pengaruh penerapan anggaran biaya operasional sebagai alat

advertisement
BAB II
KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN
2.1
Landasan Teoritis
2.1.1
Return Saham
Saham adalah surat berharga yang menunjukkan kepemilikan perusahaan
sehingga pemegang saham memiliki hak klaim atas dividen atau distribusi lain
yang dilakukan perusahaan kepada pemegang sahamnya, termasuk hak klaim atas
aset perusahaan, dengan prioritas setelah hak klaim pemegang surat berharga lain
dipenuhi jika terjadi likuiditas. Menurut Husnan (2004:303) sekuritas (saham)
merupakan secarik kertas yang menunjukkan hak pemodal (yaitu pihak yang
memiliki kertas tersebut) untuk memperoleh bagian dari prospek atau kekayaan
organisasi yang menerbitkan sekuritas tersebut dan berbagai kondisi yang
memungkinkan pemodal tersebut menjalankan haknya, sedangkan menurut
Tandelilin (2001:18), saham merupakan surat bukti bahwa kepemilikan atas asetaset perusahaan yang menerbitkan saham. Jadi, saham adalah surat berharga yang
diperdagangkan di pasar modal yang dikeluarkan oleh sebuah perusahaan yang
berbentuk Perseroan Terbatas (PT), dimana saham tersebut menyatakan bahwa
pemilik saham tersebut adalah juga pemilik sebagian dari perusahaan tersebut.
Para investor termotivasi untuk melakukan investasi salah satunya adalah
dengan membeli saham perusahaan dengan harapan untuk mendapatkan
kembalian investasi yang sesuai dengan apa yang telah diinvestasikannya. Return
merupakan hasil yang diperoleh dari suatu investasi. Menurut Jogiyanto (2013:
235), return saham dibedakan menjadi dua yaitu return realisasi (realized return)
dan return ekspektasi (expected return). Return realisasi merupakan return yang
sudah terjadi yang dihitung berdasarkan data historis. Return realisasi ini penting
dalam mengukur kinerja perusahaan dan sebagai dasar penentuan return dan
risiko dimasa mendatang. Return ekspektasi merupakan return yang diharapkan di
masa mendatang dan masih bersifat tidak pasti. Dalam melakukan investasi
investor dihadapkan pada ketidak pastian (uncertainty) antara return yang akan
diperoleh dengan risiko yang akan dihadapinya. Semakin besar return yang
diharapkan akan diperoleh dari investasi, semakin besar pula risikonya, sehingga
dikatakan bahwa return ekspektasi memiliki hubungan positif dengan risiko.
Risiko yang lebih tinggi biasanya dikorelasikan dengan peluang untuk
mendapatkan return yang lebih tinggi pula (high risk high return, low risk low
return). Tetapi return yang tinggi tidak selalu harus disertai dengan investasi yang
berisiko.
Hal
ini
bisa
saja
terjadi
pada
pasar
yang
tidak
rasional.
Return yang diterima oleh investor di pasar modal dibedakan menjadi dua jenis
yaitu current income (pendapatan lancar) dan capital gain/capital loss
(keuntungan selisih harga). Current income adalah keuntungan yang didapat
melalui pembayaran yang bersifat periodik seperti dividen. Keuntungan ini
biasanya diterima dalam bentuk kas atau setara kas sehingga dapat diuangkan
secara cepat. Misalnya dividen saham yaitu dibayarkan dalam bentuk saham yang
bisa dikonversi menjadi uang kas dengan cara menjual saham yang diterimanya,
sedangkan Capital gain (loss) merupakan selisih laba (rugi) yang dialami oleh
pemegang saham karena harga saham sekarang relatif lebih tinggi (rendah)
dibandingkan harga saham sebelumnya. Jika harga saham sekarang (Pt) lebih
tinggi dari harga saham periode sebelumnya (Pt-1) maka pemegang saham
mengalami capital gain. Jika yang terjadi sebaliknya maka pemegang saham akan
mengalami capital loss (Wijaya, 2010).
2.1.2
Investasi
Dalam manajemen keuangan terdapat tiga keputusan, yaitu (1) keputusan
investasi, (2) keputusan pendanaan, dana (3) keputusan deviden. Dari ketiga
keputusan tersebut, keputusan investasi dianggap paling penting karena seseorang
akan mengalokasikan dananya untuk investasi dengan harapan akan menerima
keuntungan dimasa yang akan datang. Menurut Sunariyah (2006:4) investasi
meupakan penanaman modal untuk satu atau lebih aktiva yang dimiliki dan
biasanya berjangka waktu lama dengan harapan memperoleh keuntungan di masa
yang akan datang.
Ada beberapa teori yang mendukung keputusan investasi, keputusan
pendanaan dan keputusan deviden, antara lain :
1)
Teori Modigliani dan Merton Miller (MM)
Teori ini ditemukan oleh Profesor Franco Modigliani dan Merton Miller
selanjutnya disebut MM yang menerbitkan apa yang disebut sebagai
artikel keuangan paling berpengaruh. MM membuktikan dengan
menggunakan sekumpulan asumsi yang patut dipertanyakan, bahwa nilai
suatu perusahaan seharusnya tidak dipengaruhi oleh struktur modal. Atau
dengan kata lain, hasil yang diperoleh MM menunjukkan bahwa
bagaimana cara perusahaan menandai operasinya tidak memiliki pengaruh,
struktur modal adalah sesuatu yang tidak relevan (Brigham dan Houstan,
2011: 183).
2)
Trade Off Theory
Menurut Brigham dan Houstan (2011: 183) trade off theory adalah teori
struktur modal yang menyatakan bahwa perusahaan menukar manfaat
pajak dari pendanaan hutang dengan masalah yang ditimbulkan oleh
potensi kebangkrutan.
3)
Signal Theory
Menurut Brigham dan Houstan (2011: 186) signal theory merupakan
suatu tindakan yang diambil oleh manajemen suatu perusahaan
memberikan petunjuk kepada investor tentang bagaimana manajemen
menilai prospek perusahaan tersebut. Perusahaan dengan prospek yang
sangat cerah lebih memilih untuk tidak melakukan pendanaan melalui
penawaran saham baru, sementara perusahaan dengan prospek yang buruk
memang menyukai pendanaan dengan ekuitas luar.
4)
Pendekatan teori keagenan
Teori ini menjelaskan bahwa struktur modal disusun untuk mengurangi
konflik antar berbagai kelompok kepentingan. Konflik antar pemegang
saham dengan manajer sebenarnya adalah konsep free cash flow. Tetapi
ada kencendrungan bahwa manajer ingin menaham sumber daya
(termasuk free cash flow) sehingga mempunyai control atas sumber daya
tersebut. Hutang bisa dianggap sebagai cara untuk mengurangi konflik
keagenan terkait free cash flow. Jika perusahaan menggunakan hutang
maka manajer akan dipaksa untuk mengeluarkan kas dari perusahaan.
5)
Balance theory
Teori ini memprediksi suatu hubungan variabilitas pendapatan dengan
penggunaan hutang. Teori tersebut menyatakan bahwa perusahaan dengan
risiko bisnis rendah menggunakan hutang lebih banyak, dan menggunakan
sedikit hutang pada risiko bisnis yang tinggi. Jadi pada kondisi yang
rendah
ketidak
pastiannya,
dampak
keputusan
pendanaan
pada
pertumbuhan akan positif, dan pada kondisi yang tidak pasti dampak
keputusan pendanaan pada pertumbuhan negatif.
6)
Deviden adalah tidak relevan
Teori ini menyatakan bahwa kebijakan pembayaran deviden oleh
perusahaan
kepada
pemegang
saham
tidak
akan
mempengaruhi
kemakmuran pemegang saham. Selain itu, pembayaran deviden kepada
pemegang saham tidak akan mempengaruhi nilai perushaan (Sartono,
2010:281).
7)
Bird In Hand Theory
Teori ini menyatakan bahwa investor lebih menyukai pendapatan berupa
deviden yang sudah pasti diterima dibandingkan dengan mengharapkan
keuntungan dari selisih harga saham (capital again) atau dengan kata lain
pendapatan berupa deviden mempunyai risiko yang lebih kecil
dibandingkan dengan keuntungan capital again (Sartono, 2010:281)
8)
Tax Differential Theory
Teori ini menyatakan bahwa deviden yang dibayarkan kepada pemegang
saham cendrung dibebani dengan tingkat pajak yang lebih tinggi
dibandingkan capital again. Oleh karena itu, para investor cendrung akan
meminta tingkat keuntungan yang lebih tinggi dari pembayaran deviden
(Sartono, 2010:281).
2.1.3
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Return Saham
Investor dapat menilai kinerja keuangan perusahaan melalui analisa
laporan keuangan tersebut sebelum melakukan investasi. Kinerja keuangan yang
baik pada suatu perusahaan akan memberikan tingkat return yang lebih tinggi dari
pada perusahaan yang memiliki kinerja keuangan yang buruk. Namun ada
beberapa faktor yang harus diperhatikan investor yang mempengaruhi return
saham.
Ada faktor yang bersifat fundamental namun ada juga faktor eksternal
yang mempengaruhi return saham seperti GDP, inflasi dan tingkat suku bunga.
Informasi fundamental merupakan informasi yang berhubungan dengan kondisi
perusahaan (emiten) yang meliputi kondisi manajemen, organisasi, sumber daya
manusia dan kondisi keuangan yang tercermin dalam kinerja keuangan
perusahaan. Analisis fundamental berlandaskan atas kepercayaan bahwa nilai
suatu saham sangat dipengaruhi oleh kinerja suatu perusahaan yang menerbitkan
saham tersebut. Semakin baik kinerja perusahaan, maka semakin meningkat harga
sahamnya, yang kemudian akan meningkatkan tingakat return sahamnya.
Teknik Analisis Fundamental biasanya menganalisis rasio-rasio keuangan.
Menurut Hanafi dan Abdul Halim (2009 : 76) pada dasarnya analisis rasio bisa
dikelompokkan ke dalam lima macam kategori, yaitu sebagai berikut:
a. Rasio likuiditas, yaitu rasio yang mengukur kemampuan perusahaan
memenuhi kewajiban jangka pendeknya.
b. Rasio Solvabilitas, yaitu rasio yang mengukur sejauh mana kemampuan
perusahaan memenuhi kewajiban jangka panjangnya.
c. Rasio Aktivitas, yaitu rasio yang mengukur sejauh mana efektivitas
penggunaan aset dengan melihat tingkat aktivitas asset.
d. Rasio profitabilitas, yaitu rasio yang melihat kemampuan perusahaan
menghasilkan laba (Profitabilitas).
e. Rasio Pasar, yaitu rasio ini melihat perkembangan nilai perusahaan relatif
terhadap nilai buku perusahaan.
Salah satu tujuan dan keunggulan dari rasio adalah dapat digunakan untuk
membandingkan hubungan return dan risiko dari perusahaan dengan ukuran
yang berbeda. Rasio juga dapat menunjukkan profil suatu perusahaan,
karakteristik ekonomi, strategi bersaing dan keunikan karakteristik operasi,
keuangan dan investasi. Penelitian ini menggunakan empat rasio sebagai
pengukuran kinerja perusahaan yang terdiri dari rasio profitabilitas, leverage,
likuiditas dan penilaian pasar. Pada penelitian ini rasio aktivtas tidak
digunakan karena belum ditemukan adanya pengaruh yang signifikan terhadap
return saham pada penelitian-penelitian sebelumnya.
2.1.4
Profitabilitas
Profitabilitas menunjukkan kemampuan perusahaan memperoleh laba atau
ukuran efektivitas pengelolaan manajemen perusahaan. Kemampuan memperoleh
laba bisa diukur dari modal sendiri maupun dari seluruh dana yang di investasikan
ke dalam perusahaan. Dari batasan ini kita akan bisa mengatur rentabilitas
perusahaan apabila kita tahu berapa laba perusahaan yang diperoleh pada suatu
periode tertentu dan beberapa modal sendiri yang digunakan untuk memperoleh
laba tersebut (Wiagustini, 2012:77).
Rasio Profitabilitas adalah hasil akhir dari sejumlah kebijakan dan keputusan
yang dilakukan oleh perusahaan. Profitabilitas ini mengukur kemampuan
perusahaan menghasilkan keuntungan pada tingkat penjualan, asset, dan modal
saham yang tertentu. Ada tiga rasio yang sering dibicarakan yaitu profit margin,
return on total asset (ROA), dan return on equity (ROE). ROA mengukur
kemampuan perusahaan menghasilkan laba bersih berdasarkan tingkat asset yang
tertentu. ROA juga sering disebut juga sebagai ROI (Return On Investment). ROA
yang tinggi menunjukkan efisiensi manajemen asset, yang berarti efisiensi
manajemen.
Tinggi rendahnya ROA tergantung pada pengolaan asset perusahaan oleh
manajemen yang menggambarkan efisiensi dari operasional perusahaan dan
sebaliknya. Rendahnya ROA dapat disebabkan oleh banyaknya asset perusahaan
yang menganggur, investasi dalam persediaan terlalu banyak, kelebihan uang
kertas, aktiva tetap beroperasi dibawah normal dan lain-lain.
2.1.5
Leverage
Laverage mengukur kemampuan perusahaan memenuhi kewajiban-
kewajiban jangka panjangnya. Perusahaan yang tidak solvabel adalah perusahaan
yang total hutangnya lebih besar dibandingkan total asset dan modalnya. Laverage
ini mengukur likuiditas jangka panjang perusahaan dan dengan demikian
memfokuskan pada sisi kanan neraca. Ada beberapa macam rasio yang bisa
dihitung yaitu rasio total hutang terhadap total asset, rasio hutang modal saham,
rasio Times Interest Earned, rasio fixed charges coverage.
Menurut Harahap (2009 : 303) rasio total hutang atas modal
menggambarkan sampai sejauh mana modal pemilik dapat menutupi utang-utang
kepada pihak luar. Semakin kecil rasio ini semakin baik. Rasio ini juga disebut
rasio Leverage. Untuk keamanan pihak luar rasio terbaik jika jumlah modal lebih
besar dari jumlah utang atau minimal sama. Namun bagi pemegang saham atau
manajemen rasio Leverage ini sebaiknya lebih besar.
Leverage memiliki tiga implikasi penting : (1) Dengan memperoleh dana
melalui utang, para pemegang saham dapat mempertahankan kendali mereka atas
perusahaan tersebut dengan sekaligus membatasi investasi yang mereka berikan.
(2) Kreditor akan memihat pada ekuitas, atau dana yang diperoleh sendiri, sebagai
suatu batasan keamanan, sehingga semakin tinggi proporsi dari jumlah modal
yang diberikan oleh pemegang saham, maka semakin kecil resiko yang akan
dihadapi kreditur. (3) Jika perusahaan mendapatkan hasil dari investasi yang
didanai dengan dana hasil pinjaman lebih besar dari pada suku bunga yang
dibayarkan, maka pengembalian dari modal pemilik akan diperbesar Brigham &
Huston (2009:101).
Debt to Equity Ratio (DER) merupakan rasio yang digunakan untuk menilai
hutang dengan ekuitas. Rasio ini diukur dengan membandingkan antara hutang
termasuk hutang lancar dengan seluruh ekuitas (Kasmir,2013:157). Menurut
Basuki (2012) semakin besar rasio ini menunjukkan semakin besar tingkat
ketergantungan perusahaan terhadap pihak eksternal dan semakin besar beban
biaya hutang yang harus dibayar perusahaan. Semakin meningkat rasio hutang
maka hal tersebut berdampak pada menurunnya profit yang diperoleh perusahaan,
karena sebagian digunakan untuk membayar bunga pinjaman.
2.1.6
Likuiditas
Likuiditas mengukur kemampuan jangka pendek perusahaan dengan
melihat aktiva lancar perusahaan relative terhadap hutang lancar (hutang dalam
hal ini merupakan kewajiban perusahaan). Misalnya membayar gaji, membayar
biaya operasional, membayar hutang jangka pendek dan sebagainya yang
membutuhkan biaya segera. Agar perusahaan selalu likuid, maka posisi dana
lancar yang tersedia harus lebih besar dari pada utang lancar. Perusahaan yang
tidak likuid berarti perusahaan tersebut tidak sehat. Rasio likuditas adalah rasio
yang mengukur kemampuan perusahaan memenuhi kewajiban jangka pendeknya ,
rasio ini dapat dihitung melalui sumber informasi tentang modal kerja yaitu pospos aktiva lancar dan hutang lancar. Dengan demikian rasio likuditas berpengaruh
dengan kinerja keuangan perusahaan sehingga rasio ini memiliki hubungan
dengan harga saham perusahaan yang tetunya mempengaruhi return saham
perusahaan.
Rasio Lancar (Current Ratio) merupakan perbandingan aktiva lancar dan
kewajiban lancar dan merupakan ukuran paling umum digunakan untuk
mengetahui kesanggupan suatu perusahaan memenuhi kewajiban jangka
pendeknya. Current Ratio menunjukkan sejauh mana aktiva lancar menutupi
kewajiban-kewajiban lancar. Semakin besar perbandingan aktiva lancar dan
kewajiban lancar semakin tinggi kemampuan perusahaan menutupi kewajiban
jangka pendeknya. Current Ratio yang rendah biasanya dianggap menunjukkan
terjadinya masalah dalam likuiditas, sebaliknya current ratio yang terlalu tinggi
juga kurang bagus, karena menunjukkan banyaknya dana yang menganggur pada
akhirnya dapat mengurangi laba perusahaan (Sawir,2009:10).
Mengukur tingkat likuiditas dengan menggunakan current ratio sebagai alat
ukur, maka tingkat likuditas atau current ratio dapet dipertinggi dengan cara
(Riyanto,2008:28) :
1)
Dengan hutang lancar tertentu, diusahakan untuk menambah aktiva
lancar.
2)
Dengan aktiva lancar tertentu, diusahakan untuk mengurangi jumlah
hutang lancar.
3)
Dengan mengurangi jumlah hutang lancar sama-sama dengan
mengurangi aktiva lancar.
2.1.7 Penilaian Pasar
Penilian pasar adalah menunjukkan pengakuan pasar terhadap kondisi
keuangan yang dicapai perusahaan atau mengukur kemampuan manajemen dalam
menciptakan nilai pasarnya diatas biaya investasi. Aspek penilaian pasar bisa
dilihat dari perbandingan antara harga pasar saham dengan posisi keuangan
perusahaan. Semakin tinggi rasio ini menunjukkan semakin tinggi pengakuan
pasar terhadap posisi keuangan perusahaan dan menunjukkan semakin mahal
saham perusahaan tersebut (Wiagustini, 2012:77)
Penilaian pasar yang mengukur harga pasar relatif terhadap nilai buku. Sudut
pandang penilaian pasar ini lebih banyak berdasar pada sudut investor (atau calon
investor). Ada beberapa rasio yang bisa dihitung yaitu PER (Price Earning Ratio),
dividend yield, dan pembayaran dividen (dividend payout). Rasio PER melihat
harga saham relatif terhadap earning-nya. Perusahaan yang diharapkan akan
tumbuh tinggi (mempunyai prospek yang baik) mempunyai PER yang tinggi,
sebaliknya perusahaan yang diharapkan mempunyai pertumbuhan rendah akan
mempunyai PER yang rendah. Dari segi investor, PER yang terlalu tinggi
barangkali tidak menarik karena harga saham barangkali tidak akan naik lagi,
yang berarti kemungkinan memperoleh capital gain akan lebih kecil. Bagi para
investor semakin tinggi risiko harga terhadap laba price earning ratio maka
pertumbuhan laba yang diharapkan juga mengalami kenaikan (Fahmi, 2012:97).
Gambar 2.1
Kerangka Konseptual
Profitabilitas (ROA) ( X1 )
H1 (+)
Leverage (DER) ( X2 )
H2 (-)
Return Saham ( Y
)
H3 (+)
Likuiditas (CR) ( X3 )
H4 (+)
Penilaian pasar (PER) (X4)
2.2
Hipotesis Penelitian
2.2.1
Pengaruh Profitabilitas terhadap Return Saham
Profitabilitas
merupakan
rasio
yang
menggambarkan
kemampuan
perusahaan dalam menghasilkan laba. Laba atau profit adalah hal penting yang
sangat diperhatikan oleh investor di pasar modal. Dalam penelitian ini Retrun On
Asset menjadi proksi dalam profitabilitas. ROA digunakan untuk mengukur
efektifitas perusahaan di dalam menghasilkan keuntungan dengan memanfaatkan
aktiva yang dimilikinya. Dengan meningkatnya ROA berarti kinerja perusahaan
semakin baik dan sebagai dampaknya harga saham perusahaan semakin
meningkat. Dengan meningkatnya harga saham, maka return saham perusahaan
yang bersangkutan juga meningkat. Dengan demikian ROA berpengaruh positif
terhadap return saham Susilowati (2011).
Indikator ROA merupakan salah satu indikator keuangan yang sering
digunakan dalam menilai kinerja perusahaan. Semakin besar ROA, maka kinerja
perusahaan tersebut semakin baik, karena tingkat pengembalian (return) semakin
besar. Konsekuensinya ROA yang meningkat akan meningkatkan return saham.
Teori tersebut juga konsisten dengan hasil penelitian yang dilakukan pleh Ulupui
(2007), Prihantini (2009) dan Malintan (2010) menyatakan bahwa, ROA terbukti
mempunyai pengaruh yang positif terhadap return saham. Dari uraian diatas maka
dapat diperoleh hipotesis yaitu
H1 :
Profitabilitas berpengaruh positif signifikan terhadap return saham
2.2.2
Pengaruh Leverage terhadap Return Saham
Rasio Leverage digunakan untuk mengukur seberapa jauh perusahaan di
danai dengan hutang. Debt to equity ratio merupakan rasio yang membandingkan
total hutang dengan total modal sendiri. Dengan demikian, debt to equity ratio
juga dapat memberikan gambaran mengenai struktur modal yang dimiliki oleh
perusahaan sehingga dapat dilihat tingkat risiko tak terbayarkan suatu hutang.
Semakin besar debt to equity ratio, menunjukkan semakin besar pula
beban perusahaan terhadap pihak luar, baik berupa pokok maupun bunga
pinjaman. Jika beban perusahaan semakin berat maka kinerja perusahaan semakin
memburuk dan hal ini berdampak pada penurunan harga saham di pasar modal.
Dengan menurunnya harga saham perusahaan di pasar modal, maka return juga
menurun. Beberapa penelitian empiris yang telah dilakukan sebelumnya oleh
Soejoto (2001), Gilang (2012) dan Barakat (2014) memberikan bukti bahwa
pengaruh Leverage terhadap return saham adalah negatif.
H2 :
Laverage berpengaruh negatif signifikan terhadap return saham
2.2.3
Pengaruh Likuiditas terhadap Return Saham
Rasio likuiditas digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan
memenuhi kewajiban jangka pendeknya. Di dalam penelitian ini, current ratio
digunakan sebagai proksi dari rasio likuiditas. Current ratio diperoleh dari
perbandingan antara jumlah aktiva lancar (current assets) dengan jumlah utang
lancar (current liabilities). Menurut Brigham dan Houston (2001:79), current
ratio menunjukkan besarnya kewajiban lancar yang ditutup dengan aktiva yang
diharapkan akan dikonversi menjadi kas dalam jangka pendek. Semakin tinggi
current ratio, maka dapat dikatakan bahwa perusahaan mempunyai kemampuan
yang lebih besar dalam memenuhi kewajiban-kewajiban keuangan jangka
pendeknya.
Semakin baik current ratio mencerminkan semakin likuid perusahaan
tersebut, sehingga kemampuan untuk memenuhi kemampuan jangka pendeknya
semakin tinggi, hal ini akan mampu meningkatkan kredibilitas perusahaan di mata
investor sehingga akan mampu meningkatkan return saham perusahaan. Setelah
krisis ekonomi diduga bahwa para investor mulai memperhatikan manajemen kas,
piutang, dan persediaan perusahaan sebelum mengambil keputusan berinvestasi di
pasar modal. Hal ini telah terbukti dari penelitian yang telah dilakukan Ulupui
(2007) dan Shandy (2013) yang mana current ratio berpengaruh positif terhadap
return saham.
H3 :
Likuiditas berpengaruh positif signifikan terhadap return saham
2.2.4
Pengaruh Penilaian Pasar terhadap Return Saham
Price Earning Rasio, yaitu rasio yang menunjukkan perbandingan antara
harga saham dipasar atau harga perdana yang ditawarkan dibandingkan dengan
pendapat yang diterima. Rasio penilaian pasar yang digunakan dalam penelitian
ini adalah Price Earning Ratio. PER digunakan oleh para investor untuk
memprediksi kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba dimasa yang akan
datang. Perusahaan yang memiki PER yang tinggi biasanya memiliki peluang
tingkat pertumbuhan yang tinggi pula, begitu juga sebaliknya perusahaan yang
memiliki PER yang rendah biasanya memiliki tingkat pertumbuhan yang rendah.
Semakin tinggi PER maka harga saham dinilai semakin tinggi oleh
investor terhadap pendapatan per lembar sahamnya, sehingga PER yang semakin
tinggi juga menunjukkan semakin mahal saham tersebut terhadap pendapatannya.
Jika harga saham semakin tinggi maka selisih harga saham periode sekarang
dengan periode sebelumnya semakin besar, sehingga capital gain juga semakin
meningkat Malintan (2012). Hal ini disebabkan karena capital gain dihitung dari
selisih antara harga saham periode sekarang dengan harga saham periode
sebelumnya. Dapat disimpulkan bahwa PER yang tinggi akan mengakibatkan
return saham naik. Hal ini terbukti oleh penelitian yang dilakukan Aras (2014)
dan Yulian (2010) yang mana Price Earning Ratio berpengaruh positif terhadap
return saham.
H4
: Penilaian pasar berpengaruh positif signifikan terhadap return saham
Download