tinjauan pustaka

advertisement
3
TINJAUAN PUSTAKA
Botani dan Taksonomi Kolesom
Tanaman
Magnoliophyta
dua/dikotil),
obat
Kolesom
(tumbuhan
anak
kelas
termasuk
berbunga),
ke
kelas
Caryophyllidae,
dalam
klasifikasi
Magnoliopsida
ordo
divisi
(berkeping
Caryophyllales,
family
Portulacaceae, genus Talinum dan spesies triangulare Willd. (Syukur dan
Hernani, 2002) serta termasuk ke dalam tanaman yang memiliki lintasan inducible
metabolism CAM (Crassulacean Acid Metabolism) (Pieters et al., 2003).
Kolesom merupakan tanaman herba tahunan yang tumbuh tegak dengan
tinggi 30-100 cm, batang berbentuk bulat, pangkal berwarna ungu kemerahan,
sedangkan batang muda berwarna hijau (Wahyuni dan Hadipoentyanti, 1999).
Daun kolesom berbentuk oblongatus-spatulatus, berwarna hijau muda, tebal
berdaging, filotaksis spiral dan kadang-kadang berhadapan. Secara anatomi
daunnya memiliki tipe dorsivental, stomata parasitik (epidermis atas dan bawah),
parenkim daun (jaringan spons) yang mengandung kristal kalsium oksalat bentuk
roset dan kelenjar minyak atsiri, dan berkas pembuluh kolateral. Bunga kolesom
berwarna merah jambu keunguan yang mekar pada pagi hari pukul 09.00. Tangkai
bunga berbentuk segitiga dan bunga jantan dalam tandan (racemes). Buah
berbentuk bulat memanjang berwarna hijau kekuningan dan berisikan biji hitam
gepeng berdiameter 1 ± mm. Akarnya menebal menyerupai gingseng (Santa dan
Prajogo, 1999) dan sistem perakarannya berupa akar tunggang (Rifai, 1994).
Spesies Talinum paniculatum atau biasa disebut dengan som jawa yang
mirip
dengan
kolesom
sehingga
masyarakat
seringkali
tidak
dapat
membedakannya. Perbedaannya terletak pada ciri-ciri morfologisnya yaitu
filotaksis, tipe inflorensi, bentuk buah, warna, dan waktu bunga mekar. Som jawa
memiliki filotaksis yang berhadapan, tipe inflorensi malai dengan tangkai bunga
bersudut tumpul, buah berbentuk kapsul (bulat dan berwarna merah-cokelat), dan
bunga mekar pada sore hari (Santa dan Prajogo, 1999).
Bagian utama kolesom yang biasa digunakan untuk diambil manfaatnya
adalah umbi dan daun (pucuk). Pucuk kolesom mengandung antosianin dan
protein yang baik bagi tubuh sehingga dapat digunakan sebagai bahan baku
4
sayuran (Mualim et al., 2009). Manfaat umbi kolesom untuk mengobati
neurasthenia (kelelahan tubuh), debilitas (kelemahan tubuh) dalam penyembuhan
dari penyakit kronik (Hargono, 2005).
Budidaya dan Pertumbuhan Kolesom
Bahan perbanyakan kolesom dapat menggunakan biji yang disemaikan
terlebih dahulu dengan cara disebarkan atau ditumbuhkan dalam bak pasir dengan
sistem garis atau disebar rata (Susanti, 2006). Penelitian sebelumnya oleh Susanti
et al. (2008) mengenai kolesom menunjukkan bahwa setek merupakan asal bibit
yang menghasilkan biomassa tertinggi, dengan media tanah:arang sekam (3:1/v:v)
dan pupuk dasar 5 ton/ha pupuk kandang ayam dengan menggunakan wadah
tempat tanam berupa polybag.
Berdasarkan hasil penelitian Mualim et al. (2009), bahan setek dapat
diambil dari pohon induk kolesom yang telah berbunga. Setek batang sepanjang
6-7 cm diambil dari bagian tengah batang tua yang telah dibuang daun-daunnya.
Penanaman dilakukan apabila bibit yang berasal dari setek batang telah berdaun 2
helai dan membuka sempurna (± 5–7 hari setelah semai). Pemeliharaan tanaman
berupa penyiraman dilakukan sesuai dengan kondisi di lapangan. Pencegahan
serangan bakteri Pseudomonas sp. dapat dilakukan melalui penyemprotan
bakterisida dan fungisida. Bakterisida yang digunakan berbahan aktif streptomisin
sulfat 20% diberikan setiap satu minggu sekali dengan konsentrasi 1.67 g/l air,
sedangkan fungisida yang diberikan berbahan aktif difenokonazol 250 g/l air
diberikan setiap empat minggu sekali dengan konsentrasi 0.33 ml/l air.
Pembungaan pada kolesom mulai terbentuk pada umur 4 MST. Kolesom
yang lebih awal berbunga adalah kolesom yang berasal dari setek dan diberi
pupuk kandang ayam 15 ton/ha. Pada umur 5 MST, seluruh tanaman kolesom
telah berbunga. Bibit asal setek menghasilkan rata-rata tinggi, LTR dan LAB
tanaman terbaik beturut-turut sebesar 136, 103, dan 112% lebih tinggi
dibandingkan tinggi tanaman yang berasal dari bibit benih.
Namun untuk
pertumbuhan jumlah daun kolesom asal benih lebih tinggi 143% dibandingkan
tanaman kolesom asal setek (Susanti et al., 2008).
5
Abu Sekam
Sekam padi adalah bagian terluar dari bulir padi, yang merupakan hasil
sampingan saat proses penggilingan padi dilakukan. Sekitar 20% dari bobot padi
adalah sekam padi dan kurang lebih 15% dari komposisi sekam adalah abu sekam
yang selalu dihasilkan setiap kali sekam dibakar (Harsono, 2002). Sutanto (2002)
menambahkan bahwa sekam padi secara nyata mempengaruhi sifat kimia, fisik,
dan biologi tanah.
Penggunaan abu sekam pada lahan pertanian selain sebagai sumber silikat
juga merupakan salah satu alternatif untuk mengurangi pencemaran lingkungan
oleh limbah pertanian di sekitar lokasi penggilingan padi dan sekaligus sebagai
upaya pengembalian sisa panen ke areal pertanian. Pemberian abu sekam sebagai
sumber silikat pada tanah Andisol dan Oxisol dapat melepaskan fosfor terjerap
(Ilyas et al., 2000).
Pupuk Organik
Pupuk organik adalah nama kolektif untuk semua jenis bahan organik asal
tanaman dan hewan yang dapat dirombak menjadi hara tersedia bagi tanaman.
Dalam Pementan No.2/Pert/Hk.060/2/2006, tentang pupuk organik dan pembenah
tanah, dikemukakan bahwa pupuk organik adalah pupuk yang sebagian besar atau
seluruhnya terdiri atas bahan organik yang berasal dari tanaman dan atau hewan
yang telah melalui proses rekayasa, dapat berbentuk padat atau cair yang
digunakan mensuplai bahan organik untuk memperbaiki sifat fisik, kimia, dan
biologi tanah (Suriadikarta dan Simanungkalit, 2006).
Senyawa atau unsur-unsur organik yang merupakan kandungan utama
pupuk organik dapat dimanfaatkan oleh tanaman setelah melalui proses
dekomposisi di dalam tanah, sehingga cara aplikasi yang efektif pupuk organik
adalah dengan memasukkannya ke dalam tanah (Marsono dan Sigit, 2001). Hanya
saja penggunaan pupuk organik memerlukan jumlah yang sangat banyak untuk
memenuhi kebutuhan unsur hara dari suatu pertanaman, bersifat ruah baik dalam
pengangkutan dan penggunaannya di lapangan serta kemungkinan akan
menimbulkan kekahatan unsur hara apabila bahan organik yang diberikan belum
cukup matang (Sutanto, 2002).
6
Pupuk organik mampu menggemburkan lapisan permukaan tanah,
meningkatkan populasi jasad renik, mempertinggi daya serap dan daya simpan air
yang menyebabkan kesuburan tanah meningkat (Yuliarti, 2009). Pupuk kandang
yang berasal dari kotoran sapi atau ayam merupakan pupuk organik yang umum
digunakan dan merupakan bahan pembenah tanah yang paling baik dibanding
bahan pembenah lainnya dalam pemupukan organik, tetapi hanya mampu
memberikan unsur hara dalam jumlah terbatas (Sutanto, 2002).
Pupuk Kandang Sapi
Pupuk kandang didefinisikan sebagai semua produk buangan dari binatang
peliharaan yang dapat digunakan untuk menambah hara memperbaiki sifat fisik,
dan biologi tanah (Hartatik dan Widowati, 2006). Tidak semua pupuk kandang
sapi berasal dari kotoran murni, namun biasanya telah bercampur dengan sisa
pakan, air kencing, dan alas ternak (jerami). Mutu pupuk kandang sapi yang benar
harus memperhatikan keadaan alas kandang dan cara penyimpanannya, sehingga
akan menentukan jumlah hara yang dapat digunakan tanaman (Atmojo, 2003).
Pupuk kandang sapi mempunyai kadar serat yang tinggi. Berdasarkan hasil
pengukuran parameter C/N rasio, pupuk kandang sapi memiliki C/N rasio lebih
dari 40 (Hartatik dan Widowati, 2006). Tingginya kadar C dalam pupuk kandang
sapi menghambat penggunaan langsung ke lahan pertanian karena akan menekan
pertumbuhan tanaman utama. Penekanan pertumbuhan terjadi karena mikroba
dekomposer akan menggunakan N yang tersedia untuk mendekomposisi bahan
organik tersebut sehingga tanaman utama akan kekurangan N. Memaksimalkan
penggunaan pupuk kandang sapi harus dilakukan pengomposan agar menjadi
kompos pupuk kandang sapi dengan rasio C/N di bawah 20 (Simanungkalit et al.,
2006)
Menurut Sutedjo (1994), pupuk kandang sapi merupakan pupuk padat
yang banyak mengandung air dan lendir. Pupuk ini termasuk jenis pupuk yang
proses penguraiannya berlangsung sangat lambat sehingga tidak terbentuk panas.
Berdasarkan penelitian Indrasari dan Syukur (2006), pemberian pupuk kandang
sapi sampai dengan 30 ton/ha masih meningkatkan kandungan bahan organik, Zn
jaringan tanaman, berat segar maupun berat kering akar pada tanaman jagung.
7
Penelitian Harnani (2008) menunjukkan bahwa perlakuan pupuk kandang
sapi secara nyata meningkatkan jumlah daun dan buku tanaman cabe jawa.
Jumlah daun dan jumlah buku meningkat secara kuadratik dengan pertambahan
dosis pupuk kandang sapi. Dosis optimum pupuk kandang sapi untuk jumlah daun
dan jumlah buku tanaman cabe jawa adalah 536 dan 531 g/10 kg tanah.
Guano
Pupuk guano adalah pupuk yang berasal dari kotoran kelelawar dan sudah
mengendap lama di dalam gua dan telah bercampur dengan tanah dan bakteri
pengurai. Fosfat guano merupakan hasil akumulasi sekresi burung pemakan ikan
dan sekresi kelelawar yang terlarut dan bereaksi dengan batu gamping karena
pengaruh air hujan dan air tanah. Berdasarkan tempatnya, endapan fosfat guano
terdiri dari endapan permukaan dan bawah gua (Yusuf, 2010).
Kandungan utama dari guano yakni unsur N dan P, namun ada pula guano
yang mengandung unsur K (Yuliarti, 2009). Lebih tepatnya guano mengandung
unsur N 2.09 %, P 10.43 %, K 0.07 %, Ca 26.72 %, Mg 0.98 %, dan S 0.02 %
(Tabel Lampiran 5). Selain mengandung banyak nutrisi, guano juga berperan
sebagai sumber dari berbagai bakteri yang berperan sebagai agen hayati untuk
menekan terjadinya hama dan penyakit pada tanaman.
Pupuk organik guano lama berada dalam tanah, meningkatkan
produktivitas tanah dan menyediakan makanan bagi tanaman lebih lama daripada
pupuk kimia buatan (Endrizal dan Bobihoe, 2000). Sekitar 1.000 gua di Indonesia
diprediksi berpotensi sebagai tempat deposit guano, sehingga guano menjadi salah
satu solusi atas masalah kelangkaan pupuk (Kristanto et al., 2009)
Download