Universitas Islam Indonesia Seminar Nasional Ilmu Manajemen Friday, 05 February 2010 Bertempat di Aula Utara Kampus FE UII, Prodi Ilmu Manajemen pada Kamis-Jumat, 4-5 Pebruari 2010, menggelar Seminar Nasional dan Call for Papers dengan tema “Arah Kebijakan dan Peran Penelitian Ilmu Manajemen di Indonesia―. Selain seminar nasional dalam dua sesi, kegiatan ini juga diisi dengan pemaparan makalah yang diseleksi melalui call for paper. Dekan FE UII, Asmai Ishak, Ph.D., dalam sambutannya menjelaskan bahwa kegiatan ini diikuti utusan dari 30 perguruan tinggi di Indonesia. Dari sejumlah paper yang diterima, berdasarkan penilaian reviewer dari berbagai universitas, ditetapkan 58 paper yang diterima untuk dipresentasikan. Dekan FE UII juga menjelaskan bahwa kegiatan ini bertujuan untuk memberikan informasi yang akurat kepada akademisi dan peneliti manajemen di Indonesia. Informasi yang dimaksud antara lain terkait arah kebijakan dan peran penelitian di bidang manajemen yang dapat memberikan manfaat bagi pembangunan nasional di Indonesia. Dekan FE UII juga mengharapkan melalui kegiatan ini akan terjadi sharing ideas yang bermanfaat bagi pengembangan keilmuan sekaligus aplikasi praktis di dunia bisnis. Melalui kalangan industri yang hadir, diharapkan pengelola pendidikan tinggi dapat mengetahui kompetensi yang diperlukan oleh dunia bisnis saat ini khususnya terkait alumni pendidikan manajemen. Kepada wartawan seusai membuka secara resmi kegiatan ini, Dekan FE UII menegaskan bahwa munculnya kegiatan ini antara lain dilandasi keresahan FE UII sebagai institusi akademik akan fenomena link and match dalam dunia pendidikan dan dunia kerja. Terdapat kesan bahwa dunia akademik seolah lepas dan tidak berhubungan dengan dunia bisnis yang riil, sehingga banyak karya akademik yang tidak digunakan dalam praksis bisnis. Tak heran jika angka pengangguran dari alumni pendidikan tinggi cenderung besar jumlahnya. Selain itu, Dekan FE UII juga menyampaikan bahwa ilmu manajemen penggunaannya telah mengakar di hampir semua bidang, baik bisnis non bisnis. Namun demikian, greget ilmu manajemen sebagai sebuah ilmu yang khusus belum begitu menonjol. Ada kesan ilmu manajemen hanya dikonotasikan dengan masalah bisnis, karena ketika pertama kali dikenalkan di Indonesia, manajemen memang dekat kaitannya dengan manajemen perusahaan. Ilmu manajemen, menurut Dekan FE, sudah saatnya dimunculkan sebagai ilmu yang juga berkontribusi pada pembangunan bangsa, karena ilmu ini pada dasarnya adalah ilmu tentang bagaimana mengelola, mengarahkan sumber daya, termasuk sumber daya bangsa untuk mencapai tujuan bersama. Ketua Panitia Seminar, Anas Hidayat, Ph.D., yang mendampingi Dekan FE menjelaskan bahwa seminar ini diharapkan menjadi awal bagi pembangunan dan penguatan kontribusi ilmu manajemen bagi penyelesaian persoalan masalah pembangunan di Indonesia. Terkait masalah pemberlakuan ASEAN-China Free Trade Area (ACFTA), misalnya ilmu manajemen menurutnya memiliki peran signifikan dalam rangka memperkuat UMKM di Indonesia. Ketua International Program FE UII ini memberikan contoh bahwa masalah utama UMKM saat ini adalah pemasaran produk yang masih kalah dibandingkan produk luar negeri sejenis. Dari masalah ini saja, manajemen pemasaran sebagai salah satu cabang manajemen dapat berperan baik, apalagi jika cabang manajemen lainnya yang berkonsentrasi pada efisiensi pembiayaan, produksi, dan lainnya dapat dimaksimalkan perannya. Masih terkait ACFTA, Ketua Panitia Seminar, melihat bahwa UMKM di Indonesia secara umum dapat dikelompokkan dalam dua karakter, yaitu survival dan continous. Untuk UMKM berkarakter survival, pengelolaan usaha semata-mata didasarkan tujuan menjaga eksistensi hidup pelaku usahanya, sedangkan pada UMKM berkarakter continous, pengembangan usaha sangat mungkin dilakukan dengan melihat dan memanfaatkan peluang yang ada. Menurut Ketua Panitia Seminar, UMKM dengan karakter survival inilah yang akan dengan mudah menerima dampak negatif dari pemberlakuan ACFTA karena lemahnya daya saing dan inovasi. Sedangkan UMKM berkarakter continous, masih mungkin untuk bertahan karena kemampuan menyesuaikan dirinya dan bisa menerima insentif pemerintah dalam menghadapi ACFTA. Usai pembukaan, kegiatan kemudian dilanjutkan dengan seminar yang pada sesi pertama menghadirkan Deputi Bidang Dinamikan Masyarakat Kementrian Ristek, Prof. Dr. Carunia Mulya Firdausy, dan Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, Firmanzah, Ph.D., dilanjutkan seminar sesi kedua menghadirkan Direktur Pemasaran PT Oracle Indonesia, Goenawan Loekito. Menyampaikan paparan berjudul ‘Arah Kebijakan dan Manajemen Penelitian dan Pengembangan Iptek Nasional’, Deputi Bidang Dinamikan Masyarakat Kementrian Ristek menjelaskan bahwa arah pengembangan iptek di Indonesia saat ini antara lain dilandasi amanat konstitusi. Melalui perubahan keempat UUD 1945 yang pada pasal 31 ayat 5, ditegaskan bahwa ‘Pemerintah memajukan Iptek dengan menjungjung tinggi nilai-nilai agama dan persatuan bangsa untuk memajukan peradaban serta kesejahteraan umat manusia’. Amanat konstitusi ini selanjutnya diterjemahkan dalam UU No. 18 tahun 2002 tentang Sisnas Iptek yang mengarahkan pengembangan Iptek dengan berfokus pada enam bidang, yaitu bidang ketahanan pangan, kesehatan dan obat-obatan, pertahanan dan keamanan, teknologi informasi dan komunikasi, energi terbarukan, dan transportasi. http://arsip.uii.ac.id Powered by Joomla! Generated: 26 October, 2017, 11:53 Universitas Islam Indonesia Sementara itu, Dekan FE UI, terutama mengarahkan pemaparannya pada relevansi penelitian cluster industri dalam membangun perekonomian di era desentralisasi. Dekan termuda UI ini antara lain menyoroti perubahan struktural dalam sistem pendidikan tinggi di China yang menurutnya memberikan kontribusi penting bagi perkembangan ekonomi negeri tersebut. China pada tahun 1945-1955 memulai proses merger (penyatuan) universitas-universitas swasta dengan universitas negeri tidak lama setelah RRC dibentuk. Untuk menyesuaikan dengan kebutuhan politik ekonomi yang tersentralisasi saat itu, universitas di China kemudian digabungkan dengan berbagai kategori sesuai disiplin ilmu yang akan dikembangkan, sehingga muncullah universitas (yang menyeluruh bidang ilmu kajiannya), politeknik, institut (yang spesifik kajiannya), universitas kedokteran, dan lain sebagainya. Selanjutnya, Dekan FE UI menjelaskan, pada tahun 1985 pemerintah China melakukan reformasi sektor pendidikan yang memperkenalkan 3 Ds dan 3 Cs. 3 Ds adalah decentralization yang memberikan ruang bagi pemerintah daerah untuk bekerjasama dengan perguruan tinggi local, depolitization yang mengurangi pengaruh politik pemerintah dalam pengelolaan perguruan tinggi, dan diversities yang memberikan kesempatan perguruan tinggi mengembangkan karakter khusus pada pendidikan yang diselenggarakannya. Sementara 3 Cs adalah commercialization, competition, dan cooperation. Kebijakan pemerintah China ini kemudian membawa sejumlah implikasi, diantaranya pengelolaan adminsitrasi perguruan tinggi di beberapa universitas di China dilimpahkan kepada pemerintah daerah. Juga kerjasama yang makin kuat antara pemerintah daerah dan pengelola industri di daerah. Pada 2002, 637 universitas dimerger menjadi 270 universitas baru. Selain itu 317 universitas juga telah menjalin kesepakatan untuk membentuk 270 learning conglomerates. Dampak reformasi pendidikan China ini dapat juga dilihat dari jumlah doktor lulusan dalam dan luar negeri yang mencapai 3000-4000 orang pertahun. Indikasi lain juga berupa dibatasinya jumlah mahasiswa asal China yang diizinkan masuk ke universitas di Eropa. Pembatasan ini, menurut Dekan FE UI, menunjukkan kualitas mahasiswa China yang mampu berkompetisi dengan mahasiswa internasional lainnya. Setelah seminar, kegiatan dilanjutkan dengan presentasi makalah call for paper yang dikelompokkan dalam empat bidang manajemen, yaitu finance, capital market and corporate governance, human capital management, marketing management, dan strategy and general management. http://arsip.uii.ac.id Powered by Joomla! Generated: 26 October, 2017, 11:53