PENGARUH SISTEM INFORMASI AKUNTANSI

advertisement
13
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Pengertian, Fungsi dan Faktor yang Mempengaruhi Sistem Informasi Akuntansi
Sistem adalah suatu kerangka dari prosedur-prosedur yang berhubungan
yang
disusun sesuai dengan suatu skema yang menyeluruh untuk melaksanakan suatu kegiatan
atau fungsi utama dari perusahaan. Infornasi adalah data yang diproses lebih jauh sehingga
mempunyai arti bagi sipenerima dan mempunyai “nilai pengaruh” atas tindakan-tindakan,
putusan-putusan sekarang atau masa yang akan datang. Dan pada tahun 1941, The American
Institute of Certifea Publik Accountints (AICPA) mendenifisikan akuntansi sebagai seni
mencatat, menggolongkan dan meringkas teransakasi dan kejadian yang bersifat keuangan
dengan cara tertentu dan dalam bentuk suatu uang serta menafsirkan hasil-hasilnya.
Dari definisi diatas maka dapat di simpulkan suatu
informasi
akuntansi
adalah
suatu
komponen
pengertian tentang sistem
organisasi
yang
mengumpulkan,
mengklarifikasikan, mengolah, menganalisa dan mengkomunikasikan informasi keuangan
dan pengambilan keputusan yang relevan kepada pihak diluar perusahaan dan pihak intern.
Faktor-faktor yang mempengaruhi sistem informasi akuntansi antara lain:
1. Prilaku manusia dalam organisasi
Manusia merupakan sistem infomasi yang berperan di dalam pengambilan keputusan
apakah sistem dapat dilaksanakan dengan baik atau tidak. Prilaku manusia dalam
organisasi perlu dipertimbangkan dalam menyusun sistem informasi akuntansi
karena sistem informasi akuntansi itu tidak mungkin berjalan tanpa manusia. Faktor
psikologis karyawan, baik yang melaksanakan proses data dalam sistem itu, maupun
13
Pengaruh Sistem Informasi..., Anggri Rahmadi, Ekonomi UMP, 2010
14
pihak-pihak yang menerima keluaran (output) dari proses itu perlu dipertimbangkan.
Faktor psikologis ini menjadi penting karena bila tidak terdapat ketidakpuasan, bila
terjadi ketidakpuasan tersebut akan dicurahkn dalam bentuk menghambat jalannya
sistem informasi tersebut.
2. Metode
Metode disini adalah sistem dan prosedur gambaran yang mencakup seluruh jalannya
kegiatan mulai dari saat dimulainya aktivitas sampai berakhirnya aktivitas tersebut.
Sehingga diharapkan suatu aktivitas operasi dapat dilaksanakan dengan efektif,
efesian dan ekonomis. Dengan metode ini, informasi yang dihasilkan menjadi dasar
dalam pengambilan keputusan oleh manajemen akan lebih terarah, sehingga
keputusan yang dibutuhkan yang di buat akan lebih efektif.
3. Alat
Alat merupakan unsur sistem informasi akuntansi yang mulai digunakan pada saat
terjadinya teransaksi, pencatatan teransaksi sampai denga dihasilkannya laporan. Alat
yang dimaksud dapat berbentuk sederharna yaitu dengan formolir catatan, data
laporan sampai alat teknologi seperti komputer. Komputer ini berperan di dalam
mempercepat pengolahan data, meningkatkan kalkulasi atau perhitungan dan
meningkatkan kerapian bentuk informasi. Fungsi sistem informasi dalam organisai
telah berevolusi dari struktur organisasi. Organisasi sederharna yang meliputi
beberapa orang saja sampai struktur yang komplek yang meliputi banyak spesialis
yang bermutu. Diantarnya adalah :
1. Kedudukan Organisasi
Setiap fungsi ini mewakili kegiatan yang bertanggungjawab dalam keseluruhan fungsi
Pengaruh Sistem Informasi..., Anggri Rahmadi, Ekonomi UMP, 2010
15
sistem informasi dalam organisasi menjadi semakin umum dan penting karena aplikasi
komputer memiliki fungsi ganda.
2. Komite pengaruh
Tempat dimana para manajer mempengaruhi kebijakan anggaran, perencanaan dan
pelayanan informasi.
3. Spesialisasi-spesialisasi fungsional
Struktur dari departemen sistem informasi yang paling umum adalah pembagian
tanggungjawab dan tugas-tugas berdasarkan bidang spesialisasai teknisi yaitu fungsi.
Makin besar departemen sistem informasi maka terspesialisasi fungsi-funngsinya. Informasi
memiliki beberapa sifat antara lain:
1. Ketepatan waktu, deteksi dini terhadap suatu penyimpangan yang besar membantu
mengatasi masalah sebelum masalah tersebut menjadi tidak terkendali.
2. Kuantifiabilitas, mengacu pada tingkat kesulitan dalam menyajikan suatu dalam bentuk
numerik.
3. Akurasi, berkaitan dengan tingkat kemampuan dan sekumpulan informasi untuk
mengukur apa yang seharusnya diukur.
4. Kepadatan, berkaitan dengan kerincian drajat informasi.
2.2. Karakteristik Informasi
Semua sistem informasi memiliki karakteristik umum, yakni bertumbuh atau
berkembang sepanjang masa, mempunyai jaringan arus informasi, melaksanakan tugas-tugas
yang perlu sehubungan data, menyediakan informasi berbagai pemakai untuk berbagai
tujuan, dan menggunakan berbagai sumber daya. Akan tetapi rincian sistem informasi antar
Pengaruh Sistem Informasi..., Anggri Rahmadi, Ekonomi UMP, 2010
16
perusahaan, bahkan antar periode dalam suatu perusahaan bisa sangat berbeda (Wilkinson.
1995).
Kriteria umum mengenai karakteristik informasi yang baik adalah quantifiability,
accuaracy, time lines (Wilkinson. 1995). Memang tidak terdapat indikator pasti mengenai
karakteristik informasi yang baik, namun berdasarkan penelitian sebelumnya, menunjukan
bahwa informasi yang baik menurut persepsi manajemen adalah (Gul dan Chia, 1994; Chia
1995; Nazarudin, 1998) :
1. Broadscope
Dalam melaksanakan tugasnya manajer membutuhkan informasi dari berbagai sumber
yang sifatnya luas. Karena itu manajer membutuhkan informasi yang memilki
karakteristik broadscope yaitu informasi yang memiliki cakupan yang luas dan lengkap
yang biasanya meliputi aspek ekonomi (pangsa pasar, Produk Domestik Bruto (PDB),
total penjualan) dan aspek non ekonomi misalnya kemajuan teknologi, perubahan
psikologis, demografi (Chia, 1995).
2. Aggregate
Informasi yang di sampaikan dalam bentuk ringkas, tetapi mencangkup hal-hal penting
sehingga tidak mengurangi informasi itu sendiri (Bordnar, 1995). Informasi yang
teragregasi akan berfungsi sebagai masukan yang berguna dalam proses pengambilan
keputusan, karena lebih sedikit waktu yang diperlukan untuk mengevaluasinya, sehingga
meningkatkan efesiensi kerja manajemen (Chia, 1995).
3. Time Liness
Menyatakan ketepatan waktu dalam memperoleh informasi mengenai suatu kejadian.
Informasi dikatakan tepat waktu apabila informasi tersebut mencerminkan kondisi terkini
Pengaruh Sistem Informasi..., Anggri Rahmadi, Ekonomi UMP, 2010
17
dan sesuai kebutuhan manajer. Informasi yang tepat waktu akan membantu manajer
dalam pengambilan keputusan (Chuising, 1994 dalam Nazaruddin, 1998).
2.3. Ketidakpastian Lingkungan
Ketidakpastian lingkungan adalah kondisi lingkungan eksternal yang dapat
mempengaruhi operasionalisasi perusahaan. (Otley,1980 dalam Himawan Bayuaji, 2009).
Perencanaan yang dilakukan oleh manajer akan menjadi suatu yang problematik dan dalam
situasi operasional yang tidak pasti karena kejadian-kejadian dimasa datang tidak dapat
diprediksikan. Demikian juga kegiatan kontrol akan terpengaruhi oleh kondisi ketidakpastian
tersebut sehingga pengambilan keputusan yang akan dilakukan oleh manajerpun akan
terhambat.
Perkembangan keadaan sekitar atau lingkungan sekitarnya pada kenyataannya lebih
komplek, karena berhubungan dengan hal yang menyangkut tentang “ketidakpastian”.
Ketidakpastian lingkungan inilah yang merupakan pembahasan pada masa yang akan datang.
Sebuah organisasi dalam mengantisipasi ketidakpastian lingkungan harus lebih siap dengan
membangun prinsip-prinsip pengorganisasian baru, seperti : pengembangan jaringan, proses
integratif dan kolaboratif, berbasis pengetahuan, dan berdasar penciptaan nilai tambah
(Otley, 1980 dalam Nazaruddin, 1998).
Dalam lingkungan yang stabil proses perencanaan dan pengendalian tidak banyak
menghadapi masalah, namun dalam kondisi yang tidak pasti proses perencanaan dan
pengendalian akan menjadi lebih sulit dan banyak menghadapi masalah, karena kejadiankejadian yang akan datang sulit diperkirakan. Dalam kondisi ketidakpastian lingkungan
yang tinggi, informasi merupakan komoditi yang sangat berguna sekali dalam proses
Pengaruh Sistem Informasi..., Anggri Rahmadi, Ekonomi UMP, 2010
18
kegiatan perencanaan dan kontrol dalam suatu organisasi dimana semua ini merupakan
tugas dari
manajer yang terkait dengan decision
making (pembuat keputusan).
Ketidakpastian lingkungan diidentifikasikan sebagai total faktor sosial dan fisik yang
diperhitungkan atau dipertimbangkan dalam sikap untuk mengambil keputusan dari setiap
individu-individu dalam organisasi. Selanjutnya ketidakpastian lingkungan didenifisikan
sebagai (Duncan, 1972 dalam Ritonga dan Zainudin, 2002) :
1.
Kurangnya informasi yang berkaitan dengan fakor-faktor lingkungan
dalam
pengembalian keputusan.
2. Ketidakmampuan untuk mengetahui hasil yang diperoleh dari keputusan-keputusan
yang diambil sehingga besarnya kerugian yang dideritanya akibat kesalahan dalam
pengambilan keputusan tidak dapat didentifikasikan secara jelas.
3. Ketidakmampuan
menentukan
kemungkinan–kemungkinan
akan
berlakunya
ketidaktentuan lingkungan itu tidak mempengaruhi keberhasilan dan kegagalan
terhadap keputusan-keputusan yang diambil dalam menjalankan fungsi masingmasing unit.
2.4. Sistem Pengukuran Kinerja
Sistem akuntansi manajemen sering digunakan sebagai mekanisme untuk memotivasi
dan mempengaruhi perilaku karyawan dalam berbagai cara yang akan memaksimalkan
kesejahteraan organisasi dan karyawan. Sistem akuntansi manajemen sebagai alat kontrol
organisasi dan alat yang efektif menyediakan informasi yang bermanfaat guna memprediksi
konsekuensi yang mungkin terjadi berbagai aktivitas yang dilakukan.
Pengaruh Sistem Informasi..., Anggri Rahmadi, Ekonomi UMP, 2010
19
Sistem pengukuran kinerja adalah pemberian informasi pada manajer dalam unit
organisasi yang dipimpin mengenai kualitas dalam aktivitas operasi perusahaan. Hongren
dan Foster (1991) dalam Narsa (2003) berpendapat sistem pengukuran kinerja memiliki
peran lain selain berperan dalam pengadilan dan memberikan umpan balik pada proses
perencanaan dan pengambilian keputusan, yaitu:
1. Memberikan kemudahan manajer mengawasi jalannya bisnis, mereka mengetahui
aspek-aspek bisnis yang mungkin membutuhkan bantuan.
2. Peran kedua sistem pengukuran kinerja adalah suatu alat komunikasi.
3. Peran ketiga adalah bahwa sistem pengukuran kinerja sebagai dasar penghargaan
penrusahaan.
Menurut Simamora (2001) dalam Narsa dan Yuniawati (2003), tidak setiap penilaian
kerja akan bebas sama sekali dari tantangan hukum. Walaupun demikian, sistem penilaian
dapat memiliki karakteristik tertentu yang mungkin secara hukum lebih dapat dipertahankan.
Dan sejalan dengan itu, sistem semacam ini dapat menyediakan instrumen yang lebih efektif
untuk pencapaian tujuan penilaian kinerja. Karakteristek-karakteristik sistem pengukuran
kinerja yang efektif adalah sebagai berikut :
1. Keharmonisan Strategi.
Keharmonisan strategi (strategic congruence) adalah sejauh mana sebuah sistem
penilaian kinerja menghasilkan kinerja pekerjaan yang harmonis (sebangun) dengan
strategi, tujuan dan kultur organisasi.
Pengaruh Sistem Informasi..., Anggri Rahmadi, Ekonomi UMP, 2010
20
2. Kriteria yangn terkait dengan pekerjaan.
Kriteria yang digunakan untuk penilaian kinerja karyawan harus berkaitan dengan
pekerjaan dan ditentukan melalui analisis pekerjaan. Faktor-faktor subjek seperti inisiatif,
antusiasme, loyalitas, dan kerja sama nyata yang penting.
3. Ekspektasi kinerja.
Para manajer harus jelas memaparkan secara jelas ekspektasi kinerja kepada para
bawahan sebelum periode penilaian. Jika tidak, tidak masuk akal mengevaluasi para
karyawan dengan menggunakan kriteria yang tidak mereka ketahui sama sekali.
4. Sensitivitas.
Sensitivitas menyatakan bahwa suatu sistem penilaian kerja mampu membedakan antara
pelaksanaan yang efektif dengan yang tidak efektif.
5. Standarisasi.
Karyawan-karyawan dalam kategori pekerjaan yang sama di bawah penilaian yang sama
dinilai menggunakan intrumen penilaian yang sama.
6. Sokongan manajemen atau karyawan.
Supaya efektif, sistem penilaian kinerja haruslah mendapatkan sokongan dari segenap
anggota organisasi. Hal ini meliputi sokongan manajemen atau biaya-biaya pelatihan,
pertemuan-pertemuan karyawan, formulir-formulir penilaian dan waktu staff.
7. Keandalan dan Validitas.
Instrumen penilaian haruslah memfasilitasi pengukuran kinerja yang terandalkan
(reliable) dan sahih (valid).
Pengaruh Sistem Informasi..., Anggri Rahmadi, Ekonomi UMP, 2010
21
8. Penilaian yang kompeten.
Tanggung jawab atas evaluasi kinerja karyawan haruslah diserahkan kepada individu atau
individu-individu yang mengamati sampel kinerja pekerjaan secara langsung.
9. Komunikasi terbuka.
Sebagian besar karyawan memiliki kebutuhan yang kuat untuk mengetahui seberapa baik
mereka bekerja. Sistem penilaian kerja harus memungkinkan akses yang segera informasi
karyawan-karyawan kunci.
10. Kemamputerimaan (acceptibility).
Kemamputerimaan (acceptibility) adalah persyaratan yang paling penting dari semuanya
karena program-program sumber daya manusia harus mendapat dukungan dari orangorang yang bakal menggunakannya.
2.5. Kinerja Manajerial
Kinerja manajerial adalah kinerja para individu dalam kegiatan manajerial. Menurut
Narsa dan Yuniawati (2003), kinerja personel meliputi delapan dimensi yaitu :
1. Perencanaan, dalam arti kemampuan untuk menentukan tujuan, kebijakan dan
tindakan/pelaksanaan, penjadwalan kerja, penganggaran, merancang prosedur, dan
pemprograman.
2. Investasi, yaitu kemampuan mengumpulkan dan menyampaikan informasi untuk catatan,
laporan, rekening, mengukur hasil, menentukan persediaan, dan analisis pekerjaan.
3. Pengkoordinasian, yaitu kemampuan melakukan tukar menukar informasi dengan orang
lain dibagian organisasi yang lain untuk mengkaitkan dan menyesuaikan program,
memberitahu bagian lain, dan hubungan dengan manajer lain.
Pengaruh Sistem Informasi..., Anggri Rahmadi, Ekonomi UMP, 2010
22
4. Evaluasi, yaitu kemampuan untuk menilai dan mengukur proposal, kinerja yang diamati
atau dilaporkan, penilaian pegawai, penilaian catatan hasil, penilaian laporan keuangan,
pemeriksaan produk.
5. Pengawasan (supervisi), yaitu kemampuan untuk mengarahkan, memimpin dan
mengembangkan bawahan, membimbing, melatih dan menjelaskan peraturan kerja pada
bawahan, memberikan tugas pekerjaan dan menangani bawahan.
6. Pengaturan staf (staffing), yaitu kemampuan untuk mempertahankan angkatan kerja
dibagian anda, merekrut, mewawancarai dan memilih pegawai baru, menempatkan,
mempromosikan dan mutasi pegawai.
7. Negosiasi, yaitu kemampuan dalam melakukan pembelian, penjualan atau melakukan
kontrak untuk barang dan jasa, menghubungi pemasok, tawar menawar dengan wakil
penjual, tawar menawar secara kelompok.
8. Perwakilan (representatif), yaitu kemampuan dalam menghadiri pertemuan-pertemuan
dengan perusahaan lain, pertemuan perkumpulan bisnis, pidato untuk acara-acara
kemasyarakatan, pendekatan kemasyarakatan, mempromosikan tujuan umum perusahaan.
Beberapa syarat bagi ukuran kinerja yang baik, antara lain: berkaitan dengan tujuan
organisasi, seimbang antara jangka panjang dengan jangka pendek, mencerminkan aktifitas
kunci manajemen, member efek pada tindakan karyawan, mudah dipahami oleh karyawan,
dipergunakan sebagai dasar evaluasi kinerja dan penentuan balas jasa, rasional, obyektif dan
dapat diukur serta dipergunakan secara konsisten dan teratur (Narsa dan Yuniawati, 2003).
Pengukuran kinerja secara garis besar berdasarkan kriteria dan informasi yang dihasilkan,
dapat dibagi menjadi dua yaitu: pengukuran kinerja keuangan (financial performance
measures) dan pengukuran kinerja non keuangan (nonfinancial performance) (Narsa dan
Yuniawati, 2003).
Pengaruh Sistem Informasi..., Anggri Rahmadi, Ekonomi UMP, 2010
23
Pengukuran kinerja keuangan biasanya menjabarkan tentang kinerja dari semua
produk dan aktifitas jasa yang dihasilkan oleh sebuah perusahaan dalam satuan mata uang.
Dasar yang digunakan adalah kenerja masa lalu sehingga pencapaian kinerja dan keunggulan
bersaing yang diharapkan sangat sulit. Jadi, fokus dari pengukuran adalah pada hasil akhir
yang telah dicapai oleh perusahaan sebagai dampak dari keputusan yang telah dirumuskan
oleh manajemen (Narsa dan Yuniawati, 2003).
Pengukuran kinerja non keuangan mempunyai pendekatan lain dalam mengevaluasi
kinerja perusahaan. Pengukuran ini biasanya berhubungan dengan pengukuran fisik.
Informasi yang digunakan seringkali dikumpulkan dengan data informasi bagi pengukuran
kinerja keuangan (Narsa dan Yuniawati, 2003).
2.6. Hubungan Sistem Informasi akuntansi, Karakteristik informasi, Ketidakpastian
Lingkungan, Sistem Pengukuran KInerja dan Kinerja Manajerial
Sistem informasi akuntansi pada suatu organisasi memiliki dua subsistem utama:
sistem akuntansi manajemen dan sistem akuntansi keuangan. Sistem informasi akuntansi
keuangan behubunag dengan penyedian keluaran bagi penggunaan eksternal. Sedangkan
sistem informasi manajemen menghasilkan informasi untuk pengguna internal seperti
manajer, eksekutif dan pekerja (Erlina, 2005).
Perusahaan mendisain sistem akuntansi manajemen untuk membantu organisasi
melalui manajer dalam hal perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengambilan
keputusan. Para manajer membutuhkan informasi dukungan informasi untuk menjalankan
aktivitasnya. Seberapa besar dukungan informasi yang diperlukan oleh para manajer
tergantung pada variabel lingkungan tugas yang dihadapinya, karakteristik hubungan antara
sub-unit organisasi, dan besarnya tingkatan desentaalisasi yang diperlukan
oleh suatu
Pengaruh Sistem Informasi..., Anggri Rahmadi, Ekonomi UMP, 2010
24
organisasi (Nazaruddin, 1998).
Selanjutnya
Nazaruddin
(1998)
yang
menguji
mengenai
pengaruh
antara
desentralisasi dan karakteristik informasi terhadap kinerja manajerial menunjukan bahwa
tingkat keandalan karakteristik informasi (broadscop, timeliness, agregasi dan integrasi)
mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap kinerja manajerial. Pada organissai-organisasi
yang memiliki drajat desentralisasi yang tinggi maka kebutuhan akan karakteristik informasi
sangat berpengaruh terhadap kinerja manajerial.
Kondisi lingkungan yang dinamis bagi suatu perusahaan bisa merupakan suatu
peluang meningkatkan usaha, tetapi bisa juga berarti ancaman bagi perusahaan, terutama
untuk perusahaan-perusahaan yang tidak bias menyusuaikan diri dengan keadaan lingkungan
yang dihadapi perusahaan. Manajer memperlukan informasi yang lebih banyak dan lebih
komplek untuk bisa memiliki kemampuan membuat prediksi-prediksi perubahan lingkungan
yang mungkin terjadi di masa yang akan datang. Salah satu sistem yang bisa digunakan
adalah sistem akuntansi manajemen. Melalui penggunaan sistem akuntansi manajemen yang
efektif. Kinerja Manajer diharapkan mengalami peningkatkan yang cukup tinggi (Suranta
dan Ernawati, 2005).
Sistem pengukuran kinerja yang tinggi akan meningkatkan kinerja manajerial, begitu
juga sebaliknya. Manajer akan lebih termotivasi untuk meningkatkan kinerja manajerial, jika
pengukuran kinerja yang tinggi dalam bentuk informasi yang diperlukan yang memberikan
umpan balik untuk perbaikan dan pembelajaran. Selain itu pemberian kompensasi yang lebih
baik kepada manajer juga memotivasi dalam peningkatan kinerja (Mardiyah dan
Listianingsih, 2005).
Pengaruh Sistem Informasi..., Anggri Rahmadi, Ekonomi UMP, 2010
25
Kinerja manajer merupakan salah satu faktor yang dapat dipakai untuk meningkatkan
keefektifan organisasi. Kinerja manajer berdasarkan pada kemampuan manajer dalam
melaksanakan kegiatan/tugas manajerialnya kegiatan-kegiatan manajerial tersebut antara lain
perencanaan, investigasi, koordinasi, evaluasi, supervisi, pengaturan staff (staffing), negosiasi
dan representasi (Puspaningsih, 2003). Seperti yang telah dibahas, sistem informasi akuntansi
manajemen dalam memebuat perencanaan dan pengambilan keputusan sebagai pengukur
kinerja memiliki kaitan yang cukup erat. Topik tersebut merupakan pokok bahasan yang
selalu menarik dalam penelitian akuntansi manajemen untuk mengetahui lebih jauh
hubungan antara sistem informasi akuntansi manajemen dan kinerja manajemen.
Pengaruh Sistem Informasi..., Anggri Rahmadi, Ekonomi UMP, 2010
Download