STRATEGI KEPALA SEKOLAH DALAM MENINGKATKAN BUDAYA GEMAR MEMBACA PADA PESERTA DIDIK TAMAN KANAK KANAK Juli Purwaningsih TK Harapan Bangsa JL. Arjuna Kel. Kademangan Kec. Kademangan Kota Probolinggo Email:[email protected] Abstrak: gemar membaca perlu dikenalkan dan dibudayakan pada masyarakat Indonesia , hal ini bertujuan untuk meningkatkan potensi sumber daya manusia terlebih pada era globalisasi. Budaya gemar membaca dapat dikenalkan dan dibiasakan sejak usia dini melalui lembaga formal yaitu taman Kanakkanak. pengenalannya melalui pengembangan berbahasaBahasa menjadi sarana penting untuk perkembangan baca tulis. membaca dan menulis perlu dipersiapkan pada anak usia dini dengan memperhatikan karakteristik dan prinip pembelajaran pada anak usia dini salah satunya melalui kegiatan bermain sambil belajar.Beberapa strategi yang diambil kepala sekolah untuk meningkatkan budaya gemar membaca pada anak TK diantaranya dengan meningkatkan budaya baca dilingkungan tenaga pendidik dan kependidikan, mendirikan taman bacaan di lembaga, Memberi gambar-gambar dan tulisan-tulisan di setiap sudut didalam maupun diluar ruangan,dan mengajak anak berkunjung ke taman baca. Upaya peningkatan potensi sumberdaya manusia semakin penting bagi setiap bangsa dalam menghadapi era globalisasi. Tanpa sumber daya manusia yang berkualitas suatu bangsa akan tertinggal dari bangsa lain. Dalam percaturan dan persaingan kehidupan dunia internasional yang semakin kompetetif, sarana yang paling efektif dan strategis untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia salah satunya adalah dengan membaca. Membaca adalah jendela dunia . Dengan membaca manusia dapat mengerti berbagai hal. Adapun pengertian membaca menurut para ahli sebagai berikut: Tampubulon (1993) menjelaskan pada hakekatnya membaca adalah kegiatan fisik dan mental .Dikatakan kegiatan fisik, karena bagian tubuh khususnya mata, yang melakukannya. Dikatakan kegiatan mental karena bagian pikiran khususnya persepsi dan ingatan terlibat di dalamnya. Smith (Ginting, 2005) menjelaskan bahwa membaca adalah suatu proses membangun pemahaman dari teks yang tertulis . Burn, Roe, dan Ross (1984), menjelaskan bahwa membaca adalah proses penerimaan symbol oleh sensori, kemudian menginterpretasikan symbol, atau kata yang dilihat atau mempersepsikan, mengikuti logika atau pola tata bahasa dari kata-kata yang ditulis penulis, mengenali hubungan antara symbol dan suara antara kata-kata dan apa yang ingin ditampilkan, menghubungkan kata-kata kembali ke pengalaman langsung untuk memberikan kata-kata yang bermakna dan mengingat apa yang mereka pelajari di masa lalu dan menggabungkan ide baru dan fakta serta menyetujui minat individu dan sikap yang merasakan tugas membaca. Tarigan (1985) menjelaskan bahwa membaca adalah suatu proses yang dilakukan serta dipergunakan oleh pembaca, untuk memeroleh pesan, suatu metode yang dipergunakan untuk berkomunikasi dengan diri sendiri dan kadang-kadang orang lain, yaitu untuk mengomunikasikan makna yang terkandung atau tersirat pada lambang-lambang tertulis. Fichiaro dan Bonomo (Tarigan, 1985) menjelaskan bahwa membaca adalah memetik serta memahami arti makna yang terkandung di dalam bahan tertulis. Juel (Sandjaja, 2005) mengartikan bahwa membaca adalah proses untuk mengenal kata dan memadukan arti kata dalam kalimat, dan struktur bacaan, sehingga hasil akhir dari proses membaca adalah seseorang mampu membuat initisari dari bacaan. Spache & Spache ( Petty & Jensen, 1980), mengemukakan bahwa membaca adalah proses yang kompleks yang terdiri atas dua tahap. Tahap pertama merupakan tahap dimana individu melakukan pembedaan terhadapa apa yang dilihatnya, selanjutnya individu berusaha mengingatnya kembali, menganalisa, memutuskan, dan mengevaluasi hal yang dibacanya. Stauffer (Petty & Jensen, 1980) menganggap membaca merupakan transmisi pikiran dalam kaitannya untuk menyalurkan ide dan gagasan. Selain itu, membaca dapat digunakan untuk membangun konsep, mengembangkan perbendaharaan kata, memberi pengetahuan, intelektualitas, mengembangkan membantu proses mengerti pengayaan dan pribadi, memaham mengembangkan problem orang lain, mengembangkan konsep diri dan sebagai suatu kesenangan. Ginting (2005) menyebutkan bahwa membaca merupakan proses ganda meliputi proses penglihatan dan proses tanggapan. Proses penglihatan dijabarkan oleh Waman & Rinsky (Ginting, 2005), sebagai proses penglihatan, membaca bergantung pada kemampuan melihat simbol-simbol oleh karena itu mata melakukan peran penting. Dan sebagai proses tanggapan dijabarkan Ahuja ( Ginting, 2005), membaca menunjukkan interpretasi segala sesuatu yang kita persepsi. . Hudgson (1960:43) mengatakan membaca adalah suatu proses yang dilakukan serta dipergunakan oleh pembaca untuk memperoleh pesan yang hendak disampaikan penulis melalui kata-kata dalam bahasa tulis. Abdullah (1990:2) mengungkapkan bahwa membaca adalah salah satu kegiatan aktif mencari informasi yang kita dapat dalam bacaan. Dari segi linguistik, membaca adalah suatu proses penyandian kembali dan pembacaan sandi, berlainan dengan berbicara dan menulis yang justru melibatkan penyandian. Sebuah aspek pembacaan sandi adalah menghubungkan kata-kata tulis dengan makna bahasa lisan yang mencakup pengubahan tulisan/cetakan menjadi bunyi yang bermakna. (Anderson 1972 : 209-210)( diambil dari lifeiseducatiop 09.blogspot.com/2013/2/difinisi -membaca.html). Membaca merupakan hal yang paling diperlukan jika seseorang ingin mengetahui apa yang sedang terjadi saat ini. Dari beberapa pendapat para ahli di atas, dapat ditarik simpulan bahwa membaca adalah proses pemahaman tulisan guna mendapatkan informasi. Ada banyak sekali manfaat yang bisa diperoleh dari aktifitas membaca, salah satunya adalah menambah perbendaharaan kosa kata, semakin bertambahnya ilmu pengetahuan yang kita dapat. juga menjadi salah satu alat yang jitu untuk menghilangkan stress, menghilangkan kejenuhan, dapat merubah pola pikir ke arah yang lebih baik dengan mencontoh kearifan orang bijaksana dan kecerdasan para sarjana. muslim yang saleh, membaca memperluas wawasan, membaca membantu melihat sudut pandang yang berbeda, membaca membantu belajar teknik menulis yang dipakai oleh orang yang lebih berpengalaman,membaca membuat ide melimpah, membaca menjadikan otak dan pikiran aktif, membaca merangsang terbentuknya informasi baru di sistem daya ingat yang siap dipanggil kapan saja, membaca membuat jalan pikiran menjadi lebih lentur, membaca memperkaya kosa kata, pilihan kalimat, dan cara penyajian yang bisa dipakai dalam menulis, membaca membuat kita mampu menganalisa, menghubungkan informasi yang terserak, dan melihat benang merah dari sebuah persoalan, membaca membuat kita punya bahan yang banyak untuk menuliskannya kembali dan masih banyak manfaat lain . Buku adalah penyampai ceramah terbaik dan ia mempunyai pengaruh kuat untuk menuntun seseorang menuju kebaikan dan menjauhkannya dari kejahatan,dalam kaitannya dengan peningkatan mutu sumber daya manusia. Dengan membaca, terutama tentang ilmu-ilmu pengetahuan baik alam maupun sosial, maka akan diperoleh berbagai informasi dan pengetahuan yang belum kita ketahui sebelumnya. Sehingga kita tidak tertinggal dari negara-neraga lain. para peraih medali olimpiade sains international adalah siswa-siswa yang kesehariannya berkutat dengan buku. buku apa saja, yang penting otak tidak pernah berhenti terlalu lama dari membaca. Dalam www.antara News.com, ditulis UNESCO pada 2012 mencatat indeks minat membaca Indonesia baru mencapai 0,001. Artinya, dalam setiap 1000 orang Indonesia, hanya ada satu orang yang punya minat baca.Sementara UNDP merilis angka melek huruf orang dewasa Indonesia hanya 65,5 persen, sedangkan Malaysia sudah mencapai 86,4 persen.(W004/I007). Sepertinya hal sepele membaca, namun tidaklah mudah untuk membuat orang gemar membaca kalau tidak didasari dengan kesenangan, dan kebiasaan. Melihat pentingnya manfaat membaca dan rendahnya minat baca pada masyarakat Indonesia, kita perlu meningkatkan kegemaran membaca dan menjadikannya sebuah gemar membaca, budaya sehingga membaca dijadikan sebagai bagian dari kehidupan masyarakat Indonesia. Budaya membaca yang akan berdampak pada gemar membaca ini bisa dijadikan upaya menekan angka buta huruf dan meningkatkan kwalitas sumber daya manusia. Gemar membaca perlu dikenalkan dan ditumbuhkan sejak anak usia dini.Pengenalannya dapat melalui pendidikan informal dalam hal ini pada lingkungan keluarga, non formal maupun melalui pendidikan formal . www.antara News.com dalam pendidikian formal budaya gemar membaca dapat dikenalkan, ditingkatkan dan dibudayakan terlebih pada anak usia dini. Aliya Rajasa Edi Baskoro mengatakan, anakanak perlu diarahkan agar gemar membaca sejak dini dengan memberikan buku bacaan yang menarik dan sesuai dengan usianya. Hakikat anak Usia Dini Anak usia dini adalah sosok individu yang sedang menjalani suatu proses perkembangan dengan pesat dan fundamental bagi kehidupan selanjutnya. Anak usia dini berada pada rentang usia 0-8 tahun(http:www.naeyc.org). Pada masa ini proses pertumbuan dan perkembangan dalam berbagai aspek sedang mengalami masa yang cepat dalam rentang perkembangan hidup manusia (Berk,1992:18, dalam Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini, Dr Yuliani Nurani Sujiono, M.Pd). Proses pembelajaran sebagai bentuk perlakuan yang diberikan pada anak harus memperhatikan karakteristik yang dimiliki setiap tahapan perkembangan anak. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, pasal 1 angka 14 menyatakan bahwa, Pendidikan Anak Usia Dini adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut. Pada pasal 28, dinyatakan bahwa (1) Pendidikan anak usia dini diselenggarakan sebelum jenjang pendidikan dasar. (2) Pendidikan anak usia dini dapat diselenggarakan melalui jalur pendidikan formal, nonformal, dan atau informal. (3) Pendidikan anak usia dini pada jalur pendidikan formal terbentuk Taman Kanak – Kanak (TK),Raudhatul Athfal (RA) atau bentuk lain yang sederajat. Taman Kanak Kanak merupakan merupakan salah satu bentuk pendidikan anak usia dini pada jalur pendidikan formal yang menangani anak usia 4-6 tahun.Pendidikan anak usia dini merupakan salah satu bentuk penyelenggaraan pendiddikan yang menitik beratkan pada peletakan dasar kearah pertumbuhan dan perkembangan fisik (koordinasi motorik halus dan kasar), kecerdasan (daya pikir,daya cipta,kecerdasan emosi, kecerdasan spiritual), sosio emosional ( sikap dan prilaku serta beragama), bahasa dan komunikasi, sesuai dengan keunikan dan tahap-tahap perkembangan yang dilalui oleh anak usia dini. Secara terminologi, usia anak 4-6 tahun disebut sebagai masa usia pra sekolah. Perkembangan kecerdasan pada masa ini mengalami peningkatan dari 50% menjadi 80%. Usia 4-6 tahun merupakan masa peka bagi anak. Masa peka adalah masa terjadinya pematangan fungsi- fungsi fisik dan psikisyang siap merespon stimulasi yang diberikan oleh lingkungan. Pada masa ini cukup penting untuk mengembangkan kemampuan fisik, kognitif, bahasa,sosial emosional. Selain itu konsep diri, disiplin,seni, moral, dan nilai-nilai agama perlu mendapat perhatian. Agar pertumbuhan dan perkembangan anak berlangsung optimal, maka dibutuhkan kondisi dan stimulasi yang sesuai dengan kebutuhan dan perkembang tersebut. Budaya gemar membaca bisa dikenalkan dan ditumbuhkan pada anak usia dini melalui pengembangan bahasa.Sebelum seorang anak belajar baca dan tulis , ia harus mengembangkan kemampuan tertentu yang meletakkan kemampuan dasar bagi keberhasilan baca tulis.Salah satu pertanda paling penting untuk perkembangan baca tulisadalahperkembanganbahasa(Snow&Tabors,1998;Woodward,Haskins,&Schaefer,20 04 dalam Pendidikan Anak Usia Dini, Menyiapkan anak usia tiga, empat dan lima tahun masuk sekolah, Carol Seefeldt & Barbara A. Wasik diterjemahkan oleh Pius Nasaar). Pengembangan bahasa untuk anak usia Taman Kanak-kanak melibatkan aspek sensorimotor terkait dengan kegiatan mendengar, kecakapan memaknai, dan produksi suara.Kondisi ini sudah dibawa anak sejak lahir. Skinner memercayai bahwa kapasitas berbahasa telah dibawa setiap anak semenjak ia dilahirkan yang diistilahkan sebagai “a language acquisition devide program into the brain”, Lingkunganlah selanjutnya yang turut memperkaya bahasa anak dengan baik. www academia.edu/6745816/menenemkan gemar membaca sjak usia dini. Secara fomal, khususnya di Indonesia, anak baru akan diajarkan membaca pada saat mulai masuk sekolah dasar, yaitu antara usia7 & 8 ( tahun. Namun, jangan terpaku hanya pada lingkup formal ini. Rangsangan untuk membuat anak cinta membaca tetap harus dilakukan sejak di ni agar anak menjadi terbiasa. dalam hal ini, ada satu kegiatan yang sangat penting dalam menunjang kemampuan membaca anak yaitu kegiatan pra membaca.kegiatan pra membaca ini diawali dengan memantau perkembangan berbahasa anak. Pengembangan berbahasa pada peserta didik Taman Kanak-kanak lebih ditekankan pada mendengar dan berbicara.Akan tetapi membaca dan menulis perlu dikenalkan dan dipersiapkan pada anak usia dini melalui proses pembiasaan berbahasa.Kegiatan pembelajarannyapun dengan bermain sambil belajar dan belajar seraya bermain. Buku yang dikenalkannnyapun buku bergambar ataupun buku bergambar yang disertai tulisan sehingga menarik dilihat anak. Proses Pembiasaan Berbahasa Pada anak usia dini meliputi: 1). Mendengar dan berbicara, bisa dilakukan meliputi:(a).Melakukan kontak mata ketika mendengar atau memulai berbicara ( b). Memberi perhatian ketika mendengarkan sebuah cerita (d) Merespon sumber bunyi atau suara (e)Menggunakan kata-kata yang sopan ketika berbicara dengan orang lain (f)Membuat permintaan sederhana (g). Merespons ketika diajak berbicara atau ditanya ( h) Memulai pembicaraan dengan teman sebaya dan orang dewasa i) Berkomunikasi secara efektif dalam situasi tertentu (j) Menggunakan bahasa untuk menjelaskan tujuan sederhana . 2) Persiapan Membaca : (a) Mengekspresikan pendapat terhadap buku yang sudah dibacakan.(b) Mendemonstrasikan cara yang benar dalam menggunakan sebuah buku, (c) memahami bagian dasar yang digunakan dalam buku ( misalnya: sampul,judul, paparan, dan halaman), (d) menikmati membaca dengan orang dewasa dan mau membaca, (e) mengenal tulisan sebaik mengenal gambar, membawa pesan, (f) menyadari nama mereka sendiri, (g) mengetahui kalau tulisan dibaca dari kiri ke kanan atau dari atas ke bawah, (h) memahami bahwa kata yang diucapkan dapat direpresentasikan dalam tulisan, (i) menyadari bahwa cerita memiliki bagian awal, tengah, dan akhir, (j) mengantisipasi kejadian-kejadian dalam cerita dan membuat prediksi, (k) menggunakan suara inisial untuk kode kata-kata, (l) menggunakan gambar untuk kode kata-kata, (m) menggunakan tulisan untuk menganal tulisan yang lebih kompleks. (3). Persiapan Menulis, yang termasuk didalamya: (a) Mencoret atau membuat goresan (scrible stage), (b) Pengulangan secara linier (linier repetitive stage), (c) Menulis secara random/acak (random letter stage), (d) Berlatih huruf (menyebutkan huruf-huruf), (e) Menulis tulisan nama (letter-name writing or phonetic writing), (f) Menyalin kata-kata yang ada di lingkungan, (g) menemukan ejaan, (h) ejaan sesuai ucapan. Lingkup perkembangan dan tingkat pencapaian Perkembangan Bahasa Kemampuan berbahasa merupakan salah satu dari bidang pengembangan kemampuan dasar yang dipersiapkan oleh guru untuk meningkatkan kemampuan dan kreativitas peserta didik sesuai dengan tahap perkembangannya. Pengembangan kemampuan berbahasa bertujuan agar peserta didik di TK mampu mengungkapkan pikiran melalui bahasa yang sederhana secara tepat, mampu berkomunkasi secara efektif , dan membangkitkan minat peserta didik di TK untuk dapat berbahasa Indonesia. Pengembangan kemampuan berbahasa adalah peserta didik mampu mendengarkan, berkomunikasi secara lisan, memiliki perbendaharaan kata, dan mengenal simbul-simbul yang melambangkannya untuk persiapan membaca dan menulis. Lingkup perkembangan bahasa sebagaimana tertera dalam Standar Tingkat Pencapaian Perkembangan Bahasa Anak Berdasarkan Permendiknas Nomor: 58 Tahun 2009 tantang Standar Pendidikan Anak Usia Dini, meliputi: A.Menerima bahasa, B. Mengungkap bahasa, dan C. Keaksaraan. A. Menerima bahasa Tingkat Pencapaian perkembangan anak usia 4-5 tahun, meliputi: a) Menyimak perkataan orang lain ( bahasa ibu atau bahasa lainnya), b) Mengerti dua perintah ang diberikan bersamaan, c) memahami cerita yang dibacakan dan d) mengenal perbendaharaan kata mengenai kata sifat (nakal, pelit, baik hati, berani, baik, jelek dan sebagainya) Tingkat Pencapaian perkembangan anak usia 5-6 tahun, meliputi: a) Mengerti beberapa perintah secara bersamaan,b) mengulang kalimat yang lebih kompleks, c) memahami aturan dalam suatu permainan. B. Mengungkap Bahasa Tingkat Pencapaian perkembangan anak usia 4-5 tahun, meliputi: a) mengulang kalimat secara sederhana, b) menjawab pertanyaan sederhana, c) mengungkapkan perasaan dengan kata sifat (nakal, pelit, baik hati, berani, baik, jelek dan sebagainya, d) menyebut kata yang dikenal, e) mengutarakan pendapat kepada orang lain, f) menyatakan alasan terhadap sesuatu yang diinginkan atau ketidaksetujuan, g) menceritakan kembali cerita/dongeng yang pernah didengar. Tingkat Pencapaian perkembangan anak usia 5-6 tahun, meliputi:a) menjawab pertanyaan yang lebih kompleks, b) menyebutkan kelompok gambar yang memiliki bunyi yang sama, c) berkomunikasi secara lisan, memiliki perbgendaharaan kata, srta mrngrnal simbul- simbul untuk persiapan membaca, menulis dan berhitung, d) menyusun kalimat sederhana dalam struktur lengkap (pokok kalimat-predikat-keterangan), e) memiliki lebih banyak kata-kata untuk mengekspresikan ide pada orang lain, f) melanjutkan sebagian cerita/dongeng yang telah diperdengarkan. C. Keaksaraan Tingkat Pencapaian perkembangan anak usia 4-5 tahun, meliputi :a) mengenal simbul-simbul, b) mengenal suara-suara hewan /benda ang ada disekitarnya, c) membuat coretan yang bermakna, d) meniru huruf, e) dapat mengenal bentuk-bentuk simbul sederhana (pra menulis), f) dapat mencertitakan gambar (pra membaca), g) dapat mengenal bahwa ada hubungan antara bahasa lisan dengan tulisan (pra membaca). Tingkat Pencapaian perkembangan anak usia 5-6 tahun, meliputi: a) menyebutkan simbul-simbul huruf yang dikenal, b) mengenal suara huruf awal dari nama benda ang ada disekitarnya, c) menyebutkan kelompok gambar ang memiliki bunyi/huruf awal yang sama, d) memahami hubungan antara buni dan bentuk huruf, e) membaca nama sendiri, f) menuliskan nama sendiri, g) menebt posisi /keterangan tempat misalnya: di luar, didalam, di atas, dibawah, di depan, di belakang dan sebagainya, h) menebutkan waktu (pagi, siang, sore dan malam), i) membuat berbagaimacam coretan, j) membuat gambar dan coretan/tulisan tentang cerita mengenai gambar yang dibuatnya, k) menghubungkan gambar/benda dengan kata, l) bercerita tentang gambar yang disediakan atau dibuat sendiri, m) mengurutkan dan menceritakan isi gambar seri sederhana (3-4 gambar), n) membaca gambar yang memiliki kata/kalimat sederhana, o) menceritakan isi buku ,walaupun tidak sama tulisan dengan yang diunkapkan, p) mengubungkan tulisan sederhana dengan simbul yang melambangkannya. Prinsip Pembelajaran Anak Usia Dini Terdapat sejumlah prinsip pembelajaran pada pendidikan anak usia dini, diantaranya adalah: 1. Anak sebagai Pembelajar Aktif Pendidikan hendaknya mengarahkan anak untuk menjadi pembelajar yang aktif.Pendidikan yang kreatif akan menghasilkan pembelajar yang aktif. Anak-anak akan terbiasa belajar dan mempelajari berbagai aspek pengetahuan, ketrampilan, dan kemampuan melalui berbagai aktifitas mengamati, mencari, menemukan, mendiskusikan, menyimpulkan, dan mengemukakan sendiri berbagai hal yang ditemukan pada lingkungan sekitar.Montessori dalam Seldin (2004:5) menganggap bahwa anak tidak perlu dilatih terus menerus menulis suatu kata, karena sambil bermain aktif membuat huruf dan mengarsir huruf itu, pada suatu saat anak tiba-tiba mengetahui bahwa anak dapat menulis, peristiwa itu dinamakan letusan menulis menulis atau eksplosi menulis. 2. Anak Belajar melalui Sensori dan Panca Indra Anak memperoleh pengetahuan melalui sensorina, anak dapat melihat melalui bayangan yang ditangkap oleh matanya, anak dapat mendengar bunyi melalui telinganya, anak dapat merasakan panas dan dingin lewat perabaannya, anak dapat membedakan bau melalui hidung dan dapat mengetahui aneka rasa melalui lidah. Oleh karenanya, pembelajaran pada anak hendaknya mengarahkan anak pada berbagi kemampuan yang dapat dilakukan oleh seluruh indranya. Anak Belajar melalui Sensori dan Panca Indra menurut pandangan dasar Maria Montessori yang meyakini bahwa panca indra adalah pintu gerbang masuknya berbagai pengetahuan ke dalam otak manusia (anak), karena perannya sangat strategis maka seluruh panca indra harus memperoleh kesempatan untruk berkembang sesuai fungsinya, alat-alat permainan sederhana yang diciptakan dapat digambarkan sebagai berikut: alat permainan indra penglihatan, alat permainan indra peraba dan perasa, alat permainan untuk indra pendengar, dan alat permainan untuk indra penciuman. 3. Anak Membangun Pengetahuan Sendiri Menurut Pestalozzi dalam Soejono (1988:32), pendidikan pada hakikatnya usaha pertolongan (bantuan) pada anak agar anak mampu menolong dirinya sendiri yang dikenal “ Hillfe Zur Selfbsthilfe”.Anak diberikan fasilitas yang dapat menunjang untuk membangun pengetahuannya sendiri. Aanak diajak untuk berpikir, percaya diri dan kreatif dalam mencari dan mendapatkan pengetahuan yang ingin mereka dapatkan . Pendidik dan orang tua hanya berfungsi sebagai fasilitator atau tempat anak bertanya.Setiap anak diharapkan sapat menambah dan membangun pengetahuannya sendiri melalui media cetak, denganstudi literatur(kunjungan ke perpustakaan), dan media elektronik baik browsing internet maupun menonton VCD pengetahuan. 4. Anak Berpikir melalui Benda Konkret Anak dirangsang untuk berpikir dengan metode pembelajaran yang menggunakan benda nyata sebagai contoh materi pelajaran. Terciptanya pengalaman melalui benda nyata diharapkan anak lebih mengerti maksud dari materi yang diajarkan oleh guru. 5. Anak Belajar dari Lingkungan Pendidikan merupakan usaha sadar yang dilakukan sengaja dan terencana untuk membantu anak mengembangkan potensi secara optimal sehingga anak mampu beradaptasi dengan lingkungannya. Pengertian ini mengandung makna bahwa essensi yang hakiki dari tujuan akhir pendidikan adalah kemampuan anak melakukan adaptasi dengan lingkungan dalam arti yang luas.Dengan demikian pendidikan yang diberikan akan dapat dimaknai dan berguna bagi anak ketika beradaptasi dengan lingkungannya. Kepala Sekolah Menurut Sudarwan Danim, kepala sekolah adalah guru yang mendapat tugas tambahan sebagai kepala sekolah. Menurut Sri Damayanti, kepala sekolah berasal dari dua kata, yaitu “ kepala” dan “ sekolah “. Kata kepala dapat diartikan sebagai ketua atau pemimpin dalam suatu organisasi atau lembaga, sedangkan sekolah diartikan sebagai sebuah lembaga tempat menerima dan memberi pelajaran. Jadi secara umum kepala sekolah dapat diartikan sebagai pemimpin sekolah atau suatu lembaga tempat menerima dan memberi pelajaran. Sebagai orang yang diberi kepercayaan lembaga untuk memimpin sekolah, kepala sekolah mempunyai tanggungjawab besar mengelola sekolah dengan baik agar menghasilkan lulusan yang berkualitas serta bermanfaat bagi masyarakat, bangsa, dan negara.Disinilah kepala sekolah berposisi sebagai manager sekaligus pemimpin, dua peran yang diemban dalam satu waktu dan tidak bisa dipisahkan. Sebagai manager, kepala sekolah berperan langsung dilapangan dalam proses perencanaan, pengorganisasian, pengawasan, evaluasi, dan usaha perbaikan terus menerus. Dan sebagai pemimpin, kepala sekolah harus memberikan keteladanan, motivasi, spirit pantang menyerah, dan selalu menggerakkan inovasi sebagai jantung organisasi. Drucker (dalam Made Pidarta,2004) mengemukakan tugas manager dimasa depan antara lain mampu menangani organisasi bersadarkan tujuan; dapat mengambil resiko yang lebih besar dan waktu yang lebih panjang, karena ia memutuskan sendiri alternatif-alternatif pemecahan masalah beserta kontrolnya; mampu membuat keputusan strategi ; dapat membangun teori yang terintegrasi/terpadu; bisa mengomunikasikan informasi secara jelas dan cepat; dapat melihast orgaisasi sebagai keseluruhan dan mengintegrasikan fungsi-fungsinya; mampu menghubungkan hasil kerjanya dengan organisasi dan lingkungan; serta bisa menemukan hal-hal yang berarti sebagai bahan pengambilan keputusan dan tindakan.Poin yang menarik disini adalah keberanian mengambil resiko sebagai strategi untuk memecahkan masalah dalam rangka menyongsong era globalisasi yang penuh tantangan. Disinilah kwalitas manager betulbetul dikedepankan. Berkaitan dengan strategi kepala sekolah dalam meningkatkan budaya gemar membaca pada anak usia dini, ada beberapa hal yang perlu dilakukan kepala sekolah ,diantaranya: (1). Merubah pola pikir bawahan yang semula mengedepankan budaya lisan menjadi budaya baca. Waktu luang dipergunakan untuk membaca . Memang tidak mudah bagi kepala sekolah membuat suatu kebijakan yang menuntut adanya perubahan dilingkungan kerja, apalagi perubahan itu berkaitan dengan perubahan pola pikir bawahan namun hal tersebut harus dilaksanakan. Dengan membaca, guru dapat senantiasa menambah pengetahuan tentang berbagai hal disekitarnya dan melakukan berbagai inovasi dalam pembelajarannya. Pada proses kegiatan belajar mengajar, guru bukan saja mengamati dan mengawasi akan tetapi masuk kedalam apa yang diistilahkan Vigotsky (1986) suatu “dialog pendidikan”.Ini mencakup memberi dan menerima antara guru dan anak-anak. Guru mempunyai tujuan-tujuan dalam benak,menyampaikan informasi kepada anakanak , dan bertanya kepada mereka untuk menuntun mereka mencapai tujuan-tujuan dari program atau tujuan-tujuan pribadi mereka sendiri(Bodrova&Leong,1996;Perrry,2003 , dalam buku pendidikan anak usia dini) Pertama-tama guru bercakap-cakap dengan anak-anak menuntun mereka memperbaiki konsep keliru mereka, menemukan arti, dan menghindar garis-garis buntu pikiran. Kadang-kadang guru dengan sengaja memperagakan suatu ketrampilan, sikap atau prosedur sebagai alat mengajar. Dalam pengembangan kemampuan berbahasa pada anak usia dini sangat dibutuhkan pengetahuan guru, terutama pengetahuan tentang karakteristik peserta didik berhubungan dengan peningkatan kemampuan berbahasa yang menjadi dasar kearah perkembangan membaca dan menulis.Misalkan saja menjawab pertanyaan peserta didik tentang sesuatu hal guru harus mempunyai pengetahuan yang luas untuk menjawab pertanyaan anak, demikian halnya dengan pemberian kegiatan bercerita ataupun mendongeng.Pemahaman guru tentang cerita ataupu dongeng yang disampaikan juga harus luas.mendongeng ataupun bercerita merupakan cara ampuh untuk meningkatkan minat baca anak.Dengan dongeng Pengetahuan yang diperoleh guru tidak lepas dari kegemaran membaca. Keterbatasan pengetahuan dan informasi yang dimiliki orang tua dan guru menyebabkan potensi yang dimiliki anak tidak berkembang optimal (http:// www. Pikiran-rakyat.com/cetak/2005/02-5/11/1104.htm). (2) Memfasilitasi kebutuhan sarana prasarana yang dapat dipergunakan untuk mengembangkan aspek berbahasa yang menjadi dasar kearah perkembangan membaca dan menulis.Kepala Sekolah dapat mendirikan Taman Bacaan dilingkungan lembaganya.Taman baca adalah tempat buku yang disusun bersama meja, kursi, atau sofa yang memikat anak-anak untuk tinggal dan membaca disana dimana anak-anak akan menemukan setiap jenis buku, puisi, cerita, cerita rakyat, buku bambar, buku tanpa kata-kata, buku konsep dan bagian-bagian koran dirancang khusus untuk anak-anak demikian majalah anak-anak. Di taman baca juga dimasukkan papan kain flanel dengan cerita yang digunting untuk anak-anak yang dapat diurutkan atau diceritakan kembali sebuah cerita oleh mereka sendiri atau bersama sekelompok anak.Anak anak bisa membawa pulang buku yang dipinjam dari taman baca sehingga pengaklaman-pengalaman belajar anakanak bisa dilanjutkan ketika mereka berada dirumah. Manfaat lain dengan didirikannya taman bacaan, diantaranya: a). Sebagai wadah tenaga pendidik dan kependidikan mencari buku-buku yang dibutuhkan ,sebagai tempat menyimpan hasil tulisan-tulisan ataupun karya yang dibuat guru berupa gambar seri atau cerita-derita sederhana dan gambar-gambar yang dapat dikonsumsi peserta didik untuk dilihat ,dikenal dan dibaca .b) Dapat dipergunakan wali murid untuk mengisi waktu luangnya menambah pengetahuan dengan membaca sambil menunggu jam kegiatan pembelajaran anak-anak berakhir . Dengan adanya taman bacaan dilembaga TK dapat mengenalkan dan meningkatkan kegemaran membaca pada orang tua, c) Memupuk Kegemaran membaca pada peserta didik.Pada saat istirahat setelah kegiatan pembelajaran peserta didik dapat melihat-lihat buku. Pada kesempatan ini guru dapat mengawasi, mengenalkan, atau bahkan membaca bersama anak-anak. Membaca bersama anak-anak adalah koponen paling penting dalam mengembangkan ketrampilan berbahasa dan baca tulis dengan anak-anak.Buku membawa ke dunia anak-anak hal-hal yang tidak mereka alami dengan cara lain. Membaca buku juga memberi kesempatan kepada anak-anak untuk belajar kosa kata baru dan untuk mendengarkan bahasa dalam bentuk yang berbeda dari kata-kata yang diucapkan.Saat membacakan buku kepada anak-anak, para guru dapat melakukan halhal berikut untuk memudahkan pengembangan bahasa dan baca tulis: Memberi penjelasan dan contoh-contoh kosa kata baru Mengajukan pertanyaan-pertanyaan terbuka (open-ended) untuk memudahkan pemahaman buku yang di baca Menghubungkan antara apa yang terjadi didalam buku dan apa yang sedang terjadi dalam kehidupan anak-anak usia tiga, ampat, dan lima tahun. Membaca dan menceritakan kembali buku untuk memperdalam pemahaman dan perkembangan kosa kata. Buku yang disediakan untuk peserta didik tentunya disesuaikan dengan tingkat perkembangan anak, misalnya buku gambar seri, buku cerita bergambar, buku pengenalan huruf-huruf dan lain sebagainya. (3) Memberi gambar-gambar dan tulisan-tulisan di setiap sudut didalam maupun diluar ruangan yang dapat dilihat anak-anak.Meskipun pelajaran membaca formal biasanya dimulai di kelas satu, Taman Kanak-kanak mengembangkan banyak ketrampilan yang mempersiapkan mereka untuk belajar membaca.Pelajaran membaca diawali dengan lingkungan yang kaya dengan tulisan dan gambar sehingga anak anak terpanggil untuk mengenali huruf dan kata-kata. Anak-anak yang rutinitas dan kegiatan sehari-harinya memberi “kesempatan membaca”akan mulai mengidentifikasi tulisantulisan di lingkungan (West&Egley,1998, dalam Pendidikan anak Usia Dini Menyiapkan anak usia tiga, empat dan lima tahun masuk sekolah, Carol Seefeldt & Barbara A. Wasik diterjemahkan oleh Pius Nasaar). Nama-nama di pintu kamar tidur, di tiap sudut ruangan di sekolah dan dibagian belakang kemasan memberi banyak dan berbagai kesempatan bagi anak untuk mengenali nama. Lingkungan yang kaya dengan buku dan tulisan membantu anak untuk mulai membedakan makna tulisan itu (Vacca&Vacca,2003, dalam Pendidikan anak Usia Dini Menyiapkan anak usia tiga, empat dan lima tahun masuk sekolah, Carol Seefeldt & Barbara A. Wasik diterjemahkan oleh Pius Nasaar). Apa yang tampaknya hanya corat coret pada suatu halaman mulai mengembangkan makna ketika anak-anak mulai megerti bahwa tulisan itu menyampaikan sebuah pesan (Sulzby,1992). Anak-anak belajar mengenali huruf-huruf dan kata-kata dan akhirnya menjadi sadar akan hubungan antara bunyi dan huruf dan kata-kata. 4) Mengajak anak –anak mengunjungi taman baca ataupun perpustakaan. Ke perpustakaan atau ketoko buku meski anak belum bisa membaca tidak ada salahnya guru ataupun orang tua mengajak anak kesana, tujuannya adalah mengenalkan anakanak pada buku. Bila anak berminat boleh dilanjutkan tapi bila tidak berminat dihentikan. http:/ahsinmuslim.wordpress.com/2008/05/29/kiat-kiat jitu menumbuhkan sikap gemar membaca. Membaca merupakan aktivitas yang mudah sebenarnya, namun begitu sulit untuk meluangkan waktu untuk melaksanakannya. Apalagi, di era globalisasi ini, yang dipenuhi oleh teknologi-teknologi canggih, sehingga membaca tidak lagi menjadi sebuah rutinitas hidup melainkan kerjaan sampingan saja. mungkin itu pulalah salah satu penyebab rendahnya sumber daya manusia Indonesia. Ketidak gemaran membaca membuat kita terasa amat kecil, dunia terasa sempit dikarenakan sedikitnya informasi yang kita peroleh. Padahal,informasi dan ilmu pengetahuan dari waktu ke waktu semakin lama semakin bertambah pesat. Bagaimana dengan kita manusia Indonesia? Akankah kita akan tertinggal jauh dari perkembangan zaman? Kita sebagai manusia, yang diberi akal yang lebih baik dibanding makhluk lain seharusnya mampu menelaah lebih dalam tentang ilmu pengetahuan yang tak pernah habis walaupun kita menggalinya. Dan membaca adalah salah satu sarana untuk mencapai itu semua. Sekarang, tinggal bagaimana cara kita untuk menumbuhkan sikap gemar membaca dimanapun kita berada. Langkah awal yang harus dilakukan adalah dengan mengubah paradigma (cara pandang) kita dalam memandang buku. Buku sama saja dengan makanan yaitu makanan untuk ruhani kita. Ini sangat penting dalam rangka memasuki dunia buku. Bayangkan apabila jasmani kita tidak diberi makanan-makanan berigizi. Apa yang akan terjadi? Tubuh kita akan lemas, otomatis akan mempengaruhi aktivitas kita sehari-hari. Begitu pula dengan ruhani kita. Buku adalah salah satu jenis “makanan ruhani” kita yang sangat bergizi, lewat paradigma baru membaca buku dengan menganggap buku sebagai makanan kesukaan kita, sehingga kita dapat memperlakukan buku layaknya makanan tersebut. Maka langkah awal telah selesai. Dilanjutkan dengan mengenali atau melakukan pengenalan dengan buku yang akan kita baca. Bisa dengan mengetahui pengarangnya dahulu atau intisari dari bacaan tersebut. Simpulan Budaya gemar membaca dapat ditumbuhkan pada anak usia dini melalui pengembangan berbahasa. Proses Pembiasaan Berbahasa pada anak usia dini meliputi: 1). Mendengar dan berbicara, 2) Persiapan Membaca, (3). Persiapan Menulis. Pengembangan kemampuan berbahasa adalah peserta didik mampu mendengarkan, berkomunikasi secara lisan, memiliki perbendaharaan kata, dan mengenal simbul-simbul yang melambangkannya untuk persiapan membaca dan menulis. Taman Kanak-kanak mengembangkan banyak ketrampilan yang mempersiapkan mereka untuk belajar membaca.Pengenalan membaca diawali dengan lingkungan yang kaya dengan tulisan dan gambar sehingga anak anak terpanggil untuk mengenali huruf dan kata-kata. Anak-anak yang rutinitas dan kegiatan sehari-harinya memberi “kesempatan membaca”akan mulai mengidentifikasi tulisan-tulisan. Pada anak usia dini tidak ada pelajaran membaca yang ada hanyalah mengenalkan gambar-gambar, huruf huruf yag dapat menunjang keberhasilan membaca dan menulis. Pemberian pengenalan membaca pada anak usia dini harus memperhatikan prinsir-prinsip pembelajaran anak usia dini, yaitu Anak sebagai pembelajar aktif, Anak Belajar melalui Sensori dan Panca Indra, Anak Membangun Pengetahuan Sendiri, Anak berpikire melalui benda konkrit , Anak Belajar dari lingkungan. Kepala sekolah sebagai manager pada lembaga pendidikan diharapkan mampu memfasilitasi peserta didik untuk dapat meningkatkan budaya gemar membaca dengan cara: merubah paradigma budaya lisan menjadi budaya baca pada pendidik dan tenaga kependidikan , mendirikan /mengadakan taman bacaan, memperbanyak tulisantulisan dan gambar gambar dilingkungan /disudut sudut dinding dekolah, mengajak anak mengunjungi taman baca ataupun perpustakaan .. Saran Buku'buku masih terbilang mahal harganya. Namun dapat menyiasatinya dengan membuat buku sendiri. Misalnya, dari album foto plastik, atau dengan menjilid gambar'gambar menarik yang sudah dilaminating.Meski begitu, satu poin penting yang tidak boleh dilupakan dalam tahap ini adalah adanya suasana menyenangkan tanpa paksaan.Lajutkan bila anak senang dan hentikan bila anak tidak suka. Sebab, berdasarkan penelitian, dalam keadaan senang dan gembira, otak anak akan terbuka dan siap menampung informasi.Sebaliknya, dalam kondisi tertekan atau terpaksa,otak akan sulit menerima informasi, sederas apa pun dia dikucurkan.I t u p u l a s e b a b n y a , d i t a m a n k a n a k ' k a n a k g u r u p e r l u b e r h a t i - h a t i d e n g a n m e t o d e pengajaran membaca bagi murid-muridnya. DAFTAR RUJUKAN Asmani, Jamal Makmur,2012. Tips Menjadi Kepala Sekolah Profesional, DIVA Pres, Jogjakarta A.Wasik, Barbara dkk,2006. diterjemahkan oleh Pius Nasar. Pendidikan Anak Usia Dini menyiapkan anak usia tiga, umpat dan lima tahun masuk sekolah, PT Indeks, Jakarta Alfiatul Jannah, Lili,2013. Kesalahan-kesalahan Guru Paud yang Sering Dianggap Sepele, DIVA Pres, Jogjakarta Kementrian Pendidikan Nasional Dirjen Manajemen Pendidikan Dasar dan MenengahDirektorat Pembinaan TK dan SD,2010, Kumpulan Pedoman pembelajaran taman Kanak-kanak Nurani Sujiono, Yuliani, 2009. Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini, PT Indeks Jakarta Permendiknas RI Nomor 58 Tahun 2009 , tentang Standar Pendidikan Anak Usia Dini