TINJAUAN PUSTAKA iPS dan ditransplantasikan kembali untuk berdiferensiasi sesuai kebutuhan jaringan resipien tanpa risiko reaksi penolakan jaringan. Beberapa hal yang perlu diperhatikan sebelum proses translasi adalah23 1) menghilangkan genom virus yang terintegrasi 2) menghilangkan risiko terbentuknya tumor 3) protokol diferensiasi yang efisien, dan terakhir 4) melakukan sequencing DNA koloni sel iPS yang menjadi kandidat untuk digunakan dalam terapi. Genom sel hasil induksi lalu dibandingkan dengan genom sel resipien sehingga mutasi yang terjadi selama proses transduksi dapat diidentifikasi.24 Sel iPS menjanjikan masa depan yang menarik, baik di bidang penelitian dasar maupun aplikasi klinis. Tidak adanya problem etika seperti pada sel punca embrional menyebabkan penelitan sel iPS meningkat secara eksponensial hanya dalam 4 tahun sejak terobosan oleh Yamanaka pada tahun 2006. Kendala yang ada menunjukkan teknologi ini masih pada tahap awal dan membutuhkan lebih banyak perhatian dari komunitas ilmiah. TINJAUAN PUSTAKA DAFTAR PUSTAKA 1. Dimos JT et al. Induced pluripotent stem cells generated from patients with ALS can be differentiated into motor neurons. Science 2008;321:1218-21. 2. Viczian AS SE, Lyou Y, Zuber ME. Generation of functional eyes from pluripotent cells. PLoS Biology 2009;7. 3. Lamba DA, McUsic A, Hirata RK, Wang P-R, Russell D, Reh TA. Generation, purification and transplantation of photoreceptors derived from human induced pluripotent stem cells. PLoS ONE 2010; 5. 4. Wernig M et al. Neurons derived from reprogrammed fibroblasts functionally integrate into the fetal brain and improve symptoms of rats with Parkinson's disease. Proc. Natl. Acad. Sci. 2008;105:5856-61. 5. Stem Cells Basics. National Institute of Health, 2009 6. Alberio R, Campbell KH, Johnson AD. Reprogramming somatic cells into stem cells. Reproduction 2006;132:709-20. 7. Gurdon JB, Melton DA. Nuclear reprogramming in cells. Science 2008;322:1811-5. 8. Yamanaka S. Pluripotency and nuclear reprogramming. Philosophical Trans. Royal Soc. B: Biol.Sci. 2008; 363:2079-87. 9. Suhr ST, Chang EA, Rodriguez RM, Wang K, Ross PJ, Beyhan Z, Murthy S, Cibelli JB. Telomere dynamics in human cells reprogrammed to pluripotency. PLoS ONE 2009; 4. 10. Eminli S, Utikal J, Arnold K, Jaenisch R, Hochedlinger K. Reprogramming of neural progenitor cells into induced pluripotent stem cells in the absence of exogenous Sox2 expression. Stem Cells 2008; 26: 2467-74. 11. Geoghegan EBL. Mouse induced pluripotent stem cells. Int.J.Dev.Biol. 2008; 52. 12. Aoi T et al. Generation of pluripotent stem cells from adult mouse liver and stomach cells. Science 2008; 321: 699-702. 13. Freund CD,Gkatzis RP, Ward-van Oostwaard K, D, Mummery CL. The first reported generation of human induced pluripotent stem cells (iPS cells) and iPS cell derived cardiomyocytes in the Netherlands. Netherlands Heart Journal 2010;18. 14. Tat PA, Sumer H, Jones KL, Upton K, Verma PJ. The efficient generation of induced pluripotent stem (iPS) cells from adult mouse adipose tissue-derived and neural stem cells. Cell Transplantation 2010. 15. Welstead GG, Brambrink T, Jaenisch R. Generating iPS cells from MEFS through forced expression of Sox-2, Oct-4, c-Myc, and Klf4. JoVe 2008; 14. 16. Hamilton B, Feng Q, Ye M, Welstead GG. Generation of induced pluripotent stem cells by reprogramming mouse embryonic fibroblasts with a four transcription factor, Doxycycline Inducible Lentiviral Transduction System. JoVe 2009; 33. 17. Stadtfeld M, Nagaya M, Utikal J, Weir G, Hochedlinger K. Induced pluripotent stem cells generated without viral integration. Science 2008; 322: 945-9. 18. Okita K, Nakagawa M, Hyenjong H, Ichisaka T, Yamanaka S. Generation of mouse induced pluripotent stem cells without viral vectors. Science 2008;322:949-53. 19. Zhou H et al. Generation of induced pluripotent stem cells using recombinant proteins. 2009; 4: 381-4. 20. Shao L, Wu W-S. Gene-delivery systems for iPS cell generation. Expert Opinion on Biological Therapy 10, 231-42. 21. Sun N, Longaker MT, Wu JC. Human iPS cell-based therapy considerations before clinical applications. Cell Cycle 2010;8. 22. Cohen JB, Krause DS. Understanding the mysteries of iPS cells. Yale J. Biol. Med. 2009;82. 23. Rolletschek A, Wobus AM. Induced human pluripotent stem cells: promises and open questions. Biological Chemistry 2009;390: 845-9. 24. Nakayama M. Cell therapy using induced pluripotent stem (iPS) cells meets next-next generation DNA sequencing technology. Current Genomics 2009;10. Peranan RNA interference pada Embryonic Stem Cell Dwi Agustina, Caroline T. Sardjono, Boenjamin Setiawan, Ferry Sandra Stem Cell and Cancer Institute, Kalbe Pharmaceutical Company, Jakarta 13210, Indonesia ABSTRAK Mekanisme diferensiasi embryonic stem cell (ESC) masih terus dipelajari. ESC memungkinkan produksi berbagai jenis sel secara in vitro untuk pengobatan penyakit degeneratif. Salah satu cara untuk mengembangkan potensi tersebut adalah dengan pengontrolan pengarahan diferensiasi ESC untuk menghasilkan populasi jenis sel yang spesifik. Berbagai penelitian menunjukkan berbagai metode untuk memurnikan jenis sel yang akan diarahkan dari ESC, dengan tujuan meningkatkan spesifisitas sel. Tidak menutup kemungkinan dipakainya metode penekanan terhadap ekspresi gen tertentu sehingga hanya ekspresi gen yang diinginkanlah yang akan terekspresi. RNA interference (RNAi) merupakan salah satu cara ekspresi gen tertentu dihambat secara in vitro. RNAi menguraikan double-stranded RNA (dsRNA), paling umum dikenal sebagai short-interfering RNA (siRNA), menyebabkan penurunan target mRNA yang homolog. Akan dijelaskan peranan RNAi dalam ESC; para peneliti berfokus pada proses diferensiasi ESC yang melibatkan penurunan ekspresi gen Oct4, yang berperan menjaga tahap undifferentiated dari ESC. Kata Kunci: Embryonic stem cell, perkembangan, RNA interference, gen Oct4, diferensiasi. Pendahuluan Embryonic stem cell (ESC), yang memiliki kemampuan untuk memperbanyak dirinya secara terus-menerus dan berdiferensiasi menjadi berbagai jenis sel secara in vitro, sangat menjanjikan dalam bidang pengobatan penyakit degeneratif. Kunci untuk membuka potensi ini adalah dengan mengembangkan metode untuk mengendalikan ekspresi gen dan, sebagai hasilnya, diferensiasi sel. Sel ini juga menyediakan suatu sistem untuk mempelajari dasar mekanisme molekular yang mengendalikan awal perkembangan. Tantangan terbesar saat ini adalah bagaimana mengembangkan metode pengarahan diferensiasi ESC dengan pengontrolan untuk menghasilkan populasi individu dari jenis sel yang spesifik. Pemahaman jalur molekular yang menerangkan pluripotensi ESC, self-renewal, dan diferensiasi sangat penting untuk memecahkan tantangan tersebut.4,5,9 Beberapa tahun terakhir, RNA interference (RNAi) merupakan teknik yang sangat berpotensi untuk menghambat ekspresi gen secara in vitro. Sampai saat ini, beberapa penelitian menunjukkan bahwa RNAi bekerja di dalam Planaria, Trypanosoma, lalat, mencit, dan tumbuhan. Penelitian-penelitian tersebut dapat dijadikan acuan yang mendasari digunakannya RNAi untuk inaktivasi gen pada manusia.6 C DK 1 8 6 / Vo l. 38 no. 5/Jul i -A g us tus 2011 331 332 Pemahaman tentang RNAi dapat menjelaskan proses ketika double-stranded RNA (dsRNA), paling umum dikenal sebagai short-interfering atau small-interfering RNA (siRNA), menyebabkan penurunan target mRNA yang homolog. Dalam lintasan tersebut, siRNA untai ganda (double stranded) dipercaya bertemu dengan suatu rangkaian protein, dikenal sebagai RNAinduced silencing complex (RISC), yang mengatur hibridisasi urutan antisense siRNA ke urutan target komplementernya dan memulai pembelahan mRNA target. Walaupun RNAi sangat menjanjikan sebagai alat untuk mempelajari dasar biologi stem cell atau untuk mengarahkan diferensiasi dengan cara spesifik, penghambat efisiensi gen peredam dapat membatasi kegunaan RNAi. Efisiensi transfeksi yang tinggi memerlukan identifikasi urutan siRNA yang aktif dan spesifik, yang hingga saat ini masih menjadi tantangan bagi peneliti stem cell yang menggunakan teknik RNAi.4 RNAi dapat dimanfaatkan untuk memanipulasi pemberian lintasan sinyal spesifik dalam waktu tertentu; hal tersebut akan mempengaruhi pemilihan lintasan spesifik diferensiasi stem cell yang pluripoten. Untuk menyelidiki kemungkinan tersebut, RNAi telah digunakan untuk menentukan apakah faktor transkripsi Oct4 diperlukan untuk menjaga tahap tidak berdiferensiasi ESC dan apakah penekanan ekspresi Oct4 dapat menyebabkan diferensiasi ke arah trophectoderm. ESC mencit menunjukkan adanya ketergantungan akan tingkat ekspresi Oct4 untuk menjaga agar stem cell tidak berdiferensiasi, termasuk tidak terjadinya diferensiasi ke arah trophectoderm.5 RNA interference Asam ribonukleat (ribonucleic acid, RNA) adalah bahan genetik yang memainkan peran utama dalam ekspresi genetik. Dalam dogma pokok genetika molekular, RNA merupakan perantara informasi yang dibawa DNA dan ekspresi fenotipik yang diwujudkan dalam bentuk protein.8 RNA hadir di alam dalam berbagai wujud atau tipe. Sebagai bahan genetik, RNA berwujud sepasang pita (dsRNA). Dalam genetika molekular klasik, telah dikenal tiga tipe RNA yang terlibat dalam proses sintesis protein:14 1. RNA-kurir (messenger-RNA, mRNA), yang berfungsi menyandi urutan asam amino pada polipeptida; 2. RNA-ribosom (ribosomal-RNA, rRNA), yang -- bersama protein ribosomal -- berfungsi membentuk ribosom sebagai tempat sintesis protein; 3. RNA-transfer (transfer-RNA, tRNA), yang berfungsi membawa asam amino ke ribosom pada saat translasi. C D K 1 8 6 / V o l . 3 8 n o . 5 / J u l i- Ag u s t u s 2 0 1 1 TINJAUAN PUSTAKA Pada tahun 2006, Mello dan Fire menerima Nobel untuk penelitian mereka yang dimulai sejak tahun 1998, ketika bersama SiQun Xu, Mary Montgomery, Stephen Kostas, dan Sam Driver mempublikasikan tulisan ilmiah yang menceritakan bagaimana potongan kecil RNA menghancurkan mRNA (RNA-kurir) sebelum dapat memproduksi protein. Hal ini dapat menghilangkan dampak gen tertentu, dan memungkinkan manusia untuk memerangi penyakit, seperti AIDS dan kanker.15 Pada akhir abad ke-20 dan awal abad ke-21, diketahui RNA hadir dalam berbagai bentuk dan terlibat dalam proses pasca-translasi. Dalam pengaturan ekspresi genetik, kini dikenal RNA-mikro (miRNA), yang terlibat dalam "peredaman gen" atau gene silencing, dan siRNA, yang terlibat dalam proses pertahanan terhadap serangan virus. siRNA berperan menghapuskan mRNA target, sedangkan miRNA biasanya mengontrol tingkat transkripsi mRNA target dan, dengan demikian, menghalangi proses translasi protein.11,14,15 Dicer mengandung dua daerah RNase III dan satu daerah PAZ (Piwi Argonaute Zwille domain). Perbedaan molekul kedua bagian tersebut ditentukan dari panjang dan sudut connector helix, yang menentukan panjang siRNA yang akan diproduksi.13 Pada mamalia, dsRNA yang panjang akan mengaktifkan protein kinase R (PKR) dan RNaseL, yang berperan sebagai kunci lintasan sinyal interferon, yang akan menyebabkan tidak spesifiknya efek yang diinginkan; sementara itu, siRNA cukup pendek untuk melewati bagian tersebut. Di dalam RNAi, potongan kecil RNA untai ganda (siRNA; small interfering RNA) disintesis secara kimiawi dan langsung masuk ke sel, atau diekspresikan dari vektorvektor DNA. Di dalam sel, siRNA dapat mendorong penurunan messenger RNA (mRNA) yang berisi urutan tepat siRNA. mRNA adalah produk transkripsi DNA, yang secara normal dapat diterjemahkan ke dalam protein. Penurunan mRNA akibat induksi siRNA merupakan proses rumit yang melibatkan beberapa tahapan, dimulai dengan penempelan siRNA pada RISC (RNA-induced silencing complex), diikuti aktivasi RISC, yang menghasilkan pengenalan terhadap mRNA target, dan akhirnya terjadi penurunan mRNA target. Teknik siRNA sangat disukai karena mampu mengganggu fungsi gen tertentu tanpa mempengaruhi gen lain yang terkait. Pada mamalia, bagian kecil dsRNA memiliki panjang kurang dari 30 pasang basa dan direkrut oleh RNA yang akan menginduksi peredaman yang kompleks, mendorong ke arah pecahnya RNA yang homolog dalam suatu proses yang dikenal sebagai RNA interference (RNAi).2,3,17,19 RNAi telah menjadi suatu alat penting untuk menganalisis fungsi suatu gen melalui penekanan terhadap produk gen tertentu, dan telah digunakan secara luas dalam penelitianpenelitian pada Caenorhabditis elegans. Pada tahun 1998, ditemukan bahwa injeksi dsRNA pada C. elegans lebih efektif dalam menekan ekspresi gen dibanding single-stranded antisense RNA. Baru-baru ini, RNAi telah terbukti bermanfaat dalam studi pada sistem mamalia, termasuk ESC dari mencit dan manusia. Tantangan utama teknik siRNA adalah meningkatkan efisiensi masuknya dsRNA ke sel mamalia yang hanya terjadi dalam jangka waktu pendek (bersifat sementara).6,15,16,20 RNAi merupakan gen yang sangat spesifik. dsRNA meliputi sedikitnya sekitar 300 bp urutan penyandian yang homolog; ukuran dan jumlah urutan penyandian spesifik yang harus ada sampai saat ini belum dipahami. Proses ini dapat berjalan jika terdapat introns pada RNAi yang diharapkan.1 Secara alami, RNAi diaktifkan oleh dsRNA, yang sebelumnya dibelah oleh suatu enzim ribonuclease III yang dikenal dengan sebutan “Dicer” (Gambar 1). Enzim Dicer akan memotongmotong dsRNA menjadi siRNA dengan panjang sekitar 20-26 nukleotida. C DK 1 8 6 / Vo l. 38 no. 5/Jul i -A g us tus 2011 TINJAUAN PUSTAKA Urutan spesifik RNAi telah ditunjukkan dalam embrio mencit tahap preimplantasi dan dalam oosit melalui penyuntikan dsRNA. Ketika dimasukkan ke zigot mencit, dsRNA terbukti efektif menekan GFP (green fluorescent protein) selama tahapan blastosit sampai E6.5. Hasil penelitian terbaru menunjukkan bahwa ESC yang dijaga dalam tahap tidak berdiferensiasi atau tahap diferensiasi juga dapat merespons dsRNA untuk "peredaman gen" (gene silencing). Dalam penelitian lain, dsRNA digunakan untuk menekan ekspresi PU.1 dan C/EBPα dalam sel CD34+ pada EB. PU.1 merupakan pengatur pusat seluruh garis keturunan hematopoietik dan aktivitas stem cell. Sementara itu, C/EBP α (CCAAT/enhancer binding protein alpha) merupakan salah satu faktor transkripsi spesifik dari garis keturunan hematopoietik. Akibatnya, tingkatan ekspresi reseptor sel M-CSF (CD115), target PU.1, dan C/EBPα menurun selama 2-3 hari setelah transfeksi. Dengan keberhasilan RNAi menekan gen pada ESC dan penemuan terbaru yang memasukkan siRNA ke sel mamalia, RNAi mungkin efektif sebagai alat untuk mempelajari diferensiasi ESC dan untuk terapi gen.16 RNA interference dalam ESC RNAi dapat digunakan pula sebagai metode untuk menguji fungsi suatu gen, yaitu dengan mengurangi ekspresi gen yang diinginkan (Gambar 2). Alasannya terutama karena RNAi dapat bekerja secara efisien di dalam sel somatik, ditambah dengan beberapa kemajuan dalam penerapan teknologi ini pada ESC.17 Kemampuan menghasilkan ESC yang stabil lewat upaya modifikasi secara genetik membuka pemahaman baru mengenai diferensiasi dan self-renewal ESC. Sebagai contoh, gen-gen pelapor dapat digunakan untuk mengikuti ekspresi protein yang telah ditentukan selama diferensiasi, ekspresi dapat ditingkatkan, dan siRNA dapat dimasukkan ke dalam sel untuk menurunkan ekspresi protein tersebut.4 Gambar 1. Sel dapat menggunakan protein Dicer untuk memotong dsRNA, membentuk siRNA. Suatu siRNA dapat diproses pada single strand anti-sense RNA dan digunakan untuk menghancurkan mRNA. Beberapa protein (berbentuk oval dan berwarna) diperlukan untuk efisiensi RNAi. Proses tersebut dikenal sebagai RNA-induced silencing complex (RISC).15 333 Penelitian Matin et al. (2004), Hay et al. (2004), Gerrard et al. (2005), Zaehres et al. (2005), dan Hough et al. (2006) menunjukkan bahwa RNAi efektif untuk menurunkan regulasi gen yang diinginkan pada ESC. Gen target adalah Oct4 dan Nanog; kedua faktor transkripsi ini berfungsi sebagai pengatur utama pluripotensi dan self-renewal pada ESC.4,5,7,10,18 334 Gambar 2. Penggunaan RNAi untuk modifikasi stem cell.17 Telah diketahui sebelumnya bahwa tingkatan ekspresi Oct4 menentukan arah perkembangan ESC. Pada mESCs, peningkatan regulasi berhubungan dengan komitmen ke arah extraembryonic endoderm dan mesoderm, sedangkan penurunan regulasi ke arah pembentukan trophectoderm. Penggunaan RNAi menghambat Oct4 dalam mESCs dan human embryonic stem cell (hESC) menandai peranan Oct4 dalam menjaga pluripotensi dengan mencegah terjadinya diferensiasi ke arah extraembryonic lineages. 4,10 Tidak seperti Oct4, overekspresi Nanog dapat mengesampingkan kebutuhan leukemia inhibitory factor (LIF) untuk menjaga tahap pluripoten dalam kultur mESC. Dari penelitian tersebut, diketahui bahwa senyawa RNAi dapat digunakan untuk menurunkan regulasi ekspresi Nanog atau Oct4 secara spesifik dan efektif, mendorong ke arah perubahan fenotip yang berhubungan dengan diferensiasi ke arah extraembryonic lineages.4,10 Waktu optimal RNAi dalam mempengaruhi ekspresi Oct4 telah dilaporkan oleh Matin dkk. pada tahun 2004. Pada penelitian tersebut, sel-sel 2102Ep diberi perlakuan dengan Oct4 dan β2M siRNA, kemudian ekspresi Oct4 dianalisis dengan western blot pada hari ke-3, ke-5, dan ke-7 setelah RNAi. Tingkatan ekspresi protein Oct4 terlihat konstan pada kultur yang diberi perlakuan siRNA pada β2M. Sebagai pembanding, terjadi penurunan regulasi pada hari ke-3 dan ke-5 setelah perlakuan dengan Oct4 siRNA, dan nilai tersebut mulai dipulihkan dalam 7 hari (Gambar 3).5 Gambar 3. siRNA diarahkan untuk menurunkan regulasi ekspresi protein Oct4. Uji western blot menunjukkan ekspresi Oct4 pada sel 2102Ep yang diberi siRNA, begitu juga dengan β2M (jalur 1, 3, dan 5) atau Oct4 (jalur 2, 4, dan 6) setelah 3 hari (jalur 1, 2), 5 hari (jalur 3, 4), dan 7 hari (jalur 5, 6).5 Selain gen Oct4 dan Nanog, faktor transkripsi lain yang juga menjaga pluripotensi adalah Sox2 dan Stat3. Dalam penelitian Wegmüller dkk. pada tahun 2007, dilakukan penekanan Stat3 pada CCS ESC yang menyebabkan teramatinya penanda morfologis dan biokimiawi untuk tahapan diferensiasi. Selain itu, dilakukan pula induksi RNAi spesifik terhadap posttranscriptional regulator Brf1 (Zfp36L1) yang C D K 1 8 6 / V o l . 3 8 n o . 5 / J u l i- Ag u s t u s 2 0 1 1 TINJAUAN PUSTAKA Pada tahun 2006, Mello dan Fire menerima Nobel untuk penelitian mereka yang dimulai sejak tahun 1998, ketika bersama SiQun Xu, Mary Montgomery, Stephen Kostas, dan Sam Driver mempublikasikan tulisan ilmiah yang menceritakan bagaimana potongan kecil RNA menghancurkan mRNA (RNA-kurir) sebelum dapat memproduksi protein. Hal ini dapat menghilangkan dampak gen tertentu, dan memungkinkan manusia untuk memerangi penyakit, seperti AIDS dan kanker.15 Pada akhir abad ke-20 dan awal abad ke-21, diketahui RNA hadir dalam berbagai bentuk dan terlibat dalam proses pasca-translasi. Dalam pengaturan ekspresi genetik, kini dikenal RNA-mikro (miRNA), yang terlibat dalam "peredaman gen" atau gene silencing, dan siRNA, yang terlibat dalam proses pertahanan terhadap serangan virus. siRNA berperan menghapuskan mRNA target, sedangkan miRNA biasanya mengontrol tingkat transkripsi mRNA target dan, dengan demikian, menghalangi proses translasi protein.11,14,15 Dicer mengandung dua daerah RNase III dan satu daerah PAZ (Piwi Argonaute Zwille domain). Perbedaan molekul kedua bagian tersebut ditentukan dari panjang dan sudut connector helix, yang menentukan panjang siRNA yang akan diproduksi.13 Pada mamalia, dsRNA yang panjang akan mengaktifkan protein kinase R (PKR) dan RNaseL, yang berperan sebagai kunci lintasan sinyal interferon, yang akan menyebabkan tidak spesifiknya efek yang diinginkan; sementara itu, siRNA cukup pendek untuk melewati bagian tersebut. Di dalam RNAi, potongan kecil RNA untai ganda (siRNA; small interfering RNA) disintesis secara kimiawi dan langsung masuk ke sel, atau diekspresikan dari vektorvektor DNA. Di dalam sel, siRNA dapat mendorong penurunan messenger RNA (mRNA) yang berisi urutan tepat siRNA. mRNA adalah produk transkripsi DNA, yang secara normal dapat diterjemahkan ke dalam protein. Penurunan mRNA akibat induksi siRNA merupakan proses rumit yang melibatkan beberapa tahapan, dimulai dengan penempelan siRNA pada RISC (RNA-induced silencing complex), diikuti aktivasi RISC, yang menghasilkan pengenalan terhadap mRNA target, dan akhirnya terjadi penurunan mRNA target. Teknik siRNA sangat disukai karena mampu mengganggu fungsi gen tertentu tanpa mempengaruhi gen lain yang terkait. Pada mamalia, bagian kecil dsRNA memiliki panjang kurang dari 30 pasang basa dan direkrut oleh RNA yang akan menginduksi peredaman yang kompleks, mendorong ke arah pecahnya RNA yang homolog dalam suatu proses yang dikenal sebagai RNA interference (RNAi).2,3,17,19 RNAi telah menjadi suatu alat penting untuk menganalisis fungsi suatu gen melalui penekanan terhadap produk gen tertentu, dan telah digunakan secara luas dalam penelitianpenelitian pada Caenorhabditis elegans. Pada tahun 1998, ditemukan bahwa injeksi dsRNA pada C. elegans lebih efektif dalam menekan ekspresi gen dibanding single-stranded antisense RNA. Baru-baru ini, RNAi telah terbukti bermanfaat dalam studi pada sistem mamalia, termasuk ESC dari mencit dan manusia. Tantangan utama teknik siRNA adalah meningkatkan efisiensi masuknya dsRNA ke sel mamalia yang hanya terjadi dalam jangka waktu pendek (bersifat sementara).6,15,16,20 RNAi merupakan gen yang sangat spesifik. dsRNA meliputi sedikitnya sekitar 300 bp urutan penyandian yang homolog; ukuran dan jumlah urutan penyandian spesifik yang harus ada sampai saat ini belum dipahami. Proses ini dapat berjalan jika terdapat introns pada RNAi yang diharapkan.1 Secara alami, RNAi diaktifkan oleh dsRNA, yang sebelumnya dibelah oleh suatu enzim ribonuclease III yang dikenal dengan sebutan “Dicer” (Gambar 1). Enzim Dicer akan memotongmotong dsRNA menjadi siRNA dengan panjang sekitar 20-26 nukleotida. C DK 1 8 6 / Vo l. 38 no. 5/Jul i -A g us tus 2011 TINJAUAN PUSTAKA Urutan spesifik RNAi telah ditunjukkan dalam embrio mencit tahap preimplantasi dan dalam oosit melalui penyuntikan dsRNA. Ketika dimasukkan ke zigot mencit, dsRNA terbukti efektif menekan GFP (green fluorescent protein) selama tahapan blastosit sampai E6.5. Hasil penelitian terbaru menunjukkan bahwa ESC yang dijaga dalam tahap tidak berdiferensiasi atau tahap diferensiasi juga dapat merespons dsRNA untuk "peredaman gen" (gene silencing). Dalam penelitian lain, dsRNA digunakan untuk menekan ekspresi PU.1 dan C/EBPα dalam sel CD34+ pada EB. PU.1 merupakan pengatur pusat seluruh garis keturunan hematopoietik dan aktivitas stem cell. Sementara itu, C/EBP α (CCAAT/enhancer binding protein alpha) merupakan salah satu faktor transkripsi spesifik dari garis keturunan hematopoietik. Akibatnya, tingkatan ekspresi reseptor sel M-CSF (CD115), target PU.1, dan C/EBPα menurun selama 2-3 hari setelah transfeksi. Dengan keberhasilan RNAi menekan gen pada ESC dan penemuan terbaru yang memasukkan siRNA ke sel mamalia, RNAi mungkin efektif sebagai alat untuk mempelajari diferensiasi ESC dan untuk terapi gen.16 RNA interference dalam ESC RNAi dapat digunakan pula sebagai metode untuk menguji fungsi suatu gen, yaitu dengan mengurangi ekspresi gen yang diinginkan (Gambar 2). Alasannya terutama karena RNAi dapat bekerja secara efisien di dalam sel somatik, ditambah dengan beberapa kemajuan dalam penerapan teknologi ini pada ESC.17 Kemampuan menghasilkan ESC yang stabil lewat upaya modifikasi secara genetik membuka pemahaman baru mengenai diferensiasi dan self-renewal ESC. Sebagai contoh, gen-gen pelapor dapat digunakan untuk mengikuti ekspresi protein yang telah ditentukan selama diferensiasi, ekspresi dapat ditingkatkan, dan siRNA dapat dimasukkan ke dalam sel untuk menurunkan ekspresi protein tersebut.4 Gambar 1. Sel dapat menggunakan protein Dicer untuk memotong dsRNA, membentuk siRNA. Suatu siRNA dapat diproses pada single strand anti-sense RNA dan digunakan untuk menghancurkan mRNA. Beberapa protein (berbentuk oval dan berwarna) diperlukan untuk efisiensi RNAi. Proses tersebut dikenal sebagai RNA-induced silencing complex (RISC).15 333 Penelitian Matin et al. (2004), Hay et al. (2004), Gerrard et al. (2005), Zaehres et al. (2005), dan Hough et al. (2006) menunjukkan bahwa RNAi efektif untuk menurunkan regulasi gen yang diinginkan pada ESC. Gen target adalah Oct4 dan Nanog; kedua faktor transkripsi ini berfungsi sebagai pengatur utama pluripotensi dan self-renewal pada ESC.4,5,7,10,18 334 Gambar 2. Penggunaan RNAi untuk modifikasi stem cell.17 Telah diketahui sebelumnya bahwa tingkatan ekspresi Oct4 menentukan arah perkembangan ESC. Pada mESCs, peningkatan regulasi berhubungan dengan komitmen ke arah extraembryonic endoderm dan mesoderm, sedangkan penurunan regulasi ke arah pembentukan trophectoderm. Penggunaan RNAi menghambat Oct4 dalam mESCs dan human embryonic stem cell (hESC) menandai peranan Oct4 dalam menjaga pluripotensi dengan mencegah terjadinya diferensiasi ke arah extraembryonic lineages. 4,10 Tidak seperti Oct4, overekspresi Nanog dapat mengesampingkan kebutuhan leukemia inhibitory factor (LIF) untuk menjaga tahap pluripoten dalam kultur mESC. Dari penelitian tersebut, diketahui bahwa senyawa RNAi dapat digunakan untuk menurunkan regulasi ekspresi Nanog atau Oct4 secara spesifik dan efektif, mendorong ke arah perubahan fenotip yang berhubungan dengan diferensiasi ke arah extraembryonic lineages.4,10 Waktu optimal RNAi dalam mempengaruhi ekspresi Oct4 telah dilaporkan oleh Matin dkk. pada tahun 2004. Pada penelitian tersebut, sel-sel 2102Ep diberi perlakuan dengan Oct4 dan β2M siRNA, kemudian ekspresi Oct4 dianalisis dengan western blot pada hari ke-3, ke-5, dan ke-7 setelah RNAi. Tingkatan ekspresi protein Oct4 terlihat konstan pada kultur yang diberi perlakuan siRNA pada β2M. Sebagai pembanding, terjadi penurunan regulasi pada hari ke-3 dan ke-5 setelah perlakuan dengan Oct4 siRNA, dan nilai tersebut mulai dipulihkan dalam 7 hari (Gambar 3).5 Gambar 3. siRNA diarahkan untuk menurunkan regulasi ekspresi protein Oct4. Uji western blot menunjukkan ekspresi Oct4 pada sel 2102Ep yang diberi siRNA, begitu juga dengan β2M (jalur 1, 3, dan 5) atau Oct4 (jalur 2, 4, dan 6) setelah 3 hari (jalur 1, 2), 5 hari (jalur 3, 4), dan 7 hari (jalur 5, 6).5 Selain gen Oct4 dan Nanog, faktor transkripsi lain yang juga menjaga pluripotensi adalah Sox2 dan Stat3. Dalam penelitian Wegmüller dkk. pada tahun 2007, dilakukan penekanan Stat3 pada CCS ESC yang menyebabkan teramatinya penanda morfologis dan biokimiawi untuk tahapan diferensiasi. Selain itu, dilakukan pula induksi RNAi spesifik terhadap posttranscriptional regulator Brf1 (Zfp36L1) yang C D K 1 8 6 / V o l . 3 8 n o . 5 / J u l i- Ag u s t u s 2 0 1 1 TINJAUAN PUSTAKA menghasilkan cardiomyocyte saat pembentukan EB. Hal ini menunjukkan bahwa Brf1 merupakan regulator yang berpotensi untuk pembentukan cardiomyocyte dari ESC.10.12 DAFTAR PUSTAKA 1. 2. 3. SIMPULAN Beberapa penelitian menunjukkan bahwa RNAi secara spesifik dapat digunakan untuk menurunkan regulasi ekspresi gen pada ESC, dengan konsekuensi pada perilaku sel. Dengan meningkatnya pemahaman mekanisme genetik yang mengontrol diferensiasi secara selular, pengaturan aktivitas gen oleh RNAi membuktikan manfaatnya untuk memanipulasi diferensiasi ESC. Hasil penelitian lain memperlihatkan bahwa, berlawanan dengan peranan LIF, faktor transkripsi lain, Oct4, terlihat memainkan peranan yang sama pada ESC manusia dan murine. Dari penelitian-penelitian tersebut, diharapkan akan berkembang suatu metode pengontrolan pengarahan diferensiasi ESC untuk menghasilkan populasi jenis sel yang spesifik. Hal ini dapat terwujud tidak hanya dengan memberikan sesuatu yang dapat meningkatkan kespesifikan sel, tetapi juga dengan menekan ekspresi gen tertentu, sehingga hanya ekspresi gen yang diinginkanlah yang akan terekspresi dan menghasilkan protein-protein yang dapat mengarahkan ESC menjadi sel yang spesifik. C DK 1 8 6 / Vo l. 38 no. 5/Jul i -A g us tus 2011 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. Anonim. Double-Stranded RNA Interference with Gene Expression: RNAi. 2007. http://avery.rutgers.edu/ WSSP/ StudentScholars/project. 15 Januari 2007. Denning C, Priddle H. New frontiers in gene targeting and cloning: success, application and challenges in domestic animals and human embryonic stem cells. Reproduction. 2003; 126: 1-11. Gong W, Ren Y, Xu Q, et al. Integrated siRNA design based on surveying of features associated with high RNAi effectiveness. BMC Bioinformatics. 2006; 7: 516. Hough SR, Clements I, Welch PJ, et al. Differentiation of mouse embryonic stem cells after RNA interferencemediated silencing of Oct4 and Nanog. Stem Cells. 2006; 24: 1467-75. Matin MM, Walsh JR, Gokhale PJ, et al. Specific knockdown of Oct4 and β2-microglobulin expression by RNA interference in human embryonic stem cells and embryonic carcinoma cells. Stem Cells. 2004; 22: 659-68. Milhavet O, Gary DS, Mattson MP. RNA interference in biology and medicine. Pharmacological Rev. 2003; 55: 629-48. Moore JC, van Laake LW, Braam SR, et al. Human embryonic stem cells: Genetic manipulation on the way to cardiac cell therapies. Reproductive Toxicology. 2005; 20: 377-91. Newsrx. Genomics and genetics weekly: RNA interference aids in inhibiting cell proliferation and gene expression. http://newsrx.com/newsletters/Genomics-and-Genetics-Weekly/2006-09-08.html. (15 Januari 2007). National Institutes of Health. Stem cells: Scientific progress and future research directions. 2001; http://www.nih.gov/ news/stemcell/scireport.htm. (1 Maret 2003). Pan G, Thomson JA. Nanog and transcriptional networks in embryonic stem cell pluripotency. Cell Research. 2007; 17: 42-9. Shivdasani RA. MicroRNAs: regulators of gene expression and cell differentiation. Blood. 2006; 108: 3646-3653. Wegmüller D, Raineri I, Gross B, Oakeley EJ, Moroni C. A cassette system to study ES cell differentiation by inducible RNA interference. Stem Cells published online Jan 11, 2007. Wikipedia. Dicer. 2007; http://en.wikipedia.org/wiki/Dicer. 14 Januari 2007. Wikipedia. RNA. 2007; http://en.wikipedia.org/wiki/RNA. 14 Januari 2007. Wikipedia. RNA interference. 2007; http://en.wikipedia.org/wiki/RNA interference. 14 Januari 2007. Wobus AM and Boheler KR. Embryonic stem cells: Prospects for developmental biology and cell therapy. Physiol Rev. 2005; 85: 635-78. Yu J, Thomson JA. Regenerative Medicine 2006: 1. Embryonic stem cells. 2006; http://www.nih.gov. 14 Januari 2007. Zaehres H, Lensch MW, Daheron L, et al. High-efficiency RNA interference in human embryonic stem cells. Stem Cells. 2005; 23: 299-305. Zhang X-N, Xiong W, Wang J-D, Hu Y-W, et al. siRNA-mediated inhibition of HBV replication and expression. World J Gastroenterol. 2004; 10(20): 2967-71. Zheng GD, Hidaka K, Morisaki T. Stable and uniform gene suppression by site-specific integration of siRNAexpression cassette in murine embryonic stem cells. Stem Cells. 2005; 23: 1028-34. 335 IKLAN FIXEF