Nilai Islami Sebagai Keunggulan Kompetitif Prodi

advertisement
Universitas Islam Indonesia
Nilai Islami Sebagai Keunggulan Kompetitif Prodi
Thursday, 26 February 2009
Sudah lama sivitas akademik Prodi Manajemen FE UII memiliki keinginan untuk menjadikan nilai-nilai Islam sebagai
sumber keunggulan kompetitif untuk prodi. Pemenuhan keinginan tersebut, salah satu caranya, dilakukan dengan
mengadakan lokakarya sehari bertajuk “Pengembangan Manajemen Berbasis Nilai-nilai Islam Sebagai Sumber
Keunggulan Kompetitif’ di kampus FE UII, Condong Catur, Yogyakarta pada Rabu, 25 Februari 2009. Dalam acara
tersebut diundang Ir. Adiwarman A. Karim, S.E., M.B.A., MAEP. sebagai narasumber. Tujuan dari lokakarya tersebut
adalah mengintegrasikan nilai-nilai ke-Islaman, baik secara konseptual maupun secara praktis dan aplikatif kedalam
kurikulum dan pengembangan manajemen berbasis nilai sebagai sumber keunggulan kompetitif Prodi Manajemen,
demikian menurut Dr. Zaenal Arifin, Ketua Prodi Manajemen saat membuka acara tersebut.
Dalam paparanya, Adiwarman menyampaikan bahwa tujuan mengapilkasikan nilai Islami dalam kurikulum memiliki
tantangan berupa penggalian dan pemahaman ajaran Islam beserta praktek-prakteknya dalam manajemen. Terutama
dalam hal pengembangan aset berupa sumber daya manusia pada lembaga pendidikan Islam karena, hingga kini, kita
terperangkap dalam stigma atau positioning halal-haram yang cenderung membangkitkan resistensi audiens. “Kita harus
mengemas ajaran-ajaran Islam ke dalam penyajian yang bisa diterima umum dengan tanpa merujuk kepada hal halalharam. Pengubahan stigma ini harus dilandasi keyakinan bahwa setiap hal yang baik itu pasti Islami,― demikian
Adiwarman menjelaskan.
Adiwarman mengusulkan bahwa fundamen nilai-nilai manajemen Islam itu terdiri dari tiga hal: jujur, cerdas, dan barokah.
“Kita harus jujur kepada Tuhan (sidiq) maupun kepada manusia (amanah). Agar bisa efektif dan efisien dan kontekstual
dalam menjalankan manajemen, kita juga harus cerdas, baik dalam membaca situasi (fathonah) maupun dalam
memengaruhi manusia (tabligh). Terakhir, warnai sikap dan perilaku itu dengan barokah (shodaqoh),― lebih lanjut
Adimarwan menjelaskan.
Dr. Anas Hidayat dari FE UI yang menjadi pembahas dalam kesempatan ini menyampaikan bahwa untuk bisa
menjalankan manajemen Islami, perilaku kita harus dilandasi juga oleh guided rational maupun guided emotional
(bersumber pada tuntunan Allah dan Rasul-Nya). Ini menurutnya penting mengingat kebanyakan kita menjalankan
manajemen berdasar guided emotional yang bersumber dari self-interest. Selanjutnya, Anas menyampaikan bahwa
guided rational dan emotional itu akan sangat mendukung bagi realisasi moto UII, berilmu amaliah dan beramal ilmiah.
“Ratio dan emosi seperti itu akan membimbing muslim memiliki keyakinan yang benar (tauhid), yang akan menjadi dasar
dari sikap maupun perilakunya, dan semuanya itu akan menjadi basis bagi karakternya yang kokoh,― ungkap Anas.
Lebih jauh, masih menurut Anas, guided rational dan emotional akan mendidik dan membentuk seseorang menjadi the
True Molem yang memiliki personal capability, memiliki potensi leading to change, fokus pada hasil, dan memiliki
kemampuan interpersonal skills yang bisa diterima semua pihak (karena arif-bijaksana). “Salah satu cara terbaik untuk
membentuk muslim demikian itu adalah dengan mencontoh sikap dan perilaku mufassrin―, Anas menekankan. Hanya
sayang, menurut Anas, hingga kini kita belum memiliki contoh panutan dimaksud. Para peserta yang hadir sepakat
bahwa membangun manajemen yang Islami itu masih memerlukan waktu yang panjang dan upaya keras terus menerus.
http://arsip.uii.ac.id
Powered by Joomla!
Generated: 26 October, 2017, 12:15
Download