BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian “Laporan keuangan merupakan hasil akhir dari proses akuntansi dan merupakan cerminan dari kondisi suatu perusahaan” (Nur Azlina, 2010). Didalam laporan keuangan terdapat informasi-informasi penting mengenai emiten yang dapat dijadikan sebagai salah satu pertimbangan dalam mengambil keputusan ekonomi. Didalam sebuah emiten, laporan keuangan merupakan alat informasi untuk menghubungkan informasi emiten kepada pemangku kepentingan, yaitu : manajemen, investor, kreditur, pemerintah, dan masyarakat. “Integritas laporan keuangan selalu menjadi isu penting bagi pemerintah dan para pengguna laporan keuangan lainnya” (Shah dkk, 2009 ; dalam I Gusti Ayu Putu Shinta P, 2011). Laporan keuangan yang telah dibuat manajemen diharapkan dapat memberi informasi mengenai kinerja keuangan yang relevan, sesuai dengan kenyataan agar tidak menyesatkan pengguna laporan keuangan dalam mengambil suatu keputusan salah satu informasi yang digunakan pengguna laporan keuangan adalah informasi mengenai laba. Oleh karena itu laporan keuangan merupakan bentuk tanggung jawab manajemen terhadap emiten yang dikelolanya. 1 2 “Perkembangan pasar modal di Indonesia dewasa ini melaju semakin pesat. Pasar modal yang efisien akan mendukung perkembangan ekonomi” (Suwito dan Herawati, 2005 ; dalam Ina ). “Pasar modal dipandang sebagai salah satu sarana yang efektif untuk menarik dana dari masyarakat yang kemudian akan disalurkan ke sektor-sektor yang produktif” (Indriyo dan Basri, 2002:239 ; dalam Ina,2011). Untuk membuat investor tertarik menanamkan investasinya dipasar modal, investor mencari informasi yang menjelaskan kinerja perusahaan yang terdapat didalam laporan keuangan pada periode tahun sekarang dan periode tahun sebelumnya agar investor yakin dalam mengambil suatu keputusan investasi. Dalam dewasa ini manajemen untuk meningkatkan performa kinerja keuangan emiten, manajer melakukan intervensi didalam membuat pelaporan keuangan tersebut, dengan motif insentif tertentu. Manajer mempercantik laporan keuangan agar terlihat baik dimata pemangku kepentingan dan pemakai laporan keuangan. Sehingga muncul opini public tentang adanya isu kecurangan, yang dilakukan oleh manajemen untuk membuat kinerja perusahaan tampak baik agar berpengaruh terhadap harga saham emiten dipasar modal, yaitu dengan melakukan manajemen laba, melakukan penyesuaian laporan keuangan agar tampak lebih baik dan stabil. “Tindakan earnings management telah memunculkan beberapa kasus skandal pelaporan akuntansi yang secara luas diketahui, antara lain Enron, Merck, World Com dan mayoritas perusahaan lain di Amerika Serikat “ 3 (Cornett, Marcuss, Saunders dan Tehranian, 2006 ; dalam MUH. Arief Ujiyantho dan Bambang Agus Pramuka). “Beberapa kasus yang terjadi di Indonesia, seperti PT. Lippo Tbk dan PT. Kimia Farma Tbk juga melibatkan pelaporan keuangan (financial reporting) yang berawal dari terdeteksi adanya manipulasi” (Gideon, 2005 ; dalam MUH. Arief Ujiyantho dan Bambang Agus Pramuka). Sebagai contoh perusahaan Kimia Farma “Fenomena adanya praktik manajemen laba pernah terjadi di pasar modal Indonesia, khususnya pada emiten manufaktur di Bursa Efek Jakarta. Badan Pengawas Pasar Modal (Bapepam) memastikan ada indikasi manajemen laba PT Kimia Farma Tbk terlibat dalam upaya memperbaiki perfomance laporan keuangan 2001. Hal ini terlihat dari terjadinya selisih laba bersih Rp32,668 miliar akibat kesalahan pencatatan laba bersih yang seharusnya Rp99,594 miliar menjadi Rp132,263 miliar” (sumber http://www.bumn.go.id) Baru – baru ini skandal manipulasi laporan keuangan terjadi pada Olympus Coporation yang merupakan perusahaan terbesar di Jepang yang bergerak dalam bidang optic yang memproduksi kamera , mikroskop , kartu memori dan lensa kamera. Oktober 2011 , skandal keuangan Olympus Corporation mencuat kepermukaan , public dibuat terkejut dengan jumlah dana yang sangat besar yang diselundupkan untuk menutupi kerugian Olympus di investasi saham . Surat kabar Nikkei di Jepang menuliskan jumlah kerugian yang disembunyikan mencpai 130 miliar yen atau US $ 1,68 miliar . Kerugian tersebut ditutupi engan menggunakan dana Fee Merger dan akuisisi (M & A) yang di mark-up tahun 2008 . Sakandal tersebut terungkap 4 ke publik setelah mantan kepala eksekutif Woodford mengumumkan ke publik bahwa Olympus secara tidak layak menyumbang US $ 687 juta pada pembayaran yang terkait dengan merger dan akuisisi ( biaya advisory/ penasehat keuangan ) (htpp://detikfinance.com) Dari kasus diatas, terlihat manajemen laba telah dilakukan oleh emiten besar, dalam motif yang dilakukan manajemen untuk mencapai tujuan emiten. Performa kinerja keuangan yang tidak sehat manajemen menutupinya dengan melakukan penyesuaian dan melaporkan performa kinerja keuangan entitas tetap stabil dengan melakukan manajemen laba. (Menurut Yulianto 2007: 8 ; dalam Muhammad Devri Saputro) manajemen laba adalah : Merupakan salah satu faktor yang dapat mengurangi kredibilitas laporan keuangan, manajemen laba menambah bias dalam laporan keuangan dan dapat mengganggu pemakai laporan keuangan yang mempercayai angka laba hasil rekayasa. Manajemen laba sebagai suatu proses mengambil langkah yang disengaja dalam batas prinsip akuntansi yang berterima umum baik didalam maupun diluar batas General Accepted Accounting Principle (GAAP). Menurut (Dechow dalam Handayani dan Rachadi, 2003) “manajemen laba adalah manipulasi laba, baik di dalam maupun di luar batas-batas yang ditentukan oleh Generally Accepted Accounting Priciples (GAAP)”. “Manajemen laba merupakan fenomena yang sukar dihindari karena fenomena ini merupakan dampak dari penggunaan dasar akrual dalam penyusunan laporan keuangan. Manajemen laba timbul sebagai dampak dari penggunaan akuntansi sebagai salah satu alat komunikasi antara pihakpihak yang berkepentingan dan kelemahan inheren yang ada pada akuntansi 5 yang menyebabkan adanya judgement” ( Setiawati, 2002 ; dalam Welvin I Guna dan Arleen Herawaty). Timbulnya manajemen laba biasanya berkaitan dengan penjelasan teori agensi (Agency Theory), Asimetri informasi, dan signaling theory. Leverage menjadi salah satu variable yang memiliki hubungan dengan praktik manajemen laba. Leverage merupakan pengukur besarnya aktiva yang dibiayai dengan utang. “Semakin besar utang suatu perusahaan maka risiko yang akan ditanggung pemilik modal juga akan semakin besar, maka investor dan kreditur akan takut untuk berinvestasi atau meminjamkan dananya kepada perusahaan. Oleh karena kondisi tersebut tersebut menimbulkan keinginan manajemen untuk melakukan praktek perataan laba yang merupakan salah satu teknik dari manajemen laba” (Dedi Ramdani, 2012). Dalam penelitian Dedi Ramdani yang berjudul “Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Income Smoothing Pada Perusahaan Manufaktur Sektor Industri Logam Di BEI” hasil penelitian memberikan variable leverage berpengaruh secara signifikan terhadap praktek perataan laba yang merupakan salah satu dari teknik manajemen laba. “Company Size (Ukuran perusahaan) menjadi salah satu variabel yang memiliki hubungan dengan praktik manajemen laba. Ukuran perusahaan adalah suatu skala dimana dapat diklasifikasikan besar dan kecilnya perusahaan dengan berbagai cara, antara lain: total aktiva, log size, nilai pasar saham” (Nur Azlina, 2010). Menurut (Marachi ,2001 ; dalam Nuryaman, 2008) “yang melakukan penelitian di Amerika Serikat, 6 perusahaan besar kurang memiliki dorongan untuk melakukan manajemen laba dibandingkan perusahaan kecil”. Dalam penelitian Dina Rahmawati dan Dul Muid, 2012 yang berjudul “Analisis Faktor-Faktor Yang Berpengaruh Terhadap Praktik Perataan Laba” hasil penelitian memberikan variable Ukuran Perusahaan berpengaruh secara signifikan terhadap praktek perataan laba yang merupakan salah satu dari teknik manajemen laba. Auditor bertugas untuk melakukan pemeriksaan independen atas data akuntansi yang disajikan oleh perusahaan (Kieso, dkk. 2002). Adanya auditor akan membantu menjaga dan meningkatkan kepercayaan masyarakat umum terhadap laporan keuangan yang dikeluarkan oleh suatu instansi. Auditor dengan reputasi yang baik (KAP big four) memiliki kemampuan lebih untuk berspesialisasi dan berinovasi melalui teknologi sehingga meningkatkan kemungkinan untuk menemukan pelanggaran dalam sistem akuntansi (DeAngello dalam Siregar dan Utama, 2006). Selain itu untuk menjaga reputasi baik yang dimiliki, KAP big four akan menghindari hal-hal yang akan mempengaruhi nama baiknya, misalnya bekerja sama dengan pihak manajemen. Reputasi auditor sangat menentukan kredibilitas laporan keuangan. Independensi dan kualitas auditor akan berdampak terhadap pendeteksian earnings management (Widyaningdyah,2001). Pendapat serupa dikemukakan oleh Becker, dkk (1998) dan Francis, dkk (1999) dalam Siregar dan Utama (2006) menyimpulkan hasil yang sama, bahwa klien dari auditor non big 6 melaporkan akrual diskresioner (proxy dari pengelolaan laba) secara rata-rata 7 lebih tinggi dari yang dilaporkan oleh klien auditor big 6. Hal ini menunjukkan bahwa reputasi auditor merupakan penghalang bagi perusahaan untuk melakukan manajemen laba Penelitian ini merupakan replikasi dari penelitian-penelitian sebelumnya. Penelitian ini menguji pengaruh variable, Leverage, Company Size ,dan Reputasi Auditor terhadap Manajemen Laba baik secara simultan maupun parsial. Beda penelitian ini dengan penelitian yang terdahulu, adalah variable yang diteliti, tahun penelitian dan emiten yang akan diteliti. Peniliti memilih emiten yang terdaftar dalam kategori indeks saham Kompas 100 di Bursa Efek Indonesia karena emiten indeks saham Kompas 100 merupakan 100 perusahaan yang terdaftar 100 saham perusahaa terbaik di Bursa Efek Indonesia, membuat investor dan masyarakat tertarik untuk memiliki saham tersebut. Oleh karena itu peneliti ingin mengetahui dalam peluang tersebut manajemen mengambil manfaat untuk melakukan earning management (manajemen laba) agar performa emiten terlihat baik untuk mendapatkan intensif tertentu atau tujuan emiten. Melihat dari berbagai fenomena yang terjadi dan latar belakang diatas, menariknya topik ini untuk diteliti lebih lanjut, penulis mencoba meneliti dan megungkapkan fenomena tersebut dengan judul penelitian PENGARUH LEVERAGE , COMPANY SIZE , DAN REPUTASI AUDITOR TERHADAP MANAJEMEN LABA PADA EMITEN YANG TERDAFTAR INDEKS SAHAM KOMPAS 100 DI BURSA EFEK INDONESIA 8 B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang diatas, dapat dilakukan perumusan masalah sebagai berikut : 1. Apakah Leverage berpengaruh terhadap Manajemen Laba? 2. Apakah Company Size berpengaruh terhadap Manajemen Laba? 3. Apakah Reputasi Auditor berpengaruh terhadap Manajemen Laba? C. Tujuan dan Manfaat Penelitian Tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah untuk memperoleh bukti empiris mengenai: 1. Pengaruh Leverage terhadap manajemen laba. 2. Pengaruh Company Size terhadap manajemen laba. 3. Pengaruh Reputasi Auditor terhadap manajemen laba. Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi pihak-pihak yang membutuhkan, dapat dijabarkan sebagai berikut : 1. Bagi akademisi : memberikan deskripsi tentang faktor-faktor yang mempengaruhi Manajemen Laba di Indonesia khususnya Emiten terdaftar indeks saham kompas 100 di Bursa Efek Indonesia , dimana bukti empiris yang telah peneliti uji dapat dijadikan tambahan wawasan dalam penelitian berikutnya. 2. Bagi peneliti : penelitian ini diharapkan dapat menjadi sarana pembelajaran yang bermanfaat dalam mengaplikasikan pengetahuan penulis tentang Fenomena dan factor yang mempengaruhi manajemen laba. 9 3. Bagi Masyarakat umum : untuk memberikan wawasan yang baru terhadap masyarakat mengenai fenomena manajemen laba, agar masyarakat dapat mengetahuinya dan tidak tertipu oleh pihak manajemen perusahaan.