BERITA TERKINI Efektivitas Morphine Sparing pada Pembedahan Ortopedik: Paracetamol IV vs Paracetamol Oral total converted iv morphine dose/mg Berikut hasil studi tersebut: 1. Total kebutuhan morphine secara bermakna lebih rendah (penurunan 70%) pada kelompok 2 jika dibandingkan dengan kelompok 1 (p<0,005). 100.0 80.0 60.0 40.0 35.6 20.0 12.3 6.0 7.5 3.0 0 control group Figure 1 Boxplot of the mean total converted intra-venous morphine dose given preoperatively in the 2 groups Regimen analgesia yang optimal untuk pasien lanjut usia masih kontroversial. Opioid IV merupakan analgesik kuat, tetapi dapat memberikan efek samping serius, antara lain mual, muntah, konstipasi, kebingungan, gagal napas, dan bahkan kematian. Paracetamol oral aman digunakan untuk pasien lanjut usia, tetapi bioavailabitasnya dapat berkurang karena melalui proses first-pass hepatic metabolism dan juga absorbsi pada saluran cerna dapat terhambat jika diberikan bersamaan dengan opioid. Penggunaan paracetamol IV relatif baru sebagai tatalaksana morphine-sparing pada pembedahan ortopedik. Sebuah studi kohort dilakukan di sebuah senter di UK untuk menilai efektivitas pemberian paracetamol oral vs paracetamol iv. Sejumlah 75 pasien dibagi 2 kelompokKelompok 1 (n=28) menerima 1000 mg paracetamol oral (4x sehari setiap 6 jam) + opioid oral (codeine/tramadol), kelompok 2 (n=47)menerima 1000 mg paracetamol iv (setiap 6 jam) + oral/iv opioid jika dibutuhkan (rescue drug). Obat opioid dikonversikan sebagai dosis morphine iv, sebagai berikut: 1 mg morphine iv sebanding dengan 2 mg morphine oral atau 10 mg tramadol, atau 20 mg codeine. Beberapa parameter yang dinilai, skor VAS dan total kebutuhan morphine. 2. Kebutuhan morphine per hari secara bermakna lebih rendah (penurunan 58%) pada kelompok 2 jika dibandingkan dengan kelompok 1 (p<0,005). 3. Skor nyeri sebanding antara kedua kelompok (p>0,05). 10.0 8.0 pain score F raktur tulang pinggul merupakan kejadian yang umum terjadi pada pasien rentan dan meningkat seiring dengan peningkatan populasi lanjut usia. Untuk itu British Orthopaedic Association dan National Institute of Clinical Excellence (NICE) membuat sebuah tatalaksana standar manajemen pasien dengan fraktur tulang pinggul. Dalam tatalaksana ini, salah satu yang terutama ditekankan adalah pemberian analgesia adekuat pascaoperasi. Obat analgesik yang direkomendasikan dalam tatalaksana ini sebagai lini pertama adalah golongan paracetamol. Opioid digunakan sebagai tambahan berdasarkan kebutuhan pasien. NSAID tidak direkomendasikan mengingat kejadian efek samping seperti ulkus peptikum dan gangguan ginjal. Penggunaan anestesi lokal blok saraf, seperti blok femoral, dapat berguna mengurangi nyeri preoperasi, akan tetapi harus dilakukan oleh individu terlatih. intervention 6.0 4.0 2.0 0 2.7 3.1 1.5 1.6 0 0 intervention control group Figure 2 Boxplot of the mean pain score of the 2 groups Simpulannya, paracetamol iv preoperatif menurunkan bermakna dosis morphine jika dibandingkan dengan paracetamol oral pada pasien fraktur tulang pinggul intra-dan extracapsilar. (MAJ) REFERENSI: 1. Tsang KS, Page J, Mackenney P. Can intravenous paracetamol reduce opioid use in preoperative hip fracture patients?. Orthopedics 2013;36(2 Suppl):20-4. 2. National Clinical Guideline Center. The management of hip fractures in adults [Internet]. 2011 [cited 2013 May 27]. Available from: http://www.nice.org.uk/nicemedia/live/13489/54918/54918. pdf. 3. Vargas-Schaffer G. Is the WHO analgesic ladder still valid? Twenty-four years of experience. Can Fam Physician 2010;56(6):514-7. CDK-214/ vol. 41 no. 3, th. 2014 209