BAB II TINJAUAN PUSTAKA Untuk melaksanakan kegiatan

advertisement
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Untuk melaksanakan kegiatan penelitian yang sesuai dengan pedomanpedoman yang berlaku, tentu tidak terlepas dari pola (kerangka) pemeikiran yang
mengacu pada beberapa konsep-konsep teoritis dalam kerangka teori yang
dikemukakan oleh para ahli serta acuan lain yang dianggap relevan dengan judul tesis
ini.
Berangkat dari pemikiran di atas, dalam tinjauan teori ini, akan diuraikan
secara konseptual melalui melalui tinjauan teori dan konsep kunci tentang hal-hal
yang berhubungan dengan Efektifitas Penyusunan Perencanaan Pembangunan Daerah
pada Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Asahan sevara sistematis.
Untuk lebih lengkapnya uraian-uraian teritis akan ditampilkan sebagai berikut.
2.1.
Konsep Efektivitas
Setiap kegiatan manajemen dalam organisasi ditujukan untuk mencapai tingkat
efektivitas yang tinggi, dimana dengan efektivitas yang tinggi segala apa yang
direncanakan dapat dicapai, baik dari sudut kualitas, kuantitas maupun waktu.
Pengertian efektitivitas, banyak dikemukakan oleh para ahli, diantaranya menurut
Hutapea (1997:98),: Efektivitas berasal dari kata
efek, yang berarti mempunyai
pengaruh yang besar dan tepat, memberikan perubahan sesuai dengan tujuan dan
sasaran yang direncanakan. Efektif titik beratnya adalah tepat sasaran, berarti dengan
input yang tersedia dapat mencapai output yang direncanakan.
11
Universitas Sumatera Utara
Menurut Komaruddin (1994:269) efektivitas adalah: Suatu keadaan yang
menunjukkan
tingkat keberhasilan (atau kegagalan) kegiatan manajemen dalam
mencapai tujuan yang telah ditetapkan lebih dahulu. Tercapainya tujuan manajemen
(artinya manajemen yang efektif) tidak selamanya disertai dengan efisiensi yang
maksimum. Dengan perkataan lain manajemen yang efektif
tidak perlu disertai
manajemen yang efisien.
Menurut Handayaningrat (1996:16),: yang dimaksud dengan efektif adalah bila
suatu sasaran atau tujuan telah tercapai sesuai dengan yang direncanakan sebelumnya.
Jadi kalau sasaran atau tujuan itu tidak sesuai dengan waktu yang telah ditentukan,
maka pekerjaan itu tidak efektif.
Dengan demikian dapat dikemukakan bahwa Efektivitas
merupakan suatu
keadaan yang mencerminkan bahwa aktivitas yang dilaksanakan telah mencapai hasil
sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan.
Untuk menentukan efektif tidaknya suatu pekerjaan yang dilakukan oleh
seseorang pegawai dapat dilihat dari ketepatan sasaran/tujuan pekerjaan itu, apakah
sesuai dengan waktu (rencana) yang telah ditetapkan sebelumnya.
Hal ini sesuai dengan pendapat Emerson (dalam Handayaningrat, 1996:16),:
“Efectivity is measuring in term of attaining prescribed goals or objectives”
(efektivitas ialah pengukuran dalam arti pencapaian sasaran atau tujuan yang telah
ditentukan sebelumnya).
Dalam mewujudkan efektivitas tersebut, para pegawai/karyawan yang ada
dalam organisasi dituntut untuk mampu bekerja dengan sungguh-sungguh dan penuh
ketekunan, berjalan sesuai dengan prosedur dan rencana kerja, serta dapat
Universitas Sumatera Utara
memanfaatkan waktu kerja sebaik mungkin, sehingga hasil kerja dapat dicapai secara
maksimal tanpa adanya kesalahan-kesalahan, dan kalaupun ada dapat ditekan hingga
seminimal mungkin.
2.2.Perencanaan
Pada dasarnya perencanaan merupakan lengan intelektual dari perkembangan
hari depan kita. Seorang pimpinan melaksanakan fungsi-fungsi manajemen untuk
mengetahui sasaran-sasaran yang dibutuhkan, tentang cara untuk mencapainya
sebagaimana ditetapkan oleh perencanaannya. Tidak ada seorang pimpinan pun yang
dapat mencapai sukses tanpa ditunjung oleh perencanaan yang baik.
Terry
(dalam
Soekarno,
1992:71)
mengemukakan
pendapat
bahwa
Perencanaan adalah: Gambaran tentang apa yang akan dicapai, yang kemudian
memberikan pedoman, garis-garis besar tentang apa yang akan dituju. Perencanaan
merupakan persiapan daripada pelaksanaan suatu tujuan.
Sedangkan menurut Stoner & Freeman (1994:13), bahwa Perencanaan dapat diartikan
yaitu: Perencanaan yaitu menunjukkan bahwa manajer berpikir melalui sasaransasaran dan kegiatan mereka sebelumnya, bahwa kegiatan-kegiatan mereka lebih di
dasarkan pada suatu metode, rencana atau pikiran logis ketimbang pada praduga.
Rencana memberikan sasaran sasaran bagi organisasi dan menetapkan prosedur terbaik
untuk mencapai sasaran tersebut.
Dari pendapat di atas, penulis berkesimpulan bahwa pada intinya, perencanan
dibuat sebagai upaya untuk merumuskan apa sesungguhnya ingin dicapai oleh
Universitas Sumatera Utara
organisasi serta bagimana sesuatu yang ingin dicapai tersebut dapat diwujudkan
melalui serangkaian rumusan rencana kegiatan tertentu.
Adapun menurut pendapat Siagian (1997:108) bahwa Perencanaan dapat
diartikan yaitu: Perencanaan (Planning) yaitu keseluruhan proses pemikiran dan
penentuan secara matang daripada hal-hal yang akan dikerjakan dimasa yang akan
datang dalam rangka pencapaian tujuan yang telah ditentukan.
Sedangkan pendapat Manullang (2005:13) bahwa Perencanaan adalah: Perencanaan
adalah penetapan tujuan, policy (kebijaksanaan), prosedur, budget, program dari suatu
organisasi.
Dari beberapa pendapat di atas, terlihat bahwa dalam melaksanakan suatu
kegiatan perlu adanya suatu pemikiran maupun penentuan yang secara matang dan
juga adanya suatu penetapan kebijaksanaan, prosedur, badget dan program dari
organisasi sehingga pelaksanaan kegiatan tersebut dapat terlaksana sesuai dengan
tujuan yang diinginkan.
Handoko (2003:23) menyatakan bahwa yang dimaksud dengan perencanaan
sebagai berikut adalah: Perencanaan yaitu (1). Pemilihan atau penetapan tujuan-tujuan
organisasi dan (2). Penentuan strategi, kebijaksanaan, proyek, program, prosedur,
metode, sistem, anggaran dan standar yang dibutukan untuk mencapai tujuan. Dalam
suatu organisasi perencanaan merupakan salah satu aspek yang menjadi perhatian
utama dalam pelaksanaan berbagai kegiatan yang dikelola dengan cara pemilihan
ataupun penetapan tujuan-tujuan organisasi.
Universitas Sumatera Utara
2.3.Administrasi Pembangunan
Administrasi Pembangunan lahir dari kesadaran tentang diperlukannya
berbagai pendekatan disipliner untuk mensukseskan usaha-usaha pembangunan
nasional, khususnya pembangunan ekonomi negara-negara berkembang. Administrasi
pembangunan merupakan disiplin ilmu administrasi yang diarahkan pada penerapan
konsep administrasi atau manajemen dalam pembangunan.
Administrasi pembangunan dimaksudkan untuk lebih menjamin pelaksanaan
perencanaan
pembangunan
secara
baik
dengan
melakukan
penyempurnaan-
penyempurnaan administrasi negara (reformasi administrasi) dan mengembangkan
berbagai sistem administrasi guna mendukung perencanaan dan pelaksanaan
pembangunan (Tjokroamidjojo, 1996:176).
Gant (dalam Tjokroamidjojo, 1988: 83) menyatakan bahwa: administrasi
pembangunan adalah administrasi mengenai kebijakan, program dan proyek untuk
mendukung tujuan-tujuan pembangunan. Administrasi pembangunan juga sebagai
penyempurnaan birokrasi (apartur pemerintah) dalam menghadapi meningkatnya
jumlah, jenis, dan kompleksitas fungsi-fungsi pemerintah untuk memenuhi berbagai
kebutuhan masyarakat dalam pembangunan.
Kemudian Mustopadidjaya (dalam Tjokroamidjojo 1988:83) berpendapat
bahwa: administrasi pembangunan adalah ilmu dan seni tentang bagaimana
pembangunan suatu sistem administrasi negara dilakukan sehingga sistem administrasi
tersebut mampu menyelenggarakan berbagai fungsi umum pemerintahan dan
pembangunan secara efektif dan efisien.
Universitas Sumatera Utara
Administrasi pembangunan dilingkungan pemerintah daerah merupakan bagian
dari administrasi negara Indonesia yang memiliki fungsi nyata, fungsi-fungsi tersebut
adalah 1. Perencanaan, 2 Pengerahan, 3. Sumber daya, 4. Penganggaran,
5. Pelaksanaan pembangunan yang ditangani langsung oleh pemerintah pusat,
6. Koordinasi dan evaluasi 7. Pengawasan (Kartasasmita, 1997: 48).
Kedelapan fungsi di atas tidak dapat berjalan sendiri-sendiri, namun
terintegrasi dala suatu sistem yang utuh. Dalam konteks kebijaksanaan desentralisasi
yang memberikan kewenangan yang lebih besar kepada daerah, sehingga secara
langsung dapat menunjang pembangunan daerah. Menurut Rasyid (1998:52)
menyatakan bahwa: terdapat beberapa bidang yang perlu diperbaiki, yakni dibidang
perencanaan
pembangunan,
dibidang
organisasi
pemerintahan
dan
dibidang
kepegawaian.
Kartasasmita
(1997:53)
mengemukakan
lima
kriteria
perencanaan
pembangunan daerah yang efektif. Kelima kriteria itu adalah:
1.
Perencanaan pembangunan harus bersifat garis besar dan indikatif.
2.
Perencanaan pembangunan daerah harus dapat mengendalikan dan mengarahkan
invetasi pemerintah yang mendorong meningkatnya usaha masyarakat swasta.
3.
Perencanaan pembangunan daerah harus dapat mendorong bekerjanya pasar.
4.
Harus dapat mengikutsertakan masyarakat dalam prosesnya
5.
Harus dapat memajukan golongan masyarakat dan wilayahnya yang dengan
ekonomi pasar saja tidak mungkin berkembang atau bersaing dalam memperoleh
akses faktor-faktor produksi.
Universitas Sumatera Utara
Selanjutnya ada berbagai pendekatan yang dipergunakan dalam proses
perencanaan (Kartasasmita 1997:49) pendekatan tersebut adalah: pertama dasar
perencanaan;kedua keterlibatan stakeholders;ketiga ruang lingkup dan tujuan sasaran
perencanaan; keempat metode perencanaan; kelima hierarki perencanaan;keenam
jangka wakti perencanaan; ketujuh alur perencanaan, kedelapan arah perencanaan;
kesembilan sifat perencanaan dan kesepuluh produk perencanaan.
Agar pelaksanaan pembangunan daerah berjalan dengan baik diperlukan
adanya kelembagaan yang bertanggung jawab langsung terhadap penyelenggaraan
pembangunan didaerah Rasyid (dalam Kartasasmita, 1998:145) kelembagaan dalam
hal ini mencakup organisasi-organisasi baik organisasi pusat yang berada di daerah
maupun organisasi daerah sendiri beserta perangkatnya termasuk sumber daya
manusia yang berada didalamnya. Dibidang organisasi, diperlukan kajian lengkap
mengenai efektivitas keberadaan lembaga-lembaga pusat dan daerah yang bertanggung
jawab terhadap penyelenggaraan pembangunan didaerah sesuai dengan perubahanperubahan yang terjadi baik dalam kewenangan daerah dalam penyelenggaraan urusan
pemerintahan, dalam perencanaan pembangunan dan dalam pengelolaan keuangan.
Dari defenisi di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa administrasi
pembangunan
adalah
meliputi
masalah-masalah
yang
berkaitan
dengan
penyelenggaraan fungsi umum pemerintahan maupun pembangunan terutama pada
bidang kelembagaan, kepegawaian, manajmen, dan sarana-sarana administrasi.
Universitas Sumatera Utara
2.4.Konsep Pembangunan Daerah
Disetiap negara, pendekatan yang digunakan dalam pelaksanaan pembangunan
berbeda-beda, namun secara umum dapat dilihat dari tiga hal pokok yaitu melalui
pendekayan makro, pendekatan sektoral dan pendekatan regional. Hal ini sebagaimana
yang diungkapkan oleh Wrihatnolo (2006;23) yang menyebutkan: pada umumnya
pembangunan yang dilaksanakan suatu negara atau bangsa di dasarkan pada tiga
pendekatan yaitu pendekatan makro, sektoral dan regional. Pembangunan makro
mencakup sasaran-sasaran dan upaya pada lingkup nasional, yang mencapaianya
merupakan hasil dari upaya-upaya pada tingkat sektoral dan regional. Pembangunan
sektoral hanya memfokuskan pada bidang-bidang tertentu seperti pertanian dan
pembangunan regional yang menekankan pada pelaksanaan pembangunan suatu
daerah tertentu, pada dasarnya merupakan bagian dari pembangunan nasional itu
sendiri.
Ini berarti bahwa keberhasilan pembangunan di daerah-daerah akan membawa
dampak positif terhadap pembangunan nasional secara keseluruhan. Kartasasmita
(dalam Bratakusuma, 2003:43) Yaitu: Proses Pembangunan daerah dilihat dengan tiga
cara pandang berbeda. Pertama Pembangunan bagi suatu Kota, daerah atau wilayah
sebagai wujud bebas yang pengembangannya tidak terikat pada Kota, daerah atau
wilayah lain sehingga penekanannya perencanaan pembangunannya mengikuti pola
yang lepas dan mandiri. Kedua pembangunan daerah merupakan bagian dari
pembangunan nasional, ketiga perencanaan pembangunan daerah sebagai instrumen
bagi penentu alokasi sumber daya pembangunan dan lokasi kegiatan daerah.
Universitas Sumatera Utara
Cara pandang pertama wujud pelaksanaan otonomi yang diimplementasikan
dalam proses desentralisasi, dimana daerah dberikan kewenangan untuk melakukan
perencanaan
pembangunannya
secara
mandiri
dan
independen,
baik
dari
keterikatannya dengan pemerintah pusat maupun daerah. Cara pandang kedua bahwa
pembangunan
yang
dilaksanakan didaerah
merupakan
bagian integral dari
pembangunan nasional, dimana perencanaan pembangunan yang dilaksanakan oleh
pusat. Ini merupakan perwujudan dari dekonsentrasi. Sedangkan cara pandang ketiga
lebih menunjukkan adanya tugas pembantuan. Dalam konteks ini, perencanaan
pembangunan terpusat dengan alokasi sumber daya dan kegiatan yang ada di daerah
(Bratakusuma; 2003:43). Meskipun Perencanaan Pembangunan bersifat indenpenden
(mandiri) sesuai dengan Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 di ubah terakhir kali
menjadi Undang-undang Nomor 12 tahun 2008 tentang Pemerintahan Daerah, dimana
setiap daerah Kabupaten/Kota memiliki kewenangan sendiri untuk melakukan
kegiatan-kegiatan secara otonom, namun hal itu tidak berarti bahwa daerah harus
mengabaikan kepentingan nasionalnya. Hal ini sejalan dengan prinsip otonomi yang
bertanggung jawab berupa peningkatan pelayanan dan kesejahteraan masyarakat yang
semakin baik, pengembangan kehidupan berdemokras, keadilan dan pemerataan serta
pemeliharaan hubungan yang serasi antar pusat dan daerah dalam rangka menjaga
keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Hal ini sebagaimana yang diInformasikan bahwa Perencanaan Pembangunan
pada tingkat pusat dan tingkat daerah berjalan secara sendiri-sendiri. Tetapi dalam
Universitas Sumatera Utara
pelaksanaan perencanaan pembangunan ditingkat pusat dan daerah diserasikan dengan
adanya pelaksanaan Musrenbang.
Pembangunan Daerah adalah Usaha untuk meningkatkan kualitas dan
perikehidupan manusia dan masyarakat daerah yang dilakukan secara terus menerus,
berlandaskan kemampuan daerah dan kemampuan nasional dengan memanfaatkan
kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi serta memperhatikan tantangan
perkembangan keadaan daerah, nasional dan global. Pengertian daerah adalah
mencakup Kabupaten/Kota dan daerah Provinsi, masing-masing sebagai daerah
otonom (Wrihatnolo, 2006:125).
Sedangkan menurut Siagian (2005:5): pembangunan yaitu seluruh usaha
dilakukan oleh suatu negara bangsa untuk bertumbuh, berkembang dan berubah secara
sadar dan terencana dalam semua segi kehidupan dan penghidupan negara bangsa yang
bersangkutan dalam rangka pencapaian tujuan akhir.
Menurut Kartasasmita seperti yang dikutip (Bratakusuma, 2003:4) Pembangunan
yaitu sebagai suatu proses perubahan kearah yang lebih baik melalui upaya yang
dilakukan secara terencana.
Hal lain menurut Razal (1988:2) bahwa: Aspek sangat penting dalam
pelaksanaan kegiatan pembangunan adalah penyusunan program. Program dan proyek
merupakan penjabaran atau unit kecil dari perencanaan pembangunan. Dengan
demikian
keseluruhan
tujuan
yang
ditetapkan
dalam
rencana
tersebut
diimplementasikan dan dicapai melalui pencapaian sasaran0sasaran atau target yang
ditetapkan dalm program dan proyek dimaksud.
Universitas Sumatera Utara
Menurut Nigo seperti yang dikutip (dalam Abidin, 1984:4) menyebutkan:
Perencanaan sebagai penentuan dasar dari oragnisasi dan pemilihan program terbaik
untuk mencapai tujuan. Dia membedakannya dengan program, yang diartikan sebagai
penjadwalan kegiatan dan pelaksanaan seefisien mungkin dari proyek-proyek yang
diperlukan untuk mewujudkan program tersebut.
Hal yang paling penting dalam melaksanakan setiap kegiatan-kegiatan yang
menuntut adanya kerjasama antar kelompok maupun individu adalah makna dari
kerjasama untuk pencapaian tujuan. Oleh karena sebab itu agar kegiatan kelompok
atau individu dapat diwujudkan secara efektif, maka kepada setiap anggota dalam
kelompok dimaksud harus memahami dengan baik setiap kegiatan yang dilaksanakan.
Disinilah pentingnya makna perencanaan sebagai suatu landasar atau kerangka dari
keseluruhan
fungsi
manajemen,
sebab
keberadaannya
menyangkut
semua
pilihandiantara beberapa alternatif usaha kegiatan dimasa yang akan datangoleh setiap
unit kerja yang terdpat dalam satu kelompok organisasi.
Dari hal tersebut di atas dapat diperluas lingkupnya, dalam Undang-undang
Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Daerah dapat
dibedakan menjadi:
a.
Perencanaan Nasional (umumnya untuk mengejar keterbelakangan suatu bangsa
dalam
berbagai
bidang):
pelaksanaan
pembangunan
nasional
yang
perencanaannya dilakukan dalam suatu rencana nasional melalui Badan
Perencanaan Pembangunan Nasional (BAPPENAS);
Universitas Sumatera Utara
b.
Perencanaan
Regional
(untuk
menggali
potensi
suatu
wilayah
dan
mengembangkan kehidupan masyarakat wilayah bersangkutan) dalam hal ini
sebagai contoh rencana pembangunan wilayah Indonesia bagian Timur dan
sejenisnya;
c.
Perencanaan Lokal, Misalnya:
1. Perencanaan Kota, (untuk mengatur pertumbuhan Kota, menertibkan
penggunaan tempat, memperindah Kota sebagai ciri khas kota bersangkutan.
2. Perencanaan desa, (utnuk menggali potensi suatu desa serta mengembangkan
masyarakat desa tersebut).
Perencanaan lokal sesungguhnya dapat mengandung pengertian perencanaan
daerah jika dikaitkan dengan konteks pelaksanaan pembangunan daerah. Sehubungan
dengan pengertian hal di atas, dapat dikaitkan dengan pembangunan daerah nyang
merupakan pembangunan yang suatu wilayah atau daerah. Menurut Itisastro ( dalam
Tjokroamidjojo, 1994:14) menyebutkan: perencanaan ini sebenarnya berkisar kepada
dua hal yang pertama adalah penentuan pilihan secara sadar mengenai tujuan-tujuan
konkret yang hendak dicapai dalam jangka waktu yang akan datang atas dasar nilainilai yang dimiliki masyarakat yang bersangkutan, dan yang kedua adalah pilihan
pilihan diantara alternatif-alternatif cara-cara alternatif yang efisien serta rasional guna
mencapai tujuan – tujuan tersebut diperlukan ukuran-ukuran atau kriteria-kriteria
tertentu terlebih dahulu.
Dari pendapat di atas dapat dipahami bahwa pada hakekatnya tujuan dari
perencanaan
pembangunan
adalah
untuk
menciptakan
keseimbangan
antara
Universitas Sumatera Utara
kebutuhaan yang ingin dicapai dengan sumber daya atau potensi yang dimiliki oleh
suatu negara, wilayah atau daerah yang bersangkutan. Hal ini juga diperkuat dari
pendapat Beratha (1982;79) bahwa tujuan pokok perencanaan tiada lain adalah untuk
menentukan, menciptakan dengan mengusahakan kesimbangan antara kebutuhan
dengan bahan yang tersedia.
Pembangunan menurut Siagian (1999:4) menyebutkan bahwa Pembangunan
adalah rangkaian usaha mewujudkan pertumbuhan dan perubahan secara terencana dan
sadar dan ditempuh oleh suatu bangsa menuju modrenitas dalam rangka pembinaan
bangsa (Nation-Building).
Kartasasmita (1997: 9) menyatakan: Pembangunaan adalah sebagai suatu
proses perubahan kearah yang lebih baik melalui upaya yang di lakukan secara
terencana. Sedangkan Wrihatnolo dan Nugroho (2006:10) mengatakan: Pembangunan
diartikan sebagai suatu perubahan tingkat kesehteraan sevara terukur dan alami.
Perubahan tingkat kesejahteraan ditentukan oleh dimensi dari definisi ekonomi, politik
dan hukum. Petubahan alami ditentukan oleh siapa yang berperan dalam perubahan
itu. Perubahan alami adalah perubahan yang melembaga dalam bangun sosial
sekelompok manusia. Hanya perubahan alami yang mampu menjamin adanya
perubahan terukur secara konstan.
Berpedoman pada pengertian di atas, makna dari perencanaan pembangunan
dapat disebutkan sebagai suatu proses kegiatan tentang bagaimana malakukan sumber
daya pembangunan yang ditentukan oleh ketetapan yang berlaku untuk melaksanakan
proses program pembangunan.
Universitas Sumatera Utara
2.5.Perencanaan Pembangunan Partisipatif
Seiring dengan berkembangnya proses demokrasi dalam pemerintahan dan
demokrasi dalam pembangunan pada otonomi daerah, maka peran serat masyarakat
dengan keikutsertaanya dalam proses perencanaan sangat diperlukan. Masyarakat pada
masa sekarang ini bukan hanya berperan sebagai objek perencanaan, tetapi mereka
telah dapat di berdayakan menjadi subyek perencanaan. Dengan demikian proses
perencanaan dan pengambilan keputusan dalam program pembangunan dilakukan dari
atas ke bawah (Top down planning): Perencanaan ideal yang disebut Interactive
Planning ialah perencanaan memenuhi tiga prinsip yaitu Partisipatif, kesimabnungan
dan holistik. Partisipatif yaitu masyarakat terlibat dalam proses perencanaan,
kesinambunga yaitu dapat menjamin adanya kemajuan terus menerus dalam
kesejahteraan serta prinsip holistik adalah melihat berbagai aspek tetapi dalam
keutuhan konsep secara keseluruhan.
Friedman (dalam Korten, david dan Sjahrir, 1988:67) menyatakan:
Perencanaan yang melibatkan masyarakat adalah sebagai proses belajar sosial yang
menekankan adanya dialog yang melibatkan hubungan yang saling mempercayai antar
dua pihak atau lebih dan dalam perencanaan partisipatif terdapat apa yang disebut
dengan gaya transaktif yakni hasil perencanaan tergantung pada hubungan timbal balik
pribadi-pribadi menurut latar belakang khususnya dan bukan pada lembaga-lembaga
yang abstrak.
Partisipatif atau keikutsertaan masyarakat dalam pembangunan sangat diharapkan
dalam mendukung pelaksanaan pembangunan, Tjokromidjojo (1993:225) mengatakan
Universitas Sumatera Utara
bahwa: disatu pihak partisipasi masyarakat penting bagi pembangunan dan
bukanmenjadi salah satu tujuan pembangunan itu sendiri. Yakni terlibatnya,
tergeraknya, seluruh masyarakat dalam proses pembangunan berencanasesuai dengan
arah dan strategi ditetapkan melalui suatu bentuk partisipasi dalam sistem politik.
Dilain pihak proses pembangunan itu sendiri di harapkan akan menimbulkan
partisipatif.
Huntington (dalam Abidin, 2006: 161) menyatakan partisipatif masyarakat
adalah kegiatan warga negara biasa yang bertujuan untuk mempengaruhi pengambilan
keputusan oleh pemerintah.
Conyer (1991:186) keberhasilan atau kegagalan partisipasi dalam perencanaan
pembangunan di pengaruhi beberapa faktor yaitu:
1.
Hasil keterlibatan masyarakat itu sendiri, masyarakat tidak akan ikut berpartisipasi
atas kemauan sendiri dengan antusiasme yang tinggi dalam perencanaan kalau
mereka merasa dalam perencanaan tersebut tidak mempunyai pengaruh pada
rencana akhir.
2.
Masyarakat merasa enggan berpartisipasi dalam kegiatan yang tidak menarik
minat mereka atau yang tidak mempunyai pengaruh langsung yang dapat mereka
rasakan.
Sedangkan Abidin (2006: 163) partisipasi masyarakat sangat penting dalam
penyelenggaraan pemerintahan karena:
1.
Keikutsertaan masyarakat merupakan cara untuk memobilitasi pendapat dan
menyaring aspirasi masyarakat. Makin banyak pikiran-pikiran yang baik dan
Universitas Sumatera Utara
brilian yang muncul dalam masyarakat maka akan baik dalam penyelenggaraan
pemerintahan, karena pemerintah tidak bersifat otoriter sehingga pemerintah di
dukung oleh masyarakat.
2.
Adanya keterbukaan berpendapat melalui partisipasi memungkinkan munculnya
aspirasi masyarakat dengan demikian mempermudah pemerintah dalam proses
identifikasi masalah danformulasi kebijakan yang tepat.
3.
Meringankan pemerintah dalam mengambil kebijakan yang mengandung resiko
besar.tanpa ada dukungan dari masyarakat, pemerintah tidak mampu mengambil
resiko untuk membuat kebijakan dalam menyatakan perang atau membuat sebuah
perubahan besar.
Dari pendapat di atas perencanaan partisipatif dapat penulis simpulkan yaitu
suatu proses atau rangkaian beberapa kegiatan yang saling berhubungan dalam
memilih salah satu beberapa alternatif tentang tujuan yang ingin dicapai oleh suatu
organisasi atau kelompok dalam jangka waktu tertentu ataupun dalam skala jangka
waktu yang panjang pada sasaran tertentu dengan melibatkan masyarakat dan pelaku
stakeholders.
2.6.Faktor-faktor Perencanaan Pembangunan Daerah
Dapat ditambahkan bahwa keberhasilan perencanaaan pembangunan sangat
tergantung dari beberapa faktor yang dapat mempengaruhinya.beberapa negara,
perencanaan pembangunan dapat berhasil dengan baik karena disebabkan oleh
beberapa hal seperti yang diungkapkan Riyadi dan Bratakusuma, (2005:15) yaitu:
Universitas Sumatera Utara
a. Kestabilan politik dan keamanan dalam negeri;
b. Dilakukan oleh orang-orang yang ahli dibidangnya;
c. Realistis, sesuai dengan sumber daya dan dana;
d. Koordinasi yang baik;
e. Top down dan battom up planning;
f. Sistem pemantauan dan pengawasan yang terus menerus.
Jika dilihat dari faktor pengaruh perencanaan pembangunan yang diungkapkan
tersebut, sepertinya terlalu luas untuk peneliti melakukan penelitian, maka penulis
akan membatasi pembahasan dalam penulisan tesis ini, yaitu Penyusunan Perencanaan
pembanguna Daerah di Kabupaten Asahan dimana penulis tidak akan membahas
tentang ketujuh faktor yang terdapat di atas, jadi arah pembahasannya terbatas pada
Sumber Daya manusia dan Koordinasi yang terdapat pada badan Perencanaan
Pembangunan Daerah Kabupaten Asahan.
2.7.
Sumber Daya Manusia
Sumber Daya Manusia (human resaurcess) merupakan unsur terpenting dalam
setiap organisasi karena sumber daya manusia merupakan penggerak dalam organisasi
dan menentukan berkembang atau tidak organisasi sebagaimana dikemukakan oleh
Soedjadi (2002:2) menyebutkan kekuatan yang bersumber dari diri manusia sendiri
yang mempunyai kemampuan (competency) untuk membangun dalam arti untuk majuPositif.
Menurut Siagian (1992:20) menyatakan bahwa: sumber daya manusia
merupakan unsur terpenting dalam organisasi, sekaligus merupakan miliknya yang
Universitas Sumatera Utara
paling berharga dengan pengertian bahwa manusia diperlukan sesuai dengan harkat
dan martabatnya sehingga berprilku positif dalam kegidupan organisasunya.
Sedangkan Zainun (1997:20) menyebutkan: sumber daya manusia adalah
daya/kekuatan atau kemampuan yang bersumber dari manusia. Jadi pada instansi
pemerintah yang dimaksud dengan sumber daya manusia adalah pegawai Negeri Sipil
(PNS).
Oleh sebab itu keberhasilan organisasi dalam mencapai tujuan yang telah
ditetapkan sebelumnya melalui pemanfaatan kemampuan sumber daya manusia untuk
menghadapi berbagai tantangan (treats) baik itu internal ataupun eksternal sangat
ditentukan oleh kampuan dalam mengelola secara profesional SDM (pegawai) untuk
dikembangkan dan dimanfaatkan sebagaimana disarankan Flippo (dalam Edwin,
1988:5) yang mengemukakan: Human Resources managemen is the development and
utilizaion of personnel for the effective achievement of individual, organization,
community, national and international goal and objective (manajemen sumber daya
manusia adalah pengembangan dan pemanfaatan pegawai bagi pencapaian yang fektif
mengenai sasaran-sasaran dan tujuan-tujuan individu, organisasi, masyarakat, nasional
dan internasional).
Sedangkan Cushway (1996:6) menyebutkan sumber daya manusia adalah
rangakaian strategi, proses dan aktivitas yang didesain untuk menunjang tujuan
perusahaan dengan cara mengintegrasikan kebutuhan perusahaan dan individu.
Universitas Sumatera Utara
Lebih lanjut Handoko (1996:3) menyebutkan sebagai penarik, seleksi,
pengembangan, pemeliharaan dan penggunaan sumber daya manusia untuk mencapai
hasil baik tujuan individu maupun organisasi.
Hasibuan mengemukakan (2000:245) yaitu sumber daya manusia adalah
kemampuan terpadu dari daya pikir dan daya fisik yang dimiliki individu. Perilaku dan
sifatnya ditentukan oleh keturunan dan lingkungannya, sedangkan prestasi kerjanya
dimotivasi oleh keinginan untuk memenuhi kepuasannya.
Berdasarkan uraian di atas terlihat bahwa sumber daya manusia sangat
dominan dalam suatu organisasi, oleh sebab itu dibutuhkan penanganan sumber daya
manusia dengan tepat dan konsisten sehingga akan berpengaruh bagi perkembangan
organisasi Bappeda Kabupaten Asahan dimasa yang akan datang dalam merumuskan
program perencanaan pembangunan di Kabupaten Asahan.
Dari pengertian di atas dapat disimpulkan sumber daya manusia adalah
pengembanagan dan pemanfaatan pegawai untuk menunjang dalam pencapaian tujuantujuan individu atau organisasi.
Suatu organisasi harus mampu untuk mengembangkan dan menerapkan satu
sistem yang memuaskan para pegawainya, apabila organisasi masih mengingikan
adanya orang-orang yang terampil dan berkemampuan tinggi dilingkungan
organisasinya.
Universitas Sumatera Utara
2.8.
Koordinasi
Dalam penyelenggaraan tugas-tugas umum pemerintahan dan pembangunan,
setiap aparatur pemerintah bertugas melaksanakan sebagian tugas-tugas umum
pemerintahan dan pembangunan dibidangnya masing-masing. Namun demikian tujuan
dan sasaran yang harus dicapai oleh pemerintah selalu menyangkut kegiatan-kegiatan
atau tugas lebih dari satu aparatur pemerintahan dan pembangunan tidak saja
tergantung dari segi tersedianya dana, sumber daya manusia, akan tetapi sering kali
tergantung dari adanya koordinasi antar Dinas/instansi terkait.
Dalam hal ini kata koordinasi berasal dari bahasa inggris didalamnya
terkandung pengertian kesetaraan, kesesuaian, saling mengisi dan saling mendukung.
White (dalam Syafie 1997:85) mengungkapkan: koordinasi adalah penyesuaian diri
dari masing-masing bagian dan usaha menggerakkan serta mengoperasikan bagianbagian pada waktu yang cocok sehingga dengan demikian masing-masing bagian
dapat memberikan sumbangan terbanyak pada keseluruhan hasil.
Terry (dalam Syafie, 1997:87) Koordinasi adalah sinkronisasi yang teratur dari
usaha-usaha untuk menciptakan pengaturan waktu dan terpimpin dalam hasil
pelaksanaan yang harmonis dan bersatu untuk menghasilkan tujuan yang telah
ditetapkan.
Hidayanigrat (dalam Tamim, 2002:32) menyatakan bahwa: koordinasi adalah
sebagian usaha menyatukan kegiatan-kegiatan dari satuan-satuan kerja (unit-unit)
organisasi sehingga organisasi bergerak sebagai suatu kesatuan yang bulat, guna
melaksanakan seluruh tugas organisasi untuk mencapai tujuannya.
Universitas Sumatera Utara
Awaluddin (dalam Tamim, 2002:32) mengemukakan: Koordinasi adalag suatu
usaha bersama antar badan,instansi, unit organisasi dalam pelaksanaan tugas-tugas
tertentu sedemikian rupa sehingga terdapat saling mengisi, membantu dan melengkapi.
Dalam konteks penyelenggaraan pemerintahan, koordinasi sebagaimana
peraturan pemerintah nomor: 6 Tahun 1988 tentang koordinasi kegiatan instansi
vertikal di daerah, dinyatakan bahwa: Koordinasi adalah upaya yang dilaksanakan oleh
kepala wilayah guna mencapai keselarasan, keserasian, dan keterpaduan baik
perencanaan maupun pelaksanaan tugas serta semua kegiatan instansi vertikal dan
antar instansi vertikal dengan dinad-dinas agar tercapai hasil guna dan daya guna yang
sebesar-besarnya.
Jadi koordinasi dapat diartikan
menurut penulis yaitu suatu hubungan
komunikasi serta usaha untuk mencapai sebuah tujuan yang sama, yang dilakukan oleh
beberapa orang atau kelompok atau satuan kerja yang berstatus setara dan sederajat
dengan yang lainnya.
Hasil dari koordinasi adalah keputusan-keputusan atau kesepakatan bersama
antar intansi terkait. Keputusan tersebut harus dilaksanakan, pimpinan berkewajiban
mengawasi dan memastikan bahwa semua keputusan sudah dilaksanakan sesuai
dengan rencana yang telah ditetapkan.
Dari hal tersebut di atas Sugandha (1984:35) koordinasi adalah sebagai
pemersatu gerak dalam proses administrasi. Hal lain menurut Abdurachman
(1979:113) pengkoordinasian sebagai berikut:
Universitas Sumatera Utara
1.
Pengkoordinasian adalah kegiatan-kegiatan untuk menertibkan, sehingga segenap
kegiatan manajemen maupun kegiatan pelaksanaan satu sama lain tidak
simpangsiur, tidak berlawanan dan dapat ditujukan kepada titik arah pencapaian
tujuan. Hasil dari pengkoordinasian adalah ketertiban, ketidaksimpangsiuran.
2.
Sebagian ahli berpendapat bahwa pengkoordinasian adalah kegiatan manajemen
yang berdiri sendiri disamping kegiatan manajemen yang lain seperti perencanaan,
pengorganisasian dan sebagainya (Fayol), akan tetapi kebanyakan ahli
berpendapat bahwa pengkoordinasian adalah salah satu fungsi diri setiap kegiatan
manajemen.
3.
Bahwa ada yang berpendapat kegiatan pengkoordinasian dapat pula dilakukan
oleh mereka yang bukan manajemen.
4.
Perbedaan antara manajemen dan bukan manajemen dalam melakukan koordinasi
ialah bahwa manajemen dapat melaksanakan koordinasi itu karena koordinasi itu
dilakukan terhadap orang-orang bawahannya, sedangkan yang bukan manajemen
lebih banyak menggunakan Personal authority, kewibawaan, pribadi wewenang,
karena pengaruh kepribadiannya, sehingga faktor paksaan tidak ada, tegasnya
apabila kegiatan pengkoordinasian dari bukan manajemen ditolak oleh orangorang yang di koordinasikan, maka bukan manajemen itu dapat memaksanya
untuk diterima.
Selain itu Mooney (dalam Handayaningrat, 1980:88) mendefinisikan
Koordinasi sebagai berikut: Coordinating as the achievement of orderly group effort,
and unity of action inthe pursuit of a common purpose (Koordinasi sebagai pencapaian
Universitas Sumatera Utara
usaha kelompok secara teratur dan kesatuan tindakan di dalam mencapai tujuan
bersama).
Sedangkan
Farland
(dalam
Handayaningrat,
1990:89)
mendefinisikan
koordinasi sebagai berikut: Cordinating is the process where by an executive
developan ordely pattern is of group efforts among his subordinate and secure unity of
action in the pursit of common purpose (koordinasi adalah suatu proses dimana
pimpinan mengembangkan pola usaha kelompok secara teratur diantar bawahannya
dan menjamin kesatuan tindakan didalam mencapai tujuan bersama).
Selanjutnya Farland (dalam Hadayaningrat, 1992;187) mendefinisikan
koordinasi atas lima pokok yaitu:
1.
Bahwa tanggung jawab Koordinasi adalah terletak pada pimpinan, oileh karena itu
koordinasi merupakan tugas dari pimpinan;
2.
Adanya proses yang terus menerus, sebab koordinasi adalah pekerjaan pimpinan
yang bersifat berkesinambungan dan harus dikembangkan sehingga tujuan
organisasi dapat tercapai dengan baik;
3.
Penyusunan usaha kelompok secara aturan, maka oleh sebab itu koordinasi
merupakan konsep yang diterapkan didalam kelompok, bukan terhadap usaha
individu;
4.
Konsep kesatuan tindakan, hal ini merupakan inti koordinasi, kesatuan tindakan
berarti bahwa pimpinan harus mengatur sedemikian rupa usaha-usaha setiap
kegiatan individu sehingga terdapat keserasian dalam mencapai hasil.
Universitas Sumatera Utara
5.
Tujuan organisasi adalah tujuan bersama, kesatuan usaha meminta suatu
pengertian kepada semua individu agar ikut serta melaksanakan tujuan sebagai
kelompok tempat mereka bekerja.
Disamping pengertian dan definisi di atas perlu juga penulis kemukakan jenis-
jenis koordinasi menurut para ahli antara lain:
1.
Koordinasi intern yaitu koordinasi yang langsung dilakukan oleh atasan kepada
bawahannya didalam suatu organisasi yang sama, koordinasi intern dibagi atas
tiga kelompok yaitu: a. Koordinasi Vertikal, b. Koordinasi Horizontal,
c. Koordinasi diagonal.
2.
Koordinasi ekstern yaitu koordinasi yang dilakukan oleh suatu organisasi dengan
organisasi lainnya, koordinasi ekstern ini dapat dibagi menjadi dua yaitu:
a. Koordinasi yang bersifat Horizontal, b. Koordinasi ekstern yang bersifat
diagonal.
Juga Abdurachman (dalam Tamim, 2002:45) mengungkapkan pula macam koordinasi
sebagai berikut:
a.
Buat management, maupun bukan management dinamakan koordinasi vertikal,
karena yang dikoordinasikan adalah orang-orang bawahan atau orang-orang dalam
status kedudukan dalam oragnisasi atau status sosial dapat dipandang sebagai
bawahan;
b.
Buat pejabat/fungsional dalam suatu oragnisasi yang mempunyai wewenang
fungsional yang ada padanya untuk koordinasi khusus dalam bidang fungsinya,
koordinasi ini dinamakan koordinasi horizontal atau koordinasi fungsional.
Universitas Sumatera Utara
Untuk lebih memperjelas tentang koordinasi perlu pula dikemukakan prinsipprinsip koordinasi, mekanisme dan syarat-syarat koordinasi berikut ini.
2.8.1
Prinsip-Prinsip Koordinasi
Menurut Abdurachman (1995;47) mengemukakan prinsip-prinsip koordinasi
sebagai berikut:
1. Prinsip efisiensi;
2. Prinsip kesatuan arah dan tujuan;
3. Prinsip koordinasi;
4. Prinsip ketetapan penggunaan alat-alat koordinasi.
Sugandha (1996:47) menyebutkan prinsip-prinsip koordinasi yaitu:
a. Adanya kesepakatan dan kesatuan pengertian mengenai sasaran yang harus
dicapai sebagai kegiatan bersama;
b. Adanya kesepakatan mengenai kegiatan dan atau tindakan yang harus
dilakukan oleh masing-masing pihak termasuk target dan jadwalnya;
c. Adanya kesatuan atau loyalitas pada setiap pihak terhadap tugas masingmasing serta jadwal yang telah ditetapkan;
d. Adanya koordinator yang dapat memimpin dan menggerakkan serta memonitor
kerjasama tersebut sertapemechahan masalah bersama.
Maka di dalam pelaksanaan koordinasi dalam pengembangan baik koordinasi
intern maupun ekstern membutuhkan koordinasi yang didasarkan pada prinsip-prinsip
koordinasi, hal nini diperlukan karena prinsip ini merupakan kebenaran yang
Universitas Sumatera Utara
fundamental yang harus dijadikan pegangan oleh koordinator untuk menyelesaikan
suatu kegiatan.
Juga didalam operasional dari proses pengkoordinasian perlu memperhatikan
hal-hal yang dikemukan Lembaga Administrasi Negara Republik Indonesia (1985;58)
sebagai berikut:
a. Perlu ditentukan secara jelas siapa atau satuan mana yang secara fungsional
berwenang dan bertanggung jawab atas sesuatu masalah;
b. Perlu di rumuskan program kerja organisasi yang jelas memperlihatkan keserasian
kegiatan diantara satuan-satuan kerja;
c. Perlu di rumuskan secar jelas wewenang tanggung jawab dan tugas-tugas satuansatuan kerja;
d. Perlu dikembangkan kesatuan bahasa dan kerjasama antara lain melalui rapat
berkala, briefing, rapat kerja, team adhoc dll;
e. Koordinasi sudah harus dimulai pada saat penyusunan program kerja dan
anggarannya.
Selanjutnya
didalam
pengembangan
dan
pembangunan
perlu
pula
mempedomani prinsip-prinsip koordinasi menurut Pamuji (1997;40-41) adalah:
a. Koordinasi dimulai dari tahapan permulaan;
b. Tahapan yang kontinu;
c. Sepanjang kemungkinan koordinasi harus merupakan pertemuan-pertemuan
bersama;
Universitas Sumatera Utara
d. Perbedaan-perbedaan dalam pandangan harus dikemukakan secara terbuka dan
selidiki dalam hubungan dengan situasi seluruhnya.
Ungkapan di atas menunjukkan bahwa pelaksanaan koordinasi dimulai dari
tahapan permulaan untuk membahas apa-apa saja kegiatan yang akan dilaksanakan dan
memperhatikan kejelasan struktur organisasi, rencana, prosedur dan tindakan
pengawasan menjadi mutlak yang perlu diperhatikan.
Sedangkan menurut Sugandha (1988;83-101) dalam pelaksanaan koordinasi
perlu ada prinsip-prinsip sebagai berikut:
a. Struktur Organisasi
Bahwa strukutunya secara tepat menggambarkan penjabaran dari fungsi-fungsi
yang penting sebagai bagian dari tugas pokok dan fungsi.
b. Rencana
Dalam arti penyusunan kegiatan apa yang akan dilakukan, bagaimana cara
melakukannya, apa fasilitas, waktu yang mungkin diperlukan dan siapa
bertanggung jawabnya atau yang harus melaksanakan semua rencana tersebut.
c. Prosedur
Didalam prosedur akan lebih jelas siap yang melakukannya, apa, dari siapa
diterima pekerjaan dan pekerjaan yang selesai harus dikirim kepada siap untuk
ditambah atau dilengkapi.
d. Pengawasan
Sebagai suatu fungsi administrasi dimaksudkan untuk menjaga agar ada
persesuaian antara kegiatan pelaksanaan dengan rencana dan tujuan yang telah
Universitas Sumatera Utara
ditetapkan serta dengan prosedur yang sudah diciptakan agar benar-benar
pelaksanaan usaha penyatupaduan kegiatan
Berdasarkan uraian di atas maka inti koordinasi adalah terletak pada upaya untuk
mengintegrasikan dan menyerasikan berbagai kepentingan dan kemampuan yang
dilibatkan dalam suatu aktivitas tertentu.
2.9.
Konsep Kunci
Konsep kunci adalah konsep-konsep penelitian yang berhubungan langsung
dengan pokok/fokus permasalahan penelitian. Konsep kunci yang dipergunakan adalah
sebagai berikut:
1.
Efektivitas Penyusunan Rencana Pembangunan Daerah pada Bappeda Kabupaten
Asahan dapat dilihat dari aspek Sumber daya Manusia dan Koordinasi dengan
tujuan pembangunan di Kabupaten Asahan terlaksana sesuai dengan yang telah
ditetapkan.
2.
Sumber Daya Manusia adalah pengembangan dan pemanfaatan pegawai untuk
menunjang dalam pencapaian tujuan-tujuan individu atau organisasi. Jadi SDM
dapat diartikan sebagai penggerak dalam organisasi, karena SDM dalam
BAPPEDA bertugas merumuskan konsep-konsep pembangunan yang menjadi
prioritas bagi masyarakat dan stakeholders di Kabupaten Asahan.
3.
Koordinasi terletak pada upaya untuk mengintegrasikan dan menyerasikan
berbagai kepentingan dan kemampuan yang dilibatkan dalam suatu aktivitas
tertentu. Sesuai dengan tugas pokok dan fungsi Bappeda bertanggung jawab
dalam pelaksanaan Koordinasi pembangunan di Kabupaten Asahan. Bappeda
Universitas Sumatera Utara
melakukan koordinasi dengan pola Bottom Up sesuai dengan Undang-undang
Nomor 25 tahun 2004 yaitu adanya partisipasi masyarakat dalam pembangunan
melalui Musrenbang, sehingga perencanaan pembangunan yang dihasilkan sesuai
dengan kebutuhan masyarakat dan stakeholders.
2.10.
Kerangka Berpikir
Dalam penelitian ini yang dimaksud dengan Efektivitas penyusunan Rencana
Pembangunan Daerah pada Bappeda Kabupaten Asahan adalah meliputi Faktor
Sumber daya manusia yang ada di Bappeda Kabupaten Asahan dan Koordinasi
Bappeda dengan Instansi-instansi terkait. Dengan demikian yang menjadi Variabel
adalah Efektivitas Penyusunan Rencana Pembangunan Daerah pada Bappeda
Kabupaten Asahan dan aspek dalam penelitian ini adalah Sumber Daya Manusia dan
Koordinasi.
Berdasarkan hal di atas, maka kerangka berpikir yang dipergunakan dalam
penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut:
Universitas Sumatera Utara
Efektivitas Penyusunan Rencana
Pembangunan Daerah pada Badan
Perencanaan Pembangunan Daerah
Kabupaten Asahan
SUMBER DAYA MANUSIA
a.
b.
c.
d.
e.
Tingkat Pendidikan
Keterampilan
Pengalaman
Pendidikan dan Pelatihan
Gaji dan Kompensasi
KOORDINASI
a. Struktur Organisasi
b. Rencana
Gambar 2.1. Kerangka Berpikir
Dari gambar kerangka berpikir maka dapat diidentifikasi konsep dan aspek
penelitian. Adapun konsep dan aspek penelitian tersebut adalah:
1. Efektivitas Penyusunan Rencana Pembangunan Daerah pada Bappeda Kabupaten
Asahan sebagai konsep penelitian yang dinilai dan di analisis dari aspek sumber
daya manusia dengan sub aspek tingkat pendidikan, keterampilan, pengalaman,
pendidikan dan pelatihan (Diklat) serta gaji dan kompensasi, sedangkan aspek
Koordinasi dengan sub aspek struktur organisasi dan rencana.
Universitas Sumatera Utara
2. Sumber daya manusia dan koordinasi merupakan aspek penelitian sebagai penilai
dalam konsep Efektivitas Penyusunan Rencana Pembangunan Daerah pada
Bappeda Kabupaten Asahan.
Universitas Sumatera Utara
Download