asuhan keperawatan pada ny i post partum spontan preeklampsia

advertisement
ASUHAN KEPERAWATAN PADA An. D USIA PRA SEKOLAH
(5 TAHUN) DENGAN FEBRIS DI RUANG MELATI
BADAN LAYANAN UMUM DAERAH
KABUPATEN CIAMIS
TANGGAL 16-20 JUNI TAHUN 2016
KARYA TULIS ILMIAH
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat dalam Menyelesaikan
Program Studi Diploma III Keperawatan
Disusun oleh :
ERLIN PRADILA ANGGI
NIM : 13DP277023
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH
PROGRAM STUDI D III KEPERAWATAN
CIAMIS
2016
ASUHAN KEPERAWATAN PADA AN. D USIA PRA SEKOLAH (5 TAHUN)
DENGAN FEBRIS DI RUANG MELATI BADAN LAYANAN UMUM DAERAH
KABUPATEN CIAMIS DARI TANGGAL 16-20 JUNI TAHUN 20161
Erlin Pradila Anggi2, Ade Fitriani3
INTISARI
Penyakit demam merupakan kelainan neurologis yang paling sering
dijumpai pada anak terutama pada golongan anak umur 6 bulan sampai 4 tahun.
Hampir 3% dari anak yang berumur di bawah 5 tahun pernah menderita demam.
Pravelansi febris di Indonesia, kejadian demam pada anak usia 6 bulan sampai 5
tahun hampir 2-5%. Di Provinsi Jawa Barat prevalansi demam sebesar 1,61 %.
Angka kejadian febris di ruang melati BLUD Kabupaten Ciamis periode JanuariMei tahun 2016 sebanyak 58 orang atau 9,85%.
Tujuannya pembuatan studi kasus ini adalah untuk memperoleh
pengetahuan dan pengalaman nyata dalam memberikan Asuhan Keperawatan.
Metode yang digunakan adalah analisa deskriftif melalui proses keperawatan
yang meliputi pengkajian, perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi.
Selama penulis melakukan Asuhan Keperawatan pada An. D dari
tanggal 16 Juni 2016 sampai dengan tanggal 20 Juni 2016, penulis menemukan
diagnosa keperawatan diantaranya : gangguan nutrisi berhubungan dengan pola
makanan tidak teratur, gangguan personal hygiene berhubungan dengan
kurangnya pengetahuan, dan gangguan pola eliminasi fekal berhubungan
dengan konstipasi.
Setelah penulis melakukan asuhan keperawatan selama 4 hari yang
dimulai dari tanggal 16-20 Juni 2016, dua diagnosa teratasi dan satu diagnosa
tidak teratasi.
Kata Kunci
: Asuhan Keperawatan, Anak Pra Sekolah, Febris
Kepustakaan : 14 buah, 2007-2014
Keterangan : 1 Judul, 2 Nama mahasiswi Prodi D III Keperawatan STIKes
Muhammadiyah Ciamis, 3 pembimbing STIKes Muhammadiyah
Ciamis
iv
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Anak merupakan individu yang berada dalam satu rentang
perubahan perkembangan yang mulai dari bayi hingga remaja (Aziz,
2008). Secara umum terdapat dua faktor utama yang berpengaruh
terhadap tumbuh kembang anak, yaitu : faktor genetik dan faktor
lingkungan. Faktor lingkungan dibedakan menjadi dua yaitu : Faktor
pranatal atau pada waktu masih dalam kandungan misalnya gizi ibu
pada waktu hamil, zat kimia, endokrin, radiasi, infeksi, stress, imunitas
dan anoksia embrio. Faktor lingkungan post natal terdiri dari empat
diantaranya : lingkungan biologis misal ras, jenis kelamin, umur, gizi,
perawatan kesehatan, kepekaan terhadap penyakit, penyakit kronis,
fungsi metabolisme, hormon. Faktor fisik misal cuaca, musim, sanitasi,
radiasi, keadaan rumah. Faktor psikososial antara lain stimulasi,
motivasi, belajar, ganjaran atau hukuman, kelompok sebaya, stress,
sekolah, cinta dan kasih sayang, kualitas interaksi anak dan orang tua,
serta faktor keluarga (Suradi, 2010).
Penyakit pada anak yang sering terjadi diantaranya : Diare,
Thypoid,
Asma,
Pneumonia,
Thalasemi,
Tuberkulosis,
Bronkopneumoni, Korpumonal (KP), dan penyakit febris. Febris
merupakan
penyakit
yang
sampai
1
saat
ini
belum
diketahui
2
penyebabnya, kadang-kadang demam yang begitu tinggi. Demam
merupakan gangguan pada sistem saraf atau otak yang apabila tidak
ditangani dengan cepat dan baik dapat mengakibatkan kelainan
neurologis dimana kerusakan pada sel otak bersifat irevisibel
(menetap) dan dampaknya akan terus terbawa.
Penyakit demam merupakan kelainan neurologis yang paling sering
dijumpai pada anak terutama pada golongan anak umur 6 bulan
sampai 4 tahun. Hampir 3% dari anak yang berumur di bawah 5 tahun
pernah menderita demam (Suradi, 2010).
Di Amerika Serikat, demam terjadi pada 2-4% anak usia 6 bulan
hingga 5 tahun. Diantaranya, sekitar 70-75% hanya mengalami
demam sederhana, yang lainnya sekitar 20-25% mengalami demam
kompleks, dan sekitar 5% mengalami demam simtomatik. Demam
lebih sering terjadi pada anak laki-laki. Demam tergantung pada usia,
dan jarang terjadi sebelum usia 9 bulan dan setelah usia 5 tahun.
Puncak terjadinya demam yaitu pada usia 14 sampai 18 bulan, dan
angka kejadian mencapai 3-4% anak usia dini.
Sedangkan pravelansi febris di Indonesia, kejadian demam pada
anak usia 6 bulan sampai 5 tahun hampir 2-5% (Amelia, 2014).
Menurut Riset Kesehatan Dasar Nasional tahun 2014, prevalensi
demam sebesar 1,5% yang artinya ada kasus demam 1.500 per
100.000 penduduk Indonesia. Di Provinsi Jawa Barat prevalansi
demam sebesar 1,61 % dan tersebar di seluruh Kabupaten atau Kota
3
dengan prevalensi yang berbeda-beda di setiap tempat. Prevalensi
demam di Kabupaten Ciamis sebesar 0,8% (Amelia, 2014).
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Tabel 1.1
Kasus 10 Besar Penyakit di Ruang Melati
Badan Layanan Umum Daerah Ciamis
Kabupaten Ciamis Tahun 2015
Penyakit
Total
Diare
415
Typhoid
288
Febris
200
Asthma BR
124
TBC
91
Broncho Pnemonia
65
Syndrome Dispepsia
64
Anemia
35
Dengue Paper
27
Status Asmatikus
23
Jumlah Total
1332
%
31,16
21,62
15,02
9,31
6,83
4,88
4,80
2,63
2,03
1,73
100
Sumber : Medical Record RSUD Ciamis Tahun 2015
Dari data yang diperoleh pada tahun 2015 jumlah pasien yang
dirawat akibat febris di Ruang Melati adalah sebanyak 200 orang yang
menduduki peringkat 3 dari 10 penyakit terbesar yang dirawat di
Badan Layanan Umum Daerah Kabupaten Ciamis.
Sedangkan untuk kasus febris di Ruang Melati Badan
Layanan Umum Daerah Kabupaten Ciamis selama bulan Januari – Mei
2016 dengan data sebagai berikut :
4
Tabel 1.2
Kasus 10 Besar Penyakit Di Ruang Melati
Badan Layanan Umum Daerah Kabupaten Ciamis
Bulan Januari – Mei Tahun 2016
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Penyakit
Diare
Tifoid
Febris
TBC
Asthma BR
Broncho Pnemonia
Syndrome Dispepsia
Satatus Asmatikus
Dengue Paper
Epilepsi
Jumlah Total
Total
%
171
128
58
47
45
40
34
27
26
13
589
29,03
21,73
9,85
7,98
7,64
6,79
5,77
4,58
4,41
2,21
100
Sumber : Medical Record RSUD Ciamis periode Januari – Mei Tahun 2016
Berdasarkan tabel 1.2 diatas diketahui bahwa angkan kejadian
febris di ruang melati BLUD Kabupaten Ciamis periode Januari-Mei
tahun 2016 sebanyak 58 orang atau 9,85% dan menduduki peringkat
ke 3 dari 10 penyakit besar.
Melihat kedua tabel diatas, masih banyak anak yang mengalami
febris. Maka memerlukan penanganan dan perawatan secara intensif,
mengingat efek yang di timbulkan akan mengakibatkan dampak
pertumbuhan dan perkembangan terhadap anak. Perawat sebagai
pelaksana tindakan keperawatan mempunyai peran yang sangat
penting dalam meningkatkan kualitas tindakan keperawatan pada anak
dengan febris. Sehingga dapat mengurangi angka morbiditas dan
mortalitas serta komplikasi dari febris pada anak.
5
Surah al-Anbiyaa’ : ayat 69 :
Artinya : Wahai api, jadilah engkau sejuk kepada Ibrahim dan
peliharalah kesejahteraannya. (Surah al-Anbiyaa’ : ayat 69).
Abu Hurairah r.a berkata: “Tidak ada penyakit yang menimpaku
yang lebih aku sukai daripada demam, sebab demam merasuk setiap
organ tubuhku, dan Allah s.w.t. akan mengurniakan pahala bagi setiap
organ tubuh yang diserang demam.”
Demam adalah daripada percikan api neraka dan sejukkannya
dengan Air. Daripada Rafi’ bin Khadij r.a., bahawa dia mendengar Nabi
s.a.w.
bersabda
yang
bermaksud:
“Sesungguhnya demam
itu
merupakan legakan api neraka jahanam, maka sejukkanlah ia dengan
air
Dampak dari febris dapat menimbulkan kerusakan otak akibat
kejang, pada kejang demam berlangsung lama (lebih dari 15 menit)
akan terjadi apnea menimbulkan kerusakan otak yang makin berat,
kelumpuhan, bahkan sampai terjadi retardasi mental, sehingga dapat
mengganggu proses pertumbuhan dan perkembangan pada anak dan
efeknya
bisa
terbawa
sampai
usia
dewasa.
Retardasi
atau
keterbelakangan mental menjadi sumber kecemasan bagi keluarga
dan masyarakat. Karena alasan-alasan itu, maka penulis merasa
tertarik
untuk
melaksanakan
asuhan
keperawatan
secara
6
didokumentasikan dalam bentuk karya tulis dengan judul “Asuhan
Keperawatan pada An. D Usia pra Sekolah (5 Tahun) dengan
Febris di Ruang Melati Badan Layanan Umum Daerah Kabupaten
Ciamis dari Tanggal 16-20 Juni Tahun 2016”.
B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Untuk memperoleh pengalaman secara nyata dan dapat
melaksanakan
asuhan
keperawatan
secara
langsung,
komprehensif pada anak dengan febris yang meliputi aspek biopsiko-sosial dan spiritual
keperawatan
dengan
yang berdasarkan ilmu dan kiat
menggunakan
pendekatan
proses
keperawatan.
2. Tujuan Khusus
a. Mampu melakukan pengkajian pada anak dengan febris
b. Mampu membuat rencana keperawatan terhadap semua
permasalahan yang ditimbulkan oleh febris.
c. Mampu melakukan tindakan keperawatan sesuai dengan
perencanaan yang telah disusun
d. Mampu melakukan evaluasi dan tindakan yang sudah dilakukan
dan mengetahui kesulitan-kesulitan atau hambatan-hambatan
selama melaksanakan asuhan keperawatan pada anak dengan
febris
7
e. Mampu mendokumentasikan asuhan keperawatan pada anak
dengan febris.
C. Metode Penulisan
Metode yang digunakan adalah metode deskriptif yaitu suatu
metode proses penalaran untuk menarik kesimpulan berupa prinsip
atau sikap yang berlaku khusus berdasarkan atas fakta yang bersifat
umum, dengan teknik studi kasus (memusatkan perhatian pada suatu
kasus secara intensif) adapun teknik pengumpulan data yang
digunakan adalah :
1. Observasi (pemeriksaan fisik) yaitu pengumpulan data melalui
pengamatan secara langsung terhadap klien dengan cara inspeksi,
palpasi, perkusi dan auskultasi untuk mendapatkan data objektif.
2. Wawancara (partisipasi aktif) yaitu pengumpulan data dengan
kegiatan aktif, menanyakan secara langsung tentang data atau
informasi yang diperlukan kepada klien dan keluarga, yang dibantu
oleh petugas kesehatan lain (perawat) di ruangan.
3. Studi
kepustakaan,
yaitu
mendapatkan
keterangan
sebagai
landasan teori dan berbagai referensi
4. Studi dokumentasi yaitu mempelajari data-data pada status klien
dan catatan yang berhubungan dengan asuhan keperawatan.
8
D. Sistematika Penulisan
Adapun sistematika penulisa dalam Karya Tulis ini terdiri dari 4 Bab
yaitu :
BAB I
: PENDAHULUAN
Menjelaskan tentang Latar Belakang Masalah, Tujuan,
Metode Penulisan dan Sistematika Penulisan.
BAB II
: TINJAUAN TEORITIS
Menjelaskan
dan
membahas
tentang
Konsep
dasar
penyakit, definisi, etiologi, anatomi fisiologi, patofisiologi,
tanda dan gejala, penatalaksanaan medis, karakteristik anak
usia infant, dampak penyakit terhadap kebutuhan dasar
anak,
asuhan
keperawatan
dari
pengkajian
spesifik
terhadap kasus febris, kemungkinan diagnosa keperawatan
yang muncul, intervensi dan rasional.
BAB III : TINJAUAN KASUS DAN PEMBAHASAN
Tinjauan kasus meliputi : Tahapan-tahapan pengkajian,
perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi. Menjelaskan
kesenjangan antara teori yang didapat dan kenyataan
dilahan praktek.
BAB IV : SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
dan
saran,
menjelaskan
mengenai
uraian
kesimpulan tentang pelaksanaan asuhan keperawatan dan
saran pada pihak-pihak terkait.
BAB II
TINJUAN TEORITIS
A. Konsep Dasar
1. Penyakit Febris (Demam)
a. Definisi
Febris atau demam adalah suatu keadaan di mana
pengeluaran
dipertahankan
produksi
karena
panas
yang
terjadinya
tidak
mampu
peningktan
suhu
untuk
tubuh
abnormal (Valita, 2007). Penyakit febris atau demam Tidak
hanya diderita pada anak-anak, tetapi pada manusia dewasa
maupun lansia juga, tergantung dari sistem imun setiap individu
itu sendiri (Hidayat, 2008).
Demam (febris) adalah meningkatnya temperatur tubuh
secara abnormal. Demam (febris) adalah peningkatan pada titik
set dimana suhu tubuh diatur pada tingkat yang lebih tinggi;
dapat didefinisikan sebagai suhu tubuh diatas 380c (Suriadi,
2010).
Demam (febris) adalah keadaan dimana terjadi kenaikan
suhu hingga 38°C atau lebih. Ada juga yang yang mengambil
batasan lebih dari 37,8°C (Riezkhyamalia, 2013).
9
10
b. Etiologi
Hingga kini belum diketahui dengan pasti. Demam
(febris) sering disebabkan infeksi saluran pernapasan atas,
otitis media, pneumonia, gastroenteritis dan infeksi saluran
kemih, faktor-faktor perninatal, malformasi otak congenital,
faktor genetika, penyakit infeksi (esefalitis, meningitis), demam,
gangguan metabolism, trauma, neoplasma, toksin, gangguan
degenerative susunan saraf (Sujono, 2010).
c. Gejala Febris
Pada saat terjadi demam, gejala klinis yang timbul
bervariasi tergantung pada fase demam meliputi:
1) Fase 1 awal (dingin/ menggigil)
Tanda dan gejala
a) Peningkatan denyut jantung
b) Peningkatan laju dan kedalaman pernapasan
c) Mengigil akibat tegangan dan kontraksi otot
d) Peningkatan suhu tubuh
e) Pengeluaran keringat berlebih
f)
Rambut pada kulit berdiri
g) Kulit pucat dan dingin akibat vasokontriksi pembuluh
darah.
11
2) Fase 2 (proses demam)
Tanda dan gejala
a) Proses mengigil lenyap
b) Kulit terasa hangat / panas
c) Merasa tidak panas / dingin
d) Peningkatan nadi
e) Peningkatan rasa haus
f)
Dehidrasi
g) Kelemahan
h) Kehilangan nafsu makan (jika demam meningkat)
i)
Nyeri pada otot akibat katabolisme protein.
3) Fase 3 (pemulihan)
Tanda dan gejala
a) Kulit tampak merah dan hangat
b) Berkeringat
c) Mengigil ringan
d) Kemungkinan mengalami dehidrasi
(Sujono, 2010).
12
d. Pathway Febris
Agen infeksius
Mediator inflamasi
Dehidrasi
Monosit/makrofag
Tubuh kehilangan cairan
Sitokin pirogen
Mempengaruhi hipothalamus
Anterior
penurunan cairan intrasel
Aksi antipiretik
Peningkatan evaporasi
Demam
meningkatnya
Metabolik tubuh
Ph berkurang
Resiko Kekurangan
volume cairan
Gangguan personal
hygiene
anoreksia
Kelemahan fisik
intake makanan
berkurang
Intoleransi
Aktifitas
Gangguan Nutrisi
gangguan rasa nyaman
rewel
Efek Hospitalisasi
Kurang Pengetahuan
Cemas
Gambar 2.1. Pathway Febris
(Sujono, 2009).
13
e. Penatalaksanaan Febris
Pada saat demam ini, terdapat beberapa cara-cara
untuk penatalaksanaannya. Cara penatalaksanaan ini di bagi
menjadi 2 yaitu dengan obat atau metode farmakologi dan
non-obat atau metode terapi. Dalam memberikan penanganan
secara obat, penderita dapat diberikan parasetamol karena
parasetamol ini adalah suatu obat antipiretik yang sifatnya
dapat mengurangi suhu atau menurunkan panas. Namun
harap diperhatikan bahwa obat in
hanya mengurangi gejala
penyakit dan bukan untuk mengobati penyakit. Selain itu ada
juga
asetosal
selain
fungsinya
sebagai
analgesik
atau
pengurang rasa nyeri juga sebagai penurun demam yang
merupakan salah satu gejala suatu peradangan atau infeksi
(Aziz, 2008).
Penatalaksanaan
febris
atau
demam
menurut
(Shvoong, 2010), untuk menurunkan suhu tubuh dalam batas
normal
tanpa
mengunakan
obat
yaitu
dengan cara di
kompres :
1) Menyiapakan air hangat
2) Mencelupkan
waslap
atau
handuk
kecil
ke
dalam
baskom dan mengusapnya ke seluruh tubuh
3) Melakukan tindakkan diatas beberapa kali (setelah kulit
kering).
14
4) Mengeringkan tubuh dengan handuk.
5) Menghentikan prosedur bila suhu tubuh sudah mendekati
Penurunan suhu tubuh terjadi saat air menguap dari
permukaan kulit. Oleh karena itu, anak jangan “dibungkus”
dengan lap atau handuk basah atau didiamkan dalam
air
karena penguapan akan terhambat. Tambah kehangatan airnya
bila demamnya semakin tinggi. Sebenarmya mengompres
kurang efektif dibandingkan obat penurun demam. Karena itu
sebaiknya digabungkan dengan pemberian obat penurun
demam, kecuali anak alergi terhadap obat tersebut.
f.
Pengobatan Febris
Pengobatan febris ataudemam dapat menggunakan obat
diantaranya yaitu sebagai berikut :
1) Paracetamol (para acetoaminophenol)
Suatu obat untuk mengurangi demam (antipiretik)
dan nyeri (analgetik). Obat ini aman untuk bayi dan anak
sesuai kebutuhan, karena itu dapat dibeli bebas. Obat ini
dimetabolisme di hati sehingga bila dosis berlebih dapat
menimbulkan gangguan fungsi hati. Efek samping obat
(ESO)
bersifat
memperbaiki
reversible,
keadaan
penghentian
umum
anak
dan
obat
ESO
dapat
akan
berangsur-angsur hilang sehingga kondisi anak kembali
normal.
15
Parasetamol dapat diberikan setiap 6 jam sesuai
kebutuhan. Dosis parasetamol berdasarkan BB. Jenis obat
yang mengandung parasetamol sangat banyak seperti
Tempra, Sanmol, Praxion, Naprex, Bodrexin sirup, Dumin,
Termorex, dll. Dosis 10-15 mg/kg berat badan (BB) per kali
pemberian, maksimal 60 mg/kg BB per hari.
Sediaan drop diberikan pada bayi dengan BB
dibawah 10 kg atau pada anak dengan kesulitan minum
obat karena volume pemberian relatif sedikit. Pada anak
dengan BB diatas 10 kg dapat diberikan sirup. Tablet
diberikan pada anak usia diatas 12 tahun.
2) Ibuprofen
Ibuprofen dapat diberikan pada kondisi demam
yang tinggi (>40°C), demam membandel yang tidak
responsif terhadap pemberian Parasetamol, atau demam
yang disertai dengan peradangan.
Dosis obat ini adalah: 5-10 mg/kg BB setiap kali
pemberian, maksimal 40 mg/kg BB/hari. Contoh obat
yang mengandung ibuprofen antara lain Proris, Rhelafen,
Fenris, Bufect, dll. Dalam memilih obat demam, pilih obat
yang tidak mengandung alkohol, karena beberapa produk
sirup juga ada yang menggunakan alkohol sebagai
campurannya (Anonim, 2009).
16
2. Karakteristik Anak Usia Pra Sekolah (5 Tahun)
a. Pertumbuhan fisik
Penambahan berat badan anak pra sekolah kurang dari
2 kg per tahun, berat rata-rata adalah 18 kg. Pertumbuhan
tinggi badan anak 5-7 cm per tahun, tinggi rata-rata 108 cm.
Gigi susu mulai tanggal.
b. Motorik kasar
Motorik kasar adalah aspek yang berhubungan dengan
pergerakan dan sikap tubuh pada anak usia pra sekolah
motorik kasarnya dapat melompat melewati tali, berlari tanpa
kesulitan, mainan tangkap.
c. Motorik halus
Motorik
halus
adalah
kemampuan
anak
untuk
mengamati sesuatu melakukan gerakan yang melibatkan
bagian-bagian tubuh tertentu saja. Pada usia pra sekolah
motorik halusnya dapat memukul kepala paku dengan palu,
mengikat tali sepatu, dapat meniru tulisan beberapa huruf
alphabet, dapat menuli nama.
d. Adaptif
Adaptif adalah mampu menyesuaikan diri terhadap
tantangan alam, perubahan IPTEK dan perubahan sosial
budaya. Pada anak usia pra sekolah adaptifnya dapat bermain
dengan
permainan
sederhana,
menangis
jika
dimarahi,
17
membuat
permintaan
sederhana
dengan
gaya
tubuh,
menunjukkan peningkatan kecemasan terhadap perpisahan,
mengenali anggota keluarga (A.Azis, 2009).
e. Adaptasi sosial
Maksud perkembangan sosial ini adalah pencapaian
kematangan dalam hubungan sosial. Dapat juga dikatakan
sebagai proses belajar untuk menyesuaikan diri dengan normanorma kelompok, tradisi dan moral (agama). Pada ini anak usia
pra
sekolah
mulai
memandang
orangtua
sebagai
figur
terpenting, bersifat posesif ; ingin maunya sendiri, mampu
bekerja sama dengan teman sebaya dan orang dewasa, meniru
dan model peran orangtua dan orang dewasa lainnya (Cecily,
2009).
3. Dampak hospitalisasi terhadap anak usia pra sekolah
a. Reaksi Anak Terhadap Hospitalisasi
Perawatan anak di rumah sakit memaksa anak untuk
berpisah dari lingkungan yang dirasakannya aman, penuh kasih
sayang,
dan
menyenangkan,
yaitu
lingkungan
rumah,
permainan, dan teman sepermainannya. Reaksi terhadap
perpisahan yang ditunjukkan anak usia pra sekolah adalah
dengan menolak makan, sering bertanya, menangis walaupun
secara perlahan, dan tidak kooperatif terhadap petugas
kesehatan. Perawatan di rumah sakit mengharuskan adanya
18
pembatasan aktivitas anak sehingga anak merasa kehilangan
kekuatan diri. Perawatan di rumah sakit sering dipersepsikan
anak pra sekolah sebagai hukuman sehingga anak merasa
malu, bersalah, atau takut. Ketakutan anak terhadap perlukaan
muncul karena anak menganggap tindakan dan prosedurnya
mengancam
integritas
tubuh.
Oleh
karena
itu
hal
ini
menimbulkan reaksi agresif dengan marah dan berontak,
ekspresi verbal dengan mengucapkan kata-kata marah, tidak
mau bekerja sama dengan perawat, dan ketergantungan
kepada orang tua.
b. Rasa Takut
Rasa takut terbesar anak usi pra sekolah terletak pada
bahaya terhadap tubuh yang dapat dilihat pada ketakutan anak
terhadap kegelapan, hewan, dan staff medis.
c. Moral
Anak usia pra sekolah melihat aturan sebagai sesuatu
yang kaku dan tidak fleksibel, konsekuensi negatif dilihat
sebagai hukuman terhadap kelakuan buruk, orangtua dilihat
sebagai otoritas tertinggi untuk menetapkan benar dan salah,
anak memulai proses mendalami pengertian dan salah.
Perkembangan moral pada anak usia pra sekolah
bertambah dengan pengertian tingkah laku yang dianggap
salah atau benar. Anak usia pra sekolah juga memiliki motivasi
19
kemampuan untuk mengidentifikasi tingkah laku yang akan
menghasilkan
hadiah
ataupun
hukuman
dan
mampu
membedakan benar dan salah (Perry, 2009).
d. Aktivitas pengalihan
Sejalan denga pertumbuhan dan perkembangannya,
anak usia pra sekolah mempunyai kemampuan motorik kasar
dan halus yang lebih matang daripada anak usia toddler. Anak
sudah lebih aktif, kreatif, dan imajinatif. Oleh karena itu, jenis
permainan yang sesuai adalah associative play, dramatic play,
dan skill play. Anak melakukan permainan bersama-sama
dengan temannya dengan komunikasi yang sesuai dengan
kemampuan bahasanya. Anak juga sudah mampu memainkan
peran orang tertentu yang di identifikasinya, seperti ayah, ibu,
dan bapak atau ibu gurunya. Permainan yang menggunakan
kemampuan motorik (Skill Play) banyak dipilih anak usi pra
sekolah. Untuk itu jenis alat permaianan yang tepat diberikan
kepada anak, misalnya sepeda, mobil-mobilan, alat olahraga,
berenang dan permainan balok-balok besar (Perry, 2009).
4. Dampak Penyakit Terhadap Kebutuhan Dasar Manusia
a. Keseimbangan Suhu Tubuh
Pada kenaikan suhu tubuh tertentu, dapat terjadi perubahan
keseimbangan dari membran sel neuron dan dalam waktu yang
singkat menjadi difusi dan ion kalium maupun natrium melalui
20
membran, dengan akibat terjadi lepasnya muatan listrik. Lepas
muatan listrik ini demikian besarnya sehingga dapat meluas ke
seluruh sel maupun ke membran sel sekitarnya dan terjadi
kejang (Suradi, 2010).
b. Aktivitas/Mobilitas
Pada masa ini, inisiatif anak mulai berkembang dan anak
ingin mengetahui lebih banyak lagi mengenai hal - hal
disekitarnya. Anak
mulai berfantasi dan mempelajari model
keluarga atau bermain peran, seperti peran guru, ibu, dan lain lain. Dengan demikian, isi bermain anak lebih banyak
menggunakan simbol - simbol dalam permainan atau yang
sering disebut dengan permainan peran (dramatic role play).
Permainan yang meningkatkan keterampilan (skill play) juga
masih berkembang pada masa ini (Suradi, 2010).
c. Integritas Kulit
Pengeluaran keringat yang banyak menyebabkan kulit
lembab dan basah serta jarang terkena sinar matahari
merupakan kondisi yang ideal untuk berkembang biaknya
bakteri, sehingga memudahkan terjadinya infeksi (Suradi, 2010).
d. Kebutuhan Psikologis
Sebagai akibat hospitalisasi dan penyakit yang diderita oleh
anaknya, pada diri keluarga akan timbul perasaan cemas
21
karena kurangnya pengetahuan tentang penyakit yang diderita
serta cara perawatannya (Suradi, 2010).
B. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
Pengkajian adalah tahap awal dari proses keperawatan dan
merupakan tahap yang paling menentukan bagi tahap berikutnya
(Rohmah, 2009).
Data yang dikumpulkan subjektif dan objektif. Data subjektif
didapat dengan cara wawancara dan interaksi, sedangkan data
objektif didapat dengan insfeksi, palpasi, perkusi dan auskultrasi.
a. Pengumpulan data
Kegiatan pengumpulan data dimulai saat klien masuk dan
dilanjutkan secara terus menerus selama proses keperawatan
berlangsung.
1) Identitas
Identitas
yang
mencakup
identitas
klien
dan
penanggungjawab.
a) Identitas klien meliputi : Nama, Umur, Jenis kelamin,
Agama,
Tanggal
masuk
Rumah
Sakit,
Tanggal
pengkajian, Diagnosa medis.
b) Identitas penanggungjawab meliputi : Nama, Umur,
Agama, Pendidikan, Pekerjaan, Alamat.
22
2) Riwayat kesehatan
a) Keluhan utama
Ditulis singkat dan jelas, dua atau tiga kata yang
merupakan keluhan yang membuat klien yang meminta
bantuan pelayanan kesehatan. Dalam beberapa literatur
diterangkan bahwa keluhan utama adalah alasan klien
masuk rumah sakit (Rohmah, 2009).
Pada anak dengan demam riwayat yang menonjol adalah
adanya demam yang dialami oleh anak (suhu rektal
diatas 380C) (Sujono, 2009).
b) Riwayat kesehatan sekarang
Merupakan penjelasan dari permulaan klien merasakan
keluhan sampai dibawa ke rumah sakit. Penjelasannya
meliputi PQRST:
P : Provokatus – Paliatif. Apa yang menyebabkan
gejala? Apa yang bisa memperberat? Apa yang
bisa mengurangi?
Q : Quality – Quantity. Bagaimana gejala dirasakan?
Sejauh mana gejala dirasakan?
R : Region – Radiasi. Dimana gejala dirasakan?
Apakah penyebab?
S : Scala – Severity. Seberapakah tingkat keparahan
dirasakan? Pada skala berapa?
23
T : Time. Kapan gejala mulai timbul? Seberapa sering
gejala
dirasakan?
Tiba-tiba
atau
bertahap?
Seberapa lama gejala dirasakan?
(Rohmah, 2009)
c) Riwayat Kesehatan Dahulu
Diisi dengan riwayat penyakit yang diderita klien yang
berhubungan dengan penyakit saat ini atau penyakit
yang dapat dipengaruhi atau mempengaruhi penyakit
yang diderita klien saat ini (Rohmah, 2009 ).
d) Riwayat kesehatan keluarga
Riwayat
kesehatan
kemungkinan
keluarga
adanya
dihubungkan
penyakit
dengan
keturunan,
kecenderungan alergi dalam satu keluarga, penyakit
yang menular akibat kontak langsung maupun tidak
langsung antar anggota keluarga (Rohmah, 2009)
e) Riwayat kehamilan dan persalinan
Menerangkan
keadaan
ibu
pada
saat
kehamilan
(prenatal), persalinan (natal) dan post natal atau setelah
anak lahir apakah pernah mengalami insfeksi tali pusar
dan bagaimana tahap tumbuh kembangya.
f) Riwayat nutrisi
Menerangkan tentang makanan yang dikonsumsi oleh
anak
baik jangka pendek (beberapa waktu sebelum
sakit), maupun jangka panjang (sejak bayi).
24
g) Riwayat imunisasi
Status imunisasi pasien, baik imunisasi dasar maupun
imunisasi
ulangan
harus
secara
rutin
ditanyakan
khususnya imunisasi BCG, DPT, Polio, Campak, dan
Hepatitis-B. Bila mungkin dilengkapi dengan tanggal saat
imunisasi
dan
tempat
imunisasi
diberikan
untuk
mengetahui status pelindungan pediatrik yang diperoleh
h) Riwayat pertumbuhan dan perkembangan
(1) Riwayat pertumbuhan
Tanyakan tentang status pertumbuhan pada anak,
apakah pernah terjadi gangguan dalam pertumbuhan
dan terjadinya pada saat umur berapa dengan
menanyakan atau melihat catatan kesehatan tentang
berat badan, tinggi badan, lingkar dada, lingkar kepala
dan seterusnya.
(2) Riwayat perkembangan
Tanyakan tentang perkembangan bahasa, motorik
kasar, motorik halus dan sosial. Data juga dapat
diketahui melalui pengunaan perkembangan DDST II
(Denver Development Screning Test II).
i) Riwayat sosial
Kemampuan anak untuk bersosialisasi seperti partisipasi
anak dalam bermain dan pola asuh keluarga.
25
j) Data psikologis
Psikologi anak apakah pendiam atau rewel dan apakah
anak menerima dengan kehadiran perawat, dokter serta
petugas kesehatan lainnya. Psikologis keluarga adakah
kecemasan di anggota keluarga.
k) Data biologis
Menjelaskan tentang pemenuhan nutrisi pada saat di
rumah dan di Rumah Sakit, perbedaan pola tidur,
eliminasi, personal hygiene atau kebersihan anak, pola
aktivitas bermain anak pada saat di rumah dan di Rumah
Sakit.
3) Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik menggunakan 4 metode, yaitu :
a) Inspeksi
merupakan
proses
observasi
dengan
menggunakan mata, infeksi dilakukan untuk mendeteksi
tanda-tanda fisik yang berhubungan dengan status fisik.
b) Palpasi, dilakukan dengan menggunakan sentuhan atau
rabaan. Metode ini dikerjakan untuk mendeterminasi ciriciri jaringan atau organ.
c) Perkusi adalah metode pemeriksaan dengan cara
mengetuk. Tujuan perkusi adalah untuk menentukan
batas-batas organ atau bagian tubuh dengan cara
26
merasakan vibrasi yang ditimbulkan akibat adanya
gerakan yang diberikan ke bawah jaringan.
d) Auskultasi,
merupakan
menggunakan
metode
stetoskop
pengkajian
untuk
yang
memperjelas
pendengaran (A.Azis, 2008).
Pemeriksaan fisik terdiri dari berbagai bagian, diantaranya :
a) Keadaan Umum
Pada pengkajian ini terdiri dari pemeriksaan secara
umum seperti pemeriksaan status kesadaran, status gizi
dan tanda-tanda vital (A.Azis, 2008).
b) Tanda-tanda vital
Meliputi nadi (frekuensi, irama, kualitas), tekanan darah,
pernafasan (frekuensi, irama, kedalaman dan pola
pernapasan), serta suhu tubuh.
(1) Nadi
Dalam melakukan pemeriksaan nadi seharusnya
dilakukan
dalam
keadaan
tidur
atau
istirahat,
pemeriksaan nadi dapat disertai dengan pemeriksaan
denyut jantung untuk mengetahui adanya Pulsus
defisit yang merupakan denyut jantung yang tidak
cukup kuat.
27
(2) Tekanan Darah
Pemeriksaan ini menilai adanya kelainan pada
gangguan sistem kardiovaskuler, apabila didapatkan
perbedaan tekanan darah sistolik pada saat inspirasi
dan saat ekspirasi lebih dari 10 mmHg maka dapat
dikatakan anak mengalami terjadinya temponade
jantung, gagal jantung.
(3) Pernafasan
Pada pemeriksaan ini dilakukan dengan cara menilai
frekuensi pernafasan, irama pernafasan, kedalam
pernafasan dan tipe atau pola pernafasan.
(4) Suhu
Pemeriksaan ini dapat dilakukan melalui rektal, axila
dan oral yang digunakan untuk menilai keseimbangan
suhu tubuh yang dapat digunakan untuk membantu
menentukan diagnosis dini suatu penyakit.
c) Sistem Neurologik
Sistem neurosensori yang dikaji adalah fungsi cerebral,
fungsi kranial, fungsi sensori, serta fungsi reflex.
Tabel 2.1 Sistem Neurologik
No
I
Nama
Olfaktorius
Jenis
Sensorik
II
Optic
Sensorik
Fungsi
Menerima rangsangan dari
hidung dan menghantarkannya
ke otak untuk dip roses sebagai
sensasi bau.
Menerima rangsangan dari
28
III
Okulomotor
Motorik
IV
Troklearis
Motorik
V
Trigeminus
Gabungan
VI
VII
Abdusen
Fasialis
Motorik
Gabungan
VIII
Vestibulokokle
aris
Sensorik
IX
Glosofaringeus
Gabungan
X
Vagus
Gabungan
XI
Aksesorius
Motorik
XII
Hipoglossus
Motorik
mata dan menghantarkannya
ke otak untuk diproses sebagai
persepsi visual
Menggerakan sebagian besar
otot mata
Menggerakan beberapa otot
mata
Sensori: Menerima rangsangan
dari wajah untuk diproses di
otaksebagai sentuhan
Motorik: Menggerakan rahang
Abduksi mata
Sensorik:
Menerima
rangsangan dari bagian anterior
lidah untuk diproses di otak
sebagai sensasi rasa
Motorik: Mengendalikan otot
wajah
untuk
menciptakan
ekspresi wajah
Sensori
sistem
vestibular:
mengendalikan keseimbangan
Sensori
koklea:
menerima
rangsangan untuk diproses
diotak sebagai suara
Sensori: Menerima rangsangan
dari bagian posterior lidah untuk
diproses di otak sebagai
sensasi rasa
Motorik: mengendalikan organorgan dalam
Sensori : Menerima rangsangan
dari organ dalam
Motorik: Mengendalikan organorgan dalam
Mengendalikan
pergerakan
kepala
Mengendalikan
pergerakan
lidah
d) Sistem Pernafasan
Dalam sistem pernafasan kaji ketajamana penciuman
bentuk dada, adanya nyeri tekan atau tidak, bunyi suara
29
nafas. Pada pasien febris biasanya pernafasan cepat.
e) Sistem Kardiovaskuler
Dalam sistem kardiovaskuler kaji apakah ada peninggian
vena jugu laris, capillary refill, frekuensi nadi, bunyi
jantung
f) Sistem Gastrointestinal
Dalam sistem gastrointestinal kaji mengenai nafsu
makan, kebiasaan defekasi, intoleransi makanan, mual,
muntah dan nyeri. Pada pasien dengan febris didapatkan
anorexia,
bising
usus
meningkat
melebihi
nilai
normaInya. yaitu 8-15 kali/menit.
g) Sistem Perkemihan
Pada sistem pemeriksaan kaji frekuensi buang air kecil.
warna apakah ada nyeri saat buang air kecil.
h) Sistem Muskuloskeletal
Rentang sendi yang menunjukan kemampuan luas gerak
persendian tertentu, mulai dari kepala sampai anggota
gerak
bawah,
ketidaknyamanan
atau
nyeri
yang
dikatakan klien waktu bergerak, observasi adanya luka,
adanya kelemahan dan penurunan toleransi terhadap
aktifitas.
Range of motion (ROM) adalah latihan gerakan sendi
yang
memungkinkan
terjadinya
kontraksi
dan
pergerakan otot, di mana klien menggerakan masingmasing persendiannya sesuai gerakan normal baik
30
secara aktif ataupun pasif. Tujuan ROM adalah : (1).
mempertahankan atau memeliharakekuatan otot,
memelihara
sirkulasi
mobilitas
darah, (4).
persendian,
(3)
(2).
merangsang
Mencegah kelainan bentuk
(Suratun, 2008).
Kekuatan otot dengan menggunakan skala 0-5
0 =
1 =
2 =
3 =
4 =
5 =
Paralisis total
Tidak ada gerakan, teraba / terlihat adanya
kontraksi
Gerakan otot penuh menentang gravitasi
dengan sokongan
Gerakan normal menentang gravitasi
Gerakan normal penuh menentang gravitasi
dengan sedikit penahan
Gerakan normal penuh, menentang gravitasi
dengan penahanan penuh.
i) Sistem Endokrin
Menjelaskan pertumbuhan dan perkembangan, polipagia,
poliurea, polidipsi.
j) Sistem Integumen
Warna kulit, tekstur kulit, turgor kulit, suhu, oedema,
infeksi. Pada pasien febris kulit pucat, turgor jelek, suhu
tubuh meningkat.
k) Sistem Genetalia
Memeriksa kemungkinan adanya iritasi dan infeksi.
31
b. Analisa Data
Analisa data adalah data-data klien yang telah di peroleh
dari proses pengumpulan data di kelompokkan berdasarkan
masalah kesehatan yang di alami klien dan sesuai dengan
kriteria permasalahannya. Setelah data di kelompokkan maka
perawat dapat mengidentifikasi masalah kesehatan klien dan
dapat mulai menegakkan diagnosis keperawatannya (Nursalam,
2008).
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah merupakan pernyataan yang
menggambarkan respons manusia (keadaan sehat atau perubahan
pola interaksi actual atau potensial dari individu atau kelompok
ketika
perawat
memberikan
secara
intervensi
legal
secara
menidentifikasikan
pasti
untuk
dan
dapat
menjaga
status
kesehatan atau untuk mengurangi, menyingkirkan atau mencegah
perubahan (Rohmah, 2009).
Berdasarkan
perjalanan
patofisiologis
penyakit
dan
manisfestasi klinik yang muncul maka diagnosa keperawatan yang
sering muncul pada pasien dengan demam adalah
a. Gangguan
nutrisi
berhubungan dengan
intake makanan
berkurang.
b. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik.
32
c. Gangguan personal hygiene berhubungan dengan kelemahan
fisik.
d. Kecemasan
keluarga
berhubungan
dengan
kurangnya
pengetahuan tentang penyakik dan efek hospitalisasi.
e. Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan
peningkatan suhu tubuh.
(Sujono, 2009)
3. Perencanaan
Perencanaan adalah pengembangan strategi desain untuk
mencegah, mengurangi, mengatasi masalah-masalah yang telah di
identfikasi dalam diagnosa keperawatan. Desain perencanaan
menggambarkan sejauh mana perawat mampu menerapkan cara
menyelesaikan masalah dengan efektif dan efisien (Rohmah,
2009).
Rencana keperawatan merupakan serangkaian tindakan atau
intervensi
untuk
mencapai
tujuan
pelaksanaan
asuhan
keperawatan. Intervensi keperawatan adalah preskripsi untuk
perilaku spesifik yang diharapkan dari pasien dan atau tindakan
yang harus dilakukan oleh perawat. Berdasarkan diagnosa yang
ada maka dapat disusun rencana keperawatan sebagai berikut
a. Gangguan nutrisi
Tujuan
: Kebutuhan nutrisi terpenuhi
Kriteria
: 1. Menyatakan pemahaman kebutuhan nutrisi
33
2. Menyiapkan pola diet dengan memasukkan
kalori adekuat untuk meningkatkan atau
mempertahankan berat badan yang tepat
3. Menunjukkan
peningkatan
berat
badan
mencapai rentang yang diharapkan individu
Tabel 2.2 Intervensi dan Rasional Diagnosa 1
Intervensi
1) Nilai status gizi anak
1)
2) Berikan makanan sedikit dan
makanan kecil, tambahan yang
tepat
3) Buat pilihan menu yang ada dan
izinkan pasien untuk mengontrol
pilihan sebanyak mungkin
4) Timbang berat badan setiap hari
pada waktu yang sama dan
pada skala yang sama
5) Jelaskan
pentingnya
intake
nutrisi yang adekuat untuk
penyembuhan penyakit
(Sujono, 2009)
2)
3)
4)
Rasional
Status nutrisi sangatlah penting untuk
mengetahui sejauhmana nilai gizi anak
Dilatasi gaster dapat terjadi bila
pemberian makanan terlalu cepat
Meningkatkan kepercayaan dirinya dan
merasa mengontrol makanan untuk
makan
Dengan menimbang berat badan maka
akan diketahui sejauhmana nilai gizi
anak
5) Dapat diketahui/dilihat intake nutrisi dan
pola makan yang baik.
b. Intoleransi aktifitas
Tujuan
: Kebutuhan aktifitas sehari-hari klien terpenuhi
Kriteria
: Klien dapat melakukan kebutuhan sehari-hari
mandiri secara bertahap
Tabel 2.3 Intervensi dan Rasional Diagnosa 2
Intervensi
Rasional
1) Bantu
klien
dalam 1) Dengan membantu klien maka
melaksanakan aktifitas seharikebutuhan
klien
untuk
hari
melakukan aktifitas hidup seharihari akan terpenuhi
2) Observasi kemampuan klien dan 2) Dengan
mengobservasi
kondisi klien untuk beraktifitas
kemampuan
klien
untuk
34
hidup sehari-hari secara mandiri
beraktifitas hidup sehari-hari
secara mandiri maka dapat
terlihat sejauhmana bantuan
perawat yang dibutuhkan klien
sesuai dengan kondisinya
3) Latih klien beraktifitas sendiri 3) Dengan
melatih
beraktifitas
bila sudah mampu
maka klien akan belajar untuk
melakukan kegiatan secara
mandiri sesuai dengan kondisi
(Sujono, 2009)
c. Gangguan personal hygiene
Tujuan
: Perawatan diri terpenuhi
Kriteria
: Klien mampu melakukan aktivitas perawatan diri
sesuai dengan tingkat kemampuan diri sendiri
Tabel 2.4 Intervensi dan Rasional Diagnosa 3
Intervensi
Rasional
1) Kaji
aktivitas
yang
dapat 1) Untuk mengetahui sejauh mana
dilakukank anak sesuai dengan
aktivitas anak yang telah dapat
tugas perkembangan anak
dilakukan
sesuai
dengan
keadaan fisik dan tingkat
perkembangan anak
2) Jelaskan kepada anak dan 2) Dengan aktivitas yang dijaga
keluarga aktivitas yang dapat
maka kelelahan fisik akan
dan tidak dapat dilakukan
menurun dan suhu tubuhpun
hingga
demam
berangsurakan menurun
angsur turun
3) Bantu kebutuhan dasar anak
3) Dengan
membantu
dan
memperhatikan
kebutuhan
dasar anak maka perawatan diri
akan terpenuhi
4) Libatkan peran keluarga dalam 4) Peran keluarga akan sangat
memenuhi kebutuhan dasar
berpengaruh
sekali
dalam
anak
memenuhi segala kebutuhan
dasar anak.
(Sujono, 2009)
35
d. Kecemasan keluarga
Tujuan
: Tidak terjadi kecemasan pada keluarga klien
Kriteria
: - Tingkat kecemasan berkurang atau hilang dari
cemas
tingkat
ringan
(ketegangan
yang
menyebabkan waspada) sampai tidak terjadi
kecemasan (masalah terantisipasi),
- Pengetahuan keluarga bertambah tentang
penyakit
- Keluarga mengerti tentang keadaan dan
penyakit yang diderita
Tabel 2.5 Intervensi dan Rasional Diagnosa 4
Intervensi
Rasional
1) Lakukan
pendekatan 1) Agar klien dan keluarga merasa
interpersonal terhadap klien
diperhatikan
sehingga
akan
dan keluarga
mengurangi tingkat kecemasan
dan membina hubungan saling
percaya.
2) Beri support mental
2) Dengan
dukungan
mental
keluarga tidak akan merasa
cemas
dan
optimis
akan
kesembuhan klien
3) Jelaskan tentang penyakit 3) Dengan menjelaskan tentang
yang diderita klien dan
penyakit (pengertian, tanda dan
perawatan yang harus dijalani
gejala) dan perawatan yang
harus
dijalani
sehingga
pengetahuan
dan
informasi
keluarga klien bertambah
4) Libatkan
keluarga
dalam 4) Dengan menjelaskan tentang
prosedur tindakan medis dan
penyakit (pengertian, tanda dan
perawatan yang harus dijalani
gejala) dan perawatan yang
harus
dijalani
sehingga
pengetahuan
dan
informasi
keluarga klien bertambah
5) Libatkan
keluarga
dalam 5) Dalam melibatkan keluarga akan
prosedur tindakan medis dan
mengurangi kecemasan serta
36
perawatan
belajar secara mandiri dalam
pemberian
perawatan
pada
anaknya
(Sujono, 2009).
e. Resiko kurangnya volume cairan
Tujuan
: Tidak terjadi kekurangan cairan
Kriteria
: 1. Mempertahankan perubahan keseimbangan
cairan, dibuktikan oleh haluran urin yang
adekuat, tanda vital stabil, membran mukosa
lembab, turgor kulit baik
2. Menyatakan
pemahaman faktor penyebab
dan perilaku yang perlu untuk memperbaiki
defisit cairan.
Tabel 2.6 Intervensi dan Rasional Diagnosa 5
Intervensi
Rasional
1) Awasi tanda-tanda vital (suhu 1) Suhu tubuh yang mengalami
tubuh) paling sedikit setiap 4
peningkatan akan berpengaruh
jam
sekali terhadap kurangnya volume
cairan
2) Pasien
tidak
mengkonsumsi
2) Awasi jumlah dan tipe cairan,
cairan
sama
sekali
ukur pengeluaran urin dengan
mengakibatkan dehidrasi atau
akurat
mengganti cairan untuk masukkan
kalori yang berdampak pada
keseimbangan cairan
3) Monitor dan catat berat badan 3) Berat badan yang tidak stabil dan
pada waktu yang sama dan
tidak
normal
berpengaruh
dengan skala yang sama
terhadap
kurangnya
volume
cairan
4) Identitas
rencana
untuk 4) Melibatkan pasien dalam rencana
meningkatkan/
untuk
memperbaiki
mempertahankan
ketidakseimbangan, memperbaiki
keseimbangan cairan optimal
kesempatan untuk berhasil
(Sujono, 2009)
37
4. Implementasi
Implementasi adalah realisasi rencana tindakan untuk
mencapai
tujuan
yang
telah
ditetapkan.
Kegiatan
dalam
pelaksanaan juga meliputi pengumpulan data berkelanjutan,
mengobservasi respon klien selama dan sesudah pelaksanaan
tindakan, dan menilai data yang baru (Rohmah, 2009).
5. Evaluasi
Menurut (Rohmah, 2009). Evaluasi adalah penilaian dengan
cara membandingkan perubahan keadaan pasien (hasil yang
diamati) dengan tujuan dan kriteria hasil yang dibuat pada tahap
perencanaan. Tujuan dari evaluasi ini untuk :
1. Mengakhiri tindakan rencana keperawatan
2. Memodifikasi tindakan keperawatan.
3. Meneruskan rencana tindakan keperawatan.
Ada 2 jenis mengevaluasi kualifikasi tindakan keperawatan
yaitu :
a. Evaluasi Proses (Formatif)
Evaluasi yang dilakukan setiap selesai tindakan, berorientasi
pada etiologi, dilakukan secara terus menerus sampai tujuan
yang telah ditentukan tercapai.
b. Evaluasi Hasil (Sumatif)
Yaitu
evaluasi
yang
dilakukan
setelah
akhir
tindakan
keperawatan secara paripurna berorientasi pada masalah
38
keperawatan, menjelaskan keberhasilan atau ketidakberhasilan
dan rekapitulasi dan kesimpulan status kesehatan klien sesuai
dengan kerangka waktu yang ditetapkan. (Rohmah, 2009).
Melalui evaluasi memungkinkan perawat untuk memonitor
kealpaan yang terjadi selama
tahap pengkajian, analisa,
perencanaan dan pelaksanaan tindakan.
Adapun evaluasi yang menggunakan pendekatan dengan
format SOAP/SOAPIE/SOAPIER adalah :
S
: Subjektif adalah informasi yang didapat dari pasien
O : Objektif adalah data berdasarkan hasil pengukuran atau
observasi perawat secara langsung kepada klien, dan yang
dirasakan klien setelah dilakukan tindakan keperawatan
A
: Assesment (pengkajian) adalah suatu masalah atau diagnosis
keperawatan yang masih terjadi, atau juga dapat dituliskan
masalah atau diagnosis baru yang terjadi akibat perubahan
status kesehatan klien yang telah teridentifikasi datanya dalam
data subjektif dan objektif.
P
: Planning
adalah
rencana
tindakan
yang
dilanjutkan,
dihentikan, atau dimodifikasi, atau ditambahkan dari rencana
tindakan keperawatan yang telah ditentukan sebelumnya.
I
: Implementasi adalah tindakan keperawatan yang dilakukan
sesuai dengan instruksi yang telah teridentifikasi dalam
komponen P (Perencanaan).
39
E
: Evaluasi adalah respon klien setelah dilakukan tindakan
keperawatan.
R : Reassesment
adalah pengkajian
ulang yang dilakukan
terhadap perencanaan setelah diketahui hasil evaluasi,
apakah dari rencana tindakan perlu dilanjutkan, dimotifikasi,
atau dihentikan (Rohmah, 2009).
DAFTAR PUSTAKA
Amelia,
(2014). Gejala Febris Pada Anak. Tersedia dalam
http://greenhealthydiary.blogspot.co.id. [Diakses 10 Juni 2016].
Anonim, (2009), Petunjuk Operasional Penerapan Cara Pembuatan Obat
Yang Baik 2006, Badan Pengawasan Obat dan Makanan RI,
Jakarta, 585.
Aziz, A Alimul Hidayat. (2008). Pengantar Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta :
Salemba Medika
________________. (2009). Metode Penelitian Keperawatan dan Tekhnik
Analisis Data. Jakarta: Salemba Medika.
Cecily, (2009). Buku Saku Keperawatan Pediatri Edisi 5. Jakarta: EGC.
Hidayat, A.A. (2008). Pengantar Ilmu Keperawatan Anak. Jakarta : EGC.
Nursalam. (2008). Proses & Dokumentasi Keperawatan : Konsep dan
Praktik. Jakarta : Salemba Medika
Perry, (2009). Fundamental Keperawatan Buku 1 Edisi. 7. Jakarta :
Salemba Medika.
Riezkhyamalia, (2013). Laporan Pendahuluan Demam. Tersedia dalam
https://riezkhyamalia.wordpress.com. [Diakses 10 Juni 2016].
Rohmah, Nikmatur at, al. (2009). Proses Keperawatan Teori dan Aplikasi
(Edisi 1). Jakarta : Ar. Ruzzmedia.
Sujono Riyadi (2010). Asuhan Keperawatan Klien Anak dengan
Haemoragic Fever , Jakarta
Suradi,
(2010). Kebutuhan Dasar Manusia. Tersedia dalam
http://greenhealthydiary.blogspot.co.id. [Diakses 10 Juni 2016].
Suriadi, Yuliani, Rita.(2010). Asuhan Keperawatan pada Anak Edisi 2.
Jakarta : CV. Sagung Seto
Valita, (2007). Mekanisme Dasar Terjadinya Demam. Tersedia dalam
https://core.ac.uk. [Diakses 10 Juni 2016].
Download