STRATEGI KEPALA SEKOLAH DALAM

advertisement
STRATEGI KEPALA SEKOLAH
DALAM MENINGKATKAN BUDAYA GEMAR MEMBACA
PADA PESERTA DIDIK TAMAN KANAK KANAK
Juli Purwaningsih
TK Harapan Bangsa
JL. Arjuna Kel. Kademangan Kec. Kademangan Kota Probolinggo
Email:[email protected]
Abstrak: gemar membaca perlu dikenalkan dan dibudayakan pada masyarakat Indonesia , hal ini
bertujuan untuk meningkatkan potensi sumber daya manusia terlebih pada era globalisasi. Budaya gemar
membaca dapat dikenalkan dan dibiasakan sejak usia dini melalui lembaga formal yaitu taman Kanakkanak. pengenalannya melalui pengembangan berbahasaBahasa menjadi sarana penting untuk
perkembangan baca tulis. membaca dan menulis perlu dipersiapkan pada anak usia dini dengan
memperhatikan karakteristik dan prinip pembelajaran pada anak usia dini salah satunya melalui kegiatan
bermain sambil belajar.Beberapa strategi yang diambil kepala sekolah untuk meningkatkan budaya gemar
membaca pada anak TK diantaranya dengan meningkatkan budaya baca dilingkungan tenaga pendidik
dan kependidikan, mendirikan taman bacaan di lembaga, Memberi gambar-gambar dan tulisan-tulisan di
setiap sudut didalam maupun diluar ruangan,dan mengajak anak berkunjung ke taman baca.
Upaya peningkatan potensi sumberdaya manusia semakin penting bagi
setiap bangsa dalam menghadapi era globalisasi. Tanpa sumber daya manusia yang
berkualitas suatu bangsa akan tertinggal dari bangsa lain. Dalam percaturan dan
persaingan kehidupan dunia internasional yang semakin kompetetif, sarana yang paling
efektif dan strategis untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia salah satunya
adalah dengan membaca.
Membaca adalah jendela dunia . Dengan membaca manusia dapat mengerti berbagai
hal. Adapun pengertian membaca menurut para ahli sebagai berikut:
Tampubulon (1993) menjelaskan pada hakekatnya membaca adalah kegiatan
fisik dan mental .Dikatakan kegiatan fisik, karena bagian tubuh khususnya mata, yang
melakukannya. Dikatakan kegiatan mental karena bagian pikiran khususnya persepsi
dan ingatan terlibat di dalamnya. Smith (Ginting, 2005) menjelaskan bahwa membaca
adalah suatu proses membangun pemahaman dari teks yang tertulis .
Burn, Roe, dan Ross (1984), menjelaskan bahwa membaca adalah proses penerimaan
symbol oleh sensori, kemudian menginterpretasikan symbol, atau kata yang dilihat atau
mempersepsikan, mengikuti logika atau pola tata bahasa dari kata-kata yang ditulis
penulis, mengenali hubungan antara symbol dan suara antara kata-kata dan apa yang
ingin ditampilkan, menghubungkan kata-kata kembali ke pengalaman langsung untuk
memberikan kata-kata yang bermakna dan mengingat apa yang mereka pelajari di masa
lalu dan menggabungkan ide baru dan fakta serta menyetujui minat individu dan sikap
yang merasakan tugas membaca.
Tarigan (1985) menjelaskan bahwa membaca adalah suatu proses yang dilakukan serta
dipergunakan oleh pembaca, untuk memeroleh pesan, suatu metode yang dipergunakan
untuk berkomunikasi dengan diri sendiri dan kadang-kadang orang lain, yaitu untuk
mengomunikasikan makna yang terkandung atau tersirat pada lambang-lambang
tertulis.
Fichiaro dan Bonomo (Tarigan, 1985) menjelaskan bahwa membaca adalah memetik
serta memahami arti makna yang terkandung di dalam bahan tertulis.
Juel (Sandjaja, 2005) mengartikan bahwa membaca adalah proses untuk mengenal kata
dan memadukan arti kata dalam kalimat, dan struktur bacaan, sehingga hasil akhir dari
proses membaca adalah seseorang mampu membuat initisari dari bacaan. Spache &
Spache ( Petty & Jensen, 1980), mengemukakan bahwa membaca adalah proses yang
kompleks yang terdiri atas dua tahap. Tahap pertama merupakan tahap dimana individu
melakukan pembedaan terhadapa apa yang dilihatnya, selanjutnya individu berusaha
mengingatnya kembali, menganalisa, memutuskan, dan mengevaluasi hal yang
dibacanya.
Stauffer (Petty & Jensen, 1980) menganggap membaca merupakan transmisi pikiran
dalam kaitannya untuk menyalurkan ide dan gagasan. Selain itu, membaca dapat
digunakan untuk membangun konsep, mengembangkan perbendaharaan kata, memberi
pengetahuan,
intelektualitas,
mengembangkan
membantu
proses
mengerti
pengayaan
dan
pribadi,
memaham
mengembangkan
problem
orang
lain,
mengembangkan konsep diri dan sebagai suatu kesenangan.
Ginting (2005) menyebutkan bahwa membaca merupakan proses ganda meliputi proses
penglihatan dan proses tanggapan. Proses penglihatan dijabarkan oleh Waman &
Rinsky (Ginting, 2005), sebagai proses penglihatan, membaca bergantung pada
kemampuan melihat simbol-simbol oleh karena itu mata melakukan peran penting. Dan
sebagai proses tanggapan dijabarkan Ahuja ( Ginting, 2005), membaca menunjukkan
interpretasi segala sesuatu yang kita persepsi.
.
Hudgson (1960:43) mengatakan membaca adalah suatu proses yang dilakukan serta
dipergunakan oleh pembaca untuk memperoleh pesan yang hendak disampaikan penulis
melalui kata-kata dalam bahasa tulis.
Abdullah (1990:2) mengungkapkan bahwa
membaca adalah salah satu kegiatan aktif mencari informasi yang kita dapat dalam
bacaan. Dari segi linguistik, membaca adalah suatu proses penyandian kembali dan
pembacaan sandi, berlainan dengan berbicara dan menulis yang justru melibatkan
penyandian. Sebuah aspek pembacaan sandi adalah menghubungkan kata-kata tulis
dengan makna bahasa lisan yang mencakup pengubahan tulisan/cetakan menjadi bunyi
yang
bermakna.
(Anderson
1972
:
209-210)(
diambil
dari
lifeiseducatiop
09.blogspot.com/2013/2/difinisi -membaca.html). Membaca merupakan hal yang paling
diperlukan jika seseorang ingin mengetahui apa yang sedang terjadi saat ini.
Dari beberapa pendapat para ahli di atas, dapat ditarik simpulan bahwa membaca
adalah proses pemahaman tulisan guna mendapatkan informasi.
Ada banyak sekali manfaat yang bisa diperoleh dari aktifitas membaca, salah
satunya adalah menambah perbendaharaan kosa kata, semakin bertambahnya ilmu
pengetahuan yang kita dapat. juga menjadi salah satu alat yang jitu untuk
menghilangkan stress, menghilangkan kejenuhan, dapat merubah pola pikir ke arah
yang lebih baik dengan mencontoh kearifan orang bijaksana dan kecerdasan para
sarjana. muslim yang saleh, membaca memperluas wawasan, membaca membantu
melihat sudut pandang yang berbeda, membaca membantu belajar teknik menulis yang
dipakai oleh orang yang lebih berpengalaman,membaca membuat ide melimpah,
membaca menjadikan otak dan pikiran aktif, membaca merangsang terbentuknya
informasi baru di sistem daya ingat yang siap dipanggil kapan saja, membaca membuat
jalan pikiran menjadi lebih lentur, membaca memperkaya kosa kata, pilihan kalimat,
dan cara penyajian yang bisa dipakai dalam menulis, membaca membuat kita mampu
menganalisa, menghubungkan informasi yang terserak, dan melihat benang merah dari
sebuah persoalan, membaca membuat kita punya bahan yang banyak untuk
menuliskannya kembali dan masih banyak manfaat lain .
Buku adalah penyampai ceramah terbaik dan ia mempunyai pengaruh kuat
untuk menuntun seseorang menuju kebaikan dan menjauhkannya dari kejahatan,dalam
kaitannya dengan peningkatan mutu sumber daya manusia. Dengan membaca, terutama
tentang ilmu-ilmu pengetahuan baik alam maupun sosial, maka akan diperoleh berbagai
informasi dan pengetahuan yang belum kita ketahui sebelumnya. Sehingga kita tidak
tertinggal dari negara-neraga lain. para peraih medali olimpiade sains international
adalah siswa-siswa yang kesehariannya berkutat dengan buku. buku apa saja, yang
penting otak tidak pernah berhenti terlalu lama dari membaca.
Dalam www.antara News.com, ditulis UNESCO pada 2012 mencatat indeks
minat membaca Indonesia baru mencapai 0,001. Artinya, dalam setiap 1000 orang
Indonesia, hanya ada satu orang yang punya minat baca.Sementara UNDP merilis angka
melek huruf orang dewasa Indonesia hanya 65,5 persen, sedangkan Malaysia sudah
mencapai 86,4 persen.(W004/I007).
Sepertinya hal sepele membaca, namun tidaklah mudah untuk membuat
orang gemar membaca kalau tidak didasari dengan kesenangan, dan kebiasaan. Melihat
pentingnya manfaat membaca dan rendahnya minat baca pada masyarakat Indonesia,
kita perlu meningkatkan kegemaran membaca dan menjadikannya sebuah
gemar membaca,
budaya
sehingga membaca dijadikan sebagai bagian dari kehidupan
masyarakat Indonesia. Budaya membaca yang akan berdampak pada gemar membaca
ini bisa dijadikan upaya menekan angka buta huruf dan meningkatkan kwalitas sumber
daya manusia.
Gemar membaca perlu dikenalkan dan ditumbuhkan sejak anak usia
dini.Pengenalannya dapat melalui pendidikan informal dalam hal ini pada lingkungan
keluarga, non formal maupun melalui pendidikan formal . www.antara News.com
dalam pendidikian formal budaya gemar membaca dapat dikenalkan, ditingkatkan dan
dibudayakan terlebih pada anak usia dini. Aliya Rajasa Edi Baskoro mengatakan, anakanak perlu diarahkan agar gemar membaca sejak dini dengan memberikan buku bacaan
yang menarik dan sesuai dengan usianya.
Hakikat anak Usia Dini
Anak usia dini adalah sosok individu yang sedang menjalani suatu proses
perkembangan dengan pesat dan fundamental bagi kehidupan selanjutnya. Anak usia
dini berada pada rentang usia 0-8 tahun(http:www.naeyc.org). Pada masa ini proses
pertumbuan dan perkembangan dalam berbagai aspek sedang mengalami masa yang
cepat dalam rentang perkembangan hidup manusia (Berk,1992:18, dalam Konsep Dasar
Pendidikan Anak Usia Dini, Dr Yuliani Nurani Sujiono, M.Pd). Proses pembelajaran
sebagai bentuk perlakuan yang diberikan pada anak harus memperhatikan karakteristik
yang dimiliki setiap tahapan perkembangan anak.
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional, pasal 1 angka 14 menyatakan bahwa, Pendidikan Anak Usia Dini adalah
suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia
enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu
pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam
memasuki pendidikan lebih lanjut. Pada pasal 28, dinyatakan bahwa (1) Pendidikan
anak usia dini diselenggarakan sebelum jenjang pendidikan dasar. (2) Pendidikan anak
usia dini dapat diselenggarakan melalui jalur pendidikan formal, nonformal, dan atau
informal. (3) Pendidikan anak usia dini pada jalur pendidikan formal terbentuk Taman
Kanak – Kanak (TK),Raudhatul Athfal (RA) atau bentuk lain yang sederajat.
Taman Kanak Kanak merupakan merupakan salah satu bentuk pendidikan
anak usia dini pada jalur pendidikan formal yang menangani anak usia 4-6
tahun.Pendidikan anak usia dini merupakan salah satu bentuk penyelenggaraan
pendiddikan yang menitik beratkan pada peletakan dasar kearah pertumbuhan dan
perkembangan fisik (koordinasi motorik halus dan kasar), kecerdasan (daya pikir,daya
cipta,kecerdasan emosi, kecerdasan spiritual), sosio emosional ( sikap dan prilaku serta
beragama), bahasa dan komunikasi, sesuai dengan keunikan dan tahap-tahap
perkembangan yang dilalui oleh anak usia dini.
Secara terminologi, usia anak 4-6 tahun disebut sebagai masa usia pra
sekolah. Perkembangan kecerdasan pada masa ini mengalami peningkatan dari 50%
menjadi 80%. Usia 4-6 tahun merupakan masa peka bagi anak. Masa peka adalah masa
terjadinya pematangan fungsi- fungsi fisik dan psikisyang siap merespon stimulasi yang
diberikan oleh lingkungan. Pada masa ini cukup penting untuk mengembangkan
kemampuan fisik, kognitif, bahasa,sosial emosional. Selain itu konsep diri, disiplin,seni,
moral, dan nilai-nilai agama perlu mendapat perhatian. Agar pertumbuhan dan
perkembangan anak berlangsung optimal, maka dibutuhkan kondisi dan stimulasi yang
sesuai dengan kebutuhan dan perkembang tersebut.
Budaya gemar membaca bisa dikenalkan dan ditumbuhkan pada anak usia
dini melalui pengembangan bahasa.Sebelum seorang anak belajar baca dan tulis , ia
harus mengembangkan kemampuan tertentu yang meletakkan kemampuan dasar bagi
keberhasilan baca tulis.Salah satu pertanda paling penting untuk perkembangan baca
tulisadalahperkembanganbahasa(Snow&Tabors,1998;Woodward,Haskins,&Schaefer,20
04 dalam Pendidikan Anak Usia Dini, Menyiapkan anak usia tiga, empat dan lima tahun
masuk sekolah, Carol Seefeldt & Barbara A. Wasik diterjemahkan oleh Pius Nasaar).
Pengembangan bahasa untuk anak usia Taman Kanak-kanak melibatkan aspek
sensorimotor terkait dengan kegiatan mendengar, kecakapan memaknai, dan produksi
suara.Kondisi ini sudah dibawa anak sejak lahir. Skinner memercayai bahwa kapasitas
berbahasa telah dibawa setiap anak semenjak ia dilahirkan yang diistilahkan sebagai “a
language acquisition devide program into the brain”, Lingkunganlah selanjutnya yang
turut memperkaya bahasa anak dengan baik.
www academia.edu/6745816/menenemkan gemar membaca sjak
usia dini. Secara fomal, khususnya di Indonesia, anak baru akan diajarkan
membaca pada saat mulai masuk sekolah dasar, yaitu antara usia7 & 8 ( tahun.
Namun, jangan terpaku hanya pada lingkup formal ini. Rangsangan untuk
membuat anak cinta membaca tetap harus dilakukan sejak di ni agar anak
menjadi terbiasa. dalam hal ini, ada satu kegiatan yang sangat penting dalam
menunjang kemampuan membaca anak yaitu kegiatan pra membaca.kegiatan pra
membaca ini diawali dengan memantau perkembangan berbahasa anak.
Pengembangan berbahasa pada peserta didik Taman Kanak-kanak lebih
ditekankan pada mendengar dan berbicara.Akan tetapi membaca dan menulis perlu
dikenalkan dan dipersiapkan pada anak usia dini melalui proses pembiasaan
berbahasa.Kegiatan pembelajarannyapun dengan bermain sambil belajar dan belajar
seraya bermain. Buku yang dikenalkannnyapun buku bergambar ataupun buku
bergambar yang disertai tulisan sehingga menarik dilihat anak.
Proses Pembiasaan Berbahasa Pada anak usia dini meliputi:
1). Mendengar dan berbicara, bisa dilakukan meliputi:(a).Melakukan kontak mata
ketika mendengar atau memulai berbicara ( b). Memberi perhatian ketika mendengarkan
sebuah cerita (d) Merespon sumber bunyi atau suara (e)Menggunakan kata-kata yang
sopan ketika berbicara dengan orang lain (f)Membuat permintaan sederhana (g).
Merespons ketika diajak berbicara atau ditanya ( h) Memulai pembicaraan dengan
teman sebaya dan orang dewasa i) Berkomunikasi secara efektif dalam situasi tertentu
(j) Menggunakan bahasa untuk menjelaskan tujuan sederhana .
2) Persiapan Membaca : (a) Mengekspresikan pendapat terhadap buku yang sudah
dibacakan.(b) Mendemonstrasikan cara yang benar dalam menggunakan sebuah buku,
(c) memahami bagian dasar yang digunakan dalam buku ( misalnya: sampul,judul,
paparan, dan halaman), (d) menikmati membaca dengan orang dewasa dan mau
membaca, (e) mengenal tulisan sebaik mengenal gambar, membawa pesan, (f)
menyadari nama mereka sendiri, (g) mengetahui kalau tulisan dibaca dari kiri ke kanan
atau dari atas ke bawah, (h) memahami bahwa kata yang diucapkan dapat
direpresentasikan dalam tulisan, (i) menyadari bahwa cerita memiliki bagian awal,
tengah, dan akhir, (j) mengantisipasi kejadian-kejadian dalam cerita dan membuat
prediksi, (k) menggunakan suara inisial untuk kode kata-kata, (l) menggunakan gambar
untuk kode kata-kata, (m) menggunakan tulisan untuk menganal tulisan yang lebih
kompleks.
(3). Persiapan Menulis, yang termasuk didalamya: (a) Mencoret atau membuat goresan
(scrible stage), (b) Pengulangan secara linier (linier repetitive stage), (c) Menulis secara
random/acak (random letter stage), (d) Berlatih huruf (menyebutkan huruf-huruf), (e)
Menulis tulisan nama (letter-name writing or phonetic writing), (f) Menyalin kata-kata
yang ada di lingkungan, (g) menemukan ejaan, (h) ejaan sesuai ucapan.
Lingkup perkembangan dan tingkat pencapaian Perkembangan Bahasa
Kemampuan berbahasa merupakan salah satu dari bidang pengembangan
kemampuan dasar yang dipersiapkan oleh guru untuk meningkatkan kemampuan dan
kreativitas peserta didik sesuai dengan tahap perkembangannya. Pengembangan
kemampuan berbahasa bertujuan agar peserta didik di TK mampu mengungkapkan
pikiran melalui bahasa yang sederhana secara tepat, mampu berkomunkasi secara
efektif , dan membangkitkan minat peserta didik di TK untuk dapat berbahasa
Indonesia.
Pengembangan kemampuan berbahasa adalah peserta didik mampu
mendengarkan, berkomunikasi secara lisan, memiliki perbendaharaan kata, dan
mengenal simbul-simbul yang melambangkannya untuk persiapan membaca dan
menulis.
Lingkup perkembangan bahasa sebagaimana tertera dalam Standar Tingkat
Pencapaian Perkembangan Bahasa Anak Berdasarkan Permendiknas Nomor: 58 Tahun
2009 tantang Standar Pendidikan Anak Usia Dini, meliputi: A.Menerima bahasa, B.
Mengungkap bahasa, dan C. Keaksaraan.
A. Menerima bahasa
Tingkat Pencapaian perkembangan anak usia 4-5 tahun, meliputi: a) Menyimak
perkataan orang lain ( bahasa ibu atau bahasa lainnya), b) Mengerti dua perintah
ang diberikan bersamaan, c) memahami cerita yang dibacakan dan d) mengenal
perbendaharaan kata mengenai kata sifat (nakal, pelit, baik hati, berani, baik,
jelek dan sebagainya)
Tingkat Pencapaian perkembangan anak usia 5-6 tahun, meliputi: a) Mengerti
beberapa perintah secara bersamaan,b) mengulang kalimat yang lebih kompleks,
c) memahami aturan dalam suatu permainan.
B. Mengungkap Bahasa
Tingkat Pencapaian perkembangan anak usia 4-5 tahun, meliputi: a) mengulang
kalimat
secara
sederhana,
b)
menjawab
pertanyaan
sederhana,
c)
mengungkapkan perasaan dengan kata sifat (nakal, pelit, baik hati, berani, baik,
jelek dan sebagainya, d) menyebut kata yang dikenal, e) mengutarakan pendapat
kepada orang lain, f) menyatakan alasan terhadap sesuatu yang diinginkan atau
ketidaksetujuan, g) menceritakan kembali cerita/dongeng yang pernah didengar.
Tingkat Pencapaian perkembangan anak usia 5-6 tahun, meliputi:a) menjawab
pertanyaan yang lebih kompleks, b) menyebutkan kelompok gambar yang
memiliki bunyi yang sama, c) berkomunikasi secara lisan, memiliki
perbgendaharaan kata, srta mrngrnal simbul- simbul untuk persiapan membaca,
menulis dan berhitung, d) menyusun kalimat sederhana dalam struktur lengkap
(pokok kalimat-predikat-keterangan), e) memiliki lebih banyak kata-kata untuk
mengekspresikan ide pada orang lain, f) melanjutkan sebagian cerita/dongeng
yang telah diperdengarkan.
C. Keaksaraan
Tingkat Pencapaian perkembangan
anak usia 4-5 tahun, meliputi :a)
mengenal simbul-simbul, b) mengenal suara-suara hewan /benda ang ada
disekitarnya, c) membuat coretan yang bermakna, d) meniru huruf, e) dapat
mengenal bentuk-bentuk simbul sederhana (pra menulis), f) dapat mencertitakan
gambar (pra membaca), g) dapat mengenal bahwa ada hubungan antara bahasa
lisan dengan tulisan (pra membaca).
Tingkat Pencapaian perkembangan anak usia 5-6 tahun, meliputi: a)
menyebutkan simbul-simbul huruf yang dikenal, b) mengenal suara huruf awal
dari nama benda ang ada disekitarnya, c) menyebutkan kelompok gambar ang
memiliki bunyi/huruf awal yang sama, d) memahami hubungan antara buni dan
bentuk huruf, e) membaca nama sendiri, f) menuliskan nama sendiri, g) menebt
posisi /keterangan tempat misalnya: di luar, didalam, di atas, dibawah, di depan,
di belakang dan sebagainya, h) menebutkan waktu (pagi, siang, sore dan
malam), i) membuat berbagaimacam coretan, j) membuat gambar dan
coretan/tulisan
tentang
cerita
mengenai
gambar
yang
dibuatnya,
k)
menghubungkan gambar/benda dengan kata, l) bercerita tentang gambar yang
disediakan atau dibuat sendiri, m) mengurutkan dan menceritakan isi gambar
seri sederhana (3-4 gambar), n) membaca gambar yang memiliki kata/kalimat
sederhana, o) menceritakan isi buku ,walaupun tidak sama tulisan dengan yang
diunkapkan, p) mengubungkan tulisan sederhana dengan simbul yang
melambangkannya.
Prinsip Pembelajaran Anak Usia Dini
Terdapat sejumlah prinsip pembelajaran pada pendidikan anak usia dini, diantaranya
adalah:
1. Anak sebagai Pembelajar Aktif
Pendidikan hendaknya mengarahkan anak untuk menjadi pembelajar
yang aktif.Pendidikan yang kreatif akan menghasilkan pembelajar yang aktif.
Anak-anak akan terbiasa belajar dan mempelajari berbagai aspek pengetahuan,
ketrampilan, dan kemampuan melalui berbagai aktifitas mengamati, mencari,
menemukan, mendiskusikan, menyimpulkan, dan mengemukakan sendiri
berbagai hal yang ditemukan pada lingkungan sekitar.Montessori dalam Seldin
(2004:5) menganggap bahwa anak tidak perlu dilatih terus menerus menulis
suatu kata, karena sambil bermain aktif membuat huruf dan mengarsir huruf itu,
pada suatu saat anak tiba-tiba mengetahui bahwa anak dapat menulis, peristiwa
itu dinamakan letusan menulis menulis atau eksplosi menulis.
2. Anak Belajar melalui Sensori dan Panca Indra
Anak memperoleh pengetahuan melalui sensorina, anak dapat melihat
melalui bayangan yang ditangkap oleh matanya, anak dapat mendengar bunyi
melalui telinganya, anak dapat merasakan panas dan dingin lewat perabaannya,
anak dapat membedakan bau melalui hidung dan dapat mengetahui aneka rasa
melalui
lidah.
Oleh
karenanya,
pembelajaran
pada
anak
hendaknya
mengarahkan anak pada berbagi kemampuan yang dapat dilakukan oleh seluruh
indranya.
Anak Belajar melalui Sensori dan Panca Indra menurut pandangan dasar
Maria Montessori yang meyakini bahwa panca indra adalah pintu gerbang
masuknya berbagai pengetahuan ke dalam otak manusia (anak), karena perannya
sangat strategis maka seluruh panca indra harus memperoleh kesempatan untruk
berkembang sesuai fungsinya, alat-alat permainan sederhana yang diciptakan
dapat digambarkan sebagai berikut: alat permainan indra penglihatan, alat
permainan indra peraba dan perasa, alat permainan untuk indra pendengar, dan
alat permainan untuk indra penciuman.
3. Anak Membangun Pengetahuan Sendiri
Menurut Pestalozzi dalam Soejono (1988:32), pendidikan pada
hakikatnya usaha pertolongan (bantuan) pada anak agar anak mampu menolong
dirinya sendiri yang dikenal “ Hillfe Zur Selfbsthilfe”.Anak diberikan fasilitas
yang dapat menunjang untuk membangun pengetahuannya sendiri. Aanak diajak
untuk berpikir, percaya diri dan kreatif dalam mencari dan mendapatkan
pengetahuan yang ingin mereka dapatkan . Pendidik dan orang tua hanya
berfungsi sebagai fasilitator atau tempat anak bertanya.Setiap anak diharapkan
sapat menambah dan membangun pengetahuannya sendiri melalui media cetak,
denganstudi literatur(kunjungan ke perpustakaan), dan media elektronik baik
browsing internet maupun menonton VCD pengetahuan.
4. Anak Berpikir melalui Benda Konkret
Anak dirangsang untuk berpikir dengan metode pembelajaran yang
menggunakan benda nyata sebagai contoh materi pelajaran. Terciptanya
pengalaman melalui benda nyata diharapkan anak lebih mengerti maksud dari
materi yang diajarkan oleh guru.
5. Anak Belajar dari Lingkungan
Pendidikan merupakan usaha sadar yang dilakukan sengaja dan
terencana untuk membantu anak mengembangkan potensi secara optimal
sehingga anak mampu beradaptasi dengan lingkungannya. Pengertian ini
mengandung makna bahwa essensi yang hakiki dari tujuan akhir pendidikan
adalah kemampuan anak melakukan adaptasi dengan lingkungan dalam arti yang
luas.Dengan demikian pendidikan yang diberikan akan dapat dimaknai dan
berguna bagi anak ketika beradaptasi dengan lingkungannya.
Kepala Sekolah
Menurut Sudarwan Danim, kepala sekolah adalah guru yang mendapat
tugas tambahan sebagai kepala sekolah. Menurut Sri Damayanti, kepala sekolah berasal
dari dua kata, yaitu “ kepala” dan “ sekolah “. Kata kepala dapat diartikan sebagai ketua
atau pemimpin dalam suatu organisasi atau lembaga, sedangkan sekolah diartikan
sebagai sebuah lembaga tempat menerima dan memberi pelajaran. Jadi secara umum
kepala sekolah dapat diartikan sebagai pemimpin sekolah atau suatu lembaga tempat
menerima dan memberi pelajaran.
Sebagai orang yang diberi kepercayaan lembaga untuk memimpin sekolah,
kepala sekolah mempunyai tanggungjawab besar mengelola sekolah dengan baik agar
menghasilkan lulusan yang berkualitas serta bermanfaat bagi masyarakat, bangsa, dan
negara.Disinilah kepala sekolah berposisi sebagai manager sekaligus pemimpin, dua
peran yang diemban dalam satu waktu dan tidak bisa dipisahkan. Sebagai manager,
kepala
sekolah
berperan
langsung
dilapangan
dalam
proses
perencanaan,
pengorganisasian, pengawasan, evaluasi, dan usaha perbaikan terus menerus. Dan
sebagai pemimpin, kepala sekolah harus memberikan keteladanan, motivasi, spirit
pantang menyerah, dan selalu menggerakkan inovasi sebagai jantung organisasi.
Drucker (dalam Made Pidarta,2004) mengemukakan tugas manager dimasa
depan antara lain mampu menangani organisasi bersadarkan tujuan; dapat mengambil
resiko yang lebih besar dan waktu yang lebih panjang, karena ia memutuskan sendiri
alternatif-alternatif pemecahan masalah beserta kontrolnya; mampu membuat keputusan
strategi ; dapat membangun teori yang terintegrasi/terpadu; bisa mengomunikasikan
informasi secara jelas dan cepat; dapat melihast orgaisasi sebagai keseluruhan dan
mengintegrasikan fungsi-fungsinya; mampu menghubungkan hasil kerjanya dengan
organisasi dan lingkungan; serta bisa menemukan hal-hal yang berarti sebagai bahan
pengambilan keputusan dan tindakan.Poin yang menarik disini adalah keberanian
mengambil resiko sebagai strategi untuk memecahkan masalah dalam rangka
menyongsong era globalisasi yang penuh tantangan. Disinilah kwalitas manager betulbetul dikedepankan.
Berkaitan dengan strategi kepala sekolah dalam meningkatkan budaya gemar
membaca pada anak usia dini, ada beberapa hal yang perlu dilakukan kepala sekolah
,diantaranya:
(1). Merubah pola pikir bawahan yang semula mengedepankan budaya lisan
menjadi budaya baca. Waktu luang dipergunakan untuk membaca . Memang tidak
mudah bagi kepala sekolah membuat suatu kebijakan yang menuntut adanya perubahan
dilingkungan kerja, apalagi perubahan itu berkaitan dengan perubahan pola pikir
bawahan namun hal tersebut harus dilaksanakan. Dengan membaca, guru dapat
senantiasa menambah pengetahuan tentang berbagai hal disekitarnya dan melakukan
berbagai inovasi dalam pembelajarannya.
Pada proses kegiatan belajar mengajar, guru bukan saja mengamati dan
mengawasi akan tetapi masuk kedalam apa yang diistilahkan Vigotsky (1986) suatu
“dialog pendidikan”.Ini mencakup memberi dan menerima antara guru dan anak-anak.
Guru mempunyai tujuan-tujuan dalam benak,menyampaikan informasi kepada anakanak , dan bertanya kepada mereka untuk menuntun mereka mencapai tujuan-tujuan
dari
program
atau
tujuan-tujuan
pribadi
mereka
sendiri(Bodrova&Leong,1996;Perrry,2003 , dalam buku pendidikan anak usia dini)
Pertama-tama guru bercakap-cakap dengan anak-anak menuntun mereka memperbaiki
konsep keliru mereka, menemukan arti, dan menghindar garis-garis buntu pikiran.
Kadang-kadang guru dengan sengaja memperagakan suatu ketrampilan, sikap atau
prosedur sebagai alat mengajar.
Dalam pengembangan kemampuan berbahasa pada anak usia dini sangat
dibutuhkan pengetahuan guru, terutama pengetahuan tentang karakteristik peserta didik
berhubungan dengan peningkatan kemampuan berbahasa yang menjadi dasar kearah
perkembangan membaca dan menulis.Misalkan saja menjawab pertanyaan peserta didik
tentang sesuatu hal guru harus mempunyai pengetahuan yang luas untuk menjawab
pertanyaan anak, demikian halnya dengan pemberian kegiatan bercerita ataupun
mendongeng.Pemahaman guru tentang cerita ataupu dongeng yang disampaikan juga
harus luas.mendongeng ataupun bercerita merupakan cara ampuh untuk meningkatkan
minat baca anak.Dengan dongeng Pengetahuan yang diperoleh guru tidak lepas dari
kegemaran membaca. Keterbatasan pengetahuan dan informasi yang dimiliki orang tua
dan guru menyebabkan potensi yang dimiliki anak tidak berkembang optimal (http://
www. Pikiran-rakyat.com/cetak/2005/02-5/11/1104.htm).
(2) Memfasilitasi kebutuhan sarana prasarana yang dapat dipergunakan
untuk mengembangkan aspek berbahasa yang menjadi dasar kearah perkembangan
membaca dan menulis.Kepala Sekolah dapat mendirikan Taman Bacaan dilingkungan
lembaganya.Taman baca adalah tempat buku yang disusun bersama meja, kursi, atau
sofa yang memikat anak-anak untuk tinggal dan membaca disana dimana anak-anak
akan menemukan setiap jenis buku, puisi, cerita, cerita rakyat, buku bambar, buku tanpa
kata-kata, buku konsep dan bagian-bagian koran dirancang khusus untuk anak-anak
demikian majalah anak-anak.
Di taman baca juga dimasukkan papan kain flanel dengan cerita yang
digunting untuk anak-anak yang dapat diurutkan atau diceritakan kembali sebuah cerita
oleh mereka sendiri atau bersama sekelompok anak.Anak anak bisa membawa pulang
buku yang dipinjam dari taman baca sehingga pengaklaman-pengalaman belajar anakanak bisa dilanjutkan ketika mereka berada dirumah.
Manfaat lain dengan didirikannya taman bacaan, diantaranya: a). Sebagai
wadah tenaga pendidik dan kependidikan mencari buku-buku yang dibutuhkan ,sebagai
tempat menyimpan hasil tulisan-tulisan ataupun karya yang dibuat guru berupa gambar
seri atau cerita-derita sederhana dan gambar-gambar yang dapat dikonsumsi peserta
didik untuk dilihat ,dikenal dan dibaca .b) Dapat dipergunakan wali murid untuk
mengisi waktu luangnya menambah pengetahuan dengan membaca sambil menunggu
jam kegiatan pembelajaran anak-anak berakhir . Dengan adanya taman bacaan
dilembaga TK dapat mengenalkan dan meningkatkan kegemaran membaca pada orang
tua, c) Memupuk Kegemaran membaca pada peserta didik.Pada saat istirahat setelah
kegiatan pembelajaran peserta didik dapat melihat-lihat buku. Pada kesempatan ini guru
dapat mengawasi, mengenalkan, atau bahkan membaca bersama anak-anak.
Membaca bersama anak-anak adalah koponen paling penting dalam
mengembangkan ketrampilan berbahasa dan baca tulis dengan anak-anak.Buku
membawa ke dunia anak-anak hal-hal yang tidak mereka alami dengan cara lain.
Membaca buku juga memberi kesempatan kepada anak-anak untuk belajar kosa kata
baru dan untuk mendengarkan bahasa dalam bentuk yang berbeda dari kata-kata yang
diucapkan.Saat membacakan buku kepada anak-anak, para guru dapat melakukan halhal berikut untuk memudahkan pengembangan bahasa dan baca tulis:
 Memberi penjelasan dan contoh-contoh kosa kata baru
 Mengajukan
pertanyaan-pertanyaan
terbuka
(open-ended)
untuk
memudahkan pemahaman buku yang di baca
 Menghubungkan antara apa yang terjadi didalam buku dan apa yang
sedang terjadi dalam kehidupan anak-anak usia tiga, ampat, dan lima
tahun.
 Membaca
dan
menceritakan
kembali
buku
untuk
memperdalam
pemahaman dan perkembangan kosa kata.
Buku yang disediakan untuk peserta didik tentunya disesuaikan dengan
tingkat perkembangan anak, misalnya buku gambar seri, buku cerita bergambar, buku
pengenalan huruf-huruf dan lain sebagainya.
(3) Memberi gambar-gambar dan tulisan-tulisan di setiap sudut didalam
maupun diluar ruangan yang dapat dilihat anak-anak.Meskipun pelajaran membaca
formal biasanya dimulai di kelas satu, Taman Kanak-kanak mengembangkan banyak
ketrampilan yang mempersiapkan mereka untuk belajar membaca.Pelajaran membaca
diawali dengan lingkungan yang kaya dengan tulisan dan gambar sehingga anak anak
terpanggil untuk mengenali huruf dan kata-kata. Anak-anak yang rutinitas dan kegiatan
sehari-harinya memberi “kesempatan membaca”akan mulai mengidentifikasi tulisantulisan di
lingkungan (West&Egley,1998, dalam Pendidikan anak Usia Dini
Menyiapkan anak usia tiga, empat dan lima tahun masuk sekolah, Carol Seefeldt &
Barbara A. Wasik diterjemahkan oleh Pius Nasaar). Nama-nama di pintu kamar tidur, di
tiap sudut ruangan di sekolah dan dibagian belakang kemasan memberi banyak dan
berbagai kesempatan bagi anak untuk mengenali nama.
Lingkungan yang kaya dengan buku dan tulisan membantu anak untuk mulai
membedakan makna tulisan itu (Vacca&Vacca,2003, dalam Pendidikan anak Usia Dini
Menyiapkan anak usia tiga, empat dan lima tahun masuk sekolah, Carol Seefeldt &
Barbara A. Wasik diterjemahkan oleh Pius Nasaar). Apa yang tampaknya hanya corat
coret
pada suatu halaman mulai mengembangkan makna ketika anak-anak mulai
megerti bahwa tulisan itu menyampaikan sebuah pesan (Sulzby,1992). Anak-anak
belajar mengenali huruf-huruf dan kata-kata dan akhirnya menjadi sadar akan hubungan
antara bunyi dan huruf dan kata-kata.
4) Mengajak anak –anak mengunjungi taman baca ataupun perpustakaan.
Ke perpustakaan atau ketoko buku meski anak belum bisa membaca tidak ada salahnya
guru ataupun orang tua mengajak anak kesana, tujuannya adalah mengenalkan anakanak pada buku. Bila anak berminat boleh dilanjutkan tapi bila tidak berminat
dihentikan.
http:/ahsinmuslim.wordpress.com/2008/05/29/kiat-kiat jitu menumbuhkan sikap
gemar membaca. Membaca merupakan aktivitas yang mudah sebenarnya, namun begitu
sulit untuk meluangkan waktu untuk melaksanakannya. Apalagi, di era globalisasi ini,
yang dipenuhi oleh teknologi-teknologi canggih, sehingga membaca tidak lagi menjadi
sebuah rutinitas hidup melainkan kerjaan sampingan saja. mungkin itu pulalah salah
satu penyebab rendahnya sumber daya manusia Indonesia. Ketidak gemaran membaca
membuat kita terasa amat kecil, dunia terasa sempit dikarenakan sedikitnya informasi
yang kita peroleh. Padahal,informasi dan ilmu pengetahuan dari waktu ke waktu
semakin lama semakin bertambah pesat. Bagaimana dengan kita manusia Indonesia?
Akankah kita akan tertinggal jauh dari perkembangan zaman? Kita sebagai manusia,
yang diberi akal yang lebih baik dibanding makhluk lain seharusnya mampu menelaah
lebih dalam tentang ilmu pengetahuan yang tak pernah habis walaupun kita
menggalinya. Dan membaca adalah salah satu sarana untuk mencapai itu semua.
Sekarang, tinggal bagaimana cara kita untuk menumbuhkan sikap gemar membaca
dimanapun kita berada.
Langkah awal yang harus dilakukan adalah dengan mengubah paradigma (cara
pandang) kita dalam memandang buku. Buku sama saja dengan makanan yaitu makanan
untuk ruhani kita. Ini sangat penting dalam rangka memasuki dunia buku. Bayangkan
apabila jasmani kita tidak diberi makanan-makanan berigizi. Apa yang akan terjadi?
Tubuh kita akan lemas, otomatis akan mempengaruhi aktivitas kita sehari-hari. Begitu
pula dengan ruhani kita. Buku adalah salah satu jenis “makanan ruhani” kita yang
sangat bergizi, lewat paradigma baru membaca buku dengan menganggap buku sebagai
makanan kesukaan kita, sehingga kita dapat memperlakukan buku layaknya makanan
tersebut. Maka langkah awal telah selesai. Dilanjutkan dengan mengenali atau
melakukan pengenalan dengan buku yang akan kita baca. Bisa dengan mengetahui
pengarangnya dahulu atau intisari dari bacaan tersebut.
Simpulan
Budaya gemar membaca dapat ditumbuhkan pada anak usia dini melalui pengembangan
berbahasa. Proses Pembiasaan Berbahasa pada anak usia dini meliputi: 1). Mendengar
dan berbicara, 2)
Persiapan Membaca, (3). Persiapan Menulis. Pengembangan
kemampuan berbahasa adalah peserta didik mampu mendengarkan, berkomunikasi
secara lisan, memiliki perbendaharaan kata, dan mengenal simbul-simbul yang
melambangkannya untuk persiapan membaca dan menulis.
Taman Kanak-kanak mengembangkan banyak ketrampilan yang mempersiapkan
mereka untuk belajar membaca.Pengenalan membaca diawali dengan lingkungan yang
kaya dengan tulisan dan gambar sehingga anak anak terpanggil untuk mengenali huruf
dan kata-kata.
Anak-anak yang rutinitas dan kegiatan sehari-harinya memberi
“kesempatan membaca”akan mulai mengidentifikasi tulisan-tulisan. Pada anak usia dini
tidak ada pelajaran membaca yang ada hanyalah mengenalkan gambar-gambar, huruf
huruf yag dapat menunjang keberhasilan membaca dan menulis.
Pemberian pengenalan membaca pada anak usia dini harus memperhatikan
prinsir-prinsip pembelajaran anak usia dini, yaitu Anak sebagai pembelajar aktif, Anak
Belajar melalui Sensori dan Panca Indra, Anak Membangun Pengetahuan Sendiri, Anak
berpikire melalui benda konkrit , Anak Belajar dari lingkungan.
Kepala sekolah sebagai manager pada lembaga pendidikan diharapkan
mampu memfasilitasi peserta didik untuk dapat meningkatkan budaya gemar membaca
dengan cara: merubah paradigma budaya lisan menjadi budaya baca pada pendidik dan
tenaga kependidikan , mendirikan /mengadakan taman bacaan, memperbanyak tulisantulisan dan gambar gambar dilingkungan /disudut sudut dinding dekolah, mengajak
anak mengunjungi taman baca ataupun perpustakaan ..
Saran
Buku'buku masih terbilang mahal harganya. Namun dapat
menyiasatinya dengan membuat buku sendiri. Misalnya, dari album foto
plastik,
atau
dengan menjilid gambar'gambar menarik yang sudah
dilaminating.Meski begitu, satu poin penting yang tidak boleh dilupakan
dalam tahap ini adalah adanya suasana menyenangkan tanpa paksaan.Lajutkan bila
anak senang dan hentikan bila anak tidak suka. Sebab, berdasarkan penelitian, dalam
keadaan senang dan gembira, otak anak akan terbuka dan siap menampung
informasi.Sebaliknya, dalam kondisi tertekan atau terpaksa,otak akan sulit menerima
informasi, sederas apa pun dia dikucurkan.I t u p u l a s e b a b n y a , d i t a m a n
k a n a k ' k a n a k g u r u p e r l u b e r h a t i - h a t i d e n g a n m e t o d e pengajaran
membaca bagi murid-muridnya.
DAFTAR RUJUKAN
Asmani, Jamal Makmur,2012. Tips Menjadi Kepala Sekolah Profesional, DIVA Pres,
Jogjakarta
A.Wasik, Barbara dkk,2006. diterjemahkan oleh Pius Nasar. Pendidikan Anak Usia
Dini menyiapkan anak usia tiga, umpat dan lima tahun
masuk sekolah, PT Indeks, Jakarta
Alfiatul Jannah, Lili,2013. Kesalahan-kesalahan Guru Paud yang Sering Dianggap
Sepele, DIVA Pres, Jogjakarta
Kementrian
Pendidikan
Nasional Dirjen Manajemen Pendidikan Dasar dan
MenengahDirektorat Pembinaan TK dan SD,2010,
Kumpulan Pedoman pembelajaran taman Kanak-kanak
Nurani Sujiono, Yuliani, 2009. Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini, PT Indeks
Jakarta
Permendiknas RI Nomor 58 Tahun 2009 , tentang Standar Pendidikan Anak Usia Dini
Download