keanekaragaman phytotelmata dan serangga yang mendiaminya di

advertisement
KEANEKARAGAMAN PHYTOTELMATA DAN SERANGGA YANG
MENDIAMINYA DI SUKAHARUM KELURAHAN BATU PUTUK
KECAMATAN TELUK BETUNG BARAT BANDAR LAMPUNG
( Skripsi )
Oleh
Santi Naumi Simangunsong
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2017
ABSTRAK
KEANEKARAGAMAN PHYTOTELMATA DAN SERANGGA YANG
MENDIAMINYA DI SUKAHARUM KELURAHAN BATU PUTUK
KECAMATAN TELUK BETUNG BARAT BANDAR LAMPUNG
Oleh
Santi Naumi Simangunsong
Phytotelmata merupakan golongan tumbuhan yang dapat menampung air pada
bagian tubuhnya. Genangan air yang terdapat pada phytotelmata digunakan oleh
berbagai jenis organisme sebagai habitat termasuk serangga. Tujuan dari
penelitian ini yaitu mengetahui keanekaragaman jenis phytotelmata dan serangga
yang menempati genangan air phytotelmata di Sukaharum Kelurahan Batu Putuk
Kecamatan Teluk Betung Barat, Bandar Lampung yang dilaksanakan pada bulan
April-Juni 2016 di pemukiman dan kebun. Identifikasi phytotelmata dan larva
serangga di lakukan di Laboratorium Botani dan Zoologi Universitas Lampung.
Hasil penelitian menunjukan bahwa di pemukiman ditemukan 14 jenis dan enam
tipe phytotelmata dengan 11 jenis larva serangga, dan di kebun ditemukan delapan
jenis dan enam tipe phytotelmata dengan sembilan jenis larva serangga. Nilai
indeks keanekaragaman phytotelmata di pemukiman dan kebun masuk dalam
kategori sedang dengan nilai 1<H’<3 dan dominansi tinggi dengan nilai 0,61-1,0.
Nilai indeks keanekaragaman serangga di pemukiman masuk dalam kategori
sedang, namun pada kebun memiliki kategori yang berbeda yaitu pada bulan juni
yang masuk dalam kategori rendah sedangkan nilai indeks dominansi pemukiman
dan kebun masuk dalam kategori dominansi tinggi.
Kata kunci : Keanekaragaman, dominansi, pemukiman, kebun, phytotelmata.
KEANEKARAGAMAN PHYTOTELMATA DAN SERANGGA YANG
MENDIAMINYA DI SUKAHARUM KELURAHAN BATU PUTUK
KECAMATAN TELUK BETUNG BARAT BANDAR LAMPUNG
Oleh
Santi Naumi Simangunsong
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar
SARJANA SAINS
Pada
Jurusan Biologi
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Lampung
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2017
RIWAYAT HIDUP
Penulis di DSN Padmosari pada 25 April 1994 dari
pasangan Bapak Bahara Simangunsong dan Sumarni
Siahaan sebagai putri sulung tiga bersaudara.
Penulis mengawali pendidikannya di Sekolah Dasar
Negeri 1 Haduyang Natar Lampung Selatan pada
Tahun 2000-2001. Di lanjutkan dengan pendidikan di
Sekolah Menengah Pertama Yayasan Abdi Karya (YADIKA) Natar pada tahun
2006-2007. Kemudian penulis melanjutkan pendidikannya di Sekolah Menengah
Atas Yayasan Abdi Karya (YADIKA) Natar Pada tahun 2009-2010. Penulis
diterima di Universitas Lampung pada tahun 2012 di Fakultas Matematika dan
Ilmu Pengetahuan Alam Jurusan Biologi.
Selama menjadi mahasiswi, penulis pernah menjadi asisten Pengenalan Alat
Laboratorium. Selain itu juga penulis aktif dalam berorganisasi dan menjadi
anggota Bidang Keilmuan di HIMBIO (Himpunan Mahasiswa Biologi) Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Lampung.
Pada tahun 2015 penulis melaksanakan Kuliah Kerja Nyata di Desa Bandar Dewa,
Kecamatan Tulang Bawang, Tulang Bawang Barat selama 60 hari dan
melaksanakan Kerja Praktik di Taman Kupu-Kupu Gita Persada Bandar Lampung
selama 40 hari dengan judul “Populasi Larva dan Penangkaran Papilio
peranthus (Kupu-kupu Hijau Biru) di Taman Kupu-kupu Gita Persada
Kemiling Bandar Lampung” pada periode Oktober-November 2016.
Karya ilmiah ini ku
persembahkan kepada
papa dan mama ku
tercinta, adik-adikku dan
keluarga besarku tercinta,
sahabat terbaikku serta
Almamaterku tercinta.
Motto
“Sebuah tantangan akan selalu menjadi beban,
jika itu hanya dipikirkan. Sebuah cita-cita
juga adalah beban, jika itu hanya
angan-angan”
“Do the best, be good, then you will be the best”
Amsal 10:4
“Tangan yang lamban membuat miskin, tetapi
tangan orang rajin menjadikan kaya”
Amsal 1:7
“Takut akan TUHAN adalah permulaan
pengetahuan, tetapi orang bodoh menghina
hikmat dan didikan”
“Life is like riding a bicycle to keep your
balance, you must keep moving”
-Albert Einstein-
“Learn from yesterday, live for today, and
hope for tomorrow”
-Albert Einstein-
“Pendidikan merupakan senjata yang paling
mematikan di dunia, karena dengan
pendidikan mampu mengubah dunia”
-Nelson Mandela-
SANWACANA
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan karunia Nya
sehingga skripsi dengan judul “KEANEKARAGAMAN PHYTOTELMATA
DAN
SERANGGA
YANG
MENDIAMINYA
DI
SUKAHARUM
KELURAHAN BATU PUTUK KECAMATAN TELUK BETUNG BARAT,
BANDAR LAMPUNG” sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Sains di Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan
Alam, Universitas Lampung.
Dengan terselesaikannya skripsi ini penulis mengucapkan terimakasih yang
sebesar-besarnya kepada :
1. Ibu Dr. Emantis Rosa, M.Biomed., sebagai Pembimbing 1 yang telah
dengan sabar membimbing, menasehati, memberi saran, kritik, serta
kepercayaan bagi penulis.
2. Bapak Drs. Suratman , M.Sc., sebagai pembimbing II yang telah membantu
dalam menyelesaikan skripsi ini. Terimakasih untuk setiap nasihat,
saran, dan motivasi yang membangun bagi penulis.
3. Ibu Dra. Sri Murwani, M. Sc., sebagai Pembahas yang telah memberikan
kritik dan saran, serta nasihat yang membantu penulis dalam membuat skripsi
ini menjadi lebih baik.
4. Bapak Prof. Warsito, S.Si., DEA., Ph.D., sebagai Dekan Fakultas Matematika
dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Lampung.
5. Ibu Dra. Nuning Nurcahyani, M.Sc., sebagai Ketua Jurusan Biologi
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Lampung.
6. Ibu Dra. Tundjung T. Handayani, M. S. sebagai Pembimbing Akademik yang
telah memberikan masukan dan saran selama ini.
7. Bapak dan ibu Dosen Jurusan Biologi FMIPA Unila terimakasih atas ilmu,
bimbingan dan bantuannya kepada penulis.
8. Kepala Laboratorium Zoologi yang telah mengizinkan penulis untuk
melaksanakan penelitian ini.
9. Karyawan dan staff Laboran Jurusan Biologi serta seluruh pihak yang tidak
dapat penulis sebutkan satu-persatu yang telah membantu dalam penyelesaian
skripsi ini, penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya.
10. Kedua orangtua tercinta, Bapak (Bahara Simangunsong), Mama (Sumarni),
adik-adikku tersayang (Sinta Taruli .S dan Jekli Yohanes .S), dan keluarga
besarku terima kasih yang teramat dalam atas doa, kasih sayang, kesabaran,
semangat, dan nasehat-nasehatnnya sehingga penulis mampu menyelesaikan
skripsi ini.
11. Sahabat terbaiku Ayung Musthafa Gumelar terima kasih telah setia menemani
dan memberi dukungan dari awal hingga akhir.
12. Sahabat-sahabat dekatku Amanda Amalia Putri, Erika Oktavia Gindhi,
Welmi Nopia Ningsih, dan Putri Minggar Oktaviani atas kebersamaan,
canda tawa, dan dukungan yang diberikan kepada penulis untuk dapat
menyelesaikan skripsi.
13. Teman-teman Biologi angkatan 2012, Afrisa, Dewi, Arum, Amal, Catur,
Nike, Etika, Faizatin, Puty, Putri Rahayu, Sheila, Choirunisa, Emil, Dwi,
Wina, Jevica, Mustika, Pepty, Bebi, Laras, Aida, Yelbi, Lutfi, Nora, Lia,
Mita, Indi, Meri, Khorik, Popy, Heny, Linda, Agustina, Huda, Sabrina, Aska
Niken, Agung, Olin, Rahma, Ambar, Reni, Nindya, Marli, Sayu, Riza, Dela,
Aulia, Kadek, Apri, Propal, Luna, terima kasih atas dukungan, bantuan,
saran, kritik, canda tawa, dan kebersamaannya untuk penulis.
14. Kakak tingkat 2008, 2009, 2010, adik-adik tingkat 2012, 2013, 2014, 2015,
2016 dan seluruh Wadya Ballad HIMBIO yang tidak dapat disebutkan satu
persatu, terima kasih kebersamaan dan pembelajaran yang sangat berarti bagi
penulis.
15. Mang Udin beserta Keluarga terima kasih telah membantu dan memberi
semangat bagi penulis.
16. Warga Lingkungan Sukaharum beserta Perangkat Desa yang Telah
memberikan izin bagi penulis.
17. Seluruh pihak yang telah membantu dan mempermudah penulis dalam
melaksanakan penelitian dan penyelesaian studi program sarjana.
18. Almamater Tercinta.
Semoga Tuhan selalu memberikan berkat kepada semua pihak yang telah
membantu penulis.
Akhir kata, Penulis menyadari bahwa masih banyak
kekurangan di dalam penyusunan skripsi ini dan jauh dari kesempurnaan, akan
tetapi besar harapan semoga hasil tulisan ini dapat berguna dan bermanfaat bagi
kita semua.
Bandar Lampung, 20 Januari 2017
Penulis,
Santi Naumi Simangunsong
i
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK
HALAMAN PENGESAHAN
DAFTAR ISI............................................................................................
i
DAFTAR GAMBAR...............................................................................
iv
DAFTAR TABEL ...................................................................................
v
I.
PENDAHULUAN
A.
B.
C.
D.
Latar Belakang .............................................................................
Tujuan Penelitian .........................................................................
Manfaat Penelitian .......................................................................
Kerangka Pemikiran.....................................................................
1
4
4
5
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Gambaran Umum Phytotelmata...................................................
B. Tipe-tipe Phytotelmata.................................................................
1. Lubang Buah ..........................................................................
2. Ketiak Daun ...........................................................................
3. Kelopak Bunga.......................................................................
4. Lubang Buah ..........................................................................
5. Akar Pohon ............................................................................
6. Bagian Tanaman yang Gugur ................................................
7. Tanaman Kendi ......................................................................
C. Sistematika dan Gambaran Umum Serangga ..............................
1. Sistematika Serangga .............................................................
2. Gambaran Umum Serangga ..................................................
3. Morfologi Serangga ...............................................................
4. Keanekaragaman Serangga Air..............................................
5. Faktor yang Mempengaruhi Kehidupan Serangga Air ..........
7
9
9
9
10
10
11
11
11
12
12
12
14
15
16
ii
a. Suhu .................................................................................
b. Derajat Keasaman (pH) ...................................................
6. Peranan Serangga ..................................................................
D. Gambaran Singkat Lingkungan Sukaharum Kelurahan
Batu Putuk Teluk Betung Barat Bandar Lampung ......................
17
18
19
20
III. METODE KERJA
A. Tempat dan Waktu Penelitian ......................................................
B. Bahan, Alat, dan Cara Kerja ........................................................
1. Penentuan Transek Pengamatan ............................................
2. Pengambilan Sampel..............................................................
3. Pengukuran Faktor Lingkungan.............................................
4. Identifikasi Sampel Serangga.................................................
C. Analisis Data ................................................................................
21
21
21
22
22
23
23
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Jenis-jenis Phytotelmata yang Ditemukan di Lingkungan
Sukaharum Kelurahan Batu Putuk,Teluk Betung Barat ...............
B. Keanekaragaman dan Dominansi Phytotelmata............................
C. Larva Serangga yang Mendiami Phytotelmata di Pemukiman
dan Kebun Sukaharum Kelurahan Batu Putuk Teluk Betung
Barat ..............................................................................................
D. Keanekaragaman dan Dominansi Larva Serangga .......................
E. Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Larva Serangga
pada Phytotelmata ........................................................................
26
32
34
40
41
V. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan ..................................................................................
44
B. Saran ............................................................................................
45
DAFTAR PUSTAKA ..............................................................................
46
LAMPIRAN.............................................................................................
51
A. Lampiran 1. Perhitungan Indeks Keanekaragaman dan
Dominansi Phytotelmata..............................................................
B. Lampiran 2. Perhitungan Indeks keanekaragaman dan
Dominansi Serangga....................................................................
C. Lampiran 3. Data Curah Hujan BMKG Kemiling, Bandar
Lampung......................................................................................
51
53
55
iii
D. Lampiran 4. Alat dan Bahan .......................................................
E. Lampiran 5. Transek Lokasi Pemukiman....................................
F. Lampiran 6. Transek Lokasi Perkebunan ....................................
56
60
65
iv
DAFTAR GAMBAR
Gambar
Halaman
Gambar 1.
Tipe – tipe Phytotelmata ...................................................
8
Gambar 2.
Diagram alir penelitian .....................................................
24
Gambar 3.
Jenis-jenis phytotelmata yang ditemukan di pemukiman
Sukaharum Kelurahan Batu Putuk, Teluk Betung Barat,
Bandar Lampung ...............................................................
28
Jenis-jenis phytotelmata yang ditemukan di Kebun
Sukaharum Kelurahan Batu Putuk, Teluk Betung Barat,
Bandar Lampung ...............................................................
29
Tipe phytotelmata yang ditemukan di Sukaharum,
Kelurahan Batu Putuk,Teluk Betung Barat,
Bandar Lampung ...............................................................
31
Jenis Larva Serangga yang ditemukan pada phytotelmata
di Pemukiman dan Kebun Sukaharum Kelurahan Batu
Putuk, Teluk Betung Barat,Bandar Lampung ...................
38
Gambar 7.
Alat dan Bahan ..................................................................
59
Gambar 8.
Lokasi Transek Pemukiman ..............................................
62
Gambar 9.
Lokasi Transek Kebun.......................................................
65
Gambar 4.
Gambar 5.
Gambar 6.
v
DAFTAR TABEL
Tabel
Tabel 1.
Tabel 2.
Tabel 3.
Tabel 4.
Tabel 5.
Tabel 6.
Tabel 7.
Tabel 8.
Tabel 9.
Tabel 10.
Tabel 11.
Tabel 12.
Halaman
Jenis – jenis phytotelmata yang ditemukan di Sukaharum
Kelurahan Batu Putuk Teluk Betung Barat .........................
26
Nilai Indeks Keanekaragaman dan Dominansi
Phytotelmata ........................................................................
32
Larva Serangga yang Mendiami Phytotelmata
di Sukaharum Kelurahan Batu Putuk,Teluk Betung Barat,
Bandar Lampung..................................................................
34
Nilai Indeks Keanekaragaman dan Dominansi
Serangga...............................................................................
40
Perhitungan Keanekaragaman dan Dominansi
Phytotelmata di Pemukiman Bulan Mei ..............................
51
Perhitungan Keanekaragaman dan Dominansi
Phytotelmata di Pemukiman Bulan Juni..............................
51
Perhitungan Keanekaragaman dan Dominansi
Phytotelmata di Kebun Bulan Mei.......................................
52
PerhitunganKeanekaragaman dan Dominansi
Phytotelmata di Kebun Bulan Juni ......................................
52
Perhitungan Keanekaragaman dan Dominansi
Serangga di Pemukiman Bulan Mei ....................................
53
Perhitungan Keanekaragaman dan Dominansi
Serangga di Pemukiman Bulan Juni ....................................
53
Perhitungan Keanekaragaman dan Dominansi
Serangga di Kebun Bulan Mei.............................................
54
Perhitungan Keanekaragaman dan Dominansi
Serangga di Kebun Bulan Juni.............................................
54
vi
Tabel 13
Data Hujan Harian ...............................................................
55
1
I.
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia terletak di daerah tropis dan memiliki keanekaragaman hayati
yang tinggi (Sumarno, 2006). Keadaan alam Indonesia dengan iklim
tropis menjadi habitat yang cocok bagi kehidupan flora dan fauna (Sutra
dkk, 2012). Beberapa struktur tumbuhan seperti daun, batang, dan bunga
memiliki kemampuan untuk menampung dan menyimpan air hujan,
menciptakan mikrokosmos air alami yang disebut phytotelmata (Fish,
1983; Kitching, 2000).
Phytotelmata merupakan kelompok flora yang beranekaragam di alam.
Menurut Varga (1928) dan Greeney (2001) phytotelmata merupakan
golongan tumbuhan yang dapat menampung air pada bagian tubuhnya.
Phytotelmata ditemukan pada batang pohon yang berlobang (tree hole),
tunggul bambu (bamboo stump), pada tumbuhan berkantong atau
tumbuhan berbentuk kendi (pitcher plant), dan tumbuhan nanas-nanasan
(Bromeliad) serta tanaman yang struktur daunnya membesar sehingga
dapat menampung genangan air (William and Blair, 1992; Sota, 1996).
2
Kitcing (1971) menjelaskan bahwa genangan air yang terdapat pada
bagian phytotelmata digunakan oleh bermacam-macam organisme sebagai
habitat dan tempat perkembangbiakan alami termasuk serangga. Menurut
Frank (1983) dan Kitching (2000), kekayaan, kelimpahan, dan komposisi
spesies sangat tergantung pada tempat perindukannya. Menurut Buosai
(2014) phytotelmata dapat menjadi sumber nutrisi dan tempat
perlindungan serta membentuk interaksi jaring makanan yang kompleks.
Serangga merupakan kelompok hewan yang dominan dari segi populasi
dan keanekaragaman spesiesnya dengan jumlah hampir 80 persen dari
jumlah total hewan di bumi. Dari 751.000 spesies golongan serangga,
sekitar 250.000 spesies terdapat di Indonesia, sebagian bersifat predator,
parasitoid, atau musuh alami (Christian and Gotisberger, 2000)
(Kalshoven, 1981). Dominansi serangga ini disebabkan oleh daya tahan
tubuhnya yang kuat, cepatnya menyesuaikan diri dengan lingkungannya,
kemampuan reproduksi yang tinggi, habitat yang beragam dan penyebaran
yang sangat luas yaitu mulai dari daerah tropis hingga daerah kutub (Hadi,
2010).
Serangga yang habitat serta aktivitasnya dilakukan di air dikenal sebagai
serangga air. Serangga air merupakan kelompok serangga yang sebagian
hidupnya berada di badan air seperti pada genangan air yang terdapat pada
phytotelmata. Serangga yang hidup di air sebagian merupakan makanan
3
bagi hewan air dan sebagian menularkan penyakit bagi manusia dan
hewan. Serangga air juga merupakan indikator yang baik bagi kualitas air.
Beberapa dari serangga air sensitif terhadap polusi sedangkan yang lain
dapat hidup dan berkembang biak pada air yang terganggu dan terkena
polusi (Popoola and Otalekor, 2011).
Penelitian ini dilakukan di Sukaharum Kelurahan Batu Putuk yang berada
di daerah pegunungan dengan ketinggian 400 m (dari permukaan laut) dpl
dengan curah hujan sebesar lebih kurang dari 1.106 mm/thn dan
berbatasan dengan kawasan Gunung Betung bagian Barat dan terdiri dari
tiga kondisi habitat yang berbeda yaitu pekarangan penduduk, kebun, dan
hutan kawasan (Dinas Kehutanan Provinsi Lampung, 2006). Kondisi
geografis dan tumbuhan yang di tanam oleh masyarakat yang diduga
ditanam sesuai kebutuhan mendukung keberadaan phytotelmata.
Informasi tentang keanekaragaman phytotelmata dan serangga yang
mendiaminya masih baru. Untuk itu diperlukan penelitian di Sukaharum
Kelurahan Batu Putuk.
4
B. Tujuan Penelitian
Tujuan dari Penelitian ini adalah untuk :
1. Mengetahui keanekaragaman jenis phytotelmata yang tumbuh di
Sukaharum, Kelurahan Batu Putuk, Teluk Betung Barat.
2. Mengetahui keanekaragaman jenis serangga yang menempati
phytotelmata di Sukaharum, Kelurahan Batu Putuk, Teluk Betung
Barat.
C. Manfaat penelitian
Adapun manfaat dari penelitian ini adalah :
1. Memberikan informasi kepada masyarakat tentang keanekaragaman
phytotelmata dan jenis serangga yang mendiaminya di Sukaharum,
Kelurahan Batu Putuk, Teluk Betung Barat, Bandar Lampung.
2. Sebagai informasi tambahan bagi instansi dan pemerhati kesehatan
terkait upaya pengendalian nyamuk melalui pengenalan tempat
perindukan vektor.
5
D. Kerangka pemikiran
Sebagian besar phytotelmata hidup pada iklim tropis, namun ada juga
yang hidup pada iklim subtropis. Phytotelmata merupakan kelompok
tumbuhan yang dimanfaatkan sebagai perindukan alami oleh serangga
yang sebagian hidupnya berada di air.
Phytotelmata adalah kelompok tumbuhan yang mampu menampung air
dari curah hujan pada bagian tubuhnya seperti pada daun, ketiak daun,
pelepah daun, bunga, buah, lubang batang, lubang akar dan tunggul
bambu. Air yang tergenang di phytotelmata dimanfaatkan oleh serangga
salah satunya nyamuk. Keberadaan nyamuk erat kaitannya dengan tempat
perindukan alami yang mendukung bagi kehidupannya. Semakin
beranekaragam phytotelmata maka kemungkinan semakin beragam pula
larva serangga yang ditemukan mendiami phytotelmata tersebut, sehingga
perlu dilakukan penelitian tentang keanekaragaman phytotelmata dan larva
serangga yang mendiami phytotelmata tersebut.
Sukaharum merupakan daerah pegunungan yang berbatasan dengan
gunung betung bagian barat. Sukaharum terdiri dari pemukiman, kebun
campuran, dan hutan kawasan. Wilayah ini memiliki kondisi yang
mendukung untuk bercocok tanam sehingga digunakan sebagai area
perkebunan kakao, karet, dan pisang. Kondisi lingkungan sebagai
pemukiman, kebun dan hutan kawasan memungkinkan tumbuhnya
6
phytotelmata yang beragam. Oleh karena itu, penelitian ini dilakukan
untuk mengetahui jenis-jenis phytotelmata dan serangga yang mendiami
phytotelmata di area yang berbeda di Sukaharum, Kelurahan Batu Putuk,
Kecamatan Teluk Betung Barat, Bandar Lampung.
7
II.
TINJAUAN PUSTAKA
A. Gambaran Umum Phytotelmata
Phytotelmata adalah golongan tumbuhan yang dapat menampung genangan
air pada bagian tubuhnya. Habitat air tersembunyi sangat mendukung
kehidupan fauna akuatik yang didominasi oleh invertebrata. Phytotelmata
dapat menampung air berkisar 30 ml hingga 200 ml, air yang tertampung oleh
phytotelmata berasal dari curah hujan (Yule and Yong, 2012).
Genangan air yang terdapat pada bagian tubuh phytotelata dapat digunakan
oleh beragam organisme sebagai habitat dan tempat berkembangbiak salah
satunya oleh serangga (Fish, 1983). Phytotelmata sangat berperan dalam
membangun komunitas organisme yang terdapat pada genangan air yang ada
(Kitching, 1987; Greeney, 2001). Kitcing (2009) melaporkan lebih kurang 25
jenis famili tumbuhan yang termasuk dalam phytotelmata, famili-famili
tumbuhan tersebut diantaranya adalah Bromeliaceae, Nepenthaceae,
Sarraceniaceae, Chepalotaceae, Raflesiaceae, Costaceae, Marataceae,
Strelitziaceae, Zingiberaceae, Euphorbiaceae, Umbelliferae, Gesneraceae,
Campanulaceae, Dipsaceae, Compositae, Commelinaceae, Eriocaulaceae,
Flagellariaceae, Graminae, Cyperaceae, Typhaceae, Cannaceae, Musaceae,
Palmae, Pandanaceae, Araceae, Amaryllidaceae, Liliaceae,
8
Caesalpinioideae, dan Bambusaceae. Kitcing (1971) mengklasifikasikan
tanaman phytotelmata menjadi tujuh tipe yaitu tipe, kulit buah, lobang pohon,
ketiak daun, lubang akar, kelopak bunga, bagian pohon yang gugur seperti
daun, kulit buah yang gugur atau yang masih melekat pada pohon, dan
tanaman yang berbentuk kendi (Gambar 1).
(a)
(d)
(b)
(e)
(c)
(f)
(g)
Gambar 1. Tipe-tipe Phytotelmata (a).Tipe lubang buah (b). Tipe ketiak daun ,
(c). Tipe lubang akar , (d). Tipe tunggul bambu, (e) Tipe lubang
pohon, (f) Tipe tanaman berkendi, (g) Tipe kelopak bunga (Rosa, 2012
; Kurniawan, 2015).
9
B. Tipe-tipe Phytotelmata
1. Lubang Pohon
Lubang pohon merupakan tumbuhan yang memiliki rongga pada bagian
tubuhnya. Tipe ini dibagi menjadi dua yaitu tipe yang dapat menampung
air pada lapisan kulit yang tak terputus dan tipe yang melewati lapisan
kulit dan menembus kedalam bagian kayu pohon.
Lubang pohon banyak ditemukan di bambu, famili Graminae. Bambu ini
merupakan habitat yang dibentuk ketika bambu patah dan serangga dapat
masuk melalui lubang di bambu. Walaupun secara morfologi bambu yang
tidak mirip dengan lubang pohon, namun menurut Greeney (2001),
tunggul bambu dimasukkan ke dalam kategori ini.
2. Ketiak Daun
Tipe ini mengakumulasi air pada bagian ketiak daun yang kedap air.
Habitat yang terbentuk di dalam genangan air pada phytotelmata tipe ini
berukuran kecil dan terdiri dari komunitas akuatik yang sederhana
(Kitching, 2000). Ketiak daun merupakan tipe phytotelmata yang sering
ditemukan (Greeney, 2001). Ada 24 famili tanaman yang dapat
menampung air seperti famili dari Agavaceae, Amaryllidaceae, Araceae,
Brommeliacae, Dipsacaceae, Musaceae dan lain- lain.
10
3. Kelopak Bunga
Salah satu bagian bunga adalah braktea atau yang biasa disebut seludang
bunga. Seludang bunga merupakan bagian bunga yang terletak di bagian
bawah bunga dan memiliki ukuran yang lebih besar dan tampilannya lebih
menarik dari pada bunga. Pada bagian seludang bunga dapat menampung
air dan bisa menjadi tempat hidup larva dari serangga (Mogi, 1983).
Phytotelmata tipe seludang bunga termasuk tipe yang sering ditemukan.
Pada penelitian Rosa, dkk (2012), ditemukan dua jenis tumbuhan dengan
tipe seludang bunga yaitu Curcuma domestica dan Coleus speciosus
dengan jumlah sebanyak 22 individu dari total 52 jenis phytotelmata yang
ditemukan pada area pemukiman di Sumatera Barat.
4. Lubang Buah
Tipe phytotelmata ini terdapat pada buah-buah tropik yang terlepas dari
batangnya dan bagian tersebut dapat menampung genangan air atau
disebut create small pockets yang menampung air dan materi-materi
tumbuhan yang busuk. Namun tidak hanya pada batok kelapa saja akan
tetapi buah-buahan. Penelitian Rosa, dkk (2012), ditemukan dua jenis tipe
lubang buah yaitu, Theobroma cacao dan Cocos nucifera di lokasi
perkebunan dan merupakan jenis komoditi di perkebunan Sumatera Barat.
11
5. Akar Pohon
Tipe phytotelmata ini masuk dalam kategori yang jarang ditemukan. Pada
akar pohon yang terdapat pada hutan Papua Guinea ditemukan adanya
spesies dari Tripteroides yang merupakan predator dalam rantai makanan
yang berlangsung dalam genangan air yang tertampung (Kitching, 2000).
Pada penelitian Rosa, dkk (2012) ditemukan dua jenis phytotelmata tipe
akar pohon yaitu, Delonyx regia dan Pterocarpus indicus yang ditemukan
di provinsi Sumatera Barat.
6. Bagian Tanaman yang Gugur
Beberapa famili tanaman yang termasuk dalam tipe ini yaitu Musaceae,
Marantaceae, Sterculiaceae, Palmae, dan Araceae. Pada tanaman jenis
Palmae juga memiliki seludang. Seludang yang jatuh akan dapat
menampung air ketika hujan turun.
7. Tanaman Kendi
Pada jenis tumbuhan seperti dari famili Nepenthaceae dan
Sarraceniaceae memiliki ujung sulur daun yang termodifikasi menjadi
kantung yang mampu menampung genangan air dan genangan tersebut
dimanfaatkan oleh serangga air sebagai tempat perkembangbiakan.
Komunitas yang terdapat dalam tanaman berbentuk kendi merupakan
habitat akuatik yang kaya akan bahan organik sehingga menjadi sumber
makanan pada habitat ini yang berasal dari tubuh serangga yang
terdekomposisi (Munirathinam, et. al., 2014).
12
Kekayaan organik yang ditemukan dalam tanaman Nepenthes telah banyak
dimanfaatkan sebagai sumber makanan berbagai spesies seperti tungau,
rotifer, nyamuk, capung, bahkan katak. Phytotelmata lain dari famili
Cephalotaceae jenis Cephalotus follicularis banyak didiami oleh berbagai
makrofauna seperti copepoda, tungau dan larva dua spesies lalat,
Ceratopogonidae dan Micropezidae (Kitching, 2000 ; Clarke, 1985, 1992).
C. Sistematika dan Gambaran Umum Serangga
1. Sistematika Serangga
Serangga termasuk dalam kingdom dari animalia dan filum arthropoda,
sub filum mandibulata dari kelas insekta. Kelas insekta terdiri dari 32
ordo, sebagian besar nama ordo berakhiran ptera. Terdapat lebih dari
1.000 famili serangga, nama famili berakhiran idae dan Subfamili
semuanya berakhiran inae (Suputa, 2000). Terdapat 751.000 spesies yang
termasuk dalam golongan serangga, sekitar 250.000 spesies serangga
terdapat di Indonesia (Christian and Gotisberger, 2000).
2. Gambaran Umum Serangga
Menurut Kasholven (1981) serangga merupakan kelompok hewan yang
dominan di muka bumi dengan jumlah spesies hampir 80% dari jumlah
total hewan lainnya di bumi. Sebagian besar spesies serangga memiliki
manfaat bagi manusia. Tingginya jumlah serangga dikarenakan serangga
berhasil dalam mempertahankan keberlangsungan hidupnya pada habitat
13
yang bervariasi, kapasitas reproduksi yang tinggi dan kemampuan
menyelamatkan diri dari musuhnya (Borror dkk, 1992).
Serangga merupakan kelompok hewan yang jumlahnya paling banyak.
Kebanyakan serangga bersifat terestrial (hidup di darat), dan ditemukan di
tempat-tempat seperti pohon, semak, bunga, batu, kayu, tanah, bangunan,
dan kebun. Ada juga berbagai jenis serangga yang hidup di air disebut
serangga air, dan mereka sering menjelajahi tempat-tempat seperti
genangan air, kolam, danau, selokan, sungai, dan danau. Ada banyak jenis
serangga air dan hampir setiap jenis serangga yang hidup di lingkungan air
tawar (Voshell, 2009).
Serangga air adalah serangga yang sebagian dari stadium hidupnya berada
di dalam air, baik yang hidup di bawah permukaan atau di atas air.
Menurut Voshell (2009), ada dua tipe utama metamorfosis pada serangga
air yaitu incomplete metemorphosis (hemimetabola) dan complete
metemorphosis (holometabola). Pertumbuhan serangga biasanya melewati
empat tahap bentuk hidup yaitu telur, larva/nimfa, pupa, dan imago. Telur
diletakkan secara tunggal atau dalam kelompok di dalam atau di atas
permukaan air atau bagian tanaman. Embrio di dalam telur berkembang
menjadi larva atau nimfa (tergantung macam metamorfosis atau
perkembangan) yang keluar dari telur dan menetas. Larva atau nimfa
memiliki tahapan perkembangan (instar), yang setiap tahapannnya melalui
proses pergantian kulit (ecdysis), karena setiap peningkatan ukuran tubuh
14
pada setiap instar ke instar berikutnya memerlukan integumen baru yang
lebih besar (Tarumingkeng, 2001).
Serangga air dapat hidup pada habitat yang beragam. Serangga air dapat
hidup di semua badan air. Air yang terlampau dingin atau panas, keruh
atau berlumpur dengan kadar oksigen yang rendah, arus yang deras, atau
tempat yang banyak polusi untuk beberapa jenis serangga air dapat hidup
di sana. Hidup serangga air terbatas pada perairan asin seperti pada laut
namun ada juga serangga air yang dapat hidup di habitat batu karang
muara sungai (Voshell, 2009).
3. Morfologi Serangga
Tubuh serangga terbagi atas tiga bagian yaitu : Kepala (caput), dada
(torak), dan perut (abdomen). Serangga terdiri tidak kurang dari 20
segmen. Enam ruas yang membentuk kepala, tiga ruas membentuk torak,
dan sebelas ruas membentuk abdomen (Hadi dkk, 2009).
Menurut Sastrodihardjo (1979), pada serangga terjadi tiga pengelompokan
segmen, yaitu kepala, dada dan perut. Secara umum satu daerah kesatuan
ini disebut tagma. Prostomium (suatu bagian terdepan yang tidak
bersegmen) bersatu dengan kepala sedangkan periprok (bagian terakhir
tubuh yang tidak bersegmen) bersatu dengan perut. Pada kepala terdapat
satu pasang antena. Dada terdiri dari tiga ruas, dan pada dada tersebut
terdapat tiga pasang kaki yang beruas-ruas.
15
Pada umumnya sayap terdapat dua pasang yang terletak di bagian dada,
ruas kedua dan ruas ketiga. Perut terdiri atas 6 sampai 11 ruas (ruas
belakang posterior digunakan sebagai alat reproduksi). Serangga memiliki
skeleton yang berada pada bagian luar tubuhnya (eksoskeleton). Rangka
luar tebal dan sangat keras sehingga dapat menjadi pelindung tubuh.
Eksoskeleton serangga tidak tumbuh secara terus-menerus, pada tahap
pertumbuhan serangga eksoskeleton harus ditanggalkan untuk
menumbuhkan eksokeleton baru yang lebih besar (Hadi, 2009).
Pada bagian depan (frontal) apabila terlihat dari samping (lateral) dapat
ditentukan letak frons, clypeus, vertex, gena, occiput, alat mulut, mata
majemuk, mata tunggal (ocelli), postgena, dan antena, sedangkan toraks
terdiri dari protorak, mesotorak, dan metatorak. Sayap serangga tumbuh
dari dinding tubuh yang terletak dorso-lateral antara nota dan pleura. Pada
umumunya serangga mempunyai dua pasang sayap yang terletak pada ruas
mesotoraks dan metatorak. Pada sayap terdapat pola tertentu dan sangat
berguna untuk identifikasi (Borror dkk, 1992).
4. Keanekaragaman Serangga Air
Sekitar 10% serangga menempati yang habitat perairan tergabung dalam
Ordo Ephemeroptera, Odonata, Plecoptera, Trichoptera, Coleoptera,
Lepidoptera, Hymenoptera, Hemiptera, Diptera, Megaloptera,
Neuroptera, Orthoptera, dan Collembola. Semua ordo ini menempati
habitat yang bervariasi mulai dari kolam, sungai dan danau yang meliputi
baik ekosistem lentik dan ekosistem lotik merupakan tempat hidup dan
16
berkembang bagi serangga air (McCafferty, 1981; Merrit & Cummins,
1996).
5. Faktor yang Mempengaruhi Kehidupan Serangga Air
Kehidupan serangga sangat dipengaruhi oleh faktor lingkungan baik biotik
maupun abiotik. Faktor abiotik seperti iklim adalah salah satu faktor
paling penting dalam kehidupan serangga, karena iklim dapat
mempengaruhi pertumbuhan, reproduksi dan kelimpahan serangga. Iklim
juga dapat mempengaruhi angka kematian langsung atau tidak langsung
yang menyebabkan perubahan jumlah serangga (Rosa, et. al., 2014).
Iklim terdiri dari beberapa elemen seperti suhu, curah hujan, dan
kelembaban. Setiap elemen memiliki efek yang berbeda pada daerah yang
berbeda. Suhu adalah unsur yang paling dominan di negara dengan iklim
sedang, sementara curah hujan merupakan unsur utama dari iklim di
daerah tropis. Iklim dapat berubah dari waktu ke waktu, perubahan iklim
dan gangguan habitat akan mempengaruhi populasi serangga yang selalu
berfluktuasi sepanjang waktu (Rosa, et. al., 2014). Kehidupan suatu
organisme sangat bergantung pada faktor lingkungan. Setiap jenis
organisme di permukaan bumi selalu dan terus berusaha untuk tumbuh dan
berkembangbiak dengan baik, dalam hal ini mereka akan mencari daerah
yang lingkungannya optimum bagi pertumbuhan dan
perkembangbiakannya (Suin, 2003).
17
a. Suhu
Pengukuran suhu air merupakan hal mutlak yang dilakukan, kelarutan
berbagai jenis gas di dalam air serta semua aktifitas biologis-fisiologis
di dalam ekosistem akuatik sangat dipengaruhi oleh suhu. Suhu air
merupakan salah satu faktor fisika yang sangat penting dalam
mengatur proses kehidupan dan penyebaran organisme perairan
(Giller and Malmqvist, 2003). Menurut hukum Van’t Hoffs kenaikan
suhu 10 oC (hanya pada kisaran temperatur yang masih ditolerir) akan
meningkatkan aktifitas fisiologis (seperti respirasi) dari organisme
sebesar 2 - 3 kali lipat. Pola suhu ekosistem akuatik dipengaruhi oleh
berbagai faktor seperti intensitas cahaya matahari, pertukaran panas
antara air dan udara sekelilingnya dan juga faktor kanopi dari
pepohonan yang tumbuh di tepi perairan (Barus, 2004).
Batas toleransi hewan terhadap suhu tergantung pada spesiesnya.
Umumnya suhu di atas 30 0C dapat menekan populasi hewan bentos
(Nybakken, 1992). Peningkatan suhu air sampai skala tertentu akan
dapat mempercepat perkembangbiakan organisme air (Izmiarti, 2004).
Setiap spesies mempunyai batas toleransi yang berbeda terhadap
perubahan suhu perairan. Perubahan suhu dapat mempengaruhi
metabolisme, nafsu makan, reproduksi dan distribusi organisme
perairan. Selain itu suhu juga dapat mempengaruhi kelarutan oksigen
di dalam air. Pada suhu tinggi kelarutan oksigen rendah dan
sebaliknya pada suhu rendah kelarutan oksigen tinggi. Dengan
demikian pada sungai yang mempunyai suhu rendah sering
18
mempunyai kandungan oksigen terlarut yang lebih tinggi dari pada
sungai dengan suhu yang lebih tinggi (Goldman and Horne, 1983).
b. Derajat Keasaman (pH)
Derajat keasaman atau pH merupakan parameter kimia yang
menunjukkan konsentrasi ion hidrogen dalam lingkungan perairan.
Konsentrai ion hidrogen tersebut dapat mempengaruhi reaksi kimia
dan terhadap biota yang ada pada lingkungan perairan. pH ideal bagi
kehidupan organisme akuatik pada umumnya berkisar antara 7 sampai
8,5. Kondisi yang bersifat sangat asam maupun sangat basa akan
membahayakan kelangsungan hidup organisme karena akan
menyebabkan terjadinya gangguan metabolisme dan respirasi. pH
yang sangat rendah akan menyebabkan mobilitas berbagai senyawa
logam berat yang bersifat toksik semakin tinggi yang tentunya
mengancam kelangsungan hidup organisme akuatik dan pH yang
tinggi akan menyebabkan keseimbangan antara amonium dan
amoniak dalam air akan terganggu. Kenaikan pH di atas netral akan
meningkatkan konsentrasi amoniak yang juga bersifat sangat toksik
bagi organisme (Barus, 2004). Beberapa jenis insekta dalam ordo
Coleoptera mempunyai toleransi yang luas terhadap pH. Pada
subfamili Chironomidae ordo Diptera masih dapat hidup di sungai
yang mempunyai pH diatas 8,5 sedangkan pada pH di bawah 4,5
jarang ditemukan. Beberapa jenis Plecoptera dan Tricoptera mampu
19
mentolerir pH tinggi dan jenis-jenis lainnya terhadap pH rendah
(James and Evison, 1979).
6.
Peranan serangga
Serangga memegang peranan penting dalam kehidupan manusia.
Serangga selalu diidentikkan dengan hama di bidang pertanian sebab
banyak serangga yang bersifat merugikan, seperti walang sangit,
wereng, ulat grayak, dan lainnya selain itu serangga juga dapat
menjadi sumber vektor penyakit pada manusia. Namun, tidak semua
serangga bersifat sebagai hama atau vektor penyakit. Jenis serangga
dari kelompok lain seperti lebah, ulat sutera, kumbang macan, dan
semut dapat menguntungkan manusia (Metcalfe and William, 1975).
Serangga juga sangat berperan dalam menjaga daur hidup rantai dan
jaring - jaring makanan di suatu ekosistem. Sebagai contoh apabila
benthos (larva serangga yang hidup di perairan) jumlahnya sedikit,
secara langsung akan mempengaruhi kehidupan ikan dan komunitas
hidup organisme lainnya di suatu ekosistem sungai atau danau. Di
bidang pertanian, apabila serangga penyerbuk tidak ditemukan maka
keberhasilan proses penyerbukan akan terhambat (Nazaruddin, 1993).
Keanekaragaman, kelimpahan dan distribusi serangga air dapat
dijadikan sebagai bioindikator kondisi fisik dan kimia yang terdapat di
dalam habitat. Ketika lingkungan habitatnya bersih atau tercemar,
20
keanekaragaman dan kelimpahan serangga air di dalamnya dapat
menjelaskan hal tersebut. Beberapa spesies diketahui memiliki
hubungan khusus berhubungan dengan nutrisi dan kadar oksigen.
Kehadiran spesies tertentu dalam suatu habitat mengidentifikasikan
bahwa parameter fisika dan kimia tersebut berada pada batas toleransi
untuk setiap spesies di dalamnya (Salmah, 1999).
D. Gambaran Singkat Sukaharum Kelurahan Batu Putuk
Sukaharum secara administratif termasuk ke dalam wilayah Kelurahan Batu
Putuk, Kecamatan Teluk Betung Barat, Kota Bandar Lampung, Propinsi
Lampung. Sukaharum terletak di sebelah Timur Kota Bandar Lampung dari
pusat Kota Bandar Lampung. Waktu tempuh yang digunakan kira-kira 25
menit untuk sampai di Sukaharum. Sukaharum merupakan lingkungan 3
yang ada di Kelurahan Batu Putuk yang terdiri dari RT 007, RT 008, dan RT
009. Sukaharum terdiri dari 206 Kepala Keluarga. Luas wilayah Sukaharum
berdasarkan peta Kelurahan Batu Putuk kurang lebih 313 Ha. Kelurahan
Batu Putuk memiliki kemiringan lereng 20 % sampai 45 % curam. Batas
wilayah Kelurahan Batu Putuk sebelah utara berbatasan dengan
Sukadanaham, sebelah selatan berbatasan dengan Sukarame II, sebelah timur
berbatasan dengan Kedaung, dan sebelah barat berbatasan dengan Sukarame
II. Kelurahan Batu putuk sebagian besar terdapat pada dataran tinggi dengan
ketinggian berkisar antara 400-761 m dari permukaan laut (dpl), dengan curah
hujan berkisar antara 200-300 mm/tahun.
21
III.
METODELOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada bulan April-Juni 2016. Pengambilan sampel
dilakukan di Sukaharum Kelurahan Batu Putuk, Teluk Betung Barat Bandar
Lampung. Identifikasi phytotelmata dilakukan di Laboratorium Botani dan
identifikasi serangga dilakukan di Laboratorium Zoologi, Jurusan Biologi,
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Lampung.
B. Bahan, Alat, dan Cara Kerja
1. Penentuan Transek Pengamatan
Penentuan lokasi pengambilan sampel dengan metode Purposive sampling
di pemukiman dan kebun di Sukaharum Kelurahan Batu Putuk, Teluk
Betung Barat, Bandar Lampung. Untuk mengetahui jenis-jenis
phytotelmata dan jenis serangga yang mendiami phytotelmata dilakukan
sampling menggunakan transek garis dengan panjang 110 m yang diukur
menggunakan meteran gulung yang dibagi menjadi 4 plot berukuran 20 x
20 m. Lokasi sampling adalah pekarangan penduduk dan kebun. Pada
tiap lokasi pengamatan diletakkan 5 transek garis.
22
2. Pengambilan Sampel
Pengambil sampel phytotelmata dilakukan secara langsung, sedangkan
sampel air yang tergenang di bagian tubuh phytotelmata disedot
menggunakan pipet/sedotan. Air yang diperoleh dimasukkan kedalam
botol sampel berukuran 100 ml dan diberi label (Rosa dkk, 2012). Sampel
phytotelmata yang langsung dapat diketahui jenisnya dicatat dalam lembar
pengamatan dan dipotret menggunakan kamera Nikon L310, sedangkan
phytotelmata yang belum diketahui jenisnya diambil bagian tubuhnya
seperti daun, bunga, dan buahnya yang dipotong menggunakan pisau
cutter dan dimasukkan kedalam kantong plastik untuk keperluan
identifikasi di Laboratorium Jurusan Biologi Fakultas Matematika dan
Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Lampung.
3. Pengukuran Faktor Lingkungan
Pengukuran faktor lingkungan yaitu suhu diukur menggunakan
termometer dan kelembaban udara yang diukur menggunakan higrometer.
Air sampel yang ada di bagian tubuh phytotelmata diukur kedalamannya
mengunakan kayu yang kemudian batas air pada kayu diukur
menggunakan penggaris. Air dimasukan ke gelas ukur 100 ml agar
diketahui volumenya dan pH airnya diukur dengan kertas pH standar dan
suhu air diukur dengan termometer. Hasil pengukuran dicatat dalam tabel
data yang sudah disediakan.
23
4. Identifikasi Sampel
Sampel phytotelmata yang belum diketahui jenisnya diidentifikasi
menggunakan buku “Identifikasi Tumbuhan “ oleh van Steenis, 1981;
Cronquist A,1981; dan Keng Hsuan, 1982 dan difoto menggunakan
kamera Nikon Coolpix L310. Identifikasi sampel phytotelmata dilakukan
di Laboratorium Botani Jurusan Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam Universitas Lampung. Sampel air yang diperoleh di
bawa ke Laboratorium Zoologi kemudian dipisahkan dari seresah atau
kotoran kasar yang ikut terbawa menggunakan pinset, larva yang terbawa
dipisahkan dari air kemudian dimasukkan kedalam petridish dan diberi
alkohol 70% menggunakan pipet tetes. Larva serangga yang ditemukan
diidentifikasi dibawah mikroskop Nikon Olympus CH 20 kemudian
dipisahkan sesuai famili, dan diidentifikasi menggunakan “ Kunci
Identifikasi Aedes Jentik dan Dewasa di Jawa” menurut Departemen
Kesehatan Indonesia (1989), O’Comnor C. T. dan A. Soepanto (1999) ;
Lam-Phua Sai Gek et al., 2008 dan 2010.
C. Analisis Data
Hasil identifikasi dianalisis secara deskriptif kuantitatif dan disajikan dalam
bentuk tabel dan gambar. Sedangkan keanekaragaman dan dominansi
dianalisis menggunakan rumus indeks keanekaragaman Shannon-Wiener, dan
indeks dominansi Simpson’s ( Magurran, 2004 ).
24
1. Indeks Keanekaragaman Shannon-Wiener
( H’) = -∑ ( Pi Ln Pi )
Keterangan : H’ = Indeks keanekaragaman
Pi = ni/N
ni = Jumlah individu suatu spesies
N = Jumlah total seluruh spesies
Dimana Kriteria Indeks Keanekaragaman dibagi ketiga kategori,
yaitu :
H’ < 1 = Keanekaragaman rendah
1 < H’ < 3 = Keanekaragaman sedang
H’ > 3 = Keanekaragaman tinggi
2. Indeks Dominasi Simpson’s
( D ) = ∑ ( Pi ) 2
Keterangan = D = Indeks dominasi
Pi = ni/N
Keterangan = Pi = ni/N
ni = Jumlah individu suatu jenis
N = jumlah seluruh individu
Untuk mengetahui kriteria indeks dominansi dibagi dalam 3 kategori yaitu:
0,01 - 0,30 = Dominansi rendah
0,31 – 0,60 = Dominansi sedang
0,61 – 1,0 = Dominansi tinggi
25
D. Diagram Alir Penelitian
Pengambilan Sampel
Tumbuhan
Larva Serangga
Mengetahui jenis/type
phytotelmata yang
ditemukan
Mengetahui jenis dan
jumlah larva yang
ditemukan
Identifikasi Phytotelmata
dan
Larva Serangga
Analisis Keanekaragaman
dan Dominansi
- Phytotelmata
- Larva Serangga
Data disajikan dalam
bentuk tabel dan foto
Gambar 2. Diagram Alir Penelitian
44
V. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Dari hasil penelitian mengenai keanekaragaman phytotelmata dan serangga
yang mendiaminya di Sukaharum Kelurahan Batu Putuk Teluk Betung
Barat,Bandar Lampung dapat disimpulkan :
1. Phytotelmata di pemukiman dan kebun ditemukan sebanyak 14 jenis
yaitu: T. cacao, C. robusta, M. paradisiaca, C. esculenta, C. nucifera, A.
pinnata, R. regia, A. comosus, D. fragrans, Bambusa sp, C. domestica, C.
indica, H. brasiliensis, dan C. papaya yang termasuk dalam enam tipe
yaitu lubang pohon, lubang buah, ketiak daun, tunggul bambu/pohon,
bagian tanaman yang gugur, dan kelopak bunga.
2. Larva yang ditemukan mendiami phytotelmata di pemukiman dan kebun
sebanyak 12 jenis yaitu : Ae. albopictus, Ae. aegypti, Ae. chrysolineatus,
Cx. quenquefasciatus, Cx. fragilis, Cx. lophoceraomyia, Tripteroides,
Anopheles sp, Toxoryncites sp, Armigeres sp, Chironomus sp, dan
Psychoda sp. Jenis serangga yang paling banyak ditemukan pada habitat
pemukiman dan perkebunan yaitu larva nyamuk Aedes albopictus.
45
B.
Saran
Diperlukan penelitian lebih lanjut mengenai analisis kandungan fisik dan
kimia air yang tergenang di dalam phytotelmata dan analisis serangga
yang bersifat patogen.
46
DAFTAR PUSTAKA
Barus, T. A. 2004. Pengantar Limnologi Studi Tentang Ekosistem Air Daratan.
USU Press. Medan.
Borror, D. J., C. A. Triplehorn, dan N. F. Johnson. 1992. Pengenalan Pelajaran
Serangga Edisi Keenam. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
BMKG. Badan Metorologi dan Geofisika Provinsi Lampung. 2016. Data Hujan
Harian Kemiling Bandar Lampung 2016. BMKG Masgar Lampung
BPS. Badan Pusat Statistik. 2015. Lampung Dalam Angka 2015. Badan Pusat
Statistik. Lampung
Buosai, P.L.B. 2014. Rainfall influence on species composition of the ciliate
community inhabiting bromeliad phytotelmata. Research Article
Zoological Studies. Volume 53, No. 32.
Christian, W., and G. Gotisberger. 2000. Diversity Preys in Crop Pollination.
Crop Science 40 (5): 1209-1222.
Clarke, S.A. 1985. Demographic Aspects of the Pitcher of Cephalotus follicularis
(Labill.) and Development of the Contained Comunity. PhD Thesis.
University of Western Australia, Perth.
Clarke, C.M. 1992. The Ecology of Metazoan Communities in Nepenthes Pitcher
Plants in Borneo, with Special Reference to Nepenthes bicalcarata. F.PhD
Thesis. University of New England. Armidale.
Dinas Kehutanan Propinsi Lampung. 2006. Rencana Pengelolahan Tahunan
(RKT) Tahura Wan Abdul Rachman Propinsi Lampung. Bandar Lampung
Direktorat Jenderal Hortikultura. 2012. Produksi Sayuran di Indonesia.[Internet].
Terdapat pada : http://hortikultura.pertanian.go.id diakses pada 17
Oktober 2016.
47
Phua Sai Gek., D. Lu, P.A. Bah ., F. S. Yoong., N. L. Ching. 2008. Some Common
Mosquito Larvae in Singapore. Published by ; Environmental Health
Institute. National Environment Agency
Phua Sai Gek., D. Lu, P.A. Bah ., F. S. Yoong., N. L. Ching. 2010. Some Common
Mosquito Larvae in Singapore. Published by ; Environmental Health
Institute. National Environment Agency
Fakhira, G. 2011. Fauna nyamuk di Pemukiman Warga Desa Babakan di
Kabupaten Ciamis. Laporan Kerja Praktik Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam., Universitas Lampung. Bandar Lampung.
Fish, D. 1983. Phytotelmata Flora and Fauna in : Phytotelmata Terestrial Plants
as Host of Aquatic Insect Communicaties ( Eds, J. H. Frank & L. P.
Lounibos), Plexus, Medford, 161-190.
Frank, J. H. 1983. Bromeliad phytotelmata and their biota, especially musquitoes
in: Phytotelmata Terresterial Plants as Hosts of Aquatic Insect
Communities (eds. J.H. Frank & L.P. Lounibos), Plexus. Medford.
101-128.
Giller, P. S. and B. Malmqvist. 2003. Biology of Streams and Rivers: Biology of
Habitats. Oxford University Press. Great Britain.
Goldman, C. R. and A. J. Horne. 1983. Limnology. Mc Graw Hill. Intenational
Book Company. New York.
Greeney, H. F. 2001.The Insects of Plants Held Waters: A Review and
Bibliography, Department of Entomology. Journal of Tropical Ecology
17, 241-260.
Hadi, M., U. Tarwotjo., dan Rahadian. 2009. Biologi Insekta Entomologi.
Yogyakarta: Graha Ilmu.
Hadi, U. K. 2010. Pengenalan Arthropoda dan Biologi Serangga. Fakultas
Kedokteran Hewan Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Hoedojo, R. 1993. Parasitologi Kedokteran Edisi Kedua. Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia. Jakarta.
Hoedojo, R dan S. Zulhasril. 2006. Parasitologi Kedokteran Edisi Keempat.
Badan Penerbitan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta.
Izmiarti. 2004. Komunitas Makrozoobentos di Situ Lengkong dan Situ Kubang
Panjalu Ciamis. Jurnal Andalas 9 : 51-59.
48
James, A. and L. Evison. 1979. Biological Indicator of Water Quality. Jhon
Willey and Sons. Chichester. New York.
Kalshoven, L.G.E. 1981. Pest of Crop in Indonesia. Jakarta: Ichtiar Baru-van
Hoeve.
Kitching, R. L. 1971. An Ecology study of water filled tree-holes and their
position in the woodland ecosystem. Journal of Animal Ecology 40,
281-302.
Kitching, R.L. 2000. Food Webs and Container Habitats; The natural history and
ecology of Phytotelmata.Cambridge University Press.Cambridge.
Magurran, A.E. 2004. Measuring Biological Diversity. Wiley-Blackwell.
McCafferty, W. Patrick. 1981. Aquatic Entomology. The Fishemen’s and
Ecologist Illustrated Guide to Insect and Their Relatives. Jones and
Bartlett Publishers, Inc.Boston.
Merrit, R.W., and K.W. Cummins,. 1996. An Introduction to The Aquatic Insect
of North America. Third Ed. Hunt Pub. Comp.
Metcalfe, RL and HL. William. 1975. Introduction to Insect Pest Management.
John Willey and Sons, New York. 106p.
MTI, Mosquito Taxonomic Inventory. 2015. Aedini: Hulecoeteomyia. [Internet].
Terdapat pada : mosquito-taxonomic-infentory-info-html. Diakses pada :
12 Oktober 2016.
Mogi, M. and H. Suzuki. 1983. The Biotic Community in the water – Filled
Internode of Bamboos in Nagasaki Japan, with special references to
Mosquito. Japananese Journal of Ecology 33, 271-279
Murtiningsih, Pekerti dan Hasani. 1989. Karakteristik Pisang Ambon Pada
Beberapa Umur Petik. Hortikultura. No.25. Hal. 24-26
Munirathinam, A., R. Krishnamoorthi, G. Baskaran, Govindarajam, A. Venkatesh
and B.K. Tyagi. 2014. Mosquito Species Biodiversity in Phytotelmata
from Western Ghats, South India. HALTERES. Vol. 5:56-63.
Nazaruddin. 1993. Seri Komoditi Eksport Pertanian, Perikanan dan Peternakan.
hlm. 24-25.
Nurmaini. 2003. Mentifikasi Vektor dan Pengendalian Nyamuk Anopheles
aconitus Secara Sederhana. [Internet]. Terdapat pada: Digilibusu.ac.id.
Diakses pada: 15 Oktober 2016.
49
Nybakken, J. W. 1992. Biologi Laut: Suatu Pendekatan Ekologis. Gramedia.
Jakarta (Penerjemah H. Muhammad Eidman).
O’ Connor, C.T., dan Soepanto, A. 1999. Kunci Bergambar Jentik Anopheles
Dewasa di Indonesia. Direktorat Jenderal Pemberantasan Penyakit
Menular dan Penyehatan Lingkungan Pemukiman. Jakarta.
Odum, E. P. 1993. Dasar-dasar Ekologi. Gajah Mada University Press.
Yogyakarta
Popoola and A. Otalekor . 2011. Analysis of Aquatic Insects’ Communities of
Awba Reservoir and its Physico-Chemical Properties. Department of
Zoology, University of Ibadan, Oyo State, Nigeria. P : 67
Rinanto, J. 2010. Manfaat Nyamuk. [Internet]. Terdapat pada:m.kompasiana.com.
Diakses pada: 20 Oktober 2016
Rosa, E. 2007. Studi Tempat Perindukan Nyamuk Vektor Demam Berdarah
Dengue di Dalam dan di Luar Rumah Di Rajabasa Bandar Lampung.
Jurnal Sains MIPA. 13 (1): 57-60.
Rosa, E., S. Salmah., Dahelmi dan Syamsuardi. 2012. Jenis dan tipe phytotelmata
sebagai tempat perindukan alami nyamuk di beberapa lokasi di Sumatera
Barat. Prosiding SNSMAIP III 2012 : 149-153.
Rosa, E., Dahelmi, S. Salmah., Syamsuardi. 2014. Fluctuation of Diptera Larvae
in Phytotelmata and Relation with Climate Variation in West Sumatra
Indonesia. Pakistan Journal of Biological Sciences.Asian
Rosa, E., Dahelmi, S. Salmah., Syamsuardi. 2016a. Density of different larvae
inhabiting phytotelmata from some locations of Wes Sumatera,
Indonesia. American Journal of Zoological Reseach. 4(1) : 13-16.
Rosa, E., Dahelmi, S. Salmah., Syamsuardi. 2016b. Some factors in water
chemistry and physics that determines the density of diptera larvae on
phytotelmata in endemic area’s of dengue hemorragic fever. ARPN
Journal of Agricultural and Biological Science. 11(2) : 76-81.
Salmah, C. R. M. 1999. Macroinvertebrates of Kedah And Pinang Rivers. School
of Biologycal Scince, University Sains Malaysia.
Sastrodihardjo, S. 1979. Pengantar Entomologi Terapan. Penerbit ITB. Bandung.
Sota, T. 1996. Effect of Capacity on Resource Input an Aquatic Metazona
Community Structur in Phytotelmata. Researches Population Ecology
vol.38, 65-73
50
Suin, N. 2003. Ekologi Populasi. Andalas University Press. Padang
Sumarno, A. S. 2006. Penerapan dan Pemanfaatan Taksonomi Untuk
Pendayagunaan Fauna. Naturindo. Bogor
Suputa. 2000. Bahan ajar :Tatanama Serangga Faperta UGM [Internet] Tersedia
http://www.faperta.ugm.ac.id/perlintan2005/puta_files/attach/SUPUTA_U
GM-2000%20Sistem%20Penamaan%20Serangga.pdf
diakses 09 maret 2016
Sutra, N.S.M., Dahelmi, dan S. Salmah,. 2012. Species Kupu-kupu (Rhopalocera)
Di Tanjung Balai Karimun Kabupaten Karimun, Kepulauan Riau. Jurnal
Biologi Universitas Andalas. 1(1): 35-44.
Tarumingkeng, R. C. 2001. Biologi dan perilaku Rayap [Internet] Tersedia Pada.
http://tumoutou.net/biologi perilaku rayap.html diakses 27 Januari 2016
Varga, L. 1928. Ein Interesseater Biotop der Bioconose von Wasserorganismen.
Biologisches Zentalblatt. 41 (2): 143-162
Voshell, JR. 2009. Aquatic Insect Biodiversity and Conservation. Virginia
Tech.420-531
Werdiningsih, H. 2007. Kajian Penggunaan Tanaman Sebagai Alternatif Pagar
Rumah. Jurnal Ilmiah Perencanaan Kota dan Pemukiman. 6 (1): 32-36.
Williams, D. D., and W. F. Blair. 1992. Aquatic Insect, Red Wood Perss Ltd.
Melksham.
Yule, M., and H. S., Yong. 2012. Phytotelmata [Internet] Tersedia
https://www.researchgate.net/publication/233727086_2_Phytotelmata.
Diakses Pada 25 Januari 2016
Download