5 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Nanopartikel Nanosains adalah salah satu penelitian yang paling penting dalam ilmu pengetahuan modern. Nanoteknologi merupakan ilmu yang mempelajari partikel dalam rentang ukuran 1-1000 nm (Buzea, et al., 2007). Nanoteknologi mulai memungkinkan para ilmuwan, ahli kimia dan dokter untuk bekerja di tingkat molekuler dan sel untuk menghasilkan kemajuan penting di bidang ilmu pengetahuan dan kesehatan. Penggunaan bahan nanopartikel menawarkan keuntungan besar karena ukuran mereka yang unik dan sifat fisikokimia. Penelitian nanopartikel sedang berkembang pesat karena dapat diaplikasikan secara luas seperti dalam bidang lingkungan, elektronik, optis dan biomedis (Jain et al. 2006; Stern dan McNeil, 2008). Nanopartikel menjadi kajian yang sangat menarik, karena material yang berada dalam ukuran nano biasanya memiliki partikel dengan sifat kimia atau fisika yang lebih unggul dari material yang berukuran besar (bulk) (C. R. Vestal et al. 2004; Guozhong, 2004). Dua hal utama yang membuat nanopartikel berbeda dengan material sejenis dalam ukuran besar (bulk) yaitu: 1. Karena ukurannya yang kecil, nanopartikel memiliki nilai perbandingan antara luas permukaan dan volume yang lebih besar jika dibandingkan dengan partikel sejenis dalam ukuran besar. Ini membuat nanopartikel bersifat lebih reaktif. Reaktivitas material ditentukan oleh atom-atom di permukaan, karena hanya atom-atom tersebut yang bersentuhan langsung dengan material lain; 2. Ketika ukuran partikel menuju orde nanometer, maka hukum fisika yang berlaku lebih didominasi oleh hukum- hukum fisika kuantum (Abdullah, M. et al. 2008). Nanopartikel dapat terdiri dari bahan konstituen tunggal atau menjadi gabungan dari beberapa bahan. Nanopartikel di alam sering ditemukan dengan bahan aglomerasi dengan berbagai komposisi, sedangkan komposisi bahan murni tunggal dapat dengan mudah disintesis dengan berbagai metode. Berdasarkan sifat kimia dan elektromagnetik, nanopartikel dapat tersebar seperti aerosol, suspensi/koloid, atau Universitas Sumatera Utara 6 dalam keadaan menggumpal. Sebagai contoh, nanopartikel magnetik cenderung mengelompok, membentuk sebuah aglomerat, kecuali permukaan mereka dilapisi dengan bahan non-magnetik dan dalam keadaan menggumpal, nanopartikel dapat berperilaku sebagai partikel yang lebih besar, tergantung pada ukuran aglomerat tersebut (Buzea et al. 2007). Material berukuran nanometer memiliki sejumlah sifat kimia dan fisika yang lebih unggul dari material berukuran besar. Disamping itu, material berukuran nanometer memiliki sifat yang kaya karena menghasilkan sifat yang tidak dimiliki oleh material ukuran besar. Sejumlah sifat tersebut dapat diubah- ubah dengan melalui pengontrolan ukuran material, pengaturan komposisi kimiawi, modifikasi permukaan dan pengontrolan interaksi antar partikel. Material nanopartikel adalah material-material buatan manusia yang berskala nano, yaitu lebih kecil dari 100nm, termasuk didalamnya nanodot, quantum dot, nanowire dan carbon nanotube (Abdullah, M. et al., 2008). Berikut merupakan beberapa keunggulan sifat material berorde nano secara umum : 1. Sifat Elektrik Pengaruh size reduction pada sifat elektrik nanopartikel dapat meningkatkan konduktivitas nanometals, membangkitkan konduktivitas nanodielektrik dan meningkatkan induktansi dielektrik untuk ferroelectrics. Nanomaterial dapat mempunyai energi lebih besar dari pada material ukuran biasa karena memiliki luas permukaan yang besar. Energi band secara bertahap berubah terhadap orbital molekul. Umumnya resistivitas elektrik mengalami kenaikan dengan berkurangnya ukuran partikel. Contoh aplikasi : energi densitas yang tinggi dari baterai, nanokristalin merupakan material yang bagus untuk lapisan pemisah pada baterai karena dia dapat menyimpan energi yang lebih banyak. Baterai logam nikel-hidrida terbuat dari nanokristalin nikel dan logam hidrida yang membutuhkan sedikit recharging dan memiliki masa hidup yang lama (Pokropivny,V. et al. 2007). 2. Sifat Optik Sistem nanokristalin memiliki sifat optikal yang menarik, yang mana berbeda dengan sifat kristal konvensional. Pengaruh size reduction pada sifat optik nanopartikel dapat meningkatkan penyerapan (absorbansi) dalam jarak ultraviolet (blue shift), osilasi penyerapan optic dan meningkatkan nilai band gap. Kunci Universitas Sumatera Utara 7 peyumbang faktor masuknya quantum tertutup dari pembawa elektrikal pada nanopartikel, energi yang efisien dan memungkinkan terjadinya pertukaran karena jaraknya dalam skala nano serta memiliki sistem dengan interface yang tinggi. Dengan perkembangan teknologi dari material mendukung perkembangan sifat nanofotonik. Dengan sifat optik linear dan non linear material nano dapat dibuat dengan mengontrol dimensi kristal dan surface kimia, teknologi pembuatan menjadi faktor kunci untuk mengaplikasikan. Contoh aplikasi : pada optoelektronik., electrochromik untuk liquid crystal display (LCD) (Pokropivny,V. et al. 2007). 3. Sifat Magnetik Kekuatan magnetik adalah ukuran tingkat kemagnetan. Pengaruh penurunan ukuran butiran patikel (size reduction) dan kenaikan spesifik luas permukaan per satuan volume partikel pada sifat magnetik ini dapat meningkatkan atau menurunkan koersivitas magnet, menurunkan temperatur Curie, memiliki sifat paramagnetik atau feromagnetik, membangkitkan temperatur maksimal resistansi magnet dan meningkatkan permeability magnetik pada sifat ferromagnetik. Contoh aplikasi : magnet nanokristalin yttrium-samarium-cobalt memiliki sifat magnet yang luar biasa dengan luas permukaan yang besar. Aplikasinya pada mesin kapal, instrumen ultra sensitiv dan magnetic resonance imaging (MRI) pada alat diagnostic (Pokropivny,V. et al. 2007) 4. Sifat Mekanik Pengaruh penurunan ukuran butiran patikel (size reduction) dari partikel pada sifat mekanik dapat meningkatkan kekerasan (hardness), kekuatan (strength), daktilitas (fracture ductility) dan ketahanan aus (wear resistance). Nanomaterial memiliki kekerasan dan tahan gores yang lebih besar bila dibandingkan dengan material dengan ukuran biasa. Contoh aplikasi : automobil dengan efisiensi greater fuel. Nanomaterial diterapkan pada automobil sejak diketahui sifat kuat, keras dan sangat tahan terhadap erosi, diharapkan dapat diterapkan pada busi (Pokropivny,V. et al. 2007). 2.2 Pasir Besi Pasir besi adalah mineral endapan / sedimen yang memiliki ukuran butir 0,074 – 0,075 mm, dengan ukuran kasar (5–3 mm) dan halus (< 1 mm). Perbedaan karakter fisik kandungan mineral pasir seperti Fe, Ti, Mg dan SI mungkin terjadi disebabkan Universitas Sumatera Utara 8 oleh perbedaan lokasi endapan. Mineral magnetik yang biasanya ditemukan di daerah pantai atau sungai adalah magnetit (Fe3 O4 ). Senyawa magnetit ini berasal dari senyawa variannya yaitu titanomagnetit (Fe3−x Tix O4 ) (Sunaryo dan Widyawidura, 2010). Besi yang diperoleh dari bijih besi ditemukan dalam bentuk besi oksida. Oksida logam ini ditemukan dalam dua fase di dalam pasir besi yaitu Fe2 O3 dan Fe3 O4 yang berkontribusi dalam sifat kemagnetan. Fe2 O3 memiliki interaksi yang lebih lemah di dalam medan magnet dibandingkan Fe3 O4 . Pasir besi ini lebih dimanfaatkan dalam bidang material science dengan nilai ekonomi yang lebih tinggi dan ramah lingkungan (Sunaryo dan Widyawidura, 2010) Pasir besi umumnya terdiri dari mineral opak yang bercampur dengan butiranbutiran nonlogam seperti kuarsa, kalsit, feldspar, ampibol, piroksen, biotit dan tourmalin. Mineral tersebut terdiri atas magnetit, titaniferous magnetit, ilmenit, limonit dan hematite. Kandungan besi yang terdapat pada endapan pasir besi utama adalah mineral tetanomagnetik dengan komposisi Fe 60%, Al 2O3 3,3%, SiO2 0,26%, P2O5 0,55%, TiO2 9,2% dan MgO 0,6%. Biji besi dalam bentuk endapan pasir besi dengan kadar Fe sekitar 38 – 59% n (Putra et al., 2008). Pasir besi dapat dimanfaatkan dalam industri baja karena pasir besi banyak mengandung besi (Fe) sebagai bahan baku pembuatan baja. Pasir besi juga banyak mengandung mineral-mineral magnetik seperti magnetit (Fe3 O4 ), hematit (α – Fe2 O3 ) dan maghemit (Ι£-Fe2 O3 ) sehingga pasir besi dapat digunakan di dalam industri lain. Magnetit dapat digunakan sebagai bahan dasar pembuatan tinta kering / toner yang biasa digunakan di dalam mesin fotokopi dan printer laser. Maghemit adalah bahan utama pembuatan pita kaset. Ketiga mineral tersebut juga dapat digunakan dalam industri pembuatan magnet permanen (Yulianto et al., 2002). 2.3 Nanopartikel Magnetik ( ππ π ππ ππ) Bahan magnetik adalah salah satu bahan yang diketahui memiliki kualitas baik dan telah diteliti secara intensif tahun ini dari sudut pandang ilmiah murni karena memiliki sifat listrik dan optik yang unik. (V.L. Mathe, et al. 2008). Sifat nanopartikel magnetik ditentukan oleh banyak faktor, diantaranya adalah komposisi kimia, ukuran dan bentuk partikel, morfologi, interaksi partikel dengan matriks dan Universitas Sumatera Utara 9 partikel disekitarnya. Dengan mengubah ukuran, bentuk, komposisi dan struktur nanopartikel, sifat magnetik material dapat dikontrol (S, Gubin. 2009). Saat ini banyak dikembangkan penelitian tentang nanopartikel ferit spinel, hal ini dikarenakan bidang aplikasinya yang sangat luas yaitu dalam sistem penyimpanan data, transformator, memori komputer, induktor, recording heads, microwave dan diagnosa medis. Sifat bahan ini mempunyai permeabilitas dan hambatan jenis yang tinggi, koersivitas yang rendah. Nanopartikel ferit spinel merupakan ferit lunak yang mempunyai struktur kristal kubik (Hermawan, 2015). MgFe2 O4 adalah material magnetik yang halus dan salah satu kelompok spinel invers yang sangat penting. Beberapa alasan yang menyebabkan MgFe2 O4 banyak menarik perhatian para peneliti dibandingkan ferrite yang lainnya adalah potensinya yang besar untuk di aplikasikan karena MgFe2 O4 memiliki nilai magnetisasi saturasi yang tinggi, Suhu Curie dan tahanan listrik yang tinggi. ( Thant et al. 2010 ) MgFe2 O4 juga merupakan material semikonduktor tipe n yang dapat diaplikasikan sebagai adsorbsi, sensor dan digunakan pada teknologi magnetik. Hal lain yang menarik dari MgFe2 O4 ini adalah sifat kimia dan stabilitas termalnya yang unik, serta ketergantungan sifat magnetik pada ukuran partikel. Diantara senyawa spinel ferrite, superparamagnetik nanopartikel magnesium ferit telah dipelajari secara luas, karena fitur unik nanopartikel magnetik dan memiliki relevansi yang besar untuk teknologi modern termasuk resonansi agen kontras gambar, penyimpanan informasi data seumur hidup dalam kerapatan yang tinggi (Chen, Q, et al. 1999). Magnesium ferit adalah magnetik bi-oksida berbahan material keramik dengan struktur spinel sebagian terbalik, sehingga distribusi kation di dalamnya dapat diwakilkan. ( Dalt, dat, S et al,. 2011). Spinel magnesium ferit memiliki banyak sifat menarik seperti aktivitas katalik yang tinggi, permeabilitas magnetik yang tinggi, kelembaman dan karakteristik gas penginderaan. Selain itu, magnesium ferit memiliki resistivitas yang tinggi, suhu Curie yang tinggi dan stabilitas yang membuatnya menjadi kandidat baik untuk berbagai aplikasi penginderaan ( Oliver, et al. 1995; Busca, G et al. 1996). Nanopartikel MgFe2 O4 juga dapat berperilaku sebagai nanopartikel superparamagnetik. Ketika medan magnet eksternalnya dihilangkan, maka jumlahan Universitas Sumatera Utara 10 momen magnetik dari nano partikel magnetik masing-masing berada dalam arah yang berbeda, dengan demikian keseluruhan momen magnetik bulk adalah nol (Hermawan, 2015). Tabel 1. Sifat fisika dan kimia Magnesium Ferit (MgFe2 O4 ) Sifat Fisika Sifat Kimia 1. Fase berupa padatan 2. Warna kecoklatan, hitam 3. Densitas : 4,6 - 4,7 π/ππ3 4. Kilau : Metalik 5. Struktur Kristal : Invers spinel 6. Loss tangent yang rendah 7. Bahan dielektrik yang sangat baik 8. Nilai magnetisasi saturasi yang tinggi 9. Suhu Curie yang tinggi 10. Permeabilitas yang tinggi 11. Resistivitas listrik yang tinggi 1. Rumus Kimia : MgFe2 O4 2. Rumus Empiris : MgFe3+2O4 3. Unsur yang terkandung : Mg, Fe, O Sumber : Hyeon. 2002, Agung. 2015, www.mineraldata.com 2.4 Metode Kopresipitasi Kopresipitasi merupakan proses kimia dalam mensintesis senyawa anorganik yang didasarkan pada pengendapan lebih dari satu substansi secara bersama–sama ketika melewati titik jenuh. Proses diawali dengan adanya zat terlarut yang mengendap sehingga menghasilkan endapan yang diinginkan. Pengendapan terjadi sebagai akibat pembentukan kristal campuran. Selain itu endapan ini dapat pula terbentuk karena adanya absorbsi (penyerapan) ion-ion selama proses pengendapan (Nugroho, 2010; Pokropivny,V. et al. 2007). Metode kopresipitasi merupakan metode yang menjanjikan karena prosedurnya yang relatif sederhana dan menghasilkan distribusi ukuran butir yang relatif sempit. Selain itu, metode ini juga dapat dilakukan pada kondisi lingkungan normal. Dengan menggunakan metode ini, struktur kristal dan sifat magnetik dari sampel yang disintesis dapat dioptimalkan dengan mengontrol parameter-parameter sintesis seperti suhu, bahan pelarut, pH larutan, kecepatan pengadukan, lama pengadukan, konsentrasi garam logam, konsentrasi kopresipitan dan konsentrasi surfaktan (Salavati, 2009; Kadi, M.W. 2014) Universitas Sumatera Utara 11 Adsorbsi permukaan merupakan suatu proses yang terjadi ketika suatu fluida, cairan maupun gas, terikat kepada suatu padatan atau cairan (adsorben) dan akhirnya membentuk suatu adsorbat pada permukaannya, umumnya akan paling besar pada endapan yang mirip gelatin dan paling sedikit pada endapan dengan sifat makrokristalin yang menonjol. Pada saat endapan terbentuk, langkah selanjutnya dalam proses ini adalah meningkatkan kemurnian dari endapan dengan cara menyaringendapan, melarutkannya lagi dan mengendapkan lagi secara berulangulang.Hal ini dilakukan agar terjadi dekomposisi ion-ion yang terikat oleh larutan pengikat (larutan basa) sedangkan ion-ion yang tidak terikat oleh larutan pengikat akan bereaksi membentuk produk/hasil reaksi. Kopresipitasi memiliki reaksi fisik dan kimia yang dapat dilihat pada tabel 2 (Sholihah, 2010; Fernandez, 2011). Tabel 2. Reaksi fisik dan kimia dari metode kopresipitasi Sifat Fisik Sifat Kimia o Suhu reaksi yang diperlukan , 100 C Proses Kopresipitasi akan meningkatkan pH Pada kopresipitasi dilakukan Kopresipitasi dilakukan pada larutan pengadukan secara terus menerus agar encer agar memudahkan proses larutan homogeny Penyaringan Memiliki ukuran partikel hasil sintetis Meningkatkan homogenitas dengan lebih kecil daripada metode sol state penambahan larutan pengendap. dan lebih besar daripada metode sol gel Sumber : Sholilah, 2010, Fernandez, 2011 Produk dari metode ini diharapkan memiliki ukuran partikel yang lebih kecil dan lebih homogen daripada metoda solid state dan ukuran partikel yang lebih besar dari pada metoda sol-gel. Bila suatu endapan memisah dari dalam suatu larutan, endapan itu tidak selalu sempurna murninya, kemungkinan mengandung berbagai jumlah zat pengotor, bergantung pada sifat endapan dan kondisi pengendapan. Kontaminasi endapan oleh zat-zat yang secara normal larut dalam cairan induk dinamakan kopresipitasi. Kita harus membedakan dua jenis kopresipitasi yang penting. Yang pertama adalah yang berkaitan dengan adsorpsi pada permukaan partikel yang terkena larutan dan yang kedua adalah yang sehubungan dengan oklusi Universitas Sumatera Utara 12 zat asing sewaktu proses pertumbuhan kristal dari partikel-partikel primer (Sholihah, 2010; Fernandez, 2011). Bila suatu endapan memisah dari suatu larutan, endapan itu tidak selalu sempurna murninya, kemungkinan mengandung berbagai jumlah zat pengotor, bergantung pada sifat endapan dan kondisi endapan pengendapan. Kontaminasi endapan oleh zat-zat yang secara normal larut dalam cairan induk dinamakan kopresipitasi. Mengenai adsorpsi permukaan (adsorpsi adalah suatu proses yang terjadi ketika suatu fluida, cairan maupun gas, terikat kepada suatu padatan atau cairan (adsorben) dan akhirnya membentuk suatu lapisan tipis (adsorbat) pada permukaannya), umumnya akan paling besar pada endapan yang mirip gelatin dan paling sedikit endapan dengan sifat makro-kristalin yang menonjol. Endapan dengan kisi-kisi ionik nampak mengikuti aturan adsorpsi Paneth-Fajans-Hahn, yang menyatakan bahwa ion yang membentuk garam yang paling sedikit larut. Maka pada sulfat yang sedikit larut, ion kalsium lebih utama diadsorpsi ketimbang ion magnesium, karena kalsium sulfat kurang larut ketimbang magnesium sulfat. Juga perak ionida mengadsorpsi perak asetat jauh lebih kuat disbanding perak nitrat pada kondisi-kondisi yang sebanding, karena kelarutan perak asetat lebih rendah. Deformabilitas (mudah diubah bentuknya) ion-ion yang diadsorpsi dan disosiasi elektrolit dari senyawaan yang diadsorpsi juga mempunyai pengaruh yang sangat besar, semakin kecil disosiasi senyawa maka semakin besar teradsorpsinya. Jenis kopresipitasi yang kedua terjadi sewaktu endapan dibangun dari partikel-partikel primernya. Partikel primer ini akan mengalami adsorpsi permukaan sampai tingkat tertentu dan sewaktu partikel-partikel ini saling bergabung, zat pengotor itu akan hilang sebagian jika terbentuk kristal-kristal tunggal yang besar dan prosesnya berlangsung lambat, atau jika saling bergabung itu cepat mungkin dihasilkan kristal-kristal besar yang tersusun dari kristal-kristal kecil yang terikat lemah, dan sebagian pengotor mungkin terbawa masuk kebalik dinding kristal besar. Jika zat pengotor ini isomorf atau membentuk larutan-padat dengan endapan, jumlah kopresipitasi kemungkinan akan sangat banyak, karena tidak akan ada kecenderungan untuk menyisihkan zat pengotor sewaktu proses pematangan. Pascapresipitasi (postpresipitasi) adalah pengendapan yang terjadi diatas permukaan endapan pertama sesudah terbentuk. Ini terjadi pada zat-zat yang sedikit Universitas Sumatera Utara 13 larut, yang membentuk larutan lewat-jenuh, zat-zat ini umumnya mempunyai satu ion yang sama dengan salah satu ion endapan primer (endapan pertama). Maka pada pengendapan kalsium sebagai oksalat dengan adanya magnesium, magnesium oksalat berangsur-angsur memisah dari larutan dan mengendap diatas kalsium oksalat, makin lama endapan dibiarkan bersentuhan dengan larutan itu, maka makin besar sesatan yang ditimbulkan oleh penyebab ini (Negara, dkk. 2008). 2.5 Pengertian Magnet Magnet adalah suatu materi yang mempunyai suatu medan magnet. Magnet juga merupakan material maju yang sangat penting untuk beragam aplikasi teknologi canggih, berfungsi sebagai komponen pengubah energi gerak menjadi listrik dan sebaliknya, seperti: otomotif, elektronik dan energi (Collocott, S.J. et al. 2007). Magnet merupakan suatu fenomena yang sangat menarik untuk dikaji, karena pada material magnet dapat ditarik atau ditolak tanpa adanya sentuhan secara langsung. Hal tersebut sudah diketahui sejak ratusan tahun yang lalu. Akan tetapi mekanisme dan prinsip yang mendasarinya mulai dimengerti secara ilmiah pada abad ke 18, yaitu oleh fisikawan belanda Hans Cristian Oersted membuat suatu eksperimen yang menerangkan adanya efek-efek magnet yang dialiri arus listrik (Muklisin, 2013). Magnet dapat menarik benda lain, beberapa benda bahkan tertarik lebih kuat dari yang lain, yaitu bahan logam. Namun tidak semua logam mempunyai daya tarik yang sama terhadap magnet. Besi dan baja adalah dua contoh materi yang mempunyai daya tarik yang tinggi oleh magnet. Sedangkan oksigen cair adalah contoh materi yang mempunyai daya tarik yang rendah oleh magnet. Satuan intensitas magnet menurut sistem metrik Satuan Internasional (SI) adalah Tesla dan SI unit untuk total fluks magnetik adalah weber (1 weber/m2 = 1 tesla) yang mempengaruhi luasan satu meter persegi (Afza, 2011). 2.6 Sifat Kemagnetan Bahan 2.6.1 Ferromagnetik Ferromagnetik merupakan bahan yang memiliki nilai suseptibilitas magnetik positif yang sangat tinggi. Dalam bahan ini sejumlah kecil medan magnetik luar dapat menyebabkan derajat penyearahan yang tinggi pada momen dipol magnetik Universitas Sumatera Utara 14 atomnya. Dalam beberapa kasus, penyearahan ini dapat bertahan sekalipun medan kemagnetannya telah hilang. Hal ini terjadi karena momen dipol magnetik atom dari bahan-bahan ferromagnetik ini mengarahkan gaya-gaya yang kuat pada atom di sebelahnya. Sehingga dalam daerah ruang yang sempit, momen ini disearahkan satu sama lain sekalipun medan luarnya tidak ada lagi. Daerah ruang tempat momen dipol magnetik yang disearahkan ini disebut daerah magnetik. Dalam daerah ini, semua momen magnetik disearahkan, tetapi arah penyearahnya beragam dari daerah sehingga momen magnetik total dari kepingan mikroskopi bahan ferromagnetik ini adalah nol dalam keadaan normal (Tipler, 2001). Gambar 1. Momen magnetik Ferromagnetik 2.6.2 Anti Ferromagnetik Bahan anti ferromagnetik adalah suatu bahan yang memiliki suseptibilitas positif yang kecil pada segala temperatur, tetapi perubahan suscepbilitas karena tempratur adalah keadaan yang sangat khusus. Susunan dwikutubnya adalah sejajar tetapi berlawanan arah, diperlihatkan pada Gambar 2 Gambar 2. Momen magnetik anti Ferromagnetik 2.6.3 Ferrimagnetik Pada bahan yang bersifat dipol yang berdekatan memiliki arah yang berlawanan tetapi momen magnetiknya tidak sama besar. Bahan ferrimagnetik memiliki nilai susepbilitas tinggi tetapi lebih rendah dari bahan ferromagnetik, beberapa contoh dari bahan ferrimagnetik adalah ferrite dan magnetite (Mujiman, 2004). Universitas Sumatera Utara 15 Gambar 3. Momen magnetik Ferrimagnetik 2.6.4 Paramagnetik Bahan paramagnetik adalah bahan-bahan yang memiliki suseptibilitas magnetik Xm yang positif dan sangat kecil. Paramagnetik muncul dalam bahan atom-atomnya memiliki momen magnetik hermanen yang berinteraksi satu sama lain secara sangat lemah. Apabila tidak terdapat medan magnetik luar, momen magnetik ini akan berorientasi acak. Dengan adanya medan magnetik luar, momen magnetik ini arahnya cenderung sejajar dengan medannya, tetapi ini dilawan oleh kecenderungan momen untuk berorientasi acak akibat gerak termalnya. Perbandingan momen yang menyearahkan dengan medan ini bergantung pada kekuatan medan pada temperatur yang sangat rendah, hampir seluruh momen akan disearahkan dengan medannya ( Tipler, 2001). Gambar 4. Momen magnetik Paramagnetik 2.6.5 Diamagnetik Bahan diamagnetik merupakan bahan yang memiliki nilai suseptibilitas negatif dan sangat kecil. Sifat diamagnetik ditemukan oleh faraday pada tahun 1846 ketika sekeping bismuth ditolak oleh kedua kutub magnet, hal ini memperlihatkan bahwa medan induksi dari magnet tersebut menginduksi momen magnetik pada bismuth pada arah berlawanan dengan medan induksi pada magnet (Tipler, 2001). 2.7. Histerisis Magnet Magnet biasanya dibagi atas dua kelompok yaitu: magnet lunak dan magnet keras. Magnet keras dapat menarik bahan lain yang bersifat magnet. Selain itu sifat kemagnetannya dapat dianggap cukup kekal. Magnet lunak dapat bersifat magnetik dan dapat menarik magnet lainnya. Namun, hanya memiliki sifat magnet apabila berada dalam medan magnet dan sifat kemagnetannya tidak kekal. Perbedaan antara magnet permanen atau magnet keras dan magnet lunak dapat dilakukan dengan Universitas Sumatera Utara 16 menggunakan loop histerisis yang telah dikenal seperti pada gambar 5. Bila bahan magnet berada dalam medan magnet, H, “garis gaya yang berdekatan” akan tertarik ke dalam bahan sehingga rapat fluks meningkat. Dikatakan bahwa, induksi magnet, B meningkat. Dengan sendirinya, jumlah induksi tergantung pada medan magnet dan jenis bahan. Pada contoh Gambar 5, rasio B/H tidak linear, terjadi lompatan induksi mencapai level yang tinggi, kemudian rasio tersebut hampir konstan dalam medan yang lebih kuat. (a) (b) (c) Gambar 5. Kurva Magnetisasi a. Induksi awal (B) versus medan magnet (H). b. Loop histerisis (magnet lunak). c. Loop histerisis (magnet keras). (Van Vlack, 1984) Baik induksi remanen (rapat fluks) dan medan koersif, B dan –HC masingmasing, besar untuk magnet keras. Hasil perkalian BH merupakan patokan untuk energi demagnetisasi. Pada magnet lunak, terjadi penurunan kembali yang hampir sempurna jika medan magnet ditiadakan. Medan magnet bolak-balik akan menghasilkan kurva simetris dikuadran ketiga. Kurva histeris magnet permanen sangat berbeda. Bila medan magnet ditiadakan, induksi tersisa akan menghasilkan induksi remanen Br. Medan yang berlawanan yang disebut medan koersif, -Hc, diperlukan sebelum induksi turun menjadi nol. Sama dengan medan lunak, loop tertutup dari magnet memiliki simetri 180o. Karena hasil kali medan magnet (A/m) dan induksi (V.det/m 2) merupakan Universitas Sumatera Utara 17 energy per satuan volume (J/m3) disebut dengan energy produk maksimum (BH)max, luas daerah hasil integrasi di dalam loop histerisis adalah sama dengan energi yang diperlukan untuk siklus magnetisasi mulai dari 0 sampai +H hingga – H sampai 0. Energi yang dibutuhkan magnet lunak dapat diabaikan, magnet keras memerlukan energi lebih banyak sehingga kondisi - ruang, demagnetisasi dapat diabaikan. Dikatakan dengan magnetisasi permanen. Magnet permanen dapat diberi indeks berdasarkan medan koersif yang diperlukan untuk menghilangkan induksi. Patokan ukuran yang lebih baik adalah hasil kali BH. Hasil kali BH maksimum lebih sering digunakan karena merupakan barier energi kritis yang harus dilampaui. Magnet lunak merupakan pilihan tepat untuk penggunaan pada arus bolak-balik atau frekuensi tinggi, karena harus mengalami magnetisasi dan demagnetisasi berulang kali selama selang satu detik. Spesifikasi yang agak kritis untuk magnet lunak adalah induksi jenuh (tinggi), medan koersif (rendah), dan permeabilitas maksimum (tinggi) (Van Vlack, 1984). 2.8 Karakterisasi 2.8.1 True Density ( Densitas ) Densitas (π) adalah suatu ukuran massa (m) persatuan volume (V) suatu material dalam satuan /ππ3 . Beberapa faktor yang mempengaruhi densitas adalah ukuran dan berat atom suatu elemen, kuatnya pengepakan atom dalam struktur kristal, dan besarnya porositas dalam mikrostruktur (Mujiman, 2004). π= π (2.1) π Dengan : π = Densitas (π/ππ3 ) π = Massa (π) π = Volume(ππ3 ) Ada dua macam densitas yaitu: true density dan bulk density (metode Archimedes). True density adalah kerapatan dari serbuk yang diukur dengan menggunakan piknometer. Densitas serbuk dapat dihitung dengan rumus: π= π3 − π1 π 2 − π 1 − ( π 4 −π 3 ) π₯ πππππππ (2.2) dengan : Universitas Sumatera Utara 18 π1 = massa piknometer kosong (g) π2 = massa piknometer + aquades (g) π3 = massa piknometer + serbuk (g) π4 = massa piknometer + serbuk + aquades (g) π media cair 2.8.2 = Nilai massa jenis cairan yang digunakan (g) Optical Microscope (OM) Optical Microscope (OM) mempunyai fungsi yang hampir sama dengan Scanning Electron Microscope (SEM) yaitu untuk mengetahui bentuk dan ukuran dari butir-butir serta mengetahui interaksi satu butir dengan butir lainnya. Melalui observasi dengan OM dapat diamati seberapa jauh ikatan butiran yang satu dengan yang lainnya dan apakah terbentuk lapisan di antara butiran atau disebut grain boundary. Adapun perbedaan antara SEM dan OM adalah terletak pada perbesaran obyek (resolusi) yang lebih tinggi daripada mikroskop optik. Sebenarnya, dalam fungsi perbesaran obyek, SEM juga menggunakan lensa, namun bukan berasal dari jenis gelas sebagaimana pada mikroskop optik, tetapi dari jenis magnet. Sifat medan magnet ini bisa mengontrol dan mempengaruhi elektron yang melaluinya, sehingga bisa berfungsi menggantikan sifat lensa pada mikroskop optik (Tabitaria, 2015). 2.8.3 X-Ray Diffraction (XRD) Sinar X merupakan gelombang elektromagnetik yang dapat digunakan untuk mengetahui struktur kristal dan fasa suatu material. Bila sinar x dengan panjang gelombang λ diarahkan kesuatu permukaan kristal dengan sudut datang, maka sebagian sinar dihamburkan oleh bidang atom dalam kristal. Berkas sinar x yang dihamburkan dalam arah-arah tertentu akan menghasilkan puncak-puncak difraksi yang dapat diamati dengan peralatan X-Ray Diffraction (Cullity, 1978). Fenomena interaksi dan difraksi sudah dikenal pada ilmu optik. Standart pengujian laboratorium fisika adalah untuk menentukan jarak antara dua gelombang dengan mengetahui panjang gelombang sinar, dengan mengukur sudut berkas sinar yang terdifraksi. Pengujian ini merupakan aplikasi langsung dari pemakaian sinar-X untuk menentukan jarak antar atom adalam kristal. Universitas Sumatera Utara 19 Gambar 6. Difraksi bidang atom Gambar 6 menunjukkan suatu berkas sinar X dengan panjang gelombang λ, jatuh pada sudut θ pada sekumpulan bidang atom berjarak d. Sinar yang dipantulkan dengan sudut θ hanya dapat terlihat jika berkas dari setiap bidang yang berdekatan dan menempuhkan jarak sesuai dengan perbedaan kisi yaitu sama dengan panjang gelombang n λ. Menurut syarat terjadinya difraksi, beda lintasan merupakan kelipatan bilangan bulat dari panjang, sehingga hal tersebut dirumuskan W.L.Brag ππ = 2π π ππ π (2.3) dengan : n = orde difraksi (n = bilangan bulat 1,2,3…) λ = panjang gelombang sinar-X (mm) d = jarak antar bidang (mm) π = sudut difraksi (o) Untuk mengetahui fasa dan struktur material yang diamati dapat dilakukan dengan cara sederhana, yaitu dengan cara membandingkan nilai d yang terukur dengan nilai d pada data standart. Data d standart dapat diperoleh melalui Joint Commitee On Powder Difraction Standart (JCPDS) atau dengan metode Hanawalt file. Derajat kristalinitas yaitu besaran yang menyatakan banyaknya kandungan kristal dalam suatu material dengan membandingkan luasan kurva kristal dengan total luasan amorf dan kristalit. Derajat kristalinitas dihitung menggunakan parameter Full Width at Half Maximum (FWHM) (Nurmawati, 2007). Untuk perhitungan ukuran kristal digunakan persamaan Scherrer, yaitu : Universitas Sumatera Utara 20 π·= πΎπ π΅ cos π (2.4) Dimana D merupakan diameter rata-rata, K merupakan faktor keadaan, B merupakan perluasan full width at half maximum (FWHM) puncak difraksi yang dihitung dalam radian, dan π merupakan panjang gelombang sinar-x dan π merupakan sudut difraksi Bragg (Skoog, 1998). 2.8.4 Vibrating Sampel Magnetometer (VSM) Semua bahan mempunyai momen magnetik jika ditempatkan dalam medan magnetik. Momen magnetik per satuan volume dikenal sebagai magnetisasi. Secara prinsip ada dua metoda untuk mengukur besar magnetisasi ini, yaitu metoda induksi (induction method) dan metoda gaya (force method). Pada metoda induksi, magnetisasi diukur dari sinyal yang ditimbulkan / diinduksikan oleh cuplikan yang bergetar dalam lingkungan medan magnet pada sepasang kumparan. Sedangkan pada metoda gaya pengukuran dilakukan pada besamya gaya yang ditimbulkan pada cuplikan yang berada dalam gradien medan magnet. VSM (Vibrating Sample Magnetometer) merupakan salah satu alat ukur magnetisasi yang bekerja berdasarkan metoda induksi. Pada metoda ini, cuplikan yang akan diukur magnetisasinya dipasang pada ujung bawah batang kaku yang bergetar secara vertikal dalam lingkungan medan magnet luar H. Jika cuplikan termagnetisasi, secara permanen ataupun sebagai respon dari adanya medan magnet luar, getaran ini alan mengakibatkan perubahan garis gaya magnetik. Perubahan ini akan menginduksikan/ menimbulkan suatu sinyal tegangan AC pada kumparan pengambil (pick-up coil atau sense coil) yang ditempatkan secara tepat dalam sistem medan magnet ini. Selanjutnya sinyal AC ini akan dibaca oleh rangkaian pre-amp dan Lock-in amplifier. Frekuensi dari Lock-in amplifier diset sarna dengan frekuensi getaran sinyal referensi dari pengontrol getaran cuplikan. Lock in amplifier ini akan membaca sinyal tegangan dari kumparan yang sefasa dengan sinyal referensi. Kumparan pengambil biasanya dirangkai berpasangan dengan kondisi arah lilitan yang berlawanan. Hal ini untuk menghindari terbacanya sinyal yang berasal dari selain cuplikan, misalnya dari akibat adanya perubahan medan magnet luar itu sendiri. Selanjutnya dalam proses pengukuran, medan magnet luar yang diberikan, Universitas Sumatera Utara 21 suhu cuplikan, sudut dan interval waktu pengukuran dapat divariasikan melalui kendali komputer. Komputer akan merekam data tegangan kumparan sebagai fungsi medan magnet luar, suhu, sudut ataupun waktu (Mujamilah dkk. 2000). 2.8.5 Atomic Adsorption Spectrophotometric (AAS) Adsorpsi adalah suatu peristiwa fisik yang terjadi pada permukaan suatu padatan. Adsorpsi terjadi jika gaya tarik-menarik antara zat terlarut dengan permukaan penyerap dapat mengatasi gaya tarik-menarik antara pelarut dengan permukaan penyerap (Oscik, 1982). Zat atau molekul yang terserap ke permukaan disebut adsorbat, sedangkan zat atau molekul yang menyerap disebut adsorben (Sukardjo, 1985). AAS (Atomic Absorption Spectroscopy) dalam kimia analitik dapat diartikan sebagai suatu teknik untuk menentukan konsentrasi unsur logam tertentu dalam suatu cuplikan. Teknik pengukuran ini dapat digunakan untuk menganalisis konsentrasi lebih dari 62 jenis unsure logam. Teknik Spektrofotometer Serapan Atom (SSA) dikembangkan oleh suatu tim peneliti kimia Australia pada tahun 1950-an, yang dipimpin oleh Alan Walsh, di CSIRO (Commonwealth Science and Industry Research Organization) bagian kimia fisik di Melbourne, Australia. Unsur-unsur dalam cuplikan diidentifikasikan dengan sensitivitas dan limit deteksi pada teknik pengukuran ini dapat mencapai < 1 mg/L (1 ppm) bila menggunakan lampu nyala biasa dan dapat dicapai sampai 0,1 ppm dengan menggunakan prosedur SSA yang lebih canggih. Dalam spektroskopi atomik, faktor-faktor yang dapat menyebabkan pelebaran garsi spectra merupakan suatu masalah dalam sistem analisis metode ini. Dua hal yang paling sering menimbulkan problem ini adalah pelebaran efek Doppler (Doppler Boardening) dan pelebaran tekanan (Pressure Boardening) (Kumala Sari, 2001). 2.8.6 Field Emission Scaning Electron Microscopy (FE-SEM) FE-SEM adalah alat yang sangat berguna untuk pencitraan permukaan beresolusi tinggi di bidang nanomaterial. Pengujian FE-SEM juga dilakukan untuk menguji penumbuhan nanopartikel pada bahan dengan menggunakan imbasan electron mikroskop emisi medan. Cara kerja FE-SEM adalah menggunakan sinar Universitas Sumatera Utara 22 elektron yang dipercepat dengan anoda dan difokuskan menuju sampel. Sinar elektron yang terfokus memindai keseluruhan sampel dengan diarahkan oleh koil pemindai. Ketika elektron mengenai sampel maka sampel akan mengeluarkan elektron baru yang akan diterima oleh detektor dan dikirim ke monitor. Intensitas elektron baru ini tergantung pada nomor atom unsur yang ada pada permukaan spesimen. Mikroskop elektron mampu mencapai resolusi yaitu sekitar 10 -1 – 10-2 nm. Dengan menggunakan elektron kita juga bisa mendapatkan beberapa jenis pantulan yang berguna untuk kepentingan karakterisasi. Jika elektron mengenai suatu benda maka akan timbul dua jenis pantulan yaitu pantulan elastis dan pantulan non elastis. Elektron dihasilkan dari katoda (electroda gun) melalui efek foto listrik dan dipercepat menuju anoda. Filamen yang digunakan pada umumnya adalah tungsten atau Lanthanum Heksaborida (LaB6). Kumparan pemindai akan melakukan pembelokan pada elektron sehingga menjadi sekumpulan susunan berkas yang lebih kecil yang disebut pelebaran pemindai (scaning beam) dan lensa objektif (magnetik) yang akan memfokuskannya pada permukaan sampel. Tumbukan dengan atom material menyebabkan elektron kehilangan energi. Sehingga mengakibatkan hamburan dan absorbsi pada daerah interaksi dengan kedalaman 100 nm hingga 2 µm. Pada FE-SEM, sinyal yang diolah merupakan hasil deteksi dari elektron yang berpindah dari permukaan sampel (Russel, 1995). Universitas Sumatera Utara