BAB 2 KAJIAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Sebelumnya Uraian berikut ini akan memperlihatkan lima sumber penelitian sebelumnya yang berkaitan dengan judul penelitian yang akan dilakukan, yaitu: 1. Judul Penelitian Kualitas pelayanan & kepuasan konsumen pengaruhnya terhadap kesetiaan merek Kentucky Fried Chicken (KFC) megamall Manado Sumber Penelitian Elfri Ngutji, Altje tumbel, Jofie j Kotinsulu, Fakultas ekonomi dan bisnis, jurusan manajemen universitas Sam Ratulangi Manado; Vol 2 No. 1 Tahun Penelitian 2013 Variabel Kualitas Pelayanan & keopuasan konsumen (x) , kesetiaan merek (y) Obyek Penelitian Seluruh konsumen KFC Megamall Manado yang menjadi populasi untuk diteliti Metodologi Metode penelitian yang digunakan adalah metode asosiatif yang bertujuan untuk mengetahui hub antara variable penelitian dilakukan dengan mengambil sampel dari jumlah populasi yang telah ditentukan Hasil Penelitian Hasil penelitian menunjukkan kualitas pelayanan & kepuasan konsumen berpengaruh terhadap kesetiaan merkpada KFC Megamall Manado dengan nilai yang signifikan. Hal ini berarti bahwa jika 7 8 vaiabel kualitas pelayanan & kepuasan konsumen ditingkatkan maka tingkat kesetiaan merek juga akan meningkat, demikian juga sebaliknya jika kualitas pelayanan dan kepuasan konsumen mengalami penurunan maka tingkat kesetiaan konsumen terhadap merek akan menurun. Perbedaan Penelitian diatas mengenai pengaruh kualitas pelayanan & kepuasan konsumen terhadap kesetiaan merk. Sedangkan penelitian yang akan dilakukan yaitu mengenai pengaruh kualitas pelayanan terhadap loyalitas merek. Persamaan Kualitas pelayanan sebagai variabel bebas dan kesetiaan merek sebagai variabel terikat, seperti penelitian yang akan dilakukan. Kemudian menggunakan kuisioner sebagai alat pengumpulan data. 2. Judul Penelitian Pengaruh kualitas layanan, kualitas produk, kepuasan pelanggan terhadap kesetiaan merek Starbucks di Surabaya. Sumber Penelitian Dicky Budiman, Hastuti Naibaho, Amelio, Program Studi Manajemen Universitas Pelita Harapan Surabaya, Jurnal Gema Aktualita, Vol 2 No.1 Tahun Penelitian 2012 Variabel Kualitas layanan, kualitas produk, kepuasan pelanggan (x), kesetiaan merek (y) Obyek Penelitian Sekitar 137 responden yang pernah menggunakan Starbucks selama tiga bulan terakhir dan pernah menggunakan lebih dari dua kali selama 9 masa penelitian. Metodologi Metode dan jenis penelitian adalah kuantitatif. Pengumpulan data dilakukan melalui kuisioner. Pengujian dilakukan dengan menggunakan analisis regresi linear berganda melalui uji F dan uji T pada tingkat kepercayaan 25% (α = 0.05) Hasil Penelitian Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa secara serempak kualitas pelayanan & kualitas produk berpegaruh positif terhadap kepuasan pelanggan. Secara parsial, kualitas layanan & kualitas produk berpengaruh positif terhadap kepuasan pelanggan dan kepuasan pelanggan berpengaruh positif terhadap kesetiaan merk Starbucks di Surabaya Perbedaan Dalam penelitian diatas digunakan dua variabel x yaitu kualitas layanan dan kualitas produk yang merupakan variabel yang dapat mempengaruhi keberadaan variabel y yaitu kesetiaan merek. Sedangkan penelitian yang akan dilakukan yaitu mengenai kualitas pelayanan sebagai variabel x dan kesetiaan merek sebagai variabel y. Penelitian diatas menggunakan uji regresi berganda, sedangkan penelitian yang akan dilakukan menggunakan uji regresi linear sederhana. Persamaan Adanya variabel kualitas pelayanan dan kesetiaan merek ubtuk diteliti. Teknik pengumpulan data menggunakan kuisioner, menggunakan uji reliabilitas dan uji validitas. 3. Judul Penelitian Building Telecoms Service Quality for Brand Loyalty 10 Sumber Penelitian Jeremiah Iyamabo and Olutayo Otubanjo from Lagos Business School, Pan – African University, Lagos, Nigeria.Grace Ndukwe from National Open University of Nigeria, Victoria Island, Lagos, Nigeria. International Business Research ; vol 6 No.4 Tahun Penelitian 2013 Variabel Service quality (X) dan Brand Loyalty (Y) penelitian Obyek Penelitian Sekitar 150 responden pelanggan MTN didapat dari teknik simple random sampling Metodologi Pengumpulan data menggunakan metode survei, penghambilan sampel menggunakan teknik simple random sampling Kesimpulan Untuk mencapai loyalitas merek dalam perusahaan jasa, penting untuk memusatkan perhatian dan menyelaraskan dengan nilai-nilai emosional & psikososial pelanggan dalam menyediakan layanan. Perbedaan Dalam penelitian ini sampel diambil dari pihak internal & eksternal perusahaan, dan penelitian ini meninjau cara untuk loyalitas merek. Sedangkan dalam penelitian yang sedang dilakukan sampel diambil dari pihak eksternal dan penelitian dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh kualitas pelayanan terhadap loyalitas merek Persamaan Variabel X dan Y yang digunakan dalam penelitian sama. Judul Penelitian Testing the role of service quality on the development of brand 4. 11 association and brand loyalty. Sumber Penelitian K. Alexandris, S. Douka, P. Papadopoulos and A. Kaltsatou, from Aristotle University of Thessaloniki, Thessalonik, Greece. Managing Service Quality Vol. 18 No. 3 Tahun Penelitian 2009 Variabel Service quality, Brand Association, Brand Loyalty Obyek Penelitian Sebanyak 165 kuisioner disebar dan dikumpulkan dari salah satu fitness club yang berlokasi di Greece Utara yang menjadi obyek dari penelitian. Metodologi Penelitian menggunakan uji validitas, reliabilitas, normalitas, analisis regresi, koefisien determinasi. Skala pengujian menggunakan skala likert. Kesimpulan Temuan dari keseluruhan penelitian ini menunjukkan bahwa diantara service quality, brand loyalty dan brand association memiliki dimensi yang saling berhubungan. Jika ingin membangun brand loyalty dan brand association maka kualitas pelayanan perlu ditingkatkan. Perbedaan Dalam penelitian ini, pengujian dilakukan terhadap tiga variabel, yaitu : service quality, brand loyalty dan brand association. Sedangkan dalam penelitian yang sedang dilakukan hanya menguji variabel Service Quality (X) dan Brand Loyalty (Y). Persamaan Variabel X yang digunakan dalam penelitian sama, yaitu variabel Service Quality. 12 5. Judul Penelitian Investigating the effects of service quality dimensions and expertise on loyalty Sumber Penelitian Ahmad jamal from Cardiff Business School, Cardiff, UK, and Kyriaki Anastasiadou from Bank of Greece, Thessaloniki, Greece. European Journal of Marketing Vol. 43 No. ¾. Tahun Penelitian 2009 Variabel Service quality dan Customer Loyalty penelitian Obyek Penelitian Sebanyak 200 kuisioner disebar dan dikumpulkan dari pelanggan bank di Greece. Metodologi Desain penelitian didasarkan pada pengujian deskriptif dan hipotesis. Data diuji menggunakan uji validitas, reliabilitas, normalitas. Kesimpulan Temuan dari keseluruhan penelitian ini menunjukkan bahwa indikator kualitas pelayanan yaitu reliabilitas, keberadaan, empati memberikan kontribusi dalam loyalitas. Perbedaan Dalam penelitian ini, pengujian dilakukan terhadap dimensi dari variabel service quality terhadap loyalitas pelanggan. Sedangkan dalam penelitian yang sedang dilakukan hanya menguji variabel Service Quality (X) dan Brand Loyalty (Y). Persamaan Variabel X yang digunakan dalam penelitian sama, yaitu variabel Service Quality. 13 2.2 Landasan Konseptual 2.2.1 Komunikasi Komunikasi berasal dari bahasa latin, yang terdiri dari dua kata, yaitu cum dan units. Kata cum yang berarti dengan atau bersama dengan, dan kata units yang berarti satu. Ketika di satukan kedua kata tersebut membentuk kata benda communio, yang dalam bahasa Inggris disebut dengan communion, yang berarti kebersamaan, persatuan, persekutuan, gabungan, pergaulan atau hubungan. Kata communio yang dibuat menjadi kata kerja communicate yang berarti membagi sesuatu dengan seseorang, melakukan proses tukar-menukar, membicarakan sesuatu dengan orang, memberitahukan sesuatu kepada seseorang, bercakap-cakap, bertukar pikiran, berhubungan dengan orang lain. Komunikasi berarti pemberitahuan, pembicaraan, percakapan, pertukaran pikiran, atau hubungan. (Nurjaman dan Umam, 2012: 35). Komunikasi merupakan suatu proses bentuk interaksi dimana seseorang menyampaikan sesuatu kepada orang lain, baik berupa pesan, ide, gagasan melalui gerakan tubuh, secara simbolik atau melalui media sehingga pesan tersebut dapat diterima atau di mengerti oleh si penerima pesan. Komunikasi sendiri merupakan hal yang sangat penting dalam kehidupan, karena tanpa adanya komunikasi, manusia tidak dapat saling mengerti apa yang mereka inginkan dan butuhkan, sehingga akan sulit untuk mencapai tujuan hidup mereka. (Mulyana, 2007: 147). Secara keseluruhan, definisi dari komunikasi adalah suatu proses yang dilakukan seseorang terhadap diri sendiri, orang lain, atau terhadap kelompok yang bertujuan untuk memberitahu, mengubah sikap, pendapat atau perilaku, baik secara lisan (langsung) ataupun tidak langsung (melalui media). 14 2.2.1.1 Unsur-Unsur Komunikasi Unsur komunikasi berarti bagian, komponen, dan elemen dalam komunikasi.Dalam komunikasi, terdapat tiga unsur mutlak yang harus dipenuhi, yaitu komunikator, komunikan, dan media/saluran.Ketiga unsur komunikasi itu merupakan kesatuan yang utuh dan bulat. Apabila salah satu unsur tidak terpenuhi, maka komunikasi tidak akan terjadi. Dengan demikian, setiap unsur dalam komunikasi mempunyai hubungan yang saling ketergantungan satu dengan yang lainnya.Dan berarti pula, komunikasi yang berhasil merupakan gabungan dari semua unsur tersebut. Unsur-unsur komunikasi tersebut (Nurjaman dan Uman, 2012: 36), yaitu: 1. Komunikator/ Sender/ Pengirim Komunikator atau Sender adalah orang yang menyampaikan pesan atau pernyataannya kepada komunikan.Komunikator bisa berupa perseorangan, kelompok, atau organisasi yang berperan sebagai pengirim berita. Tanggung jawab pengirim pesan adalah: a. Mengirim pesan dengan jelas; b. Memilih channel/saluran/media yang cocok untuk mengirim pesan; c. Meminta kejelasan tentang dapat tidaknya pesan diterima dengan baik. Untuk itu dalam penyampaian pesan, informasi atau berita, komunikator harus memperhatikan orang yang diajak berkomunikasi, pesan yang akan di sampaikan dan bagaimana cara menyampaikannya. Dalam menyampaikan pesan, komunikator harus menyesuaikan dengan tingkat penerimaan pesan dari pihak penerima pesan. 15 2. Komunikan/ Receiver/ Penerima Komunikan atau receiver adalah rekan komunikator dalam komunikasi, komunikan berperan sebagai penerima pesan. Jika dalam proses komunikasi, komunikan memberikan umpan balik kepada komunikator maka peran pengirim dan penerima pesan akan selalu bergantian sepanjang pembicaraan. Tanggung jawab penerima pesan adalah: a. Berkonsentrasi pada pesan sehingga mengerti dengan baik dan benar pesan yang disampaikan. b. Memberikan umpan balik pada pengirim untuk memastikan bahwa pesan yang disampaikan telah diterima dan dimengerti. 3. Channel/ Saluran/ Media Channel atau saluran adalah jalan yang digunakan oleh komunikator untuk menyampaikan isi pesan kepada komunikan. Pesan yang disampaikan dapat berupa kata-kata atau tulisan, gambaran, atau perantara lain yang dapat digunakan untuk mengirim pesan melalui channel yang berbeda, seperti telepon, televisi, faksimili, fotokopi, hand signal, e-mail, sandi morse, semafor, SMS, dan sebagainya. Dilihat dari unsur – unsur komunikasi tersebut, komunikator, komunikan, dan channel merupakan unsur komunikasi yang mempunyai hubungan dan saling ketergantungan antara satu dengan yang lainnya.Tiga unsur tersebut mutlak harus dipenuhi karena nerupakan kesatuan yang utuh dan bulat. 2.2.2 Komunikasi Interpersonal Komunikasi interpersonal merupakan komunikasi yang dilakukan antara dua orang yang memiliki suatu kepentingan dan dilakukan dengan cara face to face atau bertatap muka. Trenholm dan Jensen dalam (Suranto Aw, 2011: 3) di bukunya 16 Komunikasi Interpersonal mengatakan bahwa komunikasi interpersonal disebut juga dengan komunikasi diadik atau komunikasi yang dilakukan oleh dua individu secara tatap muka. Komunikasi interpersonal juga diartikan sebagai sebuah proses komunikasi yang dilakukan oleh dua manusia secara langsung dan dapat menerima reaksi langsung berupa komunikasi verbal maupun non-verbal dari lawan bicara. (Mulyana dalam Suranto Aw, 2011: 3). Komunikasi interpersonal bisa terjadi pada siapa saja dan dimana saja. Komunikasi juga dapat dilakukan untuk kepentingan dalam bidang apapun, bahkan untuk tujuan yang berbeda. Terjalinnya komunikasi interpersonal yang baik akan memberikan dampak yang baik bagi kedua belah pihak, sehingga dapat menciptakan dan membangun sebuah hubungan yang baik. 2.2.2.1 Teori Behavioral dan Kognitif Teori Behavior merupakan teori yang dicetuskan oleh Gage dan Berliner mengenai perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman. Teori ini berkembang dari ilmu psikologi yang memusatkan pengamatannya pada diri manusia secara individual. Salah satu konsep pemikiran dari teori ini adalah model S-R (Stimulus – Respon) yang menggambarkan proses informasi antara stimulus dan respon. Teori S – R ini mengansumsikan bahwa kata – kata verbal (lisan – tulisan), isyarat – isyarat non verbal, gambar – gambar, tindakan – tindakan tertentu akan merangsang orang lain untuk memberikan respon dengan cara tertentu. (Sasa Djuarsa, 2007) Maka teori ini dapat dianggap sebagai proses pertukaran atau perpindahan informasi. Proses ini dapat bersifat timbal balik dan mempunyai banyak efek. Setiap efek yang ditimbulkan dpaat mengubah tindakan komunikasi berikutnya. Dalam proses perpindahan informasi ada dua kemungkinan respon yang akan didapatkan setelah stimuli diberikan oleh komunikator, yaitu reaksi negatif dan reaksi positif. Reaksi positif terjadi apabila komunikan menerima stimuli dari komunikator dan memberikan reaksi seperti apa yang diharapkan oleh komunikator. Apabila 17 reaksi tidak diberikan seperti apa yang diharapkan komunikator maka reaksi inilah yang disebut reaksi negatif. Istilah “Cognitive” berasal dari kata cognition yang artinya adalah pengertian, mengerti. Pengertian yang lebih luas lagi didapat dari cognition (kognisi) adalah perolehan, penataan, dan penggunaan pengetahuan. Selanjutnya penggunaan istilah kognitif menjadi popular dalam salah satu wilayah psikologi manusia atau salah satu konsep umum yang mencakup semua bentuk pengenalan yang meliputi setiap perilaku mental yang berhubungan dengan masalah pemahaman, memperhatikan, memberikan, menyangka, pertimbangan, pengolahan informasi, pemecahan masalah, pertimbangan, membayangkan, memperkirakan, berpikir dan keyakinan. (Sasa Djuarsa, 2007) 2.2.3Public Relations 2.2.3.1 Pengertian Public Relations Menurut Scoot M. Cutip, Allen H. Center, dan Glen M. Broom dalam edisi keenam buku Effective Public Relations yang dikutip oleh Nurjaman dan Umam dalam buku Komunikasi dan Public Relations (2012: 103) bahwa, “Public relations adalah fungsi manajemen yang mengidentifikasikan, menetapkan, dan memelihara hubungan saling menguntungkan antara organisasi dan segala lapisan masyarakat yang menentukan keberhasilan atau kegagalan public relations.” Menurut Rachmat Kriyanto (2012: 2), public relations adalah proses membangun relasi, kepercayaan, dan kerjasama antara individu dengan individu dan organisasi dengan publiknya melalui strategi atau program komunikasi yang dialogis dan partisipatif. Maka secara keseluruhan definisi dari public relations adalah suatu usaha yang direncanakan secara terus – menerus dengan sengaja guna untuk membangun dan mempertahankan sebuah proses atau aktivitas yang bertujuan untuk menjalin komunikasi antara organisasi dengan pihak luar organisasi. 18 2.2.3.2 Tujuan dan Fungsi Public Relations 2.2.3.2.1 Tujuan Public Relations Menurut Rosady Ruslan (2001: 246) yang dikutip oleh Nurjaman dan Umam dalam buku Komunikasi dan Public Relation (2012: 113) tujuan dari public relations adalah sebagai berikut: 1. menumbuhkembangkan citra perusahaan yang positif untuk publik eksternal atau masyarakat dan konsumen; 2. mendorong tercapainya saling pengertian antara publik sasaran dengan perusahaan; 3. mengembangkan sinergi fungsi pemasaran dengan public relations; 4. efektif dalam membangun pengenalan merek dan pengetahuan merek; 5. mendukung bauran pemasaran. Secara keseluruhan, tujuan public relations adalah menciptakan, membangun, dan menjaga citra baik suatu lembaga, organisasi atau perusahaan agar menghasilkan kesetian konsumen terhadap produk atau merek yang ditawarkan oleh perusahaan. 2.2.3.2.2 Fungsi Public Relations Menurut Nurjaman dan Umam dalam buku Komunikasi dan Public Relation (2012: 115), fungsi public relations, yaitu sebagai berikut: 1. Kegiatan yang bertujuan memperoleh itikad baik, kepercayaan, saling pengertian, dan citra yang baik dari public atau masyarakat pada umumnya. 19 2. Memiliki sasaran untuk menciptakan opini publik yang bisa diterima dan menguntungkan semua pihak. 3. Unsur penting dalam manajemen guna mencapai tujuan yang spesifik, sesuai harapan publik, tetapi merupakan kekhasan organisasi atau perusahaan. Organisasi memiliki warna, budaya, citra, suasana, yang kondusif, dan menyenangkan, kinerja meningkat, dan produktivitas yang bisa dicapai secara optimal. 4. Usaha menciptakan hubungan yang harmonis antara organisasi atau perusahaan dengan publiknya, sekaligus menciptakan opini publik sebagai efeknya, yang sangat berguna sebagai input bagi organisasi atau perusahaan yang bersangkutan. Public relations lebih mengacu pada pihak perusahaan dengan membangun citra positif perusahaan, dan mendapatkan hasil yang lebih baik dari sebelumnya karena telah mendapatkan opini dan kritik dari konsumen. Jika fungsi public relations dilaksanakan dengan baik dan benar maka akan menjadi alat yang ampuh untuk memperbaiki, mengembangkan dan budaya organisasi. 2.2.4 Brand (Merek) 2.2.4.1 Sejarah Brand (Merek) Kata “brand” dalam bahasa Inggris berasal dari kata “brandr” dalam bahasa Old Norse, yang berarti “to burn”, hal ini mengacu pada pengidentifikasian ternak. Pada masa itu, pemilik peternakan menggunakan “cap” khusus yang digunakan untuk menandai ternak miliknya dan membedakannya dari ternak milik orang lain. Cap ini diibaratkan seperti 20 merek yang dapat membantu dan memudahkan konsumen untuk memilih produk yang ditawarkan. (Tjiptono, 2011: 47) Sejumlah bukti mengungkap bahwa merek dalam bentuk tanda identitas (identity marks) telah digunakan sejak ribuan tahun yang lalu. Tulisan dan gambar di dinding – dinding kuburan Mesir kuno menunjukkan bahwa ternak pada zaman itu telah diberi merek/tanda sejak tahun 2000 SM. Kemudian pada zaman Romawi kuno, toko – toko memakai gambar untuk mengidentifikasi produknya. Pada abad pertengahan, sejumlah bisnis dikendalikan oleh serikat pekerja yang memberikan semacam tanda sertifikasi kualitas.Kemudian pada abad 14 dan 15, tanda tersebut mulai menjadi entitas hukum di beberapa negara (seperti Jerman dan Inggris).Memasuki abad 20, hukum merek dagang (trademark law) telah mapan. Peranan merek dagang kemudian digunakan untuk mengidentifikasi perancang dan atau pemanufaktur spesifik (seperti Ford, Singer, Mercedez Benz, dan Heinz.Baru pada akhir abad 19 dan awal abad 20 para pemanufaktur mulai menggunakan merek untuk mengidentifikasi produk spesifik. 2.2.4.2 Definisi Brand (Merek) Menurut American Marketing Association yang dikutip oleh Kotler dan Keller dalam buku Manajemen Pemasaran, Edisi Ketiga Belas (2012: 258) mendefinisikan merek sebagai nama, istilah, tanda, lambang, atau desain, atau kombinasinya, yang dimaksudkan untuk mengidentifikasikan barang atau jasa dari salah satu penjual atau kelompok penjual dan mendiferensiasikan mereka dari para pesaing. Sedangkan menurut Nicolino dalam buku The Complete Ideal’s Guide: Brand Management, Edisi Pertama (2007: 1) “Merek merupakan 21 bisnis yang menarik untuk dikerjakan. Merek memiliki keberadaan tersendiri dan hampir selalu merefleksikan sikap, kekuatan, dan keahlian manajernya.” Menurut UU Merek No. 15 Tahun 2001 pasal 1 ayat 1, merek adalah tanda yang berupa gambar, nama, kata, huruf – huruf, angka – angka, susunan warna, atau kombinasi dari unsur – unsur tersebut yang memiliki daya pembeda dan digunakan dalam kegiatan perdagangan barang atau jasa. (Fandy Tjiptono, 2011: 3) Secara keseluruhan definisi merek adalah suatu nama, simbol, tanda, desain atau gabungan di antaranya untuk dipakai sebagai identitas suatu perorangan, organisasi atau perusahaan barang dan jasa untuk membedakan dengan produk jasa lainnya. Suatu merek yang kuat biasanya ditandai dengan dikenalnya suatu merek dalam masyarakat, asosiasi merek yang tinggi pada suatu produk, persepsi positif dari pasar dan kesetiaan pelanggan terhadap merek yang tinggi. Dengan adanya merek, maka diharapkan dapat memudahkan pelanggan dalam menentukan produk yang akan dipilih berdasarkan berbagai pertimbangan serta akan menimbulkan kesetiaan terhadap suatu merek (brand loyalty). Kesetiaan konsumen terhadap suatu merek atau brand melalui pengenalan, pilihan dan kepatuhan pada suatu merek. 2.2.4.3 Manfaat Brand (Merek) Menurut Fandy Tjiptono dalam buku Manajemen & Strategi Merek (2011: 43), merek bermanfaat bagi produsen dan konsumen. Bagi produsen, merek berperan sebagai: 1. Sarana identifikasi untuk memudahkan proses penanganan atau pelacakan produk bagi perusahaan, terutama dalam pengorganisasian sediaan dan pencatatan akuntansi. 2. Bentuk proteksi hukum terhadap fitur atau aspek produk yang unik. Merek bisa mendapatkan perlindungan properti intelektual. Nama 22 merek bisa diproteksi melalui merek dagang terdaftar (registered trademarks), proses pemanufakturan bisa dilindungi melalui hak paten, dan kemasan bisa diproteksi melalui hak cipta (copyrights) dan desain. Hak – hak properti intelektual ini memberikan jaminan bahwa perusahaan dapat berinvestasi dengan aman dalam merek yang dikembangkan dan meraup manfaat dari aset bernilai tersebut. 3. Signal tingkat kualitas bagi para pelanggan yang puas, sehingga mereka bisa dengan mudah memilih dan membelinya lagi di lain waktu. Loyalitas merek seperti ini menghasilkan predictability dan security permintaan bagi perusahaan dan menciptakan hambatan masuk yang menyulitkan perusahaan lain untuk memasuki pasar. 4. Sarana menciptakan asosiasi dan makna unik yang membedakan produk dari para pesaing. 5. Sumber keunggulan kompetitif, terutama melalui perlindungan hukum, loyalitas pelanggan, dan citra unik yang terbentuk dalam benak konsumen. 6. Sumber financial returns, terutama menyangkut pendapatan masa datang. Menurut Fandy Tjiptono dalam buku Manajemen & Strategi Merek (2011: 43), sedangkan bagi konsumen, merek bisa memberikan beraneka macam nilai melalui sejumlah fungsi dan manfaat potensial. NO FUNGSI MANFAAT BAGI PELANGGAN 1. Identifikasi Bisa dilihat dengan jelas; memberikan makna bagi produk; mudah mengidentifikasi produk yang dibutuhkan atau dicari. 2. Praktikalitas Memfasilitasi penghematan waktu dan energi melalui pembelian ulang identik dan loyalitas. 3. Jaminan Memberikan jaminan bagi konsumen bahwa mereka bisa mendapatkan kualitas yang sama sekalipun pembelian dilakukan 23 pada waktu dan di tempat berbeda. 4. Optimisasi Memberikan kepastian bahwa konsumen dapat membeli alternatif terbaik dalam kategori produk tertentu dan pilihan terbaik untuk tujuan spesifik. 5. Karakterisasi Mendapatkan konfirmasi mengenai citra diri konsumen atau citra yang ditampilkannya kepada orang lain. 6. Kontinuitas Kepuasan terwujud melalui familiaritas dan intimasi dengan merk yang telah digunakan atau dikonsumsi pelanggan selama bertahun-tahun 7. Hedonistik Kepuasan terkait dengan daya tarik merk, logo, dan komunikasinya. 8. Etis Kepuasan berkaitan dengan perilaku bertanggung jawab merek bersangkutan dalam hubungannya dengan masyarakat. Sumber : Fandy Tjiptono (2011) Merek sangat dibutuhkan oleh suatu produk karena selain merek memiliki nilai yang kuat, merek juga memiliki manfaat bagi produsen dan konsumen. Merek memungkinkan suatu perusahaan dapat membedakan dirinya dan produk yang dimiliki terhadap apa yang dimiliki oleh para pesaingnya, maka merek menjadi peran penting dalam pencitraan dan strategi pemasaran perusahaan, pemberian kontribusi terhadap citra, dan reputasi terhadap produk dari sebuah perusahaan di mata konsumen. 2.2.5 Brand Loyalty (Loyalitas Merek) 2.2.5.1 Definisi Brand Loyalty (Loyalitas Merek) Brand Loyalty (Loyalitas Merek) adalah suatu ukuran mengenai keterkaitan konsumen terhadap suatu merek, dimana ukuran ini mampu memberikan gambaran mengenai mungkin tidaknya konsumen beralih ke merek atau produk yang lain. (Durianto, Sugiarto, dan Sitinjak, 2004: 104) Menurut Freddy Rangkuti (2004: 60), pengertian loyalitas merekialah ukuran dari kesetiaan konsumen terhadap suatu merek. Apabila loyalitas 24 merek meningkat, maka kerentanan kelompok pelanggan dari serangan pesaing dapat dikurangi karena loyalitas merek secara langsung dapat diartikan sebagai penjualan di masa depan. Secara keseluruhan loyalitas merek digambarkan sebagai suatu komitmen yang dipegang teguh oleh pelanggan guna untuk melakukan pembelian ulang atau berlangganan dengan produk atau jasa yang disukai secara konsisten dimasa mendatang. 2.2.5.2 Indikator Brand Loyalty(Loyalitas Merek) Indikator dalam Brand Loyalty, diantaranya adalah : (Durianto, Sugiarto dan Sitinjak, 2004: 104) a. Switcher (Berpindah – pindah) Konsumen yang berada pada tingkat loyalitas ini dikatakan sebagai konsumen yang berada pada tingkat paling dasar. Semakin tinggi frekuensi konsumen pembeliannya dari untuk suatu berpindah merek ke dalam merek melakukan lain. dapat diidentifikasikan bahwa konsumen tingkat ini sebagai pembeli yang sama sekali tidak loyal atau tidak tertarik pada merek tersebut. b. Habitual Buyer (Pembelian yang bersifat kebiasaan) Pembelian yang berada pada tingkat loyalitas ini dapat dikategorikan sebagai pembeli yang puas dengan merek produk yang dikonsumsinya atau setidaknya mereka tidak mengalami ketidakpuasan dalam mengkonsumsi merek produk tersebut. c. Satisfied Buyer (Pembeli yang puas) Pada tingkatan ini, pembeli masuk dalam kategori puas bila mereka mengkonsumsi merek tersebut. Meskipun demikian ada kemungkinan bahwa mereka berpindah ke merek lain dengan menanggung switching cost (biaya peralihan) yang berhubungan 25 dengan waktu, uang atau resiko kinerja yang melekat dengan tindakan mereka beralih merek. d. Like the Brand (Menyukai merek) Pembeli yang masuk dalam kategori ini merupakan pembeli yang sungguh-sungguh menyukai suatu merek.Pada tingkatan ini dapat dijumpai perasaan emosional yang terkait pada merek. e. Committed Buyer (Pembeli yang komit) Pada tahap ini konsumen dianggap sebagai seorang pembeli yang setia, dimana mereka memiliki suatu kebanggaan menjadi pengguna merek dan mereka menganggap bahwa merek tersebut menjadi sangat penting bagi mereka baik dipandang dari segi fungsinya maupun dipandang sebagai suatu ekspresi mengenai siapa sebenarnya mereka. 26 Untuk memahami lebih lanjut mengenai tipe loyalitas merek dapatdilihat dalam gambar berikut : Committed Buyer Like The Brand Satisfied Buyer Habitual Buyer Switcher Gambar 2.2 Piramida Brand Loyalty Sumber : David A. Aker (Durianto, Sugiarto dan Sitinjak, 2004: 130) Tingkatan yang terdapat dalam indikator loyalitas merek tersebut menunjukkan jenis pelanggan dari tingkatan yang paling rendah tingkat loyalitasnya sampai dengan pelanggan yang memiliki tingkat loyalitas paling tinggi. Awalnya konsumen tidak tertarik pada merek, kemudian konsumen yang puas dengan merek produk yang dikonsumsi, kemudian pembeli masuk dalam kategori puas bila mereka mengkonsumsi merek tersebut, kemudian pembeli masuk ke tahap menyukai suatu merek dan pada tahap akhir konsumen dianggap sebagai seorang pembeli yang setia, dimana mereka memiliki suatu kebanggaan karena telah menjadi pengguna merek. 27 2.2.6 Kualitas Pelayanan 2.2.6.1 Definisi Kualitas Pelayanan Service merupakan sistem yang menyediakan sesuatu yang dibutuhkan publik, diorganisasikan oleh pemerintah atau perusahaan swasta (contohnya jasa ambulans, bis dan telepon); organisasi yang menyediakan sesuatu kepada public atau melakukan sesuatu bagi pemerintah (contohnya prison service, civil service, fire service, diplomatic service, health service, secret service, security service dan social service); bisnis yang pekerjaannya berupa melakukan sesuatu bagi pelanggan tetapi tidak menghasilkan barang (contohnya jasa finansial, perbankan, dan asuransi); keterampilan atau bantuan tertentu yang bisa ditawarkan seseorang; dan kondisi atau posisi menjadi pelayan atau pembantu (servant). Oxford Advanced Learner’s Dictionary dalam Tjiptono (2012: 4) Menurut Goetsch dan Davis dalam tjiptono (2005: 10), kualitas didefinisikan sebagai kondisi dinamis yang berhubungan dengan produk, jasa, sumber daya manusia, proses, dan lingkungan yang memenuhi atau melebihi harapan. Kualitas pelayanan merupakan suatu kondisi dinamis yang berhubungan dengan produk, jasa, manusia, proses dan lingkungan yang memenuhi atau melebihi harapan. Kualitas pelayanan biasanya dimulai dari kebutuhan pelanggan dan berakhir pada persepsi pelanggan. 2.2.6.2 Dimensi Kualitas Pelayanan Menurut Fandy Tjiptono dalam buku Service Management (2012: 174), terdapat lima dimensi kualitas pelayan, yaitu: 1. Reliabilitas (Reliability) 28 Berkaitan dengan kemampuan perusahaan untuk menyampaikan layanan yang dijanjikan secara akurat sejak pertama kali. 2. Daya Tanggap (Responsiveness) Berkenaan dengan kesediaan dan kemampuan penyedia layanan untuk membantu para pelanggan dan merespon permintaan mereka dengan segera. 3. Jaminan (Assurance) Berkenaan dengan pengetahuan dan kesopanan karyawan serta kemampuan mereka dalam menumbuhkan rasa percaya (trust) dan keyakinan pelanggan (confidence). 4. Empati (Empathy) Berarti bahwa perusahaan memahami masalah para pelanggannya dan bertindak demi kepentingan pelanggan, serta memberikan perhatian personal kepada para pelanggan dan memiliki jam operasi yang nyaman. 5. Bukti Fisik (Tangibles) Berkenaan dengan peralatan/perlengkapan, penampilan sumber fisik daya fasilitas manusia, dan layanan, materi komunikasi perusahaan. Keberhasilan suatu perusahaan dalam membangun bisnisnya, tidak luput dari peran pelayanan yang baik dan memuaskan pelanggan.Sehingga 5 dimensi kualitas pelayanan diatas dianggap penting untuk dijalankan oleh perusahaan untuk memuaskan dan memenuhi kebutuhan pelanggannya. 29 2.3 Kerangka Pemikiran X Y Kualitas Pelayanan Loyalitas Merk 1. Reliabilitas (Reliability) 2. Daya Tanggap (Responsiven ess) 3. Jaminan (Assurance) 4. Empati (Empathy) 5. Bukti Fisik (Tangibles) 1. Switcher 2. Habitual Buyer 3. Satisfied Buyer 4. Like the Brand 5. Comminted Buyer 30