abstrak tingkat pengetahuan pasien gastritis terhadap penggunaan

advertisement
ABSTRAK
TINGKAT PENGETAHUAN PASIEN GASTRITIS TERHADAP
PENGGUNAAN TERAPI KOMBINASI RANITIDIN DAN ANTASIDA
DI PUSKESMAS S. PARMAN BANJARMASIN
Deisy Octaviani1;Ratih Pratiwi Sari2;Soraya3
Gastritis merupakan penyakit lambung yang paling banyak di temukan di
masyarakat. Pengobatan gastritis biasanya menggunakan terapi tunggal, namun ada
beberapa yang menggunakan terapi kombinasi 2 jenis obat. Kombinasi obat dapat
menyebabkan interaksi, beberapa interaksi obat yang terjadi memang sengaja digunakan
untuk terapi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat pengetahuan pasien
gastritis terhadap penggunaan terapi kombinasi Ranitidin dan Antasida di Puskesmas S.
Parman Banjarmasin.
Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif. Populasinya adalah seluruh
pasien yang terdiagnosa gastritis yang berusia antara 20 – 50 tahun yang menggunakan
terapi kombinasi ranitidin dan antasida di Puskesmas S. Parman Banjarmasin yang sehat
mental dan bersedia mejadi responden. Sampel diambil menggunakan metode
accidental sampling. Pengumpulan data menggunakan lembar kuesioner.
Berdasarkan hasil penelitian yang dilaksanakan di Puskesmas S.Parman dapat
disimpulkan bahwa dari 40 responden yang diteliti tingkat pengetahuannya terhadap
penggunaan terapi kombinasi ranitidin dan antasida yaitu sebanyak 7 responden
(17,50%) berpengetahuan baik, sebanyak 15 responden (37,50%) berpengetahuan
cukup, dan 18 responden (45,00%) berpengetahuan kurang.
Kata Kunci : Pengetahuan, Gastritis, Kombinasi Ranitidin dan Antasida
ABSTRACT
GASTRITIS PATIENT THE LEVEL KNOWLEDGE ON THE USED OF THE
COMBINATION RANITIDIN AND ANTACID THERAPY IN THE HEALTH
CENTERS S. PARMAN BANJARMASIN
Deisy Octaviani1;Ratih Pratiwi Sari2;Soraya3
Gastritis is a stomach disease that is found in most communities. Gastritis
treatment usually used a single therapy, but there are some who used the two drug
combination therapy. Combination of drugs can cause interactions, some drug
interactions that occur are deliberately used for therapy. This study aims to determine
the level of knowledge gastritis patients against the use of combination therapy
ranitidine and antacids in the health centers S. Parman Banjarmasin.
This research is a descriptive study. Population was all patients diagnosed with
gastritis, aged 20-50 years using a combination of ranitidine and antacid therapy in in
the health centers S. Parman Banjarmasin, mentally healthy and becoming willing
respondents. Samples were taken using accidental sampling method. Collecting data
using the questionnaire.
Based on the results of research conducted in health centers S.Parman
Banjarmasin can be concluded that of the 40 respondents surveyed the level of
knowledge on the use of a combination of ranitidine and antacid therapy is as much as 7
respondents (17.50%) knowledgeable either, as many as 15 respondents (37.50%)
knowledgeable enough, and 18 respondents (45.00%) less knowledgeable.
Keywords: Knowledge, Gastritis, Combination Ranitidine and Antacid
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Tubuh manusia tersusun atas sel, jaringan, organ, dan sistem organ yang
bekerja saling berpadu dan berkaitan. Jika salah satu organ mengalami kerusakan,
maka akan berpengaruh pada keseluruhan kerja sistem yang ada. Orang akan berusaha
menghindari dan berusaha menyembuhkan penyakit yang diderita. Namun yang sering
terjadi di masyarakat umum, pengetahuan yang kurang menyebabkan penanganan
yang salah (Akmal dkk., 2010).
Penyakit saluran lambung – usus dapat timbul dari berbagai gangguan yang
ada kaitannya dengan proses pencernaan, resorpsi bahan gizi, perjalanan isi usus yang
terlampau cepat (diare) atau terlampau lambat (konstipasi), serta infeksi usus oleh
mikroorganisme. Penyakit saluran cerna yang paling sering terjadi adalah radang
kerongkongan (reflux aesophagitis), radang mukosa lambung (gastritis), tukak
lambung – usus (ulkus peptikum), dan kanker lambung – usus (Tjay dan Kirana,
2007).
Gastritis atau radang lambung adalah gejala penyakit yang menyerang lambung
yang disebabkan oleh terjadinya luka atau peradangan pada lambung. Luka ini
menyebabkan sakit, mulas, perih pada perut. Faktor penyebabnya adalah perusak
mukosa lambung lebih besar daripada yang melidungi pertahanan mukosa lambung
(Akmal dkk., 2010).
Penderita radang lambung akut, sering mengeluhkan adanya suatu gejala
dengan perasaan lambung yang tidak enak, kram pada perut, indegesti (gangguan
pencernaan makanan, nafsu makan berkurang, mual dan muntah), gejala – gejala ini
sering disebut dengan dispepsia. Gejala ini akan berlangsung dalam beberapa jam
hingga beberapa hari. Sedangkan pada penderita radang lambung kronis memiliki
gejala yang sama namun lebih ringan dibandingkan pada penderita radang lambung
akut (Akmal dkk., 2010).
Prevalensi gastritis di Indonesia pada beberapa penelitian ditemukan antara 615% terutama pada usia 20-50 tahun dan empat kali lebih banyak terjadi pada pria
dibandingkan wanita. Gastritis merupakan lesi yang bisa hilang kemudian timbul
kembali dan paling sering didiagnosis pada orang dewasa usia pertengahan sampai
usia lanjut, tetapi lesi ini mungkin sudah muncul sejak usia muda, karena lesi yang
timbul disebabkan oleh banyak faktor maka pengobatannya membutuhkan beberapa
jenis obat dengan strategi terapi tertentu antara lain, obat untuk hipersekresi asam
lambung, obat pelindung mukosa, obat pencegah senyawa pencetus dan faktor
penyebab, obat pencegah kekambuhan dan komplikasi (Anonim, 2009).
Prinsip dasar pengobatan gastritis adalah dengan menekan faktor-faktor
senyawa pencetus dan penyebab gejala gastritis (terutama asam klorida dan pepsin),
memperkuat faktor-faktor pelidung mukosa lambung-duodenum dan pemberian
antibiotika bila penyebabnya adalah Helicobacter pylori. Obat-obat gastritis adalah
obat-obat yang bertujuan menghilangkan rasa nyeri atau keluhan, menyembuhkan
gastritis, mencegah kekambuhan dan mencegah komplikasi. Obat-obat gastritis yang
digunakan adalah golongan antasida, zat penghambat sekresi asam, dan zat pelindung
mukosa. Penggunaan obat-obat ini sangat sering digunakan dengan kombinasi karena
mengingat banyaknya faktor penyebab gastritis tersebut (Dahlan dkk., 2009).
Kombinasi obat digunakan karena hasil yang diperoleh dari terapi tunggal
kurang memuaskan untuk tujuan pengobatan yang diinginkan. Perkembangan terapi
kombinasi ini sangat didukung oleh kepatuhan pasien, karena selain efektifitas yang
tinggi kemungkinan efek samping menjadi lebih kecil. Selama ini masyarakat
menggunakan kombinasi ini dengan cara diminum sekaligus tanpa selang waktu
dengan alasan tidak tahu atau sangat merepotkan dan umumnya digunakan
berdasarkan pengalaman sendiri tanpa memperhitungkan efek samping dan akibat
yang ditimbulkan. Jika kombinasi ini digunakan bersamaan akan terjadi penguraian,
mengurangi atau bahkan menghilangkan sama sekali efektifitas obat dan bisa
menimbulkan toksisitas serta adanya efek samping obat (Dahlan dkk., 2009).
Penggunaan terapi kombinasi ranitidin dan antasida termasuk dalam 10 besar
pemakaian obat terbanyak pada tahun 2012 di Puskesmas S. Parman Banjarmasin.
Oleh karena itu dilakukan penelitian untuk mengetahui bagaimana tingkat
pengetahuan pasien gastritis terhadap penggunaan terapi kombinasi ranitidin dan
antasida meliputi indikasi, waktu penggunaan, aturan pakai, efek samping dan
interaksi obat. Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka peneliti tertarik
untuk mengambil judul penelitian Tingkat Pengetahuan Pasien Gastritis terhadap
Penggunaan Terapi Kombinasi Ranitidin dan Antasida di Puskesmas S.Parman
Banjarmasin.
Download