ASUHAN KEPERAWATAN PADA An. D USIA PRA SEKOLAH (5 TAHUN) DENGAN FEBRIS DI RUANG MELATI BADAN LAYANAN UMUM DAERAH KABUPATEN CIAMIS TANGGAL 16-20 JUNI TAHUN 2016 KARYA TULIS ILMIAH Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat dalam Menyelesaikan Program Studi Diploma III Keperawatan Disusun oleh : ERLIN PRADILA ANGGI NIM : 13DP277023 SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH PROGRAM STUDI D III KEPERAWATAN CIAMIS 2016 ASUHAN KEPERAWATAN PADA AN. D USIA PRA SEKOLAH (5 TAHUN) DENGAN FEBRIS DI RUANG MELATI BADAN LAYANAN UMUM DAERAH KABUPATEN CIAMIS DARI TANGGAL 16-20 JUNI TAHUN 20161 Erlin Pradila Anggi2, Ade Fitriani3 INTISARI Penyakit demam merupakan kelainan neurologis yang paling sering dijumpai pada anak terutama pada golongan anak umur 6 bulan sampai 4 tahun. Hampir 3% dari anak yang berumur di bawah 5 tahun pernah menderita demam. Pravelansi febris di Indonesia, kejadian demam pada anak usia 6 bulan sampai 5 tahun hampir 2-5%. Di Provinsi Jawa Barat prevalansi demam sebesar 1,61 %. Angka kejadian febris di ruang melati BLUD Kabupaten Ciamis periode JanuariMei tahun 2016 sebanyak 58 orang atau 9,85%. Tujuannya pembuatan studi kasus ini adalah untuk memperoleh pengetahuan dan pengalaman nyata dalam memberikan Asuhan Keperawatan. Metode yang digunakan adalah analisa deskriftif melalui proses keperawatan yang meliputi pengkajian, perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi. Selama penulis melakukan Asuhan Keperawatan pada An. D dari tanggal 16 Juni 2016 sampai dengan tanggal 20 Juni 2016, penulis menemukan diagnosa keperawatan diantaranya : gangguan nutrisi berhubungan dengan pola makanan tidak teratur, gangguan personal hygiene berhubungan dengan kurangnya pengetahuan, dan gangguan pola eliminasi fekal berhubungan dengan konstipasi. Setelah penulis melakukan asuhan keperawatan selama 4 hari yang dimulai dari tanggal 16-20 Juni 2016, dua diagnosa teratasi dan satu diagnosa tidak teratasi. Kata Kunci : Asuhan Keperawatan, Anak Pra Sekolah, Febris Kepustakaan : 14 buah, 2007-2014 Keterangan : 1 Judul, 2 Nama mahasiswi Prodi D III Keperawatan STIKes Muhammadiyah Ciamis, 3 pembimbing STIKes Muhammadiyah Ciamis iv BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anak merupakan individu yang berada dalam satu rentang perubahan perkembangan yang mulai dari bayi hingga remaja (Aziz, 2008). Secara umum terdapat dua faktor utama yang berpengaruh terhadap tumbuh kembang anak, yaitu : faktor genetik dan faktor lingkungan. Faktor lingkungan dibedakan menjadi dua yaitu : Faktor pranatal atau pada waktu masih dalam kandungan misalnya gizi ibu pada waktu hamil, zat kimia, endokrin, radiasi, infeksi, stress, imunitas dan anoksia embrio. Faktor lingkungan post natal terdiri dari empat diantaranya : lingkungan biologis misal ras, jenis kelamin, umur, gizi, perawatan kesehatan, kepekaan terhadap penyakit, penyakit kronis, fungsi metabolisme, hormon. Faktor fisik misal cuaca, musim, sanitasi, radiasi, keadaan rumah. Faktor psikososial antara lain stimulasi, motivasi, belajar, ganjaran atau hukuman, kelompok sebaya, stress, sekolah, cinta dan kasih sayang, kualitas interaksi anak dan orang tua, serta faktor keluarga (Suradi, 2010). Penyakit pada anak yang sering terjadi diantaranya : Diare, Thypoid, Asma, Pneumonia, Thalasemi, Tuberkulosis, Bronkopneumoni, Korpumonal (KP), dan penyakit febris. Febris merupakan penyakit yang sampai 1 saat ini belum diketahui 2 penyebabnya, kadang-kadang demam yang begitu tinggi. Demam merupakan gangguan pada sistem saraf atau otak yang apabila tidak ditangani dengan cepat dan baik dapat mengakibatkan kelainan neurologis dimana kerusakan pada sel otak bersifat irevisibel (menetap) dan dampaknya akan terus terbawa. Penyakit demam merupakan kelainan neurologis yang paling sering dijumpai pada anak terutama pada golongan anak umur 6 bulan sampai 4 tahun. Hampir 3% dari anak yang berumur di bawah 5 tahun pernah menderita demam (Suradi, 2010). Di Amerika Serikat, demam terjadi pada 2-4% anak usia 6 bulan hingga 5 tahun. Diantaranya, sekitar 70-75% hanya mengalami demam sederhana, yang lainnya sekitar 20-25% mengalami demam kompleks, dan sekitar 5% mengalami demam simtomatik. Demam lebih sering terjadi pada anak laki-laki. Demam tergantung pada usia, dan jarang terjadi sebelum usia 9 bulan dan setelah usia 5 tahun. Puncak terjadinya demam yaitu pada usia 14 sampai 18 bulan, dan angka kejadian mencapai 3-4% anak usia dini. Sedangkan pravelansi febris di Indonesia, kejadian demam pada anak usia 6 bulan sampai 5 tahun hampir 2-5% (Amelia, 2014). Menurut Riset Kesehatan Dasar Nasional tahun 2014, prevalensi demam sebesar 1,5% yang artinya ada kasus demam 1.500 per 100.000 penduduk Indonesia. Di Provinsi Jawa Barat prevalansi demam sebesar 1,61 % dan tersebar di seluruh Kabupaten atau Kota 3 dengan prevalensi yang berbeda-beda di setiap tempat. Prevalensi demam di Kabupaten Ciamis sebesar 0,8% (Amelia, 2014). No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Tabel 1.1 Kasus 10 Besar Penyakit di Ruang Melati Badan Layanan Umum Daerah Ciamis Kabupaten Ciamis Tahun 2015 Penyakit Total Diare 415 Typhoid 288 Febris 200 Asthma BR 124 TBC 91 Broncho Pnemonia 65 Syndrome Dispepsia 64 Anemia 35 Dengue Paper 27 Status Asmatikus 23 Jumlah Total 1332 % 31,16 21,62 15,02 9,31 6,83 4,88 4,80 2,63 2,03 1,73 100 Sumber : Medical Record RSUD Ciamis Tahun 2015 Dari data yang diperoleh pada tahun 2015 jumlah pasien yang dirawat akibat febris di Ruang Melati adalah sebanyak 200 orang yang menduduki peringkat 3 dari 10 penyakit terbesar yang dirawat di Badan Layanan Umum Daerah Kabupaten Ciamis. Sedangkan untuk kasus febris di Ruang Melati Badan Layanan Umum Daerah Kabupaten Ciamis selama bulan Januari – Mei 2016 dengan data sebagai berikut : 4 Tabel 1.2 Kasus 10 Besar Penyakit Di Ruang Melati Badan Layanan Umum Daerah Kabupaten Ciamis Bulan Januari – Mei Tahun 2016 No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Penyakit Diare Tifoid Febris TBC Asthma BR Broncho Pnemonia Syndrome Dispepsia Satatus Asmatikus Dengue Paper Epilepsi Jumlah Total Total % 171 128 58 47 45 40 34 27 26 13 589 29,03 21,73 9,85 7,98 7,64 6,79 5,77 4,58 4,41 2,21 100 Sumber : Medical Record RSUD Ciamis periode Januari – Mei Tahun 2016 Berdasarkan tabel 1.2 diatas diketahui bahwa angkan kejadian febris di ruang melati BLUD Kabupaten Ciamis periode Januari-Mei tahun 2016 sebanyak 58 orang atau 9,85% dan menduduki peringkat ke 3 dari 10 penyakit besar. Melihat kedua tabel diatas, masih banyak anak yang mengalami febris. Maka memerlukan penanganan dan perawatan secara intensif, mengingat efek yang di timbulkan akan mengakibatkan dampak pertumbuhan dan perkembangan terhadap anak. Perawat sebagai pelaksana tindakan keperawatan mempunyai peran yang sangat penting dalam meningkatkan kualitas tindakan keperawatan pada anak dengan febris. Sehingga dapat mengurangi angka morbiditas dan mortalitas serta komplikasi dari febris pada anak. 5 Surah al-Anbiyaa’ : ayat 69 : Artinya : Wahai api, jadilah engkau sejuk kepada Ibrahim dan peliharalah kesejahteraannya. (Surah al-Anbiyaa’ : ayat 69). Abu Hurairah r.a berkata: “Tidak ada penyakit yang menimpaku yang lebih aku sukai daripada demam, sebab demam merasuk setiap organ tubuhku, dan Allah s.w.t. akan mengurniakan pahala bagi setiap organ tubuh yang diserang demam.” Demam adalah daripada percikan api neraka dan sejukkannya dengan Air. Daripada Rafi’ bin Khadij r.a., bahawa dia mendengar Nabi s.a.w. bersabda yang bermaksud: “Sesungguhnya demam itu merupakan legakan api neraka jahanam, maka sejukkanlah ia dengan air Dampak dari febris dapat menimbulkan kerusakan otak akibat kejang, pada kejang demam berlangsung lama (lebih dari 15 menit) akan terjadi apnea menimbulkan kerusakan otak yang makin berat, kelumpuhan, bahkan sampai terjadi retardasi mental, sehingga dapat mengganggu proses pertumbuhan dan perkembangan pada anak dan efeknya bisa terbawa sampai usia dewasa. Retardasi atau keterbelakangan mental menjadi sumber kecemasan bagi keluarga dan masyarakat. Karena alasan-alasan itu, maka penulis merasa tertarik untuk melaksanakan asuhan keperawatan secara 6 didokumentasikan dalam bentuk karya tulis dengan judul “Asuhan Keperawatan pada An. D Usia pra Sekolah (5 Tahun) dengan Febris di Ruang Melati Badan Layanan Umum Daerah Kabupaten Ciamis dari Tanggal 16-20 Juni Tahun 2016”. B. Tujuan Penulisan 1. Tujuan Umum Untuk memperoleh pengalaman secara nyata dan dapat melaksanakan asuhan keperawatan secara langsung, komprehensif pada anak dengan febris yang meliputi aspek biopsiko-sosial dan spiritual keperawatan dengan yang berdasarkan ilmu dan kiat menggunakan pendekatan proses keperawatan. 2. Tujuan Khusus a. Mampu melakukan pengkajian pada anak dengan febris b. Mampu membuat rencana keperawatan terhadap semua permasalahan yang ditimbulkan oleh febris. c. Mampu melakukan tindakan keperawatan sesuai dengan perencanaan yang telah disusun d. Mampu melakukan evaluasi dan tindakan yang sudah dilakukan dan mengetahui kesulitan-kesulitan atau hambatan-hambatan selama melaksanakan asuhan keperawatan pada anak dengan febris 7 e. Mampu mendokumentasikan asuhan keperawatan pada anak dengan febris. C. Metode Penulisan Metode yang digunakan adalah metode deskriptif yaitu suatu metode proses penalaran untuk menarik kesimpulan berupa prinsip atau sikap yang berlaku khusus berdasarkan atas fakta yang bersifat umum, dengan teknik studi kasus (memusatkan perhatian pada suatu kasus secara intensif) adapun teknik pengumpulan data yang digunakan adalah : 1. Observasi (pemeriksaan fisik) yaitu pengumpulan data melalui pengamatan secara langsung terhadap klien dengan cara inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi untuk mendapatkan data objektif. 2. Wawancara (partisipasi aktif) yaitu pengumpulan data dengan kegiatan aktif, menanyakan secara langsung tentang data atau informasi yang diperlukan kepada klien dan keluarga, yang dibantu oleh petugas kesehatan lain (perawat) di ruangan. 3. Studi kepustakaan, yaitu mendapatkan keterangan sebagai landasan teori dan berbagai referensi 4. Studi dokumentasi yaitu mempelajari data-data pada status klien dan catatan yang berhubungan dengan asuhan keperawatan. 8 D. Sistematika Penulisan Adapun sistematika penulisa dalam Karya Tulis ini terdiri dari 4 Bab yaitu : BAB I : PENDAHULUAN Menjelaskan tentang Latar Belakang Masalah, Tujuan, Metode Penulisan dan Sistematika Penulisan. BAB II : TINJAUAN TEORITIS Menjelaskan dan membahas tentang Konsep dasar penyakit, definisi, etiologi, anatomi fisiologi, patofisiologi, tanda dan gejala, penatalaksanaan medis, karakteristik anak usia infant, dampak penyakit terhadap kebutuhan dasar anak, asuhan keperawatan dari pengkajian spesifik terhadap kasus febris, kemungkinan diagnosa keperawatan yang muncul, intervensi dan rasional. BAB III : TINJAUAN KASUS DAN PEMBAHASAN Tinjauan kasus meliputi : Tahapan-tahapan pengkajian, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi. Menjelaskan kesenjangan antara teori yang didapat dan kenyataan dilahan praktek. BAB IV : SIMPULAN DAN SARAN Simpulan dan saran, menjelaskan mengenai uraian kesimpulan tentang pelaksanaan asuhan keperawatan dan saran pada pihak-pihak terkait. BAB II TINJUAN TEORITIS A. Konsep Dasar 1. Penyakit Febris (Demam) a. Definisi Febris atau demam adalah suatu keadaan di mana pengeluaran dipertahankan produksi karena panas yang terjadinya tidak mampu peningktan suhu untuk tubuh abnormal (Valita, 2007). Penyakit febris atau demam Tidak hanya diderita pada anak-anak, tetapi pada manusia dewasa maupun lansia juga, tergantung dari sistem imun setiap individu itu sendiri (Hidayat, 2008). Demam (febris) adalah meningkatnya temperatur tubuh secara abnormal. Demam (febris) adalah peningkatan pada titik set dimana suhu tubuh diatur pada tingkat yang lebih tinggi; dapat didefinisikan sebagai suhu tubuh diatas 380c (Suriadi, 2010). Demam (febris) adalah keadaan dimana terjadi kenaikan suhu hingga 38°C atau lebih. Ada juga yang yang mengambil batasan lebih dari 37,8°C (Riezkhyamalia, 2013). 9 10 b. Etiologi Hingga kini belum diketahui dengan pasti. Demam (febris) sering disebabkan infeksi saluran pernapasan atas, otitis media, pneumonia, gastroenteritis dan infeksi saluran kemih, faktor-faktor perninatal, malformasi otak congenital, faktor genetika, penyakit infeksi (esefalitis, meningitis), demam, gangguan metabolism, trauma, neoplasma, toksin, gangguan degenerative susunan saraf (Sujono, 2010). c. Gejala Febris Pada saat terjadi demam, gejala klinis yang timbul bervariasi tergantung pada fase demam meliputi: 1) Fase 1 awal (dingin/ menggigil) Tanda dan gejala a) Peningkatan denyut jantung b) Peningkatan laju dan kedalaman pernapasan c) Mengigil akibat tegangan dan kontraksi otot d) Peningkatan suhu tubuh e) Pengeluaran keringat berlebih f) Rambut pada kulit berdiri g) Kulit pucat dan dingin akibat vasokontriksi pembuluh darah. 11 2) Fase 2 (proses demam) Tanda dan gejala a) Proses mengigil lenyap b) Kulit terasa hangat / panas c) Merasa tidak panas / dingin d) Peningkatan nadi e) Peningkatan rasa haus f) Dehidrasi g) Kelemahan h) Kehilangan nafsu makan (jika demam meningkat) i) Nyeri pada otot akibat katabolisme protein. 3) Fase 3 (pemulihan) Tanda dan gejala a) Kulit tampak merah dan hangat b) Berkeringat c) Mengigil ringan d) Kemungkinan mengalami dehidrasi (Sujono, 2010). 12 d. Pathway Febris Agen infeksius Mediator inflamasi Dehidrasi Monosit/makrofag Tubuh kehilangan cairan Sitokin pirogen Mempengaruhi hipothalamus Anterior penurunan cairan intrasel Aksi antipiretik Peningkatan evaporasi Demam meningkatnya Metabolik tubuh Ph berkurang Resiko Kekurangan volume cairan Gangguan personal hygiene anoreksia Kelemahan fisik intake makanan berkurang Intoleransi Aktifitas Gangguan Nutrisi gangguan rasa nyaman rewel Efek Hospitalisasi Kurang Pengetahuan Cemas Gambar 2.1. Pathway Febris (Sujono, 2009). 13 e. Penatalaksanaan Febris Pada saat demam ini, terdapat beberapa cara-cara untuk penatalaksanaannya. Cara penatalaksanaan ini di bagi menjadi 2 yaitu dengan obat atau metode farmakologi dan non-obat atau metode terapi. Dalam memberikan penanganan secara obat, penderita dapat diberikan parasetamol karena parasetamol ini adalah suatu obat antipiretik yang sifatnya dapat mengurangi suhu atau menurunkan panas. Namun harap diperhatikan bahwa obat in hanya mengurangi gejala penyakit dan bukan untuk mengobati penyakit. Selain itu ada juga asetosal selain fungsinya sebagai analgesik atau pengurang rasa nyeri juga sebagai penurun demam yang merupakan salah satu gejala suatu peradangan atau infeksi (Aziz, 2008). Penatalaksanaan febris atau demam menurut (Shvoong, 2010), untuk menurunkan suhu tubuh dalam batas normal tanpa mengunakan obat yaitu dengan cara di kompres : 1) Menyiapakan air hangat 2) Mencelupkan waslap atau handuk kecil ke dalam baskom dan mengusapnya ke seluruh tubuh 3) Melakukan tindakkan diatas beberapa kali (setelah kulit kering). 14 4) Mengeringkan tubuh dengan handuk. 5) Menghentikan prosedur bila suhu tubuh sudah mendekati Penurunan suhu tubuh terjadi saat air menguap dari permukaan kulit. Oleh karena itu, anak jangan “dibungkus” dengan lap atau handuk basah atau didiamkan dalam air karena penguapan akan terhambat. Tambah kehangatan airnya bila demamnya semakin tinggi. Sebenarmya mengompres kurang efektif dibandingkan obat penurun demam. Karena itu sebaiknya digabungkan dengan pemberian obat penurun demam, kecuali anak alergi terhadap obat tersebut. f. Pengobatan Febris Pengobatan febris ataudemam dapat menggunakan obat diantaranya yaitu sebagai berikut : 1) Paracetamol (para acetoaminophenol) Suatu obat untuk mengurangi demam (antipiretik) dan nyeri (analgetik). Obat ini aman untuk bayi dan anak sesuai kebutuhan, karena itu dapat dibeli bebas. Obat ini dimetabolisme di hati sehingga bila dosis berlebih dapat menimbulkan gangguan fungsi hati. Efek samping obat (ESO) bersifat memperbaiki reversible, keadaan penghentian umum anak dan obat ESO dapat akan berangsur-angsur hilang sehingga kondisi anak kembali normal. 15 Parasetamol dapat diberikan setiap 6 jam sesuai kebutuhan. Dosis parasetamol berdasarkan BB. Jenis obat yang mengandung parasetamol sangat banyak seperti Tempra, Sanmol, Praxion, Naprex, Bodrexin sirup, Dumin, Termorex, dll. Dosis 10-15 mg/kg berat badan (BB) per kali pemberian, maksimal 60 mg/kg BB per hari. Sediaan drop diberikan pada bayi dengan BB dibawah 10 kg atau pada anak dengan kesulitan minum obat karena volume pemberian relatif sedikit. Pada anak dengan BB diatas 10 kg dapat diberikan sirup. Tablet diberikan pada anak usia diatas 12 tahun. 2) Ibuprofen Ibuprofen dapat diberikan pada kondisi demam yang tinggi (>40°C), demam membandel yang tidak responsif terhadap pemberian Parasetamol, atau demam yang disertai dengan peradangan. Dosis obat ini adalah: 5-10 mg/kg BB setiap kali pemberian, maksimal 40 mg/kg BB/hari. Contoh obat yang mengandung ibuprofen antara lain Proris, Rhelafen, Fenris, Bufect, dll. Dalam memilih obat demam, pilih obat yang tidak mengandung alkohol, karena beberapa produk sirup juga ada yang menggunakan alkohol sebagai campurannya (Anonim, 2009). 16 2. Karakteristik Anak Usia Pra Sekolah (5 Tahun) a. Pertumbuhan fisik Penambahan berat badan anak pra sekolah kurang dari 2 kg per tahun, berat rata-rata adalah 18 kg. Pertumbuhan tinggi badan anak 5-7 cm per tahun, tinggi rata-rata 108 cm. Gigi susu mulai tanggal. b. Motorik kasar Motorik kasar adalah aspek yang berhubungan dengan pergerakan dan sikap tubuh pada anak usia pra sekolah motorik kasarnya dapat melompat melewati tali, berlari tanpa kesulitan, mainan tangkap. c. Motorik halus Motorik halus adalah kemampuan anak untuk mengamati sesuatu melakukan gerakan yang melibatkan bagian-bagian tubuh tertentu saja. Pada usia pra sekolah motorik halusnya dapat memukul kepala paku dengan palu, mengikat tali sepatu, dapat meniru tulisan beberapa huruf alphabet, dapat menuli nama. d. Adaptif Adaptif adalah mampu menyesuaikan diri terhadap tantangan alam, perubahan IPTEK dan perubahan sosial budaya. Pada anak usia pra sekolah adaptifnya dapat bermain dengan permainan sederhana, menangis jika dimarahi, 17 membuat permintaan sederhana dengan gaya tubuh, menunjukkan peningkatan kecemasan terhadap perpisahan, mengenali anggota keluarga (A.Azis, 2009). e. Adaptasi sosial Maksud perkembangan sosial ini adalah pencapaian kematangan dalam hubungan sosial. Dapat juga dikatakan sebagai proses belajar untuk menyesuaikan diri dengan normanorma kelompok, tradisi dan moral (agama). Pada ini anak usia pra sekolah mulai memandang orangtua sebagai figur terpenting, bersifat posesif ; ingin maunya sendiri, mampu bekerja sama dengan teman sebaya dan orang dewasa, meniru dan model peran orangtua dan orang dewasa lainnya (Cecily, 2009). 3. Dampak hospitalisasi terhadap anak usia pra sekolah a. Reaksi Anak Terhadap Hospitalisasi Perawatan anak di rumah sakit memaksa anak untuk berpisah dari lingkungan yang dirasakannya aman, penuh kasih sayang, dan menyenangkan, yaitu lingkungan rumah, permainan, dan teman sepermainannya. Reaksi terhadap perpisahan yang ditunjukkan anak usia pra sekolah adalah dengan menolak makan, sering bertanya, menangis walaupun secara perlahan, dan tidak kooperatif terhadap petugas kesehatan. Perawatan di rumah sakit mengharuskan adanya 18 pembatasan aktivitas anak sehingga anak merasa kehilangan kekuatan diri. Perawatan di rumah sakit sering dipersepsikan anak pra sekolah sebagai hukuman sehingga anak merasa malu, bersalah, atau takut. Ketakutan anak terhadap perlukaan muncul karena anak menganggap tindakan dan prosedurnya mengancam integritas tubuh. Oleh karena itu hal ini menimbulkan reaksi agresif dengan marah dan berontak, ekspresi verbal dengan mengucapkan kata-kata marah, tidak mau bekerja sama dengan perawat, dan ketergantungan kepada orang tua. b. Rasa Takut Rasa takut terbesar anak usi pra sekolah terletak pada bahaya terhadap tubuh yang dapat dilihat pada ketakutan anak terhadap kegelapan, hewan, dan staff medis. c. Moral Anak usia pra sekolah melihat aturan sebagai sesuatu yang kaku dan tidak fleksibel, konsekuensi negatif dilihat sebagai hukuman terhadap kelakuan buruk, orangtua dilihat sebagai otoritas tertinggi untuk menetapkan benar dan salah, anak memulai proses mendalami pengertian dan salah. Perkembangan moral pada anak usia pra sekolah bertambah dengan pengertian tingkah laku yang dianggap salah atau benar. Anak usia pra sekolah juga memiliki motivasi 19 kemampuan untuk mengidentifikasi tingkah laku yang akan menghasilkan hadiah ataupun hukuman dan mampu membedakan benar dan salah (Perry, 2009). d. Aktivitas pengalihan Sejalan denga pertumbuhan dan perkembangannya, anak usia pra sekolah mempunyai kemampuan motorik kasar dan halus yang lebih matang daripada anak usia toddler. Anak sudah lebih aktif, kreatif, dan imajinatif. Oleh karena itu, jenis permainan yang sesuai adalah associative play, dramatic play, dan skill play. Anak melakukan permainan bersama-sama dengan temannya dengan komunikasi yang sesuai dengan kemampuan bahasanya. Anak juga sudah mampu memainkan peran orang tertentu yang di identifikasinya, seperti ayah, ibu, dan bapak atau ibu gurunya. Permainan yang menggunakan kemampuan motorik (Skill Play) banyak dipilih anak usi pra sekolah. Untuk itu jenis alat permaianan yang tepat diberikan kepada anak, misalnya sepeda, mobil-mobilan, alat olahraga, berenang dan permainan balok-balok besar (Perry, 2009). 4. Dampak Penyakit Terhadap Kebutuhan Dasar Manusia a. Keseimbangan Suhu Tubuh Pada kenaikan suhu tubuh tertentu, dapat terjadi perubahan keseimbangan dari membran sel neuron dan dalam waktu yang singkat menjadi difusi dan ion kalium maupun natrium melalui 20 membran, dengan akibat terjadi lepasnya muatan listrik. Lepas muatan listrik ini demikian besarnya sehingga dapat meluas ke seluruh sel maupun ke membran sel sekitarnya dan terjadi kejang (Suradi, 2010). b. Aktivitas/Mobilitas Pada masa ini, inisiatif anak mulai berkembang dan anak ingin mengetahui lebih banyak lagi mengenai hal - hal disekitarnya. Anak mulai berfantasi dan mempelajari model keluarga atau bermain peran, seperti peran guru, ibu, dan lain lain. Dengan demikian, isi bermain anak lebih banyak menggunakan simbol - simbol dalam permainan atau yang sering disebut dengan permainan peran (dramatic role play). Permainan yang meningkatkan keterampilan (skill play) juga masih berkembang pada masa ini (Suradi, 2010). c. Integritas Kulit Pengeluaran keringat yang banyak menyebabkan kulit lembab dan basah serta jarang terkena sinar matahari merupakan kondisi yang ideal untuk berkembang biaknya bakteri, sehingga memudahkan terjadinya infeksi (Suradi, 2010). d. Kebutuhan Psikologis Sebagai akibat hospitalisasi dan penyakit yang diderita oleh anaknya, pada diri keluarga akan timbul perasaan cemas 21 karena kurangnya pengetahuan tentang penyakit yang diderita serta cara perawatannya (Suradi, 2010). B. Asuhan Keperawatan 1. Pengkajian Pengkajian adalah tahap awal dari proses keperawatan dan merupakan tahap yang paling menentukan bagi tahap berikutnya (Rohmah, 2009). Data yang dikumpulkan subjektif dan objektif. Data subjektif didapat dengan cara wawancara dan interaksi, sedangkan data objektif didapat dengan insfeksi, palpasi, perkusi dan auskultrasi. a. Pengumpulan data Kegiatan pengumpulan data dimulai saat klien masuk dan dilanjutkan secara terus menerus selama proses keperawatan berlangsung. 1) Identitas Identitas yang mencakup identitas klien dan penanggungjawab. a) Identitas klien meliputi : Nama, Umur, Jenis kelamin, Agama, Tanggal masuk Rumah Sakit, Tanggal pengkajian, Diagnosa medis. b) Identitas penanggungjawab meliputi : Nama, Umur, Agama, Pendidikan, Pekerjaan, Alamat. 22 2) Riwayat kesehatan a) Keluhan utama Ditulis singkat dan jelas, dua atau tiga kata yang merupakan keluhan yang membuat klien yang meminta bantuan pelayanan kesehatan. Dalam beberapa literatur diterangkan bahwa keluhan utama adalah alasan klien masuk rumah sakit (Rohmah, 2009). Pada anak dengan demam riwayat yang menonjol adalah adanya demam yang dialami oleh anak (suhu rektal diatas 380C) (Sujono, 2009). b) Riwayat kesehatan sekarang Merupakan penjelasan dari permulaan klien merasakan keluhan sampai dibawa ke rumah sakit. Penjelasannya meliputi PQRST: P : Provokatus – Paliatif. Apa yang menyebabkan gejala? Apa yang bisa memperberat? Apa yang bisa mengurangi? Q : Quality – Quantity. Bagaimana gejala dirasakan? Sejauh mana gejala dirasakan? R : Region – Radiasi. Dimana gejala dirasakan? Apakah penyebab? S : Scala – Severity. Seberapakah tingkat keparahan dirasakan? Pada skala berapa? 23 T : Time. Kapan gejala mulai timbul? Seberapa sering gejala dirasakan? Tiba-tiba atau bertahap? Seberapa lama gejala dirasakan? (Rohmah, 2009) c) Riwayat Kesehatan Dahulu Diisi dengan riwayat penyakit yang diderita klien yang berhubungan dengan penyakit saat ini atau penyakit yang dapat dipengaruhi atau mempengaruhi penyakit yang diderita klien saat ini (Rohmah, 2009 ). d) Riwayat kesehatan keluarga Riwayat kesehatan kemungkinan keluarga adanya dihubungkan penyakit dengan keturunan, kecenderungan alergi dalam satu keluarga, penyakit yang menular akibat kontak langsung maupun tidak langsung antar anggota keluarga (Rohmah, 2009) e) Riwayat kehamilan dan persalinan Menerangkan keadaan ibu pada saat kehamilan (prenatal), persalinan (natal) dan post natal atau setelah anak lahir apakah pernah mengalami insfeksi tali pusar dan bagaimana tahap tumbuh kembangya. f) Riwayat nutrisi Menerangkan tentang makanan yang dikonsumsi oleh anak baik jangka pendek (beberapa waktu sebelum sakit), maupun jangka panjang (sejak bayi). 24 g) Riwayat imunisasi Status imunisasi pasien, baik imunisasi dasar maupun imunisasi ulangan harus secara rutin ditanyakan khususnya imunisasi BCG, DPT, Polio, Campak, dan Hepatitis-B. Bila mungkin dilengkapi dengan tanggal saat imunisasi dan tempat imunisasi diberikan untuk mengetahui status pelindungan pediatrik yang diperoleh h) Riwayat pertumbuhan dan perkembangan (1) Riwayat pertumbuhan Tanyakan tentang status pertumbuhan pada anak, apakah pernah terjadi gangguan dalam pertumbuhan dan terjadinya pada saat umur berapa dengan menanyakan atau melihat catatan kesehatan tentang berat badan, tinggi badan, lingkar dada, lingkar kepala dan seterusnya. (2) Riwayat perkembangan Tanyakan tentang perkembangan bahasa, motorik kasar, motorik halus dan sosial. Data juga dapat diketahui melalui pengunaan perkembangan DDST II (Denver Development Screning Test II). i) Riwayat sosial Kemampuan anak untuk bersosialisasi seperti partisipasi anak dalam bermain dan pola asuh keluarga. 25 j) Data psikologis Psikologi anak apakah pendiam atau rewel dan apakah anak menerima dengan kehadiran perawat, dokter serta petugas kesehatan lainnya. Psikologis keluarga adakah kecemasan di anggota keluarga. k) Data biologis Menjelaskan tentang pemenuhan nutrisi pada saat di rumah dan di Rumah Sakit, perbedaan pola tidur, eliminasi, personal hygiene atau kebersihan anak, pola aktivitas bermain anak pada saat di rumah dan di Rumah Sakit. 3) Pemeriksaan fisik Pemeriksaan fisik menggunakan 4 metode, yaitu : a) Inspeksi merupakan proses observasi dengan menggunakan mata, infeksi dilakukan untuk mendeteksi tanda-tanda fisik yang berhubungan dengan status fisik. b) Palpasi, dilakukan dengan menggunakan sentuhan atau rabaan. Metode ini dikerjakan untuk mendeterminasi ciriciri jaringan atau organ. c) Perkusi adalah metode pemeriksaan dengan cara mengetuk. Tujuan perkusi adalah untuk menentukan batas-batas organ atau bagian tubuh dengan cara 26 merasakan vibrasi yang ditimbulkan akibat adanya gerakan yang diberikan ke bawah jaringan. d) Auskultasi, merupakan menggunakan metode stetoskop pengkajian untuk yang memperjelas pendengaran (A.Azis, 2008). Pemeriksaan fisik terdiri dari berbagai bagian, diantaranya : a) Keadaan Umum Pada pengkajian ini terdiri dari pemeriksaan secara umum seperti pemeriksaan status kesadaran, status gizi dan tanda-tanda vital (A.Azis, 2008). b) Tanda-tanda vital Meliputi nadi (frekuensi, irama, kualitas), tekanan darah, pernafasan (frekuensi, irama, kedalaman dan pola pernapasan), serta suhu tubuh. (1) Nadi Dalam melakukan pemeriksaan nadi seharusnya dilakukan dalam keadaan tidur atau istirahat, pemeriksaan nadi dapat disertai dengan pemeriksaan denyut jantung untuk mengetahui adanya Pulsus defisit yang merupakan denyut jantung yang tidak cukup kuat. 27 (2) Tekanan Darah Pemeriksaan ini menilai adanya kelainan pada gangguan sistem kardiovaskuler, apabila didapatkan perbedaan tekanan darah sistolik pada saat inspirasi dan saat ekspirasi lebih dari 10 mmHg maka dapat dikatakan anak mengalami terjadinya temponade jantung, gagal jantung. (3) Pernafasan Pada pemeriksaan ini dilakukan dengan cara menilai frekuensi pernafasan, irama pernafasan, kedalam pernafasan dan tipe atau pola pernafasan. (4) Suhu Pemeriksaan ini dapat dilakukan melalui rektal, axila dan oral yang digunakan untuk menilai keseimbangan suhu tubuh yang dapat digunakan untuk membantu menentukan diagnosis dini suatu penyakit. c) Sistem Neurologik Sistem neurosensori yang dikaji adalah fungsi cerebral, fungsi kranial, fungsi sensori, serta fungsi reflex. Tabel 2.1 Sistem Neurologik No I Nama Olfaktorius Jenis Sensorik II Optic Sensorik Fungsi Menerima rangsangan dari hidung dan menghantarkannya ke otak untuk dip roses sebagai sensasi bau. Menerima rangsangan dari 28 III Okulomotor Motorik IV Troklearis Motorik V Trigeminus Gabungan VI VII Abdusen Fasialis Motorik Gabungan VIII Vestibulokokle aris Sensorik IX Glosofaringeus Gabungan X Vagus Gabungan XI Aksesorius Motorik XII Hipoglossus Motorik mata dan menghantarkannya ke otak untuk diproses sebagai persepsi visual Menggerakan sebagian besar otot mata Menggerakan beberapa otot mata Sensori: Menerima rangsangan dari wajah untuk diproses di otaksebagai sentuhan Motorik: Menggerakan rahang Abduksi mata Sensorik: Menerima rangsangan dari bagian anterior lidah untuk diproses di otak sebagai sensasi rasa Motorik: Mengendalikan otot wajah untuk menciptakan ekspresi wajah Sensori sistem vestibular: mengendalikan keseimbangan Sensori koklea: menerima rangsangan untuk diproses diotak sebagai suara Sensori: Menerima rangsangan dari bagian posterior lidah untuk diproses di otak sebagai sensasi rasa Motorik: mengendalikan organorgan dalam Sensori : Menerima rangsangan dari organ dalam Motorik: Mengendalikan organorgan dalam Mengendalikan pergerakan kepala Mengendalikan pergerakan lidah d) Sistem Pernafasan Dalam sistem pernafasan kaji ketajamana penciuman bentuk dada, adanya nyeri tekan atau tidak, bunyi suara 29 nafas. Pada pasien febris biasanya pernafasan cepat. e) Sistem Kardiovaskuler Dalam sistem kardiovaskuler kaji apakah ada peninggian vena jugu laris, capillary refill, frekuensi nadi, bunyi jantung f) Sistem Gastrointestinal Dalam sistem gastrointestinal kaji mengenai nafsu makan, kebiasaan defekasi, intoleransi makanan, mual, muntah dan nyeri. Pada pasien dengan febris didapatkan anorexia, bising usus meningkat melebihi nilai normaInya. yaitu 8-15 kali/menit. g) Sistem Perkemihan Pada sistem pemeriksaan kaji frekuensi buang air kecil. warna apakah ada nyeri saat buang air kecil. h) Sistem Muskuloskeletal Rentang sendi yang menunjukan kemampuan luas gerak persendian tertentu, mulai dari kepala sampai anggota gerak bawah, ketidaknyamanan atau nyeri yang dikatakan klien waktu bergerak, observasi adanya luka, adanya kelemahan dan penurunan toleransi terhadap aktifitas. Range of motion (ROM) adalah latihan gerakan sendi yang memungkinkan terjadinya kontraksi dan pergerakan otot, di mana klien menggerakan masingmasing persendiannya sesuai gerakan normal baik 30 secara aktif ataupun pasif. Tujuan ROM adalah : (1). mempertahankan atau memeliharakekuatan otot, memelihara sirkulasi mobilitas darah, (4). persendian, (3) (2). merangsang Mencegah kelainan bentuk (Suratun, 2008). Kekuatan otot dengan menggunakan skala 0-5 0 = 1 = 2 = 3 = 4 = 5 = Paralisis total Tidak ada gerakan, teraba / terlihat adanya kontraksi Gerakan otot penuh menentang gravitasi dengan sokongan Gerakan normal menentang gravitasi Gerakan normal penuh menentang gravitasi dengan sedikit penahan Gerakan normal penuh, menentang gravitasi dengan penahanan penuh. i) Sistem Endokrin Menjelaskan pertumbuhan dan perkembangan, polipagia, poliurea, polidipsi. j) Sistem Integumen Warna kulit, tekstur kulit, turgor kulit, suhu, oedema, infeksi. Pada pasien febris kulit pucat, turgor jelek, suhu tubuh meningkat. k) Sistem Genetalia Memeriksa kemungkinan adanya iritasi dan infeksi. 31 b. Analisa Data Analisa data adalah data-data klien yang telah di peroleh dari proses pengumpulan data di kelompokkan berdasarkan masalah kesehatan yang di alami klien dan sesuai dengan kriteria permasalahannya. Setelah data di kelompokkan maka perawat dapat mengidentifikasi masalah kesehatan klien dan dapat mulai menegakkan diagnosis keperawatannya (Nursalam, 2008). 2. Diagnosa Keperawatan Diagnosa keperawatan adalah merupakan pernyataan yang menggambarkan respons manusia (keadaan sehat atau perubahan pola interaksi actual atau potensial dari individu atau kelompok ketika perawat memberikan secara intervensi legal secara menidentifikasikan pasti untuk dan dapat menjaga status kesehatan atau untuk mengurangi, menyingkirkan atau mencegah perubahan (Rohmah, 2009). Berdasarkan perjalanan patofisiologis penyakit dan manisfestasi klinik yang muncul maka diagnosa keperawatan yang sering muncul pada pasien dengan demam adalah a. Gangguan nutrisi berhubungan dengan intake makanan berkurang. b. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik. 32 c. Gangguan personal hygiene berhubungan dengan kelemahan fisik. d. Kecemasan keluarga berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang penyakik dan efek hospitalisasi. e. Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan peningkatan suhu tubuh. (Sujono, 2009) 3. Perencanaan Perencanaan adalah pengembangan strategi desain untuk mencegah, mengurangi, mengatasi masalah-masalah yang telah di identfikasi dalam diagnosa keperawatan. Desain perencanaan menggambarkan sejauh mana perawat mampu menerapkan cara menyelesaikan masalah dengan efektif dan efisien (Rohmah, 2009). Rencana keperawatan merupakan serangkaian tindakan atau intervensi untuk mencapai tujuan pelaksanaan asuhan keperawatan. Intervensi keperawatan adalah preskripsi untuk perilaku spesifik yang diharapkan dari pasien dan atau tindakan yang harus dilakukan oleh perawat. Berdasarkan diagnosa yang ada maka dapat disusun rencana keperawatan sebagai berikut a. Gangguan nutrisi Tujuan : Kebutuhan nutrisi terpenuhi Kriteria : 1. Menyatakan pemahaman kebutuhan nutrisi 33 2. Menyiapkan pola diet dengan memasukkan kalori adekuat untuk meningkatkan atau mempertahankan berat badan yang tepat 3. Menunjukkan peningkatan berat badan mencapai rentang yang diharapkan individu Tabel 2.2 Intervensi dan Rasional Diagnosa 1 Intervensi 1) Nilai status gizi anak 1) 2) Berikan makanan sedikit dan makanan kecil, tambahan yang tepat 3) Buat pilihan menu yang ada dan izinkan pasien untuk mengontrol pilihan sebanyak mungkin 4) Timbang berat badan setiap hari pada waktu yang sama dan pada skala yang sama 5) Jelaskan pentingnya intake nutrisi yang adekuat untuk penyembuhan penyakit (Sujono, 2009) 2) 3) 4) Rasional Status nutrisi sangatlah penting untuk mengetahui sejauhmana nilai gizi anak Dilatasi gaster dapat terjadi bila pemberian makanan terlalu cepat Meningkatkan kepercayaan dirinya dan merasa mengontrol makanan untuk makan Dengan menimbang berat badan maka akan diketahui sejauhmana nilai gizi anak 5) Dapat diketahui/dilihat intake nutrisi dan pola makan yang baik. b. Intoleransi aktifitas Tujuan : Kebutuhan aktifitas sehari-hari klien terpenuhi Kriteria : Klien dapat melakukan kebutuhan sehari-hari mandiri secara bertahap Tabel 2.3 Intervensi dan Rasional Diagnosa 2 Intervensi Rasional 1) Bantu klien dalam 1) Dengan membantu klien maka melaksanakan aktifitas seharikebutuhan klien untuk hari melakukan aktifitas hidup seharihari akan terpenuhi 2) Observasi kemampuan klien dan 2) Dengan mengobservasi kondisi klien untuk beraktifitas kemampuan klien untuk 34 hidup sehari-hari secara mandiri beraktifitas hidup sehari-hari secara mandiri maka dapat terlihat sejauhmana bantuan perawat yang dibutuhkan klien sesuai dengan kondisinya 3) Latih klien beraktifitas sendiri 3) Dengan melatih beraktifitas bila sudah mampu maka klien akan belajar untuk melakukan kegiatan secara mandiri sesuai dengan kondisi (Sujono, 2009) c. Gangguan personal hygiene Tujuan : Perawatan diri terpenuhi Kriteria : Klien mampu melakukan aktivitas perawatan diri sesuai dengan tingkat kemampuan diri sendiri Tabel 2.4 Intervensi dan Rasional Diagnosa 3 Intervensi Rasional 1) Kaji aktivitas yang dapat 1) Untuk mengetahui sejauh mana dilakukank anak sesuai dengan aktivitas anak yang telah dapat tugas perkembangan anak dilakukan sesuai dengan keadaan fisik dan tingkat perkembangan anak 2) Jelaskan kepada anak dan 2) Dengan aktivitas yang dijaga keluarga aktivitas yang dapat maka kelelahan fisik akan dan tidak dapat dilakukan menurun dan suhu tubuhpun hingga demam berangsurakan menurun angsur turun 3) Bantu kebutuhan dasar anak 3) Dengan membantu dan memperhatikan kebutuhan dasar anak maka perawatan diri akan terpenuhi 4) Libatkan peran keluarga dalam 4) Peran keluarga akan sangat memenuhi kebutuhan dasar berpengaruh sekali dalam anak memenuhi segala kebutuhan dasar anak. (Sujono, 2009) 35 d. Kecemasan keluarga Tujuan : Tidak terjadi kecemasan pada keluarga klien Kriteria : - Tingkat kecemasan berkurang atau hilang dari cemas tingkat ringan (ketegangan yang menyebabkan waspada) sampai tidak terjadi kecemasan (masalah terantisipasi), - Pengetahuan keluarga bertambah tentang penyakit - Keluarga mengerti tentang keadaan dan penyakit yang diderita Tabel 2.5 Intervensi dan Rasional Diagnosa 4 Intervensi Rasional 1) Lakukan pendekatan 1) Agar klien dan keluarga merasa interpersonal terhadap klien diperhatikan sehingga akan dan keluarga mengurangi tingkat kecemasan dan membina hubungan saling percaya. 2) Beri support mental 2) Dengan dukungan mental keluarga tidak akan merasa cemas dan optimis akan kesembuhan klien 3) Jelaskan tentang penyakit 3) Dengan menjelaskan tentang yang diderita klien dan penyakit (pengertian, tanda dan perawatan yang harus dijalani gejala) dan perawatan yang harus dijalani sehingga pengetahuan dan informasi keluarga klien bertambah 4) Libatkan keluarga dalam 4) Dengan menjelaskan tentang prosedur tindakan medis dan penyakit (pengertian, tanda dan perawatan yang harus dijalani gejala) dan perawatan yang harus dijalani sehingga pengetahuan dan informasi keluarga klien bertambah 5) Libatkan keluarga dalam 5) Dalam melibatkan keluarga akan prosedur tindakan medis dan mengurangi kecemasan serta 36 perawatan belajar secara mandiri dalam pemberian perawatan pada anaknya (Sujono, 2009). e. Resiko kurangnya volume cairan Tujuan : Tidak terjadi kekurangan cairan Kriteria : 1. Mempertahankan perubahan keseimbangan cairan, dibuktikan oleh haluran urin yang adekuat, tanda vital stabil, membran mukosa lembab, turgor kulit baik 2. Menyatakan pemahaman faktor penyebab dan perilaku yang perlu untuk memperbaiki defisit cairan. Tabel 2.6 Intervensi dan Rasional Diagnosa 5 Intervensi Rasional 1) Awasi tanda-tanda vital (suhu 1) Suhu tubuh yang mengalami tubuh) paling sedikit setiap 4 peningkatan akan berpengaruh jam sekali terhadap kurangnya volume cairan 2) Pasien tidak mengkonsumsi 2) Awasi jumlah dan tipe cairan, cairan sama sekali ukur pengeluaran urin dengan mengakibatkan dehidrasi atau akurat mengganti cairan untuk masukkan kalori yang berdampak pada keseimbangan cairan 3) Monitor dan catat berat badan 3) Berat badan yang tidak stabil dan pada waktu yang sama dan tidak normal berpengaruh dengan skala yang sama terhadap kurangnya volume cairan 4) Identitas rencana untuk 4) Melibatkan pasien dalam rencana meningkatkan/ untuk memperbaiki mempertahankan ketidakseimbangan, memperbaiki keseimbangan cairan optimal kesempatan untuk berhasil (Sujono, 2009) 37 4. Implementasi Implementasi adalah realisasi rencana tindakan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Kegiatan dalam pelaksanaan juga meliputi pengumpulan data berkelanjutan, mengobservasi respon klien selama dan sesudah pelaksanaan tindakan, dan menilai data yang baru (Rohmah, 2009). 5. Evaluasi Menurut (Rohmah, 2009). Evaluasi adalah penilaian dengan cara membandingkan perubahan keadaan pasien (hasil yang diamati) dengan tujuan dan kriteria hasil yang dibuat pada tahap perencanaan. Tujuan dari evaluasi ini untuk : 1. Mengakhiri tindakan rencana keperawatan 2. Memodifikasi tindakan keperawatan. 3. Meneruskan rencana tindakan keperawatan. Ada 2 jenis mengevaluasi kualifikasi tindakan keperawatan yaitu : a. Evaluasi Proses (Formatif) Evaluasi yang dilakukan setiap selesai tindakan, berorientasi pada etiologi, dilakukan secara terus menerus sampai tujuan yang telah ditentukan tercapai. b. Evaluasi Hasil (Sumatif) Yaitu evaluasi yang dilakukan setelah akhir tindakan keperawatan secara paripurna berorientasi pada masalah 38 keperawatan, menjelaskan keberhasilan atau ketidakberhasilan dan rekapitulasi dan kesimpulan status kesehatan klien sesuai dengan kerangka waktu yang ditetapkan. (Rohmah, 2009). Melalui evaluasi memungkinkan perawat untuk memonitor kealpaan yang terjadi selama tahap pengkajian, analisa, perencanaan dan pelaksanaan tindakan. Adapun evaluasi yang menggunakan pendekatan dengan format SOAP/SOAPIE/SOAPIER adalah : S : Subjektif adalah informasi yang didapat dari pasien O : Objektif adalah data berdasarkan hasil pengukuran atau observasi perawat secara langsung kepada klien, dan yang dirasakan klien setelah dilakukan tindakan keperawatan A : Assesment (pengkajian) adalah suatu masalah atau diagnosis keperawatan yang masih terjadi, atau juga dapat dituliskan masalah atau diagnosis baru yang terjadi akibat perubahan status kesehatan klien yang telah teridentifikasi datanya dalam data subjektif dan objektif. P : Planning adalah rencana tindakan yang dilanjutkan, dihentikan, atau dimodifikasi, atau ditambahkan dari rencana tindakan keperawatan yang telah ditentukan sebelumnya. I : Implementasi adalah tindakan keperawatan yang dilakukan sesuai dengan instruksi yang telah teridentifikasi dalam komponen P (Perencanaan). 39 E : Evaluasi adalah respon klien setelah dilakukan tindakan keperawatan. R : Reassesment adalah pengkajian ulang yang dilakukan terhadap perencanaan setelah diketahui hasil evaluasi, apakah dari rencana tindakan perlu dilanjutkan, dimotifikasi, atau dihentikan (Rohmah, 2009). DAFTAR PUSTAKA Amelia, (2014). Gejala Febris Pada Anak. Tersedia dalam http://greenhealthydiary.blogspot.co.id. [Diakses 10 Juni 2016]. Anonim, (2009), Petunjuk Operasional Penerapan Cara Pembuatan Obat Yang Baik 2006, Badan Pengawasan Obat dan Makanan RI, Jakarta, 585. Aziz, A Alimul Hidayat. (2008). Pengantar Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta : Salemba Medika ________________. (2009). Metode Penelitian Keperawatan dan Tekhnik Analisis Data. Jakarta: Salemba Medika. Cecily, (2009). Buku Saku Keperawatan Pediatri Edisi 5. Jakarta: EGC. Hidayat, A.A. (2008). Pengantar Ilmu Keperawatan Anak. Jakarta : EGC. Nursalam. (2008). Proses & Dokumentasi Keperawatan : Konsep dan Praktik. Jakarta : Salemba Medika Perry, (2009). Fundamental Keperawatan Buku 1 Edisi. 7. Jakarta : Salemba Medika. Riezkhyamalia, (2013). Laporan Pendahuluan Demam. Tersedia dalam https://riezkhyamalia.wordpress.com. [Diakses 10 Juni 2016]. Rohmah, Nikmatur at, al. (2009). Proses Keperawatan Teori dan Aplikasi (Edisi 1). Jakarta : Ar. Ruzzmedia. Sujono Riyadi (2010). Asuhan Keperawatan Klien Anak dengan Haemoragic Fever , Jakarta Suradi, (2010). Kebutuhan Dasar Manusia. Tersedia dalam http://greenhealthydiary.blogspot.co.id. [Diakses 10 Juni 2016]. Suriadi, Yuliani, Rita.(2010). Asuhan Keperawatan pada Anak Edisi 2. Jakarta : CV. Sagung Seto Valita, (2007). Mekanisme Dasar Terjadinya Demam. Tersedia dalam https://core.ac.uk. [Diakses 10 Juni 2016].