kondisi keuangan yang dicapai perusahaan atau mengukur kemampuan manajemen dalam menciptakan nilai pasarnya diatas biaya investasi. Aspek penilaian pasar bisa dilihat dari perbandingan antara harga pasar saham dengan posisi keuangan perusahaan. Semakin tinggi rasio ini menunjukkan semakin tinggi pengakuan pasar terhadap posisi keuangan perusahaan dan menunjukkan semakin mahal saham perusahaan tersebut (Wiagustini, 2012:77) Penilaian pasar yang mengukur harga pasar relatif terhadap nilai buku. Sudut pandang penilaian pasar ini lebih banyak berdasar pada sudut investor (atau calon investor). Ada beberapa rasio yang bisa dihitung yaitu PER (Price Earning Ratio), dividend yield, dan pembayaran dividen (dividend payout). Rasio PER melihat harga saham relatif terhadap earning-nya. Perusahaan yang diharapkan akan tumbuh tinggi (mempunyai prospek yang baik) mempunyai PER yang tinggi, sebaliknya perusahaan yang diharapkan mempunyai pertumbuhan rendah akan mempunyai PER yang rendah. Dari segi investor, PER yang terlalu tinggi barangkali tidak menarik karena harga saham barangkali tidak akan naik lagi, yang berarti kemungkinan memperoleh capital gain akan lebih kecil. Bagi para investor semakin tinggi risiko harga terhadap laba price earning ratio maka pertumbuhan laba yang diharapkan juga mengalami kenaikan (Fahmi, 2012:97). Gambar 2.1 Kerangka Konseptual Profitabilitas (ROA) ( X1 ) H1 (+) Leverage (DER) ( X2 ) H2 (-) Return Saham ( Y ) H3 (+) Likuiditas (CR) ( X3 ) H4 (+) Penilaian pasar (PER) (X4) 2.2 Hipotesis Penelitian 2.2.1 Pengaruh Profitabilitas terhadap Return Saham Profitabilitas merupakan rasio yang menggambarkan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba. Laba atau profit adalah hal penting yang sangat diperhatikan oleh investor di pasar modal. Dalam penelitian ini Retrun On Asset menjadi proksi dalam profitabilitas. ROA digunakan untuk mengukur efektifitas perusahaan di dalam menghasilkan keuntungan dengan memanfaatkan aktiva yang dimilikinya. Dengan meningkatnya ROA berarti kinerja perusahaan semakin baik dan sebagai dampaknya harga saham perusahaan semakin meningkat. Dengan meningkatnya harga saham, maka return saham perusahaan yang bersangkutan juga meningkat. Dengan demikian ROA berpengaruh positif terhadap return saham Susilowati (2011). Indikator ROA merupakan salah satu indikator keuangan yang sering digunakan dalam menilai kinerja perusahaan. Semakin besar ROA, maka kinerja perusahaan tersebut semakin baik, karena tingkat pengembalian (return) semakin besar. Konsekuensinya ROA yang meningkat akan meningkatkan return saham. Teori tersebut juga konsisten dengan hasil penelitian yang dilakukan pleh Ulupui (2007), Prihantini (2009) dan Malintan (2010) menyatakan bahwa, ROA terbukti mempunyai pengaruh yang positif terhadap return saham. Dari uraian diatas maka dapat diperoleh hipotesis yaitu H1 : Profitabilitas berpengaruh positif signifikan terhadap return saham 2.2.2 Pengaruh Leverage terhadap Return Saham Rasio Leverage digunakan untuk mengukur seberapa jauh perusahaan di danai dengan hutang. Debt to equity ratio merupakan rasio yang membandingkan total hutang dengan total modal sendiri. Dengan demikian, debt to equity ratio juga dapat memberikan gambaran mengenai struktur modal yang dimiliki oleh perusahaan sehingga dapat dilihat tingkat risiko tak terbayarkan suatu hutang. Semakin besar debt to equity ratio, menunjukkan semakin besar pula beban perusahaan terhadap pihak luar, baik berupa pokok maupun bunga pinjaman. Jika beban perusahaan semakin berat maka kinerja perusahaan semakin memburuk dan hal ini berdampak pada penurunan harga saham di pasar modal. Dengan menurunnya harga saham perusahaan di pasar modal, maka return juga menurun. Beberapa penelitian empiris yang telah dilakukan sebelumnya oleh Soejoto (2001), Gilang (2012) dan Barakat (2014) memberikan bukti bahwa pengaruh Leverage terhadap return saham adalah negatif. H2 : Laverage berpengaruh negatif signifikan terhadap return saham 2.2.3 Pengaruh Likuiditas terhadap Return Saham Rasio likuiditas digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan memenuhi kewajiban jangka pendeknya. Di dalam penelitian ini, current ratio digunakan sebagai proksi dari rasio likuiditas. Current ratio diperoleh dari perbandingan antara jumlah aktiva lancar (current assets) dengan jumlah utang lancar (current liabilities). Menurut Brigham dan Houston (2001:79), current ratio menunjukkan besarnya kewajiban lancar yang ditutup dengan aktiva yang diharapkan akan dikonversi menjadi kas dalam jangka pendek. Semakin tinggi current ratio, maka dapat dikatakan bahwa perusahaan mempunyai kemampuan yang lebih besar dalam memenuhi kewajiban-kewajiban keuangan jangka pendeknya. Semakin baik current ratio mencerminkan semakin likuid perusahaan tersebut, sehingga kemampuan untuk memenuhi kemampuan jangka pendeknya semakin tinggi, hal ini akan mampu meningkatkan kredibilitas perusahaan di mata investor sehingga akan mampu meningkatkan return saham perusahaan. Setelah krisis ekonomi diduga bahwa para investor mulai memperhatikan manajemen kas, piutang, dan persediaan perusahaan sebelum mengambil keputusan berinvestasi di pasar modal. Hal ini telah terbukti dari penelitian yang telah dilakukan Ulupui (2007) dan Shandy (2013) yang mana current ratio berpengaruh positif terhadap return saham. H3 : Likuiditas berpengaruh positif signifikan terhadap return saham 2.2.4 Pengaruh Penilaian Pasar terhadap Return Saham Price Earning Rasio, yaitu rasio yang menunjukkan perbandingan antara harga saham dipasar atau harga perdana yang ditawarkan dibandingkan dengan pendapat yang diterima. Rasio penilaian pasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah Price Earning Ratio. PER digunakan oleh para investor untuk memprediksi kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba dimasa yang akan datang. Perusahaan yang memiki PER yang tinggi biasanya memiliki peluang tingkat pertumbuhan yang tinggi pula, begitu juga sebaliknya perusahaan yang memiliki PER yang rendah biasanya memiliki tingkat pertumbuhan yang rendah. Semakin tinggi PER maka harga saham dinilai semakin tinggi oleh investor terhadap pendapatan per lembar sahamnya, sehingga PER yang semakin tinggi juga menunjukkan semakin mahal saham tersebut terhadap pendapatannya. Jika harga saham semakin tinggi maka selisih harga saham periode sekarang dengan periode sebelumnya semakin besar, sehingga capital gain juga semakin meningkat Malintan (2012). Hal ini disebabkan karena capital gain dihitung dari selisih antara harga saham periode sekarang dengan harga saham periode sebelumnya. Dapat disimpulkan bahwa PER yang tinggi akan mengakibatkan return saham naik. Hal ini terbukti oleh penelitian yang dilakukan Aras (2014) dan Yulian (2010) yang mana Price Earning Ratio berpengaruh positif terhadap return saham. H4 : Penilaian pasar berpengaruh positif signifikan terhadap return saham