bab 14. Hubungan Perburuhan

advertisement
PENGANTAR

Pembahasan MSDM yang lebih menekankan pada unsur
manusia sebagai individu tidaklah cukup tanpa dilengkapi
pembahasan manusia sebagai kelompok sosial.






Kelompok sosial adalah himpunan atau kesatuan manusia yang hidup
bersama dan diantara mereka saling berinteraksi.
Setiap anggota kelompok sadar bahwa dia merupakan sebagian dari
kelompok yang bersangkutan
Ada hubungan timbal balik antara anggota yang satu dengan anggota yang
lain.
Ada faktor yang dimiliki bersama sebagai pengikat sehingga hubungan
antar mereka menjadi erat, seperyti suku, agama, nasib dan sebagainya
Berstruktur, berkaidah, dan mempunyai pola perilaku.
Bersistem dan berproses.




Setiap karyawan dapat membentuk atau bergabung dalam suatu
kelompok. Mereka mendapat manfaat atau keun-tungan dengan
menjadi anggota suatu kelompok.
Kelompok tersebut dapat berbentuk kelompok formal maupun
kelompok informal.
Kelompok informal dalam perusahaan akan memberikan status,
perhatian, bantuan, dsb
Kelompok formal (Serikat Pekerja) bermanfaat dalam tujuan untuk
berhubungan dengan pihak perusahaan/ pemilik yang menyangkut
hubungan kerja maupun kondisi kerja.
HUBUNGAN KERJA

Hubungan kerja adalah hubungan antara pengusaha dengan
pekerja/buruh berdasarkan perjanjian kerja, yang mempunyai
unsur pekerjaan, upah, dan perintah.
PERJANJIAN
KERJA
Konkrit
HUBUNGAN
KERJA
Abstrak

Perjanjian kerja adalah perjanjian antara pekerja/buruh dengan
pengusaha atau pemberi kerja yang memuat syarat-syarat kerja, hak,
dan kewajiban para pihak

Syarat sahnya perjanjian kerja, yakni :
1.
2.
3.
4.
adanya kesepakatan antara para pihak (tidak ada paksaan,
penyesatan/kekhilafan atau penipuan):
pihak-pihak yang bersangkutan mempunyai kemampuan atau
kecakapan untuk (bertindak) melakukan perbuatan hukum
(cakap usia dan tidak dibawah perwalian);
ada (obyek) pekerjaan yang diperjanjikan; dan
(causa) pekerjaan yang diperjanjikan tersebut tidak
bertentangan dengan ketertiban umum, kesusilaan dan
peraturan perundang-undangan yang berlaku (pasal 52 ayat (1)
UUK).
BATASAN
HUBUNGAN INDUSTRIAL
 Adalah sistem hubungan yang dinamis antara
pelaku proses produksi yang terdiri dari unsur
pengusaha, buruh, dan pemerintah
 Bersifat dinamis, dalam arti bahwa bentuk,
sifat dan mekanisme hubungan industrial
dipengaruhi oleh lingkungannya sebagai
supra sistem, dan sistem yang lain spt;
sosial, ekonomi, politik, budaya, hukum
dsb baik yang berdimensi lokal, nasional,
maupun internasional
HIP
 Suatu sistem hubungan yang terbentuk
antara para pelaku proses produksi
barang dan/atau jasa yang terdiri dari
unsur pengusaha, pekerja/ buruh dan
pemerintah yang didasarkan pada nilainilai Pancasila dan UUD RI Tahun 1945
HIP =HUBUNGAN KEMITRAAN



Mitra dalam proses produksi yang berarti pekerja dan
pengusaha bekerja sama sebaik-baiknya dalam mencapai
target produksi yang telah ditentukan;
Mitra dalam menikmati hasil perusahaan yang berarti pekerja
dapat ikut menikmati hasil perusahaan berupa peningkatan
kesejahteraan pekerja dan keluarganya dan pengusaha dapat
lebih mengembangkan usahanya;
Mitra dalam tanggung jawab yang berarti pekerja dan
pengusaha bersama-sama bertanggung jawab tidak hanya
untuk kemajuan perusahaan, tetapi juga kepada pekerja dan
keluarganya, masyarakat dan lingkungan, nusa dan bangsa,
serta tanggung jawab kepada Tuhan Yang Maha Esa,
FUNGSI PELAKU HI
Pemerintah
Menetapkan kebijakan, memberikan pelayanan, melaksanakan pengawasan
dan melakukan penindakan terhadap peraturan perundang-undangan
ketenagakerjaan
Pekerja/Serikat Pekerja
Menjalankan pekerjaan sesuai kewajibannya, menjaga ketertiban demi
kelangsungan produksi, menyalurkan aspirasi secara demokratis, mengembangkan keterampilan, dan keahlian serta ikut memajukan perusahaan dan
Memperjuangkan kesejahteraan anggota beserta keluarganya.
Pengusaha dan Organisasi Pengusaha
Menciptakan kemitraan, menghembangkan usaha, memperluas lapangan
kerja, dan memberikan kesejahteraan pekerja secara terbuka, berkedadilan
dan demokratis.
HUBUNGAN
INDUSTRIAL
SARANA
HI
Serikat
Pekerja/
Buruh
Lembaga
Kerjasama
Bipartit
Organisasi
Pengusaha
Lembaga
Kerjasama
Tripartit
Peraturan
Perusahaan
Per-UU
Ketenagakerjaan
Perjanian
Kerja
Bersama
Lembaga
PPHI
TUJUAN
HI
Kelancaran
Proses
Produksi
Menghindari
Keputusan
Sepihak
Mencipyakan
Ketenangan
berusaha
Meningkatkan
Kesejahteraan
Buruh
Serikat Pekerja/Buruh



Setiap pekerja/buruh berhak membentuk dan
menjadi anggota serikat pekerja/serikat buruh
Serikat pekerja/serikat buruh (SP/SB) dibentuk
oleh sekurang-kurangnya 10 (sepuluh) orang
pekerja/buruh.
SP/SB, federasi dan konfederasi SP/SB
bertujuan memberikan perlindungan, pembelaan
hak dan kepentingan, serta meningkatkan
kesejahteraan yang layak bagi pekerja/buruh dan
keluarganya.
ORGANISASI PENGUSAHA




Setiap pengusaha berhak membentuk dan
menjadi anggota organisasi pengusaha.
Ketentuan mengenai organisasi pengusaha diatur
sesuai dengan peraturan perundang-undangan
yang berlaku.
Menciptakan kemitraan, menghembangkan usaha,
memperluas lapangan kerja, dan memberikan
kesejahteraan pekerja secara terbuka, berkeadilan
dan demokratis.
LEMBAGA KERJASAMA
BIPARTIT




Wajib dibentuk di setiap perusahaan yang
mempekerjakan 50 orang/lebih
Lembaga kerja sama bipartit berfungsi sebagai
forum komunikasi, dan konsultasi mengenai hal
ketenagakerjaan di perusahaan.
Keanggotaan terdiri dari unsur pengusaha dan
unsur perwakilan pekerja. Anggota Bipartit
ditunjuk berdasarkan kesepakatan dan keahlian.
Hasil kerja Lembaga Bipartit menjadi masukan
bagi semua pihak dalam usaha untuk menciptakan ketenangan kerja, ketenangan usaha,
produktivitas kerja dan peningkatan kesejahteraan
L K TRIPARTIT



Lembaga kerja sama tripartit memberikan
pertimbangan, saran, dan pendapat kepada
pemerintah dan pihak terkait dalam penyusunan kebijakan dan pemecahan masalah
ketenagakerjaan.
Terdapat di tingkat nasional, provinsi dan
Kabupaten/Kota
Keanggotaan terdiri dari unsur pemerintah,
organisasi pengusaha dan Serikat Pekerja.
PERATURAN PERUSAHAAN



Peraturan Perusahaan adalah peraturan yang dibuat secara tertulis
oleh pengusaha yang memuat syarat-syarat kerja dan tata tertib
perusahaan dengan memperhatikan saran dan pertimbangan dari
wakil pekerja/buruh atau pengurus serikat pekerja/serikat buruh.
Pengusaha mempekerjakan sekurang-kurangnya 10 orang, wajib
membuat peraturan perusahaan dengan memperhatikan saran
wakil pekerja
Memuat sekurang-kurangnya:






Hak dan kewajiban pengusaha
Hak dan kewajiban pekerja
Syarat kerja
Tata tertib perusahaan
Jangka waktu berlakunya peraturan perusahaan
Kewajiban membuat peraturan perusahaan tidak berlaku bagi
perusahaan yang telah memiliki perjanjian kerja bersama.
Perjanjian Kerja Bersama (PKB)


PKB dibuat oleh satu/beberapa Serikat Pekerja
dengan pengusaha secara musyawarah
PKB memuat sekurang-kurangnya;
Hak dan kewajiban pengusaha
 Hak dan kewajiban pekerja serta Serikat Pekerja
 Syarat kerja
 Tata tertib perusahaan
 Jangka waktu berlakunya PKB
 Tanda tangan pihak pembuat PKB

ISU-ISU DALAM PKB
ISU NORMATIF
•Upah Minimum
•Cuti
•PHK
•Jamsostek
•Kerja kontrak
•Perjanjian kerja
ISU NON NORMATIF
•kenaikan gaji/bonus,
•tunjangan makan,
•pembayaran insentif
•tunjangan transportasi
•Uang kehadiran
•Katering
Lembaga Penyelesaian Perselisihan
Hubungan Industrial


Penyelesaian perselisihan hubungan industrial
wajib dilaksanakan oleh pengusaha dan
pekerja/buruh atau serikat pekerja/serikat
buruh secara musyawarah untuk mufakat.
Dalam hal penyelesaian secara musyawarah
untuk mufakat tidak tercapai, maka para pihak
wajib menyelesaikan melalui prosedur
penyelesaian perselisihan hubungan industrial
yang diatur dengan Undang-undang Nomor 2
Tahun 2004
UU NO 2 TAHUN 2004
undang-undang ini mengatur penyelesaian perselisihan hubungan
industrial yang disebabkan oleh:
 Perbedaan pendapat atau kepentingan keadaan
ketenagakerjaan yang belum diatur dalam perjanjian kerja,
peraturan perusahaan, perjanjian kerja bersama atau peraturan
perundang-undangan;
 Kelalaian atau ketidakpatuhan salah satu atau para pihak
dalam melaksanakan ketentuan normatif yang telah diatur
dalam perjanjian kerja, peraturan perusahaan, perjanjian kerja
bersama atau peraturan perundang-undangan;
 Pengakhiran hubungan kerja;
 Perbedaan pendapat antar serikat pekerja/serikat buruh dalam
satu perusahaan mengenai pelaksanaan hak dan kewajiban
keserikatpekerjaan.
POKOK-POKOK DALAM UU NO
2 TH 2004




pengaturan penyelesaian perselisihan hubungan industrial yang
terjadi baik di perusahaan swasta maupun perusahaan di
lingkungan Badan Usaha Milik Negara.
pihak yang berperkara adalah pekerja/buruh secara perorangan
maupun organisasi serikat pekerja/serikat buruh dengan
pengusaha atau organisasi pengusaha. Pihak yang berperkara
dapat juga terjadi antara serikat Pekerja/serikat buruh dengan
serikat pekerja/serikat buruh lain dalam satu perusahaan.
setiap perselisihan hubungan industrial pada awalnya
diselesaikan secara musyawarah untuk mufakat oleh para
pihak yang berselisih (bipartit).
dalam hal perundingan oleh para pihak yang berselisih
(bipartit) gagal, maka salah satu pihak atau kedua belah pihak
mencatatkan persel isihannya pada instansi yang
bertanggungjawab di bidang ketenagakerjaan setempat.



Penyelesaian perselisihan yang sudah dicatat di instansi yg
bertanggung jawab di bidang ketenagakerjaan, dpt diselesaikan
melalui konsiliasi atau arbitrase, sebelum diajukan ke
pengadialan HI dapat dilakukan mediasi
dalam hal mediasi atau konsiliasi tidak mencapai kesepakatan
yang dituangkan dalam perjanjian bersama, maka salah satu
pihak dapat mengajukan gugatan ke Pengadilan Hubungan
Industrial.
penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial melalui
arbitrase dilakukan berdasarkan kesepakatan para pihak dan
tidak dapat diajukan gugatan ke Pengadilan Hubungan
Industrial karena putusan arbitrase bersifat akhir dan tetap,
kecuali dalam hal -hal tertentu dapat diajukan pembatalan ke
Mahkamah Agung.
Jenis Perselisihan Hubungan
Industrial




a. Perselisihan hak;
b. Perselisihan kepentingan;
c. Perselisihan pemutusan hubungan kerja;
d. Perselisihan antar serikat pekerja/serikat
buruh hanya dalam satu perusahaan.
PENYELESAIANNYA
(BIPARTIT / MEDIASI)


Perselisihan hubungan industrial wajib diupayakan
penyelesaiannya terlebih dahulu melalui perundingan
bipartit secara musyawarah untuk mencapai mufakat
Mediasi Hubungan Industrial adalah perselisihan hak,
perselisihan kepentingan, perselisihan pemutusan
hubungan kerja, dan perselisihan antar serikat
pekerja/serikat buruh hanya dalam satu perusahaan
melalui musyawarah yang ditengahi oleh seorang
atau lebih mediator yang netral.
KONSILIASI

Konsiliasi Hubungan Industrial adalah
penyelesaian perselisihan kepentingan,
perselisihan pemutusan hubungan kerja atau
perselisihan antar serikat pekerja/serikat buruh
hanya dalam satu perusahaan melalui
musyawarah yang ditengahi oleh seorang atau
lebih konsiliator yang netral, dengan
memberikan anjuran tertulis kpd pihak yang
berselisih.
ARBITRASE

Arbitrase Hubungan Industrial adalah
penyelesaian suatu perselisihan kepentingan,
dan perselisihan antar serikat pekerja/serikat
buruh hanya dalam satu perusahaan, di luar
Pengadilan Hubungan Industrial melalui
kesepakatan tertulis dari para pihak yang
berselisih yang putusannya mengikat para
pihak dan bersifat final.
PERATURAN PER UU AN





Undang-undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 1970 Tentang
Keselamatan Kerja
Undang-Undang RI No. 21 Tahun 2000 tentang Serikat Pekerja/ Serikat
Buruh (Lembaran Negara Tahun 2000 Nomor 131, Tambahan Lembaran
Negara Nomor 3989);
Undang Undang RI Nomor 3 Tahun 1992 Tentang Jaminan Sosial Tenaga
Kerja
Undang-Undang RI Nomor 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan
Undang-Undang RI , Nomor 2 Tahun 2004, Tentang Penyelesaian
Perselisihan Hubungan Industrial
Download